2 bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/bab 2.pdf ·...

37
8 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perpajakan Perpajakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak mulai dari pengertian dasar pajak hingga teknis administrasi pelaksanaannya. 2.1.2 Pajak Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum. untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum (mardiasmo, 2016:3).Unsur ini memberikan pemahaman bahwa masyarakat dituntut untuk membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai warganegara yang baik. Penerimaan pajak adalah merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2013 (2013:1) menjelaskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Upload: others

Post on 23-Mar-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

8

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian perpajakan

Perpajakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak mulai dari

pengertian dasar pajak hingga teknis administrasi pelaksanaannya.

2.1.2 Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan

oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan

pada undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas

jasa. Iuran tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas

kepentingan umum. untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum

(mardiasmo, 2016:3).Unsur ini memberikan pemahaman bahwa masyarakat

dituntut untuk membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai

warganegara yang baik. Penerimaan pajak adalah merupakan sumber

penerimaan yang dapat diperoleh secara terus – menerus dan dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi

masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Perpajakan Edisi

Revisi 2013 (2013:1) menjelaskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbul (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Page 2: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

9

Menurut Prof Dr. P.J.A. Andriani, dalam buku Perpajakan Indonesia

(2014:3) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan

dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah.

Menurut Prof Edwin R.A slegman dalam buku Perpajakan Indonesia

(2009:1) Tax is compulsory contribution from the perso, to the government to

depray the expenses incurred in the common nterest of all, without reference to

special benefit conperred. Pajak adalah kontribusi wajib dari orang tersebut,

kepada pemerintah untuk membayar biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan

umum dari semua, tanpa merujuk pada manfaat khusus conperred.

Menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.

16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada

Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunaka untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Berdasarkan pengertian pajak oleh beberapa ahli, maka pengertian pajak

menurut penulis adalah iuran wajib masyarakat kepada kas Negara yang bersifat

memaksa dengan imbalan yang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat dan

digunakan untuk keperluan Negara.

Page 3: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

10

2.1.2.1 Ciri – ciri pajak

Menurut Mulyo Agung SE, MM Perpajakan Indonesia (2014:16) Pajak

memiliki ciri-ciri diantaranya:

1. Iuran rakyat ke Negara.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta pelaksanaannya yang

sifatnya dapat dipaksakan.

3. Dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara langsung oleh pemerintah.

4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membayar public investment.

6. Pajak juga dapat pula mempunyai tujuan selain budgetair, yaitu mengatur.

Menurut Zain (2014:12) ciri-ciri pajak sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh

pemerintah daerah berdasarkan atas Undang-Undang serta aturan

pelaksanaannya.

2. Pemungkinan pajak mengisyaratkan adanya ali dana (sumber daya) dari

sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor Nega4a (pemungut

pajak/administrasi pajak).

3. Pemungkinan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin

maupun pembangunan.

4. Tidak dapa ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh

pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukakn oleh para wajib

pajak.

Page 4: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

11

5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas Negara/anggaran Negara

yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial

(fungsi mengatur/regulatif).

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak, dalam buku Perpajakan Edisi

Revisi 2011 (2011:25) menjelaskan ciri – ciri Pajak adalah

1. Iuran dari rakyat kepada Negara.

2. Berdasarkan undang-undang.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung

dapat ditunjuk.

4. Digunakan untuk membiaya rumah tangga Negara, yakni pengeluaran –

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.

2.1.2.2 Fungsi pajak

Menurut Mulyo Agung dalam buku Perpajakan Indonesia (2014:34) pajak

memiliki dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan

pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN

sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur ( Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

dibidang social dan ekonomi. Sebagai contoh dikenakan pajak yang tinggi

terhadap minuman keras.

Page 5: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

12

Menurut Ikatan Antan Indonesia Kompartemen Akuntansi Pajak (IAI

KAP) (2016) pajak memiliki fungsi yang sanggat strategis bagi berlangsungnya

pembangunan suatu negara. Pajak antara lain memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkkan bagi

pembiayaan pegeluara-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN Pajak

merupakan sumber penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Regulatoir)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

dibidang sosial dan ekonomi. Misalnya PPnBM untuk minimum keras dan

barang-barang mewah lainnya.

3. Fungsi Redistribusi

Dalam fungs redistribusi ini lebih ditekankan unsur pemerataan dan

keadilan dalam masyarakat. Fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif

dalam pengenaan pajak dengan adanya tariff pajak yang lebih besar untuk

penghasilan yang lebih tinggi.

4. Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan sistem gotong royong. Fungsi

ini dikaitkan dengan pelayanan pemerintah kepada masyarakat membayar

pajak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa fungsi

diantaranya fungsi penerimaan, fungsi mengatur, fungsi redistribusi dan

fungsi demokrasi.

Page 6: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

13

2.1.2.3 Sumber penerimaan pajak

Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran yang

sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan

pengeluaran pemerintahan. Pembangunan infrastruktur, subsidi, pembayaran

pegawai negara, pembangunan fasilitas publik dibiayai oleh pajak.

1. Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM).

4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

6. Penerimaan cukai.

2.1.3 Pengertian wajib pajak

Menurut Waluyo dalam buku Perpajakan Indonesia (2010:34) Wajib

Pajak adalah Orang pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong

pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Undang-undang nomor 11 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa Wajib

Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

Pengertian Wajib Pajak diatas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak

adalah orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak,dan pemungut pajak

yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundan-undangan perpajakan.

Page 7: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

14

2.1.3.1 Jenis – jenis wajib pajak

Wajib Pajak terdiri atas:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak orang pribadi adalah subjek pajak yang memiliki

penghasilan atas usaha sendiri atau memiliki pekerjaan tidak bebas seperti

karyawan atau pegawai yang hanya memperoleh passive income yang

penghasilannya di atas pendapatan tidak kena pajak (PTKP), yaitu Rp

54.000.000,00 dan setiap wajib pajak mendaftarkan diri dan mempunyai

nomor pokok wajib pajak (NPWP).

Berdasarkan Undang-undang No.36 tahun 2008 tentang PPh (Pajak

Penghasilan) yang merupakan perubahan keempat atas UU Nomor 7

tahun 1983, maka wajib pajak orang pribadi dapat di bagi menjadi delapan

yaitu :

1) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dan pekerjaan. Contoh: Pegawai swasta, PNS.

2) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Usaha. Contoh: Pengusaha took emas, Pengusaha Industri Mie

Kering.

3) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari Pekerjaan bebas. Contoh: Dokter, Notaris, Akuntan, Konsultan.

4) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

lain yang tidak bersifat final. Contoh: sehubungan dengan

pemodalan seperti Bunga pinjaman, royalti.

5) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yang bersifat final. Contoh: seperti Bunga deposito, hadiah undian.

6) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

yang bukan objek pajak. Contoh: seperti bantuan sumbangan.

Page 8: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

15

7) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari luar negeri. Contoh: seperti bunga, royalty PPh 24.

8) Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan

dari berbagai sumber. Contoh: seperti Pegawai swasta tetapi juga

mempunyai usaha rumah makan, PNS tetapi membuka praktek

dokter.

2. Wajib Pajak Badan

Selain Wajib Pajak Pribadi, Wajib Pajak juga terdapat Wajib Pajak

Badan. Menurut UU KUP Republik Indonesia No.16 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat 3 menyatakan bahwa badan adalah sekumpulan orang dan/atau

modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan

usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma ,

kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan

organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif

dan bentuk usaha tetap.

2.1.3.2 Syarat subjektif dan objektif wajib pajak

UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

(untuk selanjutnya disebut UU KUP) tepatnya dipenjelasan Pasal 2 Ayat (1) UU

KUP, berikut definisinya :

1. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan

mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984

dan perubahannya.

Page 9: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

16

2. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak menerima atau

memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan

atau pemungutan sesuai dengan Penghasilan 1984 dan perubahannya.

2.1.3.3 Kewajiban dan hak wajib pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang–undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

Negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo (2016:70). Kewajiban Wajib Pajak adalah sebagai

berikut:

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

(PKP).

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke

Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan.

Menurut Mardiasmo (2016:72), hak-hak wajib pajak sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat

ketetapan pajak.

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

d. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

e. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

Page 10: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

17

2.1.4 Kebijakan administrasi perpajakan

2.1.4.1 Pengertian kebijakan perpajakan (Tax Policies)

Menurut Kamus Indonesia, kebijakan perpajakan adalah rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan. Menurut Ray M. Sommerfeld yang dikutip R. Mansury pengertian

kebijakan perpajakan adalah pengalihan sumber daya dari sektor swasta kepada

sektor publik (Negara), karena penduduk yang bersangkutan mempunyai

kemampuan secara ekonomis yang didasarkan atas peraturan perundang –

undangan tanpa mendapatkan imbalan yang langsung ditunjuk dalam rangka

memenuhi tujuan ekonomi sosial negaranya. Tujuan kebijakan perpajakan

adalah sama dengan kebijakan publik yang mempunyai tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran, distribusi penghasilan yang lebih

adil dan stabilitas.

2.1.4.2 Pengertian administrasi perpajakan (Tax Administration)

Menurut Gunadi (2016:131) administrasi perpajakan dikatakan efektif

apabila mampu mengatasi masalah-masalah berikut ini:

1. Wajib pajak tidak terdaftar (unregistered taxpayers).

Sejauh mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan mengambil

tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai Wajib

Pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan

untuk menjadi Wajib Pajak. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara

signifikan akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Penerapan sanksi

yang tegas perlu diberikan terhadap mereka yang belum mendaftarkan diri

sebagai Wajib Pajak padahal sebenarnya potensial untuk itu.

Page 11: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

18

2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT (stop filling taxpayers)

Menyikapi Wajib Pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak menyampaikan

Surat Pemberitahuan (SPT), atau disebut juga stop filing taxpayers,

misalnya dengan melakukan pemeriksaan pajak untuk mengetahui sebab-

sebab tidak disampaikannya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut. Kendala

yang mungkin dihadapi adalah terbatasnya jumlah tenaga pemeriksa..

3. Penyelundup pajak (tax evaders).

Wajib Pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya

menurut ketentuan perundang-undangan. Keberhasilan sistem self

assessment yang memberi kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang, sangat tergantung dari kejujuran Wajib Pajak. Tidak

mudah untuk mengetahui apakah Wajib Pajak melakukan penyelundupan

pajak atau tidak. Dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan

seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.

4. Penunggak pajak (delinquent tax payers).

Dari tahun ke tahun tunggakan pajak jumlahnya semakin besar. Upaya

pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan

penagihan secara intensif. Apabila kebijakan perpajakan yang ada mampu

mengatasi masalah-masalah di atas secara efektif, maka administrasi

perpajakannya sudah dapat dikatakan baik sehingga Tax ratio akan

meningkat. Dasar bagi terwujudnya suatu administrasi pajak yang baik

adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen modern yaitu Planning,

Organizing, Actuating dan Controlling, terdapatnya kebijakan perpajakan

yang jelas dan sederhana sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk

melaksanakan kewajibannya, tersedianya Pegawai Pajak yang berkualitas

dan jujur serta pelaksanaan penegakan hukum yang tegas dan konsisten.

Page 12: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

19

Menurut Lawrence H. Summers dalam Buku Siti Kurnia (2010:93)

administrasi perpajakan adalah sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-tahap

pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, pembayaran pajak, pelaporan pajak,

dan penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber

kecurangan (tax evasion). Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa: “Poor tax

administration undermine the effectiveness of the desired tax structure and

raises distortion. A poor designed tax structure makes administration mor

difficult”.

Menurut Jantscher (1997:48) menekankan peran penting administrasi

perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai

negara berkembang. Kebijakan perpajakan (tax police) yang dianggap baik (adil

dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai

sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya.

Menurut Toshiyuki dalam buku Siti Kurnia (2010 : 95) menyatakan

bahwa untuk mencapai hal tersebut disyarakatkan beberapa kondisi administrasi

perpajakan dalam suatu negara adalah sebagai berikut ini:

1. Administrasi pajak harus dapat mengamankan penerimaan negara.

2. Harus berdasarkan perundang – undangan transparan.

3. Dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai ketentuan dan

menghilangkan kewenang – wenangan, arogansi, dan perilaku yang

dipengaruhi kepentingan pribadi.

4. Dapat mencegah dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas

ketidakjujuran dan pelanggaran serta penyimpangan.

5. Mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang efisien dan efektif.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kebijakan

administrasi perpajakan adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

melalui pajak dan administrasi yang baik akan mempermudah wajib pajak untuk

Page 13: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

20

memenuhi kewajiban pajaknya. Komponen administrasi pajak yang terdiri dari

kelengkapan instruksi dan kemudahan dalam E-SPT, E-Filling, E-billing, E-

registration akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Semakin banyak yang

mengakses DJP Online situs milik Direktorat Jenderal Pajak maka wajib pajak

akan menimbulkan kemauan membayar yang akan meningkatkan kepatuhan

wajib pajak. Sebaliknya, semakin kurang lengkap instruksi yang disajikan, maka

wajib pajak semakin tidak patuh.

2.1.4.3 Sanksi administrasi

Sanksi Administrasi adalah Pengenaan denda, bunga atau kenaikan atas

ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban administrasi

perpajakan. Sanksi administrasi bukan sebagai penghukum namun

mengingatkan Wajib Pajak agar lebih teliti dan berhati-hati. Sanksi administrasi

ini di bagi menjadi 3 yaitu :

a. Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam

UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar

jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka

perkalian dari jumlah tertentu.

No Keterangan Pasal Sanksi

1 SPT tidak

disampaikan sesuai

atas waktu

penyampaian atau

batas waktu

perpanjangan

penyampaian SPT.

Pasal 7 ayat (1) UU

KUP

a. Rp 500.000,- untuk

SPT masa PPN.

b. Rp 100.000,- untuk

Masa Lainnya.

c. Rp 1.000.000,-

untuk SPT Tahunan

PPh Wajib Pajak

Badan.

d. Rp 100.000,- untuk

SPT Tahunan PPh

Page 14: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

21

WPOP.

2. Pengusaha yang telah

dikukuhkan sebagai

PKP, tetapi tidak

membuat faktur pajak

atau membuat faktur

pajak, tetapi tidak

tepat waktu.

Pasal 14 ayat (4) UU

KUP.

2% dari dasar

pengenaan pajak.

3. PKP tidak mengisi

faktur pajak secara

lengkap sesuai

ketentuan pasal 13

ayat (5) UU Nomor

42 Tahun 2008

tentang perubahan

Ketiga atas UU

Nomor 8 Tahun 1983

Pasal 14 ayat (4) UU

KUP.

2% dari dasar

pengenaan pajak.

4. PKP Melaporkan

faktur pajak tidak

sesuai dengan

penerbitkan Faktur

Pajak.

Pasal 14 ayat (4) UU

KUP.

2% dari dasar

pengenaan pajak.

Sumber:www.pajak.go.id

b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang

menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung

berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga

itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan.

Sanksi bunga dalam ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu)

bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan

penuh atau tidak dihitung secara harian.

No Keterangan Pasal Sanksi

1. Pembetulan SPT

Masa dan Tahunan

Pasal 8 ayat 2 dan 2a 2% Per bulan, dari

jumlah pajak yang

Page 15: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

22

kurang dibayar.

2. Keterlambatan

pembayaran pajak

masa dan tahunan.

Pasal 9 ayat 2 dan 2b 2% Per bulan, dari

jumlah pajak terutang.

3. a. PPh tahun

berjalan

tidak/kurang

bayar.

b. SPT kurang

bayar

Pasal 14 ayat 3 2% Per bulan, dari

jumlah pajak tidak/

kurang dibayr, max 24

bulan.

4. PKP yang gagal

berproduksi dan telah

diberikan

pengembalian Pajak

Masukan

Pasal 14 ayat 5 2% Per bulan, dari

jumlah pajak tidak/

kurang dibayr, max 24

bulan.

5. SKPKB/T, SK

Pembetulan, SK

Keberatan, Putusan

Banding yang

menyebabkan kurang

bayar terlambat

dibayar

Pasal 19 ayat 1 2% Per bulan, atas

jumlah pajak yang tidak

atau kurang dibayar

6. Mengangsur atau

menunda

Pasal 19 ayat 2 2% Per bulan, bagian

dari bulan dihitung

penuh 1 bulan.

7. Kekurangan pajak

akibat penundaan

SPT

Pasal 19 ayat 3 2% Atas kekurangan

pembayaran pajak.

Sumber:www.pajak.go.id

c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan (Progresif)

Sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti

oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah

pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa

kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari

jumlah pajak yang tidak kurang dibayar. Jika dilihat dari penyebabnya,

sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak

Page 16: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

23

memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung

jumlah pajak terutang.

No Keterangan Pasal Sanksi

1. Pengungkapan ketidak

benaran SPT sebelum

terbitnya SKP.

Pasal 8 ayat

5

50% Dari pajak yang

kurang dibayar.

2. Apabila: SPT tidak

disampaikan sebagaimana

disebut dalam surat teguran,

PPN/PPnBM yang tidak

seharusnya dikompensasikan

atau tidak tarif 0%, tidak

terpenuhinya Pasal 28 dan

29

a. PPh yang tidak atau

kurang dibayar

b. Tidak / kurang dipotong

/ dipungut/ disetorkan

c. PPN/PPnBM tidak atau

kurang dibayar

Pasal 13

ayat 3

a. 50% Dari PPh yang

tidak/ kurang

dibayar

b. 100% dari PPh

yang tidak/kurang

dipotong/ dipungut

c. 100% Dari PPN/

PPnBM yang tidak

atau kurang dibayar

3. Kekurangan pajak pada

SKPKBT

Pasal 15

ayat 2

100% Dari jumlah

kekurangan pajak

tersebut

Sumber:www.pajak.go.id

2.1.4.4 Indikator kebijakan administrasi perpajakan

1. Sanksi Administrasi:

a. Sanksi administrasi berupa denda adalah jenis sanksi yang

paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.

b. Sanksi administrasi berupa bunga,Sanksi administrasi berupa

bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang

pajak menjadi lebih besar

Page 17: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

24

c. Sanksi administrasi berupa kenaikan 50% dan 100%

(progresif) sanksi yang jumlah pajaknya harus dibayar bisa

menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada

dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu.

2.1.4.5 Pengaruh kebijakan administrasi perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak

Menurut Carolina (2011:87) dan Hadiningsih (2006:39) menemukan

bahwa administrasi pajak berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak dalam

membayar sedangkan kemampuan membayar dipengaruhi oleh kondisi

keuangan perusahaan.

Semakin lengkap instruksi yang termuat dalam formulir dan kemudahan

dalam mengakses E-filling dan E-SPT, maka wajib pajak akan menimbulkan

kemauan membayar yang akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Sebaliknya semakin kurang lengkap intruksi yang disajikan, maka wajib

semakin tidak patuh. Penjelasan yang dipaparkan secara lengkap pada formulir

pajak akan memudahkan wajib pajak untuk memahami isi dan

melaksanakannya. Instruksi yang disajikan secara lengkap dan mudah

dimengerti akan memudahkan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Pelayanan Pajak harus mensosialisasikan sanksi administrasi

kepada wajib pajak agar wajib pajak jera terhadap administrasi perpajakan.

Menurut Suandy (2013:90), Nasucha (2013:54) dalam Gunadi (2013:72)

menyatakan bahwa terdapat tiga unsur-unsur perpajakan yang dapat

menimbulkan tax gap dan perencanaan pajak, yaitu administrasi pajak dan

kualitas layanan. Hal tersebut menjelakan administrasi pajak, kualitas layanan

memiliki peran penting dalam membentuk kepatuhan wajib pajak. Jadi dengan

adanya administrasi perpajakan yang baik dan mudah di pahami maka akan

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Page 18: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

25

2.1.5 Kualitas pelayanan pajak

2.1.5.1 Pengertian kualitas

Menurut Heizer dan Render (2016:71) menjelaskan kualitas adalah

persepsi dari konsumen karena sifatnya yang tidak nyata (intangible) serta

produksi dan konsumsinya berjalan secara simultan atau bersamaan.

Menurut Supadmi dalam buku Heizer dan Render (2016:83) menjelaskan

kualitas adalah sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan jasa manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang

menginginkannya.

Berdasarkan definisi diatas, maka kualitas dapat dikatakan oleh peneliti

yaitu kondisi dimana tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan

ekspektasi wajib pajak, dan umumnya harapan wajib pajak dibentuk oleh

pengalaman, informasi lisan dan iklan.

2.1.5.2 Pengertian Pelayanan Pajak

Melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011

ditegaskan mengenai pelayanan perpajakan adalah sentra dan indikator utama

untuk membangun citra DJP, sehingga kualitas pelayanan harus terus menerus

ditingkatkan dalam rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan

Wajib Pajak dan seluruh stakeholder perpajakan terhadap DJP.

Hakikat pelayanan umum adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi

pemerintah di bidang pelayanan umum.

2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan

sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya

guna dan berhasil guna (efisien dan efektif).

Page 19: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

26

3. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat

dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

2.1.5.3 Pengertian kualitas pelayanan pajak

Menurut Lena Ellitan dalam buku Heizer dan Render (2016:90) Kualitas

Pelayanan Pajak adalah Pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak dengan

menonjolkan sikap yang baik dan menarik antara lain melayani Wajib pajak

dengan penampilan serasi, berpikiran positif dan dengan sikap menghargai para

Wajib Pajak.

Menurut Diana Sari (2013:52) Kualitas Pelayanan Pajak adalah

serangkaian perbuatan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan pemberian

layanan yang terbaik bagi wajib pajak.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

pajak merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan wajib pajak serta

ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan wajib pajak. Kualitas

pelayanan pajak dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para

wajib pajak atas pelayanan yang nyata mereka terima atau peroleh dengan

pelayanan yang sesungguhnya mereka harapan atau inginkan terhadap atribut-

atribut pelayanan pada setiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

2.1.5.4 Indikator Kualitas Pelayanan Pajak

1. Bukti langsung (tangibles)

Bukti langsung adalah tersedianya tampilan gedung,fasilitas fisik

pendukung, perlengkapan dan sarana komunikasi.

2. Jaminan dan Kehandalan (reliability)

Kehandalan yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan tepat, memberikan pelayanan yang dibutuhkan

konsumen dengan tanggap dan kemampuan dapat dipercaya,

Page 20: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

27

terutama dalam memberikan pelayanan secara tepat dengan cara

yang sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan memberikan

jaminan bahwa petugas pajak bisa memberikan layanan dengan

baik.

2.1.5.5 Standart Operating Procedures (SOP) kualitas pelayanan

pajak di KPP Surabaya Mulyorejo

1. Standart Operating Procedures tata cara pendaftaran NPWP

a. Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran npwp dengan

menggunakan formulir pendaftaran dan perubahan data wajib

pajak beserta persyaratannya kepada petugas tempat

pelayanan terpadu.

b. Petugas tempat pelayanan terpadu menerima formulir

pendaftaran dan perubahan data wajib pajak kemudian

meneliti kelengkapan persyaratannya.

c. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran

Wajib Pajak.

d. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat

Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP.

e. Kepala seksi Pelayanan mendatangani Surat Keterangan

Terdaftar.

f. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah

ditandatangani kemudian memisahkan dokumen untuk arsip.

g. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan

dokumen kepada Wajib Pajak.

Page 21: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

28

2. Standart Operating Procedures tata cara penerimaan dan

pengolahan SPT Masa PPH

a. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPh baik langsung

maupun melalui Pos/Jasa kurir ke Kantor Pelayanan Pajak.

b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima SPT

Masa PPh yang disampaikan langsung oleh wajib pajak,

terdaftar dengan Surat Pengantar Penerusan SPT Masa PPh

ke KPP lain.

c. Petugas TPT mengecek kelengkapan SPT Masa PPh

berdasarkan ketentuan dalam hal SPT Masa PPh diterima

dalam bentuk hardcopy lengkap dan menggabungkan LPAD

dengan SPT Masa PPh atau dokumen kelengkapan SPT Masa

PPh.

d. Petugas TPT meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan

SPT Masa PPh ke Kantor Pelayanan Pajak lain atau Surat

Penolakan SPT Masa PPh ke Kepala Seksi Pelayanan dan

meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi

Pengolahan Data dan Informasi.

e. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep

surat yang diterima. Proses atas surat yang telah

ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan

Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di

KPP.

f. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek

dan mencocokkan kebenaran fisik SPT Masa PPh apakah

telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa

PPh lengkap, dan mengirimkan SPT Masa PPh yang telah

direkam.

Page 22: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

29

g. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang

terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat

disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT.

h. Account Representative mengirim SPT unbalance dan SPT

yang terlambat lapor atau terlambat bayar ke Seksi Pelayanan

setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.

i. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah

direkam dari Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

dan SPT yang sudah selesai ditindaklanjuti dari Pelaksana

Seksi Pengawasan dan Konsultasi serta menatausahakan SPT

tersebut.

3. Standart Operating Procedures Tata Cara Penerimaan dan

Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan

Tata Cara Pnerimaan SPT Tahunan yang disampaikan oleh

Wajib Pajak, sebagai berikut:

a) Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan

secara langsung ke TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak.

b) Petugas Penerima SPT melakukan penelitian kelengkapan

formal SPT Tahunan, apabila SPT lengkap maka Petugas

Penerima SPT membubuhkan stempel lengkap dan kepada

wajib pajak diberikan tanda terima.

c) Apabila SPT tidak lengkap maka Petugas Penerima SPT

membuat lembar penelitian SPT Tahunan dan selanjutnya

lembar penelitian beserta SPT-nya dikembalikan kepada

Wajib Pajak.

d) Petugas Penerima SPT memberikan tanda terima SPT tanpa

melakukan penelitian kelengkapan formal terlebih dahulu

Page 23: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

30

atas SPT tahunan yang disampaikan secara langsung oleh

Wajib Pajak yang tidak terdaftar di KPP penerima SPT.

e) Apabila SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah SPT

Pembetulan, maka Petugas Penerima SPT mengarahkan

Wajib Pajak kepada Account Representative.

f) Account Representative menerima SPT Tahunan Pembetulan

dari Wajib Pajak dan melakukan penelitian syarat

penyampaian SPT Tahunan Pembetulan,

g) Account Representative mengarahkan Wajib Pajak yang SPT

Pembetulannya telah dinyatakan sebagai SPT lengkap untuk

menyerahkan SPT Pembetulan tersebut kepada Petugas

Penerima SPT.

h) Petugas Penerima SPT memberikan tanda terima kepada

Wajib Pajak dan memisahkan SPT dari Wajib Pajak yang

terdaftar di KPP Sendiri dan SPT dari Wajib Pajak yang

terdaftar di KPP lain, serta berdasarkan status SPT (Nihil,

Kurang Bayar, dan Lebih Bayar).

i) Petugas Penerima SPT di akhir masa tugas penerimaan SPT

Tahunan membuat berita acara serah terima berkas

penerimaan, serta menandatanganinya lalu menyerahkan

berita acara serah terima berkas penerimaan,SPT yang

disampaikan Wajib Pajak, Tanda Terima yang tidak terpakai,

serta arsip tanda terima terpakai.

2.1.5.6 Pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah

memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan

Page 24: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

31

kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib

pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang

perpajakan.

Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan

pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan,

kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat

pajak. Disamping itu, juga kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilitas fisik

termasuk sarana komunikasi yang memadai dan pegawai yang cakap dalam

tugasnya. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi oleh petugas pajak, tentu saja

wajib pajak akan merasa nyaman dalam melakukan kewajiban perpajakannya

dan kepatuhan wajib pajak akan meningkat.

Aparat pemerintah hendaknya mampu memberikan pelayanan umum

yang berkualitas pada masyarakat. Muhammad Yusril (2016) juga berpendapat

bahwa pelayanan yang berkualitas adalah sejumlah keistimewaan produk, baik

langsung maupun tidak langsung yang memenuhi keinginan masyarakat dan

memberi kepuasan atas penggunaan produk tersebut.

2.1.6 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.6.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pajak yang ditetapkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor

544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang dapat diberikan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak sebagaimana telah

diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016:113) istilah kepatuhan

berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat

Page 25: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

32

memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang

patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Safri Nurmantu dalam buku Siti Kurnia (2010:148)

mengemukakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat di definisikan sebagai suatu

keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya. Ada 2 macam kepatuhan, yaitu :

1. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

perpajakan.

2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang – undang perpajakan.

Menurut Chaizi dalam buku Siti Kurnia Rahayu (2010:151) Kepatuhan

Wajib Pajak didefinisikan sebagai berikut:

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

2. Kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan kembali SPT.

3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang.

4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, maka pengertian

kepatuhan wajib pajak menurut penulis merupakan suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya secara sukarela merupakan

tulang punggung Self Assessment System, dimana Wajib Pajak bertanggung

jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak

Page 26: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

33

perpajakan, tunduk, patuh sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan

peraturan pelaksanan perpajakan yang sudah ditetapkan.

2.1.6.2 Pengertian Self Assessment System

Self Assessment System merupakan metode memberikan tanggung jawab

yang besar kepada wajib pajak karena semua proses dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan dilakukan sendiri oleh wajib pajak.

Menurut Waluyo dan Wirawan B Iiyas dalam bukunya Perpajakan

Indonesia, Self Assessment System merupakan pemungutan pajak yang

memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar.

Menurut Siti Resmi (2016:13) dalam bukunya Perpajakan, Self

Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan

wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang setiap

tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Kelebihan dari self assessment system adalah Wajib Pajak diberikan

kepercayaan oleh fiskus untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

pajaknya yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Fungsi perhitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada WP untuk

menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan.

Kelemahan dari sistem ini adalah segala risiko pajak yang nantinya akan

timbul menjadi tanggung jawab WP. Salah satu alasan diberlakukannya

reformasi self assessment system adalah meningkatnya kepatuhan membayar

pajak ( Tarjo dan Kusumawati, 2006). Hal tersebut dikarenakan sistem

assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya.

Page 27: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

34

Kepatuhan wajib pajak memiliki peran penting dalam sistem pemungutan

pajak di Indonesia yang menerapkan self assessment system. Dengan tingkat

kepatuhan yang tinggi berarti wajib pajak sudah dengan sukarela membayar

pajaknya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan Negara Indonesia.

2.1.6.3 Syarat menjadi wajib pajak patuh

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK/03/2017

tentang Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

disebut sebagai Wajib Pajak Patuh apabila memenuhi beberapa syarat sebagai

berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi:

a) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan selama 3 (tiga) Tahun

Pajak terakhir yang wajib disampaikan sampai dengan akhir tahun

sebelum tahun penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu

dilakukan tepat waktu.

b) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam

tahun terakhir sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak

lebih dari 3(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut.

c) Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir sebelum

tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk Masa

Pajak Januari sampai November telah disampaikan.

d) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud

pada nomor b) telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.

Page 28: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

35

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin menganggur atau menunda

pembayaran pajak. Tunggakan pajak adalah angsuran pajak yang belum

dilunasi pada saat setelah tanggal pengenaan denda.

3. Laporan keuangan harus diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga

Pengawas Keuangan Pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian diberikan oleh auditor apabila tidak ditemukan kesalahan

material secara menyeluruh dalam laporan keuangan yang disajikan,

dengan kata lain laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK).

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan keputusan pengauditan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Keuntungan yang diterima apabila menjadi Wajib Pajak patuh adalah

mendapatkan pelayanan khusus dalam restitusi pajak penghasilan dan

pajak pertambahan nilai yaitu pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

tanpa harus dilakukan pemeriksaan kepada pengusaha kena pajak.

Maka pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak

dalam pemenuhan kewajiban perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan

perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.

Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan

wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada

hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang

dibayarkan pada kas negara. Karena pembayar pajak terbesar sekalipun belum

tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh, meskipun memberikan

kontribusi besar pada negara, jika masih memiliki tunggakan maupun

Page 29: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

36

keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat wajib pajak

patuh.

Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,

baik bagi negara maju maupun di negara berkembang. Karena jika wajib pajak

tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan

penghindaran, penggelapan,penyelundupan dan pelalaian pajak yang pada

akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara

berkurang.

Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi

sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak,

penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, tarif pajak.

Administrasi perpajakan di Indonesia masih perlu diperbaiki, dengan

perbaikan diharapkan wajib pajak lebih termotivasi dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Dengan alat untuk mencapai suatu sistem telah diperbaiki maka

faktor-faktor lain akan terpengaruh.

Administrasi baik tentunya karena instansi pajak, sumber daya

aparatpajak dan prosedur perpajakannya baik. Dengan kondisi tersebut maka

usaha memberikan pelayanan bagi wajib pajak akan lebih baik, lebih cepat dan

menyenangkan wajib pajak. Dampaknya akan nampak pada kerelaan wajib

pajak untuk membayar pajak.

Wajib pajak akan patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya

sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk penyelundupan pajak.

Tindakan pemberian sanksi tersebut terjadi jika wajib pajak terdeteksi dengan

administrasi yang baik dan terintegrasi serta melalui aktivitas pemeriksaan oleh

aparat pajak yang berkompeten dan memiliki integritas tinggi, melakukan

tindakan Tax Evasion. Penurunan tarif pajak juga akan mempengaruhi motivasi

wajib pajak membayar pajak. Dengan tarif pajak yang rendah otomatis pajak

yang dibayarkan pun tidak banyak.

Page 30: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

37

Kepatuhan perpajakan dapat diwujudkan salah satunya dengan kemauan

membayar pajak didukung oleh kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan

pemahaman terhadap peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektivitas

Sistem perpajakan. Penelitian ini akan mengkaji lebih jauh bagaimana pengaruh

Sunset Policy terhadap faktor-faktor pendorong kemauan membayar pajak.

2.1.6.4 Elemen-elemen kepatuhan wajib pajak

Menurut Supadmi (2010:46) mengatakan bahwa kepatuhan sebagai

fondasi Self Assessment System dapat docapai apabila elemen-elemen kunci telah

ditetapkan secara efektif. Elemen – elemen kunci tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak.

2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak.

3. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif.

2.1.6.5 Upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Peningkatan kepatuhan merupakan tujuan utama dari Direktorat Jenderal

Pajak, ketika sistem perpajakan suatu negara telah maju, pendekatan reformasi

diletakkan pada peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perpajakan. Hadi

Purnomo dalam Marcus Taufan Sofyan (2005) menyatakan terdapat tiga strategi

dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui administrasi perpajakan,

yaitu:

a. Membuat program dan kegiatan yang dapat menyadarkan dan

meningkatkan kepatuhan secara sukarela.

b. Meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak yang sudah patuh supaya

dapat mempertahankan atau meningkatkan kepatuhannya.

c. Dengan menggunakan program atau kegiatan yang dapat memerangi

ketidakpatuhan.

Page 31: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

38

2.1.6.6 Proses penetapan wajib pajak patuh

Penetapan Wajib Pajak Patuh diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

RI No.39/PMK.03/2018 Pasal 4, yaitu:

1. Penetapan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan:

a) Berdasarkan permohonan dari Wajib Pajak; atau

b) Berdasarkan kewenangan Direktur Jenderal Pajak secara jabatan.

2. Bebas waktu pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1)

huruf a), diajukan paling lambat tanggal 10 januari pada tahun penetapan

Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

3. Berdasarkan hasil penelitian atas pemenuhan persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, Direktur Jenderal Pajak:

a) Menerbitkan keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu, dalam hal permohonan Wajib Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat 1) memenuhi persyaratan; atau

b) Memberikan secara tertulis kepada Wajib Pajak mengenai

penolakan permohonan, dalam hal permohonan Wajib Pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat 1) tidak memenuhi persyaratan.

4. Penerbitan keputusan atas Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dan

pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 3) huruf b,

dilakukan paling lambat tanggal 20 Februari pada tahun penetapan Wajib

Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

5. Apabila sampai dengan tanggal 20 Februari pada tahun penetapan

sebagaimana dimaksud pada ayat 4) Direktur Jenderal pajak tidak

memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat 1) dianggap disetujui dan Direktur Jenderal Pajak.

Page 32: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

39

2.1.6.7 Pemenuhan kewajiban perpajakan

Menurut Supadmi dalam buku Heizer dan Render (2016:121)

menyebutkan bahwa wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri

kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan

melaporkan pajak tersebut. Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan yang tercermin dalam situasi sebagai berikut :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

2.1.6.8 Indikator kepatuhan wajib pajak

1. Ketetapan Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)

Dikatakan tepat waktu apabila wajib pajak melaporkan SPT sesuai

dengan waktu yang ditetapkan. Ketetapan waktu dalam membayar

pajak, patuh mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, mengisi

formulir dengan benar, menghitung membayar jumlah pajak yang

terutang dengan benar dan patuh terhadap aturan-aturan yang

ditetapkan di perpajakan.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

NO

JUDUL,

NAMA, DAN

TAHUN

PENELITIAN

VARIABEL

PENELITIAN

ANALISIS

DATA

HASIL

PENELITIAN

PERSAMAN

DAN

PERBEDAAN

1. Modernisasi

Sistem

Administrasi

Ada 1 variabel

independen

yang

Metode yang

digunakan

adalah

Hasil

penelitian

menunjukkan

Perbedaan:

Variabel

independen

Page 33: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

40

Perpajakan

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Orang Pribadi

Dan Wajib

Pajak Badan

Pada Kantor

Pelayanan

Pajak Pratama

Manado.

(Widya K

Sarunan,

2016).

berpengaruh

positif terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Orang Pribadi

dan Wajib

Pajak Badan:

Modernisasi

Sistem

Administrasi

Perpajakan.

Sedangkan ada

5 indikator

yang

berpengaruh

yaitu : struktur

organisasi,

business

process, dan

teknologi

informasi dan

komunikasi,

penyempurnaan

manajemen

sumber daya

manusia, dan

pelaksanaan

good

governance.

penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

kuesioner.

bahwa

modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan

memiliki

pengaruh

positif

terhadap

kepatuhan

wajib pajak.

peneliti

menggunakan

kualitas

pelayanan

pajak dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

administrasi

perpajakan dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

2. Pengaruh

Tingkat

Pemahaman

Wajib Pajak

Dan Kualitas

Pelayanan

Fiskus

Terhadap

Tingkat

Kepatuhan

Wajib Pajak

Pph Orang

Pribadi.

Farid Syahril,

2013).

Ada 2 variabel

indenpenden

yaitu: Pengaruh

tingkat

pemahaman

wajib pajak dan

kualitas

pelayanan

fiskus, da nada

1 variabel

dependen yaitu:

tingkat

kepatuhan

wajib pajak.

Metode ini

menggunakan

sampel yang

dipilih

menggunakan

teknik

pengambilan

sampel

convenience

sampling

method,

dengan

menggunakan

rumus slovin,

teknik analisis

data

menggunakan

teknik regresi

berganda

Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa tingkat

pemahaman

wajib pajak

dan kualitas

pelayanan

fiskus

berpengaruh

signifikan

positif

terhadap

tingkat

kepatuhan

wajib pajak.

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kebijakan

administrasi

perpajakan dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kualitas

pelayanan

Page 34: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

41

dengan

bantuan SPSS.

pajak dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak

3.

Pengaruh

Administrasi

Perpajakan,

Kualitas

Layanan

Fiskus,

Terhadap

Perilaku Wajib

Pajak Dan

Kepatuhan

Wajib

Pajak(Studi

Pada Wajib

Pajak Badan

Di Kantor

Pelayanan

Pajak Malang

Selatan).

(Muhammad

Yusril, Siti

Ragil

Handayani,

Nila Firdaus

Nuzula, 2016).

Ada 2 variabel

independen

yaitu:

administrasi

perpajakan,

kualitas

layanan fiskus,

dan ada2

variabel

dependen yaitu:

perilaku wajib

pajak dan

kepatuhan

wajib

Metode ini

menggunakan

accidental

sampling dan

dianalisis

dengan

menggunakan

teknik analisis

jalur (path

Analysis)

dalam aplikasi

SPSS versi 20

Hasil

Penelitian

menunjukkan

bahwa dari

administrasi

perpajakan,

kualitas

layanan fiskus,

dan perilaku

wajib pajak

memiliki

pengaruh yang

sgnifikan

terhadap

kepatuhan

wajib pajak.

Perbedaan:

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

administrasi

perpajakan,

kualitas

pelayanan

pajak dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

4. Analisis

Pengaruh

Reformasi

Administrasi

Perpajakan

Melalui

Payment

Online System

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Badan di KPP

Pratama

Manado.

Enrico

Madayanto,

Herman

Karamoy,

Treesjeruntu

(2015).

Variabel

independen

yaitu

Reformasi

Administrasi

Perpajakan

Melalui

Payment

Online

System,dan

variabel

dependen

yaitu:kepatuhan

wajib pajak.

Metode

purposive

sampling atau

sampel dipilih

secara

Sengaja dan

menggunakan

analisis regresi

sederhana.

Hasil

penelitian

dengan

menggunakan

analisis regresi

sederhana

menunjukan

bahwa

Reformasi

administrasi

perpajakan

melalui

payment online

system

berpengaruh

terhadap

Kepatuhan

wajib pajak

PPh badan.

Artinya

reformasi

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kualitas

pelayanan

pajak dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kebjakan

administrasi

perpajakan dan

variabel

Page 35: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

42

administrasi

perpajakan

melalui

payment online

system baik

jika

kepatuhan

wajib pajak

PPh badan

baik.

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

5. Pengaruh

Kualitas

Pelayanan

Petugas Pajak,

Sanksi

Perpajakan

Dan Biaya

Kepatuhan

Pajak

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

UMKM.

Arabella

Oentari Fuadi

dan Yenni

Mangoting

(2013).

Variabel

independen ada

3 yaitu: kualitas

pelayanan

petugas pajak,

sanksi

perpajakan dan

biaya

kepatuhan

pajak, dan

variabel

dependen yaitu:

kepatuhan

wajib pajak

UMKM.

Metode

penelitian

menggunakan

teknik regresi

berganda dan

menggunakan

kuesioner.

Hasil

penelitian ini

adalah terdapat

pengaruh

positif kualitas

pelayanan

petugas pajak,

sanksi pada

kepatuhan

wajib pajak.

Semakin baik

kualitas

pelayanan

petugas pajak

dan semakin

berat sanksi

perpajakan

yang

dikenakan

pada Wajib

Pajak UMKM

maka akan

meningkatkan

kepatuhan

Wajib Pajak

UMKM.

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kebijakan

administrasi

perpajakan dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kualitas

pelayanan

pajak dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak

6. Pengaruh

Penerapan

Sistem

Adminstrasi

Perpajakan

Modern dan

Kesadaran

Wajib Pajak

pada

Kepatuhan

Wajib Pajak.

I Wayan Sugi

Astana, Ni

Ketut Lely

Variabel

independen

yaitu Sistem

Administrasi

Perpajakan dan

kesadaran

wajib pajak,dan

variabel

dependen

yaitu:kepatuhan

wajib pajak.

Metode

Penelitian

menggunakan

teknik

accidental

sampling dan

penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

linier berganda

Hasil

penelitian ini

adalah terdapat

pengaruh

positif

penerapan

sistem

administrasi

perpajakan

modern dan

kesadaran

Wajib Pajak

pada

kepatuhan

Wajib Pajak

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kualitas

pelayanan

pajak dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Page 36: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

43

Aryani

Merkusiwati

(2017).

Orang Pribadi

di KPP

Pratama

Gianyar.

Variabel

independen

Sistem

Administrasi

Perpajakan dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

7. Pengaruh

Pengetahuan

Wajib Pajak,

Penyuluhan

Pajak, Kualitas

Pelayanan

Pajak, Dan

Pemeriksaan

Pajak

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Badan Di Kota

Padang.

Muchsin Ihsan

(2013).

Variabel

independen ada

3 yaitu:

Pengetahuan

Wajib Pajak,

Penyuluhan

Pajak, Kualitas

Pelayanan

Pajak, dan 1

variabel

dependen yaitu:

kepatuhan

wajib pajak.

Metode

Penelitan

menggunakan

pemelihan

sampel yang

menggunakan

metode

purposive

sampling.

Hasil

penelitian

membuktikan

bahwa

pengetahuan

Wajib Pajak,

penyuluhan

pajak, kualitas

pelayanan

pajak, dan

pemeriksaan

pajak

berpengaruh

signifikan

positif

terhadap

kepatuhan

Wajib Pajak

Badan di Kota

Padang.

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kebijakan

administrasi

perpajakan dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kualitas

pelayanan

pajak dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak

8. Pengaruh

Pengetahuan

Perpajakan,

Modernisasi

Sistem

Administrasi

Perpajakan,

dan Kesadaran

Wajib Pajak

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Pada Kantor

Wilayah

Direktorat

Jenderal Pajak

Daerah

Istimewa

Ada 3 Variabel

independen

yang

berpengaruh

positif terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak :

Pengetahuan

perpajakan,

Modernisasi

sistem

Administrasi

Perpajakan,

Kesadaran

Wajib Pajak.

Menggunakan

uji asumsi

klasik, regresi

linier

sederhana, dan

regresi linier

berganda.

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

Pengetahuan

perpajakan,

Modernisasi

sistem

administrasi

perpajakan,

Kesadaran

Wajib Pajak

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak.

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kualitas

pelayanan

pajak dan

objek peneliti

di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

Sistem

Page 37: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab 2.pdf · 2019. 7. 11. · UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

44

Yogyakarta

Tahun 2013.

(Septiyani Nur

Khasanah,

2016).

Administrasi

Perpajakan dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

9. Pengaruh

Administrasi

Perpajakan dan

Sumber Daya

Manusia

Terhadap

Tingkat

Kepatuhan

Wajib Pajak.

(Moch.

Dzulkirom

A.R, 2018).

Variabel

penelitian ada 2

variabel

independen

yaitu:

Administrasi

Perpajakan dan

Sumber Daya

Manusia

Variabel

dependen

yaitu:kepatuhan

wajib pajak.

Metode

pengambilan

data

menggunakan

metode

sampling

incidental dan

teknis analisis

data

menggunakan

analisis regresi

berganda .

Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa

administrasi

perpajakan dan

kepatuhan

wajib pajak

secara parsial

berpengaruh

signifikan,

variabel

sumber daya

manusia secara

parsial juga

berpengaruh

terhadap

kepatuhan

wajib pajak

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kualitas

pelayanan

pajak, objek

peneliti di KPP

Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kebijakan

administrasi

perpajakan dan

variabel

dependen

kepatuhan

wajib pajak.

10. Pengaruh

Kualitas

Pelayanan

Pajak Dan

Pengetahuan

Wajib

Pajak

Terhadap

Kepatuhan

Wajib Pajak

Orang Pribadi

Di

Kelurahan

Kleak

Kecamatan

Malalayang

Kota Manado.

(Kilapong G.

Ester, 2017).

Variabel

indenpenden

ada 2 yaitu:

Kualitas

Pelayanan

Pajak Dan

Pengetahuan

Wajib

Pajak dan

variabel

dependen yaitu:

Kepatuhan

Wajib Pajak.

Metode

pengambilan

sampel

menggunakan

Sampling

Purposive,

pengambilan

sampel

menggunakan

rumus slovin

dan

menggunakan

SPSS versi

17.0

Hasil

Penelitian

menunjukkan

bahwa

pengetahuan

wajib pajak

menunjukkan

signifkan

terhadap

kepatuhan

wajib pajak

tetapi kualitas

pelayanan

pajak tidak

berpengaruh

terhadap

kepatuhan

wajib pajak.

Perbedaan:

Variabel

independen

peneliti

menggunakan

kebijakan

administrasi

perpajakan dan

objek peneliti di

KPP Pratama

Surabaya

Mulyorejo.

Persamaan:

Variabel

independen

kualitas

pelayanan pajak

dan variabel

dependen

kepatuhan wajib

pajak.