1.larutanac
DESCRIPTION
gfjgTRANSCRIPT
LARUTAN
Definisi
Menurut FI III hal 32
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain
sebagai pelarut digunakan air suling.
Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injectiones. Wadah harus dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih dari 1 liter.
Menurut FI IV hal 13
Larutan dalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,missal :
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur.
Menurut Formularium Nasional hal 332
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih didalam
pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau yang dimasudkan
kedalam organ tubuh.
Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal 304
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat yang terlarut.
Pembuatan Larutan Secara Umum
1. Penimbangan Zat Cair
Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah
yang diberikan. Mula-mula dicari tutup gabus yang cocok, dengan mencoba tutup ini
dengan memegang leher botol dan menekan tutup gabusnya dengan ibu jari pada
mulut botol. Lalu botol beserta gabus diletakkan di bagian piringan timbangan sebelah
kanan dan dibagian kiri diletakkan butir-butir gotri sebagai tara. Selanjutnya
disamping kotak tara pada piring timbangan sebelah kiri diletakkan anak timbangan
sesuai dengan cairan yang akan ditimbang, lalu cairan diisikan pada botol sampai
berat yang ditentukan.
2. Cara Melarutkan Zat
- Zat-zat yang mudah larut dilarutkan di dalam botol
- Zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan : masukan zat padat
ang akan dilarutkan dalam erlenmeyer, setelah itu dimasukkan zat pelarutnya,
dipanasi di atas tangas air atau api bebas dengan digoyang-goyangkan sampai
larut
- Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka air dimasukkan dulu dalam
erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya. Zat-
zat tersebut adalah Glucosum, Borax dan Natrii Bromidum.
- Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang-goyagkan atau
dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut. Zat-zat tersebut adalah
Codeinum base, Nipagin, Chlorbutanolum dan Acetanilidum
- Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan
pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat-zat tersebut adalah : Hexaminum,
Natrii Bicarbonas, Chlorali Hidras, Protargol, Luminal Natrium, Veronal Natrium
dan Calcii Acetylsalicylas.
- Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan
dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan. Zat-zat tersebut
adalah Camphora, Thymolum, Acidum Benzoicum dan Acidum Salicylicum.
- Obat-obat keras harus dilarutkan sendiri, untuk meyakini apakah sudah larut
semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
- Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya untuk mempercepat larutnya suatu
zat, tidak untuk menambah kelarutan, sebab bila keadaaan menjadi dingin maka
akan terjadi endapan.
3. Pelarut Organik yang Digunanakan untuk Melarutkan
- Paraffinum Liquidum
- Glycerinum
- OleaPinguia
4. Cara Penyaringan
Untuk larutan obat minum atau kulit penyaringan dilakukan dengan menggunakan
kapas hidrofil. Pada corong diletakkan kertas hidrofil lalu dituangkan larutan yang
akan disaring. Bagian filtrat yang pertama (kira-kira seperempatnya), setelah dikocok
dalam botol wadahnya dituangkan kembali ke dalam corong tadi, hal ini untuk
menyaring serabut kertas filter atau kapas yang ikut dengan filtrat pertama, setelah itu
larutan seluruhnya disaring
Penggolongan Larutan
Bentuk sediaan larutan yang digolongkan berdasarkan cara pemberiannya :
Misalnya larutan oral
Larutan topical
Bentuk sediaan larutan digolongkan pada system pelarut dan zat terlarut:
Spirit
Tingtur
Larutan air
SIRUP
Definisi
Menurut farmakope Indonesia III, sirup adalah sedian cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66.0%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat
atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Syrup adalah sediaan cair kental
yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan penambahan
bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian
suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian
obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada
anak-anak untuk meminum obat (Ansel, 1989).
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi
menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup,
cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat,
sirup isoniazid). Non Medicated Sirup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan
obat, melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup
Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.
Sirup yang terdiri dari flavouring agen tetapi tidak memiliki zat berkhasiat disebut sirup
nonmedicated.Sirup jenis ini dimaksudkan untuk memberikan rasa yang menyenangkan pada
zat berkhasiat yang ditambahkan kedalam resep yang diracik atau kedalam penyusunan
formulasi sirup obat,yaitu sirup yang mengandung agen terapetik.
Sirup Obat terdiri dari komponen sirup seperti sukrosa, aii yang dimurnikan, flavouring agen,
pewarna, zat berkhasiat/terapetik.
Sirup memberikan rasa yang menyenangkan pada sediaan cair yang memiliki rasa yang tidak
enak.Sirup terdiri dari sedikit atau tidak sama sekali alkohol.Obat yang larut dalam air yang
stabil dalam larutan cair ditambahkan ke dalam sirup rasa
Komponen sirup:
1. Gula, biasanya sukrosa,atau substitusi gula( sorbitol, gliserin) yang digunakan untuk
memberi rasa manis dan viskositas.
2. Pengawet Antimikroba, untuk mencegah pertumbuhan mikroba contohnya
asambenzoat 0,1 – 0,2 %, metilparaben dan propilparaben 0,1%
3. Perasa, dengan perasa sintetis atau alami seperti oleum citri dan vanilin
4. Pewarna, umumnya larut dalam air tidak bereaksi dengan zat aktif pada sirupdan
memiliki intensitas warna yang tetap.contohnya tartrazin dan karmin.
Penggolongan sirup
Penggolongan sirup berdasarkan fungsinya:
1. Medicated Syrup (sirup obat)
Merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirup obat berupa preparat
yang sudah distandarisasi, dapat diberikan berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan
obat lain. Contoh sirup obat antara lain: Sirup sebagai ekspektorans contohnya yaitu Sirup
Thymi. Sirup Thymi et Serpylli = Sirop Thymi Compositus. Sirop Althae. Sirup sebagai
antitusif, contoh sirup Codeini, mengandung 2 mg Codein/ml sirop.
Sirup sebagai anthelmintik: cotoh sirup Piperazini, mengandung 1 g Piperazine dalam bentuk
hexahydrat/citrat dalam tiap 5 ml sirop. Sirup sebagai antibiotik contohnya yaitu Sirup
Kanamycin, mengandung 50 mg/ml, Sirup Chloramphenicol, umumnya mengandung 25
mg/ml, Sirup Ampicillin, umumnya mengandung 25 mg/ml, Sirup Amoxycillin, umumnya
mengandung 25 mg/ml, Sirup Cloxacillin, umumnya mengandung 25 mg/ml.
Dry Syrup atau sirup kering, berupa campuran obat dengan sakarosa, harus dilarutkan dalam
jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. Keuntungan sirup kering dari pada sirup cairan,
biasanya sirup kering dapat tahan disimpan lebih lama. Contohnya Ampicillin trihydrate “dry
syrup”, ekivalen dengan 25 mg/ml sirup cairan kalau sudah dilarutkan dalam jumlah air yang
ditentukan.
2. Flavored Syrup (sirup korigen/pembawa),
Biasanya tidak digunakan untuk tujuan medis, namun mengandung berbagai bahan
aromatis atau rasa yang enak dan digunakan sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa pada
berbagai sediaan farmasi lainnya, misalnya sebagai penutup rasa pahit pada Vitamin B
Kompleks yang diberikan kepada bayi atau anak-anak. Sirup golongan ini, mengandung
berbagai bahan tambahan, misalnya bahan antioksidan (antioxidant agent), pengawet
(preservative agent), pewarna (coloring agent), pemberi rasa (flavoring agent), dan bahan
pelarut (diluting agent). Sirup ini, ditambahkan sebagai korigens rasa untuk obat minum,
cukup dalam jumlah 10-20 ml untuk tiap 100 ml larutan obat.
FUNGSI SIRUP
1. Sebagai Obat
Misalnya: Chlorfeniramini maleatis sirupus
2. Sebagai Corigensia Saporis
Misalnya: Sirupus simplex
3. Sebagai Corigensia Odoris
Misalnya: Sirupus aurantii
4. Sebagai Corigensia Coloris
Misalnya: Sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei
5. Pengawet
Misalnya: Sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang
tinggi,mencegah pertumbuhan bakteri.
KEUNTUNGAN SEDIAAN SIRUP
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak – anak).
2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak – anak karena rasanya
lebih enak dan warna lebih menarik.
3. Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescen
KERUGIAAN SEDIAAN SIRUP
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi
beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien.
Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya
dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau
eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol, suspense
stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending egent yang digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang
mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang
digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat sirup
kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan
selama beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula.
Cairan untuk sirup, dimana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari:
1. Aqua destilata:untuk sirupus simplex.
2. Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar:
a. Maserat misalnya sirupus Rhei
b. Perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. Colatura misalnya sirupus sanae
d. Sari buah misalnya rubi idaei
3. Larutan atau campuran larutan bahan obatmisalnya: methdilazina hydrochloride
sirupus, sirup-sirup dengan nama paten misalnya: yang mengandung campuran vitamin.
CARA MEMBUAT SEDIAAN SIRUP
1. Buat cairan untuk sirup
2. Panaskan tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut
3. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang di kehendaki
4. Buang busa yang terjadi dan serkai.
Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengndung glikosida antrakinon di
tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada pembuatan sirup
simplisia untuk persediaan di tambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang
cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi
akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk.
Pada penyimpanan dapat terjadi inverse dan sukrosa (pecah menjadi glukosa dan
fruktosa) dan pada sirup yang bereaksi asam inverse dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan
sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.Gula invert
adalah gula yang terjadi karena penguraian sukrosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah
berjamur dan berwarna tua (berbentuk karamel), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari
bahan obat. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan
sirupus iodeti ferrosi, hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi,
mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan
asam sitrat. Pada sirup yang mengandung sukrosa 62% atau lebih, sirup tidak dapat
ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sukrosa turun karena inversi, maka
jamur akan tumbuh. Bila dalam resep, sirup di encerkan dengan air dapat pula di tumbuhi
jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat di tambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sukrosa di
larutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan
thymin sirup dan thymin composites sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi
sirupus sukrosa di larut tanpa pemanasan.Melarutkan bahan – bahan dengan bantuan
pemanasan. Melarutkan bahan–bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan. Penambahan
sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberirasa.
Cara pembuatan sirup
Sirup paling sering dibuat dengan satu dari empat cara umum, tergantung pada sifat
kimia dan fisika bahan-bahan. Dinyatakan secara luas, cara-cara ini adalah
1. larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas
2. larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa penggunaan panas
3. penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa
dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa.
Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibuat dengan lebih dari satu cara diatas
Perkolasi dan Maseras
1. Larutan yang dibuat dengan pemanasan Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila.
a. dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin.
b. komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas.
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan
sampai larutan terbentuk.
Contoh : Sirup akasia, Sirup cokelat
2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas Menghindari panas yang meransang inverse
sukrosa Proses ini memakan waktu lebihlama mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila
bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah melarutkannya dalam
sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh: Sirup
ferro Sulfat.
3. Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa
Adakalanya cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam
pembuatan sirup.
Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan – bahan yang larut dalam
alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol.
Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup,
beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan – bahan tersebut larut di dalam air.
Akan tetapi apabila komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen –
komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut
dengan air, campuran dibiarkan sampai zat – zat yang tidak larut dalam air terpisah
sempurna, dan menyaringnya dari campuran.
Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam
sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan
sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa sebagai
obat. Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.
SPIRIT
Definisi
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat yang mudah
menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan. Beberapa spirit
digunakan sebagai bahan pengaroma, yang lain memiliki makna pengobatan. Penurunan
kadar etanol dalam spirit dengan mencampurkan sediaan yang mengandung air sering
menyebabkan kekeruhan.
Spirit harus didimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaa umtuk mencegah
penguapan dan memperkecil perubahan akibat oksidasi.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma
Contoh Spirit
Fatigon spirit
Kekuatan sediaan : vit-E, tiamin hidroklorida, piridoksin hidroklorida, sianokobalamin,
kalium L aspartat, magnesium L aspartat.
Indikasi : membuat badan segar, menghilangkan rasa letih, menghilangkan kekakuan otot
Dosis : sehari 1* 1kapl
Km: dus 60 kapl
TINGTUR
Definisi
Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,
tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standar yang telah ditetapkan. Secara
tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat menunjukan aktivitas 10 g obat dalam tiap
100 mL tingtur. Potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar. Sebagian besar tingtur
tumbuhan lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam tiap 100 mL tingtur (FI IV, 1995).
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi simplisia nabati
atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada
masing-masing monografi.
Sediaan tingtur harus jernih. Pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%. Untuk bahan
dasar yang mengandung harsa ( damar ) digunakan cairan penyari etanol 90% contohnya,
mira tincture,asaefoetila tincura,capsici tincture,tingtur menyan.
Penyimpanan
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari
cahaya matahari langsung dan panas yang berlebihan.
Cara Pembuatan Tingtur
1.Cara Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut
akan menetes secara beraturan keluar dari perkolator .
Prinsip kerja perkolasi :
Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan
pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya hingga rata dan cukup
basah, biarkan selama 15 menit.
Pindahkan kedalam perkolator yang sesuai dan mampatkan. Tuangkan
pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya sampai terendam
seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes
dari perkolator, tutup lubang bawah. Perkolasi dilakukan selama 24 jam atau
sesuai dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak
dinyatakan lain, lakukan perkolasi secara perlahan atau pada kecepatan yang
telah ditentukan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh.
Setelah itu secara bertahap tambahkan pelarut atau campuran pelarut
secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur.
2. Cara Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia tersebut
dalam cairan penyari pada suhu biasanya 15-25° C. maserasi juga merupakan proses
pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi. Prinsip kerja maserasi adalah pencucian zat
aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebu berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di
dalam sel.
Prinsip Kerja Maserasi
Maserasi bahan obat dengan 750 mL pelarut atau campuran pelarut tertentu
dalam wadah yang dapat ditutup, letakkan ditempat hangat. Diamkan selama
3 hari sambil dikocok sesekali atau hingga terlarut.
Pindahkan campuran kedalam penyaring, dan jika sebagian besar cairan telah
mengalir keluar, cuci residu pada penyaring dengan sejumlah pelarut atau
campuran pelarut tertentu secukupnya hingga diperoleh 1000 mL tingtur.
Pembagian Tingtur
1. Menurut cara pembuatan
a. Tincture Asli
Adalah tincture yang dibuat secara maserasi/perkolasi.
Tingtur yang dibuat secara maserasi, contoh :
Opii Tinctura
Valerianae Tinctura
Capsici Tinctura
Myrrhae Tinctura
Opii Aromatica Tinctura
Polygalae Tinctura
Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh:
Belladonae Tinctura
Cinnamomi Tinctura
Digitalis Tinctura
Lobeliae Tinctura
Strychnini Tinctura
Ipecacuanhae Tinctura
b. Tinctur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tincture yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan
kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contohnya :
Iodii Tinctura
Secalis Cornuti Tinctura
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tinctur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras.
Contohnya :
Belladonae Tinctura
Digitalis Tinctura
Opii Tinctura
Lobeliae Tinctura
Stramonii Tinctura
Strychnin Tinctura
Ipecacuanhae Tinctura d.
b. Tinctur Lemah
Adalah tincture yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat
keras. Contohnya :
Cinnamomi Tinctura
Valerianae Tinctura
Polygalae Tinctura
Myrrhae Tinctura
3. Berdasarkan Cairan Penariknya.
a. Tinctura Aetherea,jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter
dengan etanol.contoh: Tinctura Valerianae Aetherea.
b. Tinctura Vinosa,jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan
etanol.contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei)
c. Tinctura Acida,jika ke dalam etanol yang dipakai sebagai cairan penarik
ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida
Aromatica.
d. Tinctura Aquosa,jika cairan penarik yang dipakai adalah air . contohnya
Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita,adalah tingtur ynag didapatkan jika penarikan yang
dilakukan dengan cairan penarik selain etanol,hal ini harus dinyatakan pada
nama tincture tsb, misalnya pada campuran simplisia,contoh: Tinctura Chinae
Composita.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel.2011. Ansel’s pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System. Wolter
Kluwer : Philladelpia
Farmakope Indonesia edisi ke III
Farmakope Indonesia edisi 4
iso