193642270 laporan akhir revisi rtrw kota banda aceh 2006 2016

229
PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM SKS-BRR TATA RUANG,LINGKUNGAN DAN EVALUASI MANFAAT DINAS PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN Jl. Pemancar No. 5 Simpang Tiga Telp. (0651) 42885, 41130, Fax. (0651) 42230 Banda Aceh encana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam evisi Laporan Akhir Tahun 2006 - 2016

Upload: ilham-muktamar

Post on 11-Jul-2016

172 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Revisi

TRANSCRIPT

Page 1: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKS-BRR TATA RUANG,LINGKUNGAN DAN EVALUASI MANFAAT

DINAS PERKOTAAN DAN PERMUKIMANJl. Pemancar No. 5 Simpang Tiga Telp. (0651) 42885, 41130, Fax. (0651) 42230 Banda Aceh

encana Tata Ruang WilayahKota Banda AcehProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam

evisi

Laporan Akhir

master

Tahun 2006 - 2016

Page 2: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

i

Kata Pengantar

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh merupakan rencana induk yang akan dijadikan sebagai pedoman/acuan bagi pemerintah kota dalam melakukan pembangunan/pengembangan Kota Banda Aceh. Mengingat pada akhir tahun 2004 telah terjadi bencana gempa dan tsunami di Provinsi NAD khususnya Kota Banda Aceh yang mengakibatkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang dan struktur ruang kota yang ada, sehingga diperlukan kegiatan penyempurnaan atau Revisi RTRW Kota Banda Aceh agar dapat relevan dengan kondisi setelah bencana tersebut.

Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari produk RTRW Kota Banda Aceh 2002 – 2010 (sebelum bencana gempa dan tsunami) dengan memperhatikan aspirasi masyarakat Kota Banda Aceh dan merujuk Urgent Plan of Banda Aceh City yang telah disusun oleh JICA serta studi-studi keruangan yang ada pasca bencana gempa dan tsunami.

Dokumen Laporan Akhir disusun sebagai produk dokumen pertama dari pekerjaan “Revisi Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) 2006 – 2016 Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”

kerjasama antara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dengan konsultan pelaksana.

Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi dasar untuk penyusunan rencana tahap yang lebih rinci. Atas bantuan dan kerja sama semua pihak hingga tersusunnya dokumen ini, kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Desember 2006

Page 3: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------------------------- i Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------------------- v Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------------------------------------ vii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------- I - 1 1.2 Issue Pokok Dalam Penyusunan Revisi RTRW ----------------------------------------------------- I - 3 1.3 Maksud, Tujuan dan Sasaran ---------------------------------------------------------------------------- I - 3 1.4 Lingkup Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.5 Wilayah Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.6 Substansi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.7 Metodologi ------------------------------------------------------------------------------------------------- I - 5

1.7.1 Azaz Rencana -------------------------------------------------------------------------------------- I - 5 1.7.2 Pendekatan Penataan Ruang -------------------------------------------------------------------- I - 6 1.7.3 Tahapan Pekerjaan -------------------------------------------------------------------------------- I - 8

1.8 Sistematika Laporan -------------------------------------------------------------------------------------- I - 12

BAB 2 : KARAKTERISTIK, POTENSI DAN MASALAH KOTA BANDA ACEH

2.1 Analisis Fungsi, Peran dan Kedudukan Kota Banda Aceh ---------------------------------------- II - 1 2.2 Analisis Daya Dukung ------------------------------------------------------------------------------------ II - 2

2.2.1 Geografis --------------------------------------------------------------------------------------------- II - 2 2.2.2 Topografi ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 4 2.2.3 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 4 2.2.4 Klimatologi ----------------------------------------------------------------------------------------- II - 5 2.2.5 Geologi Tanah ------------------------------------------------------------------------------------- II - 6

2.3 Analisis Pemanfaatan Ruang ---------------------------------------------------------------------------- II - 7 2.3.1 Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------ II - 7 2.3.2 Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------------------------- II - 10 2.3.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------------ II - 20 2.3.4 Kecendrungan Perkembangan Kota ----------------------------------------------------------- II - 22

Page 4: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

iii

2.4 Analisis dan Karakteristik Kependudukan dan Kemasyarakatan --------------------------------- II - 23 2.4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ---------------------------------------------------------- II - 23 2.4.2 Kepadatan Penduduk ---------------------------------------------------------------------------- II - 28 2.4.3 Komposisi Penduduk ---------------------------------------------------------------------------- II - 31 2.4.4 Kondisi Sosial Budaya ---------------------------------------------------------------------------- II - 33

2.5 Karakteristik dan Analisis Perekonomian ------------------------------------------------------------- II - 35 2.5.1 Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------- II - 35 2.5.2 Ketenagakerjaan ----------------------------------------------------------------------------------- II - 37

2.6 Karakteristik dan Analisis Transportasi --------------------------------------------------------------- II - 38 2.6.1 Transportasi Darat -------------------------------------------------------------------------------- II - 38 2.6.2 Transportasi Penyeberangan -------------------------------------------------------------------- II - 40 2.6.3 Transportasi Laut --------------------------------------------------------------------------------- II - 40

2.7 Karakteristik dan Analisis Utilitas Kota --------------------------------------------------------------- II - 40 2.7.1 Air Bersih ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 40 2.7.2 Air Limbah ----------------------------------------------------------------------------------------- II - 42 2.7.3 Persampahan --------------------------------------------------------------------------------------- II - 43 2.7.4 Drainase -------------------------------------------------------------------------------------------- II - 45 2.7.5 Telekomunikasi ----------------------------------------------------------------------------------- II - 46 2.7.6 Kelistrikan ------------------------------------------------------------------------------------------ II - 47

2.8 Karakteristik dan Analisis Fasilitas Kota -------------------------------------------------------------- II - 48 2.8.1 Fasilitas Pendidikan ------------------------------------------------------------------------------- II - 48 2.8.2 Fasilitas Kesehatan -------------------------------------------------------------------------------- II - 49 2.8.3 Fasilitas Peribadatan ------------------------------------------------------------------------------ II - 51 2.8.4 Fasilitas Perkantoran dan Pelayanan Umum ------------------------------------------------- II - 52

2.9 Harapan dan Aspirasi Stakeholders --------------------------------------------------------------------- II - 52 2.9.1 Pertimbangan Sosial Budaya -------------------------------------------------------------------- II - 53 2.9.2 Pertimbangan Ekonomi -------------------------------------------------------------------------- II - 53 2.9.3 Pertimbangan Infrastruktur --------------------------------------------------------------------- II - 53

BAB 3 : RENCANA TATA RUANG KOTA BANDA ACEH

3.1 Kedudukan Kota Banda Aceh Dalam Konstelasi Regional ---------------------------------------- III - 1 3.2 Skenario Perkembangan Kota --------------------------------------------------------------------------- III - 2 3.3 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang ---------------------------------------------------------------- III - 4

3.3.1 Rencana Struktur Ruang Kota ------------------------------------------------------------------ III - 4 3.3.2 Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk ------------------------------------------- III - 12 3.3.3 Rencana Sistem Pusat Pelayanan --------------------------------------------------------------- III - 13

3.4 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang --------------------------------------------------------------------- III - 14 3.4.1 Penetapan Kawasan Lindung ------------------------------------------------------------------- III - 16 3.4.2 Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------------------- III - 21

3.5 Rencana Penetapan Intensitas Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------- III - 25

Page 5: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

iv

3.5.1 Rencana Kepadatan Bangunan ----------------------------------------------------------------- III - 25 3.5.2 Koefisien Lantai Bangunan --------------------------------------------------------------------- III - 26 3.5.3. Ketinggian Bangunan ---------------------------------------------------------------------------- III - 27 3.5.4. Garis Sempadan Bangunan ---------------------------------------------------------------------- III - 28

3.6. Rencana Sistem Transportasi ---------------------------------------------------------------------------- III - 29 3.6.1. Sistem Perangkutan Jalan Raya ----------------------------------------------------------------- III - 29 3.6.2. Sistem Perangkutan Laut ------------------------------------------------------------------------ III - 34 3.6.3. Sistem Perangkutan Penyeberangan ----------------------------------------------------------- III - 35

3.7 Rencana Sistem Utilitas ---------------------------------------------------------------------------------- III - 36 3.7.1 Rencana Sistem Penyediaan Air Bersih ------------------------------------------------------- III - 36 3.7.2 Rencana Sistem Pembuangan Sampah -------------------------------------------------------- III - 39 3.7.3 Rencana Sistem Drainase ------------------------------------------------------------------------ III - 41 3.7.4 Rencana Penanganan Bencana Banjir ---------------------------------------------------------- III - 44 3.7.5 Rencana Sistem Penyediaan Kelistrikan ------------------------------------------------------- III - 54 3.7.6 Rencana Sistem Penyediaan Telekomunikasi ------------------------------------------------ III - 55

3.8 Rencana Sistem Fasilitas --------------------------------------------------------------------------------- III - 56 3.8.1. Rencana Penyediaan Fasilitas Pendidikan ---------------------------------------------------- III - 56 3.8.2. Rencana Penyediaan Fasilitas Kesehatan ----------------------------------------------------- III - 57 3.8.3. Rencana Penyediaan Fasilitas Peribadatan ---------------------------------------------------- III - 57

3.9 Rencana Fasilitas Jalur Darurat dan Evakuasi ------------------------------------------------------- III - 58 BAB 4 : RENCANA IMPLEMENTASI

4.1 Kelembagaan Penataan Ruang Kota Banda Aceh --------------------------------------------------- IV - 1 4.1.1 Pendahuluan ---------------------------------------------------------------------------------------- IV - 1 4.1.2 Referensi Peraturan dan Perundang-Undangan Penataan Ruang ------------------------- IV - 2 4.1.3 Azas-Azas dan Tujuan Penataan Ruang ------------------------------------------------------- IV - 3 4.1.4 Kerangka Konseptual Hubungan Rencana Tata Ruang Dengan Rencana

Pembangunan -------------------------------------------------------------------------------------- IV - 4 4.1.5 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang --------------------------------------------- IV - 13 4.1.6 Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang Di Kota Banda Aceh ---------------------------- IV - 20 4.1.7 Izin Mendirikan Bangunan ---------------------------------------------------------------------- IV - 26 4.1.8 Izin Gangguan ------------------------------------------------------------------------------------- IV - 32 4.1.9 Izin Tempat Usaha -------------------------------------------------------------------------------- IV - 37 4.1.10 Pengendalian Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------- IV - 42

4.2 Indikasi Program ------------------------------------------------------------------------------------------ IV - 46

LAMPIRAN 1 : ZONING REGULATION

LAMPIRAN 2 : MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK KAWASAN PERMUKIMAN

LAMPIRAN 3 : KETENTUAN KDB DAN KLB

Page 6: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

v

Daftar Tabel BAB 2

Tabel 2.1 Peran, Fungsi dan Kedudukan Kota Banda Aceh -------------------------------- II - 2 Tabel 2.2 Luas dan Prosentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh ---------------- II - 3 Tabel 2.3 Sungai di Kota Banda dan Aceh ----------------------------------------------------- II - 5 Tabel 2.4 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2002 ------------------------------------------------------------------------------ II - 10 Tabel 2.5 Luas dan Persentase Tingkat Kepadatan Kawasan Terbangun di Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------------------------------ II - 11 Tabel 2.6 Pola Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------------------------------------------------------ II - 12 Tabel 2.7 Pembagian Zona, Fungsi dan Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Menurut URRP BAC -------------------------------------------- II - 17 Tabel 2.8 Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang di Kota Tahun 2010 ------------------ II - 20 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2001-2003 ---------------------- II - 23 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Pasca Tsunami di Kota Banda Aceh -------------------------- II - 25 Tabel 2.11 Proyeksi Penduduk Kota Banda Aceh --------------------------------------------- II - 28 Tabel 2.12 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 -------------- II - 29 Tabel 2.13 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami -------------------------------------------------------------------------- II - 30 Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ------------------------------------------------------------------------------ II - 31 Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Pasca Tsunami Di Kota Banda Aceh ------------------------------------------------------------------ II - 32 Tabel 2.16 Jumlah & Titik Lokasi Pengungsi dalam Wilayah Kota Banda Aceh ---------- II - 33 Tabel 2.17 Kondisi PDAM Tirta Daroy --------------------------------------------------------- II - 40 Tabel 2.18 Kondisi Sampah Berdasarkan Jenisnya -------------------------------------------- II - 43 Tabel 2.19 Kondisi Saluran dan Pintu Air Sebelum dan Setelah Bencana Tsunami ------- II - 46 Tabel 2.2 Banyaknya Fasilitas Telepon di Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 --------- II - 47

Page 7: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

vi

Tabel 2.21 Kondisi Jaringan Listrik di Kota Banda Aceh ----------------------------------------------------------------------------- II - 48 Tabel 2.22 Jumlah TK, SD, SLTP, SLTA, dan Kejuruan di Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 ------------------------------------------------------- II - 49 Tabel 2.23 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II - 49 Tabel 2.24 Jumlah Sarana Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 ----------------------------------------------------------------------- II - 50 Tabel 2.25 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II - 50 Tabel 2.26 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Banda Aceh Tahun 2003 -------------------------------------------------------------- II – 51 Tabel 2.27 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II – 51

BAB 3

Tabel 3.1 Pembagian Zona Pada BWK Barat Kota Banda Aceh --------------------------- III - 9 Tabel 3.2 Pembagian Zona Pada BWK Utara Kota Banda Aceh -------------------------- III - 10 Tabel 3.3 Pembagian Zona Pada BWK Selatan Kota Banda Aceh ------------------------ III - 11 Tabel 3.4 Pembagian Zona Pada BWK Timur Kota Banda Aceh ------------------------- III - 11 Tabel 3.5 Rencana Distribusi Penduduk Kota Banda Aceh Tahun 2016 ----------------- III - 12 Tabel 3.6 Rencana Sistem Pusat Pelayanan ---------------------------------------------------- III - 13 Tabel 3.7 Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2016 ------------------------------------------ III - 15 Tabel 3.8 Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------- III - 21 Tabel 3.9 Rencana Kepadatan Bangunan ------------------------------------------------------ III - 25 Tabel 3.10 Rencana Koefisien Lantai Bangunan ------------------------------------------------ III - 27 Tabel 3.11 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 28 Tabel 3.12 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 29 Tabel 3.13 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------------ III - 36 Tabel 3.14 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 -------- III - 40 Tabel 3.15 Periode Ulang Saluran Drainase ----------------------------------------------------- III - 44 Tabel 3.16 Rencana Flood Canal ------------------------------------------------------------------ III - 45 Tabel 3.17 Normalisasi Sungai Dalam Kota ----------------------------------------------------- III - 45 Tabel 3.18 Debit dan Dimensi Saluran Primer -------------------------------------------------- III - 46 Tabel 3.19 Jumlah dan Lokasi Retarding Pond, Pintu Air dan Pompa ---------------------- III - 47 Tabel 3.20 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------- III - 55 Tabel 3.21 Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telepon Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ---------------------------------------------------------------------------------- III - 55

Page 8: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir

vii

Tabel 3.22 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 56 Tabel 3.23 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57 Tabel 3.24 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57 BAB 4

Tabel 4.1 Daftar Stakeholder Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006 ------------- IV - 21 Tabel 4.2 Dasar Pembebanan Biaya IMB ------------------------------------------------------ IV - 30 Tabel 4.3 Indikasi Program Pengembangan Kota Banda Aceh Tahun 2007 - 2016 ----- IV - 47

Page 9: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir viii

Daftar Gambar

BAB 2

Gambar 2.1 Kota Banda Aceh ---------------------------------------------------------------------------- II - 3 Gambar 2.2 Bentang Alam Kota Banda Aceh --------------------------------------------------------- II - 4 Gambar 2.3 Grafik Klimatologi Kota Banda Aceh --------------------------------------------------- II - 6 Gambar 2.4 Struktur Patahan Semangko --------------------------------------------------------------- II - 7 Gambar 2.5 Peta Konsep Struktur Kota Banda ACeh Tahun 2016 -------------------------------- II - 9 Gambar 2.6 Grafik Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2005 ----------------------------------------------------------------------------------- II - 11 Gambar 2.7 Grafik Luas Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh ----------------------------------- II - 13 Gambar 2.8 Peta Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------ II - 14 Gambar 2.9 Identifikasi Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsuami ------------------ II - 15 Gambar 2.10 Kondisi Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami ---------------------------------- II - 14 Gambar 2.11 Peta Arahan Kesesuaian Zonasi Fisik Di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami ----- II - 16 Gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Fisik Kota Banda Aceh ------------------------------------------ II - 19 Gambar 2.13 Grafik Perkembangan Penduduk di Kota Banda Aceh ------------------------------- II - 24 Gambar 2.14 Grafik Penurunan Jumlah Penduduk dan Jumlah Pengungsi di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami --------------------------------------------- II - 25 Gambar 2.15 Persebaran Jumlah Orang yang Meninggal dan Hilang di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami --------------------------------------------- II - 26 Gambar 2.16 Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ---------- II - 29 Gambar 2.17 Grafik Penurunan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami ---------------------------------------------------------------------------- II - 31 Gambar 2.18 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ----------------------------------------------------------------------------------- II - 32 Gambar 2.19 Grafik Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Banda Aceh ------ II - 36 Gambar 2.20 Grafik distribusi PDRB Atas Harga Berlaku Per Sektor di Kota Banda Aceh ---- II - 36 Gambar 2.21 Grafik Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan ---------------------------------------- II - 37 Gambar 2.22 Grafik Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kota Banda Aceh Selama Periode Tahun 2000 - 2004 ---------------------------------------------------------------- II - 38 Gambar 2.23 Jaringan Jalan Kota banda Aceh Sebelum Tsunami ----------------------------------- II - 39 Gambar 2.24 IPLT di Gampong Jawa yang Direhabilitasi Pada Desember 2005 ----------------- II - 42 Gambar 2.25 Rute Operasional Truk Angkutan Sampah dan Lokasi Kontainer DKP Kota Banda Aceh ----------------------------------------------------------------------------- II - 44 Gambar 2.26 Peralatan Berat Yang Dimiliki DKP Kota Banda Aceh ------------------------------- II - 45

Page 10: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir ix

BAB 3

Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Kota Banda Aceh --------------------------------------------- III - 3 Gambar 3.2 Peta Rencana Struktur Ruang -------------------------------------------------------------- III - 5 Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Berdasarkan Zona Fisik BWK ------------------------------------ III - 8 Gambar 3.4 Peta Rencana Kawasan Lindung dan Ruang Terbuka Hijau ------------------------- III - 18 Gambar 3.5 Peta Rencana Cagar Budaya ---------------------------------------------------------------- III - 20 Gambar 3.6 Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 ----------------------------------------- III - 24 Gambar 3.7 Peta Jaringan Jalan --------------------------------------------------------------------------- III - 31 Gambar 3.8 Tipikal Potongan Melintang Jalan Poros dan Lingkar Kota Banda Aceh ---------- III - 32 Gambar 3.9 Jalan Di Atas Tanggul Laut ---------------------------------------------------------------- III - 33 Gambar 3.10 Peta Rencana Jaringan Air Bersih --------------------------------------------------------- III - 38 Gambar 3.11 Denah Lokasi Pembuangan Akhir Sampah dan IPLT Gampong Jawa Serta Rencana LPA dan IPLT Baru ------------------------------------------------------------- III – 39 Gambar 3.12 Pembagian Zona Drainase Kota Banda Aceh ------------------------------------------- III - 42 Gambar 3.13 Peta Rencana Jaringan Saluran Primer --------------------------------------------------- III - 49 Gambar 3.14 Sketsa Detected Breakwater --------------------------------------------------------------- III - 52 Gambar 3.15 Sketsa Dinding Penahan Gelombang (Seawall ) ---------------------------------------- III - 52 Gambar 3.16 Skematis Embankment (Tanggul) -------------------------------------------------------- III - 53 Gambar 3.17 Skematis Coastal Forest --------------------------------------------------------------------- III - 53 Gambar 3.18 Tidal Gate ------------------------------------------------------------------------------------- III - 54 Gambar 3.19 Peta Jalan Pelarian Darurat ----------------------------------------------------------------- III - 59

BAB 4

Gambar 4.1 Model 1 ; Perencanaan Strategis Pembangunan Daerah Berjalan Beriringan Secara Kohesif dengan Perencanaan Strategis Tata Ruang Wilayah ----------------- IV - 8 Gambar 4.2 Model II : Rencana Strategis Memayungi Rencana Pembangunan Daerah/ Sektoral dan Rencana Tata Ruang Wilayah --------------------------------------------- IV - 9

Page 11: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 1

PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

11..11 LLAATTAARR BBEELLAAKKAANNGG

Gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan

gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantakkan sebagian besar

wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera

Utara dengan korban lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) jiwa meninggal dan

meninggalkan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus

direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan

yang tepat dengan memasukkan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka

meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya.

Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa

yang ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 tentang

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan

Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005

tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat

Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses

percepatan tersebut. Rencana Induk ini merupakan dasar bagi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan.

Tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias pasca bencana gempa bumi dan

tsunami adalah membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan lingkungan

permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga masyarakat dapat

segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.

BAB I

Page 12: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 2

Kebijakan dan strategis penataan ruang dan pertanahan, sebagaimana dijelaskan

secara detail dalam lampiran 2 Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi, memberikan

gambaran konsep dan skenario penataan ruang, dan memberikan arahan pola serta

struktur tata ruang wilayah Provinsi NAD dan Kota di wilayah Propinsi NAD dan di

Kepulauan Nias. Arahan pola dan struktur tata ruang wilayah pada masing-masing wilayah

kota yang telah disusun perlu ditindaklanjuti dengan penyiapan Rencana Umum Tata

Ruang bagi kawasan permukiman utamanya.

Salah satu kota di wilayah NAD yang mengalami kerusakan akibat gempa dan

tsunami adalah Kota Banda Aceh. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh meliputi

seluruh wilayah administratif kota tersebut. Secara fungsional, RTRWK ini merupakan

penjabaran dari skenario dan arahan penataan ruang sebagaimana tertuang dalam

Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias.

Sebagaimana diamanatkan pada pasal 22 ayat 3 UU No. 24 Tahun 1992 dan

Kepmen Kimpraswil No: 327/KPYS/M/2005, RTRW Kota pada hakekatnya merupakan

strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang berisikan :

a. Penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya;

b. Pengelolaan kawasan perkotaan, kawasan tertentu;

c. Sistem kegiatan pembangunan dan permukiman perkotaan;

d. Sistem prasarana, transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana

pengelolaan lingkungan, dan

e. Penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan penatagunaan

sumberdaya alam lainnya, serta memperhatikan keterpaduaan dengan sumber daya

manusia dan sumber daya buatan.

RTRW Kota menjadi pedoman untuk :

a. Merumuskan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kota;

b. Mewujudkan Keterpaduan, Keterkaitan, dan Keseimbangan perkembangan antar

wilayah kota serta keserasian antar sektor;

c. Mengarahkan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat;

d. Menyusun rencana rinci tata ruang di kota, dan

e. Melaksanakan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan

pembangunan.

Page 13: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 3

1.2 IISSSSUUEE PPOOKKOOKK DDAALLAAMM PPEENNYYUUSSUUNNAANN RREEVVIISSII RRTTRRWW

Untuk mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi, RTRW Kota sangat

diperlukan sebagai acuan spasial bagi kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi

sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan bagi masyarakat. Oleh

karenanya, penyusunan RTRW Kota sangat mendesak untuk dilakukan, tentunya dengan

melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dan partisipasi dari masyarakat

sendiri sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 24 tahun 1992.

Kota Banda Aceh pernah mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sebelum

bencana (gempa dan tsunami), yang disusun tahun 2002 untuk masa berlaku 2002 –

2010. Namun karena perubahan yang sangat besar akibat bencana tersebut, diperlukan

revisi terhadap RTRW kota tersebut. Selain itu, Kota Banda Aceh juga telah mempunyai

Urgen Rehabilitation and Reconstrukction Plan for the Banda Aceh City (disingkat Urgent

Plan) yang dikerjakan oleh JICA pasca bencana, untuk memfasilitasi proses rehabilitasi

dan rekonstruksi yang mendesak untuk dilaksanakan. Berbekal sekurang-kurangnya 2

dokumen utama diatas, perlu disusun revisi RTRW Kota yang berlaku pasca bencana,

beserta Naskah Akademis dan Draft Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh, untuk proses legalisasinya.

Dalam pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi di Kota Banda Aceh,

banyak pihak telah merujuk pada Urgent Plan JICA di atas. Oleh karena itu, untuk

menjamin konsistensi, diharapkan secara umum struktur ruang kota tidak mengalami

perubahan berarti. Dengan kata lain, revisi ini lebih merupakan pengayaan kelengkapan

dan kedalaman RTRW Kota, agar sejalan dengan arahan peraturan-perundangan yang

berlaku, termasuk Kempmen Kimpraswil No: 327/KPTS/M/2005. Selain itu, Konsultan juga

diharapkan menyesuaikan format Urgent Plan tersebut dengan format RTRW Kota

menurut Kempem Kimpraswil di atas, sehingga dapat diproses lebih lanjut menjadi

Perda/Qanun.

1.3 MMAAKKSSUUDD,, TTUUJJUUAANN DDAANN SSAASSAARRAANN

Maksud pekerjaan ini adalah membantu menyusun acuan bagi Pemerintah Kota

dalam melaksanakan program-program pembangunan sebagai wujud operasionalisasi dari

Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias.

Page 14: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 4

Tujuan pekerjaan ini adalah menyusun RTRWK Banda Aceh, yang berfungsi

sebagai acuan spasial dalam membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan

lingkungan permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga

masyarakat dapat segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi kualitas tata ruang yang

lebih baik dan aman dari bencana juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi

wilayah. Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

a. Tersusunnya Revisi RTRW Kota Banda Aceh.

b. Terselenggaranya konsultasi publik dalam proses penyusunan RTRWK di tingkat

Kota dan Kecamatan.

c. Tersusunya Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Banda Aceh.

11..44 LLIINNGGKKUUPP SSTTUUDDII

1.5 WWIILLAAYYAAHH SSTTUUDDII

Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang ini meliputi seluruh wilayah

Kota Banda Aceh. RTRWK disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan

ketelitian atau skala petanya 1 : 10.000 berjangka waktu perencanaan 10 tahun atau

disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Unit analisisnya adalah lingkup kecamatan

sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan

sekunder.

11..66 SSUUBBSSTTAANNSSII

1. Mengkaji RTRW Kota Banda Aceh 2002 – 2010 dan Urgent Plan Kota Banda Aceh;

2. Mengumpulkan data/informasi, baik dilakukan survey primer (observasi lapangan,

wawancara tersur dan/atau mendalam) maupun survei sekunder (pengumpulan

data/informasi terolah/terkondisikan dari instansi/organisasi terkait), untuk

memperkaya/menyempurnakan Urgent Plan tesebut;

3. Melakukan analisis terhadap berbagai data dan informasi yang terkumpul;

4. Menyempurnakan Konsepsi Rencana dan memperkaya kelengkapan dan kedalaman

Rencana sesuai arahan peraturan-perundangan yang berlaku serta dan arahan

Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias, tanpa mengubah struktur

kota secara drastis;

Page 15: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 5

5. Menyusun RTRW Kota Banda Aceh dalam format yang sesuai dengan peraturan -

perundangan yang berlaku;

6. Menyusun Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Banda Aceh;

7. Konsultasi publik sebagai bagian integral proses penyusunan rencana.

11..77 MMEETTOODDOOLLOOGGII

11..77..11 AAZZAAZZ RREENNCCAANNAA

Penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh tidak lepas kaitannya dengan landasan

yang akan dijadikan acuan dalam penyusunannya. Landasan yang akan dijadikan pijakan

adalah azas-azas rencana tata ruang wilayah Kota yang diuraikan sebagai berikut:

a. Azas Fungsi Utama

Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan fungsi utama perlindungan dan budidaya.

b. Azas Fungsi Kawasan dan Kegiatan

Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan fungsi kawasan dan kegiatan yang

meliputi: kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu.

c. Azas Manfaat

Pemanfaatan ruang secara optimal harus tercermin dalam penentuan jenjang, fungsi

dan sistem jaringan prasarana wilayah.

d. Azas Keseimbangan dan Keserasian

Dalam penyusunan RTRW Kota harus dapat diciptakan :

Keseimbangan dan keserasian struktur dan pola pemanfaatan ruang bagi

persebaran penduduk antar kawasan serta antar sektor dan daerah

Keseimbangan dan keserasian fungsi dan intensitas

Keseimbangan dan keterpaduan pengembangan antara hulu dan hilir dalam suatu

Daerah Aliran Sungai (DAS)

e. Azas Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan melalui pola

intensitas pemanfaatan ruang

f. Azas Berkelanjutan

Penataan ruang harus menjamin kelestarian dan kemampuan daya dukung

sumberdaya alam.

Page 16: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 6

g. Azas Keterbukaan

Setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan tata

ruang.

11..77..22 PPEENNDDEEKKAATTAANN PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG

Dalam melakukan penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh, dilakukan

pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

a. Penataan ruang yang partisipatif

b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

c. Berorientasi pada lingkungan

d. Pendekatan Pemulihan Ekonomi.

e. Pendekatan Pemulihan Fungsi dan Aktifitas Kota

f. Pendekatan Berbasis Bencana

a. Penataan Ruang yang Partisipatif

Model pembangunan partisipatif ini dapat diimplementasikan dalam suatu proses

penataan ruang, maka proses dari partisipatif ini paling tidak memenuhi persyaratan

seperti di bawah ini.

♦ Setiap orang harus mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dan memiliki

akses menuju informasi yang lengkap.

♦ Struktur komunikasi dalam masyarakat harus terjadi dalam dua arah, dialog dan

keinginan berkomunikasi dapat dilakukan dengan bebas.

♦ Terjadinya partisipasi aktif dalam setiap pembentukan keputusan

♦ Adanya akses pada kekuasaan didalam menyalurkan informasi

♦ Keterlibatan Stakeholders ini dapat dimulai dari munculnya ide atau gagasan

pengelolaan, penyusunan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian.

Bentuk-bentuk partisipatif ini dapat berupa Peran Serta Masyarakat (PSM). Dalam

penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh, maka PSM ini dapat dilibatkan dalam

persiapan penyusunan dan dalam penyusunan rencana. Implementasi PSM dalam

persiapan penyusunan dimulai dengan mengetahui penyusunan RTRW Kota melalui

pengumuman, dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik dan forum

pertemuan. PSM dalam penyusunan rencana dilakukan pada:

Page 17: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 7

1. Langkah-langkah penentuan arah pengembangan

2. Identifikasi potensi dan masalah pembangunan

3. Perumusan rencana

4. Penetapan rencana

Peran serta masyarakat tersebut berbentuk: pemberian saran, pertimbangan,

pendapat tanggapan, keberatan atau masukan, pemberian data atau informasi yang

dapat dipertanggungjawabkan serta hasil pembahasan dalam forum pertemuan.

b. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Pengembangan tata ruang ditujukan untuk memberikan hasil yang sebesar besarnya

dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat, pendekatan yang akan

dikembangkan mencakup dua hal :

♦ Pengaturan pemanfaatan ruang yang adil untuk masyarakat

♦ Memelihara kualitas ruang agar lestari dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya.

c. Berorientasi Pada Lingkungan

Dalam penataan ruang harus berorientasi pada lingkungan agar tetap terjaga

kelestarian lingkungan. Untuk itu, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

♦ Penataan ruang menjamin kelestarian kemampuan daya dukung sumber alam

didalam pemanfaatan ruang.

♦ Pengelolaan harus ditekankan pada upaya untuk menjaga keseimbangan antara

pemanfaatan dan pelestarian di wilayah tersebut.

♦ Pemanfaatan ruang harus menghindari konflik pemanfaatan sumberdaya yang

dapat merusak ekosistem

♦ Pengembangan satu kawasan dengan kawasan lain perlu diselaraskan dan

memperhatikan daya dukung sumberdaya yang ada, sehingga dapat mewujudkan

keselarasan perkembangan antara kawasan

d. Pertumbuhan Ekonomi

Penataan ruang hendaknya dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, untuk itu

diperlukan adanya:

♦ Optimalisasi pemanfaatan ruang

♦ Berorientasi pada pasar internasional

♦ Skala besar dan menengah

Page 18: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 8

♦ Ada nilai tambah terhadap daerah dan masyarakat

♦ Ada kemitraan dengan masyarakat

♦ Ada proses keterpaduan

e. Pendekatan Pemulihan Fungsi dan Aktifitas Kota

Pendekatan ini menekankan kepada perbaikan sarana dan prasarana kota yang sudah

hancur atau rusak, sehingga fungsi kota dan aktifitasnya dapat kembali pulih.

Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perbaikan dan pemulihan sarana dan

prasarana adalah :

♦ Kemampuan pembiayaan

♦ Urgensitas/pengaruh dari adanya suatu sarana atau prasarana terhadap aktifitas

kota.

f. Pendekatan Berbasis Bencana

Pendekatan keselamatan dari gempa dan tsunami, dilakukan mengingat Kota Banda

Aceh termasuk rawan gempa dan tsunami. Pendekatan ini pada dasarnya

mengupayakan pembentukan kota yang memberikan kemudahan warga untuk

evakuasi dari bencana. Penggunaan teknologi bangunan yang sesuai juga dapat

memberikan kemampuan kota yang tahan terhadap gempa dan tsunami.

11..77..33 TTAAHHAAPPAANN PPEEKKEERRJJAAAANN

1. Persiapan

Kegiatan persiapan dimulai sejak keluarnya Surat Perintah Kerja (SPM) dalam

pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh. Persiapan pokok

yang dilakukan meliputi :

Pemantapan metodologi

Pembuatan rencana kerja

Mobilisasi personil

Persiapan survei (check list data & kuesioner, surat survei dll.)

Page 19: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 9

2. Pengumpulan Data Kebijakan dan Isu-Isu

Review Kebijakan dan Program

Review dilakukan terhadap berbagai dokumen perencanaan yang berkaitan dengan

tata ruang, diantaranya:

a. RTRW Propinsi NAD Tahun 2006

b. Perpres No. 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Propinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi

Sumatera Utara.

c. RTRW Kota Banda Aceh 2002 - 2010

d. Urgent Rehabilitation And Reconstruction Plan For Banda Aceh City (Urgent Plan)

tahun 2005

e. Program Pembangunan (RPJPD dan RPJMD) Kota Banda Aceh

f. Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Teknik Ruang Kota yang pernah disusun

g. Data Kebijakan Pembangunan Kota Lainnya.

Pengumpulan data primer dan sekunder

Data dikumpulkan langsung berdasarkan kondisi lapangan, dikompilasikan dan di

format dalam penyajian yang informatif.

Keluaran

Keluaran dari tahap ini adalah gambaran kondisi Banda Aceh sebelum dan sesudah

gempa serta potensi dan permasalahan pengembangan Kota Banda Aceh. Yang

menjadi dasar analisis, penjabaran konsep dan rencana Kota Banda Aceh.

Pada tahap ini juga dilakukan review khusus terhadap Master Plan dan RTRW Kota

Banda Aceh 2002 – 2010 yang pernah disusun. Hasil review berupa materi yang perlu

disempurnakan, materi yang belum ada dan perlu ditambahkan serta materi yang

tidak perlu ditambahkan karena sudah cukup memenuhi. Hasil dari review kemudian

disepakati dengan tim teknis untuk menjadi bahan untuk tahap analisis, konsep dan

rencana.

Page 20: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 10

3. Analisis

Analisis ditujukan untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan maupun

kecenderungan yang terjadi pada masa akan datang. Inti dari analisis ini mencakup:

keadaan dasar, kecenderungan perkembangan, kebutuhan ruang, kemampuan lahan,

kendala pengembangan dan kemampuan pengelolaan pembangunan daerah.

4. Perumusan Konsep dan Strategi RTRW Kota

Rumusan Konsep

Hasil analisis yang telah dilakukan selanjutnya dibuat rumusan konsep dan strategi

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh mencakup:

a. Perumusan tujuan pemanfaatan ruang

b. Alternatif Konsep Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang

c. Pengelolaan infrastruktur dan sarana

d. Pengembangan Ekonomi dan Investasi

e. Pengembangan Sosial dan Kependudukan

Kegiatan analisis dan penyusunan konsep dilakukan setelah pengumpulan data dan

informasi. Serangkaian kegiatan pengumpulan data, review analisis dan konsep

strategi dilakukan selama 2,5 bulan dan dituangkan dalam Laporan Antara dan

didiskusikan dengan tim teknis. Kemudian hasilnya dibahas dalam forum workshop di

tingkat kota.

Workshop Pembahasan Hasil Analisis dan Konsep

Workshop dilakukan pada tingkat kota untuk membahas hasil analisis, konsep dan

strategi pengembangan kota. Workshop melibatkan tim konsultan, tim teknis, serta

stakholder : Pemerintah, Investor/pelaku ekonomi, masyarakat, LSM, Perguruan

Tinggi serta unsur-unsur lainnya.

Keluaran dari hasil workshop adalah pengayaan terhadap hasil analisis terutama

menyangkut permasalahan-permasalahan pengembangan kota, serta konsep

pengembangannya. Hasil workshop dirumuskan sebagai bahan perbaikan analisis dan

konsep pengembangan kota (perbaikan laporan antara).

Page 21: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 11

5. Draft Rencana

Hasil analisis dan konsep yang telah diworkshopkan kemudian dijadikan sebagai

bahan dasar penyusunan draft rencana yang meliputi :

Rumusan Rencana

Tujuan pemanfaatan ruang wilayah Kota Banda Aceh

Rencana struktur pemanfaatan ruang

Rencana pola pemanfaatan ruang

Rencana sistem prasarana wilayah yang terdiri dari :

Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya

Rencana pengelolaan kawasan tertentu dan kawasan prioritas

Rencana Penatagunaan tanah, air, udara, hutan, dan sumberdaya lainnya

Rencana sistem kegiatan pembangunan.

Rencana Pengelolaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :

Draft Perda/Qanun RTRW

Dalam tahap ini juga disusun draft sementara Perda/Qanun RTRW Kota Banda Aceh.

Workshop dan Sosialisasi Draft Rencana

Hasil draft rencana dan Qanun kemudian dibahas dalam forum wokrshop dan

sosialisasi tingkat kota sekali dan sekali untuk masing-masing kecamatan yang dihadiri

tim konsultan, tim teknis, BKRTD, dan Stakeholder lainnya. Hasil workshop dan

sosialisasi kemudian dirumuskan dan dikoordinasikan dengan tim teknis untuk

memperoleh kesepakatan sebagai bahan masukan perbaikan laporan rencana RTRW

serta perbaikan draft Perda/Qanun RTRW.

6. Finalisasi

Pada tahap ini dilakukan perbaikan dan finalisasi produk rencana dan rancangan

Perda/Qanun RTRW Kota Banda Aceh.

Page 22: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir I - 12

11..88 SSIISSTTEEMMAATTIIKKAA LLAAPPOORRAANN

Sistematika Laporan Akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh

meliputi :

BAB 1 PENDAHULUAN

B0AB 2 KARAKTERISTIK POTENSI DAN MASALAH KOTA BANDA ACEH

Bab ini membahas kondisi eksisting Kota Banda Aceh baik sebelum

maupun sesudah Bencana Tsunami. Kondisi ini dilihat dari aspek Fungsi

Peran dan Kedudukan dalam Lingkup Regional, Karakteristik Fisik Wilayah,

Karakteristik Pemanfaatan Ruang, Karakteristik Kependudukan dan

Kemasyarakatan, Karakteristik Perekonomian, Karakteristik Transportasi,

Karakteristik Fasilitas Kota, Karakteristik Pengelolaan Penataan Ruang,

Harapan dan Aspirasi Stakeholders, Serta Potensi dan Permasalahan Kota

BAB 3 RENCANA TATA RUANG KOTA BANDA ACEH

Bab ini memuat rencana pengembangan Kota Banda Aceh di masa

mendatang. Adapun aspek-aspek yang direncanakan adalah Kedudukan

Kota Banda Aceh dalam konstelasi Regional, Rencana Struktur

Pemanfaatan Ruang, Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana

Penetapan Intensitas Pemanfaatan Ruang, Rencana Sistem Transportasi,

Rencana Sistem Utilitas, Rencana Sistem Fasilitas, serta Rencana

Pengelolaan Kawasan Lindung; Budidaya Perkotaan; dan Kawasan

Strategis.

BAB 4 RENCANA IMPLEMENTASI

Bab ini memuat instrumen implementasi rencana tata ruang yang telah

dirumuskan pada Bab 3. Hal-hal yang dibahas pada bagian ini adalah

Pentahapan dan Prioritas Rencana, Arahan Penyusunan Perda dan Regulasi

Lainnya Terkait dengan Penataan Ruang, Indikasi Program Pemanfaatan

Ruang, Indikasi Pembiayaan Pembangunan Kota, Pengendalian

Pemanfaatan Ruang, dan Kelembagaan Penataan Ruang.

Page 23: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 1

KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK,, PPOOTTEENNSSII DDAANN

MMAASSAALLAAHH KKOOTTAA

BBAANNDDAA AACCEEHH 22..11..11 AANNAALLIISSIISS FFUUNNGGSSII,, PPEERRAANN DDAANN KKEEDDUUDDUUKKAANN KKOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEHH

Analisis fungsi, peranan dan kedudukan Kota Banda Aceh, dilakukan dengan

mempertimbangkan kebijakan regional yang terkait, kondisi hubungan regional dengan

wilayah sekitar serta kecenderungan pemanfaatan ruang kota.

Walaupun mengalami kehancuran pasca tsunami tahun 2004, Kota Banda Aceh

tetap memiliki peran, fungsi, dan kedudukan yang strategis dalam konteks pelayanan

regional. Kota Banda Aceh adalah ibukota Propinsi Nangroe Aceh Darusalam sehingga

berfungsi sebagai pusat pemerintahan propinsi. Di samping itu dari aspek sosial

ekonomi, kota ini juga berperan sebagai pusat permukiman dan koleksi serta distribusi

barang dan jasa dari wilayah hinterland-nya.

Mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan

arahan-arahan penataan ruang yang hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari

rencana-rencana serupa yang telah disusun sebelumnya, maka dalam perencanaan ke

depan, status Kota Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat tabel 2.1) :

BAB II

Page 24: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 2

TABEL 2.1 PERAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN KOTA BANDA ACEH

PERAN FUNGSI KEDUDUKAN

1. Sebagai Kota hirarki I pada wilayah pengembangan Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar, dan Kota Sabang

2. Sebagai ibukota

Provinsi Aceh

1. Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia Bagian Barat yang mengemban fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa wilayah hiterland-nya

2. Pusat pemerintahan dan perkantoran skala kota dan regional

3. Pusat perdagangan dan jasa untuk skala kota dan regional

4. Pusat kegiatan industri kecil skala kota dan regional

5. Pusat permukiman, fasilitas umum, dan sosial skala kota dan regional

6. Pusat kegiatan keagamaan (Islamic Center)

Dalam lingkup nasional merupakan: 1. Salah satu Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) Orde II, yang diharapkan sebagai Counter Magnet bagi Kota Medan

2. Bagian dari kebijakan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle

Sumber : Hasil Analisis Konsultan 2006

22..22 AANNAALLIISSIISS DDAAYYAA DDUUKKUUNNGG

22..22..11 GGEEOOGGRRAAFFIISS

Letak geografis Kota Banda Aceh antara 5°30’ – 05035’ LU dan 95°30’ –

99016’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah

61,36 km2. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara : Selat Malaka

Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh

Besar

Barat : Kecamatan Peukan Bada , Kabupaten Aceh Besar

Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh

Besar

Adapun Wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 Kecamatan, 70 desa

dan 20 kelurahan dengan pembagian tiap kecamatan seperti pada Gambar 2.1.

Sedangkan luas dan prosentase untuk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di

bawah ini.

Page 25: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 3

GAMBAR 2.1

PETA KOTA BANDA ACEH

Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4

TABEL 2.2 LUAS DAN PROSENTASE WILAYAH KECAMATAN

DI KOTA BANDA ACEH

NO KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE (%)

1. Meuraxa 7,258 11,83

2. Baiturrahman 4,539 7,40

3. Kuta Alam 10,047 16,37

4. Syiah Kuala 14,244 23,21

5. Ulee Kareng 6,150 10,02

6. Banda Raya 4,789 7,80

7. Kuta Raja 5,211 8,49

8. Lueng Bata 5,341 8,70

9. Jaya Baru 3,780 6,16

JUMLAH 61,359 100,00 Sumber: Banda Aceh Dalam Angka, 2003

Page 26: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 4

22..22..22 TTOOPPOOGGRRAAFFII

Kota Banda Aceh secara geologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan

70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke

arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di

atas muka laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur

dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap

ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.2

GAMBAR 2.2

BENTANG ALAM KOTA BANDA ACEH Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4

22..22..33 HHIIDDRROOLLOOGGII

Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai

daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan

sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan

tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai

ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat.

Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota

membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada

Tabel 2.3, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya.

Dataran banjir : – Ketinggian ≤ 5 meter – cenderung tergenang

permanen – drainase sulit – air tanah dangkal dan

payau Dataran: – ketinggian 5 – 10m – daerah hilir rawan banjir – drainase sulit terutama

pada daerah hilir – air tanah sebagian payau – bagian hulu bergelombang

lemah Dataran Bergelombang: – dataran bergelombang

ketinggian 20-50 m – drainase cukup mudah – relatif bebas dari

genangan

Page 27: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 5

TABEL 2.3 SUNGAI DI KOTA BANDA DAN ACEH

NAMA SUNGAI LUAS DAERAH RESAPAN (KM2)

Krueng Aceh 1712,00

Krueng Daroy 14,10

Krueng Doy 13,17

Krueng Neng 6,55

Krueng Lhueng Paga 18,25

Krueng Tanjung 30,42

Krueng Titi Panjang 7,80 Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA

22..22..44 KKLLIIMMAATTOOLLOOGGII

Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50C hingga

27,50C dengan tekanan (minibar) 1008-1012. Sedangkan untuk suhu terendah dan

tertinggi bervariasi antara 18,00C hingga 20,00C dan antara 33,00C hingga 37,00C .

Curah hujan kota Banda Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang

Bintang menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi selama tahun 1986 sampai

dengan 1998 berkisar antara 1.039 mm sampai dengan 1.907 mm dengan curah hujan

tahunan rata-rata 1.592 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, Oktober

dan Nopember, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari, Februari

dan Agustus. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus yaitu 20-21 hari dan

terendah pada bulan februari dan maret dengan jumlah hari hujan hanya 2 – 7 hari.

Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada

keadaan iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara

75% - 87 %. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah

pada bulan juni. Kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots. Gambar 2.3 di bawah ini

memperlihatkan grafik perkembangan kondisi klimatologis Kota Banda Aceh selama

setahun yang meliputi curah hujan rata-rata bulanan; suhu udara rata-rata, maksimum

dan minimum; tingkat kelembaban relatif rata-rata, maksimum dan minimum; serta

kecepatan angin rata-rata, maksimum dan minimum.

Page 28: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 6

GAMBAR 2.3

KLIMATOLOGI KOTA BANDA ACEH

Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team

22..22..55 GGEEOOLLOOGGII TTAANNAAHH

Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari

Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan

daerah rawan gempa dan longsor.

Pada gambar 2.4 di bawah ini, menunjukkan ruas-ruas Patahan Semangko di

Pulau Sumatera dan juga kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh

diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan

Darussalam, dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan

bertemu pada pegunungan di Tenggara kota. Sehingga sesungguhnya Banda Aceh

adalah suatu dataran hasil amblasan sejak Pliosen, membentuk suatu Graben. Sehingga

dataran Banda Aceh ini merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila

terjadi gempa disekitarnya.

Page 29: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 7

GAMBAR 2.4

STRUKTUR PATAHAN SEMANGKO

Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4

22..33 AANNAALLIISSIISS PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

22..33..11 SSTTRRUUKKTTUURR RRUUAANNGG

Struktur Kota Banda Aceh berpusat pada mesjid Baiturrahman dan pasar Aceh

yang menjadi menjadi pusat pemerintahan, budaya, agama serta perdagangan. Pusat ini

melayani pemukiman dan kegiatan pantai serta pemukiman perkotaan sekitarnya

bahkan sampai ke daerah permukiman lainnya seperti Lambaro dan Lhok Nga di

Kabupaten Aceh Besar. Sistem infrastruktur menyatukan ketiga wilayah kota tersebut

menjadi suatu kawasan Perkotaan.

Kemudian, pada kawasan permukiman perkotaan pada lapis berikutnya terdapat

permukiman dan pusat pelayanan baru. Kawasan ini dalam pemanfaatan ruangnya

masih beragam antar kebun dan sawah pertanian. Jumlah penduduk kota Banda Aceh

pada tahun 2003 sekitar 230.828 jiwa, dengan dominasi kegiatan ekonomi di bidang

jasa (perdagangan dan pemerintahan), nelayan dan petani tambak. Seperti umumnya

kota-kota di Indonesia, Banda Aceh pun tumbuh hampir tidak terencana, dengan

konsentrasi kepadatan di pusat kota (sekitar Masjid Baiturrahman), dan memanjang

Page 30: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 8

hampir linier mengikuti jalan utama yang relatif sejajar pantai, dan melebar ke arah

pantai.

Pusat Kota, yaitu Mesjid Baiturrahman dan pasar Aceh, menjadi pusat

pemerintahan, budaya, agama serta perdagangan yang melayani pemukiman dan

kegiatan pantai serta pemukiman perkotaan sekitarnya bahkan sampai ke daerah

permukiman lainnya seperti Lambaro dan Lhok Nga di Kabupaten Aceh Besar. Sistem

infrastruktur yang ada mendukung ketiga wilayah kota tersebut sehingga

menyatukannya menjadi suatu kawasan Perkotaan (Metropolitan). Kemudian, pada

kawasan permukiman perkotaan pada lapis berikutnya terdapat permukiman dan pusat

pelayanan baru. Kawasan ini dalam pemanfaatan ruangnya masih beragam antar kebun

dan sawah pertanian.

Pengembangan Kota Banda Aceh di masa mendatang direkomendasikan untuk

mengembangkan struktur pusat Kota Banda Aceh ke dalam bentuk multi center, dengan

satu atau dua pusat kota dan didukung oleh beberapa sub pusat pengembangan. Pusat-

pusat tersebut dihubungkan dengan jaringan jalan melingkar berikut utilitas lainnya.

Tuntutan terhadap pengembangan pusat-pusat pelayanan semakin dibutuhkan seiring

dengan semakin pesatnya perkembangan kota di masa mendatang. Hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan efisiensi dan efektifitas pelayanan.

Struktur Ruang Perkotaan Kawasan Perkotaan Banda Aceh dan sekitarnya

dikembangkan dengan sistem sub pusat kota dan sistem infrastruktur wilayah. Sistem

sub-pusat kota diarahkan pada pengembangan dua pusat perkotaan di pusat kota lama

(Baiturrahman dan Peunayong) dan di selatan yaitu di Batoh-Lampeuneurut, serta

didukung oleh sub pusat kota, yaitu sub pusat perkotaan Ulee Lheue, Jaya Baru,

Keutapang, Lampulo, Peunayong, Neusu, Leung bata, Lamdom, Jeulingke, Ulee Kareng,

Kopelma dan Lambaro. Lihat Gambar 2.5 Peta Konsep Struktur Kota Banda Aceh

Page 31: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 9

GAMBAR 2.5 KONSEP STRUKTUR KOTA BANDA ACEH TTAAHHUUNN 22001166

Page 32: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 10

2.3.2 PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Jenis penggunaan Lahan di setiap kecamatan yang terdapat di Kota Banda Aceh

sebelum Tsunami dapat dilihat pada Tabel 2.4. Sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan

perbandingan jenis penggunaan lahan antar kecamatan di Kota Banda Aceh.

TABEL 2.4 LUAS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KECAMATAN

DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002

Kecamatan

Penggunaan Lahan (ha)

Saw

ah

Tada

h

hu

jan

Ban

gun

an

Tega

l/

kebu

n

Raw

a ti

dak

dita

nam

i

Tam

bak

Lain

-lai

n

Jum

lah

Baiturrahman 13,5 428,4 - - - 12,0 453,9

Kuta Alam 4,0 957,2 - - 37,0 6,5 1004,7

Meuraxa 62,5 548,8 32,5 - 60,0 22,0 725,8

Syiah Kuala 30,0 1171,3 145,1 6,0 40,0 32,0 1424,4

Lueng Bata 23,5 460,6 24,0 - - 26,0 534,1

Kuta Raja - 493,1 - - 22,0 6,0 521,1

Banda Raya 178,0 245,9 25,0 - - 30,0 478,9

Jaya Baru 61,5 292,1 11,4 - 9,0 4,0 378,0

Ulee Kareng 36,0 293,2 183,8 - 102,0 615,0

409,0 4890,6 421,8 6,0 168,0 240,5 6135,9 Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2002

Berdasarkan data penggunaan lahan (data kawasan terbangun) di masing-

masing kecamatan, maka dapat diketahui persentase tingkat kepadatan kawasan

terbangun seperti pada Tabel 2.5 berikut.

Page 33: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 11

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

Luas

Lah

an (H

a)

Baiturrahman

Kuta Alam

Meuraxa

Syiah Kuala

Lueng Bata

Kuta Raja

Banda Raya

Jaya Baru

Ulee Kareng

Nama Kecamatan

Sawah Tadah Hujan Bangunan dan Halaman SekitarTegal/Kebun Rawa-rawaTambak Lain-lain

GAMBAR 2.6

LUAS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KECAMATAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002

Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2002

TABEL 2.5 LUAS DAN PERSENTASE PENGGUNAAN LAHAN

DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005

No. Kecamatan Tanah

Terbangun (Ha)

Total Luas Lahan

Persentase (%) Tanah

Terbangun

Persentase (%) Tanah Belum Terbangun

1 Baiturrahman 281,12 419,78 66,97 33,03 2 Banda Jaya 237,77 509,61 46,66 53,34 3 Jaya Baru 118,87 473,36 25,11 74,89 4 Kuta Alam 362,82 970,73 37,38 62,62 5 Kuta Raja 5,60 377,76 1,48 98,52 6 Lueng Bata 191,90 449,45 42,70 57,30 7 Meuraxa 2,22 906,10 0,24 99,76 8 Syiah Kuala 404,88 1.604,77 25,23 74,77 9 Ulee Kareng 254,15 516,16 49,24 50,76

Sumber : Citra 2005 JICA

Berdasarkan data penggunaan lahan, maka dapat diketahui pola penggunaan

lahan Kota Banda Aceh seperti pada Tabel 2.6 berikut.

Page 34: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 12

TABEL 2.6

POLA PENGGUNAAN LAHAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005

No Pemanfaatan Ruang Luas (HA) % I Kawasan Terbangun 2.124,95 34,63 1 Permukiman 1.360,41 22,17 2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 128,53 2,09 3 Perkantoran 113,16 1,84

4

Fasilitas 222,30 3,62 - Fasilitas Kesehatan 33,95 0,55 - Fasilitas Pendidikan 174,89 2,85 - Fasilitas Peribadatan 13,46 0,22

5 Transportasi 300,54 4,90 - Terminal 3,90 0,06 - Jalan 296,64 4,83

II Ruang Terbuka 4.010,95 65,37 1 Kawasan Hutan Kota 285,92 4,66 2 Pertanian 651,78 10,62 3 Kanal 104,44 1,70 4 Zona Tambak Ikan 204,48 3,33

5

Ruang Terbuka Hijau 1.373,79 22,39 - Taman Kota 20,15 0,33 - Jalur Hijau 1.138,37 18,55 - Lapangan Olah Raga 24,50 0,40 - Rawa 140,16 2,28 - Alang-Alang 50,61 0,82

6 Kuburan 11,89 0,19 7 Sungai 116,74 1,90

8 Air 1.261,92 20,57 - Air Laut 1.231,41 20,07 - Danau 30,51 0,50

Total 6.135,90 100,00 Sumber : Citra 2005 JICA

Bencana Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah

mengakibatkan kerusakan parah pada wilayah Kota Banda Aceh khususnya pada

kawasan pesisirnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan di

Kota Banda Aceh di masa yang akan datang. Luas kerusakan berdasarkan jenis

penggunaan lahan di Kota Banda Aceh ditampilkan dalam gambar 2.7 berikut ini.

Page 35: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 13

19%

37%

13%

29%

2%Permukiman

Pertambakan

Persawahan

Perkebunan dan Belukar

Lahan Terbuka

GAMBAR 2.7 LUAS KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH

Sumber: Deputi Penginderaan Jauh, LAPAN, April 2005

Dari data diatas dapat diketahui, bahwa kecamatan yang memiliki tanah

terbangun yang tinggi adalah Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, dan

Kecamatan Kuta Raja. Sedangkan kecamatan Banda Jaya dan Kecamatan Ulee Kareng

memiliki lahan yang cukup luas yang masih belum terbangun. Berikut ini Gambar 2.8,

yang menunjukkan peta penggunaan lahan Kota Banda Aceh.

Page 36: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 14

Gambar 2.8

Penggunaan Lahan Tahun 2005

Page 37: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 15

Identifikasi tingkat kerusakan lahan tersebut dibagi beberapa zona, sebagaimana

ditunjukkan pada Gambar 2.9 di bawah ini.

GAMBAR 2.9

IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4

Dampak kerusakan pasca Tsunami telah mengubah kondisi fisik lahan Kota

Banda Aceh sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut ini. Kondisi tersebut

antara lain dipengaruhi oleh ada tidaknya genangan, kondisi air tanah, kondisi drainase

wilayah jenis tanah, dan potensi terkena Tsunami.

GAMBAR 2.10

KONDISI LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4

Kawasan Perkotaan Hancur

Kawasan Perkotaan Rusak

Kawasan Perkotaan Rusak

Kawasan Perkotaan Rusak

Kawasan Perdesaan Hancur

Page 38: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 16

Dengan karakteristik fisik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 di atas,

maka arahan zonasi fisik Banda Aceh, yang secara garis besar terbagi atas Kawasan

Lindung (Conservation, Zona V), Kawasan Pengembangan Terbatas (Restristic

Development Area, meliputi zona I, II, dan III), Kawasan Pengembangan (Promoted

Development Area, zona IV). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.

I Kawasan aquatic, (tambak, hutan bakau, rekreasi pantai, dan kawasan lindung pantai), kepadatan bangunan sangat rendah didukung bangunan tahan gempa/ bangunan tradisional (panggung)

II Kawasan terbangun kepadatan rendah, didukung bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal (kanal). Tidak disarankan untuk kegiatan komersial atau kegiatan sosial lainnya. Perumahan masih dimungkinkan dengan persyaratan bangunan dan lingkungan yang ketat, dan disepakati oleh lebih dari 50% warga gampong semula untuk kembali bermukim di kawasan ini

III Kawasan terbangun kepadatan sedang, dgn bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal. Kawawsan komersial dimungkinkan dikembangkan secara terbatas, nilai-nilai heritage disarankan untuk dipertahankan di kawasan ini.

IV Kawasan terbangun kepadatan tinggi, dgn bangunan tahan gempa, fungsi-fungsi semula didorong untuk dikembangkan, dengan insentif keringanan pajak, pengendalian harga tanah, serta kelengkapan dan kehandalan infrastruktur.

GAMBAR 2.11 ARAHAN KESESUAIAN ZONASI FISIK

DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4

Page 39: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 17

Berdasarkan gambar diatas disepakati Kota Banda Aceh dibagi dalam 4 karakteristik

zona yaitu :

1. Coastal Zone

2. Eco Zone (evacuation)

3. Traditional City Center Zone (Escape Guiding)

4. Urban Development Zone (Emergency Base)

Lebih jelas lihat gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Kota Banda Aceh lihat tabel 2.7

Pembagian Zona Fungsi , dan Jenis Penggunaan Lahannya.

TABEL 2.7 PEMBAGIAN ZONA, FUNGSI DAN JENIS PENGGUNAAN LAHAN

KOTA BANDA ACEH MENURUT URRP BAC

Zona Klasifikasi Zona

Bencana

Lokasi/Fungsi Penggunaan Lahan/Antisipasi

Bencana 1. Pesisir (Coastal Zone)

Identifikasi Mitigasi Tsunami

– Pelabuhan – Pohon Kelapa/

Mangrove

– Restorasi ekosistem pesisir

– Hutan pesisir – Pelabuhan kapal ferry – Fasilitas pemecah

gelombang di sepanjang garis pantai

2. Eco-Zone Area Evakuasi – Fasilitas peringatan bencana

– Kegiatan perikanan dan pelabuhan ikan

– Pasar ikan

– Rekonstruksi area permukiman untuk returnees

– Bangunan dan menara untuk evakuasi

– Jalur-jalur jalan untuk evakuasi

– Jalur lingkar (bagian Utara)

– Pemulihan dan konservasi ekosistem pesisir

– Pengembangan industri budidaya perikanan

– Pemanfaatan alam untuk akuakultur dan taman (untuk pendidikan, rekreasi dan pariwisata)

– Pusat Pengelolaan Sampah

– Instalasi pengolahan Limbah

3. Traditional City Center Zone

Area Pendukung Evakuasi

– Masjid Raya – Museum – Pusat Komersial

yang ada saat ini

– Kawasan kegiatan komersial

– Area fasilitas budaya – Bangunan-bangunan

untuk evakuasi

Page 40: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 18

Zona Klasifikasi Zona

Bencana

Lokasi/Fungsi Penggunaan Lahan/Antisipasi

Bencana – Fasilitas transportasi darat

(terminal bus) – Jalur-jalur evakuasi – Pusat pelayanan

pemerintahan – Posko-posko Bantuan

Darurat – Fasilitas pendidikan

Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat Aceh, Bappeda Provinsi NAD, Dinas

Perkotaan dan Perkim Provinsi NAD, Dinas Tata Kota Banda Aceh, Bappeda Kabupaten

Aceh Besar, dan Dinas Praswil Banda Aceh, telah disepakati memilih skenario dengan

melakukan perbaikan pola dan struktur dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat,

yaitu (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di

lokasi semula yang telah dilengkapi berbagai sarana prasarana perlindungan. Namun

demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

Fungsi-fungsi penting kota, seperti kantor pemerintahan, rumah sakit dalam

jangka panjang sebaiknya dipindahkan ke daerah aman.

Perlu adanya fasilitas pelindungan dan penyelamatan

Penggunaan teknologi bangunan tahan gempa dan tsunami

Pengaturan kembali fungsi-fungsi kota secara ruang dalam wujud zonasi

berdasarkan tingkat potensi kerusakan

Penataan pemukiman nelayan dan non nelayan di sekitar pantai dan bagi yang

ingin pindah diberikan alternatif tempat yang aman.

Page 41: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 19

GAMBAR 2.12 PETA PEMBAGIAN ZONA FISIK KOTA BANDA ACEH

Page 42: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 20

22..33..33 IINNTTEENNSSIITTAASS PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Untuk lahan-lahan di pusat kota, umumnya intensitas pemanfaatan ruangnya,

yang meliputi nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

dan ketinggian bangunan, relatif tinggi seperti untuk perkantoran, perdagangan dan

jasa, dan lainnya. Sedangkan untuk kawasan-kawasan di pinggiran pusat kota yang

umumnya merupakan lahan pertanian dan perkampungan menjadikan intensitas

pemanfaatan ruangnya rendah. Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang kota Banda

Aceh menurut Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2010 disajikan pada Tabel 2.8.

Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah pengaturan Garis Sempadan

Bangunan (GSB) yang dimaksudkan untuk memperoleh keteraturan tata letak bangunan

terhadap jalan maupun bangunan lain di sekitarnya. Selain itu juga untuk pengaturan

penggunaan ruang jalan bagi pemakai maupun penghuni rumah ataupun kemungkinan

terhadap pelebaran jalan. Hal ini ditentukan berdasarkan fungsi jaringan jalan yang

bersangkutan dan penggunaan lahan disekitarnya. Tujuan rencana pengaturan

sempadan bangunan adalah sebagai berikut:

• Secara fisik akan terwujud jarak antar bangunan

• Adanya ketentuan batas yang tegas antara lahan yang boleh dan tidak boleh

ditempati bangunan

• Adanya ketentuan batas yang tegas antara kapling bangunan dengan Daerah Milik

Jalan (Damija).

TABEL 2.8 RENCANA INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG

DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2010 (VERSI KAJIAN DEPARTEMEN PU TAHUN 2006)

PERUNTUKAN LAHAN BWK

PUSAT KOTA

BWK TIMUR KOTA

BWK SELATAN

KOTA

BWK BARAT KOTA

1. Perumahan yang dilindungi – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum Perumahan – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

60% 1,2 12 meter 70% 1,4 10 meter

60% 1,2 12 meter 60% 1,2 10

60% 1,2 12 meter 60% 1,2 10 meter

60% 1,2 12 meter 60% 1,2 10

Page 43: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 21

PERUNTUKAN LAHAN BWK

PUSAT KOTA

BWK TIMUR KOTA

BWK SELATAN

KOTA

BWK BARAT KOTA

maksimum meter meter

2. Pemerintahan/Perkantoran – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

70% 2,8 20 meter

60% 1,2 16 meter

60% 1,2 12 meter

60% 1,2 12 meter

3. Perdagangan dan Jasa – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

80% 1,6 12 meter

70% 1,4 12 meter

70% 1,4 12 meter

80% 1,6 12 meter

4. Fasilitas Sosial/Umum – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

60% 1,2 12 meter

60% 1,2 12 meter

50% 1,0 12 meter

60% 1,2 12 meter

5. Kawasan Budaya – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

40% 0,8 12 meter

- - -

- - -

- - -

6. Campuran perdagangan dan jasa, perkantoran dan perumahan – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

80% 1,6 12 meter

60% 1,2 12 meter

50% 1,0 12 meter

60% 1,2 12 meter

7. Terminal – KDB maksimum – KLB maksimum – Ketinggian Bangunan

maksimum

20% 0,4 12 meter

- - -

- - -

20% 0,4 12 meter

Sumber: Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2010 (Versi PU)

Page 44: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 22

22..33..44 KKEECCEENNDDEERRUUNNGGAANN PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN KKOOTTAA

Perkembangan Kota Banda Aceh dapat dikategorikan dalam pola tumbuh ”Multi

Nuclei Model” atau yang mempunyai beberapa titik tumbuh. Dalam Revisi Rencana Tata

Ruang Kota Banda Aceh tahun 2001-2010, titik-titik tumbuh tersebut dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Titik Tumbuh Utama di pusat kota dengan kegiatan perdagangan dan jasa,

pemerintahan dan perkantoran, fasilitas umum dan lain-lain. Titik tumbuh ini

berkembang ke segala penjuru kota, namun pertumbuhan ke arah Barat dan Utara

dibatasi oleh kawasan tambak yang cukup potensial serta dibatasi oleh pantai.

2. Titik Tumbuh Sekunder tersebar pada 3 (tiga) lokasi sesuai dengan homogenitas

kawasan, yaitu di sebelah Barat, Timur, dan Selatan kota dengan kegiatan

pelayanan umum dan fasilitas sosial-ekonomi.

3. Titik-titik tumbuh lain pada tingkatan yang lebih rendah berada di pusat-pusat

permukiman.

Pola pertumbuhan dari titik-titik tumbuh tersebut ternyata mempunyai pola linier

dan berkembang seiring perkembangan jaringan jalan sehingga menunjukkan pola

pengembangan ruang dengan Linear Growth Model.

Rencana tata ruang Kota Banda Aceh sebelum Tsunami memperlihatkan struktur

kota bahwa kawasan pantai dikembangkan sebagai kawasan wisata lingkungan atau

daerah penyangga di Kawasan Pantai Utara Kota, antara sempadan pantai, kawasan

pantai/penyangga dengan kawasan perkotaan.

Adapun kawasan pusat perdagangan Central Business District (CBD) terletak

pada Kecamatan Baiturrahman yang berjarak 2 km dari pantai yang berada dibagian

pusat wilayah Kota Banda Aceh, sedangkan kawasan wisata terletak didaerah

Kecamatan Meuraxa dan Kecamatan Syiah Kuala (Kawasan Pantai) dan kawasan

pendidikan di Kecamatan Syiah Kuala (Pinggiran Kota), Lueng Bata dan Ulhee Kareng

(Pusat Perkotaan).

Kawasan non urban yang ada di sepanjang pantai seakan menjadi pemisah

antara kawasan pantai dengan kawasan perkotaan, namun fungsi kawasan non urban

ini tidak/belum dijelaskan fungsinya secara spesifik, apakah sebagai kawasan penyangga

(buffer zone) atau kawasan kosong (tidak dibangun).

Dari tata ruang yang ada terlihat bahwa arah kecenderungan perkembangan

perkotaan (Kota Banda Aceh), kearah selatan (berbatasan langsung dengan Aceh Besar)

Page 45: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 23

maka sub pusat (perdagangan dan jasa), sport center (Pusat Olahraga) berada

diperbatasan antara wilayah Kota Banda Aceh dengan wilayah Kabupaten Aceh Besar.

Dengan demikian, terlihat bahwa pusat persebaran perkotaan Banda Aceh untuk

mendatang adalah ke Selatan (ke wilayah Kabupaten Aceh Besar).

22..44 AANNAALLIISSIISS DDAANN KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK KKEEPPEENNDDUUDDUUKKAANN DDAANN

KKEEMMAASSYYAARRAAKKAATTAANN

22..44..11 JJUUMMLLAAHH DDAANN PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN PPEENNDDUUDDUUKK

Jumlah penduduk kota Banda Aceh sebelum terjadinya bencana Tsunami adalah

sekitar 230.828 jiwa, dengan mayoritas penduduk beragama dan berbudaya Islam.

Sebagai Ibukota Propinsi NAD sekaligus merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan

ekonomi, Kota Banda Aceh memiliki kepadatan penduduk tertinggi diantara

kabupaten/kota lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kota Banda

Aceh per Kecamatan sebelum terjadinya Tsunami, dapat dilihat pada Tabel 2.9.

TABEL 2.9 JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2001-2003

NO KECAMATAN

PRE TSUNAMI

JUMLAH PENDUDUK

Th. 2001 (JIWA)

(%)

JUMLAH PENDUDUK

Th. 2002 (JIWA)

(%)

JUMLAH PENDUDUK

Th. 2003 (JIWA)

(%)

1. Baiturrahman 33.399 14,96 33.331 14,75 32.765 14,19

2. Kuta Alam 52.824 23,66 50.338 22,27 47.538 20,59

3. Meuraxa 27.468 12,31 28.158 12,46 30.532 13,22

4. Syiah Kuala 26.401 11,83 26.577 11,76 28.298 12,25

5. Lueng Bata 13.477 6,04 15.064 6,67 16.708 7,23

6. Kuta Raja 17.467 7,82 18.420 8,15 18.793 8,14

7. Banda Raya 17.563 7,87 17.802 7,88 18.509 8,01

8. Jaya Baru 20.902 9,36 21.137 9,35 20.901 9,05

9. Ulee Kareng 13.722 6,15 15.169 6,71 16.784 7,27

TOTAL 223.223 100,00 225.996 100,0 230.828 100.00 Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2001-2003

Page 46: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 24

Kemudian, pada Gambar 2.13 berikut ini, dapat diketahui pertumbuhan jumlah

penduduk di masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh selama periode tahun 2001

sampai dengan tahun 2003. Selain itu, juga dapat diketahui kecamatan yang mengalami

konsentrasi penduduk terbesar.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Jum

lah

Pen

dudu

k (ji

wa)

Bai

turra

hman

Kut

a A

lam

Meu

raxa

Syi

ah K

uala

Luen

g B

ata

Kut

a R

aja

Ban

da R

aya

Jaya

Bar

u

Ule

e K

aren

gNama Kecamatan

Tahun 2001

Tahun 2002

Tahun 2003

GAMBAR 2.13 GRAFIK PERKEMBANGAN PENDUDUK

DI KOTA BANDA ACEH Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2001-2003

Pasca terjadinya Tsunami, jumlah penduduk kota Banda Aceh berkurang dengan

pesat sekitar 27%. Menurut sensus yang dilakukan oleh pemerintah kota jumlah

penduduk Banda Aceh sebelum Tsunami adalah sebesar 263.668 jiwa dan tereduksi

menjadi 192.194 jiwa, dengan jumlah kehilangan (meninggal dunia atau hilang)

sebanyak 71.475 jiwa dan jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal sebanyak

65.500 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk setelah Tunami di Kota Banda

Aceh pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.10 dibawah.

Page 47: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 25

TABEL 2.10 JUMLAH PENDUDUK PASCA TSUNAMI

DI KOTA BANDA ACEH

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENGUNGSI PRE-

TSUNAMI PASCA

TSUNAMI

1. Baiturrahman 37.449 36.783 5.052

2. Kuta Alam 55.062 43.113 23.971

3. Meuraxa 31.218 5.657 867

4. Syiah Kuala 42.779 35.514 6.411

5. Lueng Bata 18.360 18.254 5.229

6. Kuta Raja 20.217 5.122 230

7. Banda Raya 19.071 19.015 9.451

8. Jaya Baru 22.005 11.384 6.163

9. Ulee Kareng 17.510 17.388 8.126

TOTAL 263.668 192.194 65.500 Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 12 April 2005

Perbandingan penurunan jumlah penduduk dan jumlah pengungsi antar

kecamatan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada gambar 2.14.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Baitu

rrahm

an

Kuta

alam

Meuraxa

Syiah

Kua

la

Luen

g Bata

Kuta

Raja

Band

a Ray

a

Jaya

Bar

u

Ulee

Kar

eng

Jumlah Penduduk Pre-Tsunami Jumlah Penduduk Pasca TsunamiJumlah Pengungsi

GAMBAR 2.14

GRAFIK PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK DAN JUMLAH PENGUNGSI DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI

Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 12 April 2005

Page 48: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 26

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa jumlah kehilangan terbesar terjadi di

Kecamatan Meuraxa (82%), Kecamatan Kuta Raja (75%), Kecamatan Jaya Baru (49%),

Kuta Alam (22%), dan Kecamatan Syiah Kuala (17%). Persebaran jumlah kehilangan

yang dirinci berdasarkan jumlah kematian dan orang yang hilang dapat dilihat pada

Gambar 2.15.

Dalam RTRW Kota Banda Aceh Departemen Pekerjaan Umum, pertumbuhan

penduduk pasca bencana Tsunami diproyeksikan menggunakan model bunga berganda

dengan angka pertumbuhan rata-rata sesuai dengan angka pertumbuhan selama tahun

1995-2004 yaitu sebesar 3,14% .

GAMBAR 2.15 PERSEBARAN JUMLAH ORANG YANG MENINGGAL DAN HILANG

DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4

Kemudian, JICA dalam penyusunan URRP Kota Banda Aceh dan Additional Study-

nya memproyeksikan pertumbuhan penduduk pasca Tsunami dengan menggunakan tiga

metode perhitungan, yaitu:

o Ekstrapolasi dari tingkat pertumbuhan rata-rata antara tahun 1998 sampai dengan

tahun 2003, yaitu sebesar 2,1%. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Page 49: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 27

Tahun 12-4-2005 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

Penduduk 192.194 196.230 200.351 204.558 208.854 213.240

o Metode Regresi yang diformulasikan dari data antara tahun 1995 sampai dengan

tahun 2004, yaitu sebagai berikut:

)88,0(*14,216.7050.211.14 =+−= rXY

Hasil perhitungan dengan model regresi di atas adalah:

Tahun 12-4-2005 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

Penduduk 192.194 199.194 206.194 213.194 220.194 227.194

o Dengan tingkat pertumbuhan tahunan dengan pertumbuhan khusus. Hal ini

didasarkan pada banyaknya contoh dan pengalaman bahwa jumlah penduduk akan

meningkat secara drastis pasca terjadinya bencana yang menelan banyak korban

akibat pertumbuhan sosial pada kegiatan rekonstruksi dan pertumbuhan alamiah

yang tinggi. Bank Dunia mengadopsi tingkat pertumbuhan rata-rata 6% untuk

proyeksi penduduk Indonesia. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tahun 12-4-2005 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

Penduduk 192.194 200.843 212.893 225.667 239.206 253.559

Dalam perencanaan ini, proyeksi pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah

proyeksi versi JICA skenario 2. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa skenario

ini lebih realistis dengan kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Banda Aceh, disamping

itu skenario ini juga telah mempertimbangkan faktor-faktor migrasi maupun kondisi

sosial-ekonomi masyarakat Kota Banda Aceh dalam penentuan tingkat pertumbuhannya.

Selanjutnya hasil perhitungan proyeksi penduduk dengan metode tersebut

hingga tahun 2015 dipaparkan pada Tabel 2.11 berikut ini.

Page 50: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 28

TABEL 2.11 PROYEKSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH

HINGGA TAHUN 2016

TAHUN JUMLAH PENDUDUK 2005 199.194 2006 206.194 2007 213.194 2008 220.194 2009 227.194 2010 234.194 2011 241.194 2012 248.194 2013 255.194 2014 262.194 2015 269.194 2016 276.194

Sumber: Hasil Perhitungan berdasarkan skenario 2 JICA

Dari hasil proyeksi yang dilakukan, jumlah penduduk di Kota Banda Aceh hingga

tahun 2016 diperkirakan mencapai jumlah 276 ribu jiwa lebih. Jumlah ini tentunya telah

mempertimbangkan faktor pertumbuhan alamiah, migrasi, dan perkembangan sosial-

ekonomi masyarkat. Proyeksi jumlah penduduk ini tentunya diperlukan untuk

mengalokasikan sistem aktifitas penduduk dan sarana serta prasarana pendukungnya.

22..44..22 KKEEPPAADDAATTAANN PPEENNDDUUDDUUKK

Rata-rata kepadatan penduduk kota Banda Aceh sebelum bencana Tsunami

mencapai 38 jiwa/ha, dengan wilayah yang paling tinggi kepadatannya adalah

Kecamatan Baiturrahman, yaitu sebesar 72 Jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan yang

terendah ada di Kecamatan Syiah Kuala dengan kepadatan 20 Jiwa/Ha. Tingkat

kepadatan penduduk Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.12 dibawah.

Page 51: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 29

TABEL 2.12 TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

NO KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK

TAHUN 2003 (Jiwa)

LUAS WILAYAH

(Ha)

KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Ha)

1. Baiturrahman 32,765 453.90 72 2. Kuta Alam 47,538 1004.70 47 3. Meuraxa 30,532 725.80 42 4. Syiah Kuala 28,298 1424.40 20 5. Lueng Bata 16,708 534.10 31 6. Kuta Raja 18,793 521.10 36 7. Banda Raya 18,509 478.90 39 8. Jaya Baru 20,901 378.00 55 9. Ulee Kareng 16,784 615.00 27 TOTAL 230,828 6135.90 38

Sumber : Banda Aceh dalam Angka Tahun 2003

Perbandingan tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan disajikan pada

Gambar 2.16 berikut ini.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kep

adat

an P

endu

duk

(Jiw

a/H

a)

Bai

turra

hman

Kut

a A

lam

Meu

raxa

Syi

ah K

uala

Luen

g Ba

ta

Kut

a R

aja

Ban

da R

aya

Jaya

Bar

u

Ule

e K

aren

g

Nama Kecamatan

kepadatan Penduduk(Jiwa/Ha)

GAMBAR 2.16

GRAFIK TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

Sumber : Banda Aceh dalam Angka Tahun 2003

Akibat besarnya penurunan jumlah penduduk yang terjadi pada bencana

Tsunami, kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh juga mengalami penurunan dari 43

jiwa/ha menjadi hanya 31 jiwa/ha. Data kepadatan penduduk per kecamatan di Kota

Banda aceh dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.

Page 52: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 30

TABEL 2.13 TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI

NO KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) LUAS

WILAYAH (Ha)

KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Ha)

PRE-TSUNAMI

PASCA TSUNAMI

PRE-TSUNAMI

PASCA TSUNAMI

1. Baiturrahman 37.449 36.783 453.90 83 812. Kuta Alam 55.062 43.113 1004.70 55 423. Meuraxa 31.218 5.657 725.80 43 84. Syiah Kuala 42.779 35.514 1424.40 30 255. Lueng Bata 18.360 18.254 534.10 34 346. Kuta Raja 20.217 5.122 521.10 39 107. Banda Raya 19.071 19.015 478.90 40 408. Jaya Baru 22.005 11.384 378.00 58 309. Ulee Kareng 17.510 17.388 615.00 28 28

TOTAL 263.668 192.194 6135.9 43 31Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2005

Penurunan tingkat kepadatan penduduk yang paling drastis terjadi di Kecamatan

Meuraxa ( menurun sebesar 82%) dan Kuta Raja (menurun sebesar 75%) karena

memang di kedua wilayah tersebutlah terjadi jumlah kehilangan penduduk yang paling

besar. Selain itu, Kecamatan Jaya Baru dan Kuta Alam juga mengalami penurunan

kepadatan yang cukup besar. Sedangkan untuk Kecamatan Ulee Kareng, Banda Raya

dan Lueng Bata tidak mengalami perubahan kepadatan penduduk. Ketiga wilayah

tersebut memang tidak terkena dampak yang besar akibat bencana Tsunami. Gambar

2.17 menunjukkan penurunan kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh pasca bencana

Tsunami.

Page 53: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 31

0102030405060708090

100

Baitu

rrahm

an

Kuta

alam

Meura

xa

Syiah

Kua

la

Luen

g Bata

Kuta

Raja

Band

a Ra

ya

Jaya

Baru

Ulee

Kar

eng

Kepadatan Penduduk Pre-Tsunami Kepadatan Penduduk Pasca Tsunami

GAMBAR 2.17 GRAFIK PENURUNAN KEPADATAN PENDUDUK

DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2005

22..44..33 KKOOMMPPOOSSIISSII PPEENNDDUUDDUUKK

Struktur atau komposisi penduduk dapat dilihat berdasarkan kelompok umur dan

jenis kelamin. Berikut ini, dalam Tabel 2.14, adalah data jumlah penduduk kota Banda

Aceh pada Tahun 2003 di rinci berdasarkan jenis kelamin di tiap-tiap kecamatan.

TABEL 2.14 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

No KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

PRA TSUNAMI 2003

Laki-laki Perempuan

1. Baiturrahman 17.008 15.757

2. Kuta Alam 24.640 22.898

3. Meuraxa 15.384 15.148

4. Syiah Kuala 14.269 14.029

5. Lueng Bata 8.506 8.202

6. Kuta Raja 9.671 9.122

7. Banda Raya 9.407 9.102

8. Jaya Baru 10.378 10.523

9. Ulee Kareng 8.620 8.164

TOTAL 117.883 112.945 Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2003

Page 54: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 32

Kemudian, pada Gambar 2.18 berikut ini, dapat dilihat perbandingan jumlah

perempuan dan laki-laki antar kecamatan di Kota Banda Aceh pada tahun 2003.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000Ju

mla

h Pe

ndud

uk (J

iwa)

Bai

turra

hman

Kut

a Ala

m

Meu

raxa

Syi

ah K

uala

Luen

g Bat

a

Kut

a Raj

a

Ban

da R

aya

Jaya

Bar

u

Ule

e Kar

eng

Nama Kecamatan

Laki-lakiPerempuan

GAMBAR 2.18

GRAFIK JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2003

Pasca Bencana Tsunami terjadi perubahan komposisi penduduk berdasarkan

jenis kelamin. Populasi penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan yang terkena

dampak tsunami rata-rata menurun 30-50%. Tabel 2.15 berikut ini adalah data jumlah

penduduk pasca tsunami.

TABEL 2.15 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PASCA TSUNAMI

DI KOTA BANDA ACEH

No KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

PREDIKSI PASCA TSUNAMI 2005 L P

1. Baiturrahman 8.361 10.219 2. Kuta Alam 29.373 28.513 3. Meuraxa 4.414 5.395 4. Syiah Kuala 2.618 3.199 5. Lueng Bata 9.687 9.394 6. Kuta Raja 3.524 4.307 7. Banda Raya 9.925 9.959 8. Jaya Baru 3.548 4.336 9. Ulee Kareng 9.721 9.789

TOTAL 81.171 85.111 Sumber : Hasil Survey, Tahun 2005

Page 55: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 33

22..44..44 KKOONNDDIISSII SSOOSSIIAALL BBUUDDAAYYAA

Kondisi sosial masyarakat di Kota Banda Aceh belum pulih dan normal seperti

sediakala karena masih banyak masyarakat yang trauma dan membutuhkan pemulihan

psikologi. Masyarakat masih banyak yang tinggal di camp-camp pengungsi. Lokasi

pengungsian tersebar diberbagai didaerah, bahkan dari Kota Banda Aceh banyak

masyarakat yang tinggal di camp pengungsian di daerah kabupaten Aceh Besar ataupun

pindah keluar kota terdekat seperti Medan.

Adapun lokasi pengungsian penduduk Kota Banda Aceh adalah seperti terlihat

pada Tabel 2.16 berikut.

TABEL 2.16 JUMLAH & TITIK LOKASI PENGUNGSI DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Lokasi Pengungsian

Jumlah Pengungsi

(Jiwa) Koordinator

1. Baiturrahman

Kel. Sukaramai Taman Budaya 175 Lurah Sukaramai Rumah Penduduk 100 Lurah Sukaramai Kel. Setui Rumah Penduduk 305 Lurah Setui

Kel. Neusu Jaya Rumah Penduduk 397 Lurah Neusu Jaya

Kel. Ateuk Pahlawan Gedung Tgk Chik Ditiro 1.452 Lurah Ateuk Pahlawan

Rumah Penduduk 623 Lurah Ateuk Pahlawan

Kel. Kampong Baro Kantor Lurah Kampung Baru 25 Lurah Kampung Baru

Kel. Peuniti 1. Komplek Baperis 135 Lurah Peuniti 2. Rumah Penduduk 401 Lurah Peuniti Desa Ateuk Jawo Rumah Penduduk 536 Lurah Peuniti Desa Ateuk Munjeng Rumah Penduduk 607 Lurah Peuniti

Desa Ateuk Deah Tanoh Rumah Penduduk 230 Lurah Peuniti

Desa Neusu Aceh Rumah Penduduk 513 Lurah Peuniti Jumlah 5.499

2. Syiah Kuala

Desa Kopelma Darussalam

1. Mesjid Jamik Kopelma Darussalam 548 Kades Kopelma

Darussalam

2. Gedung ACC Dayan Dawood 30 sda

3. Fakultas Pertanian 130 sda

4. Rumah Dinas Rektor Unsyiah 90 sda

5. Gedung Fak. Teknik Unsyiah 50 sda

Page 56: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 34

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Lokasi Pengungsian

Jumlah Pengungsi

(Jiwa) Koordinator

6. Gedung RKU I dan III Unsyiah 60 sda

7. Gedung Fak. Kedokteran Unsyiah 37 sda

8. Rumah Penduduk 724 sda Desa Rukoh 1. Rumah T. Nyak Arief 302 Kades Rukoh 2. Rumah Penduduk 1.995 sda

Desa Lamgugop Rumah Penduduk 283 Kades Lamgugob

Desa Ie Masen Kaye Adang Rumah Penduduk 752 Kades IMKA

Desa Pineung Rumah Penduduk 114 Kades Pineung Jumlah 5.115

3. Lueng Bata

Desa Lueng Bata Mesjid Jamik Lueng Bata 390 Kades Lueng Bata

Komplek Dinas SDA Prov. NAD 1.097 Sda

Rumah Penduduk 583 sda Panteriek Rumah Penduduk 253 Kades Panteriek

Lamseupeng Rumah Penduduk 516 Kades Lamseupeung

Blang Cut Rumah Penduduk 432 Kades Blang Cut

Sukadamai Rumah Penduduk & MIN 553 Kades Sukadamai

Lampaloh Rumah Penduduk 96 Kades Lampaloh Batoh Rumah Penduduk 1.056 Kades Batoh

Cot Mesjid Rumah Penduduk 794 Kades Cot Mesjid

Lamdom Rumah Penduduk 341 Kades Landom Jumlah 6.111

4. Kuta Alam

Kel. Mulia Mesjid Almukaramah 190 Lurah Mulia Posko Methodis 52 Sda Desa Lampulo Posko Hotel Rajawali 420 Kades Lampulo Kel. Beurawe Mesjid Al Furqan 698 Jiwa Lurah Beurawe Kel. Laksana Mesjid Al Huda 589 Jiwa Lurah Laksana

Kel. Bandar Baru Posko Depan PLN 138 Jiwa Lurah Bandar Baru

Kel. Keuramat Mesjid Baiturrahman 773 Jiwa Lurah Keuramat Kel. Kuta Alam Gedung DPRD Prov. NAD 450 Jiwa Lurah Kuta Alam Posko Didepan Kedai Niagara 575 Jiwa sda Rumah Penduduk 30 Jiwa sda Jumlah 3.915 Jiwa

5. Ulee Kareeng

Desa Lamglumpang Lapangan Bola 144 Jiwa Kades Lamglumpang

Desa Lambhuk MIN Lambhuk 7 Jiwa Kades Lambhuk Desa Doi Pesantren Babunajah 111 Jiwa Kades Doi Desa Ie Masen U.Kareng Mesjid 109 Jiwa Kades Ie Masen

U.K Desa Ceurih Mesjid Baitussalihin 1.431 Jiwa Kades Ceurih

Page 57: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 35

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Lokasi Pengungsian

Jumlah Pengungsi

(Jiwa) Koordinator

Kecamatan U. Kareng Rumah Penduduk 6.309 Jiwa Camat Ulee

Kareeng Jumlah 8.111 Jiwa

6. Banda Raya

Desa Lhong Raya Mesjid Lhong Raya 1.362 Jiwa Kades Lhong Raya

Desa Lhong Cut Rumah Penduduk 383 Jiwa Kades Lhong Cut

Desa Peunyerat Rumah Penduduk 514 Jiwa Kades Peunyerat Desa Lampeuot Rumah Penduduk 193 Jiwa Kades Lampeuot Desa Mibo Meunasah Mibo 583 Jiwa Kades Mibo Desa Lam Ara Mesjid Lam Ara 1.041 Jiwa Kades Lam Ara Desa Geuceu Kaye Jatho Rumah Penduduk 209 Jiwa Kades Geuceu

Kaye Jatho

Desa Geuceu Iniem Mesjid Geuceu Iniem 1.115 Jiwa Kades Geuceu Iniem

Komplek BLK 880 Jiwa sda

Desa Lamlagang Rumah Penduduk 1.480 Jiwa Kades Lamlagang

Jumlah 7.762 Jiwa

7. Jaya Baru

Desa Geuceu Meunara Rumah Penduduk 294 Jiwa Kades Geuceu

Meunara

Desa Lamteumen Timur Rumah Penduduk 17 Jiwa

Kades Lamteumen Timur

Desa Lamteumen Barat Rumah Penduduk 32 Jiwa

Kades Lamteumen Barat

Jumlah 343 Jiwa 8. Meuraxa Tidak Ada Pengungsi - 9. Kutaraja Tidak Ada Pengungsi -

Jumlah Pengungsi seluruhnya 36.856 Jiwa

Sumber: Pemda Kota Banda Aceh, Tahun 2005

22..55 KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK DDAANN AANNAALLIISSIISS PPEERREEKKOONNOOMMIIAANN

22..55..11 SSTTRRUUKKTTUURR PPEERREEKKOONNOOMMIIAANN DDAANN PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN EEKKOONNOOMMII

Perekonomian Kota Banda Aceh didominasi kegiatan jasa perdagangan dan jasa

pemerintahan, wisata, disamping nelayan dan petambak. Hal ini antara lain dapat dilihat

dari struktur PDRB kota tersebut. Perhitungan PDRB akan meliputi 9 (sembilan) sektor

kegiatan perekonomian atau lapangan usaha, yaitu sektor-sektor pertanian,

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan

dan konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank

dan lembaga keuangan serta jasa-jasa lainnya.

Page 58: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 36

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Banda Aceh atas harga

berlaku mulai tahun 2000 sampai dengan 2004 menampakkan gejala peningkatan

secara positif rata-rata sebesar 9,58%. Demikian pula perhitungan PDRB kota Banda

Aceh atas dasar harga konstan juga menunjukan peningkatan secara positif rata-rata

sebesar 5,05%. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan

dapat di lihat pada Gambar 2.19 di bawah ini.

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

1.218.609,861264609,05

1324257,301400897,28

1499842,15

1.000.000

1.100.000

1.200.000

1.300.000

1.400.000

1.500.000

1.600.000

1 2 3 4 5

GAMBAR 2.19 PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KOTA BANDA ACEH

Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004

Sebagai sebuah wilayah perkotaan, kegiatan perekonomian di kota Banda Aceh,

antara tahun 2000 sampai tahun 2004 paling besar didominasi oleh lapangan usaha

sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 32% sampai 36% dari seluruh

kegiatan ekonomi kota. Kontribusi sektor ini pada tahun 2004 sebesar Rp. 593.414,91

atas dasar harga berlaku atau sebesar Rp. 520.100,09 atas dasar harga konstan. Urutan

dominasi sektor ekonomi berdasarkan nilai PDRB di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada

Gambar 2.20

GAMBAR 2.20 DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU PER SEKTOR

DI KOTA BANDA ACEH Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004

8,36%3,75%8,89%

23,02%

35,24%3,69%

16,13%

0,93% 0,00%

PERTANIAN

PERTAMBANGAN DANPENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK DAN AIR MINUM

BANGUNAN / KONSTRUKSI

PERDAGANGAN, HOTEL &RESTORAN

PENGANGKUTAN DANKOMUNIKASI

BANK DAN LEMBAGA KEUANGANLAINNYA

JASA-JASA

Page 59: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 37

22..55..22 KKEETTEENNAAGGAAKKEERRJJAAAANN

Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah maka para pencari kerja di Kota

Banda Aceh juga bertambah pula, tahun 2000 saja para pencari kerja berjumlah 18.180,

tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 22.315, tahun 2003 dan 2004 menurun

sebesar 17.170. Sedang jumlah penduduk yang sudah tertampung didunia kerja juga

menunjukkan peningkatan yang positif. Tahun 2000 yang sudah bekerja 1.005, tahun

2002 meningkat menjadi 1.041, tahun 2003-2004 meningkat pula mencapai 4.213.

untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.21 di bawah ini.

GAMBAR 2.21

JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004

Kemudian, distribusi jenjang pendidikan dari pencari kerja yang terdapat di Kota

Banda Aceh ditampilkan pada Gambar 2.22

Setelah terjadinya bencana Tsunami, angka pengangguran diperkirakan

mengalami peningkatan hingga mencapai 30 persen. Data resmi Disnaker dan

Kependudukan setempat mencatat jumlah warga yang tidak memiliki pekerjaan

mencapai lebih dari 44.258 orang. Gempa dan tsunami menghancurkan sebagian besar

pusat bisnis di kota itu, seperti pasar tradisional, terminal, dan pelabuhan. Ini membuat

aktivitas usaha di sektor informal yang selama ini menyerap ribuan tenaga kerja belum

sepenuhnya pulih, bahkan banyak pedagang dan pemilik toko masih mengungsi.

Page 60: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 38

Aktivitas perikanan yang selama ini jadi sektor andalan dan memberikan

kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah kota itu nyaris lumpuh total hingga kini.

Pelabuhan perikanan maupun feri di daerah Ulee Lheue rata dengan tanah, ratusan

perahu nelayan hancur tersapu tsunami, dan ratusan hektar tambak milik para petani

setempat dipenuhi lumpur.

Sementara perekonomian di sektor formal juga belum pulih. Jika sebelum

tsunami jumlah perusahaan di Banda Aceh mencapai 356 unit, kini hanya ada 197 unit

usaha. Sedangkan 159 perusahaan lainnya telah hancur akibat gempa dan tsunami.

GAMBAR 2.22

JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN DI KOTA BANDA ACEH SELAMA PERIODE TAHUN 2000-2004

Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004

22..66 KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK DDAANN AANNAALLIISSIISS TTRRAANNSSPPOORRTTAASSII

22..66..11 TTRRAANNSSPPOORRTTAASSII DDAARRAATT

Moda transportasi di kota Banda aceh memiliki jaringan pelayanan dalam dan

luar kota. Jaringan pelayanan dalam kota berupa kendaraan umum yaitu angkutan

umum atau labi-labi, becak, bus Damri dan mini bus (L300). Sedangkan untuk jaringan

luar kota dilayani oleh angkutan lintas propinsi seperti bus antar kota.

Untuk kondisi jaringan jalan sebelum tsunami, total panjang jalan sekitar 495 km

yang terdiri dari jalan nasional 12 km, jalan propinsi 22,4 km dan jalan kota 460 km.

Page 61: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 39

Berdasarkan kelas jalannya, terdiri dari arteri primer 18 km, arteri sekunder 29 km,

kolektor 30 km dan jalan lokal 418 km. Sedangkan pada pasca tsunami, terdapat

beberapa kerusakan jaringan jalan yaitu untuk jalan arteri primer tidak ada kerusakan

sama sekali. Sedangkan untuk jalan arteri sekunder mengalami kerusakan sekitar 4%,

jalan kolektor sekitar 7% dan jalan lokal sekitar 40%. Untuk lebih jelasnya lihat

Gambar 2.23.

GAMBAR 2.23 JARINGAN JALAN KOTA BANDA ACEH SEBELUM TSUNAMI

Sumber: JICA, 2005, Lampiran 4

Prasarana trasportasi lainnya yang mengalami kerusakan pasca tsunami adalah

jembatan, fasilitas jalan dan terminal. Untuk kondisi jembatan, tercatat 13 jembatan

mengalami kerusakan dari total 54 jembatan (sumber : Dinas PU). Selain itu, fasilitas

jalan yang mengalami kerusakan adalah berupa rambu lalu lintas sebesar 52% dan

marka jalan sebesar 50%. Untuk lampu lalu lintas mengalami kerusakan 60% dan lampu

peringatan sebesar 22%. Sedangkan untuk terminal barang dan penumpang terdiri dari

5 terminal penumpang dan 1 terminal barang, keseluruhan terminal yang ada

mengalami kerusakan yang cukup berat.

Page 62: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 40

22..66..22 TTRRAANNSSPPOORRTTAASSII PPEENNYYEEBBEERRAANNGGAANN

Transportasi sungai di Kota Banda Aceh umumnya menggunakan perahu

sampan kecil, perahu mesin tempel dan kapal boat. Pasca tsunami tingkat kerusakan

wilayah permukiman pantai Kota Banda Aceh mencapai 100% sehingga transportasi

sungai atau muara bagi nelayan tidak dapat beroperasi.

22..66..33 TTRRAANNSSPPOORRTTAASSII LLAAUUTT

Pelabuhan yang menunjang transportasi melalui laut adalah pelabuhan Ulee

lheue yang berjarak 2,5 km dari pusat kota dan merupakan akses dari kapal angkutan

barang dan orang. Pasca tsunami, pelabuhan masih belum dapat dioperasikan secara

optimal dimana saat ini dermaga yang ada hanya dapat menampung kapal ferry yang

menuju Pulau Sabang sebanyak 2 rit per hari. Sedangkan untuk kapal cepat masih

menggunakan dermaga pelabuhan lama yang sifatnya darurat.

22..77 KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK DDAANN AANNAALLIISSIISS UUTTIILLIITTAASS KKOOTTAA

22..77..11 AAIIRR BBEERRSSIIHH

Penyediaan air bersih penduduk Kota Banda Aceh sebelum terjadinya tsunami,

dilayani oleh pelayanan dari PDAM Tirta Daroy Banda Aceh, dan pemanfaatan sumur

air tanah dangkal yang ada di rumah penduduk. Tingkat pelayanan PDAM Tirta Daroy

Banda Aceh, adalah 47% dari penduduk, dengan sumber air dari sumur bor yang

berlokasi di Lambaro dan Siron, dengan memanfaatkan air Sungai Krueng Aceh yang

mempunyai debit minimal 10.38m3/dt pada musim kemarau panjang. Berikut ini Tabel

2.17 mengenai kondisi PDAM Tirta Daroy pada sebelum dan sesudah tsunami.

TABEL 2.17 KONDISI PDAM TIRTA DAROY

Uraian Unit Sebelum Sesudah

Kapasitas Produksi L/detik 435 365-380 Prosentase Pelayanan % 47 NA Jumlah Sambungan Unit 25,812 14,656

Hydrant/Public Tap Unit 100 46 Kehilangan Air % 48 55-60 Waktu Pengoperasian Jam/hari 24 20 Jumlah Pegawai Orang 173 143

Sumber: Data PDAM, Juni 2005

Page 63: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 41

Sedangkan untuk sistem perpipaan penyediaan air bersih di Kota Banda Aceh

dibagi menjadi 4 jaringan yaitu ; jaringan Wilayah Meuraxa, jaringan Wilayah Syiah

Kuala, jaringan Wilayah Baiturrahman dan jaringan Wilayah Kuta Alam. Jaringan

perpipaan yang digunakan di Kota Banda Aceh terdiri dari berbagai jenis material pipa

yaitu baja, DCIP, PVC, GIP dengan diameter 25 - 600 mm.

Jaringan pipa distribusi di daerah Darussalam dan Unsyiah terpisah sama sekali

dari jaringan yang ada di Kota Banda Aceh lainnya khususnya di Darussalam, Unsyiah

kira-kira memiki sekitar 900 sambungan rumah dan dilengkapi dengan elevated

reservoir dari beton kapasitas sekitar 500 m3, mendapat suplai air dari IPA Siron melalui

pipa transmisi primer diameter 200 dan 150 mm.

Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 berpengaruh

pada beberapa infrastruktur penyediaan air bersih yang dimiliki oleh PDAM Tirta Daroy.

Kerusakan tersebut antara lain:

a. Menurunnya kapasitas produksi air minum IPA Lambaro dan IPA Siron. IPA Siron

tidak dapat dioperasikan, karena pompa submersible air baku tidak cukup terendam

air karena rendahnya permukaan air, sedangkan IPA Lambaro masih dapat

diopersikan dengan 2 pompa kapasitas 2 x 147 L/detik.

b. Menurunnya kapasitas pelayanan akibat terlantarnya operasi dan pemeliharaan IPA

Lambaro dan IPA Siron, anggaran pengoperasian dan pemeliharaan yang tidak

mencukupi, serta kondisi aset instalasi pengolahan air yang sudah tua.

c. Menurunnya kapasitas produksi akibat kerusakan jaringan pipa distribusi terutama di

Kecamatan Meuraxa dan Kuta Raja dan rusaknya jembatan-jembatan pipa di daerah

tersebut.

d. Menurunnya pendapatan secara drastis karena hilangnya pelanggan, dari total

25.812 SR bulan Maret tinggal 8.000 SR atau 21% jumlah penduduk. Dan

berangsur-angsur mendaftar kembali, membayar rekening air hingga pada akhir Juni

2005 pelanggan yang ada menjadi 12.000 SR, data terakhir jumlah pelanggan

menjadi 14.656 SR.

e. Terganggunya manajemen dan administrasi PDAM karena Kantor PDAM sebagian

hancur dan arsip-arsip yang terletak dilantai dasar hilang/rusak di samping itu, juga

terdapat karyawan yang meninggal yaitu 28 orang.

Page 64: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 42

22..77..22 AAIIRR LLIIMMBBAAHH

Pengelolaan air limbah buangan penduduk Kota Banda Aceh sebelum maupun

sesudah tsunami sebagian besar adalah dengan menggunakan pengolahan setempat

(on site), yaitu berupa tangki septic dan sistem peresapan di halaman rumahnya, untuk

limbah black water (limbah dari WC)-nya. Sedangkan untuk limbah domestik selain yang

dari water closed, umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan

rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah

langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada

di sekitar kawasan tersebut.

Kemudian, untuk mengatasi limbah perkotaan non domestic, Pemerintah Kota

Banda Aceh mempunyai sebuah Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh, IPLT tersebut berlokasi di

Gampong Jawa (lihat Gambar 2.24). Pada saat terjadi tsunami IPLT tersebut

mengalami kerusakan yang cukup parah, dan telah diberikan bantuan dari pihak donor

untuk merehabilitasi kembali.

GAMBAR 2.24 IPLT DI GAMPONG JAWA YANG DIREHABILITASI PADA

DESEMBER 2005

Page 65: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 43

22..77..33 PPEERRSSAAMMPPAAHHAANN

Pada saat sebelum terjadinya tsunami, timbulan sampah Kota Banda Aceh

adalah sekitar sebesar 600m3 perhari, dengan tingkat pelayanan 65%. Dengan sistem

pewadahan di rumah, pengumpulan menuju container sebanyak 53 unit yang tersebar di

seluruh kota dan pembuangan akhir dengan sistem open dumping di Gampong Jawa.

Armada truk sampah yang dimiliki adalah 29 unit yang beroperasi setiap hari,

mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara berupa container ke tempat

pembuangan akhir (TPA) Gampong Jawa. Komposisi sampah perkotaan Banda Aceh

dijelaskan pada Tabel 2.18 di bawah ini.

TABEL 2.18 KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN JENISNYA

No. Jenis Sampah Prosentase 1. Organik 70,64 %2. Kertas 5,21 %3. Kaca 1,36 %4. Plastik 9,04 %5. Logam 1,75 %6. Kayu 5,80 %7. Kain 4,13 %8. Karet 1,52 %9. Lain-lain 0,55 %

Jumlah 100,00 %Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Penanganan sampah pasca tsunami secara khusus ditujukan pada sampah

dampak bencana, yaitu sampah tsunami yang ditempatkan di lokasi-lokasi sementara

pembuangan sampah tsunami pada masa tanggap darurat. Total volume sampah

tsunami seluruhnya dari lokasi-lokasi tersebut sebanyak 267.666 m3. Sampah tsunami

yang telah terangkat ke TPA (periode 17 Oktober 2005 – 31 Mei 2006), adalah sebanyak

136.463 m3. Penanganan lainnya terhadap dampak bencana tsunami adalah demolisasi

bangunan, yaitu penghancuran bangunan yang sudah rusak, membersihkan dari puing-

puing bangunan, dan pemanfaatan kembali materialnya, seperti pembuatan jalan-jalan

darurat di wilayah bencana.

Kedua pekerjaan tersebut dilakukan melalui paket bantuan dari UNDP, yaitu

Tsunami Recovery Waste Management Programme (TRWMP) selama periode 17

Oktober 2005 – 31 Mei 2006.

Page 66: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 44

Tugas lainnya DKP Kota Banda Aceh pada masa pasca tsunami, adalah

pemeliharaan dan perawatan sanitasi di barak-barak pengungsi melalui program

bantuan dari Unicef, yang disebut Temporary Living Camp Sanitation (TLCS). Jumlah

barak pengungsi seluruhnya yang menjadi pelayanan DKP Kota Banda Aceh, adalah

sebanyak 80 lokasi, yang tersebar dalam wilayah Kota Banda Aceh sebanyak 11 lokasi,

dan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar sebanyak 69 lokasi.

Sistem pengelolaan persampahan yang saat ini dilaksanakan di Kota Banda

Aceh, meliputi kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan

sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah.

Rute operasional truck angkutan sampah dan lokasi kontainer DKP dapat di lihat pada

Gambar 2.25

GAMBAR 2.25

RUTE OPERASIONAL TRUK ANGKUTAN SAMPAH DAN LOKASI KONTAINER DKP KOTA BANDA ACEH

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, (lampiran 4)

Page 67: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 45

Armada angkutan yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan sampai

dengan 02 Pebruari 2006 sebanyak 63 unit ditambah peralatan berat sebanyak 15 unit,

sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 78 unit kini disimpan di poll kendaraan ukuran

4.140 m2, yang terletak di Jalan Pocut Baren, Banda Aceh. Contoh gambar peralatan

berat yang dimiliki oleh DKP (Gambar 2.26).

GAMBAR 2.26

PERALATAN BERAT YANG DIMILIKI DKP KOTA BANDA ACEH

TPA/Landfill sebagai tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah

terletak di Desa Gampong Jawa yang berjarak ± 3 km dari pusat kota. Hingga saat ini

landfill Gampong Jawa telah memiliki lahan seluas ± 21 ha, yang telah difungsikan

sebagai landfill seluas ± 12 ha, dan yang belum difungsikan seluas ± 9 ha.

Beberapa alternatif pengembangan LPA dan IPLT baru yang dipilih adalah di

Koeta Teu, Kleumbang, Gapang atau Taleue Seuke. Pengelolaan sampah Kota Banda

Aceh perlu diintegrasikan dengan Kabupaten Aceh Besar, dimana lokasi alternative LPA

tersebut berada.

22..77..44 DDRRAAIINNAASSEE

Sistem drainase perkotaan Kota Banda Aceh dibawah kendali Dinas Pekerjaan

Umum (DPU). Luas area sistem drainase meliputi 35 km2 dan dibagi dalam 3 zona dan

17 sub-area. Kondisi topografi yang relatif datar, menurunnya daya tampung saluran

dan adanya pengaruh aliran balik dari pasang air laut menyebabkan tidak

memungkinkan untuk mengalirkan air dari semua area secara gravitasi dan harus

Page 68: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 46

dibantu dengan pompa pada setiap outlet jaringannya. Infrastruktur jaringan drainase

belum lengkap dan tidak befungsi dengan baik menyebabkan terjadinya genangan bila

turun hujan lebat.

Bencana Tsunami menyebabkan rusaknya jaringan drainase lebih dari 90%,

tanggul dan dinding penahan banjir di sungai. Selain rusak saluran drainase juga terisi

oleh Lumpur dan kotoran. Kerusakan tersebut diantaranya dua saluran drainase di desa

Gampong Pie, peningkatan genangan air akibat pasang air laut yang semula hanya 10

cm menjadi 30-40 cm. Kerusakan juga terjadi pada saluran drainase di Iskandar Muda,

saluran primer Meuraxa dan pintu air di Kuren Gulamus. Kerusakan lainnya adalah

stasium pompa dan pintu air di Sungai Titi Panjang, rusaknya tanggul Krueng Doy.

Kondisi saluran drainase dan pintu air sebelum dan setelah bencana Tsunami disajikan

dalam Tabel 2.19 berikut.

TABEL 2.19 KONDISI SALURAN DAN PINTU AIR SEBELUM

DAN SETELAH BENCANA TSUNAMI

Structures Description Unit Zone I Zone II Zone III Total Drainage area Ha 957 992 1.550 3.499

Number of sub-zones

Nos. 6 5 6 17

Pumping stations

Existing Nos. 4 1 3 8 Damaged Nos. 4 0 3 7

Damage ratio % 100 0 100 88

Primary drains

Existing m 22.735 12.937 15.690 51.362 Damaged m 6.177 3.490 1.927 11.594

Damage ratio % 27 27 12 23

Water gates Existing Nos. 25 30 43 98

Damaged Nos. 15 7 8 30 Damage ratio Nos. 60 23 19 31

Source : Dept. Of Public Works (DPU)

22..77..55 TTEELLEEKKOOMMUUNNIIKKAASSII

Sarana telekomunikasi yang berupa telepon, telegram, faximile, dan berbagai

produk telekomunikasi lainnya seperti GSM, CDMA operator Satelindo, Telkomsel, telah

merambah seluruh kecamatan di kota Banda Aceh. Berdasarkan data dari BPS 2004 dan

2005, dapat diketahui banyaknya fasilitas telepon yang diklasifikasikan dalam kategori

fasilitas untuk perumahan, bisnis, sosial, telepon umum, wartel dan kiospon. Dari data

Page 69: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 47

tersebut dapat diketahui perbedaan kondisi penyediaan fasilitas telekomunikasi pada

saat sebelum dan sesudah terjadinya bencana tsunami (lihat tabel 2.20).

TABEL 2.20 BANYAKNYA FASILITAS TELEPON DI KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2004-2005

No. Fasilitas Telepon Banyaknya

2004 2005 1 Perumahan/Residensial 17.423 SST 11.257 SST

2 Bisnis 2.673 SST 252 SST

3 Sosial 121 SST 81 SST

4 Telepon Umum 222 Buah -

5 Wartel 437 SST 374 SST

6 Kiospon 39 SST -

Total 20.915 14.494

Sumber: BPS, 2004-2005

Dari kategori perumahan penurunan mencapai 35% dari kondisi sebelum

tsunami, untuk bisnis mengalami penurunan 90,6%, sosial sebesar 33%, wartel sebesar

14,4 %, sedangkan untuk penyediaan telepon umum dan kiospon penurunan mencapai

100% pada kondisi pasca tsunami.

Normalisasi telepon, listrik dan penyaluran (bahan bakar minyak) BBM terus

diefektifkan. Status recovery layanan telekomunikasi di NAD sampai tanggal 12 Januari

2005, sudah mencapai 68% dari saat bencana terjadi serta dengan 84% area dari 44

STO yang ada di seluruh NAD sudah beroperasi normal. Meliputi 93% seluruh nomor

pelanggan di datel NAD dengan jumlah total 98.866 STT.

22..77..66 KKEELLIISSTTRRIIKKAANN

Perbaikan instalasi listrik terus dilakukan untuk menormalkan penerangan, agar

dapat bekerja pada malam hari untuk melakukan pembersihan serta kebutuhan

penerangan pada instalasi Rumah Sakit. Guna mendukung upaya ini berbagai peralat

PLN dari Jakarta yang telah diberangkatkan dari Jakarta pada tanggal 15 Januari 2006

dengan Kapal Tomini serta telah dilakukan pemasangan dan penggantian tiang listrik

yang rusak di daerah Kajhu, Ulee Lheue dan Braden. (lihat Tabel 2.21)

Page 70: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 48

TABEL 2.21 KONDISI JARINGAN LISTRIK DI KOTA BANDA ACEH

KOTA KONDISI KELISTRIKAN

Banda Aceh

Kondisi kelistrikan kota Banda Aceh 95% beban Puncak 25MW telah tersambung 32.000 pelanggan Dari 34.000 pelanggan yang kondisinya memungkinkan disambung (pelanggan sebelum bencana 74.000)

• Jaringan listrik menuju malahayati sepanjang 20 Km rusak total, maka pemenuhan kebutuhan listrik untuk pelabuhan Malahayati menggunakan genset

Sumber: Hasil Survey, Tahun 2005

Untuk daerah kawasan yang terkena bencana tidak bisa dilayani sampai

perbaikan rekonstruksi secara menyeluruh. Namun untuk kawasan yang tidak terkena

dampak sudah terlayani dengan baik. Berikut kondisi listrik di Kota Banda Aceh.

22..88 KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK DDAANN AANNAALLIISSIISS FFAASSIILLIITTAASS KKOOTTAA

22..88..11 FFAASSIILLIITTAASS PPEENNDDIIDDIIKKAANN

Fasilitas pendidikan di Kota Banda Aceh telah memadai, diantaranya telah

tersedia dengan lengkap jenis fasilitas pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai

perguruan tinggi. Berikut data jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Banda Aceh pada

Tahun 2004-2005 di rinci berdasarkan kecamatan. Lebih jelas lihat Tabel 2.22.

Dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah fasilitas pendidikan tidak berubah

untuk fasilitas SD, SLTP, SLTA dan kejuruan. Perubahan hanya terjadi pada fasilitas TK

yang mengalami peningkatan dari kondisi sebelum dan sesudah tsunami. Selain itu,

jumlah sekolah luar biasa di Kota Banda Aceh hanya 1 buah yang terletak di Kecamatan

Baiturrahman. Sedangkan Pondok Pasantren ada 9 buah yang terletak di Kecamatan

Jaya Baru 3 buah, Kecamatan Meuraxa 1 buah, Kecamatan Kuta Alam 4 buah dan

Kecamatan Baiturrahman 1 buah.

Page 71: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 49

TABEL 2.22 JUMLAH TK, SD, SLTP, SLTA, DAN KEJURUAN

DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2004-2005

KEC. TK SD SLTP SLTA SMK

2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005

Baiturrahman 9 10 24 24 5 5 4 4 2 2

Kuta Alam 20 18 22 22 9 9 13 13 5 5

Meuraxa 6 3 19 19 3 3 5 5 - -

Syiah Kuala 8 9 14 14 2 2 1 1 - -

Lueng Bata 4 4 5 5 1 1 1 1 - -

Kuta Raja 4 5 13 13 3 3 1 1 - -

Banda Raya 5 6 6 6 2 2 2 3 - -

Jaya Baru 6 7 10 10 2 2 1 - - -

Ulee Kareng 4 6 6 6 1 1 0 - - -

TOTAL 66 68 119 119 28 28 28 28 7 7 Sumber : BPS, 2004-2005

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk, maka perkiraan

kebutuhan fasilitas pendidikan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

2.23

TABEL 2.23 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN

TAHUN 2011

LUAS KEBUTUH

AN TAHUN

2011 (m2)

KEBUTUHAN

TAHUN 2016

LUAS KEBUTUH

AN TAHUN

2016 (m2)1 TK 1000 1200 234 281033 269 323033 2 SD 1600 3600 146 526937 168 605687 3 SLTP 4800 2700 49 131734 56 151422 4 SLTA 4800 2700 49 131734 56 151422

Sumber: Hasil Analisis

22..88..22 FFAASSIILLIITTAASS KKEESSEEHHAATTAANN

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kota Banda Aceh diketegorikan dalam 9

bentuk yaitu berupa puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, poliklinik

desa, posyandu, Rumah bersalin, Rumah sakit umum, Rumah sakit jiwa, Rumah sakit

ibu dan anak. Berdasarkan data dari BPS tahun 2004 dan 2005 (lihat tabel 2.24) maka

dapat diketahui kondisi sebelum dan sesudah tsunami.

Page 72: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 50

TABEL 2.24 JUMLAH SARANA KESEHATAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2004-2005

No. Jenis Sarana Kesehatan

Jumlah 2004 2005

1. Puskesmas 9 6 2. Puskesmas Pembantu 33 9 3. Puskesmas Keliling 8 12 4. Poliklinik Desa 8 14 5. Posyandu 105 80 6. Rumah Bersalin 12 12 7. Rumah sakit umum 7 8 8. Rumah sakit jiwa 1 1 9. Rumah sakit ibu dan anak 0 1

Jumlah 183 143 Sumber: BPS 2004-2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penyediaan fasilitas

kesehatan mengalami penurunan mencapai 21,8% dari kondisi sebelum tsunami.

Penurunan terbesar terjadi terutama pada penyediaan puskesmas pembantu dengan

penurunan mencapai 72,7% pada pasca tsunami.

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk, maka perkiraan

kebutuhan fasilitas kesehatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

2.25

TABEL2.25 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2011

LUAS KEBUTUHAN

TAHUN 2011 (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2016

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016

1 Puskesmas 120000 2400 2 4684 2 5384 2 Puskesmas

Pembantu 30000 1200 8 9368 9 10768

3 BKIA dan RS Bersalin

10000 1600 23 37471 27 43071

4 Balai Pengobatan

3000 300 78 23419 90 26919

5 Apotek 10000 350 23 8197 27 9422 6 Praktek Dokter 5000 100 47 4684 54 5384 7 Posyandu 2500 100 94 9368 108 10768

Sumber: Hasil Analisis

Page 73: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 51

22..88..33 FFAASSIILLIITTAASS PPEERRIIBBAADDAATTAANN

Di daerah Kota Banda Aceh, hampir merata desa memiliki Masjid dan Musholla,

karena mayoritas penduduk di Kota Banda Aceh adalah beragama Islam. Hanya di

Kecamatan Kuta Alam terdapat tempat ibadah umat Kristen, Hindu dan Budha. (Lihat

Tabel 2.26).

TABEL 2.26 JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003

Kecamatan Masjid Surau / langgar Gereja Gereja

katolik Pura Vihara Kelenteng

Meuraxa 10 29 0 0 0 0 0Banda Raya 6 23 0 0 0 0 0Baiturrahman 17 21 0 0 0 0 0Lueng Bata 2 10 0 0 0 0 0Kuta Alam 23 27 3 2 0 4 1Kutaraja 6 9 0 0 1 0 0Syiah Kuala 11 18 0 0 0 0 0Ulee Kareng 7 6 0 0 0 0 0Jaya Baru 7 20 0 0 0 0 0JUMLAH 89 163 3 2 1 4 1

Sumber : Podes Kota Banda Aceh,Tahun 2003

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk, maka perkiraan

kebutuhan fasilitas peribadatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

2.27

TABEL 2.27 PROYEKSI KEBUTUHAN FAS ILITAS PERIBADATAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2011

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2011

KEBUTUHAN TAHUN 2016

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016

1 Masjid Skala Kecamatan

120000 4000 2 7806 2 8973

2 Masjid Skala Lingkungan

30000 1750 8 13661 9 15703

Sumber: Hasil Analisis

Page 74: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 52

22..88..44 PPEERRKKAANNTTOORRAANN DDAANN PPEELLAAYYAANNAANN UUMMUUMM

Untuk kebutuhan sarana perkantoran dan Pelayanan Umum berdasarkan wilayah

yang terkena dampak maka Kantor Kecamatan diperlukan di 6 kecamatan yang terkena

dampak kecuali Kecamatan Baiturrahman, Sedangkan Kantor Desa/Kelurahan diperlukan

antara lain di daerah berikut:

1. Kecamatan Meuraxa, meliputi: Kel. Ulee Lheule, Kel. Deah Glumpang, Kel. Deah

Teungoh, Kel. Deah Baro, Kel. Lambung, Kel. Gampong Pie, Kel. Gampong Blang,

Kel. Lamjabat, Kel. Asoenanggro, Kel. Surien, Kel. Gampong Baro, Kel. Pungee

Ujong, Kel. Pungee Jurong, Kel. Lampaseh Kota, Kel. Lampaseh Aceh.

2. Kecamatan Kuta Raja, meliputi: Kel. Gampong pande, Kel. Gampong Jawa, Kel.

Merduati, Kel. Keudah, Kel. Lampaseh Kota, Kel. Kampung Baru.

3. Kecamatan Jaya Baru, meliputi: Kel. Ulee Pata, Kel. Lampoh Daya, Kel. Bitai, Kel.

Lam jamee, Kel. Emperom.

4. Kecamatan Kuta Alam, meliputi: Kel. Lampulo, Kel. Lamdingin, Kel. Bandar Baru.

5. Kecamatan Syiah Kuala, meliputi: Kel. Dayah Raya, Kel. Alue, Naga, Kel. Tibang, dan

Kel. Jeulingke.

6. Kecamatan Baiturrahman, meliputi: Kel. Sukaramai

Untuk kantor Pos Hansip di 6 kecamatan tidak diperlukan, hanya diperlukan pos

pengamanan untuk para pengungsi 1 unit di masing-masing kecamatan. Sedangkan

untuk Kantor Pos Pembantu diperlukan di pusat Kota Banda Aceh di perlukan di

Kecamatan Kuta Alam 1 unit, Baiturrahman 1 unit, Jaya Baru 1 unit dan Syiah Kuala 1

unit. Serta sarana PLN, PDAM, Telkom, dan Polsek diperlukan 1 unit di masing-masing

wilayah yang terkena dampak untuk melayani masyarakat yang sedang membangun

kembali wilayahnya yang terkena tsunami.

22..99 HHAARRAAPPAANN DDAANN AASSPPIIRRAASSII SSTTAAKKEEHHOOLLDDEERRSS

Sebelumnya merencanakan wilayah yang terkena dampak bencana, harapan

masyarakat pada para stakeholder perlu melakukan beberapa pertimbangan terhadap

perencanaan wilayah Provinsi Banda Aceh, khususnya Kota Banda Aceh. Diantaranya:

Page 75: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 53

22..99..11 PPEERRTTIIMMBBAANNGGAANN SSOOSSIIAALL--BBUUDDAAYYAA

Masyarakat Banda Aceh pada umumnya terdiri dari pedagang, nelayan dan

petani dan sangat kuat ibadatnya dengan nilai budaya yang islami. Pembangunan

kedepan harus memperhatikan nilai budaya dan islami yang hidup dalam masyarakat,

dengan demikian Rencana Tata Ruang didasarkan pada nilai-nilai ini. Untuk Land Mark

kota yang berfokus pada mesjid Baiturahman dan menjadi dasar dari Urban Design kota

– kota. Disamping itu situs-situs budaya harus juga diperhatikan agar perkembangan

Banda Aceh kedepan tidak mencabut msyarakat Aceh dari akar budaya dan nilai

Islamnya. Kehidupan nelayan disepanjang pantai perlu diberi ruang dan teknologi agar

kehidupannya lebih baik lagi.

22..99..22 PPEERRTTIIMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII

Ekonomi Banda Aceh didukung oleh sektor jasa, perikanan, pertanian serta

wisata. Penataan kembali kota harus di upayakan untuk memperkuat sektor ini sehingga

semakin modern dan dapat meningkatkan kesempatan kerja. Untuk nelayan dan petani

perlu diperhatikan dengan sarana TPI dan infrastruktur pendukungnya. Dibidang wisata,

kiranya Tsunami dapat diambil hikmah untuk sektor wisata mengingat kejadian tanggal

26 Desember 2004 yang lalu adalah suatu kejadian besar di dunia.

Ekonomi kota berbasis pada kelautan wisata dan jasa, diharapkan pembangunan

prasarana dapat mendukung transformasi sektor Basik ini menjadi semakin modern

sehingga secara terus menerus dapat meningkatkan nilai tambah dan penyerapan

terhadap angkatan kerja.

22..99..33 PPEERRTTIIMMBBAANNGGAANN IINNFFRRAASSTTRRUUKKTTUURR

Pertimbangan infrastruktur perlu diarahkan untuk meningkatkan pelayanan

sosial-ekonomi kota. Disamping itu juga untuk meningkatkan keamanan kawasan kota;

yaitu mengatasi banjir dan juga perlu ditata agar dapat juga melindungi kota dari

kemungkinan serangan tsunami dimasa yang akan datang.

Dari berbagai diskusi dengan stakeholder dikawasan perkotaan Banda Aceh dan

sekitarnya bebarapa keinginan pengembangan kota kedepan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

Page 76: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir II - 54

1. Pengembangan kota dilakukan dengan penanganan kawasan bersyarat antara lain

dilakukan dengan pengaman (Buffer Zone) dan peringatan dini bencana Tsunami

dan bila diperlukan dan diinginkan dapat melakukan “relokasi” ke kawasan yang

lebih aman, dengan dukungan infrastruktur penghubung yang memadai dan baik.

2. Pengembangan Kota didasarkan pada nilai budaya dan Islami yang berkembang di

masyarakat Aceh

3. Pengembangan Kota harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

melindungi hak masyarakat akan tanahnya.

4. Pengembangan kota harus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan ekonomi

kotanya.

5. Pengembangan kota harus dapat melindungi bahaya kota dari bahaya bencana

(gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor).

6. Pengembangan kota harus dapat menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan

kota.

7. Pengembangan infrastruktur harus dapat meningkatkan pelayanan kota.

8. Sebagian penduduk memilih ingin bermukim kembali, dengan syarat pengamanan

(Buffer Zone) dan peringatan dini bencana tsunami.

9. Sebagian lainnya ingin pindah ke kawasan yang lebih aman, dengan dukungan

infrastruktur penghubung yang memadai dan baik.

10. Pusat - pusat pelayanan fasilitas sosial dan utilitas harus berada di lokasi yang aman.

11. Kegiatan usaha dan pasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat berjalan

kembali normal.

12. Identitas kota dan masyarakat (yang bersifat religius dan budaya) tetap

dipertahankan.

13. Pembangunan kota dan kawasan tetap memperhatikan prinsip-prinsip hak

kepemilikan tanah dan property.

14. Menerapkan pembangunan kota yang menganut prinsip-prinsip manajemen Disaster

yang berbasis tata ruang

Page 77: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 1

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG

KKOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEHH

33..11 KKEEDDUUDDUUKKAANN KKOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEHH DDAALLAAMM KKOONNSSTTEELLAASSII RREEGGIIOONNAALL

Rencana tata ruang merupakan upaya untuk mengintegrasikan berbagai macam

sumber daya di suatu wilayah/kota ke dalam suatu deliniasi wilayah perencanaan. Artinya

komponen-komponen tata ruang di dalam wilayah perencanaan harus terintegrasi, di

samping itu, wilayah perencanaan juga harus terintegrasi dengan rencana yang hirarkinya

lebih tinggi. Dalam perencanaan Kota Banda Aceh, selain harus memperhatikan

komponen-komponen tata ruang yang ada di wilayahnya, juga harus memperhatikan

peranannya dalam lingkup yang lebih luas. Dengan demikian perencanaannya akan dapat

menciptakan kesinergian dengan rencana-rencana spasial lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, langkah awal dalam perencanaan Kota Banda

Aceh adalah perlunya menetapkan Peran, Fungsi, dan Kedudukan Kota Banda Aceh dalam

konstelasi regional, sehingga dalam pelaksanaannya di masa mendatang dapat bersinergi

dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Penetapan ini mempertimbangkan potensi dan

permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan arahan-arahan penataan ruang yang

hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari rencana-rencana serupa yang telah disusun

sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan di atas, Peran Kedudukan dan Fungsi Kota Banda

Aceh ditetapkan sebagai berikut.

BAB III

Page 78: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 2

1. Peranan:

Sebagai Kota hirarki I di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan wilayah

pengembangan Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar, dan Kota Sabang

Sebagai ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam

2. Fungsi:

Salah satu pintu gerbang Indonesia Bagian Barat yang mengemban fungsi sebagai

pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa wilayah hiterland-nya

Pusat pemerintahan dan perkantoran untuk skala kota dan regional

Pusat perdagangan dan jasa untuk skala kota dan regional

Pusat kegiatan industri kecil

Pusat permukiman, fasilitas umum, dan sosial skala kota dan regional

Pusat kegiatan keagamaan (Islamic Center)

3. Kedudukan:

Dalam lingkup nasional, kedudukan Kota Banda Aceh merupakan salah satu Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) Orde II, yang diharapkan sebagai Counter Magnet bagi

Kota Medan

Kota Banda Aceh juga ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan Indonesia-

Malaysia-Thailand Growth Triangle

33..22 SSKKEENNAARRIIOO PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN KKOOTTAA

Untuk Rencana ke depannya, Skenario yang digunakan adalah dengan

menerapkan model pengembangan kota Dual Center With Multi Recidential Area. Model

pengembangan ini merupakan konsep pengembangan kota yang memiliki dua pusat kota

untuk mendorong perkembangan kota dan didukung oleh permukiman dengan kegiatan

ekonomi di dalamnya. Pusat kota yang ditetapkan adalah pusat kota lama dan pusat kota

baru. Pusat kota lama berpusat di Peunayong yang berorientasi pada Masjid Baiturrahman

dengan kegiatan yang sudah berkembang pesat baik sebelum dan sesudah Tsunami.

Sedangkan pusat kota baru berada di Batoh (Kec. Lueng Bata) dan Lampeuneurut

(Kabupaten Aceh Besar), pusat pengembangan ini diarahkan sebagai pusat pemerintahan

Propinsi NAD dan sebagai daerah evakuasi atau zona penyelamatan bila terjadi bencana.

Page 79: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 3

Untuk terlaksananya model pengembangan kota tersebut diperlukan beberapa

tahapan skenario pengembangan yang tepat. Pada Gambar 3.1 di bawah ini akan

dijelaskan tahapan pengembangan wilayah Banda Aceh.

GAMBAR 3.1 TAHAPAN PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap Rehabilitasi Pasca Bencana Tsunami: - Rehabilitasi pada kawasan konservasi, yaitu pada kawasan pesisir dengan

membangun Coastal Forest (hutan Mangrove) sebagai zona perlindungan pantai. Serta pembangunan hutan kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

- Rehabilitasi permukiman sesuai dengan zoning regulation yang ditentukan pada kawasan yang terkena dampak tsunami.

- Perbaikan Infrastruktur yang belum diperbaiki, serta usaha peningkatan dalam rangka pengembangan kota yang merujuk pada konsep mitigasi bencana.

- Pengendalian kegiatan pada zona-zona yang ditentukan terutama pada Coastal Zone dan Eco Zone.

Tahap Pengendalian Pusat Kota lama dengan konsep perkembangan yang terbatas: - Optimalisasi kegiatan di pusat kota Lama yaitu pada kawasan Peunayong

dan Kampung Baru yang berorientasi pada Masjid Baiturrahman. Serta pengendalian intensitas bangunan dan penataan lingkungan agar tidak terjadi kemunduran fungsi (degradasi lingkungan).

- Peningkatan peran masing-masing sub zona sesuai dengan fungsi yang ditentukan dalam rencana struktur kota.

- Rehabilitasi kawasan konservasi terutama pada kawasan DAS Krueng Aceh dan taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

- Peningkatan aksesibiltas melalui pembangunan lingkar utara, lingkar selatan dan lingkar dalam yang terintegrasi.

Tahap pengembangan Pusat Kota Baru dengan konsep pengembangan wilayah yang terintegrasi - Pengembangan fungsi melalui kegiatan yang telah ditentukan pada masing-

masing zona dan sub-sub zona. Pengembangan diarahakan ke Selatan Banda Aceh hingga perbatasan Aceh Besar (Lampeuneurut dan Lambaro).

- Sinkronisasi kebijakan dan rencana pengembangan wilayah antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dalam pengelolaan pusat Kota Baru yang ada di Lampeuneurut serta pengembangan agropolitan pada Lambaro.

Rehabilitasi dan pengendalian

pembangunan di Utara Banda

Aceh

Revitalisasi dan pengembangan terbatas pada

Pusat Kota Lama

Pengembangan kota diarahkan pada Selatan Kota Banda

Aceh

Page 80: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 4

33..33 RREENNCCAANNAA SSTTRRUUKKTTUURR PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Rencana struktur pemanfaatan ruang merupakan kerangka dasar spasial yang

akan digunakan untuk menyusun arahan rencana pemanfaatan ruang di Kota Banda

Aceh. Penjabaran rencana struktur pemanfaatan ruang meliputi arahan rencana

pengembangan dan distribusi penduduk, rencana struktur ruang kota, rencana kawasan

strategis kota, dan rencana sistem pusat pelayanan.

Rencana struktur pemanfaatan ruang yang direkomendasikan dalam rencana ini

mengikuti rencana struktur pemanfaatan ruang yang telah direncanakan oleh Dirjen

Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum yang dituangkan ke dalam dokumen

Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kota Banda Aceh. Dokumen tersebut

dijadikan acuan karena substansi yang dikandungnya lebih diterima oleh stakeholders

dibandingkan dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya untuk Kota Banda Aceh.

Pada akhirnya, arahan yang telah direncanakan pada dokumen Rencana Struktur dan Pola

Pemanfaatan Ruang Kota Banda Aceh akan dijadikan dasar dalam merumuskan rencana

tata ruang dan pengembangan fasilitas dan utilitas dalam Revisi RTRW Kota Banda Aceh

ini.

33..33..11 RREENNCCAANNAA SSTTRRUUKKTTUURR RRUUAANNGG KKOOTTAA

Dalam pengembangan ke depannya, Kota Banda Aceh direncanakan untuk dibagi

menjadi empat zona yang disesuaikan dengan model pengembangan kota yang

digunakan, pertumbuhan penduduk, ketersediaan sumber daya lahan dan antisipasi

terhadap potensi bencana. Berdasarkan Revisi RTRW Aceh 2010, Kota Banda Aceh dibagi

dalam 4 BWK (Bagian Wilayah Kota), yaitu terdiri dari BWK Barat, BWK Pusat (Utara),

BWK Selatan, BWK Timur. Untuk revisi RTRW tahun 2016, pembagian 4 BWk ini tetap

digunakan, hanya ada penyesuaian batas mengunakan unit administrasi kecamatan. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 Peta Rencana Struktur Ruang.

Selanjutnya masing-masing BWK diarahkan memiliki pusat sebagai orientasi

pengembangan (lebih jelas lihat sistem pusat pelayanan). Penjelasan mengenai arahan

fungsi masing-masing BWK dapat dilihat pada bagian berikut di bawah ini:

Page 81: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 5

: gambar 3.2

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG

Page 82: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 6

1. BWK Barat Kota

BWK ini terdiri dari wilayah Kecamatan Meuraxa dan Jaya Baru, merupakan

pengembangan wilayah kota ke arah bagian Barat. BWK ini difungsikan sebagai pusat

kegiatan pelabuhan dan wisata, yang didukung kegiatan perdagangan dan jasa,

kawasan permukiman, dan sebagainya. Pusat BWK Barat ditetapkan di Lamteumen

(barat). Untuk lebih jelas arahan kesesuaian fungsi berdasarkan zona di BWK Barat

Kota dapat di lihat pada Tabel 3.1.

2. BWK Pusat Kota Lama/Utara

BWK ini terdiri dari wilayah Kecamatan Baiturrahman, Kuta Alam dan Kuta Raja,

berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan regional dan pemerintahan. Fungsi ini

didukung oleh kegiatan jasa komersial, perbankan, perkantoran, pelayanan umum dan

sosial, kawasan permukiman perkotaan, industri kecil/kerajinan, pusat kebudayaan

dan Islamic Center. BWK ini juga berfungsi sebagai pusat pelayanan tujuan wisata

budaya dan agama bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Banda Aceh.Pusat BWK

Utara ditetapkan di Kawasan Pasar Aceh dan Peunayong. Untuk lebih jelas arahan

kesesuaian fungsi berdasarkan zona di dalam BWK Utara dapat di lihat pada Tabel

3.2.

3. BWK Selatan Kota

BWK ini terdiri dari wilayah Kecamatan Banda Raya dan Lueng Bata, merupakan

pengembangan wilayah kota ke arah bagian Selatan, yang berfungsi sebagai pusat

kegiatan olah raga (sport centre), terminal AKAP dan AKDP, perdagangan dan jasa

serta pergudangan. Pusat BWK Selatan ditetapkan di Koridor Batoh (Kec. Lueng Bata)

– Lampeuneureut (Kab. Aceh Besar). Untuk lebih jelas arahan kesesuaian fungsi

berdasarkan zona di dalam BWK Selatan Kota dapat di lihat pada Tabel 3.3.

4. BWK Timur Kota

BWK ini terdiri dari wilayah Kecamatan Syiah Kuala dan Ulee Kareng, merupakan

pengembangan wilayah kota ke bagian Timur, yang berfungsi sebagai pusat

pelayanan sosial kota seperti halnya pendidikan, kesehatan dan kegiatan lain yang

komplementer dengan kedua kegiatan tersebut. Pusat BWK Timur ditetapkan di Ulee

Page 83: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 7

Kareng. Untuk lebih jelas, arahan kesesuaian fungsi berdasarkan zona di dalam BWK

Timur Kota dapat di lihat pada Tabel 3.4

Kemudian pada Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Zona Per BWK dan Tabel

3.1 – 3.4 dapat dilihat penjelasan fungsi zona berdasarkan karakter zona kesesuaian

pengembangan fisik. Dan ketentuan zonasi lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1

dan 2.

Page 84: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 8

Gambar3.3

PETA ARAHAN FUNGSI BERDASARKAN ZONA FISIK PERBWK

Page 85: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 9

1. BWK Barat Kota Banda Aceh

TABEL 3.1 Pembagian Zona Pada BWK Barat Kota Banda Aceh

Sumber: Hasil Analisis

No. Kode Zona BWK

Fungsi Wilayah

1. P1 (Pesisir)

Sebagai daerah perlindungan pantai yang berupa Hutan Mangrove (Hutan Lindung) dan juga kawasan Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

2.

A.1

• Kawasan konservasi yang berupa Zona hijau/pond serta dapat menjadi daerah wisata. Selain itu juga diarahkan menjadi zona budidaya tambak.

• Pada zona ini diarahkan untuk kawasan permukiman terbatas, yang berarti bahwa tidak ada pengembangan permukiman baru.

3.

A.2

• Sebagai kawasan Pelabuhan Penyeberangan Penumpang.

• Terdapat Landmark/Monumen Tsunami yang diarahkan sebagai kawasan wisata bersejarah serta sebagai kawasan wisata bahari.

4. A.3

• Zona tambak • Kawasan konservasi, berupa zona hijau dan wisata • Permukiman terbatas

5.

A.4

• Perkantoran, berupa pelayanan umum dan perkantoran swasta

• Mix-use • Permukiman kepadatan sedang dan tinggi • Kawasan Mix-use yaitu berupa kawasan campuran

komersial dan fasum. 6.

A.5

• Kawasan permukiman dengan kepadatan sedang • Zona perdagangan dan jasa yang menyebar secara

linier mengikuti pola jalan. • Terminal kota • Terdapat kawasan wisata Monumen PLTD Apung.

7. A.6

• Kawasan permukiman dengan kepadatan sedang • Zona perdagangan dan jasa yang menyebar secara

linier mengikuti pola jalan.

Page 86: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 10

2. BWK Utara Kota Banda Aceh

TABEL 3.2

Pembagian Zona Pada BWK Utara Kota Banda Aceh

Sumber: Hasil Analisis

No. Kode Zona BWK Fungsi Wilayah

1. P.2

Sebagai daerah perlindungan pantai yang berupa Hutan Mangrove (Hutan Lindung) dan juga kawasan Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

2.

B.1

• Sebagai tempat pembuangan akhir sampah (TPA), dan instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) di Gampong Jawa.

• Sebagai zona konservasi berupa hutan mangrove/pond.

3. B.2

• Zona Perikanan samudera didukung fasilitas perikanan.

• Tempat Pelelangan Ikan 4.

B.3

• Zona hijau yang berupa pond dan wisata • Permukiman terbatas yang diarahkan untuk tidak

mengalami pengembangan lagi. • Cold Strorage

5. B.4 Kawasan campuran komersial fasum dan hunian komersial.

6.

B.5

• Zona Tambak • Zona hijau yang menjadi buffer/penyangga antara

zona tambak dan permukiman. • Zona perkantoran yang memiliki pola perkembangan

linier/ di sepanjang jalan. 7.

B.6 • Wisata Budaya • Zona Perkantoran dan Perdagangan dan jasa.

8. B.7

• Pusat Keagamaan dan Kebudayaan • Pusat pelayanan umum dan Pemerintahan • Perdagangan dan Jasa

9. B.8

• Kawasan perdagangan dan jasa Kota lama. • Kawasan campuran hunian komersial • Kawasan campuran komersial dan Fasilitas umum.

10. B.9 • Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi 11.

B.10 • Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi • Kawasan Campuran Komersial

Page 87: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 11

3. BWK Selatan Kota Banda Aceh

TABEL 3.3 Pembagian Zona Pada BWK Selatan Kota Banda Aceh

No. Kode Zona

BWK Fungsi Wilayah

1. C.1 Kawasan Permukiman kepadatan tinggi.

2. C.2 • Kawasan Permukiman kepadatan tinggi • Kawasan campuran komersial dan fasum

3. C.3

• Kawasan Permukiman kepadatan tinggi • Kawasan campuran komersial dan fasum • Pertanian

4. C.4

• Kawasan Mix-Use yaitu berupa campuran komersial dan fasum

• Permukiman kepadatan tinggi Sumber: Hasil Analisis

4. BWK Timur Kota Banda Aceh

TABEL 3.4 Pembagian Zona Pada BWK Timur Kota Banda Aceh

No. Kode Zona BWK Fungsi Wilayah

1. P.3

Sebagai daerah perlindungan pantai yang berupa Hutan Mangrove (Hutan Lindung) dan juga kawasan Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

2. D.1

• Perikanan Budidaya/tambak • Zona Konservasi • Permukiman terbatas, diarahkan untuk

tidak mengalami pengembangan.

3. D.2

• Perikanan Budidaya/tambak • Zona Konservasi • Permukiman terbatas, diarahkan untuk

tidak mengalami pengembangan. • Kawasan Campuran komersial (mix-use).

4. D.3 • Kawasan Permukiman kepadatan tinggi • Kawasan perkantoran dan kawasan

campuran komersial

5. D.4 • Kawasan Permukiman kepadatan tinggi • Kawasan Campuran Komersial

6. D.5 Kawasan Permukiman kepadatan tinggi

7. D.6 Kawasan Perdagangan dan Jasa

8. D.7 Kawasan Pendidikan tinggi

Sumber: Hasil Analisis

Untuk penjelasan mengenai Zoning Regulation dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Page 88: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 12

33..33..22 AARRAAHHAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN DDAANN DDIISSTTRRIIBBUUSSII PPEENNDDUUDDUUKK

Penduduk adalah komponen terpenting dalam penataan ruang. Hal ini karena

tujuan akhir dari kegiatan penataan ruang adalah mewujudkan kesejahteraan penduduk

dengan cara mengalokasikan berbagai sumber daya secara optimal. Untuk itu dalam

proses penataan ruang diperlukan upaya pendistribusian penduduk sesuai dengan daya

dukung lingkungannya sehingga memperoleh manfaat yang optimal dari sumber daya

yang didistribuskan serta terciptanya kemudahan dalam pelayanan sarana dan prasarana

kota.

Rencana distribusi penduduk ini dilakukan atas pertimbangan kondisi jumlah

penduduk sebelum tsunami, proyeksi pertumbuhan penduduk, daya dukung lingkungan,

arahan rencana kegiatan dan tingkat kerentanan terhadap bencana. Distribusi penduduk

ini dilakukan berdasarkan katagori wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi,

sedang, dan rendah. Adapun ukuran dari masing-masing kepadatan tersebut adalah :

Kepadatan penduduk rendah dengan rentang antara 1 - 25 jiwa/ha

Kepadatan penduduk sedang dengan rentang antara 26 – 50 jiwa/ha

Kepadatan penduduk tinggi dengan rentang antara 51-100 jiwa/ha

Rentang ini disesuaikan dengan karakteristik untuk kota menengah seperti Kota

Banda Aceh ini. Berdasarkan analisa telah didapatkan jumlah penduduk untuk tahun

Rencana 2016 adalah sejumlah 276.194 jiwa. Adapun rencana distribusi penduduk di Kota

Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat Tabel 3.5).

TABEL 3.5 RENCANA DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

No. BWK

ARAHAN JUMLAH

PENDUDUK (Jiwa)

ARAHAN KEPADATAN SUB PUSAT BWK

1 BWK BARAT 63.909 1. Ulee Lheue : Kepadatan Rendah 2. Jaya Baru : Kepadatan Sedang 3. Lamteumen : Kepadatan Tingggi

2 BWK UTARA (PUSAT KOTA LAMA)

58.049 1. Lampulo : Kepadatan Rendah 2. Peunayong/ :Kepadatan Tinggi

Kampung Baru 3 BWK SELATAN 104.787 1. Neusu : Kepadatan Tinggi

2. Batoh/Lamdom:Kepadatan Tinggi 4 BWK TIMUR 49.449 1. Jeulingke : Kepadatan Sedang

2. Ulee Kareng:Kepadatan Tinggi Total Proyeksi 276.194

Page 89: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 13

33..33..33 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM PPUUSSAATT PPEELLAAYYAANNAANN

Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki kota

sesuai dengan struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu sistem

pemanfaatan ruang yang optimal untuk setiap bagian kota. Dalam realitanya,

pengembangan sistem pusat pelayanan akan mempermudah masyarakat kota untuk

mendapatkan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. Pembagian sistem pusat

pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

Rencana struktur kota yang telah ditetapkan

Jangkauan pelayanan secara fungsional

Aksesibilitas suatu kawasan

Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasaran

Efisiensi pemanfaatan lahan

Batas-batas fisik yang tegas, seperti sungai, jalan, bukit, jalur hijau dan lain-lain

Lihat kembali Gambar 3.2, Arahan rencana sistem pusat pelayanan di Kota

Banda Aceh dijelaskan pada Tabel 3.6 berikut ini:

TABEL 3.6 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN

NO PUSAT/SUBPUSAT PELAYANAN FUNGSI SKALA PELAYANAN

1 PEUNAYONG / KAMPUNG BARU

Pusat pemerintahan Kota Banda Aceh

Perdagangan dan Jasa Perkantoran

Regional & Kota

2 ULEE LHEUE Pelabuhan penumpang & barang dan penumpang

Tsunami Park Pariwisata Pantai Hutan Kota dan

konservasi (hutan mangrove)

Regional & Kota

3 LAMTEUMEN Perkantoran Perdagangan dan Jasa Permukiman

Kota dan lokal

4 BATOH/LAMDOM Pusat pemerintahan provinsi NAD yang baru

Pusat perdagangan dan jasa

Regional

Regional & Kota

Page 90: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 14

NO PUSAT/SUBPUSAT PELAYANAN FUNGSI SKALA PELAYANAN

permukiman5 ULEE KARENG Perdagangan dan jasa

permukiman Kota dan lokal

6 LAMPULO Pelabuhan ikan Galangan kapal Industri pengolahan ikan Perumahan nelayan

Regional & Kota

7 JEULINGKE Pusat Pemerintahan Prop NAD & Perkantoran Propinsi NAD (eksisting)

Perdagangan dan jasa Permukiman

Regional Kota dan Lokal

8 NEUSU Perdagangan dan jasa permukiman

Kota dan lokal

9 KOPELMA Pendidikan Perdagangan dan jasa

Regional Kota dan lokal

Sumber : Hasil Analisis

33..44 RREENNCCAANNAA PPOOLLAA PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Rencana pola pemanfaatan ruang adalah pengalokasian aktifitas ke dalam suatu

ruang berdasarkan struktur pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara umum, pola pemanfaatan ruang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kawasan

lindung dan kawasan budidaya. Di samping itu, dalam pemanfaatan ruang ini juga

diarahkan pengalokasian kawasan-kawasan strategis.

Penetapan pola pemanfaatan ruang di Kota Banda Aceh didasarkan atas

pertimbangan sebagai berikut:

- Keadaan pola pemanfaatan ruang sebelum tsunami

- Kecenderungan perkembangan yang terjadi pasca tsunami

- Optimasi dan efisiensi pemanfaatan ruang

- Kelestarian lingkungan

- Mitigasi terhadap bencana

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana penggunaan lahan pada tahun 2016 dapat

dilihat pada Tabel 3.7

Page 91: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 15

TABEL 3.7

RENCANA PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2016

No Pemanfaatan Ruang Luas (HA) % I Kawasan Terbangun 4563,71 74,377

1

Permukiman 2787,874 45,435 - Permukiman 2293,053 37,371 - Permukiman Terbatas 428,680 6,986 - Permukiman Khusus Nelayan 66,141 1,078

2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 188,422 3,071 3 Perkantoran 117,453 1,914

4

Kawasan Campuran 543,482 8,857 - Kawasan Campuran Hunian & Komersial 100,744 1,642 - Kawasan Campuran Komersial & FU 383,597 6,252 - Kawasan Komersial & FU 59,141 0,964

5

Fasilitas 205,016 3,341 - Fasilitas Kesehatan 9,888 0,161 - Fasilitas Pendidikan 184,379 3,005 - Fasilitas Peribadatan 10,255 0,167 - Fasilitas Umum 0,494 0,008

6

Transportasi 657,886 10,722 - Terminal 10,431 0,170 - Pelabuhan Ferri 33,041 0,538 - Jalan 614,414 10,013

7

Kawasan Industri 7,725 0,126 - Cold Storage 0,944 0,015 - TPI 5,106 0,083 - Rumah Potong Hewan 1,675 0,027

8 Utilitas 24,241 0,395 - IPLT 22,762 0,371 - TPA 1,479 0,024

9

Wisata & Hiburan 31,610 0,515 - Pasar Seni 10,655 0,174 - Kawasan Wisata PLTD Apung 18,162 0,296 - Tsunami Heritage 2,792 0,046

II Ruang Terbuka 1572,19 25,623 1 Kawasan Hutan Kota 212,686 3,466 2 Zona Hijau dan Wisata 190,955 3,112 3 Zona Perikanan Samudera 121,351 1,978 4 Zona Tambak Ikan 552,359 9,002

5

Ruang Terbuka Hijau 109,006 1,777 - Taman Kota 31,036 0,506 - Jalur Hijau 60,614 0,988 - Lapangan Olah Raga 17,356 0,283

6 Kuburan 11,060 0,180 7 Sungai 224,970 3,666 8 Air 149,804 2,441

Total 6.135,90 100,000 Sumber : Rencana Konsultan, 2006

Page 92: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 16

33..44..11 PPEENNEETTAAPPAANN KKAAWWAASSAANN LLIINNDDUUNNGG

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup, baik itu berupa sumber daya alam maupun

sumber daya buatan. Kawasan lindung diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya

2. Kawasan perlindungan setempat

3. Kawasan cagar budaya

Berdasarkan pengertian di atas, penetapan kawasan lindung di Kota Banda Aceh

diarahkan sebagai berikut:

Kawasan lindung yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya meliputi:

- Kawasan hutan bakau yang berfungsi sebagai kawasan penyangga bagi daerah

sekitarnya untuk mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta

memelihara kesuburan tanah. Di samping itu, kawasan ini juga memiliki fungsi

untuk meminimalkan potensi bahaya tsunami bagi daerah sekitarnya. Kawasan

hutan bakau diarahkan pada kawasan pesisir utara Kota Banda Aceh

Lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah Hutan Kota (hutan magrove dll) yang

berfungsi sebagai jalur penyangga antara kawasan permukiman dan zona perikanan.

Area ini mulai dari Deah Glumpang di Kecamatan Meuraxa memanjang hingga

Jeulingke di Kecamatan Syiah Kuala.

- Kawasan resapan air yang merupakan kawasan yang berfungsi meresapkan air

hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna

sebagai sumber air.

Kawasan perlindungan setempat yang meliputi :

- Kawasan sempadan pantai, yang berfungsi melindungi wilayah pantai dari

kegiatan yang menggangu kelestarian pantai. Kawasan ini terletak di sepanjang

tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal

100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan pantai

ditetapkan di sepanjang pantai yang ada, kecuali daerah pantai yang digunakan

untuk kepentingan umum, seperti pelabuhan/dermaga, wisata, dan permukiman

nelayan yang sudah ada, serta pertambakan yang telah mendapatkan ijin dari

pemerintah.

Page 93: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 17

- Kawasan sempadan sungai, berfungsi untuk melindungi sungai dari kegiatan

manusia yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air sungai. Kawasan

sempadan sungai ditetapkan pada jalur tepian sungai dengan lebar dari aliran

tengah berkisar 8 – 50 m tergantung kondisi sungainya dan wilayah lintasannya.

Sungai dengan tanggul ditetapkan jalur kiri dan kanan tepian sungai dengan lebar

15 m, sedangkan untuk sungai tidak bertanggul ditetapkan jalur kiri dan kanan

tepian sungai dengan lebar 30 m.

Untuk Kota Banda Aceh, kawasan ini diarahkan di sepanjang Sungai Krueng Aceh,

Sungai Krueng Doy, Sungai Krueng Neng, Sungai Krueng Titi Panjang, Krueng

Lueng Paga, Sungai Krueng Daroy, dan Kanal banjir.

Lebih jelas dapat dilihat Gambar 3.4.

Page 94: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 18

GAMBAR 3.4 PETA RENCANA KAWASAN LINDUNG DAN RUANG

TERBUKA HIJAU

Page 95: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 19

Kawasan cagar budaya meliputi:

Kawasan cagar budaya adalah ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs

purbakala, dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang bermanfaat tinggi

untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya ini dapat meliputi

lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung dan halamannya, serta

kebun raya yang mempunyai umur lebih dari 50 tahun. Berdasarkan ketentuan di

atas, kawasan cagar budaya di Kota Banda Aceh di antaranya yang sudah ada di

Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Museum Aceh, Gunongan, Taman Putroe Phang,

Pendopo, Kerkhoff, makam Syiah Kuala, makam Sultan Iskandar muda, dan Makam

Kandang XII. Sedangkan cagar rencana ada di kawasan Tsunami Heritage Ulee Lheue

dan kawasan PLTD Apung. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Page 96: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 20

GAMBAR 3.5 PETA RENCANA CAGAR BUDAYA

Page 97: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 21

33..44..22 RREENNCCAANNAA KKAAWWAASSAANN BBUUDDIIDDAAYYAA

Kawasan budidaya adalah ruang yang dapat dimanfaatkan untuk mewadahi

berbagai aktifitas yang dilakukan manusia. Rencana kawasan budidaya diarahkan di luar

kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Klasifikasi peruntukan Kawasan

budidaya di Kota Banda Aceh meliputi kawasan permukiman, kawasan perumahan dan

perumahan nelayan, kawasan campuran, kawasan pariwisata, kawasan perkantoran,

kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perikanan tambak dan perikanan tangkap,

Kawasan industri kecil, Kawasan Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga, serta kawasan

pelabuhan. Rencana kawasan budidaya di Kota Banda Aceh diarahkan sebagai berikut

(lihat Tabel 3.8).

TABEL 3.8 RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN 1 Permukiman Kawasan yang memiliki kegiatan

utama bukan sebagai pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat perumahan perkotaan, koleksi dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan kegiatan sosial, serta kegiatan ekonomi.

Khusus untuk peruntukan perumahan, klasifikasi perumahan di Kota Banda Aceh adalah: o Kapling Besar dengan luas 500 m2

atau lebih. o Kapling Sedang dengan luas 200 -

500 m2 o Kapling kecil dengan luas ≤ 200

m2

Permukiman diarahkan di sekitar ibukota kecamatan, BWK bagian barat, selatan, dan timur

Pengembangan kawasan permukiman ke arah utara dibatasi karena kawasan tersebut diarahkan untuk konservasi, perikanan, pelabuhan, dan wisata

2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan

Perumahan terbatas adalah perumahan yang dibangun dengan ketentuan-ketentuan atau persyaratan teknis bangunan/konstruksi tahan gempa, sehingga perumahan yang dibangun tahan terhadap bencana sepeti gempa dan tsunami. Perumahan ini juga ditata dengan baik dengan dilengkapi dengan jalur-jalur penyelamatan dari bencana. Perumahan seperti ini harus dibatasi pertumbuhannya dan hanya diperuntukkan untuk penduduk yang benar-benar tinggal dan bermata pencaharian di pantai seperti nelayan.

Peruntukan ini diarahkan di kawasan yang rentan terhadap tsunami, yaitu di kawasan pesisir utara Kota Banda Aceh

3 Kawasan Kawasan yang diisi oleh berbagai jenis Peruntukkan ini diarahkan di

Page 98: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 22

NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN Campuran kegiatan seperti perdagangan dan

jasa, perkantoran, perumahan, fasilitas umum dan sosial.

BWK bagian utara, timur, dan selatan. Secara spesifik kegiatan ini dialokasikan di Jl Pocut Baren, Jl Iskandar, Muda hingga Ulee Iheue, Jl Rama Setia, Jl T Iskandar, Sebelah utara Jl Twk Hayim Banta Muda, Jl tgk Hasan Krueng Kalee menuju Lampulo, Jl Sultan Alaidin Johansyah, Persimpangan Jl Syah Kuala dengan Jl Pocut Baren hingga Lamdingin, sebagian Jl Tbk Imam Leung Bata, Jl Cut Nyak Dhien, Jl Soekarno-Hatta, Jl Teuku Umar, Jl Tengku Abdul Rahman, dan Jl Wedana. Jl. Tgk CikDipinrang,Jl. Nyak Makam, Jl. St Malikul Saleh, Jl. Sudirman, Jl. Hasan Saldi, Jl. Mohamad Tahir, Jl. Tgk Diblang, Jl. Lingkar kampus, Jl. Tembus Batoh-Simp Surabaya, Jl. Tembus Lamduk-Pango, Keuramat, Peuniti dan Keudah.

4 Kawasan Wisata Kawasan wisata ini dapat berupa wisata alam (pantai) dan wisata budaya dan religius

Wisata alam diarahkan pada kawasan pantai mulai dari Jaya Baru sampai Alue Naga. Kawasan ini juga didukung oleh hutan mangrove dan hutan wisata

Wisata budaya diarahkan di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman, Komplek museum Aceh, Gunongan, Taman Putroe Phang, Pendopo, Kerkhoff, Makam Syah Kuala, Makam Sultan Iskandar Muda, dan Makam Kandang XII

Kawasan wisata tsunami (tsunami herritage) diarahkan di kawasan Ulee Iheue

5 Kawasan Perkantoran

Kawasan perkantoran meliputi kegiatan-kegiatan perkantoran baik skala lokal, kota, dan regional mengingat Kota Banda Aceh merupakan ibu kota Propinsi NAD

Kawasan perkantoran juga meliputi perkantoran-perkantoran swasta, seperti bank, jasa konsultan, pos, dll

Kawasan Perkantoran pemerintahan dialokasikan di BWK bagian Pusat/Utara dan Selatan

Page 99: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 23

NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN 6 Kawasan

Perdagangan dan jasa

Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang menaungi berbagai kegiatan perdagangan, jasa komersial, dan jasa perkantoran

Kawasan Perdagangan dan jasa untuk skala regional diarahkan di BWK Selatan , sedangkan untuk skala pelayanan kota dan lokal diarahkan di BWK Utara dan Timur

7 Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya.

Kawasan perikanan dibedakan menjadi kawasan perikanan tambak dan perikanan tangkap

Kawasan perikanan ini diarahkan di BWK bagian Utara khususnya di Lampulo

8 Kawasan Industri Kecil

Kawasan industri kecil bersifat home industry yang kegiatannya menyatu dengan permukiman penduduk

Kawasan industri kecil ini diarahkan di BWK bagian utara

9 Kawasan Pelabuhan

Kawasan Pelabuhan di Kota Banda Aceh dibedakan menjadi dua, yaitu kawasan pelabuhan barang dan penumpang internasional serta kawasan pelabuhan ikan

Kawasan pelabuhan barang diarahkan di BWK bagian utara khususnya Malahayati (Kab. Aceh Besar) dan penumpang diarahkan di BWK bagian Barat khususnya di Ulee Iheue

Kawasan pelabuhan ikan diarahkan di Lampulo yang terletak di BWK bagian utara

10 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga

Kawasan Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga meliputi kawasan konservasi, taman kota, dan sarana olahraga

Kawasan Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi sebagai konservasi diarahkan di BWK Bagian Utara dan Barat

Taman Kota diarahkan di BWK bagian Utara, Timur, Selatan, dan Barat

Secara umum Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar

3.6

Page 100: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 24

GAMBAR 3.6 RENCANA PEMANFAATAN RUANG TAHUN 2016

Page 101: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 25

33..55 RREENNCCAANNAA PPEENNEETTAAPPAANN IINNTTEENNSSIITTAASS PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Rencana intensitas pemanfaatan ruang meliputi kepadatan bangunan, Koefisien

Lantai bangunan, Ketinggian Bangunan, dan Garis Sempadan Bangunan.

33..55..11 RREENNCCAANNAA KKEEPPAADDAATTAANN BBAANNGGUUNNAANN

Kepadatan bangunan diwujudkan dalam konsep Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Pada bagian ini akan dibahas tentang Koefisien

Dasar Bangunan yang memiliki pengertian sebagai angka perbandingan antara luas dasar

bangunan dengan luas lahan dimana bangunan yang bersangkutan dibangun. Besarnya

koefisien dasar bangunan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kepadatan

penduduk, ketersediaan lahan, peruntukan lahan, jenis penggunaan bangunan dan

beberapa faktor lainnya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka arahan KDB di Kota Banda Aceh

ditetapkan pada Tabel 3.9 berikut.

TABEL 3.9 RENCANA KEPADATAN BANGUNAN

NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI ARAHAN KDB MAKSIMUM

1 Permukiman Rumah Kapling Besar Rumah Kapling Sedang Rumah Kapling Kecil

40% 50% 60%

2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan

15 – 20 %

3 Kawasan Campuran Fasilitas Umum Fasilitas Sosial

50% 50%

4 Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan Rekreasi Dalam Ruangan

10% 30%

5 Kawasan Perkantoran

60%

6 Kawasan Pusat Perdagangan dan jasa

Perdagangan Jasa

60% 70%

7 Kawasan Pusat Perdagangan

Kawasan campuran perumahan dan komersial

70%

Page 102: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 26

NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI ARAHAN KDB MAKSIMUM

8 Kawasan Perikanan 50%

9 Kawasan Industri Kecil

60%

10 Kawasan Pelabuhan

Pelabuhan penyebrangan Pelabuhan Ikan

10% 20%

11 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga

Taman Kota Kawasan Konservasi Sarana olahraga dan Fasilitas

umum

0% 0% 10 – 15 %

33..55..22 KKOOEEFFIISSIIEENN LLAANNTTAAII BBAANNGGUUNNAANN

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan angka perbandingan antara luas

seluruh lantai bangunan dengan luas lahan atau luas kapling dimana bangunan tersebut

berada. Konsep koefisien lantai bangunan memiliki kaitan dengan koefisien dasar

bangunan dan ketinggian bangunan. Penetapan KLB dilakukan dengan pertimbangan:

Pencahayaan dan ventilasi alami sebagai salah satu upaya menciptakan lingkungan

yang sehat dan nyaman.

Pembentukan skyline bangunan yang harmonis dan sekuential.

Pembentukan landmark sebagai pembentuk identitas dan titik orientasi terhadap

lingkungannya.

Pembentukan karakter yang berbeda antara berbagai kegiatan fungsional yang

berlainan.

Pembentukan ruang dan jarak yang mempunyai skala harmonis antara bangunan

dengan ruang luarnya, agar tercipta komposisi ruang yang masih berskala manusia.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, Rencana KLB di Kota Banda

Aceh ditetapkan pada Tabel 3.10 berikut.

Page 103: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 27

TABEL 3.10

RENCANA KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN

NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI ARAHAN KLB MAKSIMUM

1 Permukiman Rumah Kapling Besar Rumah Kapling Sedang Rumah Kapling Kecil

1,8 1,0 1,2

2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan

0,4

3 Kawasan Campuran

Fasilitas Umum Fasilitas Sosial

2,0 2,0

4 Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan Rekreasi Dalam Ruangan

0,2 0,9

5 Kawasan Perkantoran

2,0

6 Kawasan Perdagangan dan jasa

Perdagangan Jasa

2,4 2,4

7 Kawasan

Perikanan 1

8 Kawasan Industri Kecil

1,2

9 Kawasan Pelabuhan

Pelabuhan penyebrangan Pelabuhan Ikan

0,2 0,4

10 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga

Taman Kota Kawasan Konservasi Sarana olahraga

- - 0,3

Untuk penjelasan mengenai ketentuan KDB dan KLB yang lebih detail dapat dilihat pada

lampiran 3.

33..55..33 KKEETTIINNGGGGIIAANN BBAANNGGUUNNAANN

Ketinggian bangunan memiliki pengertian jumlah lantai maksimum yang

diperbolehkan dalam suatu kawasan. Kriteria penetapan ketinggian bangunan memiliki

keterkaitan dengan penetapan KDB dan KLB. Arahan ketinggian bangunan di Kota Banda

Aceh diperlihatkan pada Tabel 3.11 berikut.

Page 104: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 28

TABEL 3.11 RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN

NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI JUMLAH LANTAI

MAKSIMUM 1 Permukiman Rumah Kapling Besar

Rumah Kapling Sedang Rumah Kapling Kecil

3 2 2

2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan

2

3 Kawasan Campuran Fasilitas Umum Fasilitas Sosial

4 4

4 Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan Rekreasi Dalam Ruangan

2 3

5 Kawasan Perkantoran 4 6 Kawasan Perdagangan

dan jasa Perdagangan Jasa

4 2

7 Kawasan Perikanan 2 8 Kawasan Industri Kecil 2 9 Kawasan Pelabuhan Pelabuhan penyebrangan

Pelabuhan Ikan 2 2

10 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga

Taman Kota Kawasan Konservasi Sarana olahraga

- - 2

Keterangan : 1. Ketinggian bangunan tidak boleh melebihi kaki kubah Mesjid Raya Baiturrahman pada

kawasan mesjid tersebut.

2. Ketinggian diluar kawasan sekitar Mesjid Raya Baiturrahman tidak dibatasi

ketinggiannya, dan harus menyesuaikan dengan kondisi geologi dan tanah setempat.

33..55..44 GGAARRIISS SSEEMMPPAADDAANN BBAANNGGUUNNAANN

Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah jarak antara batas luar daerah milik jalan

(Damija) dengan dinding luar bangunan persil. Penetapan garis sempadan bangunan di

wilayah perencanaan mempertimbangkan fungsi jaringan jalan, dan fungsi kegiatannya.

Pengaturan GSB di Kota Banda Aceh diarahkan pada Tabel 3.12 berikut.

Page 105: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 29

TABEL 3.12 RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN

NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI GSB

DEPAN (MIN)

GSB SAMPING (MIN)

GSB BELAKANG

(MIN) 1 Permukiman Rumah Kapling Besar

Rumah Kapling Sedang Rumah Kapling Kecil

R R R

2 x 3 m 2 m 0

3 m 3 m 2 m

2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan

R 0 2 m

3 Kawasan Campuran

Fasilitas Umum Fasilitas Sosial

R R

2 m 2 m

2 m 2 m

4 Kawasan Wisata

Rekreasi Luar Ruangan Rekreasi Dalam Ruangan

R R

2 x 10 m 2 x 5 m

10 m 5 m

5 Kawasan Perkantoran

R 2 m 2 m

6 Kawasan Perdagangan dan jasa

Perdagangan Jasa

R R

0 0

0 2 m

7 Kawasan Perikanan

R 2 x 4 m 4 m

8 Kawasan Industri Kecil

R 2 m 2 m

9 Kawasan Pelabuhan

Pelabuhan penyebrangan Pelabuhan Ikan

R R

2 x 10 m 2 x 5 m

10 m 5 m

10 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga

Taman Kota Kawasan Konservasi Sarana olahraga

- - R

- - -

- - -

Ket: R = ½ dari Rumija, bila jalan lebih lebar dari 8 m maka GSB depan minimum adalah ½ Rumija + 1

GSB terkecil sebesar 4 m, kecuali jalan buntu atau jalan setapak ditetapkan 2 m.

33..66 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM TTRRAANNSSPPOORRTTAASSII

33..66..11 SSIISSTTEEMM PPEERRAANNGGKKUUTTAANN JJAALLAANN RRAAYYAA

Jaringan Jalan

Guna mempermudah akses pengembangan wilayah utara maka perlu

pembangunan jalan lingkar di sisi utara yang berfungsi sebagai jalan arteri primerr. Trase

jalan tersebut melewati daerah-daerah antara lain Simpang Lamteumen-Lamjame Uleu

Pata-Ulee Lheue-Gampong Jawa-Deah Raya-Tibang-Krueng Cut tembus ke Krueng Raya.

Page 106: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 30

Usulan tambahan untuk memperpanjang Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan

Soekarno Hatta. Perpanjangan Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan Soekarno Hatta

saat ini sedang dalam pengerjaan.

Selain Jalan Lingkar Utara, pengembangan jalan lingkar luar sisi Selatan juga

diperlukan untuk mengantisipasi pengembangan wilayah sisi Selatan serta untuk

mempermudah akses ke Pelabuhan di daerah Ulee Lheue. Jaringan jalan Lingkar Selatan

dimulai dari Ulee Lheue, Jl. Lhoknga, Jl. Tgk Abd. Rahman Meunasah Meucab, Jl.

Soekarno Hatta, ke Lampeuneurut Kecamatan Ingin Jaya (Kabupaten Aceh Besar).

Disamping lingkar luar perlu dikembangkan juga Jalan Poros Barat-Timur untuk

mengantisipasi pengembangan wilayah terutama keberadaan rencana terminal terpadu di

wilayah Batoh/Lamdom. Jalan poros tersebut berawal dari Jl. Soekarno Hatta di daerah

Lam Ara melewati Jl. Wedana, Jl. Tgk. Dilhong, Cot Mesjid, Pango Raya, Pango Deah,

melintas Jl. Tengku Yusuf sampai persimpangan Ceurih menerus ke Jl. Mesjid Toha dan

terhubung ke jalan lingkar Selatan di Kecamatan Kuta Baru Kabupaten Aceh Besar. Peta

rencana jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Page 107: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 31

PETA JARINGAN JALAN . GAMBAR 3.7

Page 108: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 32

Jalan lingkar dan poros merupakan jalan tipe 4/2 D (4 lajur 2 arah dengan median), lebar

Right of Way (ROW) atau ruang milik jalan (Rumija) adalah 40 m. Potongan melintang

jalan lingkar dan poros tersebut adalah sebagai berikut: (lihat Gambar 3.8)

GAMBAR 3.8 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG JALAN POROS DAN LINGKAR KOTA BANDA ACEH

Page 109: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 33

Rencana ruas jalan lingkar Utara antara Ulee Lheu dan Krueng Raya, sebagian

rencana ruasnya saat ini merupakan daerah pasang surut dan berbatasan langsung

dengan laut. Oleh karena itu maka sebagian ruasnya akan dibangun diatas timbunan.

Timbunan ini juga akan difungsikan sebagai tanggul laut (breakwater). Tipikal konstruksi

jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9

GAMBAR 3.9

JALAN DI ATAS TANGGUL LAUT

Untuk dimensi masing-masing lapisan (primary, secondary dan core layer) dari

tanggul laut (breakwater) disesuaikan dengan tinggi gelombang rencana. Badan jalan

diletakkan di atas lapisan primer dengan diberi lapisan antara berupa geotekstile dan

kemudian di atasnya diurug dengan lapisan pondasi jalan (sub base dan base course) dan

selanjutnya lapisan permukaan berupa aspal hotmix (AC MS 800-1000 kg)

Fasilitas penunjang

o Terminal Penumpang

Fasilitas penunjang dalam sistem transportasi yang perlu dikembangkan untuk

Kota Banda Aceh adalah pembangunan Terminal Penumpang Tipe A yang

berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan penumpang antar kota antar

propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi. Terminal tersebut berada di daerah

Lamdom dengan luas 3 ha. Keberadaan terminal ini harus didukung oleh jalan

arteri yaitu Jalan Poros Utara Selatan (terusan dari Jalan Syah Kuala sampai Jl.

Soekarno Hatta) dan Jalan Poros Barat Timur (Lam Ara sampai Jl. Mesjid Toha).

Grave

Dasar Laut

300-1000 kg

1-6 ton

Cubes 17.5 tp=2800 kg/m3

1:1.5

1:1.5 1:1.5

1:1.5

Laut Darat

ROW=4-6 m

H=2-3 m + 0.00 m LWS

Page 110: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 34

Dengan dibangunnya Terminal Penumpang Tipe A untuk bus antar kota yang

baru, maka terminal bus antar kota yang lama di Setui akan beralih fungsi dan

berubah menjadi Terminal Penumpang Tipe B yang semula melayani bus antar

kota menjadi angkutan antar kota jarak dekat (L300). Luasan untuk Terminal Tipe

B ini adalah 2 Ha yang terletak di Setui.

Sedangkan untuk terminal angkutan perkotaan (Terminal Tipe C), tetap

menggunakan terminal yang lama yakni di Keudah, namun terlebih dahulu harus

direnovasi, karena sampai saat ini kondisinya masih memprihatinkan akibat

bencana tsunami.

o Terminal Barang

Pembangunan terminal barang akan terpadu dengan terminal penumpang yaitu

terminal Tipe A di daerah Lamdom. Dimana keberadaannya harus didukung oleh

Jalan Poros Utara Selatan dan Barat Timur.

Perangkutan umum

Dalam dokumen hasil studi Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kota

Banda Aceh oleh Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum dan Urgent

Plan JICA tidak menyebutkan mengenai perubahan jaringan pelayanan angkutan

umum perkotaan, demikian juga dalam dokumen hasil studi Revisi RTRW Kota Banda

Aceh 2001/2010 menyebutkan tidak ada perubahan terhadap jaringan pelayanan

angkutan umum perkotaan di Kota Banda Aceh.

33..66..22 SSIISSTTEEMM PPEERRAANNGGKKUUTTAANN LLAAUUTT

Klasifikasi pelabuhan

Pengembangan pelabuhan di pelabuhan lama kawasan Ulee Lheue adalah untuk

pelabuhan skala internasional sebagai pelabuhan pengumpan primer dan berfungsi

untuk pelabuhan umum melayani penumpang antar pulau dan Negara (propinsi,

kabupaten atau kota).

Page 111: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 35

Fasilitas pokok dan penunjang

Fasilitas pokok yang harus ada dari pelabuhan penumpang umum diantaranya adalah

: alur pelayaran, kolam labuh, dermaga, gudang, terminal penumpang, terminal ro-ro

dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

Sedangkan fasilitas penunjangnya terdiri dari kawasan perkantoran, fasilitas air

bersih, listrik dan telekomunikasi fasilitas umum lainnya.

Jalur pelayaran

Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal penumpang dari dank e

pelabuhan Sabang, Medan dan propinsi lainnya. Dan juga sebagai pengumpan ke dan

dari daerah sekitar Banda Aceh.

33..66..33 SSIISSTTEEMM PPEERRAANNGGKKUUTTAANN PPEENNYYEEBBEERRAANNGGAANN

Klasifikasi pelabuhan

Pengembangan pelabuhan untuk penyeberangan menjadi satu dengan

pengembangan pelabuhan umum penumpang di daerah Ulee Lheue. Pelabuhan

melayani khususnya untuk kapal jenis ro ro.

Fasilitas penunjang

Sama seperti pelabuhan umum maka fasilitas pokok untuk pelabuhan penyeberangan

ro ro adalah alur, kolam pelabuhan, dermaga khusus ro-ro, terminal penumpang.

Sedangkan untuk fasilitas penunjang berupa kantor, utilitas dan fasilitas umum

lainnya. Bentuk layout untuk pelabuhan penyeberangan ini berupa wharf yang

menyatu dengan daratan.

Jalur pelayaran

Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal jenis ro-ro yang penumpang

dan barang dari daerah sekitar Banda Aceh menuju Pulau We, Pulau Nasi atau pulau-

pulau lain di sekitar Banda Aceh.

Page 112: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 36

33..77 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM UUTTIILLIITTAASS

33..77..11 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM PPEENNYYEEDDIIAAAANN AAIIRR BBEERRSSIIHH

Kebutuhan air Kota Banda Aceh diperkirakan akan meningkat dari 414 liter/detik

pada tahun 2006 sampai menjadi 704 liter/detik pada tahun 2016. Cakupan pelayanan

direncanakan telah mencapai 85% dari seluruh penduduk Kota Banda Aceh, baik yang

dipenuhi melalui sambungan rumah maupun hidran umum. Secara lebih rinci proyeksi

kebutuhan air disajikan pada Tabel .3.13

TABEL 3.13 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

Deskripsi Unit 2006 2011 2016 Populasi Orang 206.194 241.194 276.194 Persentase Pelayanan % 60 80 85

Populasi Terlayani

Total Orang 123.716 192.955 234.765 SR Orang 111.354 173.660 211.288 HU Orang 12.372 19.296 23.476

Sambungan SR SR / 5 orang 22.269 34.732 42.258

HU HU / 100

orang 124 193 235

Kebutuhan Bersih

SR m3/hari 16.702 26.049 31.693 HU m3/hari 495 772 939 ND m3/hari 3.340 5.210 6.339 Jumlah m3/hari 20.537 32.031 38.971

Kebocoran Persentase % 45 30 30 Jumlah m3/hari 9.242 9.609 11.691

Kebutuhan Air Total m3/hari 29.779 41.640 50.663 Kebutuhan Produksi Air m3/hari 35.734 49.968 60.796 Kebutuhan Produksi Air liter/detik 414 579 704

Sumber: Hasil Analisis

Keterangan:

SR : Sambungan Rumah

HU : Hidran Umum

ND : Non Domestik

Untuk memenuhi kebutuhan air baku, Kota Banda Aceh mempunyai potensi

sumber air yang dapat dipergunakan, yaitu Sungai Krueng Aceh yang mempunyai debit

minimal 10,38 m3/detik atau hampir mencapai 900 m3/ hari pada musim kemarau

panjang. Terdapat dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini

Page 113: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 37

beroperasi di Kota Banda Aceh, yaitu IPA Lambaro dengan kapasitas terpasang 435

liter/detik dan IPA Siron berkapasitas 20 liter/detik. Lokasi intake kedua IPA tersebut

adalah di Sungai Krueng Aceh.

PDAM Tirta Daroy diharapkan telah mampu merehabilitasi dan membangun

kembali seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih, berupa instalasi

pengolahan, sistem distribusi dan sarana penunjangnya sampai dengan tahun 2009.

Target pelayananan terhadap pelanggan PDAM Tirta Daroy sampai dengan tahun 2016

minimal mencapai 85 %.

Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum berupa peningkatan

kapasitas produksi pada masing-masing Instalasi Pengolahan Air Minum dan sarana

penunjangnya. Kekurangan produksi air bersih akan mulai terjadi pada tahun 2009,

sehingga direncanakan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Lambaro sebesar 100

liter/detik pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 ditingkatkan menjadi 200 liter/detik.

Sungai Kreung Aceh sebagai sumber air baku yang potensial bagi penyediaan air

bersih Kota Banda Aceh, sehingga keberadaannya perlu dijaga dengan baik, karena air

permukaan sangat rawan terhadap pengaruh pencemaran. Upaya-upaya untuk tetap

menjaga kuantitas air dan kualitas air yang baik harus dilaksanakan dengan strategi yang

jelas dan program kegiatan yang baik, antara lain dengan:

Menjaga kualitas air baku agar tetap memenuhi daya dukungnya dengan melakukan

monitoring secara rutin,

Menindak tegas tanpa ada tawar menawar pada semua industri dan atau lainnya

yang membuang limbah cairnya ke badan air sehingga kualitas mengalami

penurunan,

Melakukan pengamanan terhadap kawasan daerah pengaliran sungai, agar tetap

menjadi daerah tangkapan air yang baik bagi Sungai Krueng Aceh.

Berikut ini adalah peta rencana Jaringan air bersih yang akan dijelaskan pada

Gambar 3.10 di bawah ini.

Page 114: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 38

GAMBAR 3.10 PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH ? ADA YA

Page 115: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 39

3.7.2 RENCANA SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH

Pengelolaan sampah di kawasan perencanaan, yang sebagian besar direncanakan

merupakan kawasan permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di

permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI

19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan teknis

operasionalnya.

Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Banda Aceh sebagai tempat proses

pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Desa Gampong Jawa yang

berjarak ± 3 km dari pusat kota. Hingga saat ini landfill Gampong Jawa telah memiliki

lahan seluas ± 21 ha, yang telah difungsikan sebagai landfill seluas ± 12 ha, dan yang

belum difungsikan seluas ± 9 ha.

Denah Lokasi Pembuangan Akhir Sampah dan IPLT Gampong Jawa yang ada

pada saat ini dan rencana LPA dan IPLT baru, dapat pada Gambar 3.11 berikut ini.

GAMBAR 3.11 DENAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DAN IPLT GAMPONG JAWA

SERTA RENCANA LPA DAN IPLT BARU

Page 116: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 40

Timbulan sampah yang akan dihasilkan di Kota Banda Aceh berasal dari kawasan

perumahan (domestik), industri, kawasan komersil, wisata dan fasilitas umum lainnya.

Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan sampah non B-3 (Bahan Beracun dan

Beracun/Hazardous Waste). Laju timbulan sampah adalah adalah 2,5 L/orang/hari, sesuai

dengan SNI 19-3983-1995, sehingga pada akhir tahun perencanaan mencapai 690

m3/hari. Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan Kota Banda Aceh disajikan pada tabel

3.14

TABEL 3.14 PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

Deskripsi Unit 2006 2011 2016

Populasi Orang 206.194 241.194 276.194

Timbulan Sampah L/orang/hari 2,5 2,5 2,5

Total Sampah L/hari 515.485 602.985 690.485

Total Sampah m3/hari 515 603 690

Sumber : Hasil Analisis

Pola penanganan sampah yang dikembangkan untuk Kota Banda Aceh harus

mampu menstimulasi dan secara konkrit melibatkan dunia usaha maupun peran serta

masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa pengelolaan

sampah yang direncanakan lebih menekankan pada pengurangan (reduce) volume

sampah yang dihasilkan dan yang dibuang ke TPA. Bentuk pengelolaan seperti ini

memerlukan peran serta dari semua pihak baik pemerintah melalui instansi atau dinas

terkait maupun masyarakat.

Dokumen Urgent Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City JICA

dan Rencana Tata Ruang Wilayah Metropolitan Banda Aceh JICA (Additional Study),

menjelaskan lokasi LPA Gampong Jawa hanya akan berumur 2 tahun, sehingga

diperlukan alternative pencarian lokasi LPA baru. Dari hasil kesepakatan antar

Pemerintah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi NAD alternative lokasi

LPA Baru adalah di Montasik, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.

Page 117: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 41

33..77..33.. RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM DDRRAAIINNAASSEE

Sungai Krueng Aceh yang mengalir melalui Kota Banda Aceh dengan beberapa

anak sungainya seperti Krueng Daroy, krueng Doy dan Krueng Neng merupakan saluran

drainase alam yang menjadi outlet dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga

aliran air hujan yang mengalir disaluran-saluran drainase sangat dipengaruhi oleh

permukaan air di sungai tersebut. Padahal permukaan air sungai dipengaruhi oleh pasang

surut air laut, oleh sebab itu aliran air hujan tidak dapat selalu dialirkan secara gravitasi.

Untuk keperluan manejemen jaringan drainase Kota Banda Aceh, maka sistem Drainase

Kota Banda Aceh dibagi menjadi 7 zona sebagai berikut :

Zone 1, dibatasi oleh Kr. Neng dan Kr Doy

Zone 2, dibatasi oleh Kr. Aceh dan Kr. Doy

Zone 3, dibatasi oleh Kr. Aceh

Zone 4, dibatasi oleh Kr. Daroy dan Kr. Lhueng Paga

Zone 5, dibatasi oleh Kr. Titi Panjang dan Kr. Cut

Zone 6, dibatasi oleh Kr. Lhueng Paga dan Kr. Tanjung

Zone 7, dibatasi oleh Kr. Aceh dan Kr. Cut

Untuk lebih jelas dalam pembagian zona drainase dapat di lihat pada Gambar 3.12.

Berdasarkan kondisi fisik Kota Banda Aceh, prinsip dasar dalam penyusunan

Rencana drainase Kota Banda Aceh adalah :

a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran dan

bangunan-bangunan drainase lainnya (nomenklatur)

b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan alami,

sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang dan jaringan jalan

c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di masa yang

akan datang

d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam perencanaan,

baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun area yang penting lainnya.

Hal ini sangat penting mengingat bahwa penanganan drainase sangat sulit untuk

membebaskan area dari genangan sehingga harus ada batasan tinggi genangan yang

masih bisa ditolerir.

Page 118: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 42

GAMBAR 3.12 PEMBAGIAN ZONA DRAINASE KOTA BANDA ACEH

Page 119: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 43

e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek panjang

saluran

f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara ekonomis dalam

pembangunan, operasional dan pemeliharaannya

g. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit

volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari lahan

yang lebih tinggi .

h. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long

storage

i. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya tampung dan

kemampuan alirnya.

j. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air

untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke sungai/saluran.

k. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi volume

limpasan permukaan.

l. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase, retarding

pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang dihitung tetapi juga

volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang harus ditahan (storage).

Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya dihitung debit banjir puncak tetapi juga

waktu konsentrasi atau dengan kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana.

m. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan pemeliharaan.

Sedangkan kriteria perencanaan dalam pengembangan sistem drainase adalah

sebagai berikut :

a. Hujan dengan ketentuan sebagai berikut :

Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisa frekuwensi terhadap data curah

hujan harian maksimum tahunan dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya

10 tahun

Analisa frekuensi terhadap curah hujan menggunakan metode probabilitas

distribusi normal, distribusi log normal, Pearson Type III, Log Pearson Type III

dan Gumbel. Perhitungan didasarkan pada ketentuan standar kala ulang yang

disepakati

Pengecekan data hujan menggunakan metoda ekurva masa ganda, Chi Square

atau Smirnov-Kolmogorov

Page 120: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 44

b. Debit Banjir di hitung dengan ketentuan sebagai berikut :

Debit Banjir rencana dihitung dengan metode Rational

Koefisien Run off dihitung berdasarkan jenis tata guna lahan daerah aliran

Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran permukaan dan waktu

drainase

c. Periode ulang

Periode ulang perencanaan drainase harus memenuhi ketentuan dapat di lihat pada

Tabel 3.15 berikut :

TABEL 3.15 PERIODE ULANG SALURAN DRAINASE

Tipologi Kota Luas Daerah tangkapan Air (Ha)

< 10 10 - 100 101 - 500 > 500 Kota Metropolitan 2 Tahun 2-5 tahun 5-10 tahun 10-25 tahun Kota Besar 2 Tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-20 tahun Kota Sedang 2 Tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun Kota Kecil 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2-5 tahun

d. Perhitungan hidrolika untuk perencanaan saluran drainase :

Kapasitas saluran dihitung dengan Persamaan Manning atau persamaan lain yang

sesuai

Saluran drainase yang terpengaruh aliran balik (backwater) perlu

memperhitungkan pengaruh aliran balik tersebut yang dapat dihitung dengan

Direct Step Method

Kecepatan maksimum saluran tanah 0.7 m/dt, saluran pasangan batu kali 2 m/dt

dan saluran beton 3 m/dt atau sesuai dengan aturan lain yang berlaku dan kondisi

di lapangan

33..77..44.. RREENNCCAANNAA PPEENNAANNGGAANNAANN BBEENNCCAANNAA BBAANNJJIIRR

Beberapa konsep untuk mengatasi permasalahan banjir dan genangan di kota

Banda Aceh yang harus dilaksanakan secara terintegrasi, efektif dan efisien, yaitu :

1. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit

volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari lahan

yang lebih tinggi .

2. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long

storage,

Page 121: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 45

3. Optimalisasi dan normalisasi sungai seperti dalam rencana sistem drainase.

4. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air.

5. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi volume

limpasan permukaan.

Pembangunan flood canal di bagian selatan kota untuk mengalirkan langsung air

dari sungai yang ada dalam kota yang biasanya menyebabkan terjadi genangan. (lihat

Tabel 3.16)

TABEL 3.16 RENCANA FLOOD CANAL

No Sungai Lebar dasar (m)

Lebar tanggul kiri dan

kanan (m)

Panjang Sungai (km)

Debit Aliran (m3/dt)

5 tahunan

10 tahunan

1 Kr. Titi Paya - Kr. Kon Keumeh 20 5 3.895 117.5 148.64

2 Kr. Kon Keumeh - Kr. Lueng Paga 20 5 3.27 123.4 175.44

3 Kr. Lueng Paga - Kr. Daroy 33 5 2.444 187.82 269.05 4 Kr. Daroy - Tunnel width 50 m 50 5 1.116 278.31 411.74 5 Tiga Tunnel 10 - 8.00 - - 6 Outlet Tunnel - width 58 m 10 - 58 5 3.498 337.807 485.31

Sumber : JICA Study

Selain normalisasi pada Flood Canal, pada beberapa penampang sungai yang

mengalir dalam kota juga perlu dilakukan normalisasi dengan dimensi seperti pada Tabel

3.17 berikut.

TABEL 3.17 NORMALISASI SUNGAI DALAM KOTA

No Sungai Lebar dasar (m)

Kemiringan Tanggul

Panjang Sungai (km)

Kapasitas Debit (m3/dt)

Periode ulang

1 Kr. Daroy 20 0.5 3.05 dari 10 menjadi

102 25 tahun

2 Kr. Neng 5

0.5 0.98

dari 2 menjadi 47.33 5 tahun 7 1.6

11 11

3 Kr. Lhueng Paga (upstream) 10 0.5 3.62

dari 12 menjadi 111.43 25 tahun

Sumber : JICA Studi

Page 122: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 46

Sedangkan saluran primer dalam kota direncanakan berdasarkan debit yang

dihitung dari tata guna lahan rencana dalam RTRW ini. Dimensi saluran primer hasil

perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.

TABEL 3.18 DEBIT DAN DIMENSI SALURAN PRIMER.

Nama Saluran

Luas DAS

Koef. aliran Debit

Miring dasar

rencana

Kekasaran saluran

Kedalaman air

Lebar dasar

Tinggi Jagaan Kecepatan

Ha M3/dt m m m m/dt

1.1 58.00 0.700 1.70 0.0003 0.025 1.28 2.60 0.25 0.51 1.2 53.00 0.700 0.36 0.0003 0.025 0.72 1.50 0.20 0.34 1.3 65.50 0.778 1.68 0.0003 0.025 1.28 2.60 0.25 0.51 1.4 29.50 0.732 0.61 0.0003 0.025 0.88 1.80 0.20 0.39 2.1 130.00 0.780 2.41 0.0003 0.025 1.46 3.00 0.25 0.55 3.1 41.00 0.780 0.88 0.0003 0.025 1.00 2.10 0.20 0.42 3.2 75.50 0.793 3.88 0.0003 0.025 1.75 3.60 0.25 0.62 3.3 223.00 0.794 9.92 0.0003 0.025 1.50 8.00 0.30 0.73 3.4 58.00 0.684 1.78 0.0003 0.025 1.31 2.70 0.25 0.50 4.1 47.00 0.730 2.64 0.0003 0.025 1.51 3.10 0.25 0.56 4.2 39.50 0.800 2.18 0.0003 0.025 1.41 2.90 0.25 0.53 4.3 29.00 0.800 1.30 0.0003 0.025 1.16 2.40 0.20 0.47 4.4 44.00 0.800 2.31 0.0003 0.025 1.44 2.90 0.25 0.55 5.1 77.50 0.715 3.48 0.0003 0.025 1.68 3.40 0.25 0.61 5.2 30.00 0.792 1.57 0.0003 0.025 1.24 2.50 0.25 0.50 5.3 56.00 0.792 0.79 0.0003 0.025 0.96 2.00 0.20 0.41 5.4 50.50 0.792 0.37 0.0003 0.025 0.72 1.50 0.20 0.34 5.5 110.00 0.792 3.14 0.0003 0.025 1.62 3.30 0.25 0.59 6.1 40.50 0.792 7.27 0.0003 0.025 1.50 6.00 0.30 0.69 6.2 125.50 0.792 2.53 0.0003 0.025 1.49 3.00 0.25 0.57 6.3 57.00 0.762 1.46 0.0003 0.025 1.21 2.50 0.20 0.48 6.4 75.00 0.727 2.23 0.0003 0.025 1.42 2.90 0.25 0.54 7.1 65.00 0.740 1.56 0.0003 0.025 1.24 2.50 0.25 0.50 8.1 90.00 0.740 2.11 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54 9.1 127.00 0.795 2.11 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54 9.2 45.00 0.795 1.89 0.0003 0.025 1.34 2.70 0.25 0.52 9.3 60.00 0.797 1.45 0.0003 0.025 1.21 2.50 0.20 0.48 9.4 53.00 0.700 1.37 0.0003 0.025 1.18 2.40 0.20 0.48 9.5 19.00 0.800 0.94 0.0003 0.025 1.03 2.10 0.20 0.44 9.6 50.00 0.686 1.50 0.0003 0.025 1.23 2.50 0.25 0.49 10.1 41.00 0.800 1.81 0.0003 0.025 1.31 2.70 0.25 0.51 11 54.00 0.800 1.30 0.0003 0.025 1.16 2.40 0.20 0.47

11.1 34.00 0.789 2.29 0.0003 0.025 1.44 2.90 0.25 0.55 11.2 335.00 0.789 9.95 0.0003 0.025 1.50 6.00 0.30 0.69 11.3 19.00 0.789 1.08 0.0003 0.025 1.08 2.20 0.20 0.45

Page 123: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 47

Nama Saluran

Luas DAS

Koef. aliran Debit

Miring dasar

rencana

Kekasaran saluran

Kedalaman air

Lebar dasar

Tinggi Jagaan Kecepatan

Ha M3/dt m m m m/dt

12 58.00 0.789 3.62 0.0003 0.025 1.71 3.50 0.25 0.61 12.1 150.00 0.794 0.92 0.0003 0.025 1.02 2.10 0.20 0.43 12.2 24.00 0.763 2.38 0.0003 0.025 1.46 3.00 0.25 0.54 12.3 38.50 0.763 2.91 0.0003 0.025 1.57 3.20 0.25 0.58 12.4 33.00 0.794 2.49 0.0003 0.025 1.48 3.00 0.25 0.56 13.1 45.00 0.794 3.77 0.0003 0.025 1.73 3.50 0.25 0.62 13.2 16.00 0.758 1.50 0.0003 0.025 1.22 2.50 0.20 0.49 13.3 26.50 0.799 0.27 0.0003 0.025 0.64 1.30 0.20 0.32 13.4 28.50 0.530 0.70 0.0003 0.025 0.92 1.90 0.20 0.40 13.5 43.00 0.800 0.83 0.0003 0.025 0.98 2.00 0.20 0.42 13.6 50.00 0.796 3.87 0.0003 0.025 1.75 3.50 0.25 0.63 14.1 45.50 0.775 4.86 0.0003 0.025 1.90 3.90 0.25 0.65 15.1 45.00 0.683 2.46 0.0003 0.025 1.48 3.00 0.25 0.56 15.2 27.00 0.683 1.13 0.0003 0.025 1.10 2.30 0.20 0.45 15.3 85.00 0.561 2.12 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54 16.1 180.00 0.543 4.63 0.0003 0.025 1.87 3.80 0.25 0.65 17.1 41.50 0.543 0.91 0.0003 0.025 1.01 2.10 0.20 0.43 17.2 20.50 0.543 1.11 0.0003 0.025 1.09 2.20 0.20 0.46

Sumber : JiCA Studi dan Hasil analisa

Selain Saluran air, dalam sistem drainase kota Banda Aceh juga diperlukan kolam

penampungan pintu air dan pompa mengingat kota Banda Aceh memiliki topografi yang

relative datar sehingga tidak memungkinkan semua air dapat dialirkan secara gravitasi.

Jumlah dan lokasi retarding pond, pintu air dan pompa dalam sistem drainase

Kota banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut :

TABEL 3.19

JUMLAH DAN LOKASI RETARDING POND, PINTU AIR DAN POMPA

No Lokasi Retarding Pond (Ha)

Pintu Air Pompa

Jumlah Lebar (m) Jumlah Kapasitas (m3/dt)

1 Outlet Zone 1 8.5 8 1.5 2 4

Ujung Kr. Neng 2 1.5 1 1

Outfall di Ulee Lheu 2 1.5 1 1

2 Outlet Zone 2

Outlet 1 2 1.5 1 1

Outlet 2 2 1.5 1 1

Outlet 3 2 1.5 1 1

Page 124: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 48

No Lokasi Retarding Pond (Ha)

Pintu Air Pompa

Jumlah Lebar (m) Jumlah Kapasitas (m3/dt)

Outlet 4 1.5 2 1.5 1 1

3 Outlet Zone 3

Outlet 1 2 1.5 1 1

Outlet 2 2 1.5 1 1

Outlet 3 1.5 2 1.5 1 1

4 Outlet Zone 4

Outlet (long storage) 2 1.5 1 0.6

5 Outlet Zone 5

Outlet Kr. Titi Panjang 4.5 10 1.5 2 4

Peta rencana jaringan saluran primer, retarding pond, pintu air dan pompa dapat

dilihat pada Gambar 3.13.

Disamping rencana sistem drainase, juga penting untuk dilakukan usaha

mengurangi volume limpasan permukaan, konservasi air tanah dan proteksi daerah

bantaran sungai.

Garis sempadan sungai dan sempadan pantai

Garis sempadan sungai untuk flood way dan kr. Aceh idealnya direncanakan 30

meter kekiri dan ke kanan seperti pada gambar dibawah ini. Namun sempadan sungai

juga dapat ditetapkan dengan disesuaikan pada kondisi lapangan mengingat sebagian

merupakan daerah yang telah terbangun. Manajemen konservasi dapat dilakukan dengan

cara:

GSS Sungai

GSS

Sumber: Additional Study Team, 2006

GSS Sungai

GSS

10 m 10 – 20 m 10 – 20 m 10 m

Page 125: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 49

PETA RENCANA JARINGAN SALURAN PRIMER.

GAMBAR. 3.13

Page 126: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 50

Garis sempadan sungai untuk Titi Panjang, Lueng Paga, Daroy, Doy and Neng

Rivers (sebagai drainase utama) adalah minimum 15 m ke kiri dan ke kanan seperti pada

gambar dibawah.

Garis sempadan pantai direncanakan proporsi pada bentuk dan kondisnya (dari

garis pantai terluar ke tidal dyke atau coastal road)

.

Untuk menanggulangi bencana yang disebabkan oleh banjir dapat pula dilakukan

dengan cara mengurangi limpasan permukaan sekaligus sebagai konservasi air tanah dan

melindungi daerah aliran sungai. Untuk mengurangi limpasan permukaan dapat dilakukan

sebagai berikut :

• Membangun sumur resapan di area pemukiman untuk meresapkan air hujan ke tanah

• Melindungi dan meningkatkan fungsi hutan sebagai sarana penyimpan air

• Menjaga kolam-kolam penampungan dan rawa sebagai penyangga air dan sumber air

sungai

• Membangun Check Dam di hulu untuk menghambat aliran sediment ke hilir

• Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air

Bakau

Tanggul

GSB

5 – 10 m

Garis Sempadan Pantai

30 m

Jalan

Tanggul Air Pasang

Tambak Ikan Laut

Sumber: Additional Study Team, 2006

GSS Sungai

GSS

4 m 4 – 6 m 4 – 6 m 4 m

Page 127: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 51

Selain perlindungan terhadap bencana banjir, perlindungan terhadap bencana

tsunami dapat dilakukan dengan Perlindungan Pantai. Bangunan pantai adalah suatu

bangunan yang dipergunakan dalam upaya perlindungan pantai atau bangunan sebagai

infrastruktur pemanfaatan pantai. Bangunan perlindungan pantai dipergunakan untuk

melindungi pantai dari gaya dinamis yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus pantai,

bangunan tersebut seperti break water, submersible breakwater, jetty, groin, rivetment

dan lain-lain. Sedangkan bangunan sebagai infrastruktur pemanfaatan pantai adalah

bangunan yang didirikan di pantai dalam rangka pendayagunaan potensi maupun ruang

pantai. Sebagai contoh adalah fasilitas pelabuhan, fasilitas wisata pantai, kerambah ikan

dan sebagainya. Berikut ini diberikan beberapa contoh bangunan perlindungan pantai dan

fungsinya.

1. Groin

Groin adalah bangunan yang dipasang tegak lurus garis pantai, bangunan ini

bertujuan menangkap sedimen akibat transport sedimen sejajar pantai, dalam

kapasitas dan elevasi tertentu dengan maksud pengendalian garis pantai. Biasanya

groin ini dibangun secara seri, sehingga setelah dalam siklus waktu tertentu terisi

sedimen sebagaimana yang dikehendaki. Berikut ini ditunjukkan pada Gambar sketsa

groin.

2. Breakwater

Breakwater dibangun untuk melindungi

gempuran gelombang, dengan harapan

pada daerah yang dilindungi terjadi

gelombang yang relatif kecil. Bangunan

ini biasa untuk melindungi infrastruktur

pantai seperti pelabuhan, tempat rekreasi

dan lain-lain.

3. Detected breakwater

Bangunan ini tujuannya sama dengan

breakwater, namun bangunan ini

konstruksinya dipasang sejajar dengan

Gambar Sket Groin, Breakwater dan detected breakwater

groins

breakwater

detached breakwater

Page 128: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 52

pantai, akibat dari kondisi ini, di belakang detected breakwater akan terjadi sirkulasi

arus dari kiri dan kanan dan dengan kecepatan rendah akan terbentuk sedimentasi

yang disebut tombolo. (lihat Gambar 3.14)

Source : USACE, Coastal Engineering Technical Note, CETN III-48

GAMBAR 3.14 SKETSA DETECTED BREAKWATER

4. Dinding Penahan Gelombang (Sea Wall)

Seawall adalah struktur yang dibangun sejajar garis pantai. Bangunan ini dibangun

dengan tujuan untuk melindungi pantai dari erosi dan melindungi bangunan

dibelakangnya. Seawall umumnya dibangun dari tumpukan batu, beton maupun

bonjong batu. Permukaan seawall berbentuk vertical, melengkung, miring landai

ataupun terjal. (lihat Gambar 3.15)

Source : JICA Study Team

GAMBAR 3.15 SKETSA DINDING PENAHAN GELOMBANG

Pemecah Air

Tonjolan

Garis Pantai

Tombolo

Jarak Ombak

Ombak Pemantul

Beton

Lempengan Baja

Page 129: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 53

5. Embankment

Embankment memegang peranan untuk mencegah air setelah melewati breakwater .

Keberadaan embankment cukup penting karena breakwater tidak dapat mencegah air

secara keseluruhan sehingga embankment dapat membantu menghentikan rambatan

gelombang kearah daratan. (lihat Gambar 3.16)

GAMBAR 3.16 SKEMATIS EMBANKMENT

6. Coastal Forest

Seawall dan breakwater adalah struktur buatan untuk melawan gelombang/tsunami.

Namun perlu dicatat bahwa pembangunan dan pemeliharaan struktur tersebut

memerlukan biaya cukup tinggi dan dapat merubah kondisi lingkungan di sepanjang

pantai.

Tanaman pantai seperti bakau, pohon sagu, dan pohon kelapa memiliki kemampuan

alamiah untuk mereduksi gelombang tsunami dan juga merupakan solusi dari

kelemahan penggunaan struktur buatan. (lihat Gambar 3.17)

GAMBAR 3.17 SKEMATIS COASTAL FOREST

Dinding Pemecah

Palem /

Bakau Tambak

Page 130: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 54

7. Pintu Laut (Tidal Gate )

Pintu laut dapat digunakan untuk mencegah masuknya gelombang tsunami berskala

kecil dan menengah ke dalam sungai agar tidak menimbulkan kerusakan sepanjang

sungai. Pintu laut ini dapat dibangun di muara kr. Aceh dan Floodway canal.

Pembangunan pintu laut memerlukan biaya sangat besar sehingga tidak menjadi

prioritas utama kecuali tata guna lahan di sepanjang sungai telah dikembangkan.

(lihat Gambar 3.18)

GAMBAR 3.18 TIDAL GATE

33..77..55 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM PPEENNYYEEDDIIAAAANN KKEELLIISSTTRRIIKKAANN

Berdasarkan standar Departemen PU tahun 1987 dan hasil proyeksi penduduk

yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dirumuskan kebutuhan sistem kelistrikan di Kota

Banda Aceh. Perhitungan kebutuhan listrik ini masih bersifat agregat (dalam lingkup

kota). Perhitungan tidak dilakukan dalam lingkup kecamatan karena wilayah pelayanan

jaringan listrik tidak selalu mengikuti areal administrasi. Adapun kebutuhan listrik di Kota

Banda Aceh diperlihatkan pada Tabel 3.20 berikut ini.

Jembatan Kontrol

Laut Sungai

Page 131: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 55

TABEL 3.20 PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS STANDAR PENDUDUK PENDUKUNG

KEBUTUHAN TAHUN 2011

(kva)

KEBUTUHAN TAHUN 2016

(kva)

1 Listrik Rumah Tangga 900 kva / kk 43.414.920 49.714.9202 Fasilitas Umum dan

Fasilitas Sosial 250% kebutuhan RT (KK) 108.537.300 124.287.300

3 Penerangan Jalan 15% kebutuhan RT (KK) 6.512.238 7.457.238

Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil perhitungan, pada tahun 2011 kebutuhan listrik rumah tangga di Kota

Banda Aceh sekitar 43,41 juta kva. Angka ini bertambah menjadi 49,71 juta pada tahun

2016. Kebutuhan listrik untuk fasilitas umum dan sosial di Banda Aceh pada tahun 2011

sebesar 108,54 juta kva, sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 124,29 juta kva.

Sementara itu untuk penerangan jalan kebutuhan listrik yang diperlukan adalah sebesar

6,51 juta kva pada tahun 2011 serta sebesar 7,46 juta kva pada tahun 2016.

33..77..66 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM PPEENNYYEEDDIIAAAANN TTEELLEEKKOOMMUUNNIIKKAASSII

Kebutuhan terhadap sistem jaringan listrik juga didasarkan pada standar

Departemen PU tahun 1987 dan hasil proyeksi penduduk yang telah dilakukan

sebelumnya. Perhitungan kebutuhan listrik ini juga dilakukan secara agregat dalam skala

kota (lihat Tabel 3.21 berikut).

TABEL 3.21 PROYEKSI KEBUTUHAN JARINGAN TELPON KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS STANDAR

PENDUDUK PENDUKUNG

KEBUTUHAN TAHUN 2011

KEBUTUHAN TAHUN 2016

1 Kebutuhan Rumah Tangga 4 per 100 penduduk 9.647 11.047

2 Kebutuhan Fasilitas Umum 3% dari kebutuhan Rumah Tangga

289 331

3 Telepon Umum 1 per 2500 penduduk 96 110

Sumber: Hasil Analisis

Page 132: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 56

Hingga tahun 2011 jumlah sambungan satuan telpon (SST) yang dibutuhkan

untuk rumah tangga mencapai 9,6 ribu SST, sedangkan pada tahun 2016 dibutuhkan

11,05 ribu SST. Kebutuhan lain yang relatif besar adalah untuk kebutuhan fasilitas umum

dan sosial yang mencapai 289 SST pada tahun 2011 dan 331 SST tahun 2016, sementara

itu kebutuhan yang relatif kecil adalah telepon umum yang hanya mencapai 96 SST pada

tahun 2011 dan 110 SST pada tahun 2016.

33..88 RREENNCCAANNAA SSIISSTTEEMM FFAASSIILLIITTAASS

Seperti halnya analisis terhadap utilitas kota, perhitungan kebutuhan fasilitas kota

juga dilakukan dengan menggunakan standar dari Departemen PU tahun 1997. Angka

yang dihasilkan juga masih aggregat untuk skala kota. Pendistribusian fasilitas ini

nantinya akan dilakukan tidak berdasarkan lingkup administrasi, tetapi disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakatnya dan tujuan perencanaan yang diinginkan pada suatu

kawasan.

33..88..11.. RREENNCCAANNAA PPEENNYYEEDDIIAAAANN FFAASSIILLIITTAASS PPEENNDDIIDDIIKKAANN

Analisis penyediaan fasilitas pendidikan di Kota Banda Aceh dilakukan dengan

pertimbangan bahwa fasilitas pendidikan yang ada sebelumnya telah rusak akibat

bencana tsunami sehingga dibutuhkan pembangunan baru. Angka kebutuhan yang

dihasilkan pada tahun 2011 dan 2016 adalah kebutuhan aggregat yang harus disediakan.

Secara lebih rinci kebutuhan fasilitas pendidikan di Kota Banda Aceh dipaparkan

pada Tabel 3.22 berikut ini.

TABEL 3.22 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2011

(unit)

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2011

(m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2016

(unit)

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016

(m2)

1 TK 1.000 1.200 241 2892.00 276 331.200 2 SD 1.600 3.600 150 540.000 172 619.200 3 SLTP 4.800 2.700 50 135.000 57 153.900 4 SLTA 4.800 2.700 50 135.000 57 153.900

Sumber: Hasil Analisis

Page 133: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 57

33..88..22.. RREENNCCAANNAA PPEENNYYEEDDIIAAAANN FFAASSIILLIITTAASS KKEESSEEHHAATTAANN

Penyediaan fasilitas kesehatan di Kota Banda Aceh juga dilakukan dengan

pertimbangan bahwa fasilitas yang ada sebelumnya telah rusak akibat bencana tsunami.

Kebutuhan fasilitas yang dihasilkan merupakan kebutuhan agregat untuk Kota Banda

Aceh. Secara lebih rinci, kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Banda Aceh diperlihatkan

pada Tabel 3.23 berikut ini.

TABEL3.23 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2011

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2011

(m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2016

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016

(m2)

1 Puskesmas 120.000 2.400 2 4.800 2 4.800 2 Puskesmas

Pembantu 30.000 1.200 8 9.600 9 10.800

3 BKIA dan RS Bersalin

10.000 1.600 24 38.400 27 43.200

4 Balai Pengobatan 3.000 300 80 24.000 92 27.600 5 Apotek 10.000 350 24 8.400 27 9.450 6 Praktek Dokter 5.000 100 48 4.800 55 5.500 7 Posyandu 2.500 100 96 9.600 110 11.000

Sumber: Hasil Analisis

33..88..33.. RREENNCCAANNAA PPEENNYYEEDDIIAAAANN FFAASSIILLIITTAASS PPEERRIIBBAADDAATTAANN

Penyediaan fasilitas peribadatan di Kota Banda Aceh dilakukan dengan

pertimbangan bahwa fasilitas yang ada sebelumnya telah rusak akibat bencana tsunami.

Kebutuhan fasilitas yang dihasilkan merupakan kebutuhan aggregate untuk Kota Banda

Aceh. Secara lebih rinci, kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Banda Aceh diperlihatkan

pada Tabel 3.24 berikut ini.

TABEL 3. 24 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN KOTA BANDA ACEH

TAHUN 2011 DAN 2016

NO JENIS FASILITAS

STANDAR PENDUDUK

PENDUKUNG (Jiwa)

STANDAR LUAS

LAHAN (m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2011

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2011

(m2)

KEBUTUHAN TAHUN 2016

LUAS KEBUTUHAN TAHUN 2016

(m2)

1 Masjid Skala Kecamatan

120.000 4.000 2 8.000 2 8.000

2 Masjid Skala Lingkungan

30.000 .1750 8 14.000 9 15.750

Sumber: Hasil Analisis

Page 134: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 58

3.8.4. RENCANA FASILITAS JALUR DARURAT DAN EVAKUASI TSUNAMI

Pengembangan fasilitas untuk kondisi darurat untuk mengurangi dampak tsunami

dapat dikembangkan beberapa cara :

a. Membuat Jaringan Jalur Darurat (Emergency Road)

Jaringan jalan emergensi ini bermanfaat baik untuk kegiatan pelarian dari bencana

dalam waktu pendek. Juga jalur ini berguna untuk pertolongan pertama dan evakuasi

korban.

b. Fasilitas Emergensi Publik untuk persiapan Bencana

Fasilitas ini dibutuhkan untuk penyelamatan masyarakat atau dibutuhkan oleh

masyarakat untuk melakukan aktivitas pengumpulan dan pertolongan seperti

Bangunan Penyelamat (escape building), Ruang Terbuka (open space), dll.

Lebih jelas lihat peta Gambar 3.19

Page 135: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir III - 59

GAMBAR 3.19

PETA JALAN PELARIAN DARURAT DAN EVAKUASI

(tadinya 3.19 dan 3.20, tapi sekarang digabung jadi 1 peta)

Page 136: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 1

RREENNCCAANNAA IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII

44..11 KKEELLEEMMBBAAGGAAAANN PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG KKOOTTAA BBAANNDDAA AACCEEHH

44..11..11 PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

Dalam kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia hampir

selalu bersentuhan dengan pemanfaatan ruang. Karena banyak ragam dalam kegiatan

manusia, seperti kegiatan penyediaan perumahan, pertanian, industri, perdagangan serta

beragam kegiatan lainnya, maka sangat besar timbulnya potensi konflik diantara

bermacam-macam kepentingan dan fungsi dalam pemanfaatan ruang.

Besarnya potensi konflik dalam pemanfaatan ruang inilah memunculkan

kebutuhan untuk melakukan usaha-usaha penataan ruang. Secara sederhana penataan

ruang dapat diartikan sebagai upaya untuk mengatur pemanfaatan ruang sedemikian

rupa sehingga terjadi keseimbangan dan keadilan dalam penggunaan sumberdaya yang

disebut ruang tersebut. Keseimbangan dan keadilan yang dimaksud misalnya

keseimbangan dan keadilan dalam penggunaan luas lahan untuk pertanian, kehutanan,

perdagangan, industri dan kepentingan serta fungsi lainnya.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang

Penataan Ruang, yang dimaksud ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang

lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk

hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya,

sedang tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik

direncanakan maupun tidak direncanakan. Untuk mendapatkan keseimbangan

lingkungan, berdasarkan fungsinya maka dalam penataan ruang dikenal adanya 2 (dua)

jenis kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya, dimana kawasan lindung

BAB IV

Page 137: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 2

adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan

hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sedang kawasan

budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan

atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Dilihat dari perspektif fungsi-fungsi manajemen, maka penataan ruang akan

merupakan sebuah siklus proses yang saling berhubungan yaitu perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, dimana penataan ruang

tersebut berdasar wilayah administratif akan terdiri penataan ruang nasional, penataan

ruang provinsi dan penataan ruang kabupaten/kota.

44..11..22 RREEFFEERREENNSSII PPEERRAATTUURRAANN DDAANN PPEERRUUNNDDAANNGG--UUNNDDAANNGGAANN

PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG

Berkaitan dengan kegiatan penataan ruang, baik pada tataran perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang maupun pada tataran pengendalian pemanfaatan ruang,

beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai sebagai rujukan

diantaranya adalah :

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanan Pembangunan

Nasional

4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan

Ruang

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran serta

Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah

6. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 Tanggal 12 Agustus 2002,

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang

44..11..33 AAZZAASS--AAZZAASS DDAANN TTUUJJUUAANN PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG

Seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang

Penataan Ruang pasal 2 (dua) , maka proses penataan ruang berazaskan :

Page 138: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 3

1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara :

• Terpadu

• Berdayaguna dan berhasilguna

• Serasi, selaras dan seimbang

• Berkelanjutan

Azas ini memberikan landasan bahwa dalam penataan ruang semua kepentingan

harus dijamin untuk diakomodasikan, apakah itu kepentingan masyarakat,

pemerintah maupun kepentingan swasta atau dunia usaha baik usaha skala besar,

menengah maupun yang berskala kecil atau golongan ekonomi lemah. Sedangkan

dilihat dari perspektif kemanfaatannya, penataan ruang harus berangkat dari

pemikiran untuk menghindari sedapat mungkin kemudaratan dalam pemanfaatan

ruang, mengingat sifat ketersediaan sumberdaya ruang yang terbatas artinya tidak

dapat ditambahkan dari yang tersedia dialam ini, oleh karenanya pemanfaatan

ruang harus diorientasikan pada dayaguna dan hasilguna bagi kesejahteraan

manusia secara agregat, luas dan menyeluruh tanpa mengorbankan kepentingan

yang bersifat privat, sehingga penataan ruang dapat mewujudkan kualitas ruang

sesuai potensi dan fungsi ruang yang tersedia.

Isu keselarasan, keserasian dan keseimbangan merupakan isu yang penting dalam

penataan ruang, terutama yang berkaitan dengan struktur dan pola pemanfaatan

ruang, persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan antar sektor dan

wilayah. Ketidakseimbangan dalam pertumbuhan pembangunan baik secara

spasial maupun secara sosial dan ekonomi akan menjadi problem yang serius

dalam pembangunan. Kemampuan daya dukung dan kelestarian sumberdaya alam

harus juga menjadi perhatian penting dalam penataan ruang mengingat kita

sedang terus mendorong konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development), suatu model pembangunan yang memperhatikan kepentingan

generasi di masa yang akan datang.

2. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum

Azas ini mengisyaratkan pentingnya keterlibatan semua unsur pemangku kepentingan

(stakeholders) dalam penataan ruang, baik pada fase perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang maupun pada fase pengendalian pemanfaatan ruang. Semua

anggota pemangku kepentingan mempunyai akses yang sama dalam memperoleh

Page 139: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 4

informasi serta mempunyai kedudukan yang setara dalam proses penataan ruang

meskipun tentunya terdapat fungsi-fungsi yang berbeda. Sekalipun penataan ruang

merupakan domain publik, hal ini tidak mengabaikan rasa keadilan dan perlindungan

hukum bagi setiap warga dalam menjalankan hak dan kewajibannya berkaitan dengan

penataan ruang sehingga didorong untuk mencapai win-win solution.

Apabila azas-azas dalam penataan ruang dapat dioperasikan dalam menjadi landasan

bagi pemanfaatan ruang, maka diharapkan tercapainya tujuan dari penataan ruang,

antara lain :

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan

budidaya

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

• Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera

• Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan

sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia

• Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara

berdayaguna, berhasil guna, dan tepatguna untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia

• Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi

dampak negatif terhadap lingkungan

• Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

4.1.4 KKEERRAANNGGKKAA KKOONNSSEEPPTTUUAALL HHUUBBUUNNGGAANN RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG

DDEENNGGAANN RREENNCCAANNAA PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN

Rancangan sistem perencanaan pembangunan di daerah acapkali disusun dengan

cara menyederhanakan masalah, dimana rancangan sistem perencanaan tersebut

berupaya untuk menghindari penjelasan mengenai komplikasi hubungan diantara

beragam jenis dokumen perencanaan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan

dalam perencanaan pembangunan di daerah, baik hubungan yang bersifat vertikal

maupun yang bersifat horisontal. Realita selama ini menunjukkan bahwa terdapat

dikotomi antara perencanaan tata ruang dengan perencanaan pembangunan di daerah,

sehingga sulit ditelusuri hubungan antara perencanaan tata ruang di satu sisi dengan

Page 140: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 5

perencanaan pembangunan daerah di sisi yang lain. Tidak meleburnya perencanaan tata

ruang menjadi bagian integral dari perencanaan pembangunan di daerah menjadikan

implementasi perencanaan tata ruang di daerah tidak dapat berjalan secara efektif,

demikian juga dengan efektifitas pengendaliannya.

Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi

waktunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dibagi menjadi perencanaan jangka panjang,

jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini

kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang disebut

sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah

(Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Sementara itu tentang perencanaan keruangan di

Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang,

dimana dengan Undang-Undang ini secara hirarki Pemerintahan, Perencanaan Tata Ruang

dibagi menjadi Rencana Tata Ruang Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota yang

membagi ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Meskipun seringkali dinyatakan bahwa perencanaan tata ruang merupakan matra

keruangan dari perencanaan pembangunan, namun demikian didalam praktiknya sering

ditemui potensi jarak/gap bahkan potensi distorsi antara perencanaan keruangan dan

perencanaan pembangunan. Fakta mengenai hal ini seringkali ditemui pada saat diskusi

pembahasan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota serta Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, dimana pembahasan tentang hubungan antara rencana pembangunan dan

rencana tata ruang tidak dapat dijelaskan dengan memuaskan. Ketidakjelasan ini

mengakibatkan sulitnya memberikan jawaban atas pertanyaan seberapa jauh rencana

tata ruang dapat dioperasionalisasikan. Tulisan ini dimaksudkan untuk menggugah

kembali perbincangan mengenai bagaimana rencana tata ruang dapat

dioperasionalisasikan ditengah-tengah beragam perencanaan pembangunan yang ada di

daerah.

Page 141: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 6

Beberapa Pandangan tentang Posisi Penataan Ruang

Anggapan masyarakat tentang fungsi penataan ruang yang diharapkan dapat

menyelesaikan segala persoalan pembangunan di daerah, telah memberikan beban moral

yang berat bagi para kaum perencana. Masalah-masalah sosial dan ekonomi di daerah,

seringkali dihubungkan dengan penataan ruang dalam melihat timbulnya masalah

maupun dalam mencari jawaban atas permasalahan tersebut. Alisjahbana dalam

tulisannya berjudul Mendulang Uang dengan Tata Ruang mengungkapkan :

“Pertumbuhan ekonomi kota pada akhirnya ikut menggerakkan pertumbuhan kebutuhan

barang dan jasa sebagai ikutannya. Dari sini dilema itu dimulai. Pada satu sisi, perubahan

itu mendorong peningkatan kegiatan ekonomi dan sosial yang membutuhkan ruang.

Sementara pada sisi lain, sumberdaya dan ruang kota yang tersedia jumlahnya terbatas.

Dihimpit oleh permintaan yang terus berkembang itu, pertumbuhan kota perlu ditunjang

dengan perencanaan dan pengelolaan tata ruang yang mampu mengoptimalkan ruang

yang terbatas dan tidak bisa ditambah. Terlebih, mengingat pertumbuhan investasi pada

akhirnya menuntut peningkatan kuantitas dan kualitas ruang pula. Tetapi sayangnya,

sampai sejauh ini persepsi tata ruang yang diadopsi oleh pengelola kota belum banyak

mengakomodasi kepentingan masyarakat dan swasta. Paradigma yang berkembang

belum melihat keterkaitan antara tata ruang dengan pendanaan, baik dari pemerintah

maupun investasi swasta dan swadaya masyarakat bagi pembangunan kota. Lebih jauh

lagi, pola perencanaan tata ruang belum mampu memberikan dorongan dan kemudahan

bagi pengelola kota untuk menjabarkan tata ruang ke dalam program jangka menengah.

Padahal “rencana tata ruang kota” adalah pijakan bagi “dimensi spasial” dari pilar

pembangunan kota dan menjadi salah satu perangkat kebijakan jangka menengah dan

panjang yang menentukan arah dan skenario pembangunan kota pembangunan kota

yang dirangkai dengan pembangunan regional maupun nasional. Dengan demikian, tata

ruang juga diharapkan mampu menjelaskan prosedur pemberian izin investasi agar

sejalan dengan rencana tata ruang yang disusun. Namun sejauh ini rencana tata ruang

masih seperti sebuah perangkat yang tidak terkait langsung dengan rencana investasi

kota. Kalaupun ada, kekuatannya tak seberapa dan seringkali menyerah pada program

jangka pendek, apalagi jika ada kepentingan tertentu didalamnya. Setali tiga uang dengan

evaluasi tata ruang, yang lebih sebagai bahan justifikasi berbagai macam “kebijakan”

pada periode tertentu sebelumnya .”

Page 142: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 7

Tulisan tersebut diatas mengisyaratkan beberapa pandangan tentang penataan ruang

antara lain sebagai berikut :

• Rencana tata ruang merupakan dimensi spasial pembangunan wilayah .

• Bahwa terdapat korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi didaerah dengan

penataan ruang.

• Penataan ruang yang berkualitas akan dapat mendorong rencana investasi didaerah.

• Pertumbuhan wilayah perlu ditunjang oleh pengelolaan tata ruang untuk

mengoptimasikan volume ruang yang terbatas.

• Masih didapati adanya kenyataan bahwa penataan ruang masih belum dapat

mengakomodasi rencana pembangunan dan pendanaan oleh pemerintah, swasta dan

masyarakat.

• Belum jelasnya hubungan antara perencanaan tata ruang dengan perencanaan

pembangunan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius dalam implementasi

rencana tata ruang serta skenario pengembangan wilayah.

• Pengendalian tata ruang cenderung lemah yang diindikasikan dengan menangnya

kepentingan-kepentingan jangka pendek yang oportunistik dan bertentangan dengan

kaidah-kaidah penataan ruang.

Persepsi tentang penataan ruang yang dipenuhi dengan harapan-harapan yang

cukup besar terhadap perannya untuk menjadi inspirator utama pembangunan didaerah

ternyata belum dapat berjalan seperti diharapkan disebabkan terutama karena belum

“meleburnya” penataan ruang sebagai bagian integral dari perencanaan pembangunan di

daerah. Penataan ruang di satu sisi berjalan dengan format dan kaidah-kaidahnya sendiri

dan di sisi yang lain, perencanaan pembangunan berjalan dengan tata cara dan norma-

normanya sendiri.

Menanggapi hubungan antara rencana tata ruang dengan berbagai macam

perencanaan pembangunan, Achmad Djunaedi dalam tulisannya berjudul Alternatif

Model Penerapan Strategis dalam Penataan Ruang Kota di Indonesia, mengusulkan dua

alternatif model yaitu, model pertama perencanaan strategis pembangunan daerah

berjalan seiring secara kohesif dengan perencanaan strategis tata ruang wilayah, dan

model kedua rencana strategis menjadi payung bagi rencana pembangunan daerah dan

rencana tata ruang wilayah. Kedua model tersebut tampak pada diagram dibawah ini

pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Page 143: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 8

Gambar 4.1 :

Gambar 4.2

Page 144: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 9

Pada usulan alternatif model pertama, Djunaidi berusaha untuk “mereduksi”

potensi gap antara perencanaan pembangunan dengan perencanaan tata ruang wilayah

dengan cara menggunakan analisis SWOT yang sama bagi kedua perencanaan tersebut

dimana proses analisis SWOT ini dianggotai baik oleh perencana tata ruang maupun

perencana pembangunan, proses selanjutnya adalah langkah untuk “mengkohesikan”

antara perencanaan tata ruang dengan perencanaan pembangunan. Intinya model ini

mengusulkan agar terjadi proses saling memberikan masukan diantara kedua jenis

perencanaan tersebut mulai dari rencana berstrata strategis sampai yang berstrata

operasional baik kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

yang dilaksanakan oleh swasta dan masyarakat.

Pada usulan alternatif model kedua, Djunaidi berusaha untuk lebih mempertegas

upaya “menghilangkan” gap antara rencana tata ruang dengan rencana pembangunan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana tata ruang dan rencana pembangunan dimulai dengan terlebih

dahulu menyusun Rencana Strategis yang bersifat umum, tidak hanya dengan analisis

SWOT seperti pada model pertama.

2. Rencana Strategis Dinas/Departemen/Sektoral di “dialogkan” dengan Rencana

Strategis Tata Ruang Wilayah. Dengan “mendialogkan” kedua jenis perencanaan

strategis tersebut diharapkan terjadi saling koreksi diantara kedua perencanaan

tersebut, sehingga potensi gap dan distorsi diantara keduanya diharapkan dapat

“dihilangkan” demikian keselarasan kedua jenis perencanaan tersebut dapat dicapai.

3. Rencana Strategis Dinas/Departemen/Sektoral selanjutnya diterjemahkan dalam

Program Pembangunan Daerah demikian juga Rencana Strategis Tata Ruang Wilayah

diterjemahkan dalam Rencana Strategis Pengembangan Bagian Wilayah/Kawasan dan

Program Pengembangan Bagian Wilayah/Kawasan.

4. Pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah, Swasta dan Masyarakat merujuk kepada

berbagai perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan diatas.

Dua alternatif model tersebut diatas telah berusaha untuk memposisikan dimana

perencanaan tata ruang wilayah berada diantara tuntutan-tuntutan pembangunan baik

dibidang ekonomi maupun dibidang sosial serta bidang-bidang lainnya.

Page 145: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 10

Perencanaan Pembangunan di Daerah

Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan

Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun, perencanaan ini berisi

tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini kemudian dijabarkan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi waktu 5 (lima)

tahun, memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan

umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai dengan rencana-

rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Selanjutnya RPJM Daerah dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut

sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat rancangan kerangka

ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik

yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat.

Beberapa hal yang perlu menjadi catatan dalam perencanaan pembangunan

didaerah ini diantaranya adalah bahwa RPJP Daerah berdurasi waktu 20 (duapuluh)

tahun, tentu ini berdurasi waktu lebih panjang dari RTRW Propinsi yang 15 (lima belas)

tahun dan RTRW Kabupaten/Kota yang berdurasi waktu 10 (sepuluh) tahun, degan

demikian menjadi logis jika dilihat durasinya, RTRW Daerah “mengacu” kepada RPJP

Daerah. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana “teknik” untuk mengoperasikan

kata “mengacu” tersebut sedemikian rupa sehingga terjadi keselarasan atau tidak terjadi

distorsi antara RPJP Daerah dengan RTRW Daerah, sehingga RPJP Daerah dapat

bermetamorfosa dalam matra keruangan dalam 10 (sepuluh) tahun mendatang dalam

bentuk RTRW Daerah. Harapan akan peluang semacam ini menjadi semakin lebih besar

jika RPJP Daerah memuat substansi sektoral sekaligus juga implikasi keruangannya dan

dalam potongan-potongan skenario 5 (lima) tahunan.

RPJM Daerah yang berdurasi waktu 5 (lima) tahunan dimana penyusunannya

mengacu pada RPJP Daerah dan RPJM Nasional. Diantara RPJP Daerah dan RPJM Daerah

terdapat perencanaan RTRW yang berdurasi waktu 10 (sepuluh) tahun, lebih panjang dari

RPJM Daerah, karenanya menjadi masuk akal jika RPJM Daerah “mengacu” kepada RTRW

Daerah, apalagi jika didalam RTRW Daerah memuat skenario potongan 5 (lima) tahunan.

Permasalahannya adalah dalam banyak kasus, RPJM Daerah tidak mengungkapkan

implikasi keruangan dari program-program pembangunannya, hal mana disebabkan

Page 146: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 11

karena tidak diungkapkannya lokasi kegiatan dari program-program pembangunannya.

Keadaan ini menjadikan RPJM Daerah lemah dan tidak berdaya sebagai instrumen

strategis dalam operasionalisasi perencanaan tata ruang di daerah. Faktor strategis lain

yang dapat dianggap sebagai unsur lemah RPJM Daerah sebagai instrumen

operasionalisasi rencana tata ruang adalah bahwa pelaku pemanfaat ruang adalah semua

stakeholder, yaitu pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta, dan masyarakat,

sementara RPJM Daerah hanya memuat program dan kegiatan Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) dan Lintas Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Lintas SKPD). Oleh

karenanya RPJM Daerah jika format muatannya seperti itu, maka lebih cocok disebut

sebagai Rencana Kegiatan 5 Tahun Pemerintah Daerah dan bukan perencanaan

pembangunan di daerah karena tidak mengintegrasikan kegiatan pembangunan seluruh

stakeholdernya.

Jika RPJM Daerah bersifat indikatif maka Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) yang berdurasi tahunan relatif lebih bersifat definitif karena keterlaksanaannya

akan didukung dengan ketersediaan anggaran yang disebut sebagai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan demikian secara teoritis seharusnya

RKPD akan menjadi instrumen yang lebih nyata dalam operasionalisasi rencana tata ruang

khususnya dari sektor pemerintah daerah. Namun dalam kenyataannya RKPD ini lemah

fungsinya sebagai instrumen operasionalisasi rencana tata ruang baik RTRW apalagi

RDTRK/RBWK karena karena penyusunannya tidak diorientasikan kepada kedua

perencanaan tata ruang tersebut dan tidak dimilikinya Program Distrik Multi Sektor.

Bagian lain yang tidak kalah pentingnya dalam mengoperasikan perencanaan

pembangunan dan perencanaan keruangan adalah perencanaan keuangan dan

perencanaan kelembagaan.

Usulan Alternatif Hubungan Rencana Tata Ruang dengan Rencana

Pembangunan

Selama ini dikalangan masyarakat berkembang pandangan tentang hubungan

antara rencana tata ruang dengan rencana pembangunan sebagai dua hal yang terpisah,

walaupun di beberapa pembahasan ada upaya untuk “mendekatkan” keduanya. Dalam

bahasa masyarakat yang lebih sederhana seringkali diungkapkan sebagai “rencana tata

ruang berjalan sendiri dan rencana pembangunan juga berjalan sendiri, masing-masing

berjalan sendiri-sendiri”. Memang dasar hukum dari kedua jenis perencanaan tersebut

Page 147: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 12

disusun secara terpisah yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan

Ruang dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Draft RUU perubahan UU Penataan Ruang dalam penjelasannya

juga mengusulkan upaya mendekatkan kedua jenis perencanaan tersebut dengan

menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah harus mengacu kepada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang, namun hal ini dapat menimbulkan tafsir bawa

perencanaan tersebut bersifat “sequensial” yaitu penyusunan RPJP dahulu baru

peyusunan RTRW padahal keduanya adalah sama-sama perencanaan jangka panjang.

Dalam pemahaman yang lain bila konsep seperti dilaksanakan, hal itu akan dapat

mematikan konsep untuk “mendialogkan” kedua perencanaan tersebut.

Implikasi praktis yang nyata dalam perencanaan pembangunan didaerah seperti

telah disampaikan dalam bagian Pendahuluan adalah bahwa baik dalam pembahasan

penyusunan draft RPJP-Daerah maupun draft RPJM-Daerah tidak dapat dijelaskan sampai

sejauh mana kedua perencanaan pembangunan tersebut telah “didialogkan”, karena tidak

adanya pemahaman konseptual mengenai pentingnya hal tersebut, disamping secara

teknis tidak adanya tekanan metodologis untuk melakukannya. Karenanya perencanaan

pembangunan terutama pada RPJM-Daerah yang pada intinya merupakan pernyataan

perencanaan sektoral tidak mengungkapkan lokasi kegiatan yang direncanakannya dan

akibatnya perencanaan pembangunan seperti itu tidak dapat mengungkapkan implikasi

spasialnya.

Untuk menghindari beberapa kelemahan hubungan antar jenis perencanaan

tersebut diatas disampaikan beberapa hal :

1. Jika kita simak lebih mendalam mengenai isi apa yang disebut selama ini sebagai

“Rencana Pembangunan” esensinya adalah “perencanaan pembangunan berbagai

sektor pembangunan” atau lazim disebut sebagai perencanaan sektoral.

2. Langkah pelaksanaan kegiatan pembangunan sektoral harus dipandang sebagai

bagian dari program-program untuk mengimplementasikan rencana tata ruang,

sehingga rencana tata ruang dapat mengarahkan dan menunjukkan implikasi

keruangan dari perencanaan sektoral.

3. Untuk mengkorelasikan semua perencanaan didaerah, perlu dipikirkan untuk

memberi arti “Rencana Pembangunan” sebagai integrasi perencanaan spasial,

perencanaan sektoral serta perencanaan pendukung sebagai penjamin

Page 148: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 13

terlaksananya kedua perencanaan tersebut yaitu perencanaan finansial dan

perencanaan institusional.

4. Dengan integrasi seluruh perencanaan di daerah menjadi “Rencana Pembangunan”

maka akan ada keharusan secara metodologis untuk “mendialogkan” (dalam posisi

kesetaraan) diantara perencanaan spasial, perencanaan sektoral, perencanaan

finansial dan perencanaan institusiaonal, sehingga akan terjadi dinamisasi dan

harmonisasi diantara berbagai perencanaan tersebut.

5. Untuk mendukung keterlaksanaan pada point 4 tersebut diatas, penyusunan

“Perencanaan Pembangunan” maka diusulkan hanya ada satu “tim penyusun

perencanaan pembangunan” untuk mendukung interkorelasi semua perencanaan.

6. Kedepan perlu dipertimbangkan kemungkinan integrasi dari Undang-Undang

Penataan Ruang dan Undang-Undang Perencanaan Pembangunan.

Secara sederhana hubungan dan content dasar dari “Perencanaan Pembangunan”

dapat digambarkan dalam matrix dibawah ini .

44..11..55 PPEERRAANN SSEERRTTAA MMAASSYYAARRAAKKAATT DDAALLAAMM PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Dimensi Waktu Perencanaan

Materi Perencanaan Terintegrasi

Jangka Panjang

PerencanaanSpasial

PerencanaanSektoral

Perencanaan Finansial

Perencanaan Institusional

Jangka

Menengah

Jangka Pendek

Page 149: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 14

Bila disimak secara mendalam, tujuan yang hendak dicapai dalam penataan ruang

adalah kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan ruang yang berkualitas, yaitu

pemanfaatan ruang yang selaras, serasi dan seimbang diantara keseluruhan kepentingan,

baik kepentingan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia maupun

kepentingan kelestarian lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup

generasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian bila ditanya untuk siapa penataan

ruang perlu dilakukan, maka tentu tidak lain dan tidak bukan jawabnya adalah untuk para

pemangku kepentingan atau stakeholder ruang tersebut dimana para anggotanya adalah

masyarakat secara umum, kalangan dunia usaha dan pemerintah.

Apabila dapat difahami bahwa penataan ruang ditujukan bagi kemanfaatan para

pemangku kepentingan atau stakeholder, maka menjadi strategis keterlibatan secara

egaliter para pemangku kepentingan dalam proses penataan ruang, baik pada proses

perencanaan, pemanfaatan maupun pada proses pengendalian, agar tercapai

pemanfaatan ruang yang berkualitas sehingga penataan ruang mampu memberikan

kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan manusia dan lingkungannya.

Terdapat beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai

sebagai rujukan atau pedoman bagaimana peran serta masyarakat dapat dilaksanakan

dalam penataan ruang, yaitu UU No. 24 Tahun 1992 Tentang ”Penataan Ruang”,

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang ”Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang”,

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang ”Tata Cara Peran

Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah”.

UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan ruang menyatakan dengan tegas

tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Dalam pasal 5 ayat 1

Undang-Undang ini dinyatakan bahwa “Setiap orang berkewajiban berperan dalam

memelihara kualitas ruang”, sedang ayat 2 menyatakan “ Setiap orang berkewajiban

menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sementara pasal 4 ayat 2 Undang-

Undang tersebut menyatakan “Setiap orang berhak untuk mengetahui rencana tata

ruang, berperan serta dalam penyusunan tata ruang, memperoleh penggantian yang

layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan

yang sesuai tata ruang”. Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang ini mempertegas peran serta

masyarakat dalam penataan ruang, seperti dinyatakan sebagai berikut : “Penataan ruang

dilakukan oleh Pemerintah dengan peran serta masyarakat”.

Page 150: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 15

Dari pasal 4 ayat 2, pasal 5 ayat 1 dan 2 serta pasal 12 ayat 1 UU No. 24 Tahun

1992 tersebut dapat dipahami beberapa hal tentang hak, kewajiban dan peran serta

masyarakat dalam penataan ruang sebagai berikut :

1. Pada setiap fase penataan ruang, yaitu pada fase perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang setiap orang sebagai

anggota masyarakat berhak untuk terlibat secara langsung dan aktif untuk

mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.

2. Lebih dari sekedar memiliki hak untuk ikut terlibat dalam penataan ruang, bahkan

setiap orang diwajibkan berperan serta dalam memelihara kualitas ruang, seperti

diamanatkan ayat 1 pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992.

3. Setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak berupa akses untuk

mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tentang rencana tata ruang, hal ini

penting karena dengan keterbukaan tentang rencana tata ruang, diharapkan dapat

mengurangi pelanggaran tata ruang. Untuk mengoperasikan kebijakan ini tentu

diperlukan dukungan perangkat sistem informasi ketataruangan yang handal,

sehingga setiap orang dapat mengaksesnya dengan cepat, mudah, murah dan

akurat.

4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan dalih kepentingan pembangunan sekalipun

tidak boleh merugikan setiap orang yang “property” nya terkena dampak

pembangunan, namun sebaliknya setiap anggota masyarakat harus mendapat “ganti

untung” dari dampak pembangunan tersebut.

Bagaimana bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan,

diperjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak

dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan

Ruang. Pasal 15 peraturan pemerintah ini menyebutkan beberapa bentuk peran serta

masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagai

berikut :

1. Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah yang akan

dicapai.

2. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan

untuk memperjelas hak atas ruang wilayah, termasuk perencanaan tata ruang

kawasan.

Page 151: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 16

3. Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang wilayah

kabupaten/kota.

4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan

strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota.

6. Kerjasama dalam penelitian

7. Bantuan tenaga ahli

Tentang peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten/kota, pasal 16 peraturan ini menyebutkan beberapa bentuk, yaitu :

1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-

undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku.

2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola

pemanfaatan di kawasan perkotaan dan perdesaan.

3. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan.

4. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya untuk

tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas

5. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang

wilayah Kabupaten / Kota.

6. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang.

7. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten dan kota, didalam pasal 17 peraturan ini, menyebutkan beberapa bentuk yang

dapat dilaksanakan, yaitu :

1. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/Kota, termasuk

pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang.

2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan

ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.

Page 152: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 17

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang,

lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang

Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah,

dimana didalam peraturan ini dijelaskan bahwa proses perencanaan tata ruang meliputi

2(dua) langkah utama, yaitu langkah pertama adalah penyusunan rencana tata ruang dan

dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu penetapan rencana tata ruang.

Proses penyusunan rencana tata ruang mencakup tiga langkah penting yaitu

pertama penentuan arah pengembangan, kedua pengidentifikasian potensi dan masalah

dan yang ketiga yaitu perumusan perencanaan tata ruang. Penentuan arah

pengembangan merupakan kegiatan untuk menentukan arah pengembangan yang

hendak dicapai oleh sebuah wilayah kabupaten atau kota ditinjau dari segi ekonomi,

sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta fungsi pertahanan dan

keamanan. Pengidentifikasian potensi dan masalah adalah kegiatan yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah

atau kawasan yang direncanakan tata ruangnya, sedang perumusan perencanaan tata

ruang adalah proses untuk merumuskan Rencana Tata Ruang Wilayah atau RTRW

Kabupaten/Kota, Rencana Detail Tata Ruang , dan Rencana Teknik Ruang.

Mengenai bentuk peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang

Kabupaten/Kota pada prinsipnya Permendagri No. 9 Tahun 1998 seperti dinyatakan dalam

pasal 6 ayat 1 dan 2 pada prinsipnya sama dengan yang dinyatakan dalam PP Nomor 69

Tahun 1996 pasal 16 tersebut diatas. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata

ruang dalam bentuk saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau

masukan dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati/Walikota. Sementara pada

fase proses penetapan RTRW Kabupaten/Kota peran serta masyarakat dalam bentuk

saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau masukan dilakukan secara

lisan atau tertulis kepada DPRD Kabupaten/Kota.

Beberapa pernyataan penting dalam Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 yang perlu

dicatat antara lain :

• Pasal 13 ayat 2, dalam persiapan penyusunan atau penyempurnaan RTRW

Kabupaten/Kota, RDTR, Rencana Teknik Ruang, Bupati/Walikota wajib

mengumumkannya kepada masyarakat.

Page 153: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 18

• Pasal 13 ayat 4, pengumuman tentang kegiatan penyusunan atau penyempurnaan

rencana tata ruang dilakukan setidaknya selama 7 (tujuh) hari melalui media cetak,

media elektronik, serta forum pertemuan.

• Pasal 13 ayat 5, forum pertemuan diadakan sampai tingkat Kecamatan untuk

penyusunan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten/Kota.

• Pasal 16 ayat 3 dan Pasal 22 ayat 5 , pada tahap penentuan arah pengembangan dan

identifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah Kabupaten/Kota peran serta

masyarakat dalam bentuk pemberian masukan disampaikan kepada Bupati/Walikota

melalui Bapekab/Bapeko.

• Pasal 16 ayat 6 dan Pasal 22 ayat 5, pemberian masukan oleh masyarakat pada tahap

penentuan arah pengembangan dan identifikasi potensi dan masalah pembangunan

wilayah Kabupaten/Kota, dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

setelah diumumkan.

• Pasal 16 ayat 7 dan Pasal 22 ayat 6, pemberian masukan oleh masyarakat, dapat

dilakukan secara tertulis yang tembusannya disampaikan kepada Ketua DPRD

Kabupaten/Kota, atau secara lisan yang dicatat dan dituangkan dalam berita acara

yang dibuat oleh Bapekab/Bapeko.

• Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 23 ayat 1, untuk menerima saran, pertimbangan, pendapat,

tanggapan, keberatan, atau masukan dari masyarakat, informasi tentang arah

pengembangan serta identifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah

Kabupaten/Kota, dibahas dalam forum pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan

para pakar dan tokoh masyarakat bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD

Kabupaten/Kota dan instansi terkait.

• Pasal 32 dan 33, proses perumusan perencanaan tata ruang dilakukan dengan

melibatkan peran serta masyarakat melalui pemberian masukan yang dilaksanakan

melalui lokakarya atau sarasehan dengan melibatkan para pakar, tokoh masyarakat,

bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD dan instansi terkait di daerah, untuk

selanjutnya hasilnya akan dirumuskan dalam rancangan rencana tata ruang seperti

RTRW Kabupaten/Kota.

• Pasal 34 dan 35, Rancangan RTRW Kabupaten/Kota yang telah disiapkan oleh

Bapekab/Bapeko diumumkan kepada masyarakat secara luas setidaknya selama 7

(tujuh) hari melalui media cetak atau media elektronik serta melalui forum pertemuan.

Pengajuan keberatan disampaikan masyarakat maksimum selama 30 (tiga puluh) hari

Page 154: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 19

sejak diumumkan, kepada Bupati/Walikota melalui Bapekab/Bapeko secara tertulis

dengan tembusan kepada Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau secara lisan yang dicatat

dan dituangkan dalam Berita Acara yang dibuat oleh Bapekab/Bapeko. Semua

masukan dibahas dalam forum pertemuan dengan melibatkan pakar dan tokoh

masyarakat bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD Kabupaten/Kota,

Bapekab/Bapeko, Instansi Terkait. Hasil pembahasan pada forum pertemuan ini

ditindak lanjuti Bapekab/Bapeko untuk penyempurnaan Rancangan RTRW

Kabupaten/Kota.

• Pasal 47, Bupati/Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah dan Dokumen

RTRW Kabupaten/Kota beserta Berita Acara Peran Serta Masyarakat dalam Proses

Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota dan disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota.

Peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan tata ruang, khususnya yang

berkaitan dengan penyusunan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten/Kota, berdasar

Permendagri Nomor 9 tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam

Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, secara sederhana dapat digambarkan dalam

diagram skematik sebagai berikut :

Proses Perencanaan Tata Ruang dan Peran Serta Masyarakat

Sumber : Warta Kebijakan

Tahap 2 Penentuan arah pengembangan termasuk identifikasi potensi dan masalah : - Penyampaian masukan

Bupati/ Walikota DPRD Bapekab/ Bapeko

Jangka waktu : 30 hari

Tahap 1 Persiapan - Pengumuman

rencana penyusunan Rencana Tata Ruang

Pengumuman lewat : - Media massa, TV,

Radio, Surat Kabar, dll

- Forum pertemuan Jangka waktu : 7 hari

Masukan publik secara : - Lisan - Tertulis - Forum pertemuan

Tahap 3Perumusan Rencana :

- Penyusunan rencana berdasarkan “Masukan Publik” dan dinas sektoral melalui lokakarya intern

- Pengumuman rancangan

lewat media massa Forum pertemuan (7 hari)

- Penyampaian keberatan Jangka waktu : 30 hari - Penyempurnaan

Rancangan

Masukan publik secara : - Lisan - Tertulis - Forum pertemuan

Tahap 4Penetapan Rencana - Penyampaian

rancangan dan berita acara

- Penetapan rencana tata ruang

Sidang DPRD

Peraturan Daerah (PERDA)

Page 155: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 20

Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

Dalam Perencanaan Tata Ruang Dalam Pemanfaatan Ruang Dalam Pengendalian

Pemanfaatan Ruang Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah Indentifikasi potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang Kerjasama penelitian dan pengembangan Bantuan tenaga ahli

Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan bentuk dan pola pemanfaatan pedesaan dan perkotaan Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan tata ruang yang telah ditetapkan Pengaturan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian lingkungan

Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang

Sumber : Warta Kebijakan

44..11..66 KKEELLEEMMBBAAGGAAAANN PPEERREENNCCAANNAAAANN TTAATTAA RRUUAANNGG DDII KKOOTTAA BBAANNDDAA

AACCEEHH

Seiring dengan adanya trend untuk mendorong terjadinya proses demokratisasi

dalam berbagai macam keputusan tentang kebijakan publik, maka semakin besar tekanan

untuk meyakinkan bahwa penataan ruang adalah bagian dari domain publik, oleh

karenanya dipandang menjadi sangat strategis keterlibatan masyarakat dan seluruh

anggota stakeholder lainnya termasuk pemerintah dan dunia usaha atau sektor swasta

dalam proses penataan ruang. Selama ini memang dirasakan pemerintah yang paling

mendominasi proses penataan ruang, yang kemudian didapati berbagai kelemahan dan

kekurangan yang diwujudkan dalam bentuk penyimpangan pemanfaatan ruang dilihat

Page 156: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 21

dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Para pihak termasuk anggota masyarakat

dan dunia usaha sebagai bagian dari stakeholder atas lahan yang ruangnya ditata selama

ini tidak banyak dilibatkan, padahal merekalah yang memiliki property right atas lahan

tersebut sehingga semestinya development right mereka juga diperhatikan dan dihargai

dengan cara melibatkan mereka secara aktif dan egaliter dalam proses penataan ruang.

Di kota Banda Aceh, anggota stakeholder dalam penataan ruang disamping unsur

Pemerintah Kota seperti Badan Perencana Kota (Bapeko), Dinas Tata Kota, Bagian-bagian

pada Sekretariat Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pasar, Dinas Prasarana

Jalan dan Sumber Daya Air, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas

Perhubungan serta Dinas-dinas teknis kota lainnya, juga organisasi-organisasi non

pemerintah seperti organisasi masyarakat (Ormas), organisasi sosial-politik (Parpol),

lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi dunia usaha,

perguruan tinggi, lembaga penelitian, ulama, cendekiawan, mukim, tengku, lembaga adat

serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Secara lebih rinci anggota

stakeholder perencanaan tata ruang (RTRW) Kota Banda Aceh tampak dalam tabel

sebagai berikut dibawah ini :

TABEL 4.1 DAFTAR STAKEHOLDER

REVISI RTRW KOTA BANDA ACEH TAHUN 2006

PEMERINTAH

1). Bapeko (Badan Perencanaan Kota) 2). Kantor Kecamatan 3). Administrator pelabuhan 4). Dinas PU 5). Bapeprop (Badan Perencanaan Propinsi) 6). Semua Kecamatan 7). Bapekab (Badan Perencanaan Kabupaten) 8). Kimpraswil 9). Sekretariat Daerah 10). Dinas Pasar 11). Dinas Tata Kota dan Pemukiman 12). Dinas Kebersihan dan Pertamanan 13). Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan 14). Dinas Prasarana jalan dan Sumber Daya Air 15). Dinas Perhubungan

Page 157: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 22

NON PEMERINTAH

1). Mukim 2). Ulama/Tengku/Tuku 3). Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) 4). Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA) 5). Jaringan Kerja Masyarakat Adat (JKMA) 6). Bakti Sosial Pembangunan Desa (UKM-BSPD) 7). Lembaga Pusat Penelitian Ilmu Budaya 8). Forum LSM Aceh 9). Walhi 10). Pusat Studi HAM 11). Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) 12). Organisasi Keagamaan 13). Organisasi Sosial 14). Prganisasi Kepemudaan 15). Forsikal (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup) 16). Partai Politik PKS, PPP, Golkar, PAN dan Demokrat) 17). Dr. Nazamuddin (Akademisi) 18). Syarifah Rahmatillah (Ketua Mispi) 19). Adli Abdullah (Akademisi) 20). Dr. Raja Masbar (Akademisi) 21). Ir. Imran A. Rahman M.Eng (Akademisi) 22). Ir. Ismail Yusuf. M.Eng (Akademisi) 23). LSM : FORSIKAL (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)

24). LSM : KKTGA (Kelompok Kerja Transformasi Gender) 25). LSM : LPLH (Lembaga Pembelajaran Lingkungan Hidup) 26). LSM : LPSELH (Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Hidup)

27). LSM : CCDE (Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan)YAM (Yayasan Abdi Masyarakat) 28). LSM : YBA (Community for Farmers and Environment Development) 29). LSM : YPSI (Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia 30). LSM : SAHARA (Yayasan Suara Hati Rakyat) 31). LSM : FA (Yayasan Flower Aceh) 32). LSM : YASMA (Yayasan Karya Bersama) 33). LSM : PASE (Yayasan Pagar Alam Indonesia)

34). LSM : YAB (Yayasan Anak Bangsa) 35). LSM : YRBI (Yayasan Rumpun Bambu Indonesia 36). LSM : YAPDA (Yayasan Putra Dewantara): Empowering Circle for Society Movement 37). Masyarakat (mukim, LSM) 38). Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll) 39). Pelabuhan 40). Apindo 41). Masyarakat Nelayan

Page 158: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 23

PENGGUNA

1). Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll) 2). Pengelola prasarana (pelabuhan penyeberangan, pelabuhan perikanan,

terminal 3). Investor 4). PDAM 5). PLN 6). Telkom 7). Dinas Kebersihan/TPA 8). Pemkot/Dinas sektoral 9). TNI 10). Polri 11). Asosiasi PKL 12). REI 13). Apindo 14). Organda 15). Masyarakat (mukim, LSM) 16). Kelompok profesional 17). Akademisi/pengamat

Agar proses partisipasi masyarakat dalam penyempurnaan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Banda Aceh tahun 2006 dapat berjalan dengan efektif, pada tahap awal

diusulkan dibahas 8 (delapan) issue strategis Kota Banda Aceh. Issue-issue strategis

tersebut pada dasarnya merupakan beberapa permasalahan kunci yang akan memberi

pengaruh penting bagi RTRW Kota Banda Aceh. Kedelapan usulan issue strategis tersebut

akan dibahas dalam forum konsultasi publik dimana dalam forum tersebut dibentuk

kelompok-kelompok kerja yang kelompok kerja tersebut merupakan Focus Group

Discussion (FGD). Issue-issue strategis yang diusulkan tersebut adalah :

1. Zoning umum kota dengan wawasan bencana

2. Pembatasan pemanfaatan ruang kawasan pantai

3. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang kawasan pusat kota lama

4. Rencana pengembangan kota kearah selatan

5. Rencana pembangunan pusat pelayanan sekunder (sub city centre)

6. Rencana pengembangan jalan utama kota

7. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk sampah

8. Pembatasan pemanfaatan lahan sebagai solusi untuk menangani banjir

Page 159: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 24

ZONING UMUM KOTA

DENGAN WAWASAN BENCANA

FGD I

SOSIALISASI KONSEP RTRW JICA DAN PU

PEMBATASAN PEMANFAAT-

AN RUANG KAWASAN

PANTAI

PEMBATASAN INTENSITAS PEMANFAAT-

AN RUANG

KAWASAN PUSAT KOTA

LAMA

RENCANA PENGEMBANGAN KOTA KE

ARAH SELATAN

FGD II

FGD III

FGD IV

FGD V

FGD VI

FGD VII

FGD VIII

REN-BANG PUSAT

PELAYANAN SEKUNDER (SUB CITY CENTRE)

RENCANA PENGEMBANGAN JALAN

UTAMA KOTA

LOKASI

TPA

PEMBATASAN

PEMANFAATAN LAHAN

SBG SOLUSI UTK

MENANGANI BANJIR

REVISI RTRW JICA DAN

PU

Masukan, Saran, Kritik, Usulan Perbaikan Konsep RTRW Jica dan PU

REKONFIRMASI/SOSIALISASI RTRW KOTA BANDA ACEH HASIL REVISI

QONUN

QONUN

Organisasi pembahasan issue-issue strategis digambarkan sebagai berikut :

Page 160: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 25

Model partisipasi masyarakat dalam perencanaan sektor publik dari waktu kewaktu

terus mengalami perkembangan kualitas yang positif. Kalau pada mulanya model

partisipasi masyarakat ini hanya sampai pada tingkatan “sosialisasi” yang diartikan

sebagai perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah sekedar hanya diinformasikan

kepada masyarakat, pada tingkatan ini masyarakat tidak secara aktif terlibat, masyarakat

terlibat pada posisi sangat pasif, hanya menerima saja perencanaan yang sudah jadi

untuk “dipaksakan” pelaksanaannya. Pada fase yang lebih maju masyarakat diundang

pada proses awal perencanaan, diminta masukan dan kritiknya, masukan dan kritik

tersebut ditampung oleh pemerintah dan kemudian hasil analisis yang berupa rencana

disampaikan kepada masyarakat untuk diimplementasikan, tetapi pada fase ini tidak ada

penjelasan tentang hasil masukan dan kritik yang telah disampaikan masyarakat mana

yang diterima, mana yang ditolak, dan mengapa masukan dan kritik tersebut diterima

atau ditolak. Pada fase yang lebih maju lagi partisipasi masyarakat perencanaan sektor

publik, khususnya pada perencanaan tata ruang, para anggota stakeholder yang

seharusnya lebih dominan dalam proses perencanaan tata ruang, sedang unsur

pemerintah sebagai bagian stakeholder lebih banyak pada posisi sebagai pihak yang

memfasilitasi proses perencanaan yang dimotori oleh masyarakat dan anggota

stakeholder lainnya. Apabila aktor utama dalam proses perencanaan tata ruang adalah

masyarakat dan anggota stakeholder lainnya, maka segala konflik-konflik kepentingan

dalam penataan ruang akan menjadi agenda pembahasan yang penting dalam proses

perencanaan tata ruang untuk dicarikan kesepakatan solusinya dengan tetap

memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ketataruangan yang telah diterima secara

umum, dan jika ini dapat dilaksanakan maka kita sedang mengimplementasikan konsep

“consensus planning” yang diberi arti oleh Johan Woltjer sebagai “Consensus planning

is proposed here not only to include process-related quality demands such as

transparency and legitimacy, but also specifically to include, and not reject, substantive

values and expert knowledge in planning”.

Untuk mengoperasikan konsep participatory planning atau consensus planning

dalam mendorong peran serta masyarakat pada proses revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah kota Banda Aceh, dimulai dengan membahas beberapa issue strategis akan

dibahas dalam forum dialog publik, dimana para anggota stakakeholder membahas dan

menyepakati setiap permasalahan pada setiap issue strategis dalam kelompok kerja

focus group discussion (FGD).

Page 161: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 26

44..11..77 IIZZIINN MMEENNDDIIRRIIKKAANN BBAANNGGUUNNAANN

Dalam rangka pengaturan dan penataan tata ruang perkotaan yang serasi,

seimbang dan berdaya guna, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

orang perorang atau badan untuk mendirikan, memperluas dan merehab/memperbaiki

bangunannya tetapi harus disesuaikan dengan perencanaan tata ruang kota, disamping

itu tidak boleh mengesampingkan faktor keselamatan dan keamanan pengguna

bangunan. Karena pengguna itulah yang akan menempati dan mempergunakan

bangunan tersebut.

Dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan maka pengguna akan merasa

tenang dan nyaman menempati bangunan. Tentunya bangunan tersebut harus sesuai

dengan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan teknis, sehingga akan

memudahkan pengaturan dan penambahan sarana dan prasarana dalam menunjang

kegiatan masyarakat maupun pengguna bangunan, dengan harapan terciptanya pola

lingkungan yang nyaman, serasi serta aman bagi penghuninya.

Didalam pendirian bangunan untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya

pemerintah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau

badan ketika hendak mendirikan sebuah bangunan.

Adapun syarat-syarat izin mendirikan bangunan adalah sebagai berikut :

a. Syarat Administratif

1. Surat permohonan yang ditandatangani oleh pemohon di atas materai Rp. 6000,-

dan diketahui Lurah/Geuchik setempat dimana lokasi bangunan akan dirikan.

2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemohon

3. Surat Rekomendasi dari Camat setempat di mana lokasi bangunan akan didirikan.

4. Fotocopy Sertifikat dan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) yang

dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan (BPN) Kota Banda Aceh.

5. Dilampirkan surat bukti atas hak tanah lainnya yang disahkan oleh pejabat yang

berwenang, dan pemohon terlebih dahulu harus mendaftarkan tanahnya pada

kantor Pertanahan Kota Banda Aceh untuk diterbitkan SKPT.

6. Fotocopy Surat Tanda Lunas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir.

7. Surat Pernyataan Pemohon bahwa tanah tidak dalam sengketa yang diketahui

oleh Lurah/Geuchik setempat (khusus bagi tanah yang belum bersertifikat atau

telah berakhir haknya)

Page 162: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 27

8. Surat Perjanjian atau Surat Kuasa yang disahkan oleh pejabat yang berwenang

untuk itu (bila pemohon bukan pemilik tanah)

9. Surat Pernyataan Pelepasan Hak dari Pemilik Tanah terhadap tanah yang

termasuk dalam bagian Garis Sempadan Bangunan (GSB)/Rencana Perluasan

Jalan, khusus untuk bangunan dengan fungsi Usaha.

10. Fotocopy IMB lama beserta lampirannya (khusus untuk Rehabilitasi/

Renovasi/Penambahan bangunan).

b. Syarat Teknis

1. Advice Planning/Keterangan Rencana Peruntukan yang diterbitkan oleh Dinas Tata

Kota dan Permukiman Kota Banda Aceh.

2. Gambar Rencana Bangunan (Site Plan dan Sistem Jaringan Drainase untuk

pengolahan air limbah, Denah, Tampak, Potongan) dan Spesifikasi Teknis yang

dibuat oleh perencana/konsultan

3. Perhitungan Struktur Konstruksi dan Gambar Detail

Adapun prosedur proses perizinan pendirian bangunan ada tahapan-tahapan yang

harus dipatuhi oleh orang atau badan. Prosedur proses perizinan adalah sebagai berikut:

1. Pemohon mengajukan surat permohonan kepada Bagian Tata Usaha dengan

melampirkan fotocopy KTP dan Sertifikat Tanah

2. Bagian Tata Usaha membuat agenda pendaftaran kemudian diajukan ke Kepala Dinas

3. Kepala dinas membuat disposisi kemudian diserahkan ke Subdin Tata Ruang/Tata

Kota untuk diperiksa kelengkapan surat permohonan.

4. Subdin Tata Ruang/Tata Kota melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dari surat

permohonan bila belum lengkap dikembalikan ke pemohon untuk dilengkapi dan bila

sudah lengkap dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas lahan yang akan

dibangun

5. Dibuatkan Advice Planning/Surat Keterangan Rencana Peruntukan kemudian

diserahkan kepada pemohon

6. Pemohon berkonsultasi dengan Perencana/Konsultan untuk pembuatan gambar

Bangunan dan Persyaratan Teknis Lainya setelah sesuai

7. Kemudian mengajukan permohonan tentang Izin Mendirikan Bangunan ke Bagian

Tata Usaha untuk membuat agenda/pendaftaran

8. Bagian Tata Usaha mengajukan ke Kepala Dinas untuk disposisi

Page 163: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 28

9. Kemudian diserahkan ke Subdin Tata Ruang / Tata Kota dan Subdin Perizinan

Bangunan untuk pembuatan peta situasi bangunan dan pemeriksaan kelengkapan

permohonan.

10. Diserahkan ke bagian Administrasi untuk kelengkapan Administrasi

11. Setelah Administrasi lengkap dilakukan penelitian teknis dan penetapan biaya retribusi

12. Pemohon menyetorkan retribusi ke Bendaharawan kemudian disetorkan ke kas

Daerah

13. Setelah itu dibuatkan penyiapan SIMB

14. Walikota memberi persetujuan dan menandatangani SIMB

15. SIMB di serahkan ke Dinas Tata Kota dan Permukiman untuk regristasi dan

penyerahan SIMB ke Pemohon

Page 164: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 29

Bagan Alir Prosedur Izin Mendirikan Bangunan

PEMOHON

Permohonan Advice Planning (Melampirkan Fotocopy KTP

dan Sertifikat tanah)

BAGIAN TATA

Agenda Pendaftaran

KEPALA DINAS

Diposisi

SUBDIN TATA RUANG/TATA

PERENCANA / KONSULTAN

Pembuatan Gambar Bangunan dan Persyaratan

PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

BAGIAN TATA USAHA

Agenda Pendaftaran

KEPALA DINAS

Disposisi

SUBDIN TATA RUANG/ TATA KOTAPembuatan Peta Situasi

Bangunan

SUBDIN PERIZINANBANGUNAN

Pemeriksaan Kelengkapan Pemohonan

Pengukuran Situasi Lapangan

Advice Planning (Surat Keterangan Rencana

Peruntukan)

Pemohon

Penelitian Administrasi

Penelitian Teknis

Penetapan Biaya Retribusi

Penyiapan SIMB

WALIKOTA

Persetujuan / penandatanganan SIMB

DINAS TATA KOTA DAN PERUKIMAN

Regristrasi dan Penyerahan SIMB

PEMOHON

Penyetoran Retribusi

BENDAHARAWAN

Penerimaan Retribusi Penyetoran ke Kas Daerah

PEMOHON

Pemeriksaan Kelengkapan Permohonan

A D V I C E

P L A N N I N G

I Z I N

M E N D I R I K A N

B A N G U N A N

(IMB)

Page 165: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 30

TABEL 4.2 DASAR PEMBEBANAN BIAYA IMB

No Jenis Bangunan Fungsi Bangunan Bangunan

Permanen Bangunan semi

Permanen

1 Hunian Rumah Tinggal Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Rumah Tinggal Deret Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Rumah Susun Apartemen Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Rumah Tinggal Villa Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

2 Usaha Perkantoran Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Perdagangan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Perhotelahan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Industri Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Bioskop Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Pariwisata dan Rekreasi Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Page 166: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 31

No Jenis Bangunan Fungsi Bangunan Bangunan

Permanen Bangunan semi

Permanen

Terminal Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Penyimpanan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

No Jenis Bangunan Fungsi Bangunan Bangunan

Permanen Bangunan semi

Permanen

3 Sosial & Budaya

Pendidikan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Pelayanan Kesehatan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Olah Raga Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Kebudayaan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Pelayanan Umum Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Panti Asuhan Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

4 Keagamaan Tempat Ibadah Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Page 167: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 32

No Jenis Bangunan Fungsi Bangunan Bangunan

Permanen Bangunan semi

Permanen

Pesantren Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Sejenisnya Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

5 Khusus Reaktor Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Menara Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Tower Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Tugu Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Militer Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Sejenisnya yang diputuskan oleh Menteri Terkait

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas

6 Pagar Melindungi Tanah Per M Per M

Sejenis Per M Per M

44..11..88 IIZZIINN GGAANNGGGGUUAANN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah No

20 Tahun 1997 bahwa tempat usaha pada lokasi tertentu yang menimbulkan bahaya,

kerugian dan gangguan perlu mendapatkan izin gangguan dari walikotamadya. Pemberian

Page 168: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 33

izin diberikan kepada orang atau badan yang akan mendirikan sebuah usaha dalam

memanfaatkan tata ruang dan penggunaan sumber daya alam dalam rangka untuk

menjaga kelestarian lingkungan.

Setiap usaha mendirikan bangunan/usaha perlu adanya izin gangguan dengan

tujuan untuk menata lokasi tata ruang agar tercipta lingkungan yang tertib, aman dan

nyaman.

Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan

syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan

izin gangguan. Pengurusan Izin Gangguan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Surat permohonan yang ditandatangani permohon diatas materei Rp. 6000 diketahui

Lurah/Geuchik setempat dimana lokasi didirikan bangunan.

2. Photo copy KTP yang masih berlaku

3. Retribusi sampah dari Dispenda

4. Retribusi Kartu Tabung Racun Api

5. Rekomendasi dari Camat

6. Photo Copy Akte Perusahaan

7. Status tempat usaha

8. Bukti Lunas PBB

9. Fotocopy SITU (Surat Izin Tempat Usaha)

10. Izin HO (Izin Gangguan) dari Bagian Hukum

11. Rekomendasi Dinas Informasi & Komunikasi

12. Rekomendasi Dinas Kesehatan/Kartu Kier Kesehatan

13. Rekomendasi dari Polres

14. Rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

15. Rekomendasi dari Dinas Peternakan

16. Rekomendasi dari Dinas Industri dan Perdagangan

17. Rekomendasi dari Dinas LLAJ

18. Rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama

19. Rekomendasi dari Bapelda

Prosedur proses perizinan gangguan melalui tahapan-tahapan yang harus dipatuhi

oleh orang atau badan untuk mempercepat prosesnya dan demi kelancarannya, tahapan

dalam pengurusan Ijin Gangguan tampak dalam diagram dibawah ini :

Page 169: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 34

Bagan Alir Proses Izin Gangguan

Surat Permohonan

Bagian Umum

Asisten I

Bagian Hukum

Syarat-syarat

1. Foto Copy KTP 2. Status tempat usaha 3. Akta pendirian dari Notaris 4. Rekomendasi dari Camat 5. Gambar Situasi /sket Lokasi Usaha 6. Tanda Lunas Retribusi Sampah 7. Kartu Pemadam Kebakaran 8. Tanda Lunas PBB 9. Rekomendasi dari instansi yang

berkaitan dengan jenis usaha

Bagian hukum Bagian Ekonomi Bagian Paperda Dinas Tata Kota Pemadam

Peninjauan Lapangan

Berita Acara Peninjauan

Diterima/ditolak

Diterima

Pengumuman 30 hari sejak ditanda tangani

Rekomendasi Lurah “Tergantung Pemohon”

Retribusi HO pada Bank

SK Walikota

Keberatan dari masyarakat

Ditindaklanjuti ke Walikota

Paraf : 1. Kabag Hukum 2. Asisten tata praja 3. Sekda

Page 170: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 35

Pengklasifikasian biaya pembebanan izin gangguan berdasarkan pembebanannya

adalah sebagai berikut :

a. Obyek pembebanan perusahaan industri

No Jenis Usaha

1 Elektro motor, tenaga uap air, uap gas, uap bertekanan tinggi

2 Membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan peledak lainnya, termasuk tempat menyimpan petasan

3 Membuat ramuan kimia, termasuk pabrik korek api

4 Memperoleh, mengerjakan dan menyimpan bahan-bahan astiri (Vluchting) atau mudah menguap

5 Penyulingan kering dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewani, termasuk pabrik gas

6 Mengerjakan lemak-lemak dan damar

7 Menyimpan dan mengerjakan sampah

8 Tempat pengeringan gandum/kecambah, pabrik bir, tempat pembuatan minuman keras dengan pemanasan, tempat penyulingan spritus dan cuka, perusahaan pemurnian, pabrik tepung, perusahaan roti, pabrik strup buah-buahan

9 Tempat pembantaian, tempat pengulitan, perusahaan pengubahan jerohan, tempat penjemuran, tempat pengasapan bahan-bahan hewani, tempat penyamakan kulit

10 Pabrik porselin, pabrik pecah belah, tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin, dan tegel, tempat pembakaran gamping, gipsa dan pembasahaan

11 Tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi, tempat penempahan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan kuningan dan kaleng, tempat pembuatan ketel

12 Tempat penggilingan tras, penggergajian kayu, pabrik minyak

13 Galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu, tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong, tempat pertukangan kayu

14 Pabrik tapioka

15 Pabrik untuk mengerjakan karet, getah perca, bahan-bahan yang mengandung zat karet

16 Perusahaan kawasan industri

Page 171: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 36

b. Obyek pembebanan bukan perusahaan industri

No Jenis usaha

1 Tempat persewaan kendaraan, perusahaan susu

2 Tempat penembakan

3 Gudang penggantungan tembakau

4 Gudang kapuk, perusahaan batik

5 Warung dalam bangunan tetap, tempat usaha lain yang dapat menimbulkan bahaya atau gangguan

6 Usaha rekreasi dan hiburan umum seperti : Taman gelanggang renang, pemandian alam, padang golf, kolam pancing, gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling dan bilyard, klub malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia fantasi theater atau panggung terbuka dan tertutup, taman satwa pentas pertunjukan satwa, usaha fasilitas wisata tirta, usaha sarana fasilitas olah raga, balai pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kecantikan, pusat kesegaran jasmani, fitnes center

7 Rumah makan, restoran, bar

8 Hotel berbintang, hotel melati, penginapan remaja

9 Tempat penyelenggaraan musik hidup, tempat penyelenggaraan musik tradisional atau sejenisnya

10 Ruang/gedung/tempat penyimpanan/penimbunan barang-barang dagangan

11 Perusahaan konveksi dengan menggunakan 5 mesin atau lebih

12 Perusahaan percetakan yang tidak menggunakan mesin penggerak

13 Pengelolaan gedung-gedung perkantoran/pertokoan, pusat perbelanjaan (plaza)

14 Apotik

15 Klinik spesialis/rumah sakit bersalin/rumah sakit

16 Perusahaan studio rekaman

17 Penjualan minyak pelumas eceran termasuk service ganti penjualan minyak pelumas

18 Tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan barang maupun orang

19 Tempat penyimpanan/pool kontainer

20 Tempat penyimpanan dan penjualan bahan-bahan kimia

21 Tempat penyimpanan dan penjualan karbit

Page 172: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 37

No Jenis usaha

22 Tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, minyak solar, premium, residu, spritus, alkohol, gas elpiji dan sebagainya

23 Bengkel sepeda dan sepeda motor

24 Bengkel perbaikan mesin

25 Perbaikan / service accu dan dinamo

26 Tempat penampungan dan penjualan kertas-kertas bekas, besi bekas, kayu bekas, plastik bekas, dan barang-barang bekas lainnya.

27 Tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah, dan sejenisnya

28 Pengepakan barang-barang dagangan, sortasi perusahaan ekspedisi

29 Warung nasi, mie, bakso, sate dan sejenisnya termasuk warung es/ice cream

30 Ruang pamer kendaraan bermotor (show room)

31 Tempat pencucian kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil dll)

32 Tempat penyimpanan/mengolah/mengerjakan barang-barang hasil laut, hasil bumi dan hasil hutan

33 Tempat pembuatan makanan dan minuman

34 Tempat penjualan barang dagangan dan usaha lainnya

44..11..99 IIZZIINN TTEEMMPPAATT UUSSAAHHAA

Tempat usaha adalah tempat yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha

secara teratur dan terus menerus dalam rangka memperoleh keuntungan. Karena usaha

yang berjalan secara terus-menerus inilah maka perlu adanya izin tempat usaha agar

sesuai dengan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pemberian izin usaha dimaksudkan untuk mengatur, mengawasi dan

mengendalikan serta menata kegiatan usaha agar sesuai dengan peruntukan kawasan

dan zona yang diatur dalam Rencana Tata Ruang.

Dengan adanya izin usaha bertujuan untuk mengatur tata tertib juga untuk

mengatur pelaksanaan usaha itu sendiri agar tertib dan aman sehingga tidak

mengganggu kelestarian lingkungan. Dalam melakukan aktifitas usaha bagi orang

perorang atau badan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota

Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan

syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan

izin tempat usaha.

Page 173: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 38

Adapun syarat-syarat mendirikan izin tempat usaha adalah sebagai berikut :

1. Surat permohonan bermaterai Rp. 6000

2. Foto Copy KTP

3. Pas Foto

4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun Berjalan

5. Akte Pendirian Perusahaan/Perubahannya (Berbadan Hukum)

6. Status Tempat Usaha

7. Rekomendasi dari Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota

8. Rekomendasi dari Camat

Berikut ini syarat-syarat sesuai dengan kegiatan bidang usaha :

No Nama Usaha Syarat

1 Restoran, rumah makan, katering dan kedai kopi

1. Melampirkan Kartu Kir rekomendasi dari Dinas Kesehatan, dan

2. Izin gangguan (HO)

2 Rumah kecantikan, Wisma pangkas

1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan

Ulama 3. Kartu Kir dari Dinas Kesehatan 4. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 5. Izin Gangguan (HO)

3 Video game, Play station 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Dinas Pendidikan 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)

4 Rental, Jual VCD 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan

Ulama 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)

5 Rumah Bilyard 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan

Ulama 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)

6 Warnet dan Internet 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Dinas Informasi dan

Komunikasi

Page 174: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 39

No Nama Usaha Syarat

3. Izin Gangguan (HO)

7 Depot obat 1. Rekomendari dari Dinas Kesehatan 2. Pas Foto 3 x 4 sebanyak 4 lembar 3. Surat izin kerja asisten apoteker 4. Surat pernyataan asisten apoteker 5. Izin Gangguan (HO)

8 Apotik 1. Izin apotik dari Dinas Kesehatan Provinsi 2. Izin Gangguan (HO)

9 Rumah sakit, rumah bersalin, Klinik

1. Izin pendirian dari Dinas Kesehatan Provinsi 2. Izin Gangguan (HO)

10 Industri, Pabrik makanan atau minuman

1. Rekomendari dari Dinas Perindustrian dan perdagangan

2. Kartu Kir dan Rekomendasi dari Dinas Kesehatan

3. Izin Gangguan (HO)

11 Koperasi 1. Melampirkan Akte Pendirian / Akte Perubahan

12 Bengkel, Doorsmer, Ruang penyimpanan, Pergudagangan, Penimbunan minyak Oli, gas/elpiji Percetakan

1. Melampirkan izin gangguan (HO)

13 Mobil barang/penumpang

1. Melampirkan rekomendasi dari Dinas Perhubungan

14 Usaha Burung Walet 1. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan 2. Rekomendasi dari Bapelda 3. Izin Gangguan (HO)

15 Perhotelan, Losmen, Penginapan, Wisma

1. Rekomendasri dari Majlis Permusyawaratan Ulama

2. Pajak hotel dan restoran tahun berjalan 3. Izin gangguan (HO) 4. Surat Pernyataan Pimpinan Perusahaan

Pengklasifikasian biaya pembebanan tempat usaha berdasarkan pembebanannya

adalah sebagai berikut :

Page 175: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 40

No Klasifikasi Jenis Usaha

1 Peralatan kantor dan Sekolah 1. Jual buku, majalah, koran 2. Jual ATK, alat-alat sekolah, foto copy

2 Penjahit dan konveksi 1. Jual kain / pakaian 2. Jual sepatu 3. Penjahit pakaian / taylor

3 Assesoris 1. Jual kaca mata 2. Jual jam 3. Jual kaca 4. Jual keramik dan sejenisnya 5. Jual barang antik 6. Jual mainan anak-anak 7. Jual mas dan perak 8. Jual souvenir

4 Kebutuhan rumah tangga / kantor

1. Jual perabotan kayu 2. Jual perabot aluminium 3. Jual beli barang bekas 4. Jual kelontong, rempah-rempah 5. Jual barang elektronik 6. Jual alat-alat olah raga 7. Jual alat-alat musik 8. Photo studio 9. Doby

5 Kesehatan 1. Depot obat 2. Apotik 3. Praktek dokter 4. Klinik 5. Rumah Sakit 6. Tukang Gigi 7. Jual alat-alat kesehatan 8. Fitness center

6 Telkom dan Publikasi 1. Wartel 2. Kios phon 3. Warnet 4. Jaringan Telekomunikasi 5. Pemancar TV 6. Pemancar radio 7. Jual alat-alat komunikasi/HP 8. Entertaintments 9. Periklanan

7 Rental 1. Alat-alat musik 2. Perlengkapan pesta

Page 176: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 41

No Klasifikasi Jenis Usaha

3. Komputer, VCD, play station, Video game 4. Mobil dan 5. Kendaraan bermotor

8 Pertambangan dan Energi 1. SPBU 2. Jual gas elpiji 3. Jual minyak Oli 4. Penimbunan Minyak dan sejenis

9 Dealer, distributor dan perbengkelan

1. Dealer mobil 2. Dealer kendaraan bermotor 3. Jual sepeda 4. Jual suku cadang kendaraan 5. Bengkel mobil 6. Bengkel kendaraan bermotor 7. Bengkel las dan cat 8. Bengkel sepeda 9. Doorsmer 10. Distributor

10 Rumah kecantikan 1. Salon wanita 2. Wisma pangkas pria 3. Jual alat-alat kecantikan

11 Makan dan minuman 1. Restoran 2. Catering 3. Rumah makan 4. Kedai kopi

12 Pertanian dan peternakan 1. Jual bunga/bibit tanaman 2. Jual pupuk/obat-obatan tanaman 3. Jual ikan hias/burung 4. Jual makanan ternak/ikan 5. Jual daging 6. Penangkapan udang 7. Hitchery/pembibitan Udang, ikan 8. Usaha burung walet

13 Biro/jasa umum 1. Jasa konstruksi, leveransiter, export - import 2. Percetakan, penerbitan 3. Jasa konsultasi 4. Konsultan hukum, pengacara, notaris 5. Jasa pengadaan tenaga kerja 6. Jasa pendidikan/kursus 7. Akuntan publik 8. Biro perjalanan 9. Biro pengurusan surat-surat dan cargo

Page 177: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 42

No Klasifikasi Jenis Usaha

10. Penukaran valas, pegadaian 11. Asuransi 12. Koperasi

14 Bidang kepariwisataan 1. Perhotelan berbintang 2. Hotel melati 3. Wisma/penginapan/losmen 4. Pengelolaan fasilitas wisata 5. Meseum 6. Kebun binatang 7. Bioskop 8. Tempat hiburan anak-anak 9. Rumah bilyard

15 Perbankan 1. Jasa perbankan

16 Market/Maal 1. Mall 2. Super market 3. Mini market

17 Gudang 1. Ruang penyimpanan 2. Pergudangan

18 Reperasi 1. Alat-alat elektronik 2. Alat-alat mekanikal 3. Alat-alat manual

19 Industri 1. Pembuatan sepatu/sol 2. Pembuatan tempe/tahu 3. Pengolahan air mineral 4. Bahan bangunan 5. Makanan/minuman 6. Obat-obatan 7. Panglong kayu/kayu olahan 8. Tekstil

20 Transportasi 1. Angkutan barang 2. Angkutan penumpang

44..11..1100 PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG

Pelaksanaan kegiatan pembangunan ditingkat pusat dan daerah baik yang

dilaksanakan pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat seharusnya

bersesuaian atau tidak bertentangan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan,

begitu diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan

Ruang. Didalam realita kehidupan sehari-hari sering didapati kenyataan terjadi

Page 178: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 43

pelanggaran kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dengan cara melanggar rencana

tata ruang yang telah ditetapkan sebagai produk hukum.

Pelanggaran terhadap rencana tata ruang dapat terjadi karena beberapa hal,

diantaranya dapat disebabkan karena faktor-faktor teknik, administrasi, politis dan

ekonomi terutama karena kuatnya tekanan pasar, disamping dapat juga karena proses

perencanaan tata ruangnya tidak memperhatikan kecenderungan kebutuhan

perkembangan faktor-faktor tersebut diatas terutama faktor ekonomi. Oleh karena itu

dibutuhkan sebuah model kelembagaan dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang

yang dapat mengakomodasikan rencana tata ruang disatu sisi dengan dinamika

kebutuhan pemanfaatan ruang disisi yang lain secara harmonis.

Tujuan utama pengendalian pemanfaatan ruang dengan demikian adalah untuk

menjamin pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kunci utama keberhasilan pengendalian

pemanfaatan ruang adalah kualitas rencana tata ruang yang telah ditetapkan, yaitu

rencana tata ruang yang disamping memenuhi norma dan kaidah penataan ruang juga

rencana tata ruang tersebut harus difahami dan di terima (accept) oleh masyarakat dan

semua anggota stakeholder lainnya, dengan demikian proses perencanan tata ruang

adalah awal dari keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang.

Disamping tersedianya rencana tata ruang yang memadai kualitasnya, faktor lain

yang dapat menunjang keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang adalah tersedianya

perangkat-perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari perangkat

kelembagaan, perangkat kebijakan dan perangkat aktifitas. Perangkat kelembagaan dapat

berupa prinsip-prinsip dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang tentunya akan

menjadi sistem nilai atau roh yang menggerakkan dan memberi inspirasi bagi praktek-

praktek pengendalian pemanfaatan ruang. Perangkat kelembagaan yang lain adalah

organisasi pengendalian pemanfaatan ruang lengkap dengan struktur organisasi dan job

description nya serta segala uraian tentang prosedur-prosedur yang berkaitan dengan

kegiatan teknis organisasi pengendalian pemanfaatan ruang.

Page 179: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 44

Perangkat kebijakan juga dapat memberi kontribusi pada upaya pengendalian

pemanfaatan ruang, yaitu yang dapat berupa insentif dan disinsentif. Dengan kebijakan

pemberian insentif dimaksudkan adalah untuk memberikan kemudahan serta fasilitas

lainnya agar masyarakat dan anggota stakeholder yang lain tertarik untuk melaksanakan

pembangunan sesuai rencana tata ruang yang telah ditetapkan karena mendapatkan

keuntungan dengan adanya kebijakan insentif tadi. Sebaliknya kebijakan disinsentif

dimaksudkan agar masyarakat dan anggota stakeholder lainnya yang mencoba untuk

“memaksa” melanggar rencana tata ruang akan mendapatkan kerugian, kesulitan

ataupun kemudaratan yang lain dalam pembangunan yang dilaksanakannya, dengan

demikian diharapkan kebijakan disinsentif ini akan dapat menekan kuantitas dan kualitas

PERENCANAAN TATA RUANG

PEMANFAATAN RUANG

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

KEBIJAKANKELEMBAGAAN AKTIVITAS

PRINSIP-PRINSIP

ORGANISASI

JOB DISKRIPSI

SIS DUR

INSENTIF

DISINSENTIF

PERIZINAN

PENGAWASAN

PENERTIBAN

CORRECTIVEACTION

REVISEDPLAN

KERANGKAPENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Page 180: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 45

kegiatan pembangunan dengan cara melanggar rencana tata ruang yang telah

ditetapkan.

Perangkat lainnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah aktifitas yang

lebih bersifat teknis, yaitu perangkat-perangkat perizinan, pengawasan dan penertiban.

Dengan perizinan diharapkan ada control terhadap rencana pembangunan yang akan

dilaksanakan oleh masyarakat karena mereka akan membangun sesuai ketentuan-

ketentuan yang sudah termaktub didalam klausula-klausula izin yang diberikan oleh

lembaga yang berwenang, sementara perizinan yang diberikan diharapkan untuk

menggunakan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai acuan atau rujukan,

dengan demikian diharapkan setiap aktifitas pembangunan yang berizin tidak melanggar

rencana tata ruang. Perangkat pengawasan merupakan aktifitas yang bersifat reguler,

dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh lembaga pengendalian pemanfaatan ruang.

Perangkat ini secara sistematis akan mendeteksi perubahan pemanfaatan ruang melalui

laporan baik dari instansi yang bersifat sektoral maupun instansi yang bersifat

kewilayahan. Selain melalui laporan, kegiatan pengawasan juga akan secara aktif

melakukan kegiatan pemantauan (monitoring) langsung dilapangan. Hasil-hasil data dan

informasi yang didapat baik melalui proses pelaporan ataupun proses pemantauan

langsung dilapangan digunakan untuk melakukan evaluasi terjadinya pelanggaran atau

penyimpangan terhadap pelaksanaan pembangunan yang terjadi dilapangan. Hasil

evaluasi ini akan berupa analisis terhadap penyebab pelanggaran, luasnya atau kuantitas

serta kualitas pelanggaran, serta coverage akibat pelanggaran tersebut terhadap rencana

tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga rekomendasi dari hasil evaluasi ini akan

dapat berupa rekomendasi penyempurnaan terhadap rencana tata ruang, serta upaya-

upaya penertiban pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Organisasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang sebagai bagian dari proses penataan ruang

selama ini lebih banyak didominasi oleh pemerintah. Pengendalian pemanfaatan ruang

secara makro di daerah dilaksanakan oleh Bapekab/Bapeko melalui proses pelaporan,

pemantauan dan evaluasi. Sementara proses pengendalian pemanfaatan ruang secara

lebih mikro dan teknis pada umumnya dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota terutama

melalui proses perizinan, pengawasan dan penertiban. Semua masukan proses

pengendalian pemanfaatan ruang selain melalui proses pemantauan langsung dilapangan,

pada umumnya diperoleh dari instansi kewilayahan seperti Kantor Kelurahan, Kantor Desa

Page 181: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 46

dan Kantor Kecamatan. Karena pusat-pusat kegiatan pengendalian berada pada lapisan

kedua atau ketiga dari struktur organisasi pemerintahan daerah, maka independensi

kegiatan pengendalian ini tentu sulit dilaksanakan untuk menghadapi tekanan politis oleh

kekuasaan diatasnya.

Keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya dalam penataan ruang

terutama pengendalian pemanfaatan ruang, dirasakan masih terlalu rendah kalau tidak

boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Kedepan perlu dipertimbangkan untuk

mengembangkan sebuah model organisasi pengendalian pemanfaatan ruang yang

menghadirkan keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya secara lebih

intensif untuk mengakomodasi sikap, pikiran dan pendapat mereka, sehingga proses

pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan sebagai bagian dari upaya mencapai kesejahteraan masyarakat.

44..22 IINNDDIIKKAASSII PPRROOGGRRAAMM

Indikasi program ini adalah penjabaran dari rencana tata ruang yang telah

dirumuskan pada bab sebelumnya. Program-program ini disusun untuk jangka waktu 10

tahun, yiatu tahun 2007 – 2016. Dalam pelaksanaannya program-program tersebut

dijabarkan ke dalam dua tahap, yiatu tahap I untuk jangka waktu lima tahun pertama

(2007 – 2011) dan tahap II untuk jangka waktu lima tahun ke dua (2012 – 2016), dimana

pentahapannya program didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda Aceh.

Adapun substansi program yang didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda

Aceh adalah:

Indikasi program tahap I meliputi:

o rehabilitasi dan pengendalian pembangunan di Utara Banda Aceh

o revitalisasi dan pengembangan terbatas pada pusat kota lama

Indikasi program tahap II meliputi pengembangan kota ke bagian selatan Banda Aceh

Selanjutnya, program-program yang telah dirumuskan dikelompokkan ke dalam

berbagai bidang pembangunan, sehingga nantinya akan memudahkan dalam

pengimplementasiannya oleh dinas atau badan terkait. Karena masih merupakan indikasi,

maka program-proram ini masih bersifat makro dan perlu dijabarkan lagi ke dalam

kegiatan-kegiatan yang lebih detail lagi untuk implementasinya. Adapun rumusan indikasi

program pengembangan Kota Banda Aceh tahun 2007- 2017 dijelaskan pada Tabel 4.1

berikut ini.

Page 182: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 47

TABEL 4.3 INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2007 – 2016

No. Indikasi Program Jangka Waktu Lembaga

Pelaksana 2007 - 2011

2012 - 2016

A. Bidang Hukum dan Kelembagaan:

1. Penyusunan Qonun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh 2007 – 2017

Bidang Hukum Pemerintah Kota Banda Aceh

Bappeko

2. Penyusunan Regulasi zoning Kota Banda Aceh

3. Peningkatan kuantitas dan kualitas staf pemerintah di bidang penataan ruang

B. Bidang Lingkungan Hidup:

1. Rehabilitasi kawasan pesisir Bappeko Dinas

Lingkungan Hidup

2. Pengembangan kawasan hutan bakau

3. Pengembangan hutan kota

4. Pengembangan kegiatan wisata terbatas di kawasan konservasi

C. Bidang Tata Ruang dan Perumahan Permukiman:

1. Rehabilitasi permukiman di daerah yang dilanda tsunami

Bappeko Dinas PU Dinas Tata Kota Dinas

Permukiman

2. Rehabilitasi dan pengendalian pengembangan pusat kota lama

3. Pengembangan pusat permukiman baru di bagian selatan kota

4. Mengkoordinasi pengembangan Kota

Banda Aceh dengan Kabupaten Aceh Besar

Bappeko Bappeda Kab

Aceh Besar d. Bidang Transportasi

1. Pembangunan jalan Lingkar Utara

• Bappeko • Dinas Prasarana jalan

dan Sumber Daya Air • Dinas PU

2. Pengembangan jalan lingkar luar sisi Selatan

3. Pengembangan Jalan Poros Barat-Timur

4. Pengembangan escape dan relief road

5. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A

6. Rehabilitasi dan Pengembangan terminal-terminal lama

7. Rehabilitasi dan pengembangan pelabuhan • Dinas Perhubungan

• Administrator pelabuhan

e. Bidang Prasarana Kota

1. Rehabilitasi seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih

• PDAM Tirta Daroy • Dinas Prasarana jalan

dan Sumber Daya Air 2. Peningkatan pelayanan air bersih

Page 183: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016

Laporan Akhir IV - 48

No. Indikasi Program Jangka Waktu Lembaga

Pelaksana 2007 - 2011

2012 - 2016

3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum

4. Peningkatan pelayanan Instalasi Pengolahan Air Lambaro

5. Rehabilitasi dan pemeliharaan TPA

(Tempat Pembuangan Akhir) Sampah lama

Bappeko Dinas PU Dinas Kebersihan

6 Pengembangan TPA Baru

7. Rehabilitasi jaringan drainase yang telah ada

• Bapeko (Badan Perencanaan Kota

• Dinas Prasarana jalan dan Sumber Daya Air

• Dinas PU

8. Pengembangan sistem drainase baru

9. Pengembangan Flood Canal di bagian selatan kota

10. Optimalisasi dan Normalisasi sungai

11. Membangun retarding basin dan retarding pond

12. Rehabilitasi dan peningkatkan pelayanan Listrik

PLN Kota Banda Aceh

13. Rehabilitas dan Peningkatkan pelayanan telekomunikasi

PT. TELKOM

f. Bidang Fasilitas Kota

1. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas pendidikan

• Bapeko • Dinas Pendidikan • Dinas Kesehatan • Dinas Sosial

2. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan

3. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas peribadatan

Page 184: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN ZONING REGULATION 1. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Barat

TABEL :1.1 UNIT ZONING REGULATION :P.1 (PESISIR BANDA ACEH BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

- Ruang Hijau - Perikanan

Tangkap

RH dan IT

Hutan Mangrove (Hutan Lindung)

100%

Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.

- -

Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.

- -

TABEL :1.2

UNIT ZONING REGULATION : A.1 (KAWASAN KONSERVASI MEURAXA BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Ruang Terbuka

RT Konservasi: - Zona hijau/pond - Wisata

40%

Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari sepanjang Jl. Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara, berupa pond dan taman sebagai daerah resapan air di sekitarnya, sehingga juga berfungsi sebagai pariwisata.

0% -

Perumahan Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah, kategori rumah sederhana dan sangat sederhana

30%

Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan bagian barat Jl. Lok Nga (pertemuan dengan Jl. Tgk. Abd. Rahman Meunasah Meucab), kelurahan Lamjene. 30 – 40% 0,6-0,8

Page 185: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

Pertambakan IB Zona tambak 20% Di daerah muara Krueng Nieng berbatasan dengan kawasan Zona hijau, berupa kawasan tambak budidaya. 0% -

TABEL :1.3 UNIT ZONING REGULATION : A.2 (KAWASAN PELABUHAN ULEE LHEUE) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pelabuhan PL Pelabuhan Penyeberangan Barang dan Penumpang serta fasilitas penunjangnya

100% Di kelurahan Ulee Lheue.: - Pelabuhan Ferry

10%

0,2

- Pelabuhan Samudera 20% 0,8

- Pergudangan 30% 0,3

Tsunami Heritage dan Wisata

TH - Landmark/Monumen Tsunami - Kawasan Wisata

10%

Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari sepanjang jalan Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara, berupa Landmark/Monumen Tsunami. 10% 0,2

TABEL :1.4 UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Ruang Terbuka

RT Konservasi dan Pariwisata - Zona hijau/Pond - Wisata

20%

Merupakan barier/pembatas antara zona tambak dan permukiman terbatas, berada di antara jalan Rama setia dan Jl. Iskandar Muda 0%

-

Perikanan Budidaya

IB Zona Perikanan Tambak 20% Di dataran yang tergenang antara Jl. Rama Setia dan Jl. Lingkar Utara serta dibatasi zona hijau di sebelah selatan. 0% -

Permukiman Terbatas

PT Permukiman dengan tingkat kepadatan rendah

20%

Di sepanjang sisi Timur Jl. Iskandar Muda dan di sepanjang Jalan Rama Setia 30 – 40% 0,6-0,8

Page 186: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :1.4 UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Zona Perairan RT Konservasi - Hutan Mangrove - Pond

40%

Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong Pande dan Deah Teungoh 0% -

Page 187: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :1.5 UNIT ZONING REGULATION : A.4 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JAYA BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien di sekitar pertemuan dengan Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dan Jl. Soekarno Hatta di sebelah Barat

30 – 50% 0,8 – 2,4

Perkantoran Pemerintahan

5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng Nieng di sebelah Timur. 35 – 40% 0,8 – 1,4

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

10% Di sepanjang Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab: Di sepanjang sisi Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno - Hatta 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang.

- Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

70 % Di sisi Barat Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab hingga Sungai Krueng Nieng dengan tingkat kepadatan sedang, di Kawasan antara jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Nieng dan Krueng Daroy dengan lebar 10 – 50 m 0% -

Pelayanan Kota PK - Sarana Pendidikan - Fasilitas Peribadatan

5% Di antara Jl. Cut Nyak Dhien dan Jl. Nasruddin Daud, Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 30 – 40% 1,2 -0,8

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan 15% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 60% 1,8

Page 188: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :1.6 UNIT ZONING REGULATION : A.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS JAYA BARU TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran Swasta 2% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng Nieng di sisi Barat dan Jl. Jendral Sudirman di sisi Timur. 30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan

5% Berada di sepanjang jalan Teuku Umar yang dibatasi anatara Jl. Jenderal Sudirman dan sungai Krueng Doy. Dan juga berada di sepanjang Jl. Iskandar Muda sisi timur yang dibatasi antara jalan lingkar utara dan sungai krueng Doy

60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Fasum dan Fasos

5% Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H. Abu Bakar, serta pada Jl Surien yang berbatasan dengan Jl. Iskandar Muda.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah 10 %

Pada daerah Punge Ujong yang berada diantara jalan lingkar utara dan Jl. Iskandar Muda, dibatasi Jl. Pendidikan pada sisi selatan. 30 – 40% 0,6-0,8

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang 60%

Dibatasi sungai Krueng Nieng pada sisi Barat, Jl. Teuku Umar pasa sisi selatan, Sungai Krueng Doy dan Jl. Iskandar Muda di sisi Timur serta jalan lingkar utara pada sisi Utara.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Tsunami Heritage dan Wisata

TH - Landmark - Wisata bersejarah

3% Berupa Monument PLTD Apung, yang diarahkan untuk kegiatan wisata bersejarah. 10% 0,2

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy dengan lebar 10 – 50 m. 0% -

Pelayanan Kota PK Sarana Pelayanan Kota Transportasi

5%

Berupa terminal kelas B yang melayani antar kota dalam propinsi. Berada di Jl Teuku Umar. 10% 0,2

Sarana Pendidikan Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H. Abu Bakar 30 – 40% 1,2 -0,8

Page 189: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 1.7 UNIT ZONING REGULATION : A.6 (KAWASAN PERMUKIMAN MEURAXA TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan

10% Di sepanjang Jl. Iskandar Muda bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara dan di Jl. Habib Abdurrahman yang berada di sisi Barat Krueng Doy.

60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

5% Berada di sepanjang Jl.Habib Abdurrahman dibatasi oleh jalan lingkar utara dan sungai krueng Doy 30 – 60% 0,3 – 2,4

PermukimanTerbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah

20 % Pada wilayah Lampaseh Aceh yaitu di sisi selatan jalan lingkar Utara dan diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman. 30 – 40% 0,6-0,8

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang

50% Pada wilayah Punge Jurong yang dibatasi sungai Krueng Doy pada sisi selatan dab berada diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Ruang Terbuka

RT Konservasi: - Zona hijau/pond - Wisata

5%

Di sebelah utara berbatasan dengan jalur lingkar utara

0% -

Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan Hutan Kota yang merupakan buffer antara kawasan permukiman dan tambak yang berada di Deah Baro

0% -

Page 190: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

2. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Utara

TABEL : 2.1 UNIT ZONING REGULATION : P.2 (PESISIR BANDA ACEH UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

- Ruang Hijau - Perikanan

Tangkap

RH dan IT

Hutan Mangrove (Hutan Lindung)

100%

Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.

- -

Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.

- -

TABEL :2.2 UNIT ZONING REGULATION : B.1 (TPA DAN IPLT GAMPONG JAWA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pelayanan Kota

PK - TPA 10% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 5% 0,05 - IPLT 30% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 60% 0,6

Zona Perairan RT Konservasi - Hutan Mangrove - Pond

60%

Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong Pande dan Deah Teungoh 0% -

Page 191: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.3 UNIT ZONING REGULATION : B.2 (KAWASAN PERIKANAN LAMPULO) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perikanan Tangkap/samudera

IT dan IB

- Fasilitas Perikanan

20% Industri Pengolahan hasil Perikanan yang berbatasan dengan zona perairan selat Malaka. 50% 1,0

- Zona Perikanan Samudera 40% Di kawasan yang terletak di sekitar Jalur Lingkar Utara, Krueng Aceh, dan Jl. Syiah Kuala ke arah Utara hingga bertemu dengan kawasan fasilitas perikanan

50% 1,0

- Pelabuhan Ikan 5% Pelabuhan Ikan juga berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan di sisi Timur Sungai Krueng Aceh di kelurahan Lampulo 50% 1,0

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Fasum dan Fasos

3% Di sepanjang sisi Barat Jl. Syiah Kuala. Dan sepanjang sisi Timur Krueng Aceh pada Jl. Sisingamangaraja yang dibatasi Tempat Pelelangan ikan di sisi Utara dan Jl.Kenari Lampulo.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman Terbatas

PT Perumahan Nelayan 30% Perumahan Nelayan dikembangkan pada kawasan yang terletak antara Jl. Kenari Lampulo dan Jl. Bampulo SP. Gano 30 – 40% 0,6-0,8

Zona wisata TH - Wisata bersejarah 2% Pada kawasan Lamdingin, berupa kawasan peringatan Tsunami (kapal di atas rumah) 10% 0,2

Page 192: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.4 UNIT ZONING REGULATION : B.3 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KUTARAJA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Ruang Terbuka RT Konservasi - Zona hijuau - Pond - wisata

30 % Dibatasi Jalur Lingkar Utara pada sisi Utara dan Jl Pintu Air sampai dengan Jl. KR.Gedong pada sisi Selatan. Dan pada sisi timur dibatasi Krueng Aceh. 0% -

Sempadan sungai (Konservasi) 10 % Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.

0% -

Zona Wisata 5 % Berbatasan dengan Zona hijau terletak di Jl. KR. Gedong 10% 0,2 Perikanan IB/

IT Cold Storage 2% Berada di sisi Barat Krueng Aceh berbatasan langsung dengan Zona

hijau di sisi utara. 50% 1,0

Perdagangan Jasa PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial

10% Di sepanjang Jl. Habib Abdurrahman dibatasi Krueng Doy di sisi Barat dan Jl. Prof A Madjid Ibrahim I. Dan di sepanjang Jl. Persatuan yang dibatasi Jl. Prof A Madjid Ibrahim II di sisi Selatan dan Jl Perdamaian di sisi Utara

60% 1,8

Mix Use

MU --- Perdagangan-jasa --- Pelayanan Umum --- Perkantoran Swasta --- Fasum dan Fasos

5% Di sepanjang Jl. Jl. Prof A Madjid Ibrahim I, dibatasi Jl.Iskandar Muda pada sisi Selatan dan Jl. Perintis di sisi Utara 30 – 60% 0,3 – 2,4

Kawasan campuran komersial dan hunian

15% Dibatasi Jl.Habib Abdurrahman di sisi Selatan, Krueng Doy di sisi Barat, Jl. Tentara Pelajar di sisi Barat, dan Jl. Pintu Air sampai dengan Jl. T.Muda di sisi Utara.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.

20% Kawasan permukiman dengan kepadatan rendah tidak diarahkan di jalan-jalan ujtama, melainkan dikembangkan di jalan-jalan lingkungan dan di bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara di batasi buffer zone yang berupa taman kota sebagai daerah konservasi sekaligus mitigasi bencana.

30 – 40% 0,6-0,8

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat sepanjang Jl. Prof A Madjid Ibrahim I pada ruas yang berada di bagian Utara Jl. Perintis. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Page 193: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.5 UNIT ZONING REGULATION : B.4 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KAMPUNG MULIA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

10%

Di sepanjang Jl. Pocut Baren dibatasi Jl. Panglima Polim pada sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala pada sisi Timur. Di sepanjang Jl. TGK. Hasyim Banta Muda, sepanjang Jl. T.Blang, sepanjang Jl. Syiah Kuala yang dibatasi Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara. Serta sepanjang Jl. TGK Hasan Krueng Kalee yang berbatasan langsung dengan Krueng Aceh di sisi Barat sampai dengan Jl. Sisingamangaraja.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Kawasan Campuran hunian komersial

20% Pada kawasan hunian yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. TGK Hasan Krueng Kalee di sisi Barat, Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur, dan Jl. Pocut Baren di sisi Selatan.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial

5% Di sisi Selatan sepanjang Jl. Mayjend T Hamzah Bendahara, di kawasan antara Sungai Krueng Aceh dan Jl. Panglima Polim, di sepanjang Jl. Darma dan Jl. TH GLP Tengku Hasan Dek.

60% 1,8

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang. 30%

Pada kawasan Kampung Mulia yang dibatasi oleh Jl. Syiah Kuala di sisi Timur, Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Perumahan Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah 30%

Di kawasan yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Selatan, Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara, Jl. Syiah Kuala di sisi Timur dan Jl. Sisingamangaraja di sisi Barat.

30 – 40% 0,6-0,8

Pelayanan Kota

PK Fasilitas Pendidikan 2% Pada Jl. TGK Hasan Krueng Kalee berbatasan dengan zona perdagangan dan jasa. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 3%

Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m, sedangkan pariwisata air dilakukan di sepanjang aliran Sungai Krueng Aceh.

0% -

Page 194: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.6 UNIT ZONING REGULATION : B.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BANDAR BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pertambakan IB Zona tambak Pada wilayah di sebelah Utara jalan lingkar Utara yang dibatasi dengan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat, Krueng Titi Panyang di sisi Timur dan sisi Utara.

0% -

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sepanjang Jl. Mohammad Daud Beureuh. 30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial

3% Di sekitar pertemuan antara Jl. Syiah Kuala dan Jl. Mohammad Daud Beureuh. 60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

7% Di sisi Timur Jl. Syiah Kuala yang berada pada ruas Utara Jl. LR. Arwana 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah

10% Dibatasi Zona hijau di sisi Utara, Jl. Mujahidin di sisi Selatan dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat. 30 – 40% 0,6-0,8

Permukiman P Permukiman dengan Kepadatan sedang

305 Di wilayah yang dibatasi Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan, Jl Mujahidin-Jl. LR Taqwa di sisi Utara, dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat serta berbatasn dengan Taman hiburan di Kelurahan Bandar Baru di sisi Timur.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat Jl Kartika pada ruas yang berpotongan dengan JL. Mohammad Daud Beureuh di sisi Selatan. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Perikanan Budidaya

IB Kawasan Perikanan Tambak 20% Di sisi Selatan Jl. Lingkar Utara. 0% -

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang dengan lebar 10 – 50m 0% -

Zona hijau 7% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi dengan kawasan perikanan tambak. 0% -

Taman Hiburan 5% Di sisi Barat Sungai Krueng Titi Panyang yang berpotongan dengan Jl. Mohammad Daud Beureuh. 20% 0,2

Page 195: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.7 UNIT ZONING REGULATION : B.6 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BAITURRAHMAN BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan di selatan Jl. Teuku Umar 30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan

10% Di sepanjang Jalan Teuku Umar 60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

5% Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin Johansyah dibatasi Krueng Daroy di sisi Selatan 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

60 % Di kawasan segitiga antara Sungai Krueng Doy, Krueng Daroy, dan Jl. Iskandar Muda. Dan kawasan Sukaramai yang dibatasi oleh Krueng Doy di sisi Barat, dan Jl. Teuku Umar di sisi Timur. Permukiman juga terdapat di kawasan pertemuan Jl. Teuku Umar dan Jl. Sultan Alaidin Johansyah.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Doy dan Krueng Daroy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m. 0% -

Taman Kota dan 5% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Iskandar Muda 10% 0,2

wisata budaya 10% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Teuku Umar bagian Utara. 10% 0,2

Page 196: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.8 UNIT ZONING REGULATION : B.7 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BAITURRAHMAN) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum dan Pusat

Pemerintahan - Perkantoran Swasta 20%

Pada kawasan yang dibatasi Jl.TGK Abu Lamu di sisi Barat, Jl. Kandang di sisi Timur dan pertemuan antara Jl. Iskandar Muda dan Teuku Umar pada sisi Selatan. Serta pada kawasan yang dibatasi Jl. Cemara, Jl. TGK Syiah Muda Wali, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Prof. Madjid Ibrahim II. Dan juga terdapat di sepanjang Jl. Cut Mutia yang merupakan kantor polda NAD.

30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial 40%

Tersebar pada kawasan pusat kota Lama mengelilingi Masjid Baiturrahman. Kawasan ini dibatasi Jl. Prof. A.Madjid Ibrahim I di sisi Barat, Jl. Diponegoro di sisi Utara, Jl. Sultan Alaidin di sisi Timur dan Jl. Mohammad Jam di sisi Selatan. Selain itu juga terdapat pada kawasan Utara Jl. Diponegoro, dengan batas Utara Jl. WR.Supratman, Batas Barat Jl. Cut Mutia dan Batas Timur Jl. Tentara Pelajar.

60% 1,8

Pelayanan Kota PK - Fasilitas Sosial (Pusat Keagamaan dan Kebudayaan) 10%

Masjid Raya Baiturrahman, terletak di Jl. Mohammad Jam 30 – 60% 0,3 – 2,4

- Terminal Kota 5% Pada perempatan Jl. WR.Supratman dan Jl. Cut Mutia. 10% 0,2

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

5%

Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin yang dibatasi sampai dengan pertemuan Jl. Mohammad Jam dan Jl. Tengku Cik Ditiro. 30 – 60% 0,3 – 2,4

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Aceh dengan lebar 10 – 50 m 0% - Taman Kota

10%

Di kawasan antara Jl. Tgk Abu Lamu dan Jl. Tgk Abdullah Luong Rimba, dan di antara Jl. Prof A Madjid Ibrahim dan Jl. Iskandar Muda, serta di sisi utara Masjid Raya Baiturrahman di sepanjang Jl. Tgk Cik Pantekulu

0% -

Wisata Budaya 5% Di sepanjang Jalan Sultan Alaidin yang berhadapan dengan Kantor Walikota dan dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan. 10% 0,2

Page 197: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.9 UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan sampai dengan Jl. Belibis. Di sepanjang Jl. Suleman Daud yang dibatasi Jl. Sentosa di sisi Barat dan Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur. Pada Bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi Selatan yang dibatasi dari Jl. Perkasa Alam di sisi Timur sampai pertemuan dengan Jl. Panglima Polim di sisi Barat. Juga di Jl. Sri sepanjang Ratu Safiatuddin yang berbatasan dengan Krueng Aceh di sisi Selatan.

30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial

5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur dan Krueng Daroy di sisi Barat. Pada bagian Utara Krueng Aceh: berada di kawasan Peunayong yang dibatasi Krueng Aceh di sisi Barat dan sepanjang Jl. Panglima Polim di sisi Timur, dan Jl. TGK.Muhammad Dausyah di sisi Utara. Dan di wilayah yang dibatasi Jl. H. Dirmutala di sisi selatan dan Jl. Mayjen T. Hamzah Bendahara di sisi Utara.

60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

25% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Utara, yang dibatasi Krueng Daroy di sebelah Barat, dan Krueng Lueng Paga pada sisi Timur. Dan di sepanjang Jl. Taman Makam Pahlawan, yang berada di sisi Utara dan Selatan taman Makam Pahlawan. Pada bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi Utara yang dibatasi Jl. Panglima Polim di sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala di sisi Timur. Di sepanjang Jl. Syiah Kuala dari Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan dan Jl. Pocut Baren di sisi Utara. Sepanjang Jl. Pocut Baren dan sepanjang Jl.Darma sampai pertemuan dengan Jl. Pocut Baren.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Page 198: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.9 UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

- Kawasan campuran hunian komersial

Pada sisi Selatan Krueng Aceh: dibatasi Jl. Elang pada sisi selatan dan zona perdagangan dan jasa di Jl. Tengku Cik Ditiro pada sisi Utara. Pada sisi timur dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan. Di sisi Barat dibatasi Krueng Daroy sampai pertemuan Jl. Jl. Nyak Adam Kamil V. Pada sisi Utara Krueng Aceh; kawasan ini berada pada kawasan yang dibatasi Jl. Syiah Kuala, Pocut Baren, Jl. Mohammad Daud Beureueh dan Zona perdagangan dan Jasa di Jl. Panglima Polim.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang

40% Pada sisi Selatan Krueng Aceh: berada di wilayah Ateuk Pahlawan yang dibatasi Krueng Lueng Paga di sisi Barat dan Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur, di sisi Utara dibatasi zona perkantoran di Jl. Tengku Cik Ditiro, dan di sisi Selatan dibatasi Jl. Elang. Pada sisi Utara Krueng Aceh: di sepanjang Krueng Aceh sebelah Utara yang dibatasi Jl. TH.GLP.Payong Tengku Hasan Dek di sisi Timur dan Zona pendidikan pada sisi Barat.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Pelayanan Kota

PK Fasilitas pendidikan 5% Dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan dan Jl. Mayjen T Hamzah Bendahara. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 20% Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.

0% -

Page 199: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :2.10 UNIT ZONING REGULATION : B.9 (KAWASAN PENGEMBANGAN NEUSU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pelayanan Kota

PK - Fasilitas Umum - Fasilitas Sosial

5% Dikembangkan di sekitar kawasan permukiman. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan 5% Berada di sepanjang Jl. Hasan Saleh yang dibatasi Jl. Nyak Adam Kamil II, sampai Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan sepanjang Jl. Sultan Alaidin Johan Syah.

60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum dan

Perkantoran Swasta - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

10% Di sekitar pertemuan antara Jl. Nyak Adam Kamil II dan Jl. Taman Makam Pahlawan dan di sisi Barat Jl. Sultan Malikul Saleh. Serta di sepanjang Jl. TGK Dilhong II.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

70 % Dibatasi Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan Krueng Daroy di sisi Barat dan sisi Utara. Dan dibatasi Krueng Lueng Paga pada sisi timur serta Jl. TGK Dilhong II pada sisi Selatan.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan umum - Perkantoran swasta

5% Di sepanjang Jl. Nyak Adam Kamil II sampai dengan pertemuan dengan Jl. Hasan Saleh pada sebelah Barat dan berbatasan dengan zona mix-use pada sebelah Timur.

30 – 50% 1 – 2,4

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Daroy, Krueng Lueng Paga dan Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -

Page 200: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 2.11 UNIT ZONING REGULATION : B.10 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam: - Pelayanan umum dan Pemerintahan 35 – 40% 0,8 – 1,4

- Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4 Perdagangan dan jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial

10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8

Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :

Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Institusi dan Transportasi

- Industri

10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung

20 – 60% 0,7 – 1,2

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -

Page 201: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

3. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Selatan TABEL : 3.1 UNIT ZONING REGULATION : C.1 (KAWASAN PERMUKIMAN BANDA RAYA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pelayanan Kota

PK Fasilitas Pendidikan 5% Diarahkan dikembangkan di sekitar kawasan permukiman. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan 5% Di sekitar perempatan Jl. Sultan Malikul Saleh, Jl. Residen Danubroto, Jl. Hasan Saleh dan Jl. Sultan Aladin Johan Syah, serta di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dhien.

60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

10% Di sepanjang Jl. Soekarno Hatta, Jl. Sultan Malikul Saleh, dan Jl. Sultan Aladin Johan Syah 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

70 % Di sisi Utara Jl Wedana hingga sungai Krueng Daroy dan Krueng Doy.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Daroy dan Krueng Doy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -

Page 202: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :3.2 UNIT ZONING REGULATION : C.2 (KAWASAN PERMUKIMAN LUENG BATA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LUENG BATA ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan 10% Di sepanjang Jl. Tgk Mum Lueng Bata 60% 1,8

Mix Use

MU

- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

20% Di sisi Utara Jl. Amd Manunggal XLI, sepanjang jalur Poros Utara – Selatan, Jl. Angsa, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

50 % Dikembangkan di sepanjang Jalur Poros Utara – Selatan.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan umum - Perkantoran swasta

5% Di sepanjang Jl. Lueng Bata – Lhamdom 30 – 50% 1 – 2,4

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. 0% -

Page 203: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL :3.3 UNIT ZONING REGULATION : C.3 (KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN KOTA BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMDOM ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Mix Use

MU

- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

20% Pada Jl. Poros Utara – Selatan, yaitu di sepanjang Koridor yang menghubungkan antara Lamdhom dan Lampeuneurut, sepanjang Jl. AMD Manunggal Ali, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah. 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

20 % Dibatasi oleh sebelah barat dibatasi sungai Krueng Lueng Paga, sebelah Utara dibatasi Jl. AMD Manunggal Ali dan di sisi Selatan dibatasi oleh batas administratif Kota Banda Aceh.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Pertanian T Pertanian 40% Kawasan pertanian di kembangakan di daerah Selatan, yaitu di luar Administratif Kota Banda Aceh.

0% -

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. 0% -

Stadion Olahraga 15% Di kawasan antara Jl. Tgk Dilhong II dan sungai Krueng Lueng Paga 10% 0,2

Page 204: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 3.4 UNIT ZONING REGULATION : C.4 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BANDA ACEH BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KEUTAPANG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dien 30 – 50% 1 – 2,4

Perdagangan Jasa

PJ Pertokoan 15% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 60% 1,8

Mix Use

MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

20% Di sepanjang sisi Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno – Hatta.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman

P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

40 % Di kawasan antara Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.

40 – 50% 0,8 – 1,0

Pelayanan Kota

PK Fasilitas Peribadatan

5% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 40% 0,8

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Daroy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -

Page 205: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

4. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Timur TABEL : 4.1 UNIT ZONING REGULATION : P.3 (PESISIR BANDA ACEH TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

- Ruang Hijau - Perikanan

Tangkap

RH dan IT

Hutan Mangrove (Hutan Lindung)

100%

Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.

- -

Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera

Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.

- -

Page 206: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.2 UNIT ZONING REGULATION : D.1 (KAWASAN KONSERVASI ALUE NAGA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Permukiman Terbatas

PT Perumahan khusus Nelayan dengan tingkat kepadatan rendah, kategori rumah sederhana dan sangat sederhana

10% Di sekitar Alue Naga dan sisi Timur Banjir Kanal.

30 – 40% 0,6-0,8

Perikanan Budidaya

IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sisi Utara Jalan Lingkar Utara. 0% -

Ruang Terbuka

RT - Hutan Mangrove (Konservasi) 50% Di sepanjang pesisir pantai Utara Kota Banda Aceh 0% - - Sempadan Sungai (greenbelt)

- ponds 10% Di sekitar muara Krueng Aceh dan Banjir Kanal, berupa kolam pancing

dan taman untuk daerah resapan

Page 207: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.3 UNIT ZONING REGULATION : D.2 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JEULINGKE) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Mix Use

MU

- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum dan Kantor

Pemerintahan - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos

10% Di sisi Utara sepanjang Jl. Tengku Nyak Arief .

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman Terbatas

PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah

20% Di kelurahan Jeulingke, tepatnya di sisi Utara Jl. Tengku Nyak Arief . 30 – 40% 0,6-0,8

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang

30% Berbatasan dengan zona mix-use di sepanjang sisi Utara Jl. Tengku Nyak Arief. 20 – 60% 0,7 – 1,2

Perikanan Budidaya

IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sekitar Jl. Lingkar Utara.yang merupakan daerah genangan sekaligus DAS Krueng titi Panyang. 0% -

Ruang Terbuka

RT - Sempadan sungai (Konservasi)

- Sabuk hijau (greenbelt) - Taman Kota

10% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi dengan kawasan perikanan tambak serta di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -

Page 208: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.4 UNIT ZONING REGULATION : D.3 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam: - Pelayanan umum dan Pemerintahan 35 – 40% 0,8 – 1,4

- Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4 Perdagangan dan jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial

10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8

Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :

Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Institusi dan Transportasi

- Industri

10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung

20 – 60% 0,7 – 1,2

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan

5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Page 209: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.5 UNIT ZONING REGULATION : D.4 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Mix Use

MU

- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri

20% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Peutamerehom dan sepanjang Jl. P.Nyak Makam pada sisi timur, serta sepanjang Jl. TGK.Chik Dipineung sampai dengan pertemuan dengan Jl. Ulee Kareng Prada.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

70% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Pango Raya, Pango Deah, Ilie, dan Lamteh. Dibatasi oleh Jl. P Nyak Makam di sebelah Barat hingga Jl. Ulee Kareng Prada, serta Jl. Tgk Chik Dipineung di sebelah Utara dan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Selatan. 20 – 60% 0,7 – 1,2

Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta

5% Di sepanjang sisi Timur Jl. P.Nyak Makam. 35 – 40% 0,8 – 1,4

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan

5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam. 30 – 40% 0,8 – 1,2

Page 210: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.6 UNIT ZONING REGULATION : D.5 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG SELATAN) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Mix Use

MU

Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri

10% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Yusuf. Dan rencana jalan lingkar dalam terusan dari Jl. P. Nyak Makan ke arah selatan hingga berpotongan dengan Krueng Aceh. 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

70% Berada di kawasan yang berbatasan dengan Krueng Aceh di sisi Barat, sampai batas administrasi Banda Aceh di sisi Timur.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Perdagangan Jasa

PJ Perdagangan Ritel dan Grosir Jasa Pelayanan Hotel dan Restoran

5% Berada di Ujung Jl. Tengku Iskandar pada pertemuan dengan Jl. TH GLP Payong Tengku Hasan dek. 35 – 40% 0,8 – 1,4

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan

3% Berbatasan dengan Krueng Aceh pada sisi Selatan pada Jl. Padat Karya Pango.

30 – 40% 0,8 – 1,2

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. Serta daerah resapan air pada Meander (belokan Krueng Aceh) yang juga dapat dimanfaatkan sebagai hutan kota.

0% -

Zona Wisata 2% Berada pada wilayah Ilie, Ulee kareng 10% 0,2

Page 211: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.7 UNIT ZONING REGULATION : D.6 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN ULEE KARENG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Perdagangan Jasa

PJ - Perdagangan Ritel dan Grosir - Jasa Pelayanan - Hotel dan Restoran

40% Di sepanjang simpang tujuh yaitu di Jl. Tengku Iskandar, Jl. Ulee Kareng Prada, Jl. Lamgapang, Jl. Lamreung, dan Jalan Mesjid Toha. 30 – 60% 0,3 – 1,8

Mix Use

MU

- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri

5% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Nyak Makam. Dan sebagian Jl. Tengku Nyak Makam di sisi Selatan. 30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

55% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Ie Masen Ulee Kareng, Kelurahan Ceurih, dan sebagaian dari kelurahan Lam Geulumpang yang dibatasi Jl.Tengku Musa sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Barat dan dibatasi dengan Krueng Cut di Sebelat Utara, Timur dan Selatan.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Page 212: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

TABEL : 4.8 UNIT ZONING REGULATION : D.7 (KAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KOPELMA ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR

FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI

INTENSITAS PEMANFAATAN

RUANG KDB KLB

Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan Tinggi 40% Kampus Universitas Syiah Kuala. 30 – 40% 0,8 – 1,2 Perdagangan dan jasa

PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial

5% Di sepanjang Jl. Utama sampai dengan pertemuan dengan Jl. Kuto Inong Bale, dan sepanjang Jl. Kuto Inong Bale. 30 – 60% 0,3 – 1,8

Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :

Fasilitas Umum dan Fasilitas sosial, Institusi dan Transportasi

- Industri

5% Di sepanjang Jalan yang membatasi wilayah Kampus Universitas Syiah Kuala di bagian Utara.

30 – 60% 0,3 – 2,4

Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.

- Rumah susun

40% Di bagian Utara dan Barat Kampus Universitas Syiah Kuala.

20 – 60% 0,7 – 1,2

Ruang Terbuka

RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -

Page 213: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

LAMPIRAN 2 MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK

KAWASAN PERMUKIMAN PT : PERUMAHAN TERBATAS P : PERUMAHAN PK : PELAYANAN KOTA RT : RUANG TERBUKA PJ : PERDAGANGAN DAN JASA MU : MIX USE K : PERKANTORAN

IT : PERIKANAN TANGKAP IB : PERIKANAN BUDIDAYA T : PERTANIAN PL : PELABUHAN (KAWASAN KHUSUS) AG : AGROPOLITAN (KAWASAN KHUSUS) TH : TSUNAMI HERITAGE (KAWASAN KHUSUS)

KETERANGAN : I : Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan sesuai dengan haknya, yang berarti bahwa tidak akan ada pembatasan atau

peninjauan atau tindakan lain dari Pemerintah Kota sebagai persyaratan memperolah ijin penggunaan selain memproses IMB. B : Penggunaan memerlukan Ijin Penggunaan Bersyarat. Ijin Penggunaan bersyarat diperlukan untuk penggunaan yang memiliki

potensi dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya atau yang lebih luas. Oleh karena itu permohonan perlu dilengkapi AMDAL, RKL, RPL..

- : Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG

I PERUMAHAN

1 Akomodasi Hunian Bersama (rumah petak)

- B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan - Rasio MCK terhadap jumlah penghuni

2 Rumah Susun - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - 3 Rumah Tunggal B I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B - Rumah tunggal untuk Wilayah PT

(Permukiman Terbatas) adalah tipe

Page 214: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG rumah sedang, sederhana dan sangat sederhana

- Rumah tunggal untuk Wilayah AG (Agropolitan) adalah tipe rumah perdesaan

4 Rumah Dinas, Wisma Tamu - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - 5 Asrama Mahasiswa dan Pelajar - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Rasio KM/WC terhadap jumlah

penghuni. - Rasio tempat parkir terhadap jumlah

penghuni. 6 Tempat kos, sebagai

penggunaan pelengkap - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai

penggunaan utama (maks. 20%, dan tidak lebih dari 120 m2).

7 Rumah kos yang berdiri sendiri - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi MCK terhadap jumlah penghuni - Rasio tempat parkir terhadap jumlah

penghuni. - Ketertiban dan keamanan lingkungan

8 Rumah Usaha, sebagai penggunaan pelengkap (praktek dokter individu, bidan, pengobatan alternatif, warung, persewaan, dll.)

B B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai penggunaan rumah tinggal (maks. 20% dari total luas lantai).

- Ketertiban dan keamanan lingkungan

II PERDAGANGAN RITEL/ECERAN 1 Departemen Store _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - 2 Toko -

Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan bongkar muat barang.

Alat Rumah Tangga/Furniture

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas parkir dan bongkar muat barang.

Hewan Peliharaan dan Perlengkapannya

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas penunjang. - Jaminan keamanan.

Pakaian dan Kelengkapannya (butik)

_ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai bangunan usaha

Page 215: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Peracangan _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus

untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

3 Pusat Perbelanjaan/Shopping Center/Mall

_ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat

muat barang. 4 Kios, Warung B B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus

untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

5 Pasar _ _ _ _ B B _ _ B _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan sarana pengelolaan

limbah. - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat

muat barang. 6 Restoran _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai

bangunan usaha. - Ketersediaan sarana pengelolaan

limbah. 8 PKL B B B _ B B B _ _ _ _ _ B - Batasan lokasi berjualan (di dalam

daerah sempadan bangunan) - Batasan jenis dagangan dan waktu

berjualan 9 Galeri _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan dengan kebutuhan

setempat - Ketersediaan fasilitas pendukung. - Ketersediaan tempat parkir dan bongkar

muat barang. - Dalam bentuk rumah usaha khusus

untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

10 Ruang Pamer dan Tempat Penjualan Kendaraan Bermotor Tertutup (dealer, showroom)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Boleh dilengkapi bengkel perawatan (bukan bengkel perbaikan).

- Tersedia tempat parkir dan bongkar muat barang. 11 Ruang Pamer dan Tempat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _

Page 216: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Penjualan Kendaraan Bermotor Terbuka

12 Ruang Pamer dan Tempat Penjualan Alat-alat Berat

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan bongkarmuat barang.

13 Tempat Penjualan Peralatan dan Pasokan Pertanian

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B

14 Tempat Penjualan Suku Cadang

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan setempat. - Tersedia tempat parkir dan bongkar

muat barang. 15 Tempat Penjualan Barang Bekas (besi, bekas bangunan)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _

III PERDAGANGAN BESAR/GROSIR

1 Pasar Grosir, Pasar Induk _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat

muat barang. 2 Pertokoan Grosir _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _

3 Tempat Pelelangan Ikan _ _ _ _ _ _ _ B B _ _ _ _

IV JASA KOMERSIAL

1 Trade Centre _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat

muat barang. 2 Lembaga Keuangan (bank,

asuransi, leasing, bursa saham, sekuritas, money changer)

_ _ _ _ B B B _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia lahan parkir (proporsi terhadap

total luas lantai bangunan). - Jaminan Keamanan.

3 Jasa Pelayanan Penginapan (hotel, losmen, penginapan, cottage, homestay)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia lahan parkir (proporsi terhadap

total luas lantai bangunan). - Privacy terjamin.

4 Jasa Hiburan dan Pertunjukkan (bioskop, drive-in, sandiwara)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia tempat parkir - Disesuaikan kebutuhan komunitas

setempat. 5 Jasa Reparasi dan Perawatan

(arloji, elektronika, sepeda) _ B _ _ I I _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus

untuk wilayah P (Permukiman). Lihat

Page 217: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG persyaratan rumah usaha.

6 Jasa Pengiriman/Ekspedisi _ _ _ I I _ _ _ _ _ _ _ -

7 Jasa Usaha Makanan dan Minuman (catering)

_ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas penggunaan utama.

- Dalam bentuk rumah usaha khusus untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

- Pengendalian pencemaran lingkungan (limbah padat dan cair)

8 Jasa Pemakaman dan Penitipan Jenazah

_ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas setempat.

- Jaminan Keamanan 9 Studio Radio dan Televisi _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.

- Tersedia tempat parki - Persetujuan komunitas setempat.

10 Jasa Personal (salon kecantikan, pangkas rambut, laundry, rias pengantin, penjahit, studio foto, wartel, warnet, rental komputer, persewaan video, persewaan majalah)

_ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan utama.

- Rasio tempat parkir terhadap luas penggunaan tempat usaha

- Dalam bentuk rumah usaha khusus untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

11 Jasa Pelayanan Bisnis (foto kopi, pengurusan surat-surat dan dokumen, biro perjalanan)

_ B _ _ B B B _ _ _ _ _ _

12 Perkantoran Bisnis dan Profesional (notaris, pengacara, akuntan, konsultan, kontraktor, kantor lembaga profesi)

_ _ _ _ I I I _ _ _ _ _ _ -

13 Taman Hiburan dan Teater Terbuka

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia tempat parkir - Disesuaikan kebutuhan komunitas

setempat.

Page 218: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG 14 Penitipan Hewan Peliharaan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas

setempat. - Jaminan keamanan.

15 Fasilitas Penitipan Anak _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan utama

- Daya tampung (kapasitas) - Kelengkapan fasilitas

16 Pameran di Ruang Terbuka (produk unggulan, bunga)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Bersifat temporer - Luas lahan memenuhi

17 Studio Ketrampilan (non fasilitas pendidikan)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Luas lahan memenuhi - Tersedia tempat parkir

18 Panti Pijat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir.

19 Klub Malam, Bar, Karaoke, Cafe

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir.

20 Fasilitas Rekreasi Privat dan Kebugaran (club house, fitness centre)

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas pendukung. - Tersedia tempat parkir.

21 Fasilitas Daur Ulang - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir. - Pengendalian pencemaran lingkungan

(limbah padat)

Pengumpul kecil/besar _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Pengolahan hasil daur ulang

_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Pengkomposan dari bahan-bahan hijau dan organik

_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Tempat pengumpulan puing-puing bangunan

_ B _ _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Pengolahan buangan komersial dan pabrik

_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

22 Klinik dan Rumah Sakit hewan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan. - Keamanan warga sekitar - Pencemaran lingkungan

23 Tempat Persewaan Kendaraan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan.

Page 219: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG - Tersedia tempat parkir

24 Bengkel Mobil _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan kebisingan

25 Bengkel Sepeda Motor _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan kebisingan

- Dalam bentuk rumah usaha khusus untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

26 SPBU _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan. - Persetujuan komunitas setempat - Keamanan terhadap kebakaran dan

bahaya ledakan - Sirkulasi kendaraan dalam tapak tidak

mengganggu lalu-lintas sekitar. V PERKANTORAN

1 Perkantoran Pemerintah (eksekutif,legislatif, yudikatif)

_ B B _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian jenis kantor dengan karakter zona setempat.

- Batasan minimum luas lahan - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai.

2 Perkantoran Organisasi Sosial-Politik-Kemasyarakatan, Kantor Yayasan, LSM

_ B _ _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Khusus untuk wilayah P (Permukiman) harus memperhatikan proporsi terhadap luas penggunaan rumah tinggal (maks. 20%)

- Keamanan dan ketertiban lingkungan. - Persetujuan komunitas setempat.

3 Kantor Perwakilan Negara Asing

_ _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ - Keamanan dan ketertiban lingkungan. - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia fasilitas yang memadai.

VI PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA

1 Sarana Pendidikan

Taman Kanak-kanak dan Playgroup

_ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai - Ketertiban dan keamanan lokasi SD sampai SMU dan MI _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Page 220: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG sampai MA

Sekolah Tinggi/Universitas _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Sekolah Kejuruan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Pendidikan Kedinasan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Tempat Kursus (bahasa, kecantikan, musik, tari, desain, akuntansi, komputer, mengetik, menjahit, memasak, mengemudi, montir)

_ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan rumah tinggal maks. 20% bila di wilayah permukiman (P)

- Rasio tempat parkir terhadap luas penggunaan tempat usaha

- Persetujuan tetangga sekitar. Sekolah Luar Biasa _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung.

- Ketertiban dan keamanan lokasi Pondok Pesantren _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling

- Kelengkapan fasilitas pendukung - Persetujuan komunitas setempat

2 Sarana Kesehatan

Rumah Sakit _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling. - Ketersediaan fasilitas pengelolaan

limbah - Rasio tempat parkir terhadap luas

penggunaan utama. Fasilitas Kesehatan

Lingkungan (Puskesmas, BKIA, Poliklinik, Klinik)

_ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas pengelolaan limbah

- Tidak menimbulkan konflik pemanfaatan kegiatan.

Tempat Praktek Medis Rawat Luar (tempat praktek bersama)

_ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas penggunaan tempat usaha.

- Persetujuan tetangga sekitar. - Ketertiban dan keamanan lingkungan.

Apotik _ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas lantai penggunaan utama (maks. 20% dari total luas lantai).

- Rasio tempat parkir terhadap luas

Page 221: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG pengunaan tempat usaha.

- Ketersediaan fasilitas pengelolaan limbah.

Laboratorium Diagnostik _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas pengelolaan limbah.

3 Sarana Peribadatan _ I I _ _ I _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung - Persetujuan komunitas sekitar.

4 Sarana Sosial - Batasan minimal luas kapling - Kelengkapan fasilitas pendukung - Persetujuan komunitas sekitar - Ketertiban dan keamanan lingkungan

Panti Wredha _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Panti Asuhan _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Panti Perawatan Narkoba _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

Pondok Sosial _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _

5 Balai Pertemuan Warga _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan pengguna (hanya untuk komunitas setempat)

6 Museum _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan lahan - Kelengkapan fasilitas pendukung - Ketersediaan tempat parkir

7 Sarana Keamanan dan Keselamatan

- Ketersediaan lahan - Kelengkapan fasilitas pendukung - Ketersediaan tempat parkir Kantor Polisi, Koramil _ _ I _ _ B I _ _ _ _ _ _

Pos Pemadam Kebakaran _ _ I _ B B I _ _ _ _ _ _

Pos Keamanan Lingkungan

_ B I _ _ B I _ _ _ _ _ _

Lembaga Pemasyarakatan

_ _ I _ B B _ _ _ _ _ _ _

8 Sarana Olah Raga dan Pertemuan

- Ketersediaan lahan - Kelengkapan fasilitas pendukung - Ketersediaan tempat parkir

Stadion dan Sarana Olah raga Tertutup

_ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _

Gedung Pertemuan, Convention Hall

_ _ I _ B B _ _ _ _ _ _ _

Page 222: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG VII PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA/ INSTITUSI

1 Antena Komunikasi - Keamanan terhadap bangunan dan lingkungan sekitar Fasilitas Telekomunikasi

Minor _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _

Fasilitas Telekomunikasi Major

_ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _

Antena Satelit _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _

2 Fasilitas Gardu induk listrik _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Keamanan terhadap bangunan dan lingkungan sekitar

5 Krematorium _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas setempat.

- Jaminan keamanan. 6 Transmisi Induk, Relay,

Distribusi Komunikasi (Stasiun Telepon Otomat)

_ B B _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang - Keamanan terhadap bangunan dan

lingkungan sekitar - Disesuaikan kebutuhan komunitas

setempat.

7 Instalasi Pengolahan dan Penyimpanan Air Bersih (penjernihan air, tandon air, menara air)

_ B B _ _ B _ _ _ _ _ _ _

8 Instalasi Pengolahan Air Limbah/Limbah Tinja

_ _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat (perumahan : TPS dan depo sampah)

- Persetujuan komunitas setempat. - Pengendalian pencemaran lingkungan

sekitar

9 Instalasi dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS dan depo sampah) TPS, incerinator)

_ B B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

10 Tempat Pembuangan Sampah Akhir

_ _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

VII SARANA PELAYANAN KOTA TRANSPORTASI

1 Terminal Kargo _ _ B _ _ B _ _ _ _ _ I _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas setempat.

- Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang

2 Terminal Penumpang, Shelter, Halte

_ B B _ B B B _ _ _ _ I _

Page 223: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG 3 Stasiun Kereta Api

5 Pelabuhan Laut, Terminal Peti kemas

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _

6 Pelabuhan Penyeberangan _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _

7 Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

VIII INDUSTRI

1 Industri kecil/rumah tangga _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Industri Non Polutan - Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang - Keamanan terhadap bangunan dan

lingkungan sekitar - Persetujuan komunitas setempat - Pengendalian pencemaran lingkungan

sekitar

2 Industri Percetakan dan Surat Kabar

_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _

3 Industri Perikanan (Pengolahan ikan, pengalengan, dll)

_ _ _ _ _ _ _ B B _ _ _ _

4 Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B

IX PERGUDANGAN

1 Gudang Tertutup/Terbuka _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas setempat

- Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang

2 Fasilitas Pindahan dan Penitipan Barang (Moving and Storage)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B _

3 Gudang Terbuka Sementara di Luar Lokasi Pembangunan Proyek

B B B _ B B B _ _ _ _ B B - Batasan waktu (hanya diijinkan selama pembangunan proyek)

X RUANG TERBUKA HIJAU

1 Hijau Lindung _

Hutan Kota I I I I I I I I I I I I I

Hutan Bakau I I I I I I I I I I I I I

2 Hijau Binaan

Taman Kota I I I I I I I _ _ I I I I _

Rekreasi Kota (Kebun _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan luas lahan minimum

Page 224: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Binatang, Taman Ria, Taman Remaja)

- Disesuaikan kebutuhan setempat - Persetujuan komunitas setempat Pemakaman I I I B B B _ _ _ _ _ _ B

Bumi Perkemahan _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ B

Sabuk Hijau I I I I I I I I I I I I I _

3 Hijau Tata Air _

Tepi Sungai dan Saluran (sempadan sungai)

I I I I I I I I I I I I I

1. Tepi Waduk (sempadan waduk)

I I I I I I I I I I I I I

2. Tepi Laut (sempadan pantai)

I I I I I I I I I I I I I

4 Hijau Utilitas

▪ Jalur Hijau SUTT B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas SUTT

▪ Jalur Hijau Pengaman Jaringan Pipa Gas

B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas jaringan pipa gas

5 Hijau Prasarana Jalan dan Kereta Api (median, pulau jalan, interchange jalan tol, sempadan kereta api)

B B B B B B B B B B B B B - Batasan Rumija, Rumaja, Ruwasja, GSB, dan Garis Sempadan Kereta Api

6 Hijau Olah-raga

▪ Lapangan Olah-raga Terbuka (sepak bola, basket, voli)

B B B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat

▪ Lapangan Golf, Driving Range

_ _ B B B B _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat

7 Tempat Terbuka Penjualan Tanaman dan Bunga

B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Batasan lokasi - Ketersediaan tempat parkir - Ketertiban dan keamanan lokasi - Pelestarian lingkungan

8 Tempat Pemeliharaan/Istal Kuda Pacu

_ _ B B B B _ _ _ B _ _ B - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat

Page 225: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH

INDIKATOR PERSYARATAN

PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG 9 Tempat Pembenihan

Holtikultura dan Rumah Kaca B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Dalam bentuk rumah usaha khusus

untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.

- Ketertiban dan keamanan lingkungan XI PERTAMBAKAN

1 Tambak Budidaya

▪ Tambak Produksi _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -

▪ Tempat Pembibitan dan Fasilitas Aquaculture

_ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -

2 Tambak/Kolam Rekreasi (ekowisata)

- Disesuaikan kebutuhan setempat - Pengendalian pencemaran lingkungan

(limbah padat dan cair) - Pelestarian lingkungan

Kolam Pancing _ _ B B B B _ _ B B _ _ B

Restoran Apung _ _ B B B B _ _ B B _ _ B

Rekreasi Perahu _ _ B B B B _ _ B B _ _ B

XII PERAIRAN

1 Telaga, ponds B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan - Ketersediaan tanah - Batasan sempadan telaga

2 Saluran drainase B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan - Batasan sempadan saluran

XIII TATA INFORMASI (SIGN)

1 Tata Informasi Proyek B B B _ B B B _ _ B _ B _ Batasan penataan signage 2 Tata Informasi Komunitas

(penunjuk lokasi, penunjuk arah, papan informasi)

B B B _ B B B _ _ B _ B _

3 Tata Informasi Komersial (reklame)

B B B _ B B B _ _ B _ B _

Page 226: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

LAMPIRAN 3 KETENTUAN KDB DAN KLB

FASILITAS KESEHATAN

Peruntukkan KDB KLB Fasilitas Kesehatan Lingkungan (Puskesmas, BP, BKIA, Posyandu, Poliklinik, dsb.) Luas tanah minimum 300m2

50% 1

Praktek Dokter bersama Luas tanah minimum 300m2

40% 0,8

Apotik/ Laboraturium Klinis Luas tanah minimum 200m2

50% 0,5

Rumah Sakit kelas D Luas tanah minimum 5000m2

35% 0,7

Rumah Sakit kelas C Luas tanah minimum 10.000m2

40% 0,4 35% 0,7

30% 0,9 Rumah Sakit kelas B Luas tanah minimum 45.000m2

40% 0,8 35% 1,4 30% 1,8

Rumah Sakit kelas A Luas tanah minimum 70.000m2

40% 0,8 35% 1,4 30% 1,8

FASILITAS PENDIDIKAN

Peruntukkan KDB KLB Pendidikan Pra Sekolah (playgroup) Luas tanah minimum 250m2 35% 0,35 Pendidikan Dasar dan Menengah Luas tanah minimum 10.000m2

40% 0,8 30% 1,2

Pendidikan Tinggi Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6 Pendidikan Luar Sekolah (Ruko atau Rukan) Luas tanah minimum 500m2

40% 0,8 30% 1,2

Pondok Pesantren Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6

FASILITAS PERIBADATAN Peruntukkan KDB KLB

Mesjid Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Gereja Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Vihara Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8

Page 227: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

RUANG TERBUKA Peruntukkan KDB KLB

Taman Kota 0% - Lapangan Olahraga 10% 0,2 Kolam Renang 20% 0,2 Taman Pemakaman Umum 5% 0,05 Tempat Pembuangan Akhir Sampah 5% 0,05 Tempat Pembuangan Sampah Sementara 60% 0,6 Instalasi Pengolahan Tinja dan/ Air Limbah 60% 0,6 Instalasi Pengolahan Air Bersih 60% 0,6 Tempat Pemotongan Hewan 50% 1,2 Hutan Kota 0% - Kegiatan Pertanian 0% -

INDUSTRI Peruntukkan KDB KLB

Industri Rumah Luas tanah minimum 1.000m2 60% 1,2 Industri Pengolahan Ikan Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Galangan Kapal Kayu Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Pembangkit Listrik Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0

JASA PELAYANAN Peruntukkan KDB KLB

Salon/tukang cukur/tukang jahit Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Layanan Dokumen/Warnet/Wartel Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Bengkel Sepeda Motor Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Bengkel Mobil Luas tanah minimum 1000m2 60% 1,2 Bengkel Mesin/Listrik umum Luas tanah minimum 1000m2 50% 1,0

HOTEL DAN RUMAH MAKAN Peruntukkan KDB KLB

Penginapan/losmen/hotel melati Luas tanah minimum 1.000m2 60% 1,2 Hotel Berbintang Luas tanah minimum 5.000m2

40% 1,6 30% 2,4

Warung Nasi/Warung Kopi Luas tanah minimum 100m2 50% 0,5 Rumah Makan/Restoran/Cafe Luas tanah minimum 500m2 40% 0,8

Page 228: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

PERDAGANGAN

Peruntukkan KDB KLB Warung/Toko Eceran Kecil Luas tanah minimum 100m2 70% 0,7 Pertokoan Luas tanah minimum 100m2 60% 1,8 Pusat Perbelanjaan/Shopping Center/Mall Luas tanah minimum 10.000m2

70% 2,8 60% 4,8

Pasar Tradisional/Pasar Hewan/Pasar Ikan Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Depo Bahan Bangunan Luas tanah minimum 2.500m2 40% 0,4 SPBU Luas tanah minimum 5.000m2 30% 0,3

PERKANTORAN Peruntukkan KDB KLB

Perkantoran/Layanan Masyarakat dengan gedung tersendiri Luas tanah minimum 750m2

40% 0,8

35% 1,4 Perkantoran/Layanan Masyarakat pada ruko/rukan Luas lantai dasar minimum 150m2 60% 1,8 Perkantoran bukan layanan masyarakat dengan gedung sendiri Luas tanah minimum 1.000m2

50% 1,0 40% 1,6 30% 2,4

Perkantoran bukan layanan masyarakat pada ruko/rukan Luas tanah minimum 100m2 60% 2,4

FASILITAS KOMUNIKASI DAN ENERGI Peruntukkan KDB KLB

Stasiun Siaran Radio Luas tanah minimum 500m2 50% 1,0 Stasiun Siaran TV Luas lahan minimum 25.000m2 50% 2,0 Stasiun Relay TV Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Antena Pemancar Telepon/Seluler Luas tanah minimum 100m2 40% 0,4 Stasiun Telepon Otomat Radio Luas tanah minimum 50m2 40% 0,4 Gardu Listrik Luas tanah minimum 50m2 40% 0,4 Gardu Transformasi Tegangan Listrik Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0

Page 229: 193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016

PERUMAHAN Peruntukkan KDB KLB

Rumah ukuran sangat besar (kapling >600m2) 40% 1,2 Rumah ukuran besar (kapling 301 m2 s/d 600 m2) 40% 0,8 Rumah ukuran sedang (kapling 201m2 s/d 300m2) 50% 1,0 Rumah ukuran kecil (kapling 101m2 s/d 200m2) 50% 1,0 Rumah ukuran sangat kecil (kapling s/d 100m2) 60% 1,2 Rumah susun ukuran besar (hunian > 70m2) Luas tanah minimum 10.000m2 20% 0,8 Rumah susun ukuran kecil (hunian s/d 70m2) Luas tanah minimum 5000m2 20% 0,8 Rumah perdesaan ukuran besar (kapling >1000m2) 30% 0,6 Rumah perdesaan ukuran sedang (kapling 601 s/d 1000m2) 30% 0,6 Rumah perdesaan ukuran kecil (kapling s/d 600m2) 40% 0,8

Rekreasi dan Wisata Peruntukkan KDB KLB

Hiburan dalam ruangan yang ada dalam bangunan bersama kegiatan lain (di dalam pusat perbelanjaan, mall, dsb) Luas lantai minimum 1000m2

Mengikuti ketentuan bangunan dimana kegiatan tersebut berada

Hiburan dalam ruangan yang ada dalam suatu bangunan tersendiri Luas minimum 6000m2 30% 0.9 Rekreasi luar ruangan Luas tanah minimum 50.000m2 10% 0,2

Fasilitas Transportasi Peruntukkan KDB KLB

Terminal Bis AKAP 10% 0.2 Terminal Angkutan Kota 10% 0.2 Pelabuhan Ferry 10% 0.2 Pelabuhan Ikan 20% 0,4 Pelabuhan Samudera 20% 0,8 Depo Bahan Bakar Minyak 40% 0,8