190986468 makalah diare baru

Upload: oktaviana-pieka-piekuq

Post on 06-Mar-2016

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

DIAREA. DefinisiDiare adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk caire dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih Dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian, 2010)Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan denagn diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. ( sodikin, 2011 )diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. (Suradi & Rita 2001)

B. ETIOLOGIMenurut wong (2003) penyebab diare akut dan kronis adalah :1. Penyebab diare akut :a. Infeksi dan infestasi parasit Bakteri: salmonella, shigella, campylobacter, Escherichia coli, Yersinia, Aeromonas, clostridium difficile, Staphylococcus aureus Virus: rotavirus, Norwalk virus, virus kecil dan bulat, adenovirus, pestvirus, astrovirus, calicivirus, parvovirus. Parasit: giardia lambia, cryptosporidium, Isospora belli, microsporidium, strongyloides, Entamoeba histolyticab. Berhubungan dengan Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran kemih otitis mediac. pola makan overfeeding Pengenalan makanan baru Reinstituning susu terlalu cepat setelah episode diare Osmotik diare dari kelebihan gula dalam formula atau jus Berlebihan menelan atau sobitol atau fruktosa

d. pengobatan e. antibiotik Obat pencaharf. racun penyebabIngestions dari: Logam berat (arsenik, timah, merkuri) organik fosfatg. penyebab fungsional Irritable bowel syndromeh. penyebab lainnya necrotizing enterocolitis Hirschsprung enterocolitis

2. Penyebab diare kronis :

a. Malabsorptive penyakit celiac Pankreas insufisiensi (cystic fibrosis, pancreatitis kronis, sindrom Shwachman) Sydrom pendek usus Intoleransi laktosa kekurangan Enzim congenital (sukrase-isomaltasedefisiensi)b. alergi alergi gastroenteropathy eosinofilik gastroenteritisc. Immunodeficiency Acquired hypoglobulinemia Wiskott-Aldrich syndrome Agammaglobulinemia penyakit immunodeficiency gabungan (SCID) Thymushipoplasia kekurangan Selektif IgA HIV / acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)d. Inflamasi usus Ulseratifkolitis Penyakit Crohne. Endokrin Hipertiroid Kongenital adrenal hyperplasia Penyakit Addison f. Gangguan Motilitas Spermatozoa Penyakit Hirschsprung Pseudo-obstruksi ususg. Infestasi parasit Ascaris Giardiah. penyebab lain radiasi enteritis kehilangan enteropati Protein (penyakit Menetrier, lymphangiectasiausus) tumor perut

C. PatofisiologiMenurut Vivian Nanny (2010), mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:1. Gangguan osmoticAkibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya terjadilah diare.3. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan dari usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga timbullah diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus maka akan menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

Patogenesis diare akut Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Jasad renik tersebut kemudian akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus. Dari jasad renik tersebut akan mengeluarkan toksin (toksin diaregenik). Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

D. Gambaran KlinisMenurut Vivian (2010) tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare yaitu:a. Cengeng , rewelb. Gelisahc. suhu tubuh meningkatd. nafsu makan berkurang.e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnyaf. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.g. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.h. dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.i. Berat badan menurunj. turgor kulit menurun, k. ubun-ubun dan mata cekung l. selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

Sedangkan Menurut M Moreno-Villares & Isabel Polanco, 2009 gejala klinis diare yaitu:a) Penurunan turgor kulitb) Mata cekung (sunken eyes)c) Ubun-ubun cekung (sunken fontanel)d) Menangis dan rewele) Mulut kering

E. Penyebaran Kuman Penyebab DiareMenur;ut hartono (2011) kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orefecal) antara lain melalui makanan / minuman akibat tercemar oleh feces dan atau kontak langsung dengan feces penderita, akan tetapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku yang dimaksud adalah:1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama kehidupan. Risiko untuk menderita diare berat beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI penuh, risiko kematian karena diare juga lebih besar. 2. Penggunaan botol susu yang tidak bersih. Penggunann botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feces dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedalam botol yang tidak bersih,maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh.3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Kalau makanan dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini memudahkan terjadinya pencemaran,seperti kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar,karena makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu kamar,kuman dapat berkembang biak.4. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri feses. Air mungkin terpapar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup,atau apabila tangan yang tercemar kuman mengenai air sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar,sesudah membuang feses,atau sebelum memasak makanan.6. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Ada anggapan di masyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan kesehatan,padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

F. Pencegahan DiareMenurut hartono (2011) berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui orofecal seperti air ,makanan,dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan kepada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif adalah sebagai berikut:1. Pemberian Asi esklusif ( pemberian makanan berupa asi saja pada bayi umur 4-6 bulan)2. Menghindari penggunaan susu botol3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI( untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri)4. Penggunaan air bersih untuk minum 5. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan 6. Membuang feses ( termasuk feses bayi) secara benar

G. KomplikasiMenurut Sodikin( 2011 ) komplikasi yang mungkin terjadi pada diare yaitu:1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit ,yang dibagi menjadi:a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan >5% BBb. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BBc. Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB2. Renjatan hipovalemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.3. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus,hipotoni otot,kelemahan,bradikardia,dan perubahan pada pemeriksaan EKG.4. Hipoglikemia5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus.6. Kejang7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah,biasanya penderita mengalami kelaparan.

H. Pemeriksaan LaboratoriumMenurut Hartono (2011) pemeriksaan tinja rutin mungkin tidak diperlukan pada tahap awal,tetapi pada keadaan yang berlanjut pemeriksaan mikroskopik tinja sangat diperlukan. Adanya jumlah leukosit yang meningkat perlu dipertimbangkan adanya proses imflamasi bakteri dan mungkin diperlukan pemeriksaan kultur tinja. Adanya darah pada tinja dapat merupakan petanda adanya penyakit imflamasi sehingga diperlukan intervensi dan pemeriksaan lebih lanjut. Shigella,Campylobacter,dan EHEC merupakan bakteri yang sering menyebabkan diare berdarah.

I. Penata laksanaanMenurut Sodikin (2011), prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)2. Diatetik (makanan harus terus diberikan bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.3. Obat-obatana. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kalisetiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.b. Sesuaikan dengan umur anak: < 2 tahun diberikan gelas 2-6 tahun diberikan 1 gelas > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberi cairan 25-100 ml/kgBB/hari atau setiap jam 2 kali.d. Oralit diberikan sebanyak 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat.Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga ( cairan RT) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air teh hangat. Air tajin (2 liter + 5 g garam).1) Cara tradisional3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit.2) Cara biasa2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasukkan hingga mendidih.4. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE1. Diagnosa 1 :kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dalam tinja atau emesisa. tujuan : akan menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi yang adekuatb. k.h : Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang cukup c. intervensi keperawatan: kelola solusi rehidrasi oral (oralit) untuk kedua rehidrasi dan penggantian kerugian tinjaR: rehidrasi diberikan pada anak agar kebutuhan cairan anak terpenuhi, selain itu anak juga perlu diperhatikan dietnya karena dengan pemberian diet yang tepat dapat bermanfaat dalam mengurangi jumlah kotoran dan memperpendek durasi penyakit) Berikan oralit sering dalam jumlah kecil, terutama jika anak mengalami muntah (kecuali muntah parah, tidak kontraindikasi untuk menggunakan ORS)R: oralit diberikan agar diare anak dapat berkurang, atau bisa dikatakan oralit sebagai pencegahan. oralit bisa diganti dengan cairan rendah sodium seperti air, air susu ibu, susu formula bebas laktosa, atau setengah laktosa yang mengandung formula untuk terapi pemeliharaan cairan kelola dan pantau cairan IV yang diresepkan untuk dehidrasi parah dan muntahR: Mempertahankan catatan ketat intake dan output (urine, feses, dan 1emesis) untuk mengevaluasi efektivitas intervensi kelola agen antimikroba yang diresepkan untuk mengobati patogen tertentu yang menyebabkan kerugian GI yang berlebihanR: agar pathogen dalam tubuh anak tidak berkembang biak dengan pesat sehingga tidak terjadi gi yang parah Memantau urin gravitasi spesifik setiap 8 jamR: gunanya untuk menilai status hidrasi, apakah anak mengalami dehidrasi atau tidak Timbang berat badan anak R: Untuk menilai apakah anak mengalami penurunan berat badan Menilai tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan status mental setiap 4 jamR: Untuk menilai status hidrasi anak Motivasi dan Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan asupan dan output, dan menilai tanda-tanda dehidrasi untuk memastikan hasil yang optimal dan meningkatkan kepatuhan dengan regimen terapeutikR: agar keluarga dapat mengetahui pentingnya mempertahankan keseimbangan, manfaat istirahat, dan mempertahankan diet yang tepat.

2. Diagnosa 2:Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang) dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.a. Tujuan : anak dapat mengkonsumsi makanan yang cukup untuk mempertahankan berat yang tepat untuk usiab. kriteria hasil: dapat meningkatkan berat badan anak dan kebutuhan asupan nutrisinya cukup.c. Intervensi keperawatn: Setelah rehidrasi anjurkan ibu untuk menyusui (pemberian ASI) R: Untuk mengurangi resiko dehidrasi, keparahan dan durasi penyakit) Hindari pemberian diet BRAT (pisang, nasi, saus apel, dan roti bakar atau teh)R: Karena diet ini rendah dalam energi dan protein juga tinggi karbohidrat, dan rendah elektrolit Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat R: untuk mendapatkan kepatuhan terhadap regimen terapeutik Mengeksplorasi perhatian dan prioritas dari anggota keluargaR: untuk meningkatkan kepatuhan dengan regiment terapeutik

3. DIAGNOSA 3Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan mikroorganisme menyerang saluran pencernaana. Tujuan: tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi gastrointestinalb. Criteria hasil: Infeksi tidak menyebar ke orang lainc. Intervensi keperawatan: Melaksanakan isolasi enterik atau praktek kontrol infeksi di rumah sakit lain, termasuk pembuangan tinja dan laundry dan penyerahan yang tepat dari spesimen R: untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi Gunakan popok sekali pakai R: agar kotoran dapt terserap dan mengurangi resiko dermatitis popok Ajarkan anak-anak, bila mungkin, tindakan perlindungan seperti mencuci tangan setelah menggunakan toilet, dan sebagainya. R: untuk mencegah penyebaran infeksi Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktek isolasi, khususnya mencuci tangan.R: untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi

4. DIAGNOSA 4Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh sering defekasi (mencret)a. Tujuan: intregitas kulit tetap utuh (baik)b. kriteria hasil: agar kulit anak tidak mengalami kemerahan atau lukac. Intervensi : lakukan penggantian popok dengan sering dan mengkajinya setiap saat setelah buang air besar atau kecilR: Untuk mencegah terjadinya luka iritasi pada kulit anak bersihkan pantat anak dengan menggunakan air dan sabun, tapi jangan terlalu sering menggunakan sabun.R: untuk menghilangkan tinja dan mencegah terjadinya iritasi berikan salep seperti oksida seng, bedak pada daerah rectum dan perineumR: untuk mencegah iritasi Hindari menggunakan tisu bayi komersial yang mengandung alkohol pada kulit R: karena akan menyebabkan menyengat dan iritasi pada kulit

5. DIAGNOSA 5Kecemasan / ketakutan berhubungan dengan hospitalisasi a. Tujuan : meminimalkan kecemasan atau ketakutan sebagai dampak dari hospitalisasib. Criteria hasil: Anak menunjukkan tanda-tanda yang minimal tekanan secara fisik atau emosionalKeluarga berpartisipasi pada anak, perawatan s sebanyak mungkinc. Intervensi: Biarkan anak membawa mainan/ barang kesukaannyaR: untuk meminimalisir perpisahan/ agar anak tidak mengalami stress Mendorong kunjungan keluarga dan partisipasi dalam perawatan selagi keluarga mampuR: untuk mencegah stress yang terkait dengan perpisahan Berikan sentuhan dan ajak anak untuk berbicara / mengobrol agar anak terasa nyaman dan dapat menghindari anak dari stress Menyediakan perawatan mulut dan dot untuk bayi R: untuk memberikan kenyamanan pada anak/ bayi Memberikan stimulasi sensori dan pengalihan yang sesuai R: untuk tingkat perkembangan anak dan kondisi untuk meningkatkan pertumbuhan optimal dan pengembangan

DAFTAR PUSTAKA

Sodikin.2011.Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan Hepatobillied.Jakarta,Salemba MedikaVivian Nani.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta,Salemba MedikaHartono G.2011. Kumpulan Tips Pediatri.Badan Penerbit IDAIWong L. 2003. Nursing Care of Infant and Children. Mosby

PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK

Disusun oleh :Kelompok Pendidikan Kesehatan PSIK UMS

P KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2013

ipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.