19. vol 2 no 1 hal 161-169 a. zahrah fadhilah
TRANSCRIPT
ISSN 2337-3776
PERBANDINGAN INDEKS CEPHALIC DAN GAMBARAN BENTUK KEPALA
LAKI-LAKI DEWASA PADA SUKU LAMPUNG DAN JAWA
DI DESA NEGERI SAKTI PROVINSI LAMPUNG
A. Zahrah Fadhilah1), Evi Diana Fitri2)
email: [email protected]) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
ABSTRAK
Identifikasi manusia penting peranannya pada suatu penyelidikan tindak kriminalitas pada korban tidak dapat dikenali. Salah satu cara untuk mengetahui suku atau ras dari seseorang adalah dengan melakukan pengukuran indeks cephalic. Penelitian ini dilakukan terhadap laki-laki dewasa suku Lampung dan Jawa di Desa Negeri Sakti pada bulan Desember 2012. Indeks cephalic didapatkan dengan mengukur rasio dari lebar dan panjang maksimal kepala. Hasil penelitian ini menunjukkan rerata indeks cephalic laki-laki dewasa suku Lampung lebih rendah dibandingkan indeks cephalic laki-laki dewasa suku Jawa dengan perbedaan rerata indeks cephalic keduanya sebesar 1,55 cm. Rerata indeks cephalic laki-laki dewasa suku Lampung sebesar 85,86 cm sedangkan suku Jawa sebesar 87,41. Berdasarkan indeks cephalic masing-masing, keduanya dapat digolongkan ke dalam kategori hyperbrachicephal.
Kata kunci: indeks cephalic, Lampung, Jawa
COMPARISON CEPHALIC INDEX AND HEAD SHAPE BETWEEN
LAMPUNGNESE AND JAVANESE MAN IN DESA NEGERI SAKTI,
LAMPUNG PROVINCE
A. Zahrah Fadhilah1), Evi Diana Fitri2)
email: [email protected]) Student in Medical Faculty of Lampung University, 2) Lecturer in Medical Faculty of
Lampung University
ABSTRACT
Human identification has important part in criminal investigation for unidentified victims. One of the way to identify an ethnic or race is measuring the cephalic index. This research has done toward Lampungnese man and Javanese man who lives in Desa Negeri Sakti, Lampung on December 2012. Cephalic index can be found with measuring the ratio of head’s maximum width and length. The results indicated that mean cephalic index for Lampungnese man is lower than Javanese’s with mean difference is 1,55 cm. Mean cephalic index for Lampungnese is approximately 85,86 and Javanese’s is 87,41. Based on each cephalic index, both of them can be categorized in hyperbrachicephal.
Keywords: cephalic index, Lampung, Java
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
I. PENDAHULUAN
Pihak kepolisian, badan intelegensi maupun lembaga kriminologi sering meminta bantuan dokter
untuk identifikasi korban yang tidak dikenal. Korban dapat berupa mayat segar, sudah
membusuk, hangus terbakar, berupa potongan-potongan tubuh, berupa kerangka lengkap atau
tidak lengkap dengan tulang-tulang utuh atau tidak utuh pada kasus forensik dan nonforensik.
Pada kasus forensik misalnya pembunuhan, sedangkan kasus-kasus nonforensik seperti
identifikasi korban perang, kecelakaan, bencana alam atau untuk keperluan arkeologis, gereja,
dan kota raja (Nugraha, 2004).
Identifikasi korban secara tepat sangat diperlukan dalam suatu proses penyidikan. Upaya
identifikasi pada tulang/kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang tersebut adalah:
(1) apakah tulang manusia atau hewan, (2) apakah tulang berasal dari satu individu, (3)
berapakah usianya, (4) berapakah umur tulang itu sendiri, (5) jenis kelamin, (6) tinggi badan, (7)
ras, (8) berapa lama kematian, (9) adakah ruda paksa/deformitas tulang, (10) sebab kematian
(Devison, 2009). Identifikasi untuk mendapatkan informasi berupa suku bangsa, etnis dan jenis
kelamin, dapat diperoleh dengan pengukuran sefalik indeks (Sarah, 2010).
Perbedaan manusia dapat dilihat secara lebih teliti dengan diciptakannya indeks pada antropologi
ragawi diantaranya adalah indeks kepala, wajah dan hidung. Indeks ialah bilangan yang
digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio
proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan observasi yang terus menerus. Dengan
adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang
mempunyai ciri-ciri sama (Swasonoprijo, 2002).
Indeks cephalic adalah ukuran rasio, dari panjang maksimum tulang tengkorak dengan lebar
maksimum tulang tengkorak. Melalui indeks cephalic, kita dapat mengetahui jenis kelamin
ataupun ras seseorang (Sarah, 2010). Kajian inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk
melakukan suatu penelitian mengenai perbandingan indeks cephalic dan gambaran bentuk kepala
laki-laki dewasa pada suku Lampung dan Jawa di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong
Tataan, Pesawaran, Provinsi Lampung.
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional,
dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam
waktu bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung pada bulan Desember 2012. Subjek penelitian adalah laki-laki dewasa suku
Lampung dan Jawa di Desa Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Penelitian
ini dilakukan pada 92 orang subjek penelitian yang memenuhi peryaratan, dimana terdiri dari 46
orang laki-laki suku Lampung dan 46 orang laki-laki suku Jawa. Sampel tersebut dipilih
berdasarkan concecutive sampling, yaitu mengambil sampel yang terjangkau, yang sesuai dengan
ketentuan atau persyaratan sampel, dari populasi tertentu.
Kriteria inklusi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laki-laki suku Lampung dan Jawa di Desa Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung.
2. Usia 21 tahun ke atas.
3. Subyek tidak menderita penyakit tulang maupun kelainan-kelainan anatomis yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tulang pipih dan bentuk cranium misalnya kelainan akibat
tumor, brachicepal dan scaphocepal.
4. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini setelah mendapatkan penerangan mengenai apa yang
akan dilakukan dan menandatangani informed consent.
Sebagian responden yang memenuhi kriteria eksklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena
berbagai sebab antara lain:
1. Subjek penelitian yang memiliki kelainan kraniofacial.
2. Subjek penelitian memiliki orang tua yang berlainan suku.
3. Hambatan etis.
Semua data diperoleh secara langsung (data primer) dengan teknik pengukuran di lapangan
dilaksanakan sebagai berikut:
a) Pertama, untuk memudahkan dalam pengukuran, maka subyek harus melepaskan atribut
yang dikenakan pada kepalanya.
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
b) Kedua, lebar kepala (B) diukur dari jarak antara kedua euryon (eu-eu) dan dicari dengan
memutar kaliper rentang pada dinding luar tengkorak (tulang ubun-ubun atau tulang pelipis)
secara tegak lurus terhadap bidang median sagital.
c) Ketiga, panjang kepala (A) diukur dari glabella sampai opisthion (g-op) yang diukur dengan
kaliper rentang. Satu ujung kaliper ditempatkan pada glabella, lalu ujung lainnnya pada
bidang median-sagital digeser dari atas ke bawah guna mencari opistokranion, yaitu titik
paling jauh dari glabella.
d) Keempat, hasil pengukuran dicatat dalam formulir pemeriksaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, didapatkan indeks cephalic subjek penelitian laki-laki dewasa suku
Lampung yaitu antara 78,38 sampai 94,12 dengan standar deviasi sebesar 3,68. Sedangkan
indeks cephalic pada subjek penelitian laki-laki dewasa suku Jawa yaitu antara 78,38 sampai
94,29 dengan standar deviasi sebesar 3,67 cm. Indeks cephalic secara keseluruhan yaitu antara
78,38 cm sampai 94,29 cm dengan rerata sebesar 86,63 cm dan standar deviasi sebesar 3,73 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa rerata indeks cephalic laki-laki dewasa suku Lampung lebih rendah
dibandingkan indeks cephalic laki-laki dewasa suku Jawa. Perbedaan rerata indeks cephalic
keduanya sebesar 1,55 cm.
Tabel 1. Indeks Cephalic Subjek Penelitian
Suku N Indeks Cephalic (cm) Rerata (cm) Standar Deviasi (cm)
Lampung 46 78,38 - 94,12 85,86 3,68
Jawa 46 78,38 - 94,29 87,41 3,67
Total 92 78,38 - 94,29 86,63 3,73
Berdasarkan indeks kepala, bentuk kepala dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu, brakhisefalik,
dolikosefalik dan mesosefalik (Amikaramata, 2011). Berikut hasil pemeriksaan yang didapat
dengan pengukuran pada masing-masing 46 subjek penelitian laki-laki dewasa suku Lampung
dan Jawa.
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Tabel 2. Bentuk Kepala Subjek Penelitian
Suku Bentuk Perawakan N Persentase (%)
Lampung Hyperdolicocephal 0 0
Dolicocephal 0 0
Mesocephal 3 6.5
Brachicephal 17 37.0
Hyperbrachicephal 21 45.7
Ultrabrachicephal 5 10.9
Total 46 100
Jawa Hyperdolicocephal 0 0
Dolicocephal 0 0
Mesocephal 2 4.3
Brachicephal 10 21.7
Hyperbrachicephal 24 52.2
Ultrabrachicephal 10 21.7
Total 46 100
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa indeks chepalic subjek penelitian laki-laki dewasa suku
Lampung yang tergolong mesocephal sebanyak 3 orang (6,5%), brachicephal sebanyak 17 orang
(37%), hyperbrachicephal sebanyak 21 orang (45,7%) dan ultrabrachicephal sebanyak 5 orang
(10,9%). Indeks cephalic subjek penelitian l laki-laki dewasa suku Jawa yang tergolong
mesocephal sebanyak 2 orang (4,3%), brachicephal sebanyak 10 orang (21,7%),
hyperbrachicephal sebanyak 24 orang (52,2%) dan ultrabrachicephal sebanyak 10 orang
(21,7%).
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Perbedaan yang ada merupakan suatu variasi karena adanya faktor lingkungan yang berbeda-
beda dan mungkin hal-hal lain yang tidak terpantau oleh peneliti. Hal-hal tersebut akan
mempengaruhi pola perkembangan dan pertumbuhan. Untuk orang Indonesia, menurut Glinka,
dengan kondisi geografis yang terdiri dari beribu pulau dan dipisahkan oleh laut merupakan
salah satu penyebab terjadinya variasi (Swasonoprijo, 2002).
Indeks cephalic antarsuku di berbagai tempat memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan
indeks cephalic ini dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi ukuran
dari tulang tengkorak itu sendiri. Salah satu unsur dari faktor internal adalah adanya faktor
genetik yang diturunkan dari generasi-generasi sebelumnya sehingga indeks cephalic dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana karakter genetik yang diturunkan antara orang tua,
keturunan dan saudaranya.
Sejak dilahirkan, manusia diberikan sifat dasar masing-masing, sedangkan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya akan banyak dipengaruhi oleh cara hidup dan lingkungan dimana manusia
itu berada. Faktor yang berasal dari luar individu tersebut disebut sebagai faktor eksternal.
Dalam hal ini, faktor eksternal dapat berkaitan dengan lingkungan tempat tinggalnya, nutrisi
yang dikonsumsi, atau aktivitas yang dilakukan. Meskipun masih kontroversi, tetapi pada
beberapa keadaan menampakkan perubahan dengan modifikasi oleh karena pengaruh
lingkungan. Hal tersebut diyakini bahwa indeks kepala mungkin dikontrol oleh genetik dan juga
oleh intake makanan. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian sebelumnya di Medan oleh
Herawati (2011) dimana didapatkan indeks cephalic laki-laki suku Jawa yang tinggal di Medan
sebesar 84,74 sedangkan pada penelitian Rahmawati (2003), indeks cephalic laki-laki suku Jawa
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
yang tinggal di Yogyakarta adalah sebesar 78,20. Pernah juga dikemukakan bahwa orang-orang
yang hidup di daerah dingin cenderung memiliki kepala bundar (brachicephal) daripada mereka
yang hidup di daerah panas (Nugraha, 2004).
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Roseman (2004) menemukan bukti adanya
perbedaan seleksi alam dan proses adaptasi pada sepuluh populasi berbeda, yang tinggal di
lingkungan dengan kondisi berbeda. Seleksi alam yang diuji dalam studi itu adalah seleksi alam
berupa iklim dan temperatur. Hasil dari studi itu menyebutkan bahwa perbedaan adaptasi dan
seleksi alam menghasilkan perbedaan pada dimensi kepala berupa perbedaan lebar maksimal
kranial, ukuran dan bentuk kubah kranial, serta aspek morfologi nasal. Adaptasi pada karakter
lingkungan yang berbeda akan menghasilkan pola adaptasi yang berbeda pula, yang pada
akhirnya menciptakan variasi pada morfologi neurokranial (Ariningsih, 2009).
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan indeks cephalic yang bermakna antara laki-laki dewasa suku Lampung
dan suku Jawa di Desa Negeri Sakti.
2. Gambaran bentuk kepala pada laki-laki dewasa suku Lampung dan Jawa di Desa Negeri
Sakti berdasarkan indeks cephalic tergolong hyperbrachicephal.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan setelah dilakukannya penelitian ini adalah:
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai antropometri lain untuk menguatkan identifikasi
manusia yang berasal dari suku Lampung dan Jawa.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai indeks cephalic dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dari berbagai macam suku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Amikaramata, N. 2011. Hubungan antara Bentuk Kepala dengan Bentuk Lengkung Gigi dan
Bentuk Gigi Insivius Pertama Rahang Atas. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanudin: Makasar.
Ardana, W. 2011. Sefalometeri. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Ardawiyanto, R. B. 2011. Fungsi Foreksik dalam Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan
Disertai Mutilasi. (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”:
Jakarta.
Ariningsih, F. N. 2009. Variasi Biologis Populasi Manusia di Pulau Jawa: Analisis
Kraniometris. Vol. 22 - No. 1 / 2009-01.
Artaria, M. D. 2008. Metode Pengukuran Manusia. Cetakan Pertama. Airlangga University
Press: Surabaya.
Dahlan, M. S. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi Keempat. Salemba Medika:
Jakarta.
Dahlan, M. S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Edisi Kedua. Salemba Medika: Jakarta.
Devison, R. J. 2009. Penentuan Tinggi Badan berdasarkan Panjang Lengan Bawah. (Tesis).
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.
Dormauli, S. 2009. Kehidupan Ekonomi, Budaya dan Sosial Etnis Jawa di Berastagi (1968-
1986). (Skripsi). Fakultas Sastra Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Herawati, N. 2011. Penentuan Indeks Kepala dan Wajah Orang Indonesia berdasarkan Suku di
Kota Medan. (Tesis). Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Indriati, E. 2005. Siklus Hidup dan Keragaman Manusia dalam Perpektif Antropologi
Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Kusuma, S. E, dan A. Yulianto. 2010. Identifikasi Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya.
Nasution, I. S. 2010. Penentuan Umur Berdasarkan Obliterasi Sutura. (Tesis). Program
Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Kedokteran Forensik & Medicolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.
Nugraha, Z. S. 2004. Hubungan antara Jarak Titik-Titik Craniometri pada Neurocranium
dengan Index Cranialis pada Ras Mongolid. LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004. ISSN:
1410-2315.
Perabuwijaya, B. 2007. Analisa Konveksitas Wajah Jaringan Lunak secara Sefalometri Lateral
pada Mahasiswa Deutro-Melayu FKG USU Usia 20-25 Tahun (Tahun 1995-2000).
(Skripsi). Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Rahmawati, N. T. 2003. Kajian Kefalometrik (Studi Perbandingan antara Suku Jawa di
Yogyakarta dan Suku Naulu di Pulau Seram, Maluku Tengah). Bagian Anatomi, Embriologi
dan Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berkala llmu
Kedokreran Vol. 35, No. 4, 2003.
Sarah, H. N. G. 2010. Pengukuran Sefalik Indeks Etnis Batak dan Cina pada Siswa-Siswi Kelas
X dan Kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan Tahun Pelajaran 2010-2011. (Skripsi).
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.
Sudigdo, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Sagung Seto:
Jakarta.
Suriyanto, S. A. 2007. Perbedaan Karakteristik-Karakteristik Epigenetis Upper Viscerocranium
dari Sampel Tengkorak Manusia Liang Bua, Lewoleba, Melolo, dan Ntodo Leseh (Nusa
Tenggara Timur) dan Gilimanuk (Bali). Berkala Arkeologi Tahun XXVII Edisi No. 1/Mei
2007.
Swasonoprijo, S. 2002. Studi Banding Morfologi dan Indeks: Kepala, Wajah, Hidung pada
Orang Toraja dan Naulu. Sci&Tech, Vol. 3 No. 3 Desember 2002: 28-36.
Syahpani, D. 2009. Makna Pemimpin menurut Orang Jawa. (Skripsi). Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara: Medan.
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013
ISSN 2337-3776
MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 1 Februari 2013