186352260 buku praktikum mikro

55
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012 Laboratorium Mikropaleontologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Mikropaleontologi Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai suatu studi sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi. Dalam praktikum mikropaleontologi ini dipelajari foraminifera sampai tingkat spesies. Foraminifera plankton pertama kali muncul pada Jaman Yura (Dogger) yang diwakili oleh golangan Globigerinidae. Selanjurnya golongan ini berkembang secara kosmopolitan meningkat terus hingga jaman Tersier dan Kuarter. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya genus Fusulina. 1.2 Kegunaan Fosil Foraminifera Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan problem geologi terutama bagi perusahaan - perusahaan minyak walaupun akhir-akhir ini peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan diketemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil (3-40 mikron). Karena itu dalam pengamatannya diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 x bahkan 20.000 kali, Kegunaan fosil foraminifera adalah: a. Untuk menentukan umur relatif batuan yang mengandungnya. b. Membantu dalam studi Lingkungan pengendapan atau fasies. c. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan atau bawah peimukaan. d. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi, misalnya dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii (fosil penciri

Upload: pratama-putra

Post on 24-Nov-2015

374 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Mikropaleontologi

    Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang

    mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil

    yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai suatu studi

    sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan

    mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi.

    Dalam praktikum mikropaleontologi ini dipelajari foraminifera sampai

    tingkat spesies. Foraminifera plankton pertama kali muncul pada Jaman Yura

    (Dogger) yang diwakili oleh golangan Globigerinidae. Selanjurnya golongan ini

    berkembang secara kosmopolitan meningkat terus hingga jaman Tersier dan

    Kuarter. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil dari 5 mm, namun ada

    diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya genus Fusulina.

    1.2 Kegunaan Fosil Foraminifera

    Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan problem geologi

    terutama bagi perusahaan - perusahaan minyak walaupun akhir-akhir ini

    peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan

    diketemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil (3-40

    mikron). Karena itu dalam pengamatannya diperlukan mikroskop dengan

    perbesaran minimum 5000 x bahkan 20.000 kali, Kegunaan fosil foraminifera

    adalah:

    a. Untuk menentukan umur relatif batuan yang mengandungnya.

    b. Membantu dalam studi Lingkungan pengendapan atau fasies.

    c. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi

    permukaan atau bawah peimukaan.

    d. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi, misalnya

    dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii (fosil penciri

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 2

    daerah transgresi), Gyroidina soldanii (fosil penciri bathyal atas) dan lain-

    lain.

    e. Bahan penyusun biostratigrafi.

    Berdasarkan kegunaannya, maka dikenal beberapa istilah yaitu :

    1. Fosil Indeks / Fosil penunjuk / Fosil Pandu

    Fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Pada umumnya jenis fosil

    ini mernpunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas serta

    mudah dikenal.

    2. Fosil Bathimetri / Fosil Kedalaman Fosi1 yang dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan.

    Pada umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar.

    Contoh : Elphidium spp penciri lingkungan transisi (Tipsword, 1966).

    3. Fosil Horison / Fosil Lapisan / Fosil Diagnostik / Fosil Kedalaman

    Fosil yang mencirikan atau khas tecdapat di dalam lapisan yang bersangkutan.

    Contoh : Globorotalia tumida (penciri N18).

    4. Fosil Lingkungan Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk lingkungan sedimentasi.

    Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam.

    5. Fosil Iklim Fosil yang dapat digunakan sesuai penunjuk iklim pada saat itu.

    Contoh : (Globigerina pachiderma penciri iklim dingin (2-5).

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 3

    1.3 Makna dan Tata Cara Penamaan Fosil

    Seorang sarjana Swedia , Carl Von Line (1707 - 1778) yang kemudian

    melahirkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang

    dikenal LAW OF PRIORITY (1958), yang pada pokoknya menyebutkan bahwa

    narna yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk

    nama individu yang lain.

    Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata, sedangkan

    tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkatan subspesies terdiri dari tiga kata.

    Nama - nama kehidupan selalu diikuti oleh orang yang menemukannya.

    Beberapa contoh penamaan fosil adalah sebagai berikut :

    - Globorotalia menardii exulis Blow, 1969 atau Globorotalia menardii exilis

    Blow, 1969 . Penamaan fosil hingga subspesies diketemukan oleh Blow,

    tahun 1969

    - Glororotalia humerosa n.sp. TAKAYANAGI & SAITO, 1962 atau

    Globorotalia humerosa n.sp. TAK AYANAGI & SAITO, 1962

    n.sp. artinya spesies baru

    - Globorotalia ruber elongatus (D'ORBIGNY), 1862

    Atau

    Globorotalia ruber elongatus (D,ORBIGNY), 1862

    Penemuan pertama dari fosil tersebut adalah D'ORBIGNY dan pada

    tahun 1862 fosil tersebut diubah oleh ahli yang lain yang menemukannya.

    Hal ini sebagai penghormatan pada penemu pertama kali nama fosil

    tersebut tetap dicantumkan dalam kurung.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 4

    - Pleumotora carinata GRAY, Var woodwardi MARTIN

    atau

    Pleumotora carinata GRAY, Van woorwadi MARTIN

    Yang artinya GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN memberikan nama varietas.

    - Globorotalia acostaensis pseudopima n.sbsp BLOW, 1969

    atau

    Globorotaliu acostaensisp.seudapinta n.sbsp BLOW, 1969

    n.sbsp artinya subspesies baru.

    - Dentalium (s.str) ruteni MARTIN atau Dentalium (s.str) ruteni MARTIN

    Artinya fosil yang ditemukan tersebut sinonim dengan Dentalium ruteni

    MARTIN yang diumumkan sebelumnya.

    - Globigerina angulisuturalis ? atau Globigerina angulisuturalis ?

    Artinya tidak yakin apakah betul Globigerina angulisuturalis

    - Globorotalia cf. tumida atau Globorotalia cf. tumida

    Artinya tidak yakin apakah bentuk ini betul Globorotalia tumida tetapi

    dapat dibandingkan dengan spesies ini. (cf = confer).

    - Shpaeroidinella aff dehiscens atau Shpaeroidinella aff. Dehiscens

    Artinya bentuk ini berdekatan (berfamili) dengan Sphaeroidinella

    dehiscens. (aff= affiliation)

    - Ammobaculites spp. atau Ammohaculites spp.

    Mempunyai bermacam - macam spesies.

    - Recurvoides sp. Atau Recurvoides sp.

    Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 5

    1.4 Pengukuran Penampang Startigrafi

    1.5. Sistematika Paleontologi

    Pada umumnya studi mikrofosil yang rinci, biasanya disertai dengan

    pembahasan sistematika paleontolgi, antaralain meliputi taksonominya.

    Urutan klasifikasi makhluk hidup, sesuai dengan "ranking" atau

    kedudukannya, untuk foraminifera dan salah satu jenis hewan adalah

    sebagai berikut :

    Kingdom Protista Animalia

    Filum Protozoa Chordata

    Klas Sarcodina Mammalia

    Ordo Foraminifera Carnivora

    Famili Globigerinidae Felidae

    Genus Globigerina Felis

    Spesies Nepenthes Cattus

    Salah satu contoh urutan klasifikasi, dalarn pembahasan Sistematika

    Paleontologi adalah sebagai berikut :

    Kingdom Protista Haeckel, 1866

    Filum Protozoa Goldfuss, I 818

    Klas Sarcodina Hertwig & Lesser, 1874

    Ordo Foraminiferida Eichwald, 1830

    Famili Globigerinidae Carpenter, Parker, & Jones, 1862

    Genus Globigerina d'Orbigny, 1826

    Spesies Globigerina Venezuelana

    Hedberg, 1937

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 6

    1.6. Teknik Penyajian Fosil

    1.6.1 Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya diperhatikan

    tujuan yang akan kita capai. Mendapatkan sampel yang baik diperhatikan

    interval jarak tertentu tetutama, untuk menyusun biostratigrafi.

    Kriteria - kriteria pengambilan sampel batuan, meliputi :

    a. Memilih sampel batuan yang insitu dan bukan berasal dari talus, karena

    dikhawatirkan fosilnya sudah tidak insitu.

    b. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung

    fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil

    atau kemungkinan fosilnya rusak. Contoh batuan yang diambil

    sebaiknya dari batuan lempung (clay), serpih (shale), napal (marl), tufa

    napalan (marly tuff), batugamping bioklastik, batugamping dengan

    campuran batupasir sangat halus.

    c, Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.

    d. Jika endapan turbidit, diambil pada batuan yang berbutir halus, yang

    diperkirakan merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan

    kondisi normal airnya.

    1.6.2 Penguraian / Pencucian

    Proses pencucian batuan dilakukan dengan cara yang umum sebagai

    berikut:

    - Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga ukuran

    diameternya 3 - 6 mm

    - Melarutkan dalam larutan H2O2 (hidrogen peroksida) 50% dan diaduk. atau

    dipanaskan.

    - Kemudian mendiamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24

    jam), jika fosil masih nampak kotor dapat ditakukan perendaman dengan

    air sabun, lalu dibilas dengan air bersih.

    - Selanjutnya dikeringkan dengan terik matahari dan siap untuk diayak.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 7

    1.6.3 Pemisahan Fosi l

    Langkah awal menganalisa, perlu diadakan penmisahan fosil dari kotoran

    butiran yang bersamanya. Cara pengambilan fosil - fosil tersebut dengan

    jarum dari cawan tempat contoh batuan untuk memudahkan dalam

    pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan terlebih dahulu

    sebelum pengambilan fosil). Peralatan yang dibutuhkan dalam pemisahan

    fosil antara lain :

    - cawan untuk tempat contoh batuan

    - jarum untuk mengambil fosil

    - kuas bulu halus

    - cawan tempat air

    - lem untuk merekatkan fosil

    - tempat. fosil

    - mikroskop

    Fosil yang telah dipisahkan diletakkan pada plate (tempat fosil).

    1.7. Pengenalan Alat

    Dalam praktikum Mikropaleontologi digunakan alat berupa mikroskop untuk

    pengamatan mikrofosil. Bagian-bagian dari mikroskop serta kegunaannya

    dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Lensa okuler yang dekat dengan mata

    2. Lensa obyektifyang dekat dengan obyek

    3. Meja tempat meletakkan sampel yang dianalisa

    4. Lensa

    5. Cermin untuk menangkap sinar yang masuk

    6. Penggerak mistar

    7. Penggerak kasar untuk memfokuskan obyek yang diamati

    8. Penggerak hat us untuk memperjelas obyek yang diamati

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 8

    BAB II

    PENGENALAN CANGKANG FORAMINIFERA PLANKTON

    2.1. Bentuk Test dan Kamar Foraminifera

    Yang dimaksud dengan bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari

    cangkang foraminifera. Sedangkan bentuk kamar adalah bentuk dari

    masing-masing kamar pembentukan test.

    Macam-macam bentuk test don gambar bentuk test foraminifera:

    1.Tabular : tabung 10. Cancellate : seperti gada

    2.Bifurcating : cabang 11. Discoidal : cakram

    3.Radiate : radial 12. Biumbilicate : 2 umbilicus

    planispiral

    4.Arborescent : pohon 13. Biconvex : cembung di dua

    sisi

    5.Irregular : tidak teratur 14. Flaring : seperti obor

    6.Hemisperical : setengah bola 15. Spiroconvex : cembung di sisi

    dorsal

    7.Zigzag : berbelok-belok 16. Umbilicoconvex : cembung di sisi

    ventral

    8. Conical : kerucut 17. Lenticular : pipih

    9. Spherical : bola 18. biumbilicate : lensa.

    19. Fusiform : gabungan

    Macarn -rnacam Bentuk Kamar

    1. Spherical

    2. Pyriform

    3. Tabular

    4. Globular

    5. Oved

    6. Hemisperical

    7. Angular truncate

    8. Angular rhomboid

    9. Angular conical

    10. Radiaal elongate

    11. Claved

    12. Tubulospinate

    13. Cyclical

    14. Flatulose

    15. Semicircular

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 9

    BENTUK-BENTUK TEST FORAMINIFERA

    Cancellate Discoidal Biumbilicate Biconvex Flaring

    Tabular Bifurcating Radiate Arborescent Irregular

    Hemispherical Zigzag Conical Spherical

    Spiroconvex Umbilicoconvex Lenticular Biumbilicate Fusiform

    Gambar 2.1 Macam-macam bentuk pada test foraminifera

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 10

    MACAM HIASAN PADA TEST FORAMINIFERA

    Pada Permukaan Test

    Punctate Smooth Reticulate Pustulose

    Cancellate Axial Costae Spiral Costae

    Pada Umbilicus

    Deeply Umbilicus Open Umbilicus Umbilicus Ventral Umbo

    Pada Aperture

    Flape Tooth Lip/Rim Bulla Tegilla

    Pada Peri- peri

    Keel Spine

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 11

    Pada Suture

    Bridge Limbate Retral Processes Raised Bosses

    MACAM APERTURE FORAMINIFERA BENTOS

    Bundar Cribate Phyaline Crescentric Slitlike Multiple Radiate

    Gambar 2.2 Macam-macam hiasan pada test foraminifera

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 12

    MACAM BENTUK KAMAR FORAMINIFERA

    Hemispherical Angular Rhomboid Angular Conical Radial Elongate Claved

    Tubulospinate Cyclical Flatulose Tabular Semicirculer

    Spherical Pyriform Globular Oved Angular truncate

    Gambar 2.3 Macam-macam bentuk kamar pada foraminifera

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 13

    Susunan kamar pada fora.minifera plankton dapat dibagi :

    a. Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat,

    pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh : Hastigerina

    b. Trochospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar

    terlibat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contoh:

    Globigerina

    c. Streptospiral, Sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral sehingga

    menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:

    Pulleniatina

    2.2 Septa dan Suture

    Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan

    yang lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut dengan

    foramen. Septa tidak dapat dilihat dari luar test, sedangkan yang tampak

    pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture.

    Suture merupakan garis yang terliliat pada dinding luar test, merupakan

    perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam

    pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture

    yang khas. Macam-macam bentuk suture adalah :

    Tertekan (melekuk), rata, atau muncul dipermukaan test. Contoh :

    Chilostomella colina, untuk bentuk suture tertekan.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 14

    Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh : orthomorphiao

    challengeriana, untuk bentuk suture lurus.

    Suture yang mempunyai hiasan. Contoh : Elphindium incertum,

    untuk bentuk hiasan yang berupa bridge.

    2.3 Jumlah Kamar dan Jumlah Putaran

    Mengklasifikasikan foraminifera, jumlah karnar dan jumlah putaran perlu

    diperhatikan. Karena spesies tertentu mempunyai jumlah karnar pada sisi

    ventral yang hampir pasti sedang pada bagian sisi dorsal akan berhubungan

    erat dengan jumlah putaran. Jumlah putaran yang banyak umumnya

    mempunyai jumlah kamar yang banyak pula, namun jumlah putaran itu juga

    jumlah karnarnya dalam satu spesies mempunyai kisaran yang harnpir pasti.

    Pada susunan kamar trochospiral jumlah putaran dapat diamati pada sisi

    dorsal, sedangkan pada planispiral jumlah putaran pada sisi ventral dan

    dorsal mempunyai kenarnpakan yang sarna.

    Cara menghitung putaran adalah dengan menentukan arah perputaran dari

    cangkang. Kemudian menentukan urutan pertumbuhan kamar-kamamya dan

    menarik garis pertolongan yang memotong kamar 1 dan 2 dan menarik garis

    tegak lurns yang melalui garis pertolongan pada kamar 1 dan 2.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 15

    Gambar Trochospiral

    Planispiral

    Arah perputaran dari 1 ke 13

    2.4 Aperture Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada kamar

    terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun variasinya

    lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama

    interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face)

    dan melekuk kedalam, ter1ihat pada bagian ventral (perut). Macam-

    macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton:

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 16

    a. Primary Aperture Interiomarginal, yaitu :

    - Primary Aperture Interiomarginal Umbilical, adalah

    aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah

    umbilicus atau pusat putaran. Contoh : Globigerina

    - Primary Aperture Interiomarginal Umbilical Extra

    Umbilical, adalah aperture utama interiomarginal yaatg

    terletak pada daerah umbilicus melebar sampai ke peri-peri.

    Contoh : Globorotalia

    - Primary Aperture Interiomarginal Equatorial, adalah

    aperture utama interiomarginal yang, terletak pada daerah

    equator, dengan ciri-ciri dari samping kelihatan simetri dan

    hanya dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator

    merupakan batas putaran akhir dengan putaran sebelum

    pada peri-peri. Contoh : Hastigerina

    b. Secondary Aperture / Supplementary Aperture Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang

    tambahan dari aperture utama.

    Contoh : Globigerinoides

    c. Accessory Aperture

    Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory

    atau aperture tambahan.

    Contoh : Catapsydrax

    2.5 Ornamen (Hiasan) Foraminifera

    Ornamen atau hiasan dapat juga dipakai sebagai penciri khas untuk genus

    atau spesies tertentu, Contohnya pada Globoquadrina yang memiliki

    hiasan pada aperture yaitu flap.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 17

    2.6 Komposisi Test Foraminifera

    Berdasarkan komposisi test foraininifera dapat dikelompokan menjadi

    empat, yaitu:

    1. Dinding Chitin / tektin

    Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun

    foraminifera, dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil.

    Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, anatara lain :

    o GolonganAllogromidae

    o Golongan Miliolidae

    o Golongan Lituolidae

    o Golongan Astrorhizidae

    Ciri-ciri dinding chitin adalah flexible, transparan, berwarna kekuningan dan

    imperforate, 2. Dinding Arenaceous dan aglutinous

    Dinding arenaceous dan aglutinous terbuat dari zat atau mineral asing

    disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama dengan zat perekat oleh

    organisme tersebut. Pada dinding arenaceous materialnya diambil dari

    butir-butir pasir saja, sedangkan dinding agglutinin materialnya diambil

    butir-butir, sayatan-sayatan mika, spone specule, fragmen-fragmen dari

    foraminifera lainnya dan lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi

    atau zat perekat gampingan. Zat perekat gampingan adalah khas untuk

    foraminifera yang hidup didaerah tropis, sedangan zat perekat silika adalah

    khas untuk foraminifera yang hidup perairan dingin.

    Contoh : Dinding Aglutinous : Ammobaculites aglutinous, Saccamina

    sphaerica

    Dinding Arenaceous : Psammosphaera

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 18

    3. Dinding Siliceous

    Beberapa ahli (Brady, Humbler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa

    dinding silicon dihasilkan oleli organisme itu sendiri, Menurut Glessner

    dinding silicon berasal dari zat sekunder. Galloway berpendapat bahwa,

    dinding silicon dapat dibentuk oleh organisme itu sendiri (zat primer)

    ataupun terbentuk secara sekunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan,

    hanya dijumpai pada beberapa golongan Ammodiscidae dan beberapa

    spesies dari Miliodae.

    4. Dinding Calcareous atau gatupingan

    Dinding yang terdiri dari zat-zat gampingan dijumpai pada sebagian besar

    foraminifera.bDinding yang gampingan dapat dikelompokam menjadi :

    Gampingan Porselen

    Gampingan porselen adalah dinding gampingan yang tidak berpori,

    mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar langsung

    berwarna putih opaque, contoh : Quinqueloculina, Pyrgo

    Gamping Granular

    Gamping granular adalah dinding yang terdiri dari kristal-kristal kalsit

    yang granular, pada sayatan tipis ini kelihatan gelap. Dijumpai pada

    golongan endothyra dan beberapa spesies dari bradyina serta

    Hyperammina.

    Gamping Komplek

    Gamping komplek adalah dinding dijumpai berlapis, kadang-kadang

    terdiri dari satu lapis yang homogen, kadang-kadang dua lapis bahkan

    sampai empat lapis. Terdapat pada golongan Fussulinidae.

    Gamping Hyaline

    Terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan berpori, Kebanyakan

    dari foraminifera. plankton mempunyai dinding seperti ini.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 19

    BAB 3

    FORAMINIFERA PLANKTONIK

    3.1 Tahapan Cara Mendiskripsi Foraminifera Plankton

    Didalam mendiskripsi foraminifera plankton baik dalam penentuan genus

    maupun spesies di sini harus diperhatikan, antara lain:

    3.1.1 Susunan Kamar

    Susunan kamar pada foraminifera plankton dapat dibagi :

    a. Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat,

    pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sarna. Contoh :

    Hastigerina.

    b. Trochospiral, sifat terputar tidak. pada satu bidang, tidak semua kamar

    terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sarna.

    Contoh : Globigerina.

    c. Streptospiral, sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral sehingga

    menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh :

    Pulleniatina.

    3.1.2 Bentuk Kamar/Test

    (telah dibahas pada BAB 2)

    3.1.3 Suture (telah dibahas pada BAB 2)

    3.1.4 Jumlah Kamar dan Jumlah

    Putaran (telah dibahas pada BAB 2)

    3.1.5 Aperture

    Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak. pada

    kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun

    variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 20

    interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) karnar akhir (septal face) dan

    melekuk ke dalam, terIihat pada bagian ventral (perut).

    Macam-macam aperture yang dikenal pada

    foraminifera plankton:

    a. Primary Aperture Interiomarginal, yaitu :

    Primary aperture interiomarginal umbilical, adaIah aperture utama

    interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus atau pusat putaran.

    Contoh : Globigerina.

    Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical, adalah

    aperture utama interiomarginal yang terletak. pada daerah umbilicus

    melebar sampai ke peri-peri. Contoh : Globorotalia.

    Primary aperture interiomarginal equatorial, adaIah aperture utama

    interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan ciri-ciri dari

    samping kelihatan simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar

    planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran

    sebelumnya pada peri-peri. Contoh : Hastigerina

    b. Secondary Aperture / Supplementary Aperture

    Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang

    tambahan dari aperture utama.

    Contoh : Globigerinoides.

    c Accessory Aperture

    Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau

    aperture tambahan. Contoh: Catapsydrax.

    3.1.6 Komposisi Test (telah dibahas pada BAB 2)

    3.1.7 Hiasan/Ornamen (telah dibahas padaa BAB 2)

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 21

    3.2 Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera Plankton

    Foraminifera planktonik khusus terdapat pada superfarnili Globigerinicea,

    yang dapat dibagi menjadi:

    3.2. 1 Famili Globigeriniidae

    Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau

    hemispherical, bentuk kamar globular dan susunan kamar trochospiral

    rendah atau tinggi. Aperture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi

    yang terletak pada umbilicus dan juga pada suture atau pada apertural face.

    Beberapa genus yang termasuk dalam faroili

    Globigeriniidae :

    3.2.1.1 Genus Orbulina

    Ciri khas dari genus ini adalah adanya aperture small opening. Aperture ini

    adalah akibat dari terselubungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh

    kamar terakhir.

    Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini :

    - Orbulina universa

    - Orbulina bilobata

    - Orbulina suturalis

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 22

    3.2.1.2 Genus Globigerina

    Mempunyai susunan kamar trochospiral, aperture interiomarginal umbilical,

    dan hiasan pada

    permukaan berupa punctate.

    Beberapa spesies yang termasuk

    genus ini : - Globigerina nepenthes

    Ciri khas : aperturenya melengkung semi bulat dengan pinggiran melipat ke

    atas.

    - Globigerina praebulloides

    Ciri khas : kamar menggembung, suture pada bagian spiral radial hingga

    sangat melengkung, tertekan, pada bagian umbilical radial, tertekan,

    umbilicusnya dalam.

    - Globigerina seminulina

    Ciri khas : kamar spherical satu yang terakhir elongate. Umbilicus kecil

    hingga sangat lebar, sangat dalam. Aperture berbentuk elongate atau

    melengkung rendah, interiomarginal umbulical dibatasi oteh lengkungan.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 23

    3.2.1.3 Genus Globigerinoides

    Ciri morphologinya sama dengan Globigerina tetapi pada

    Globigerinoides terdapat supplementary aperture.

    Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini :

    Globigerinoides trilobus

    Ciri khas : tiga kamar pada putaran terakhir membesar sangat cepat.

    Umbilicusnya sangat sempit. Aperture primernya interiomarginal umbilical,

    melengkung lemah sampai sedang dibatasi oleh rim, pada kamar terakhir terdapat

    aperture sekunder.

    Globigerinoides conglobatus

    Ciri khas : kamar awalnya subspherical, tiga kamar terakhir bertambah

    secara perlahan. Umbilicus sempit, tertutup dan dalam. Aperture primer

    interiomarginal umbilical, umbilical panjang, melengkung dibatasi oleh sebuah

    lengkungan, serta terdapat aperture sekunder.

    Globigerina extremus

    Ciri khas : empat kamar terakhir bertambah besar, suture melengkung

    oblique pada spiral-spiral dan pada bagian umbilicusnya tertekan,

    umbilicusnya sempit, dalam. Semua kamar pada putaran terakhir yang tertekan,

    oblique lateral. Terdapat hiasan berupa tooth pada aperturenya.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 24

    Globigerinoides fistulosus

    Mempunyai kamar spherical, kamar terakhir bergerigi pada peri-peri,

    suture pada bagian spiral melengkung tertekan, umbilicusnya sangat lebar. Aperture

    primer interiomarginal umbilical, lebar, terbuka dengan adanya sebuah lip.

    Terdapat aperture sekunder pada kamar awalnya.

    Globigerinoides immaturus

    Tiga kamar terakhir bertambah besar tidak begitu cepat. Umbilicus sempit.

    Aperture primer interiomarginal umbilical dengan lengkungan yang rendah sampai

    sedang, dibatasi oleh sebuah rim. Terdapat aperture sekunder pada kamar terakhir.

    Globigerinoides primordius

    Ciri khasnya hampir sama dengan Globigerina praebulloides tetapi

    mempunyai aperture sekunder pada sisi dorsal.

    Globigerinoides obliquus

    Satu kamar terakhir berbentuk oblique. Aperture primer interiomarginal

    umbilical, sangat melengkung yang dibatasi oleh sebuah rim. Sebagian kecil dari

    kamar terakhir memperlihatkan sebuah aperture sekunder yang berseberangan dengan

    aperture primer.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 25

    Globigerinoides ruber

    Perputaran kamarnya terlihat mulai dari samping. Aperture

    interiomarginal umbilical, dengan lengkungan sedang yang terbuka dibatasi

    oleh sebuah rim. Pada sisi dorsal terdapat aperture sekunder.

    3.2.1.4 Genus Globoquadrina

    Bentuk test spherical, bentuk kamar globural, aperture terbuka lebar

    dan terletak pada umbilicus dengan bentuk segiempat, yang kadang-

    kadang mempunyai bibir.

    Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini :

    Globoquadrina dehiscens

    Kamar subglobular menjadi semakin melingkupi pada saat dewasa. Tiga

    kamar terakhir bertambah ukurannya secara cepat. Pada kena

    mpakan samping sisi dorsal terlihat datar.

    Globoquadrina altispira

    Empat kamar terakhir bertambah ukurannya secara sedang, umbilicus

    sangat lebar, dalam, aperture interiomarginal sangat lebar terlihat elongate

    pada bagian atas, terdapat flap.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 26

    3.2.1.5 Genus Sphaeroidinella

    Bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar globular dengan jumlah

    kamar tiga buah yang saling berangkuman (embracing). Aperture terbuka lebar dan

    memanjang di dasar suture. Pada dorsal terdapat supplementary aperture.

    Mempunyai hiasan berupa suture bridge.Spesies yang termasuk dalam genus ini :

    Sphaeroidinella dehiscens

    3.2.1.6 Genus Sphaeroidinellopsis

    Mempunyai ciri hampir sama dengan genus Sphaeroidinella tapi tidak

    mempunyai aperture sekunder.

    Spesies yang termasuk dalam genus ini :

    Sphaeroidinellopsis seminulina

    3.2.1.7 Genus Pulleniatina

    Susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture terbuka lebar memanjang dari

    umbilicus kearah dorsal dan terletak didasar apertural face.

    Spesies yang termasuk dalam genus ini :

    Pulleniatina obliqueloculata

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 27

    3.2.1.8 Genus Catapsydrax

    Mempunyai hiasan pada aperture berupa bulla pada Catapsydrax

    dissimilis dan tegilla pada Catapsydrax stainforthi. Juga mempunyai

    accessory aperture yaitu infralaminal accessory aperture pada tepi hiasan

    aperturenya.

    Spesies yang termasuk dalam genus ini:

    Catapsydrax dissimillis

    3.2.2 Famili Globorotaliidae

    Umunmya mempunyai bcntuk test biconvex, bentuk kamar subglobular atau

    angular conical, susunan kamar trochospiral. Aperture memanjang dari

    umbilicus ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pada pinggir

    test ada yang mempunyai keel dan ada pula yang tidak.

    Genus yang termasuk dalam famili ini :

    3.2.2.1 Genus Globorotalia

    Berdasarkan ada atau tidaknya keel, maka genus ini dapat dihagi 2 subgenus,

    yaitu :

    Subgenus Globorotalia

    Subgenus ini mencakup seluruh Globorotalia yang mempunyai keel. Untuk

    membedakan subgenus ini dengan subgenus lainnya maka dalam

    penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :

    Contoh : Globorotalia (G)

    Beberapa spesies yang termasuk. dalam subgenus ini :

    - Globorotalia tumida

    Test trochospiral rendah sampai sedang, sisi spirallebih convex daripada sisi

    umbilical, permukaannya licin kecuali pada kamar dari putaran akhir dan

    umbilical pada kamar akhir yang pustulose. Suture disisi spiral pada mulanya

    melengkung halus Ialu melengkung tajam mendekati akhir hampir lurus

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 28

    hingga radial, pada distal kembali melengkung hampir tangensial ke peri-

    peri.

    - Globorotalia plesiotumida

    Test trochospiral sangat rendah, biconvex, tertekan, peri-peri equatorial

    globulate, keel tipis. Suture pad a bagian spiral melengkung satu pada

    bagian yang terakhir subradial, pada sisi distalnya melengkung sangat kuat.

    Umbilical sempit dan tertutup dalam aperture interiomarginal umbilical extra

    umbilical melengkung lemah di batasi oleh lip yang tipis.

    Subgenus turborotalia

    Mencakup sebruh Globorotalia yang tidak mempunyai keel. Untuk

    penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :

    Contoh : Globorotalia (T)

    Spesies yang termasuk dalam genus ini, an

    tara lain: - Globorotalia siakensis

    Susunan kamar trochospiral lemah, peri-peri equatorial lobulate, kamar

    tidak rata, subglobular, kamar ke 5-6 terakhir membesar tidak teratur.

    POOa kedua sisi suturenya radial, tertekan, umbilical agak lebar sampai

    agak sempit, dalam. Aperture interiomarginal umbilical extra umbilical,

    agak rendah, terbuka, melengkung, dibatasi oleh bibir atau rim.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 29

    3.2.3 Famili Hantkeniidae

    Pada test terdapat dua umbilicus yang masing-masing terletak pada salah

    satu sisi test yang berseberangan. Susunan kamar planispiral involute.

    Beberapa genus kamar-kamar ditumbuhi oleh spine-spine panjang.

    Beberapa genus yang termasuk dalam

    famili ini

    3.2.3.1 Genus Hantkenina

    Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar

    planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine-spine yang panjang.

    Contoh : Hantkenina alabamensis

    3.2.3.2 Genus Cribrohantkenina

    Mempunyai ciri hampir sama dengan Hantkenina tetapi kamar akhir

    sangat gemuk dan mempunyai Cribate" yang terletak pada apertural

    face.

    Contoh : Cribrohantkenina bermudez

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 30

    3.2.3.3 Genus Hastigerina

    Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau

    loosely coiled". Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada

    apertural face.

    Contoh : Hastigerina aequilateralis

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 31

    BAB IV

    FORAMINIFERA BENTHOS

    4.1 Susunan Kamar Foraminifera Bentos

    1. Monothalamus: susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera

    yang hanya terdiri dari satu kamar.

    Macam - macam dari bentuk monothalamus test :

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 32

    2. Polythalamus

    Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera

    yang terdiri dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja atau biserial

    saja.

    Uniserial, terdiri dari satu macam susunan kamar dan sebaris kamar,

    terdiri dari :

    a. Uniformed, terdiri dari

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 33

    Biserial, test yang tersusun dua baris kamar yang terletak berselang-

    seling Contoh: TextularIa

    Triserial, test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak

    berselang-seling Contoh : Uvigerina, Bulimina

    b. Biformed Test

    Merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu

    dengan yang lain dalam satu buah test, misalnya biserial pada

    awalnya kemudian menjadi uniserial pada akhirnya.

    Contoh : Bigerina

    C. Triformed Test

    Merupakan tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test, misalnya

    permulaan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjudi

    uniserial.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 34

    Contoh: Vulvulina

    d. Multiformed Test, dalam sebuah test tdpt >3 susunan kamar.

    Bentuk ini sangat jarang ditemukan.

    4.2 Aperture Foraminifera Bentos

    Golongan bentos memiliki bentuk aperture yang bervariasi. Dan aperture itu

    sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan.

    lubang tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk.

    4.3 Aperture Foraminifera Bentos

    Golongan bentos memiliki bentuk aperture yang bervariasi. Dan aperture itu

    sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan

    lubang tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk.

    Macam-macam aperture pada foraminifera bentos:

    a. Simple Aperture, yaitu :

    - at end of tabular chamber

    - at base of aperture face

    - in middle aperture face

    - aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah test

    (terminal), lubangnya bulat.

    - Aperture comma shaped, mempunyai koma/melengkung, tetapi tegak lurus

    pada permukaan septal face.

    - Aperture phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak diujung neck

    yang pendek tapi menyolok.

    - Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum dijumpai

    pada foraminifera yang bertest hyaline.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 35

    - Aperture crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda.

    b. Supplementary Aperture, yaitu :

    - Infralaminal accessory aperture dendritik

    - Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah lubang yang bulat,

    tapi mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang.

    - Radiate with apertural facechamberlet.

    c. Multiple Aperture, yaitu :

    - multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak lubang, terletak di sepanjang suture.

    - Aperture cribratelareal, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya

    seperti saringan, lubang uummnya halus dan terdapat pada permukaan

    kamar akhir.

    - Terminal

    d. Primary Aperture, yaitu :

    - umbilical

    - Interiomarginal umbilical extra runbilical/simple aperture lip/ ventral and

    peripheral.

    - Spilo umbilical/interiomarginal equatorial.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 36

    Gambar 3.1 Macam-macam aperture foraminifera benthos

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 37

    4.3 Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera Benthos

    - Genus Ammobaculites Chusman 1910

    Termasuk Farnili Lituolidae, dengan ciri-ciri test pada awalnya terputar,

    kemudian menjadi uniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan

    terletak pada puncak kamar akhir.

    -Genus Ammodiscus Reuss 1861

    T ermasuk famili Ammodiscidae dan ciri-ciri test monothalamus, terputar

    planispiral, komposisi test pasiran, aperture pada ujung Iingkaran.

    - Genus Amphistegina D'Orbigny 1826

    Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, padaa ventral terlihat suture bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada bagian ventral

    - Genus Bathysiphon Sars 1972

    Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang-kadang turns, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 38

    - Genus Bolivina

    Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runciJ1g,

    biserial, komposisi gampingan, berpori, aperture pada kamar akhir, kadang

    berbentuk lope.

    - Genus Bulimina d' Orbigny 1826

    T ermasuk famili Buliminidae, test memanjang, umumnya triserial, berbentuk

    kamar subglobular, komposisi gampingan berpori.

    - Genus Cibicides Monfort 1808

    Termasuk famili Anomalidae, dengan ciri-ciri test planoconvex rotaloid,

    bagian dari dorsal lebih rata, komposisi garnping berpori kasar, aperture di

    bagian ventral, permukaan akhir sempit dan memanjang .

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 39

    - Genus Dentalina d' Orbigny 1826

    Termasuk famili Lagenidae, dengan ciri-ciri test polythalamus, uniserial,

    curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture

    memancar, terletak pada ujung kamar akhir

    - Genus Elphidium Monfort 1808

    Termasuk famili Nonoinidae dengan ciri-ciri test planispiral, bilateral simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture bridge dan umbilical, komposisi test gampingan berpori, aperture merupakan sebuah lubangllebih pada dasar permukaan kamar akhir.

    - Genus Nodogerina Chusman 1927

    T ermasuk famili Heterolicidae, dengan test memanjang, kamar tersusun

    uniserial lurus, komposisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di

    puncak membulat mempunyai leher dan bibir.

    - Genus Nodosaria Lamark 1812

    Termasuk famili Lagenidae dengan test lurus memanjang, kamar tersusun

    uniserial, suturenya tegak lurns terhadap sumbu, pada permulaan agak

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 40

    bengkok kemudian lurus, kqmposisi gampingan berpori, aperture di puncak

    berbentuk radier.

    - Genus Nonion Monfort 1888

    Termasuk famili Nonionidae dengan test cenderung involute, bagian tepi

    membulat, umumnya dijumpai umbilical yang dalam, komposisi gampingan

    berpori, aperture melengkung pada kamar akhir.

    - Genus Rotalia Lamark 1804

    U mumnya suture menebal pada bagian dorsal, bagian ventral suturenya tertekan ke

    dalam, komposisi test gampingan berpori, aperture pada bagian ventral membuka

    dari umbilical pinggir.

    Genus Saccamina M. Sars 1869

    Tennasuk farnili Saccanidae dengan test globular, komposisi test dari

    material kasar, biasanya oleh khitin berwarna coklat, aperture di puncak

    umumnya dengan leher.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 41

    - Genus Textularia Derance 1824

    Termasuk famili Textularidae test memanjang kamar tersusun biserial,

    morfologi kasar, komposisi pasiran, apcI1urc scmpit mcmanjang pad a

    pcrmukaan kamur akhir.

    - Genus Uvigerina d' Orbigny 1826

    Termasuk famili Uvigeridae dengan test fusiform, kamar triserial, komposisi berpori, aperture di ujung dengan leher dan bibir.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 42

    BAB V

    APLIKASI FORAMINIFERA

    5.1. PENENTUAN UMUR RELATIF

    Cara menentukan umur relative pada umumnya didasarkan atas dijumpainya

    fosil didalam batuan. Didalam mikropaleontologi cara menentukan umur

    relatif dengan menggunakan :

    1. Foraminifera Kecil Planktonik : disamping jumlah genus sedikit, plankton

    sangat peka terhadap perubahan kadar garam, hal ini menyebabkan

    hidup suatu spesies mempunyai kisaran umur yang pendek sehingga baik

    untuk penciri umur suatu lapisan batuan.

    Biozonasi foraminifera planktonik yang populer dan sering digunakan di

    Indonesia adalch Zonasi Blow ( 1969 ), Bolli ( 1966 ) dan Postuma (

    1971).

    2. Foraminifera Besar Bentonik : Dipakai sebagai penentu umur relatif karena

    umumnya mempunyai umur pendek sehingga sangat baik sebagoi fosil

    penunjuk.

    Penentuan umur berdasarkan foraminifera besar, khususnya di Indonesia

    biasanya menggunakan Klasifikasi Huruf, antara lain. Klasifikasi 'Huruf

    yang dikemukakan oleh Adams ( 1970 ).

    5.2 PENENTUAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    Lingkungan pengendapan adalah suatu kumpulan dari kondisi fisika, kimia,

    dari biologi dimana sedimen terakumulasi (Krumbein & Sloss, 1963). Selain

    tersabut di atas banyak pula para ahli yang mengemukakan tentang definisi

    lingkungan pengendapan antara Selly, 1978, mendefinisikan suatu keadaan

    dipermukaan bumi yang disebabkan olen interaksi antara faktor-faktor fisika

    kimia dan biologi dimana sedimen tersebut diendapkan.

    Faktor fisika meliputi kadar garam, kecepatan arus, kedalaman air,

    kecepatan angin dan sebagainya. Faktor kimia meliputi kadar garam,

    keasaman, kebasaan air serta komposisi kimiu batuan.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 43

    Sedangkan yang dipelajari dalam praktikum ini adalah faktor biologi yang

    mempelajari kehidupan organisme masa lampau berdasarkan Iingkungan

    hidupnya.

    Metode yang dipakai untuk menentukan lingkungan pengendapan tersebut

    adalah :

    Menggunakan Foraminifera Kecil Bentonik

    Menggunakan Ratio Plankton / Bentos

    5.2.1 Penentuan Lingkungan Pengendapan dengan Rasio Plankton/

    Bentos

    Tabel Kedalaman dari Grimsdale dan Mark Hoven (1955)

    % Ratio

    Plankton Kedalaman (m)

    1- 10 0-70

    10 - 20 0-'70

    20 - 30 60 - 120

    30 - 40 100 - 600

    40 - 50 100 - 600

    50:- 60 550 -700

    60 -70 680 - 825

    70 - 80 700 - 1100

    80 - 90 900 - 1200

    90 - 100 1200 - 2000

    Linqkunqan Penqendapan Bentos Kedalaman

    (rr.)

    % Ratio Neritik Tepi .. 0 - 20 0-20

    Neritik.Tenqah 20 - 100 20 - 50

    Neritik Atas 100 - 200 20 - 50

    Bathyal A tas 200 - 500 30 - 50

    Bathyal Bawah 500 - 2000 50- 100

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 44

    5.2.2. Penentuan Lingkungan Pengendapan dengan Foraminifera Kecil

    Bentonik

    Foraminifera kecil benthonik dipakai sebagai penentu lingkungan

    pengendapan karena golongan ini hidupnya sangat peka terhadap

    lingkungan, sehingga hanya hidup pada lingkungan dan kedalaman tertentu.

    Selain itu karena benthonik hidup di dasar laut baik menambat ataupun

    merayap. Berdasarkan hal tersebut diatas maka beberapa ahli

    mengelompokkan suatu komuniti yang hidup sesuai dengan lingkungan

    hidupnya jika dihubungkan dengan faktor kedalaman yang dikenal dengan

    nama zona bathymetri.

    5.2.2.1 Tipsword, Setzer dan Smith (1966)

    Menyusun klasifikasi "Zona bathymetri untuk lingkungan pengendapan

    marine bdsr data asosiasi mikrofosil & rasio P/B dari Teluk Mexico,

    digabungkan dengan data asosiasi Iitologi, sedimentologi & tektoniknya.

    Klasifikasinya dapat digunakan untuk dasar penentuan paleobatimetri batuan

    Kenozoikum. Dari penelitiannya diusulkan 8 zona Iingkungan pengendapan

    sbb: (Gambar 1.1).

    1. Darat: Miskin fauna

    2. Transisi: air asin, teluk, payau, lagoon, estuarine.

    3. Paparan dalam - laut terbuka yang terdangkal (neritik tengah)

    kedalamannya 0-20m (0-66 ft)

    4. Paparan tengah - laut terbuka intermediate (neritik tengah) kedalaman

    20-100m (66-328 ft)

    5. Paparan luar - laut terbuka lebih dalam (neritik luar) kedalamn 100-200m

    (328-656 ft).

    6. Lereng atas - laut dalam (bathyal atas) kedalaman 200-500m (656-

    1640ft).

    7. Lereng bawah - laut dalam (bathyal bawah) kedalaman 500-2000m

    (1640-5650 ft).

    8. Abysal - laut dalam lebih besar 2000m, lebih besar dari 6560 ft.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 45

    Setelah fosil diketahul genus dan spesiesnya, kemudian dikelompokkan

    menjadi satu. Dari asosiasi fosil dalam satu sampel kemudian dicocokkan

    dengan zona ekologi yang dibuat oleh Tipsword dkk.

    Dibawah ini adalah zona ekologi foraminifera benthos sebagai penciri daerah

    intertidal menurut Tispword, dkk (1966) pada daerah Gulf Coast untuk Jaman

    resen.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 46

    Dibawah ini adalah data zona paleoekologi Foraminifera Kenozoikum pada daerah Gulf Coast, didasarkan pada fosil Foraminifera.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 47

    1. Non Marine miskin fauna

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 48

    5.2.2.2 Robertson Research (1985)

    Melakukan penelitian di Asia Tenggara, L.Cina Selatan, Gulf Coast, Teluk Thailand,

    Kep.Solomon dengan cara penentuan yang sama dengan Tipsword, dkk yaitu dengan

    asosiasi fosil bukan kisaran kedalaman. Tetapi pembagiannya lebih banyak, dimana

    dijelaskan juga fosil-fosil yang hidup bukan pada Iingkungan marin saja.

    Klasifikasinya berdasarkan :

    Kompilasi Hedgpeth (1957), Tipsword (1966); Ingle (1980),

    Rasio P/B, Jumlah kumpulan fosil.

    Hasil penafsiran Lingkungan Pengendapan purba dibandingkan jumlah fosil

    resen .

    Sedangkan untuk daerah ubarren", non marin digunakan fosil pollen.

    Pembagiannya :

    1. Non marine (supralitoral): aluvial, delta: tidak ada foram plankton/benthos.

    2. Transisi/litoral: pasir pantai, rawa, payau, estuarin: tanpa foram plankton dan

    sedikit benthos.

    Pasir pantai : Quinqueloculiina, Miliamella, Ammonia beccarii, Elphidium.

    Rawa (tanpatumbuhan mangrove, di daerah temperate):

    Air hiposalin : arenaceous (Miliammina, Ammotium, Trochamina), plus

    Elphidium tanpa Miliolidae .

    Air Normal: Sam a dengan air laut: assemblage seperti diatas, plus Miliolidae,

    Ammonia beccarii .

    Hipersalin: lebih salin dari air laut : prosen fosil arenaceous dengan (Miliolidae,

    Elphidium) seimbang.

    Payau (air brakhis, banyak tumbuhan mangrove, di daerah Tropis).

    Estuarin (muara sungai besar dengan laut :

    Estuarin atas : Miliammina, Ammobaculites

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 49

    Estuarin bawah : Ammonia beccarii, plus Elphidium

    3. Lagoon (dalam pantai yang memnajng sejajar garis pontai)

    Hiposalin

    Normal

    Hipersalin: assemblage sama dengan normal lagoon tetapi tanpa

    Pratelphidium

    4. Inner Shelf (neritik teri) 0-20 m

    5 Middle Shelf (neritik tengah) 20-100 m Shallow middle shelf (20-50m) I photic zone", dimana sinar

    matahari masih berpengaruh, assemblage masih sama dengan di atas, plus Opeculina dan' Amphistegina quyoi .

    Deep middle shelf (50-100m), sinar matahari kurang berpengaruh, assemblage tetap. tanpa Opeculina dan Amphistegina quyoi.

    6 Outer shelf I Neritik Luar (lOO-200m): assemblage tetap. Plus

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 50

    7 Upper slope / Bathyal Atas (200-1000m)

    8 Lower slope I Bathyal Bawah (1000-4000m);

    5.2.2.3 Phleger (1951)

    Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan kisaran kedalamannya

    (Tabel 1.7).

    dari hasil yang dianalisis dan sudah diketahui genus dan spesiesnya kemudian

    dilinat pada tabel diatas dan dibuat tabel tersendiri seperti pada contoh di

    bawah ini (Tabel1.8).

    Phleger (1951) melakukan penelitian pada sedimen marin, berumur Resen di

    Teluk Mexico & beberapa tempat di dunia dan berhasil menyusun klasifikasi

    dasar laut, serta akumulasi foram bentos tertentu

    pada kedalaman tertentu.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari penelitlannya adalah :

    Frekuensi spesies pada tiap conto batuan .

    Asosiasi beberapa spesies yang mendukung spesies karakteristik pada

    kedalaman tertentu .

    Menggunakan foraminifera resen sbg bahan studinya .

    Memperhatikan distribusi temperatur secara vertikal & salinitas air laut.

    5.2.2.4. Van Marle (1987)

    Melakukan penelitian biofasies dasar laut berdasarkan foraminifera bentik pada

    sedimen Kenozoikum Resen di daerah Busur Banda (Indonesia timur).

    Berdasar foram resen pada sedimen dasar laut, dengan metode matematik-

    statistik dengan rnembandingkan hasil penghitungan fosil Kenozoikum akhir-

    resen.

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 51

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 52

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 53

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 54

  • Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2011-2012

    Laboratorium Mikropaleontologi 55

    DAFTAR PUSTAKA

    Phleger, F.B., 1951, Ecology of Foraminifera, Northwest Gulf of Mexico,

    The Geological Society of America, memorial 46.

    Tipsword, H.I., Setzer, F.M. Smith, Jr, F.L, 1956, Introduction of

    Depositional Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration

    From paleontology and related Stratigraphy, Houston.

    Cushman, J.A., 1969, Foraminifera Their Classification and Economic

    Use, Cambridge, Massachusetts, USA Harvard University Press.

    Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera

    Biostratigraphy Cont, Planktonic Mikrofosil, Geneva, 1967,

    Pro. Leiden, E.j.Bull, v.1.

    Postuma, J.A., 1971., Manual of Planktonic Foraminifera, Amsterdam,

    London, New York.

    Pringgoprawiro, H., 1984, Diktat Mikropaleontologi Lanjut, Laboratorium

    Mikropaleontologi Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.

    Tidey, G.L., 1985, Benthonic Foraminifera Age Zonation and

    Environment of Deposition, Robertson Research LTD, Singapore.

    Asikin, S., 1990, Buku Penuntun Geologi Lapangan, Departemen Teknik

    Geologi ITB, Bandung.

    Subandrio, A., 1994, Studi Paleobathimetri Cekungan Sumatera Utara,

    Subcekungan Jambi dan Cekungan Barito, Thesis , ITB Bandung

    (tidak dipuplikasikan)

    Maha, M., 1985, Biozonasi, Paleobatimetri dan Pemerian Sistematis

    Foraminifera Kecil . Sumur T0-04, Sumur T0-08 dan Sumur95,

    Daerah Cepu dan Sekitarnya, Cekungan Jawa Timur Utara, Thesis,

    ITB, Bandung (Tidak dipublikasikan).