166000076 laporan pendahuluan laparatomi

7
LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPARATOMI Pengertian Pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut . Ada 4 cara, yaitu; 1. Midline incision 2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). 3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy. 4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy. Indikasi 1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) 2. Peritonitis 3. Perdarahan saluran pencernaan. 4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar. 5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll). INTERVENSI KLIEN POST OPERASI. PENGKAJIAN; Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat

Upload: oman-setiyanto

Post on 24-Nov-2015

94 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PENDAHULUAN POST LAPARATOMI

    Pengertian

    Pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut .

    Ada 4 cara, yaitu;

    1. Midline incision

    2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).

    3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

    pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

    4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di

    atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

    Indikasi

    1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

    2. Peritonitis

    3. Perdarahan saluran pencernaan.

    4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

    5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).

    INTERVENSI KLIEN POST OPERASI.

    PENGKAJIAN;

    Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat

  • mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi,

    sebelum pembedahan dan alergi.

    Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik

    System Pernafasan.

    Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:

    - Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

    - Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit depresi

    narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme

    yang meningkat. - Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan. - Inspeksi:

    Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi

    sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi. Thorax Drain. Sistem Cardiovasculer.

    Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam

    (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. Penurunan tekanan darah, nadi

    dan suara jantung depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi. Nadi

    meningkat shock, nyeri, hypothermia. Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna,

    temperatur dan ukuran ektremitas). Homans saign trombhoplebitis pada ekstrimitas

    bawah (edema, kemerahan, nyeri). Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit - Inspeksi

    membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan. - Ukur cairan NG tube,

    out put urine, drainage luka. - Kaji intake / out put. - Monitor cairan intravena dan

    tekanan darah. Sistem Persyarafan. - Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran semua

    klien dengan anesthesia umum. - Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil,

    kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum depresi fungsi motor. Sistem Perkemihan. -

    Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia inhalasi,

    IV, spinal. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine. Pencegahan :

    Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli). - Dower catheter kaji

    warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam komplikasi ginjal. Sistem Gastrointestinal.

    - Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan

    stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher

    serta TIO meningkat. - Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. - Kaji

    paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus. - jumlah, warna, konsistensi

    isi lambung tiap 6 8 jam. - Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post

    operatif dengan decompresi dan drainase lambung. Meningkatkan istirahat. Memberi

  • kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah. Memonitor perdarahan. Mencegah

    obstruksi usus. Irigasi atau pemberian obat.

    Sistem Integumen.

    - Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-

    obat steroid.

    - Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan satu tahun.

    - Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

    Infeksi luka.

    Diostensi dari udema / palitik ileus.

    Tekanan pada daerah luka.

    Dehiscence.

    Eviscerasi.

    Drain dan Balutan

    Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah, warna,

    konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8 jam saat di

    ruangan.

    Pengkajian Nyeri

    Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.

    Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis,

    gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.

    Pemeriksaan Laboratorium.

    Dilakukan untuk memonitor komplikasi .

    Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan

    manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah

    lengkap.

    Komplikasi post laparatomi;

    1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

    Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya

    besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah

    vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.

  • Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos

    kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.

    2. Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.

    Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling

    sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif.

    Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.

    Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan

    memperhatikan aseptik dan antiseptik.

    3. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.

    Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.

    Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.

    Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup

    waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat

    dari batuk dan muntah.

    DIAGNOSIS KEPERAWATAN.

    1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi,

    nyeri.

    2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan

    drainage.

    3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.

    4. Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.

    5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post

    operasi.

    6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan skresi.

    7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) berhubungan dengan obat anesthesia dan

    immobilisasi.

    PERENCANAAN

    1. Gangguan pertukaran gas

    Tujuan :

  • Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.

    Intervensi :

    - Posistioning klien untuk mencegah aspirasi

    - Insersi mayo mencegah obstruksi, melakukan suction.

    - Pemberian Oksigen

    - Endotracheal tube/mayo dilepas refleks gag kembali

    - Dorong batuk dan bernapas dalam 5 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam pertama

    (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).

    - Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.

    - Suction.

    2. Gangguan integritas kulit

    Tujuan :

    - luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.

    Penyebab luka infeksi :

    - kontaminasi selama pembedahan

    - infeksi preoperative

    - teknik aseptic yang terputus

    - status klien yang jelek.

    Intervensi :

    - Terapi obat :

    antibiotik profilaksis spectrum luas (24 72 jam post op)

    perawatan luka dengan gaas antibiotik.

    - Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka 3-6

    hari.

    - Drain :

    evakuasi cairan dan udara

    mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.

    3. Nyeri

    Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan posisi selama

    operasi.

    Intervensi :

  • - Terapi obat :

    Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik nyeri akut (meperidin hydroclorida,

    morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)

    Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.

    Pada pembedahan yang luas kontrol nyeri iv pump.

    Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas, hyotensi, mual,

    muntah komplikasi narkotik).

    Metode pangendalian nyeri yang lain :

    1. positioning

    2. perubahan posisi tiap 2 jam

    3. masase

    EVALUASI :

    Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :

    1. Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara napas

    jernih.

    2. Mengikuti diet TKTP

    3. menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan balutan dan drain.

    4. Penyembuhan komplit tanpa komplikasi

    5. Mengungkapkan nyeri hilang.

  • DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

    Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott

    Company. Philadelphia. 1984.

    Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

    sekian sharing

    LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN LAPARATOMI

    harap maklum bila masih banyak kekurangan