161526435 pengawasan-mutu
TRANSCRIPT
BAB VII
PENGAWASAN MUTU
Sebelum kita membicarakan mengenai arti dan kegiatan pengawasan mutu, terlebih
dahulu perlu kita ketahui apa yang dimaksudkan dengan mutu atau kualitas, faktor-faktor apa yang
mempengaruhi mutu/kualitas suatu barang, biaya-biaya apa saja yang terkandung dalam
mutu/kualitas tersebut dan perumusan kebijaksanaan dalam penentuan mutu suatu barang.
7.1 Pengertian Mutu
Pada mulanya manusia merupakan makhluk atau individu yang sudah merasa cukup puas
dengan bahan-bahan kebutuhan yang disediakan oleh alam. Sehingga pada waktu itu manusia
tidak memperhatikan pentingnya (tidak mementingkan) mutu/kualitas. Peranan mutu/kualitas ini
menjadi bertambah penting dengan adanya perkembangan peradaban manusia, di mana terdapat
perkembangan keahlian manusia, sehingga terjadilah pemisahan antara kelompok produsen dan
konsumen. Perkembangan keadaan ini mempengaruhi mutu/kualitas barang-barang yang langsung
mempengaruhi kebutuhan hidup manusia dan timbulnya kesulitan-kesulitan dalam memenuhi atau
menyesuaikan serta mengerti akan keinginan/kehendak pemakai atau konsumen. Dengan adanya
perkembangan teknologi dan perkembangan serikat sekerja, maka produsen berusaha untuk
menjaga reputasi atau nama baiknya. Usaha untuk menjaga reputasi (nama baik) ini dapat
dilakukan melalui mutu dari barang yang dihasilkannya.
Mengenai arti mutu ini dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau
kalimat di mana istilah mutu ini dipakai, dan orang yang mempergunakannya. Dalam perusahaan
pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang
menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan
atau dibutuhkan. Seperti kita ketahui bahwa barang-barang harus dapat memenuhi beberapa
tujuan, dan agar supaya barang-barang tersebut dapat dipergunakan untuk mencapai (cocok untuk)
tujuan itu maka barang-barang itu harus mempunyai mutu yang tertentu. Pengertian mutu seperti
yang disebutkan di atas menimbulkan persoalan, yaitu siapakah yang akan menentukan atau
mendefenisikan tujuan untuk apa hasil tersebut dimaksudkan. Dalam banyak hal, pembeli atau
konsumenlah yang membuat keputusan terakhir tentang tujuan untuk apa hasil tersebut
dimaksudkan. Hal ini dapat terlihat dalam keadaan sehari-hari, dan walaupun produsen telah
menghasilkan suatu barang yang menurut pendapatnya tepat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dari barang tersebut, akan tetapi konsumenlah yang sebenarnya menggunakan barang
tersebut serta mengetahui hasil penggunaan barang itu apakah dapat mencapai tujuan yang
diharapkannya atau tidak. Apabila dalam hal ini produsen telah salah dalam menentukan atau
memutuskan ketetapan tujuan untuk apa hasil/barang tersebut dimaksudkan, maka pembeli atau
konsumen yang telah membeli hasil/barang itu tidak akan kembali membelinya lagi.
225
Pada kenyataannya, apabila hasil produksi itu tidak dapat mencapai dengan tepat tujuan
untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan, ini tidak selalu berarti bahwa
konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-keluhan pada produsen. Hal ini terjadi, karena
seperti kita ketahui bahwa terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat
menghalangi pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila
tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari penggunaan barang
tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah membeli barang merek lain di pasar.
Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidaklah mungkin dan tidaklah ada gunanya
apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang dapat menentukan
kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan tujuan utnuk apa barang tersebut
dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh si produsen, karena ia menjual barang-barang
kepada langganan atau konsumen dan tidak pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si
produsen tidaklah dapat menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang
akan dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera pembeli atau konsumen
berbeda dengan keinginan produsen, dan selera antara pembeli juga berbeda-beda, yang mungkin
disebabkan karena perbedaan sifat daerah dan asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab yang
lainnya. Akbat keadaan ini akan lebih menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau
menentukan faktor mutu yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen
selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barnag kepada langganan atau konsumen tidak
hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain. Oleh karena itu perlu adanya suatu
dasar atas kebijaksanaan yang diambilnya.
7.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu
Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan
menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Oleh karena itu, mutu merupakan
tingkatan pemuasan suatu barang. Dari uraian ini terlihat bahwa tingkat mutu tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain adalah fungsi, wujud luar dan biaya dari barang tersebut.
a. Fungsi suatu Barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang
tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan dapat benar-benar
memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para
konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai,
maka tingkat suatu mutu barang tergantung pafa tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan
barang yang dapat dicapai. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang
tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pda spesifikasi dari barang tersebut seperti
kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi, mudah/tidaknya perawatan dan
kepercayaannya.
226
b. Wujud Luar
Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dl melihat suatu
barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang itu.
Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi
bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang
tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi
syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi
juga dari warna, susunan (seperti pembungkusan) dan hal-hal lainnya.
c. Biaya Barang
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut.
Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat
menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa
barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang lebih murah dapat menunjukkan bahwa
mutu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu
yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya
disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut,
karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi
adanya efisiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah dari nilai barang
itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada
nilai yang sebenarnya, karena adanya efisiensi dalam menghasilkan barnag tersebut dan tingginya
keuntungan yang diambil terhadap barang itu.
7.1.2 Biaya Mutu (Quality Cost)
Seperti kita ketahui bahwa mutu suatu barang merupakan kesesuaian maksud tujuan
(fitness for purpose) dari barang tersebut. Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki
mutu dari barang yang dihasilkannya. Di dalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu
berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk memperbaiki mutu dari
barang yang dihasilkannya dengan biaya yang sama atau tetap, atau mencapai mutu yang tetap
sama (dapat dipertahankan) dengan biaya yang lebih murah. Adalah perlu kita ketahui, bahwa
sebenarnya unutk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya. Oleh karena itu
pengusaha/produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan hasil dan keuntungan yang dapat
diharapkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang
terdapat dalam mutu. Adapun unsur-unsur atau komponen-komponen biaya dalam mutu adalah
biaya barang-barang yang rusak atau apkir (scrap), biaya pemeriksaan atau inspeksi, biaya
pembetulan atau pengerjaan kembali, biaya karena keterlambatan produksi akibat mutu yang
buruk dan kerugian karena kehilangan pasaran. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
227
suatu mutu tertentu dari produk yang dihasilkan, akan mempengaruhi secara langsung besarnya
biaya produksi dari produk akhir. Sebenarnya semua biaya-biaya mutu yang disebutkan di atas
dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian atau macam biaya, yaitu:
a) Biaya Pencegahan (Prevention)
b) Biaya-biaya Penaksiran (Appraisal)
c) Biaya-biaya Kegagalan (Failure)
a. Biaya Pencegahan (Prevention)
Yang dimaksud dengan biaya pencegahan di sini adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam
melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu yang tertentu, agar jangan sampai terjadi
barang-barang produk yang cacat atau apkir (scrap). Yang termasuk dalam biaya pencegahan ini
adalah:
1) Biaya-biaya untuk perencanaan mutu dan pengawasan proses, termasuk di
dalamnya biaya-biaya dari kegiatan-kegiatan untuk menyatakan desain dan hal-hal yang
dibutuhkan pembeli/langganan ke dalam proses dan spesifikasi pembuatan, serta
perencanaan cara-cara pengawasan yang dianggap perlu untuk dikerjakan.
2) Biaya-biaya untuk perencanaan dan pemasangan alat-alat maupun fasilitas-fasilitas
yang diperlukan guna mencapai mutu yang telah ditetapkan.
3) Biaya-biaya untuk latihan (training) para pekerja atau karyawan mengenai
pengertian dan cara-cara penggunaan prosedur-prosedur dan teknik-teknik pengawasan
mutu, serta proyek-proyek khusus lainnya dalam usaha unutk memperbaiki mutu.
b. Biaya-biaya Penaksiran (Appraisal)
Yang dimaksud dengan biaya penaksiran di sini adalah biaya-biaya yang dibutuhkan
dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu.
Dengan perkataan lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan
penilaian atas mutu dari barang-barang yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya penaksiran
ini ialah:
1) Biaya-biaya untuk pengecekan dan pemeriksaan bahan-bahan atau komponen-
komponen yang diterima, termasuk juga pemeriksaan dalam laboratorium maupun
pengukuran-pengukuran lainnya, serta kegiatan-kegiatan untuk menghubungi supplier
dalam membicarakan mengenai masalah mutu bahan-bahan yang diterima.
2) Biaya-biaya untuk pemeriksaan dan penelitian mutu dari produk yang dihasilkan, baik
pada saat masih dalam proses pengolahan maupun sesudahnya.
3) Biaya-biaya untuk pengecekan mutu dan penyortiran produk atau barang-barang hasil.
4) Biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk pencatatan-pencatatan pada saat
pengecekan, maupun untuk perawatan alat-alat ukur dan alat-alat penguji.
228
c. Biaya-biaya Kegagalan (Failure)
Dalam biaya kegagalan ini terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
internal yang dalam hal ini disebut kegagalan internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada
saat pengolahan (processing). Di samping itu juga terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor external, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah produk yang dihasilkan
sampai ke tangan pembeli.
1) Biaya-biaya pembetulan yang diperlukan terhadap barang-barang yang salah atau
cacat, sehingga tidak mencapai mutu yang telah ditentukan dalam spesifikasi.
2) Biaya-biaya yang timbul karena bahan-bahan atau barang-barang yang dinyatakan
cacat atau apkir sebab tidak mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
3) Biaya-biaya pembelian bahan-bahan atau komponen-komponen yang baru untuk
menggantikan bahan-bahan atau komponen yang ternyata tidak dapat dipergunakan.
4) Biaya-biaya penyelidikan dan pembetulan-pembetulan atas kondisi produksi ataupun
kondisi-kondisi pengolahan (processing) yang ternyata tidak dapat menghasilkan
barang-barang yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
5) Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan external (external failure) meliputi
biaya-biaya yang dikleuarkan untuk perbaikan-perbaikan atau penggantian-
penggantian dari produk yang gagal atau rusak sesudah sampai di tangan pembeli,
maupun untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat
gagalnya suatu produk dalam pasaran.
7.2 Perumusan Kebijaksanaan Mutu
Seperti telah kita ketahui bahwa mutu yang tepat membutuhkan kebijaksanaan atau
keputusan yang tepat. Pada kenyataannya, sifat-sifat mutu dari produk atau barang-barang yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, biasanya ditentukan oleh para teknisi dan spesialis, yang dalam
hal ini mungkin mereka tidak merasa terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dalam penjualan.
Teknisi karena tertarik pada segi teknis saja, hanya memusatkan perhatian pada segi teknis
tersebut, tanpa memperhatikan atau menghiraukan hal-hal yang oleh langganan atau pembeli
(konsumen) dianggap penting. Oleh karena itu perlu diberikan kepada para teknisi tersebut,
mengenai pentingnya faktor kepercayaan dan keinginan pelanggan atau pembeli, sehingga perlu
diperhatikan dan diperhatikan. Dalam perumusan kebijaksanaan mengenai mutu ini perlu
diperhatikan beberapa faktor yaitu proses pembuatan, peranan inspeksi dan lingkup dari
perumusan kebijaksanaan yang diambil.
Proses Pembuatan
Mutu yang ditetapkan akan dicapai atau dihasilkan perlu diperhatikan siklus proses
pembuatan (manufacturing cycle), dimana untuk suatu mutu yang lebih baik dibutuhkan waktu
229
yang lebih lama. Proses pembuatan/pengerjaan juga dapat mempengaruhi mutu, baik dalam waktu
pengerjaan maupun pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan kembali serta peralatan-peralatan
dan perlengkapan yang lebih sempurna dan lebih baik. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencari
atau mencapai tingkat ketelitian dalam mutu dari barang yang dihasilkan, yang biasanya tidak
termasuk dalam lingkup perlengkapan dan peralatan, menyebabkan terdapatnya barang yang apkir
(scrap) dalam jumlah yang cukup banyak dan biaya pengerjaan kembali (rework cost).
Aspek Penjualan
Faktor mutu yang akan dicapai atau dihasilkan sangat erat hubungannya dengan kegiatan
penjualan. Apabila mutu dari barang yang dihasilkan terlalu rendah, maka hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya penjualan. Sebaliknya apabila mutu dari barang yang dihasilkan
terlalu tinggi (mutu yang tinggi) menyebabkan terdapatnya biaya produksi yang lebih mahal,
sehingga harga penjualan menjadi mahal dan jumlah yang dapat terjual menjadi terbatas (lebih
sedikit) karena kemampuan pembeli terbatas.
Perubahan Permintaan Konsumen/Pemakai
Konsumen atau pemakai sering menginginkan terdapatnya perubahan-perubahan dari
barang yang dipakainya. Perubahan-perubahanyg disebabkan selera konsumen ini sering disebut
mode. Perubahan-perubahan ini perlu diperhatikan oleh produsen, sehingga dia dapat mengetahui
dan mengikuti keadaan yang terdapat dalam pasaran. Hendaknya produsen berusaha untuk selalu
dapat mengetahui keadaan dan perubahan spesifikasi dari mode pembuatan/ pengerjaan.
Peranan Inspeksi
Untuk dapat menghasilkan barang agar tetap sesuai menurut standar yang telah
ditetapkan, maka peranan inspeksi sangat penting. Dalam hal ini perlu diingat bahwa inspeksi
hanya dapat mengawasi atau menjaga mutu agar sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebagai
standar, dan berusaha untuk memperkecil biaya produksi yang ditimbulkan oleh pengawasan
mutu. Walaupun demikian peranan inspeksi dalam penekanan biaya produksi sangat kecil.
Sebenarnya biaya yang sangat besar akan terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan pokok
dalam kebijaksanaan mutu (misalnya dengan adanya keputusan mutu ditingkatkan, maka produk
dengan mutu yang lama ditolak).
Lingkup dari Perumusan Kebijaksanaan yang Diambil
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan apakah perlu diadakan pengolahan atau penilaian
mutu pada setiap tingkat proses produksi yang ada, dan tidak hanya dilakukan apabila proses
pembuatan/produksi telah selesai. Pertimbangan ini semua biasanya ditentukan berdasarkan
pertimbangan biaya produksi. Bila dilakukan penilaian mutu pada semua tingkat proses, sehingga
biaya produksi menjadi mahal, maka persoalannya adalah apakah cukup dengan biaya yang rendah
230
untuk mencapai mutu yang telah ditetapkan sebagai standar. Hal ini semua perlu diputuskan,
dengan memperhatikan syarat-syarat apa yang diminta oleh konsumen dalam hal mutu ini, dan
faktor-faktor utama yang perlu dibuat dalam hasil yang akan membentuk perumusan
kebijaksanaan mengenai mutu.
7.3 Pengawasan Mutu
Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industri. Oleh karena proses
produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu:
1) Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan
tenga-tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang tinggi.
2) Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan pertukaran,
sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk
memudahkan merakitnya.
Agar supaya produksi dapat berjalan lancar, maka orang-orang dipekerjakan untuk
menyortir pekerjaan yang tak memuaskan dan menyingkirkan ke suatu tempat. Pada saat inilah
dikenal pengawasan mutu. Akan tetapi dengan berkembangnya mekanisasi lebih maju, maka
keadaan dunia industri tidak beraturan dan para pengusaha atau produsen telah kurang
perhatiannya untuk menghasilkan barang-barang yang bermutu. Sehingga timbullah anggapan
bahwa petugas-petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi para pekerja
dan supervisor untuk melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi dengan perkembangan
produksi yang semakin baik serta penerangan dan komunikasi yang semakin maju maka keadaan
tersebut menjadi berubah, dimana peranan pengawasan mutu dirasakan penting dan mulailah
dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik.
Adapun yang dimaksudkan dengan pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan
apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan
perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari
barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek
menurut standar, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan
semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk
para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi
pada masa-masa yang akan datang.
7.3.1 Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu
231
Seperti telah dikatakan bahwa maksud dari pengawasan mutu adalah agar spesifikasi
produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara
terperinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari pengawasan mutu adalah:
1) Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3) Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu
produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Ruang Lingkup Pengawasan Mutu
Kegiatan pengawasan mutu sangat luas, karena semua pengaruh terhadap mutu harus
dimasukkan dan diperhatikan. Secara garis besar pengawasan mutu dapat dibedakan atau
dikelompokkan ke dalam dua tingkatan, yaitu pengawasan selama pengolahan (proses) dan
pengawasan dari hasil yang telah diselesaikan.
Pengawasan Selama Pengolahan (Proses)
Banyak cara-cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang teratur. Contoh-
contoh atau sample dari hasil diambil pada jarak yang sama, dan dilanutkan dengan pengecekan
statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah,
maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semuala untuk penyesuaian
kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur.
Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada
artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini
termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.
Pengawasan atas Barang yang Telah Diselesaikan
Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini
tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur
dengan hasil yang baik. Untuk menjaga agar supaya barang-barang hasil yang cukup baik atau
paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli, maka
diperlukan adanya pengawasan atas barang hasil akhir/produk selesai. Adanya pengawasan seperti
ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan segera.
7.4 Organisasi Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan
babrik. Oleh karena itu umumnya setiap perusahaan pabrik mempunyai fungsi pengawasan mutu.
232
Biasanya kegiatan pengawasan mutu di suatu perusahaan pabrik dilakukan oleh bagian
pengawasan mutu. Akan tetapi di dalam suatu perusahaan, bagian pengawasan mutu tidaklah
selalu ada, tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan dan jenis produk dari perusahaan
tersebut. Apabila bagian pengawasan mutu tidak ada, maka fungsi pengawasan mutu dilaksanakan
oleh pimpinan produksi atau suatu bagian yang ada, yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi
pengawasan mutu disamping tugas/fungsi utamanya. Juka bagian pengawasan mutu terdapat
dalam suatu perusahaan pabrik, maka bagian ini merupakan pejabat staf yang membantu pimpinan
produksi dengan memberikan informasi dan saran-saran/usul-usul yang dapat dipergunakan oleh
pimpinan produksi untuk mengambil keputusan dalam kegiatan produksi.
Setiap orang atau bagian yang berhubungan dengan kegiatan mempunyai tanggung jawab
langsung atas pelaksanaan pekerjaan dan sesuainya barang hasil dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Oleh karena tugas-tugas dan bidang-bidang begitu beraneka ragam yang berhubungan
dengan mutu, maka perlu adanya koordinasi. Kegiatan pengkoordinasian yang dibutuhkan dalam
pengawasan mutu sangat sulit karena menyangkut kegiatan dari berbagai kegiatan atau bidang,
maka tanggung jawab atas pengawasan mutu ini berada pada Kepala Bagian Produksi atau
Manajer Produksi. Tugas dari bagian pengawasan mutu secara terperinci adalah
menyelenggarakan atau melihat kegiatan dan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan
menyalurkan kembali keterangan-keterangan yang dikumpulkan selama pekerjaan itu sesudah
dianalisis. Tugas-tugas ini meliputi:
a. Pengawasan atas penerimaan dari bahan-bahan yang masuk.
b. Pengawasan atas kegiatan di bermacam-macam tingkat proses dan di antara tingkat-
tingkat proses jika perlu.
c. Pengawasan terakhir atasbarang-barang hasil sebelum dikirim kepada langganan.
d. Tes-tes dari para pemakai.
e. Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul selama pembuatan.
7.4.1 Cara-cara Menjalankan Pengawasan
Pada setiap tahap dan siklus dari pemikiran tentang hasil sampai ke perencanaan
pengumpulan bahan-bahan pengolahan, pengepakan, penjualan dan lamanya suatu hasil dapat
dipergunakan, maka perlu dijalankan pengawasan terhadap mutu, yang dalam hal ini dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu inspeksi, pemberian keterangan dan penyelidikan (inspect, inform
and investigate). Dengan inspeksi dapatlah ditemukan sampai mana barang memiliki mutu yang
dikehendaki. Apabila keterangan-keterangan yang didapat selama inspeksi diteruskan ke bagian
lain, maka bagian tersebut akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah
dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpangan-penyimpangan yang harus
dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpangan, sehingga kemungkinan kegiatan yang
233
mungkin salah terdapat pada suatu bagian, maka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dan
cara-cara untuk menghindari terjadinya kesalahan lagi perlu diberikan.
Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sample dan
mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan,
penyingkatan, menunjukkan dan memberi komentar, mungkin perlu memutuskan memutuskan
pengambilan tindakan yang dibutuhkan, dan untuk memberitahukan jaminan, peringatan atau
tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisasian catatan-catatan
(biasanya dari pengawasan), dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaan-percobaan pada
proses atau mungkin dalam laboratorium.
7.4.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Derajat Pengawasan Mutu
Istilah proses adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang oleh mesin-mesin
dan/atau orang-orang dimana dibutuhkan kesesuaian dengan spesifikasi. Derajat/tingkat
pengawasan mutu yang dapat dilakukan atas proses-proses tersebut, tergantung pada faktor-faktor
berikut:
Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada.
Tidak akan ada gunanya kita mencoba mengawasi suatu proses dalam batas-batas yang melebihi
kemampuan/kesanggupan proses yang ada.
Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi dari hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari
segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan si pemakai/konsumen yang ingin dicapai
dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi
yang ditentukan tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas, sebelum
pengawasan mutu pada proses dapat dimulai.
Apkiran/Scrap yang dapat diterima
Tujuan untuk mengawasi suatu proses adalah untuk dapat mengurangi bahan/barang-
barang di bawah standar, bahan-bahan/barang-barang apkiran menjadi seminimum mungkin.
Derajat atau tingkat pengawasan yang dilakukan akan tergantung pada banyaknya bahan-
bahan/barang-barang yang berada di bawah standar atau apkiranyg dapat diterima. Banyaknya
barang-barang atau produk yang dinyatakan rusak (salah) yang dapat diterima harus ditentukan
dan disetujui sebelumnya.
Ekonomis atau efisiennya suatu kegiatan produksi tergantung pada seluruh proses-proses
yang ada di dalamnya. Suatu barang yang sama dapat dihasilkan dengan macam-macam proses,
dengan biaya-biaya produksi yang berbeda, dan dengan jumlah barang-barang yang
234
terbuang/apkiran yang berbeda. Tidaklah selalu ekonomis untuk memilih proses dengan jumlah
barang-barang apkiran yang sedikit, karena biaya untuk pengerjaan atau processing lebih lanjut
mungkin akan lebih mahal (atau melebihi biaya-biaya yang telah dihemat).
Pemilihan proses-proses, spesifikasi dan cara-cara pengawasan hanya dapat dilakukan sesuadah
melihat kemungkinan-kemungkinan pada semua proses-proses yang dapat dilakukan.
7.4.3 Variabilitas Proses Produksi
Dalam pelaksanaannya, proses-proses produksi akan memperlihatkan perubahan-
perubahan tau variasi pda sifat karakteristik-nya, ke tingkat yang lebih besaratau lebih kecil.
Dalam mengawasi proses, perubahan-perubahan dari satu atau beberapa sifat-sifat utamanya dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk pengawasan. Proses itu diawasi dengan melakukan
penyesuaian-penyesuaian untuk menjaga agar perubahan-perubahan dari sifat-sifat utamanya itu
tetap dalam batas-batas yang masih dapat diterima. Yang perlu diperhatikan dalam membicarakan
perubahan-perubahan dalam proses adalah variasi/perubahan untuk satu karakteristiknya saja.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada karakteristiknya yang lain, akan dapat diawasi dengan
mengulangi prosedur pengawasan yang telah dilakukan.
7.4.3.1 Jenis-jenis perubahan atau variabilitas
Walaupun variabilitas/perubahan-perubahan dalam proses dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti faktor-faktor teknis dalam proses itu sendiri ataupun karena aganya bagian-bagian
yang tidak berfungsi dengan baik, tetapi untuk memudahkan dapat dibedakan atau dibagi dalam
dua kelompok, yaitu:
a. Penyetelan (setting)
Hasil-hasil dari suatu proses biasanya mengikuti suatu distribusi normal atau distribusi
Gauss (lihat Gambar 14). Bila suatu mesin telah disetel (diset), maka penyesuaian-penyesuaian
atau penyetelan-penyetelan kembali yang dilakukan akan mempengaruhi nilai-nilai dalam grafik
distribusinya seperti rata-rata hitung dan deviasi standarnya (lihat Gambar 15). Sebagai contoh,
seandainya suatu mesin penimbang otomatis telah disetel untuk mengisi bungkusan-bungkusan
dengan sejumlah hasil produksi yang telah ditentukan banyaknya, misalnya saja 51 gram. Setelah
disetel, maka mesin itu sendiri akan menghasilkan bungkus-bungkus yang isi rata-ratanya sedikit
daripada 50 gram, misalnya 51 gram, dengan suatu variasi pada kedua sisinya. Walaupun tujuan
utama dari proses pengisian dan penimbangan ini adalah supaya semua bungkus yang dihasilkan
terisi paling sedikut 50 gram, tetapi penyetelan itu sendiri akan menghasilkan bentuk dari kurva
distribusinya yang berada di luar kemampuan si penyetel. Sedikit banyak bungkus-bungkus yang
isinya kurang daripada 50 gram, tergantung pada penyetelan dan karakteristik dari proses tersebut.
b. Proses
235
Karakteristik dari suatu proses, dalam hubungannya dengan distribusi hasilnya, akan
tergantung pada cara-cara pelaksanaannya dan juga pada kesalahan-kesalahan dalam proses itu
sendiri sebagai akibat dari:
a) desain dari mesin-mesin yang dipergunakan.
b) kondisi mesin itu sendiri, seperti telah aus, rusak dan sebagainya.
c) sifat-sifat fisik dari bahan-bahan yang dipakai.
d) kondisi cuaca.
e) faktor manusia yang melaksanakannya, seperti regu yang berbeda, operator mesin
yang lain dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan dari proses itu sendiri akan menambah perbedaan dari diagram-
diagram distribusinya, apakah lebih tumpul, gemuk, atau kurus, dimana ditentukan oleh distribusi
frekuensinya.
7.4.3.2 Ukuran dari variabilitas
Variabilitas dari suatu proses biasanya dapat dianggap mengikuti kurva Normal atau
Gaussian. Kurva ini akan menunjukkan keadaan suatu proses tertentu, yaitu berapa kali masing-
masing nilai dari hasil proses itu (misalnya berat yang tepat dari isi bungkusan-bungkusan yang
diisi dengan mesin penimbangotomatis) akan terjadi. Secara umum kurva tersebut berbentuk bel
atau lonceng, dengan nilai maksimumnya untuk kejadian-kejadian yang mempunyai nilai/harga
rata-rata atau nilai modus (modal value). Harga atau nilai yang paling jarang terjadi atau muncul,
yaitu kira-kira kurang dari daripada satu kali dalam seribu, akan mempunyai pengaruh yang sangat
kecil dalam pengaturan proses, sehingga bagian ujung dari kurva itu tidak perlu diperhatikan sama
seklai dalam perusahaan. Ukuran-ukuran yang biasanya dipergunakan dalam variabilitas ini
adalah:
µ - σ + σ
236
Gambar 7.1 Distribusi Normal/Gauss
Target
Weight
50 gms.
gms 50,0 50,5 51,0 51,5
Value of Mode gms 50,5 51,0 51,5(M/C Setting)
Proportion Under 50 gms 16% 2,5% 1/10%(% Underweight)
Gambar 7.2 Bentuk-Bentuk Diagram Distribusi Sebagai Akibat Perbedaan Proses
7.4.4 Tabel Pengontrolan (Control Chart)
237
Dalam kenyataannya, suatu proses dapat mengalami kemunduran dalam satu faktor atau
lebih. Masing-masing faktor itu diawasi dengan cara-cara yang berbeda seperti di bawah ini.
Penyetelan proses (processing setting)
Penyetelan proses biasanya diawasi/dikontrol dengan mengambil sample-sample atau
contoh-contoh dari output pada interval yang teratur, dan menggambarkan hasil-hasil
pengujiannya dalam bentuk suatu tabel pengontrolan (control chart) seperti terlihat pada Gambar
17.
Penyimpangan-penyimpangan yang diperlihatkan dalam tabel itu akan merupakan dasar
dalam mengambil keputusan, apakah harus dilakukan penyesuaian proses itu kembali atau tidak.
Data-data yang dicatat pada tabel atau chart tersebut dapat berbentuk:
a) nilai median dari karakteristik tertentu yang diawasi/dikontrol yang diperoleh dari
sejumlah kecil sample, atau
b) banyaknya barang-barang yang rusak (defect) untuk suatu jumlah sample tertentu.
Kemunduran proses (process deterioration)
Kemunduran proses dapat ditunjukkan dengan menggambarkan “range” dari nilai yang
tertinggi dan yang terendah dari masing-masing smple ke dalam suatu tabel atau chart.
Penyimpangan-penyimpangan dari “range” ini merupakan petunjuk akan perlunya perhatian
khusus pada proses itu. Menurunnya kemampuan memotong dari suatu mesin bubut misalnya
dapat segera diketahui, sehingga penyesuaian atau pengaturan kembali yang diperlukan dapat
segera ditentukan, sebelum terjadi lebih banyak lagi barang-barang yang dibuang (rejected).
7.4.4.1 Teknik-teknik dan Alat-alat Pengawasan
Kebutuhan akan memisahkan barang-barang yang ditolak dari barang-barang yang
sempurna, menyebabkan adanya pegawai-pagawai yang dikenal sebagai pengawas atau
“inspectors”, yang bertugas melakukan penyelidikan yang disertai kritik-kritik terhadap setiap
barang yang dihasilkan. Oleh karena proses produksi dipecah-pecah atau dibagi-bagi di dalam
pekerjaan-pekerjaan yang terpisah-pisah, yang dilakukan oleh para pekerja dari bermacam-macam
tingkat, maka pengawasan mulai dilakukan pada hal-hal yang strategis dalam proses. Kebutuhan
akan pengawas-pengawas yang banyak dalam organisasi, menimbulkan kebutuhan akan pegawai
dari berbagai tingkat, mulai dari inspektur yang setengah ahli yang melakukan pengecekan
terperinci secara rutin, sampai kepada kepala-kepala pengawas yang bertanggung jawab atas
semua kegiatan pengawas dalam perusahaan. Disamping kebutuhan akan tenaga atau pegawai
yang akan bertugas dalam pengawasna mutu, dibutuhkan pula teknik-teknik dan alat-alat
pengawas mutu agar pengawasan mutu yang dilakukan dapat efektif dan efisien.
Inspeksi dan pengawasan mutu, baik dilakukan oleh bagian lain yang ditugaskan adalah
merupakan sebagian dari proses, dan karena itu harus diberi alat-alat yang tepat untuk dapat
238
meningkatkan metode-metodenya sendiri. Kebutuhan pokok dalam hal ini adalah kebutuhan akan
pengukuran dan suatu pencatatan pengukuran. Alat-alat untuk ini banyak sekali dan berbeda-beda
tergantung dari proses yang dipergunakan. Alat-alat itu biasanya adalah sama dengan yang
dibutuhkan untuk produksi.
Tenik-teknik untuk pengawasan mutu dipergunakan untuk:
a) Mengawasi/mengontrol pelaksanaan suatu proses apakah sesuai dengan
spesifikasinya.
b) Menentukan apakah bahan-bahan/barang-barang yang diterima dari supplier
mempunyai mutu yang dapat diterima.
Oleh karena pengawasan mutu meliputi keanekaragaman (tanpa keanekaragaman tak
akan ada suatu persoalan, sekali spesifikasi telah dimulai), maka teknik-teknik pengawasan mutu
yang dipergunakan adalah bersifat statistik. Metode-metode statistik mulai dari pengambilan
sample sampai kepada penafsiran (interpretasi) dari sample-sample ini. Penilaian risikon dari
ketidakpastian keadaan statistik melalui penggunaan tabel pengontrolan mutu (the quality control
chart).
Pengawasan atau pengontrolan dalam hal ini dilakukan dengan mengambil sample-
sample secara teratur dan memeriksa karakteristik-karakteristik yang telah ditentukan, apakah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Derajat penyimpangan (deviasi) dari
standar dianalisis, dan diadakan suatu sistem pemberitahuan sehingga dapat segera dilakukan
langkah-langkah pembetulan bilamana penyimpangan telah melampaui batas-batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan mutu pada proses-proses hanya dapat dilakukan pada proses-
proses yang pada dasarnya dapat diawasi/dikontrol. Dalam hal ini cara yang dipergunakan utnuk
menemukan peyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang diinginkan sebenarnya pada tingkat
yang paling mula. Caraini juga dapat dipergunakan untuk membantu menjaga agar jumlah barang-
barang yang apkir tetap di bawah suatu jumlah tertentu. Bilamana dipergunakan pada kelompok-
kelompok barang yang diterima dari supplier, maka cara ini hanya berlaku bilamana barang-
barang yang diterima tersebut dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, karena ketepatannya
akan tergantung pada kontinuitas pembuatan barang itu.
Cara-cara pemeriksaan yang mudah dikerjakan, ditujukan untuk memisahkan hasil produksi
yang baik dari yang tidak baik/rusak. Bagaimanapun tepatnya alat-alat yang dipergunakan, tetapi
pemisahan hasil-hasil produksi yang baik/memuaskan dengan yang tidak baik atau tidak
memuaskan, tidak akan dapat membantu proses pengawasan, tanpa memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
7.4.4.2 Rangkaian/Urutan (Sequence)
239
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan atau pengujian produk haruslah diperoleh
dalam urutan proses produksi yang benar. Dalam pemeriksaan/ pengujian ini haruslah
dipertimbangkan bagaimana caranya barang tersebut dibuat, dan cara penyimpanan barang-barang,
dari mana barang yang diperiksa itu diambil. Janganlah sampai pemerikasaan/pengujian ini
mengganggu atau merusak urutan produksi yang benar. Kondisi yang sesuai untuk suatu
pengontrolan proses, hanya dapat diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil-hasil
statistik yang sehubungan dengan pelaksanaan produksi menurut urutan yang benar.
7.4.4.3 Kesegaran (Immediacy)
Hasil pemeriksaan harus dapat diperoleh sesegera mungkin, agar penayimpangan-
peyimpangan dapat segera dibetulkan. Maksudnya adalah agar penyesuaian dapat dilakukan,
sebelum penyimpangan terjadi, berlangsung terlalu lama, sehingga barang-barang yang apkir
(scrap) ataupun bahan-bahan di bawah standar tidak terlalu banyak. Sudah tentu keterlambatan
yang terjadi di antara produksi dan pemeriksaan (inspection) akan dapat menggagalkan usaha-
usaha pengontrolan itu sendiri.
Analisis
Analisis mengenai penyimpangan (deviasi) dari spesifikasi akan lebih berguna daripada
analisis kegiatan-kegiatan bagian, karena analisis tersebut dapat menunjukkan satu sifat atau
karakteristik pada suatu saat, situasi yang sesungguhnya pada saat itu dan sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik yang dapat diawasi/dikontrol dengan suatu perhatian tertentu pada
proses.
Penentuan Tingkat Tindakan (Action) yang akan Dilakukan
Bila masing-masing karakteristik telah dikumpulkan secara terperinci dalam bentuk suatu
statistik, maka derajat deviasi yang dapat diterima harus telah ditentukan lebih dahulu, sebelum
langkah-langkah perbaikan atau penyesuaian terhadap proses itu diambil.
Hubungan (Relevance)
Analisis mengenai penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari standar
hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga tanda-tanda statistik yang dipergunakan ada
hubungannya dengan faktor-faktor dalam proses yang dapat dikontrol.
Pengawasan mutu baru dapat dikatakan telah mulai berjalan, apabila prosedur
pemeriksaan (inspection) telah dilakukan sedemikian rupa sehingga syarat-syaratyg telah
disebutkan di atas telah terpenuhi semuanya. Bagaimanapun kompleks dan rumitnya cara-cara
pemeriksaan (inspection) dilakukan, tetapi bilamana hasilnya hanyalah untuk memisahkan hasil-
hasil produksi menjadi dua kelompok yaitu yang baik dan yang apkir, maka proses produksi itu
sendiri tidak akan dapat dikontrol secukupnya dengan baik.
Teknik atau alat pengawasan mutu yang sering dipergunakan adalah metode statistik
dengan:
240
1) Pengambilan sample secara teratur.
2) Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
3) Penganalisisan derajat penyimpangan (deviasi) dari standar.
4) Penggunaan tabel pengontrolan (control chart) untuk bahan penganalisasian hasil-
hasil pemeriksaan/pengujian sebagai dasar dalam mengambil keputusan apakah harus
dilakukan penyesuaian proses atau tidak.
7.5 Statistical Quality Control (SQC)
Ada banyak defenisi atau pengertian yang dapat diberikan terhadap “statistical quality
control”. Salah satu diantaranya adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga satandar
yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan
bantuan untk mencapai efisiensi perusahaan pabrik. Pada dasarnya “statistical quality control”
merupakan penggunan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam
menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi.
Sebenarnya “statistical quality control” terdiri dari: pertama, penggunaan diagram
(charts) dan prinsip-prinsip statistik dan kedua, tindakan para pekerja untuk mengawasi proses
pengerjaan/pengolahan. Pada kenyataannya, statistical quality control meliputi penganalisisan
sample dan menarik kesimpulan mengenai karakteristik dari seluruh barang (populasi) dimana
samples tersebut diambil. Dengan menggunakan sampling dan penarikan kesimpulan secara
statistik (statistical inference), maka statistical quality control dapat dipergunakan untuk menerima
atau menolak (menyatakan apkir) produk yang teleah diproduksi atau dapat dipergunakan utnuk
mengawasi proses dan sekaligus kualitas produk yang sedang dikerjakan. Apabila statistical
quality control dipergunakan untuk menentukan penerimaan atau penolakan seluruh hasil produksi
atau dasar sample, maka disebut “accepted sampling”. Dalam acceptance sampling seluruh hasil
produksi ditolah atau diterima jika sample yang relatif kecil menyatakan/menunjukkan lebih atau
kurang daripada jumlah yang ditetapkan/diizinkan ditolak. Jika jumlah penolakan tidak dapat
memutuskan, maka dilakukan penambahan samples, yang dalam hal ini disebut “double” atau
“multiple sampling”.
7.5.1 Pengambilan sample (sampling)
Statistical quality control didasarkan atas sampling, probabilitas dans tatistik inference,
yaitu pengambilan keputusan untuk keseluruhan atas dasar karakteristik dari suatu sample.
Pengambilan sample ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pemeriksaan atau inspeksi pada
seluruh hasil produksi adalah memakan biaya yang mahal, kurang diperlukan, dapat menjemukan
atau membosankan dan tetap tidak dapat dipercaya, serta dalam hal-hal tertentu tidak mungkin
dilakukan. Beberapa cara untuk mengikuto dan mengamati (memonitor) hasil-hasil produksi untuk
241
melihat sesuai tidaknya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, seringkali diperlukan. Hal ini
sering dibutuhkan baik untuk barang-barang yang dihasilkan/diproduksi maupun barang-
barang/bahan-bahan yang dibeli. Dalam hal ini sering dipakai cara-cara sampling sebagai dasar
untuk pengawasan/pengontrolan mutu.
Tujuan utama pengambilan sample adalah/ untuk memperoleh informasi dengan biaya
yang lebih kecil daripada dengan melakukan pemeriksaan keseluruhan (full inspection), atau
dalam hal mana pemeriksaan yang menyeluruh tidak dapat dilakukan.
7.5.2 Cara-cara Sampling
Cara-cara sampling dapat diklasifikasikan berdasarkan cara-cara pemeriksaan
karakteristik-karakteristik itu, yaitu:
1. Attributes
Bila pemeriksaan karaktreristik-karakteristik itu bersifat kualitatif, yaitu hanyalah
merupakan penentuan “memuaskan” atau “tidak memuaskan” (seperti pada pemeriksaan
diameter suatu poros dengan “go” dan “non go” gauges), maka hal ini dikatakan sebagai
pemeriksaan dengan attributes. Pemeriksaan semacam ini hanya memberikan sedikit data-
data untuk dapat memperkirakan besarnya penyesuaian/adjustment yang diperlukan pada
proses itu.
2. Variabel-variabel
Pemeriksaan dengan variabel berarti bahwa karakteristik itu diukur secara kuantitatif
(misalnya dengan mengukur diameter poros tadi).
Pengklasifikasian lebih lanjut mempergunakan teknik sampling sebagai berikut:
1) Single Sampling. Satu sample yang terdiri dari sejumlah barang-barang yang tertentu
jumlahnya, diambil secara sembarang dari sekumpulan barang-barang itu. Bila barang-
barang yang rusak (defect), jumlahnya kurang daripada suatu jumlah yang telah
ditentukan, maka kumpulan barang-barang itu dapat diterima, dan sebaliknya bila
jumlahnya lebih besar daripada yang telah ditetapkan, kumpulan barang-barang tadi
ditolak (rejected).
2) Double Sampling, pengambilan sample dalam dua tingkat, yaitu:
a. sampling pertama: dilakukan seperti single sampling. Bila jumlah yang rusak
(defect) kurang daripada yang telah ditetapkan, kumpulan barang-barang tadi
diterima, dan bila jumlah ini lebih daripada yang ditentukan tersebut, maka
dilakukan pengambilan sample sekali lagi.
b. sampling kedua: hasil dari pengambilan sample ini
menentukan diterima atau ditolaknya kumpulan barang-barang ini.
3) Sequential Sampling. Bilamana mungkin untuk pengambilan sample sampai tiga kali
atau lebih, maka hal ini dikatakan cara-cara sequential.
242
Sample yang diperiksa
Jika jumlah yang rusak adalah
Tidak dapat
diputuskan
Periksa Sample Kedua
Jika jumlah yang rusak pada sample yang
pertama dan kedua yang digabung adalah
Tidak dapat
diputuskan
Periksa Sample Ketiga
Tidak dapat
diputuskan
Periksa Sample Keempat
Dan seterusnya
Gambar 7.3 Bagan Pemeriksaan Sample
7.5.3 Dari Standar Produk ke Standar Sistem Mutu ISO
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tahu siapa yang menemukan atau menciptakan
standar untuk pertama kalinya. Namun, perkembangannya merupakan kunci berkembangnya era
teknologi tinggi sebagaimana yang kita ketahui pada saat ini. Kemajuan teknologi dan
perkembangan standar berjalan beriringan.
Berabad-abad yang lalu pengrajin telah membuat barang-barang kerajinan berdasarkan
kemampuan perorangan yang tinggi. Standar mutunya ditentukan oleh masing-masing individu.
Dalam abad pertengahan para pengrajin berkumpul dan membentuk persatuan pengrajin dan
243
Sangat besar Sangat kecil
Sangat besar Sangat kecil
Sangat besar Sangat kecil
Ditolak Diterima
mereka membentuk standarnya sendiri, dimana keahlian masing-masing dapat diukur. Pada saat
yang sama organisasi militer berkesimpulan bahwa mutu peralatan dan bahan yang digunakan
benar-benar masalah hidup dan mati. Oleh sebab itu, standar mutu diberlakukan bagi pemasok.
Seribu tahun yang lalu, raja Inggris menunjuk seorang pejabat untuk mengawasi produksi kapal
perang, pejabat lainnya mempunyai tanggung jawab terhadap mutu dan keefektifan persenjataan
dan kerekayasaan di darat.
Standarisasi sendiri menjadi terkenal dengan runtuh era industri di Inggris. Ketenaran Eli
Whitney dengan kain gin-nya kalah dengan makin populernya penggunaan standar untuk membuat
komponen-komponen senjata yang dapat saling di pertukarkan. Penerapan pada bidang militer ini
kemudian memacu perkembangan standar produk yang kemudian lebih berkembang lagi menjadi
standar sistem mutu.
Pada awal abad 20, standar mutu mulai diperkenalkan dan didokumentasi-kan. pada tahun
1972, pemerintah Inggris menciptakan suatu kantor yang menjamin mutu kapal terbang Inggris.
Sistem mutu secara khusus berlaku untuk berinteraksi dengan semua kegiatan yang
berhubungan dengan mutu barang atau jasa. Hal ini melibatkan semua tahap sejak identifkasi awal
sampai pemenuhan semua persyaratan dan harapan konsumen. Tahap dan kegiatan ini meliputi
hal-hal berikut :
a. Pemasaran dan penelitian pasar,
b. Pengembangan produk dan rekayasa desain,
c. Pengadaan,
d. Perencanaan dan pengembangan proses,
e. Produksi,
f. Penilikan, pengujian, dan pengujian mutu,
g. Pengemasan dan penyimpanan,
h. Penjualan dan distribusi,
i. Pemasangan dan distribusi,
j. Bantuan teknis dan pemeliharaan,
k. Pembuangan sesudah penggunaan.
Tahapan dan kegiatan diatas di gambarkan secara skematik dalam gambar lingkaran
mutu berikut.
244
Desain/Spesifikasi Rekayasa dan Pengembangan Produk
Pemasaran dan Riset Pasar
Pelanggan/ ProdusenKonsumen PemasokPemasangan dan
Operasi
Penjualan dan Distribusi
Pengemasan dan Penyimpanan
Inspeksi dan Pengujian
Produksi
Perencanaan dan Pengembangan Proses
Pengadaan
Pembuangan Purna Pakai
Bantuan Teknik dan Perawatan
Gambar 7.4 Lingkaran Mutu
7.5.4 Standar Sistem Mutu
Standar sistem mutu telah dirumuskan oleh lembaga-lembaga perumus standar baik pada
tingkat nasional maupun internasional. Standar sistem mutu tersebut dirumuskan untuk digunakan
di industri tertentu atau dapat pula dibuat secara umum yang dapat diterapkan untuk semua
industri. Ada beberapa organisasi standarisasi internasional yang terlibat dalam perumusan standar
untuk digunakan di industri tertentu, tetapi kegiatan perumusan standar jaminan mutu biasanya
terbatas pada tingkat nasional.
Standar-standar nasional untuk mutunya umumnya dirumuskan di dalam payunag Sistem
Standarisasi Nasional masing-masing negara. Sebagian terbesar negara-negara maju telah
memiliki standar sistem mutu. Misalnya, beberapa standar sistem mutu dari beberapa negara maju
yang mencakup
Perancis : NF X 50 - 110
Jerman : DIN ISO 9000
Negeri Belanda : NEN ISO 9000
Inggris : seri BS - 5750
Belgia : NBNX 50
Denmark : DS / EN 29000
Hongaria : MI 18990
Irlandia : IS 300
Norwegia : NS 5801
Swedia : SS ISO 9000
Spanyol : UNE 66900
India : IS 10201
Amerika serikat : ANSI/ASQCZ-1.15,C-1:MIL-Q-9858A, dll
245
Kanada : CSAZ 3900
NATO : seri AQAP.
Meskipun ada standar-standar nasional seperti tersebut diatas, namun ada selau ada
keinginan dan kebutuhan untuk mempunyai standar jaminan mutu umum yang dapat diterima oleh
semua negara dan dapat digunakan untuk semua industri. Kebutuhan ini kemudian diisi oleh ISO
(International Organzation for Standardization) melalui salah satu panitia tekniknya, ISO/TC 176:
Manajemen dan Jaminan Mutu. Panitia teknik ini pada tahun 1987 menghasilkan suatu seri
standar sistem mutu yang dikenal sebagai standar ISO seri 9000. Standar ISO seri 9000
diturunkan, melalui prinsip konsensus, dari sejumlah standar nasional untuk memberikan pedoman
bagi industri bagaimana membuat suatu sistem untuk mengelola mutu produk di pabrik.
Tujuannya adalah untuk menyebarkan pengembangan standar ini ke seluruh dunia untuk
menyempurnakan efisiensi, produktivitas, dan mutu.
DAFTAR PUSTAKA
246
Assauri, Sofjan. 1980. Management Produksi dan Operasi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Aquilano and Chase. 1992. Production and Operations Management Manufacturing and Services. United States, Amerika: Mc Graw Hill
Blank, Lelald. 1987. Engineering Economi. United States, Amerika: Mc Graw Hill
Groover, Mikell P. 1986, Automation Production System, United States, Amerika: Prentice-Hall
Handoko, T. Hani. 1993. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Jogjakarta: BPFE.
Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi & Operasi, Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia
Prawirosentono, Sujadi. 1997. Manajemen Produksi & Operasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Subagyo, Pangestu. 1986. Forecasting Konsep dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.
247