150886260 naskah drama klien dengan resiko bunuh diri
DESCRIPTION
ghcyfTRANSCRIPT
“NASKAH DRAMA KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI”
Judul : Resiko Bunuh Diri
Pelaku :
1. Cindy Denti sebagai perawat 1
2. Primasita Grandis sebagai perawat 2
3. Esa Rosida Umam sebagai pasien beresiko bunuh diri
4. Zuana sebagai saudara pasien
5. Anggara sebagai Kakek
6. Intan Puspa sebagai Narator
Terdapat dua saudara yang mempunyai kemampuan yang berbeda. Yaitu Zuana
dan Esa. Mereka adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Tetapi diantara mereka
berdua, Zuana lebih terbuka terhadap orang lain. Sedangkan Esa orangnya pemalu
dan tertutup. Dia lebih suka menyendiri dan sulit beradaptasi dengan orang lain.
Zuana adalah sosok yang punya intelejensi di atas rata-rata. Dia selalu jadi juara
di setiap jenjang pendidikan yang ia singgahi dalam menuntut ilmu. Selain itu dia
juga punya paras lebih cantik dari saudara-saudaranya. Dia anak pertama dari 3
bersaudara, ya Zuana anak pertama, anak kedua laki-laki. Dan anak ketiga adalah
Esa.
Esa adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Dia cenderung pendiam dan tergolong
introvert atau tidak mudah sharing tentang masalah yang ia hadapi, terlebih lagi sejak
ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Ibunya meninggal secara tragis
dengan menggantungkan dirinya di palang pintu ruang dapur di rumahnya yang
sebelumnya juga Esa juga sering menyaksikan ibunya dipukuli oleh Ayahnya.
Pada suatu hari Zuana meraih juara di sekolahnya. Sedangkan Esa tidak pernah
meraih juara. Sehingga Kakeknya (pengganti Ayah dan Ibunya sebagai orang tua
setelah Ibu mereka meninggal dan Ayahnya pergi membawa saudara laki-lakinya)
lebih menyayangi Zuana daripada dirinya.
Zuana : “Aku tiap tahun selalu juara di kelas. Sedangkan kamu tidak
pernah.”
Esa : “Iya, adek ngerti kok kak, adek memang tidak pernah bisa seperti
kakak. Maka dari itu gak ada yang sayang adek.”
Zuana : “Huuuu. Apa yang kamu bilang tadi itu gak bener dek. Kata siapa
gak ada yang sayang sama kamu? Kakek sayang sama kamu kok
dek.”
Esa : “Ya… tapi gak seperti kakek sayang ke kakak.”
(Kemudian Esa pergi tanpa berkata apapun)
Anggara : “Kenapa kamu termenung cucuku sayang?
Zuana : “Tadi adik bilang kalau Kakek itu hanya sayang sama aku karena
aku selalu dapat juara. Sedangkan dia tidak pernah. Kasihan dia
Kek.”
Anggara : “Halah sudahlah tidak usah mikirin adikmu itu. Dia memang beda
dengan kamu. Kamu memang cucu kesayangan Kakek.”
(Tanpa mereka sadari Esa mendengar perbincangan kakek dan cucu
kesayangannya itu dari kamarnya)
Malampun tiba….
Kemudian Esa menutup kamarnya dan dia merasa sedih. Semenjak mendengar
perkataan Kakeknya itu, dia menjadi sering murung, menyendiri dan dia putus asa
untuk mendapatkan kasih sayang Kakeknya seperti yang Zuana dapatkan.
Kemudian Zuana masuk kamar untuk tidur, tok… tok… tok…
Zuana : “Esa kamu kenapa? Kok pintunya dikunci, sejak habis makan
malam tadi kamu di kamar terus, kakak mau tidur, bukain pintu
dong…”
Esa : “Kakek lebih sayang ke kakak daripada adek.”
Zuana : “itu tidak benar dek.”
Esa : “Sepertinya adik tidak begitu berarti untuk Kakek. Adek tidak ada
gunanya di sisni. Lebih baik aku bunuh diri saja biar bisa bareng
sama Ibu di surga.”
Zuana : “Sudah sudah kamu jangan berfikiran yang gak-gak. Sudah malam
sekarang waktunya tidur.”
Beberapa hari setelah kejadian itu, Esa depresi, dia tidak mau makan dan minum.
Tidak mau bicara dengan siapapun. Dan tiba – tiba Zuana menemukan Esa sedang
berada di dapur. Zuana memergoki Esa yang sedang memegang pisau dan Zuana pun
langsung lari menghentikan Esa yang sedang mencoba untuk bunuh diri.
Zuana : “Apa yang kamu lakukan dik!?”
Esa : “Adek mau bareng Ibu saja kak. Ayah dan Kak Rio pergi ninggalin
adek, Kakek juga benci sama adek, gak ada yang sayang sama adek.”
Zuana : “Jangan seperti itu. Itu tidak benar. Ayah dan Kak Rio itu kerja,
Cuma kerjanya jauh jadi gak bisa bareng kita. Kakek sayang kok
sama kamu.”
Esa pun mengamuk dan Zuana berteriak memanggil Kakeknya.
Zuana : “Kakek….Kakeeeeeeeeeeeek…. ! Esa Kek…”
Sebenarnya kejadian itu bukan kali pertama yang Esa pernah lakukan. Dia
pernah minum 10 obat tidur sekali tenggak, namun nyawanya masih tertolong.
Kemudian Esa dibawa ke RS jiwa oleh mereka. Meskipun hati Zuana tidak bisa
mengikhlaskan adiknya dibawa ke RSJ. Di sana Esa langsung ditangani. Kemudian di
berikan obat penenang. Setelah Esa tenang terjadi perbincangan antara Perawat dan
Kakeknya…
Cindy : “Maaf bapak, sebelumnya boleh saya tahu kenapa saudari Esa ini
bisa mengamuk?”
Anggara : “Dia mencoba bunuh diri dan saudaranya si Zuana mencoba
menghentikannya. Setelah itu dia mengamuk.”
Cindy : “Apakah dia tidak pernah menceritakan kalau dia sedang ada
masalah?”
Anggara : “Tidak Mbak”
Cindy : “Maaf pak apakah sebelumnya, mungkin dulu-dulu saudari Esa ini
pernah melakukan hal serupa atau menjadi saksi hal yang serupa?”
Zuana : “Ya sus, adik sudah pernah minum 10 obat tidur sekali tenggak, dia
juga menjadi saksi kematian ibu yang gantung diri… (selagi
menangis)”
Cindy : “Hm… jadi seperti itu. Baiklah kami akan merawat saudari Esa.
Kami akan berusaha agar dia bisa kembali seperti dulu dan bisa
beraktivitas dengan baik lagi.”
Anggara : “Terima kasih pak.”
Kemudian Kakek dan Zuana pun pulang. Dan Esa di rawat di RS jiwa selama
beberapa hari.
Grandis : “Selamat siang Dek Esa? Saya Grandis perawat yang akan
merawat adek selama beberapa hari ini.”
(Esa tidak merespon omongannya Grandis, dia tetap diam tanpa mengeluarkan
sepatah apapun)
Selama 3 hari Ners Grandis dan Ners Cindy menyapa Esa tetapi tidak pernah
direspon. Setelah minggu keempat barulah Esa membalas sapaan ners Grandis dan
ners Cindy.
Cindy : “Selamat pagi Dik Esa?”
Esa : “Selamat pagi.. (dengan nada ketus)”
Cindy : “Dik Esa sudah makan hari ini?”
Esa : “Sudah”
Cindy : “Bagaimana Perasaannya Dik Esa sekarang?”
Esa : “Baik”
Grandis : “Apakah Dik Esa punya masalah? Dik Esa bisa cerita kepada
saya.”
Esa : “Gak ada yang sayang sama saya, Ayah dan kak Rio ninggalin
saya. Kakek juga tidak suka pada saya, bahkan dia benci sama saya.
Saya mencoba bunuh diri karena saya sudah putus asa. Hanya Kak
Zuana yang disayang oleh Kakek.”
Grandis : “Apa saudara Esa mempunyai alternative lain untuk
melampiaskan kemarahan saudara selain bunuh diri, seperti
membaca atau mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan?
Saya yakin anda bisa mengendalikan diri anda. Coba pikirkan kalau
anda melakukan hal menyenangkan seperti yang saya bilang tadi,
pasti Kakek anda senang dan saya yakin Kakek anda sayang pada
anda.”
Esa : “Iya saya akan mencoba dan berusaha untuk bisa mengontrol
emosi saya.”
Cindy : “Baiklah, bagaimana perasaan anda sekarang setelah sering
bercerita tentang masalah anda?”
Esa : “Saya sedikit lebih lega dan saya senang karena masih ada yang
peduli pada saya. Tapi bisakah anda menyuruh Kakek saya datang,
saya ingin tahu apakah benar dia memang sayang pada saya”
Cindy : “Baiklah besok kita sambung lagi pembicaraan kita dan saya
usahakan besok Kakek yang menyayangi anda datang menjenguk
anda, kira- kira jam 9 pagi. Bagaimana? Baiklah kalau begitu saya
akan temui dek Esa besok sebelum Kakek dik Esa tiba kesini”
Esa : “Baik sus. Terima kasih”
Singkat cerita, Setelah beberapa hari setelah dirawat di RS jiwa, Esa pun sembuh
dan Kakeknya pun sadar kalau tindakannya selama ini salah.