15 1 14 manuscript

26
HUBUNGAN KETERATURAN PEMAKAIAN KACAMATA DENGAN PROGRESIFITAS KELAINAN REFRAKSI Penulis: Maria Christiningrum 030.10.170 Alamat: Komplek Bumi Menteng Asri Jl. Terapi Raya No. AE-9 Bogor Barat – Bogor 16111 Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Grogol, (Kampus B) Jakarta 11440 Korespondensi: Maria Christiningrum Komplek Bumi Menteng Asri Jl. Terapi Raya No. AE-9 Bogor Barat – Bogor 16111 085782268383 [email protected] 1

Upload: meikhel-alexander

Post on 10-Feb-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

v

TRANSCRIPT

Page 1: 15 1 14 Manuscript

HUBUNGAN KETERATURAN PEMAKAIAN KACAMATA DENGAN PROGRESIFITAS KELAINAN REFRAKSI

Penulis:Maria Christiningrum030.10.170

Alamat:Komplek Bumi Menteng Asri Jl. Terapi Raya No. AE-9 Bogor Barat – Bogor 16111Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Grogol, (Kampus B) Jakarta 11440

Korespondensi:Maria ChristiningrumKomplek Bumi Menteng Asri Jl. Terapi Raya No. AE-9 Bogor Barat – Bogor [email protected]

1

Page 2: 15 1 14 Manuscript

ABSTRAK

Hubungan keteraturan pemakaian kacamata dengan progresifitas kelainan refraksi

LATAR BELAKANG

Anak usia antara 5 sampai 15 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami kelainan refraksi mata. Salah satu pendekatan untuk mengoreksi kelainan refraksi mata adalah dengan menggunakan kacamata yang sesuai. Oleh karena pentingnya pengaruh pemakaian kaca mata pada anak sekolah terhadap perbaikan refraksi, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keteraturan pemakaian kacamata dengan tingkat progresifitas, khususnya pada murid sekolah menengah pertama.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi observasional yang mengikutsertakan 51 murid di Jakarta Pusat. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuisioner yang meliputi jenis kelamin, faktor herediter kelainan refraksi, lama pemakaian kacamata, keteraturan penggunaan kacamata (pada saat menonton TV, membaca buku, dan pada saat beraktifitas), kebiasaan posisi membaca, serta lamanya aktifitas mata untuk membaca dan menonton TV di rumah. Pengukuran tingkat kelainan refraksi dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan visus. Analisis data dengan menggunakan SPSS for Windows versi 17.0 dan tingkat kemaknaaan yang digunakan besarnya 0,05.

HASIL

Analisis korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna dari keteraturan pemakaian kacamata, posisi baca, dan lama aktifitas mata dengan progresifitas kelainan refraksi, akan tetapi progresifitas berkaitan dengan derajat kelainan refraksi yang sudah dimiliki. Semakin berat derajat miopi semakin progresif pula kelainan refraksi tersebut. (p=0.05)

KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara keteraturan pemakaian kacamata dengan progresifitas kelainan refraksi akan tetapi pemakaian

2

Page 3: 15 1 14 Manuscript

kacamata tetap diperlukan sebagai pengendali agar tidak memperburuk kelainan refraksi yang sudah dimiliki sehingga tidak memperbesar progresifitas.

Kata kunci : Kelainan refraksi, progresifitas, miopi, astigmatisma, kacamata

ABSTRACT

Relations order wearing Glasses on reducing refractive error progressivity

BACKGROUND

The school age children, between 5 to 15 years old have higher risk to eye refractive error. One of approach to correct the eye refractive error is using proper eye glasses fit to its level. Glasses which used properly will help overcome refractive error. The important of influence on using glasses on school children with impact on refractive improvement is the background of this research, with specific goal to understand the correlation between glasses application regularity with progressivity level especially on junior high school student.

METHODS

This research is an analytical research with observational study on 51 junior high school students at Central Jakarta. Data collected by questioners containing gender, hereditary factor on refractive error, glasses applying time, glasses application regulatory (during watching TV, book reading, and normal activity), body position during reading, and time duration of eye activity on reading and watching TV at home. Refractive level measurement is being done by visual examination. Data analysis conducted by using SPSS for Windows 17.0 with significant level 0.05.

RESULTS

Analysis of statistic shows there is no correlation between wearing glasses regularity, reading position, a time of eye activity and the progressivity in refractive error. Progressivity disorder associated with degrees of refraction. The more severe myopia degree, refractive error will be more progressive. (p=0.05)

CONCLUSIONS

3

Page 4: 15 1 14 Manuscript

This research shows that there is no significant correlation between glasses regularity application and progression of refractive error. Using eye glasses is needed to control deterioration of refractive error.

Keywords: Refractive error, progressivity, myopia, astigmatism, eyeglasses

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata adalah organ penglihatan dan penerima cahaya. Gangguan penglihatan

berupa kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab terbanyak dari keseluruhan

menurunnya kemampuan visual dan menjadi penyebab kedua utama dari kebutaan

yang dapat disembuhkan.1 Dunia telah memberikan perhatian yang cukup serius

mengenai masalah gangguan penglihatan pada anak karena angka kesakitannya

terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi.2

Anak usia sekolah antara 5 sampai dengan 15 tahun memiliki risiko lebih besar

mengalami kelainan refraksi mata karena pada usia ini terjadi tahap pertumbuhan

fisik yang aktif dan cenderung terjadi ketegangan non-fisik karena tuntutan untuk

memenuhi kebutuhan akademiknya.3 Salah satu pendekatan untuk mengoreksi

kelainan refraksi mata adalah dengan menggunakan kacamata yang sesuai dengan

tingkat kelainan refraksi mata. Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang

kelainan refraksi mata, dengan obyek penelitian berbeda yang meliputi : prevalensi

kelainan refraksi di wilayah tertentu, progresifitas dan perkembangan miopia, faktor-

4

Page 5: 15 1 14 Manuscript

faktor penggunaan lensa, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan visus

dan lain-lain. Namun demikian penelitian yang melibatkan perilaku atau keteraturan

penggunaan kacamata terhadap kelainan refraksi belum banyak dilakukan. Demikian

pula faktor-faktor keteraturan pemakaian kacamata, kebiasaan belajar dengan tiduran,

posisi membaca dengan jarak yang terlalu dekat dan kebiasaan lamanya menonton

televisi cenderung dapat sebagai faktor pemicu atau memperburuk kejadian gangguan

penurunan ketajaman penglihatan pada anak.7 Pentingnya pengaruh pemakaian kaca

mata pada anak sekolah terhadap perbaikan refraksi mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Keteraturan Pemakaian Kacamata

Dengan Tingkat Progresifitas Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

Wilayah Jakarta Pusat”

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel di SMP Wilayah Jakarta

Pusat. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2013. Populasi penelitian

ialah siswa-siswi SMP di Wilayah Jakarta Pusat yang mengalami kelainan refrakasi.

Sampel penelitian adalah siswa-siswi SMP wilayah Jakarta Pusat yang

mengalami kelainan refraksi dan memakai kacamata. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah consecutive non-random sampling dimana seluruh subyek

yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria dimasukkan ke penelitian

sampai jumlah sampel terpenuhi. Kriteria inklusi penelitian ini yakni siswa-siswi

5

Page 6: 15 1 14 Manuscript

yang memakai kacamata minimal 1 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria

eksklusi yakni siswa-siswi yang menggunakan pengoreksi kelainan refraksi selain

kacamata atau sudah melakukan perbaikan kelainan refraksi dengan tindakan operatif

Data pada penelitian ini diperoleh dengan pemeriksaan menggunakan lensa uji

coba, bingkai uji coba dan kartu Snellen. Data tambahan didapatkan dari kuesioner

yang telah divalidasi dan wawancara yang dilakukan pada subjek. Subjek akan

diminta untuk melakukan pemeriksaan visus kemudian menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang dicantumkan dalam kuesioner yang telah divalidasi.

Penelitian ini akan menggunakan analisis statistic deskriptif maupun induktif.

Alat analisis yang digunakan adalah : uji t, uji F. Jika hasil tidak memuaskan maka

akan digunakan metoda Chi Square (metoda non-parametrik). Tingkat kepercayaan

yang digunakan adalah 95% (α = 0,05). Uji hubungan diupayakan menggunakan

metoda statistik parametrik dan non-parametrik. Analisis ini menggunakan SPSS for

Windows versi 17.0.

Hasil

Dari keseluruhan siswa-siswi yang berjumlah 128 orang di SMP Santo

Bellarminus Jakarta Pusat dilakukan pemeriksaan dan didapatkan 51 orang yang

memenuhi kriteria inklusi dan kemudian mendapatkan lembar kuisioner.

Karakteristik subjek pada penelitian ini dapat dilihat pada table 5.1

Tabel 5.1 Karakteristik subjek penelitian

6

Page 7: 15 1 14 Manuscript

Variabel Jumlah Persentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 54.9

Perempuan 23 45.1

Kelompok tingkat kelas

Kelas 1 17 33.3Kelas 2 20 39.2Kelas 3 24 38.9

Faktor genetik

Salah satu orang tua berkacamata 30 39.2

Kedua orang tua berkacamata 13 25.5

Kedua orang tua tidak berkacamata 18 35.3

Lama penggunaan kacamata

<3 tahun 18 35.3

>3 tahun 33 64.7

Tingkat kelainan refraksi

Ringan 35 68.6

Menengah 10 19.6

Berat 6 11.8

Dari hasil tabel frekuensi di atas dapat murid kelas 3 paling banyak

didapatkan mengalami kelainan refraksi sebanyak 24 murid (38.9%). Siswa-siswi

yang mengalami kelainan refraksi juga dilihat berkaitan dengan faktor herediter dari

ayah dan ibunya yang jga memakai kacamata dengan lensa negatif. Didapatkan

distribusi paling banyak ditemukan pada mereka yang memiliki salah satu orang tua

yang berkacamata untuk membantu penglihatan jarak jauh sebanyak 30 murid

(39.2%). Lama pemakaian kacamata. Didapatkan kebanyakan dari siswa-siswi sudah

7

Page 8: 15 1 14 Manuscript

memakai kacamata untuk melihat jauh cukup lama yaitu lebih dari 3 tahun sebanyak

33 murid (64.7%). Dapat dikatakan bahwa mereka sudah mengalami kelainan refraksi

sejak menduduki sekolah dasar. Subjek penelitian terbanyak mengalami tingkat

kelainan refraksi ringan sebanyak 38 murid (68.6%)

Tabel 5.2 Karakteristik subjek berdasarkan kebiasaan penggunaan kacamata

Jumlah Persentase

Pada saat baca buku

Selalu tidak memakai 6 11.7Lebih sering tidak memakai 15 29.4Lebih sering memakai 9 17.7Selalu memakai 21 41.2

Pada saat beraktifitas

Selalu tidak memakai 5 9.8Lebih sering tidak memakai 19 37.3Lebih sering memakai 12 23.5Selalu memakai 15 29.4

Pada saat menonton TV

Selalu tidak memakai 8 15.7Lebih sering tidak memakai 9 17.6Lebih sering memakai 5 9.8Selalu memakai 29 56.9

Kebiasaan posisi baca

Selalu tiduran/rebahan 11 21.6Lebih sering tiduran/rebahan 10 19.6Lebih sering duduk 19 37.2Selalu duduk 11 21.6

8

Page 9: 15 1 14 Manuscript

Waktu baca buku

<2 jam 27 52.92-3 jam 15 29.5>3 jam 9 17.6

Waktu menonton TV

<2 jam 14 27.42-3 jam 29 56.8>3 jam 8 14.8

Keteraturan pemakaian kacamata pada saat membaca buku dari 51 murid

yang memakai kacamata didapatkan murid yang selalu memakai kacamata pada saat

membaca buku memiliki presentase paling besar sebanyak 21 murid (41.2%), murid

yang lebih sering tidak memakai kacamata saat beraktifitas memiliki presentase

paling besar sebanyak 19 murid (37.2%), murid yang selalu memakai kacamata pada

saat menonton TV memiliki presentase paling besar sebanyak 29 murid (56.9%), 19

murid (37.2%) lebih sering duduk dan jumlah ini menempati presentasi yang paling

besar

Murid-murid yang menonton TV 2-3 jam per hari memiliki presentase paling

besar sebanyak 29 murid (56.8%). Murid-murid yang membaca buku kurang dari 2

jam per hari lebih dominan sebanyak 27 murid (52.9%). Dari pengamatan ini dapat

diketahui bahwa siswa-siswi lebih banyak meluangkan waktunya untuk menonton TV

dibandingkan dengan mambaca buku selama di rumah.

Tabel 5.3 Hasil progresifitas

Variabel Progresifitas Kelainan Refraksi

p pearson

p Spearman

9

Page 10: 15 1 14 Manuscript

Progresif(n=35)

Tidak progresif(

n=16)N (%) N (%)

Pada saat baca buku Selalu tidak memakai 4 11.4 2 12.5 0.760 0.752 Lebih sering tidak memakai 10 28.6 5 31.3 Lebih sering memakai 6 17.1 3 18.8 Selalu memakai 15 42.9 6 37.5Pada saat beraktifitas Selalu tidak memakai 2 5.7 3 18.8 0.281 0.297 Lebih sering tidak memakai 13 37.1 6 37.5 Lebih sering memakai 9 25.7 3 18.8 Selalu memakai 11 31.4 4 25Pada saat menonton TV Selalu tidak memakai 5 14.3 3 18.8 0.281 0.248 Lebih sering tidak memakai 5 14.3 4 25 Lebih sering memakai 3 8.6 2 12.5 Selalu memakai 22 62.9 7 43.8Kebiasaan posisi baca Selalu tiduran/rebahan 6 17.1 5 31.3 0.692 0.762 Lebih sering tiduran/rebahan 9 25.7 1 6.3 Lebih sering duduk 12 34.3 7 43.8 Selalu duduk 8 22.9 3 18.8Waktu baca buku <2 jam 15 42.9 12 75 0.088 0.059 2-3 jam 13 37.1 2 12.5 >3 jam 7 20 2 12.5Waktu menonton TV <2 jam 9 27.5 5 31.3 0.688 0.744 2-3 jam 22 56.9 7 43.8 >3 jam 8 15.7 4 25

Dari hasil output diatas tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara

progresifitas kelainan refraksi dengan keteraturan pemakaian kacamata pada saat

10

Page 11: 15 1 14 Manuscript

membaca buku, menonton TV, beraktifitas, dan kebiasaan posisi baca serta lamanya

aktifitas mata di rumah.

Pada saat penelitian, peneliti melihat hubungan lain yang menarik, disini peneliti

mencoba melihat hubungan antara progresifitas kelainan refraksi dengan tingkat kelainan

refraksi dan ternyata hasil korelasi menunjukkan terdapat adanya hubungan lemah antara

progresifitas dengan tingkat kelainan refraksi. Didapatkan dari uji kemaknaan pada uji

Pearson dan uji Spearman sebesar 0.051 dan 0.051.

Variabel

Progresifitas Kelainan Refraksi

p pearson

p SpearmanProgresif(

n=35)

Tidak progresif(

n=16)N (%) N (%)

Tingkat kelainan refraksiRingan 21 60 14 87.5 0.051 0.051Menengah-berat 14 22.9 2 12.5

Pembahasan

Dari penelitian ini didapatkan 51 siswa-siswi yang menggunakan kacamata

dari total keseluruhan adalah 128 murid. Lebih dari sepertiga siswa didapatkan

berkacamata. Penderita miopi lebih besar dimiliki oleh para murid laki-laki. Hal ini

tidak serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan di Yzad, Iran Tengah, dan

China yang mendapatkan bahwa prevalensi kelainan refraksi khususnya miopia lebih

banyak ditemukan pada subjek wanita. (2, ms word, 6 pdf, 5,8) Akan tetapi terdapat juga

penelitian yang mendapatkan presentase subjek laki-laki pengidap miopi sedikit lebih

11

Page 12: 15 1 14 Manuscript

banyak dari pada subjek perempuan seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh

Mohammad Alam(6)

Didapatkan 30 murid (39.2%) dari mereka yang memakai kacamata memiliki

salah satu orang tua yang juga memakai kacamata minus dan menempati presentase

paling besar. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada riset yang pernah

dilakukan dipaparkan bahwa siswa yang memiliki kedua orang tua memakai

kacamata baca jarak jauh cenderung memiliki tingkat kelainan refraksi yang lebih

besar. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Elliott at al. yang menyebutkan

heritabilitas pada miopi derajat berat menunjukkan bahwa ada signifikan komponen

genetik untuk menjelaskan varians dan populasi.

Di dapatkan dari hasil penelitian ini progresifitas mata kanan memiliki nilai

rata-rata -0.46 D per tahun dan rata-rata progresifitas mata kiri adalah -0.50 D

pertahun. Karena hasil dari progresiftas ini keduanya dalah diatas 0.4 D pertahunnya,

maka dapat dikatakan bahwa kelainan refraksi miopi rata-rata bersifat progresif. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan di Hongkong. Tingkat

progresifitas di Asia yang cebderung lebih tinggi mungkin disebabkan oleh interaksi

kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.14 Dalam hal keteraturan

pemakaian kacamata pada saat aktifitas dari 51 murid yang memakai kacamata

didapatkan 19 murid (37.3%) lebih sering tidak menggunakan kacamata dan memiliki

presentase paling besar. Sebuha studi penggunaan sontonan di daerah perkotaan dan

pedesaaan di Andhra Pradesh oleh Dandona et al. melaporkan bahwa orang-orang

12

Page 13: 15 1 14 Manuscript

yang tidak menggunakan kacamata mereka melakukannya karena : mereka percaya

resep itu tidak tepat, mereka merasa kacamata tersebut tidak nyaman, atau mereka

tidak mampu membelinya karena alasan ekonomi. Beberapa penderita kelainan

refraksi percaya bahwa kacamata melemahkan mata dan memakainya hanya ketika

hal itu perlu atau untuk acara-acara khusus. (3, ms word)

Pada saat membaca buku, kebanyakan dari mereka selalu memakai kacamata

sebanyak 41%. Dilihat dari keteraturan pemakaian kacamata pada saat menonton tv

didapatkan jawaban terbanyak adalah selalu memakai kacamata. Waktu menonton tv

di rumah terbanyak adalah 2-3 jam yang didapatkan dari 29 murid (56.8%). 27 murid

(52.9%) memiliki waktu kurang dari 2 jam dalam membaca buku.

Dari hasil korelasi progresifitas dengan keteraturan pemakaian kacamata pada

saat mambaca buku, menonton TV, beraktifitas tidak ditemukan pada penelitian ini,

demikian pula hubungan progresifitas dengan kebiasaan posisi baca dan lamanya

wakti mambaca serta menonton TV di rumah. Penelitian sebelumnya lebih

menekankan pengaruh pada jarak membaca dekat atau bekerja dengan jarak mata

yang terlalu dekat yang sulit untuk diteliti pada penelitian ini.

Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap variabel lainnya yang

didapatkan pada kuisioner dan pemeriksaan yang telah dilakukan, ternyata didapatkan

keterkaitan atau hubungan yang kuat diantara variabel-variabel tersebut yang semula

tidak menjadi tujuan dalam penelitian ini.

13

Page 14: 15 1 14 Manuscript

Dari hasil korelasi ternyata didapatkan hubungan antara progresifitas dengan

tingkat kelainan refrakasi dimana semakin berat derajat miopi semakin progresif pula

kelainan refraksinya. Pada penelitian ini, seluruh murid yang memiliki miopi derajat

berat atau 6 orang dari 51 murid, memiliki kelainan refraksi yang progresif. Miopi

dengan derajat lebih tinggi pada usia dini berhubungan langsung dengan progresifitas

miopi yan lebih besar pula. Sejauh ini, berbagai penelitian mendukung hipotesis

bahwa miopi pada anak memiliki perubahan yang lebih besar daripada mereka yang

tidak memiliki rabun jauh.14

Kesimpulan

Berdasarkan jenis kelamin, Didapatkan 28 orang siswa (54.9%) dan 23 orang

siswi (45.1%) yang mengalami kelainan refraksi miopi dan astigmatisma. Umur yang

diambil pada penelitian ini berkisar antara 11-15 tahun dari kelas 1, 2, dan 3.

Sebanyak 30 murid (39.2%) memiliki ayah atau ibu yang berkacamata minus. Lama

pemakaian kacamata rata-rata adalah lebih dari 3 tahun.

Dari perilaku keteraturan penggunaan kacamata 51 yang menjadi subjek

didapatkan presentase terbanyak pada 21 murid (41.2%) selalalu memakai kacamata

pada saat membaca buku. Murid yang lebih sering tidak memakai kacamata saat

beraktifitas memiliki presentase paling besar yakni 19 murid (37.2%). Hal ini

kemungkinan dipengaruhi beberapa alasan, antara lain mereka percaya resep itu tidak

14

Page 15: 15 1 14 Manuscript

tepat, mereka merasa kacamata tersebut tidak nyaman, atau mereka tidak mampu

membelinya karena alasan ekonomi. Keteraturan pemakaian kacamata pada saat

menonton TV didapatkan murid yang selalu memakai kacamata pada saat menonton

TV memiliki presentase paling besar sebanyak 29 murid (56.9%). Keteraturan

pemakaian kacamata dengan progresifitas miopi dan astigmatisma tidak memiliki

korelasi yang bermakna, akan tetapi pemakaian kacamata dapat membantu penderita

kelainan refraksi mengurangi perburukan dari kelainan refraksi tersebut.

Dari kebiasaan posisi membaca pada siswa-siswi dalam sampel ini didapatkan

19 murid (37.2%) lebih sering duduk dan jumlah ini menempati presentasi yang

paling besar. Murid-murid yang menonton TV 2-3 jam per hari memiliki presentase

paling besar sebanyak 29 murid (56.8%). Murid-murid yang membaca buku kurang

dari 2 jam per hari lebih dominan sebanyak 27 murid (52.9%). Dari pengamatan ini

dapat diketahui bahwa siswa-siswi lebih banyak meluangkan waktunya untuk

menonton TV dibandingkan dengan mambaca buku selama di rumah. Tidak terdapat

hubungan antara progresifias dengan posisi pada saat murid menonton televisi dan

lamanya waktu menonton tv dan membaca buku.

Pada saat penelitian, peneliti melihat hubungan lain yang menarik, disini

peneliti mencoba melihat hubungan antara progresifitas kelainan refraksi dengan

derajat kelainan refraksi dan ternyata dari hasil korelasi didapatkan hubungan antara

progresifitas dengan tingkat kelainan refrakasi dimana semakin berat derajat miopi

semakin progresif pula kelainan refraksinya.

15

Page 16: 15 1 14 Manuscript

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Dr. Suripriastuti, DAP&E, MS, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Trisakti

2. Dr Rita Khairani, MKes, SpP, selaku dosen pembimbing penulisan skripsi

yang telah menuangkan waktu untuk memberikan pengarahan akademis dan

dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang telah membantu

dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi.

4. Ayahanda FX. Chrisnanto, dan ibunda Irmina Sri Wahyuningrum. Rasa

terimakasih sebanyak-banyaknya atas segala dukungan mengenai

penyelesaian skripsi. Baik secara moril maupun materil serta senantiasa

mendengar segala keluh kesah dalam menghadapi berbagai kesulitan.

Semoga ananda dapat membahagiakan dan membalas kebaikan kalian.

5. Teman-teman seangkatan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang

senasib dan seperjuangan. Sebuah kebahagiaan menjadi salah satu bagian dari

kalian.

6. SMP Santo Bellarminus Jakarta Pusat yang telah memberikan izin dalam

penelitian mengenai skripsi dan membantu memberikan kontribusi mengenai

pengadaan penelitian.

7. Kepala sekolah, guru-guru, serta segenap karyawan yang memberikan

bantuan dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

8. Semua pihak yang memberikan kontribusi mengenai penelitian ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

16