137753014 fistulektomi dan fistulotomi

9
REFLEKSI KASUS ILMU BEDAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta OLEH Nama : Fatimatuzzahra Nim : 20070310105 PRECEPTOR dr. Syamsul Burhan, Sp. B KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Upload: rikyperdana

Post on 13-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

hghjh

TRANSCRIPT

  • REFLEKSI KASUS

    ILMU BEDAH

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

    di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    OLEH

    Nama : Fatimatuzzahra

    Nim : 20070310105

    PRECEPTOR

    dr. Syamsul Burhan, Sp. B

    KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

  • Pengalaman :

    Nn KR, seorang wanita, umur 30 tahun, belum menikah, datang ke poliklinik bedah dengan

    keluhan mempunyai penyakit fistula perianal sejak 1,5 tahun yang lalu, riwayat dilakukan

    operasi 6 kali, tetapi belum sembuh. Pemeriksaan status generalisata dalam batas normal.

    Pada saat pemeriksaan status lokalis, ditemukan 3 lubang pada daerah glutea dextra sekitar

    m. sphinter ani, 2 di antaranya mengeluarkan nanah.

    Masalah yang Dikaji :

    1. Apa yang dimaksud dengan penyakit fistula perianal?

    2. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit fistula perianal?

    Analisa Kritis :

    A. Definisi Fistula Perianal

    Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani

    adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal (anorektal) ke kulit (perineum) di

    sekitar anus ataupun ke organ lain seperti ke vagina. Fistula ani atau fistula perianal

    menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Pada fistula ani selalu ditemukan 2 buah muara keluar,

    sering disebut dengan istilah external opening (daerah perineum) dan internal opening

    (anorektal). Lebih mudah untuk menemukan external opening dibandingkan internal opening

    jika internal opening lebih dari satu (multipel). Karakteristik dibandingkan

    penyakit/gangguan lain yang berada disekitar anus (hemoroid/wasir, abses anal, fissure ani

    dll) adalah pada fistula ani sering terjadi kekambuhan dan infeksi ulang jika tidak mendapat

    penanganan yang baik. Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan

    dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar.

    Terdapat berbagai jenis fistula, mulai simple fistula hingga fistula kompleks yang

    bercabang-cabang dan melibatkan otot sphincter ani (otot yang mengatur proses defekasi).

    Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap

    10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses

    menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.

    Mayoritas penyakit supuratif anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus

    (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali kelenjar anus

    terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses ini kemudian

    membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte.

    Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses pe-

    radangan yangmeluas sampai perineum, anus atau seluruhnya, yang akhirnya membentuk

    abses perianal dan kemudian menjadi fistula.

    Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan

    pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, dan

  • penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS dan infeksi lain pada daerah

    ano-rektal.

    Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh

    spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21%

    (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan).

    a. Klasifikasi

    Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 tipe:

    1. Intersphinteric fistula

    Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan

    bermuara berdekatan dengan lubang anus.

    2. Transphinteric fistula

    Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna,

    kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu

    atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf U dalam tubuh, dengan

    lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe).

    3. Suprasphinteric fistula

    Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna dan membelah

    ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan m.levator ani

    lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus.

    4. Ekstrasphinteric fistula

    Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati

    muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan

    oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohns Disease.

    b. Diagnosis

    Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :

  • Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.

    Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.

    Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.

    Gatal sekitar anus dan lubang fistula.

    Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.

    Demam, dan tanda tanda umum infeksi.

    Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external

    opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba

    indurasi fistula dan internal opening.

    c. Pemeriksaan Penunjang

    1. Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan

    anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.

    2. Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke

    dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter

    dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding

    rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.

    3. MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk

    memperbaiki rekurensi.

    4. CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn

    atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah

    inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.

    5. Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit

    inflamasi usus.

    6. Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada

    pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau

    pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

    d. Diagnosis Banding

    1. Hidranitis supurativa : Merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang

    membentuk fistula multiple subkutan. Predileksi di perineum, perianal, ketiak dan

    tidak meluas ke struktur yang lebih dalam.

    2. Sinus pilonidalis : Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari rambut dorsal

    tulang koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi akut

    sampai abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.

    3. Fistel proktitis : Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc,

    amubiasis, infeksi jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau

    trauma.

  • B. Penatalaksanaan

    Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta

    profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

    Terapi pembedahan:

    1. Fistulotomi : Fistel diinsisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan

    terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan

    fistulotomi.

    2. Fistulektomi : Jaringan granulasi harus dieksisi keseluruhannya untuk

    menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya

    terbuka.

    3. Seton : benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam

    Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong

    otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, di mana benang Seton ditinggalkan

    supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri

    setelah beberapa bulan.

    4. Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya

    tidak terlalu besar.

    5. Fibrin Glue : Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam

    saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan

    fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman, namun

    keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

    Referensi

    1. ^ Garg P, Song J, Bhatia A, Kalia H, Menon GR (Oktober 2010). "Efisiensi dari

    steker fistula anal fistula di-in-ano: review sistematis" . Kolorektal Dis 12 (10):

    2. ^ Rojanasakul A (September 2009). "LIFT prosedur: teknik disederhanakan untuk

    fistula-in-ano" Tek Coloproctol 13 (3):.. 237-40 doi : 10.1007/s10151-009-0522-2 .

    PMID 19636496 .

    3. ^ Rojanasakul A, Pattanaarun J, Sahakitrungruang C, Tantiphlachiva K (Maret 2007).

    "Jumlah total anal sphincter hemat teknik untuk fistula-in-ano, sedangkan ligasi

    saluran fistula intersphincteric" J Med Assoc Thai 90 (3): 581-6.. PMID 17427539 .

  • REFLEKSI KASUS

    ILMU BEDAH

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

    di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    OLEH

    Nama : Fatimatuzzahra

    Nim : 20070310105

    PRECEPTOR

    dr. Syamsul Burhan, Sp. B

    KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

  • Pengalaman :

    Nn KR, seorang wanita, umur 30 tahun, belum menikah, datang ke poliklinik bedah dengan

    keluhan mempunyai penyakit fistula perianal sejak 1,5 tahun yang lalu, riwayat dilakukan

    operasi 6 kali, tetapi belum sembuh. Pemeriksaan status generalisata dalam batas normal.

    Pada saat pemeriksaan status lokalis, ditemukan 3 lubang pada daerah glutea dextra sekitar

    m. scphinter ani, 2 di antaranya mengeluarkan nanah.

    Masalah yang Dikaji :

    1. Bagaimana prosedur dilakukannya operasi fistulotomi?

    2. Bagaimana edukasi komplikasi dilakukan operasi fistulektomi dan edukasi perawatan

    pasca bedah?

    Analisa Kritis :

    A. Teknik Operasi

    Operasi dilakukan jika diagnosis fistula perianal sudah ditegakkan. Diagnosis

    ditegakkan dengan pemeriksaan, baik saat pengaturan rawat jalan atau di bawah anestesi

    (disebut sebagai EUA - Pemeriksaan Dalam Anestesi). Pemeriksaan dapat melalui anoskopi.

    Diagnosis :

    Pembukaan fistula ke kulit dapat dilihat.

    Daerah ini mungkin menyakitkan pada pemeriksaan.

    Terdapat tanda peradangan, ada kemerahan.

    Area indurasi dapat dirasakan - penebalan akibat infeksi kronis.

    Sebuah debit dapat dilihat.

    Dimungkinkan untuk mengeksplorasi fistula menggunakan probe fistula (alat sempit)

    dan dengan cara ini dimungkinkan untuk menemukan internal opening.

    Teknik Operasi :

    1. Posisi pasien litotomi atau knee chest.

    2. Dilakukan anestesi regional atau general.

    3. Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan fibrotik

    saluran fistula di daerah perianal maupun dekat linea dentata, sehingga dapat

    ditentukan asal dari fistula.

    4. Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara memasukkan

    methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol.

    5. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sonde secara perlahan dengan

    penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku ke dalam fistula dan ujung sonde diraba

    dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam rektum.

  • 6. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat dilakukan

    fistulatomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang fistula dan dinding fistula

    dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi. Hati-hati jangan sampai memotong

    sfingter eksterna.

    7. Luka operasi ditutup dengan tampon.

    Gambar 1. Fistula anal setelah perawatan bedah

    B. Komplikasi

    Komplikasi yang dapat timbul berupa perdarahan, inkontinensia fecal, retensi urine,

    infeksi, serta komplikasi akibat anesthesia.

    Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi.

    Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari. Setelah

    operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa

    hari, terutama sewaktu buang air besar.

    Perawatan pasca bedah

    Hari pertama penderita sudah diperbolehkan makan.

    Antibiotika dan analgetik diberikan selama 3 hari saat pasien diperbolehkan rawat jalan.

    Pelunak faeces dapat diberikan pada penderita dengan riwayat konstipasi sebelumnya.

    Tampon anus dibuka setelah 224 jam atau jika terdapat perdarahan dapat dibuka

    sebelumnya.

    Rawat luka dilakukan setiap hari. Setelah penderita mampu mobilisasi, penderita

    diminta rendam duduk 2x sehari dengan larutan Permanganas Kalikus selama 20

    menit atau biasa disebut Sit bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik).

    Aktivitas sehari-hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah

    beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak

    dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam

    berlama-lama.

  • Referensi

    1. ^ Garg P, Song J, Bhatia A, Kalia H, Menon GR (Oktober 2010). "Efisiensi dari

    steker fistula anal fistula di-in-ano: review sistematis" . Kolorektal Dis 12 (10):

    2. ^ Rojanasakul A (September 2009). "LIFT prosedur: teknik disederhanakan untuk

    fistula-in-ano" Tek Coloproctol 13 (3):.. 237-40 doi : 10.1007/s10151-009-0522-2 .

    PMID 19636496 .

    3. ^ Rojanasakul A, Pattanaarun J, Sahakitrungruang C, Tantiphlachiva K (Maret 2007).

    "Jumlah total anal sphincter hemat teknik untuk fistula-in-ano, sedangkan ligasi

    saluran fistula intersphincteric" J Med Assoc Thai 90 (3): 581-6.. PMID 17427539 .