137531944 wujud-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah

3
Wujud Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah: 1. Implementasi standar kompetensi guru sebagai wujud terbentuknya Pendidikan Karakter Guru merupakan salah satu komponen yang vital dalam proses pendidikan. Hal tersebut dikarenakan proses pendidikan tanpa adanya guru akan menghasilkan hasil yang tidak maksimal. Fungsi guru bukan hanya sekedar tenaga pengajar tetapi juga merupakan tenaga pendidik. Mendidik dalam moral dan kualitas peserta didiknya. Tantangan yang terjadi ialah terciptanya sumber daya manusia bermutu yang memiliki akhlak mulia, mampu bekerja sama dan bersaing di era globalisasi dengan tetap mencintai tanah air.Salah satu cara yang tepat dalam menjawab tantangan tersebut ialah dengan menyelengarakan pendidikan berkarakter kepada peserta didik. Pendidikan berkarakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam realitasnya, mengimplementasikan standar kompetensi guru di Indonesia masih kurang optimal dan terarah. Hal tersebut dapat memberi dampak pada terbentuknya kasus yang tidak sesuai dengan aturan dalam proses pendidikan. Selain itu juga dapat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia. 2. Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Seperti: a. Merayakan hari-hari besar keagamaan. b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. d. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.

Upload: faris-al-faraby

Post on 19-Jul-2015

2.695 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 137531944 wujud-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah

Wujud Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah:

1. Implementasi standar kompetensi guru sebagai wujud terbentuknya Pendidikan Karakter

Guru merupakan salah satu komponen yang vital dalam proses pendidikan. Hal tersebut

dikarenakan proses pendidikan tanpa adanya guru akan menghasilkan hasil yang tidak

maksimal. Fungsi guru bukan hanya sekedar tenaga pengajar tetapi juga merupakan

tenaga pendidik. Mendidik dalam moral dan kualitas peserta didiknya.

Tantangan yang terjadi ialah terciptanya sumber daya manusia bermutu yang memiliki

akhlak mulia, mampu bekerja sama dan bersaing di era globalisasi dengan tetap

mencintai tanah air.Salah satu cara yang tepat dalam menjawab tantangan tersebut ialah

dengan menyelengarakan pendidikan berkarakter kepada peserta didik. Pendidikan

berkarakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Dalam realitasnya, mengimplementasikan standar kompetensi guru di Indonesia masih

kurang optimal dan terarah. Hal tersebut dapat memberi dampak pada terbentuknya kasus

yang tidak sesuai dengan aturan dalam proses pendidikan. Selain itu juga dapat

berpengaruh pada tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia.

2. Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Seperti:

a. Merayakan hari-hari besar keagamaan.

b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.

c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.

d. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.

Page 2: 137531944 wujud-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah

3. Jujur ; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Seperti:

a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.

b. Menyediakan kantin kejujuran.

c. Menyediakan kotak saran dan pengaduan.

d. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.

4. Toleransi ;Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Seperti:

a. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah

tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan

kemampuan khas.

b. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.

5. Disiplin;Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan

dan peraturan. Seperti:

a. Memiliki catatan kehadiran.

b. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.

c. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib

sekolah.

d. Membiasakan hadir tepat waktu.

e. Membiasakan mematuhi aturan.

Page 3: 137531944 wujud-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah

6. Semangat Kebangsaan ;Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Seperti:

a. Melakukan upacara rutin sekolah.

b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional.

c. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.

d. Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.

7. Ujian Nasional ; Instrumen implementasi keberhasilan Pendidikan Karakter Bangsa

Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab menanamkan dan menerapkan pendidikan

karakter. Keluarga, pemerintah, lingkungan sekitar dan seluruh masyarakat pun memiliki

kewajiban mengenai hal ini. Namun sekolah-lah yang diberi tanggung jawab dan

kepercayaan oleh masyarakat untuk mendidik para siswa baik dengan menyampaikan

ilmu pengetahuan maupun memperhatikan dan membentuk karakternya.

Selama tiga tahun siswa berjuang untuk pergi ke sekolah dan melaksanakan proses

pembelajaran, kelulusannya ditentukan oleh hasil pelaksanaan UN yang dilakukan kurang

lebih hanya 10 jam, ini menjadi alasan tersendiri mengapa ada beberapa oknum kepala

sekolah, guru dan siswa yang melakukan segala cara untuk mencapai nilai yang

diinginkan ketika ujian berlangsung. Padahal seharusnya sikap “melakukan segala cara”

tersebut dilakukan jauh-jauh hari sebelum ujian, misalnya dengan mengoptimalkan

proses pembelajaran di kelas, mengadakan belajar tambahan di luar jam pelajaran,

memotivasi siswa untuk giat belajar, menamkan sikap jujur dan memperkuat

kepercayaan-dirinya, dan masih banyak lagi.