136 nufus dwianita - laporan akhir ir
DESCRIPTION
Laporan akhir IR.TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL PADA SALAH SATU PRODUK
MINYAK GORENG “ROSE BRAND” DENGAN NO BATCH: 615 415 D16
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI IR
Nufus Dwianita
Laboratorium Analisis Fisikokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363
Telp. 022 7996200, Fax. 022 7796200
Email: [email protected]
I. Pendahuluan
Minyak terdapat pada hampir
semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi
minyak seringkali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan
dengan berbagai tujuan. Dalam
pengolahan bahan pangan, minyak
berfungsi sebagai media penghantar
panas, seperti minyak goreng, mentega
dan margarin. Minyak goreng adalah
salah satu kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Minyak goreng yang kita konsumsi
sehari-hari sangat erat kaitannya
dengan kesehatan kita. (Sutiah, 2008).
Hampir semua minyak goreng
yang beredar di pasaran diperoleh dari
pengolahan buah kelapa sawit. Minyak
ini terdiri dari gliserol dan asam lemak
rantai panjang. Minyak goreng juga
merupakan sumber energi yang lebih
efektif dibandingkan karbohidrat dan
protein. Satu gram minyak dapat
menghasilkan 9 kkal, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal/gram.
Penggunaan minyak khususnya
minyak nabati, mengandung asam-
asam lemak esensial yang banyak
mengandung HDL (high-density
lipoprotein) yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Dengan
demikian minyak yang berkualitas
baik, adalah yang memiliki kandungan
HDL tinggi, sementara minyak dengan
kualitas rendah memiliki banyak
kandungan LDL (low-density
lipoprotein), dan dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah, pemicu
timbulnya penyakit jantung koroner,
diabetes, tumor dan kanker penyebab
utama kematian pada manusia.
Sementara itu minyak yang memiliki
kandungan HDL termasuk asam lemak
tidak jenuh dan memiliki ikatan
rangkap dua dari struktur melekulnya,
Akibat pemanasan tinggi, dan
berulang-ulang maka ikatan rangkap
molekul tersebut akan putus sehingga
menjadi lemak jenuh dan mengandung
LDL tinggi, hal ini disebabkan akibat
pemanasan tinggi maka akan terjadi
pergeseran gugus fungsi dan
pergesaran panjang gelombang dari
bahan minyak goreng yang dipanaskan
tersebut (Wahab, 2010).
Spektrofotometri Infra Red
atau Infra Merah merupakan suatu
metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75 –
1.000 μm atau pada Bilangan
Gelombang 13.000 – 10 cm-1. Radiasi
elektromagnetik dikemukakan pertama
kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis
merupakan gelombang
elektromagnetik, artinya mempunyai
vektor listrik dan vektor magnetik
yang keduanya saling tegak lurus
dengan arah rambatan (Giwangkara,
2007).
Prinsip kerja spektrofotometer
infra merah adalah sama dengan
spektrofotometer yang lainnya yakni
interaksi energi dengan suatu materi.
Spektroskopi inframerah berfokus
pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400-4000cm-1, di
mana cm-1 yang dikenal sebagai
wavenumber (1/wavelength), yang
merupakan ukuran unit untuk
frekuensi. Untuk menghasilkan
spektrum inframerah, radiasi yang
mengandung semua frekuensi di
wilayah IR dilewatkan melalui sampel.
Mereka frekuensi yang diserap muncul
sebagai penurunan sinyal yang
terdeteksi. Informasi ini ditampilkan
sebagai spektrum radiasi dari%
ditransmisikan bersekongkol melawan
wavenumber (Silverstein, 2002).
Spektroskopi inframerah sangat
berguna untuk analisis kualitatif
(identifikasi) dari senyawa organik
karena spektrum yang unik yang
dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai
dengan fitur yang berbeda. Selain itu,
masing-masing kelompok fungsional
menyerap sinar inframerah pada
frekuensi yang unik. Sebagai contoh,
sebuah gugus karbonil, C = O, selalu
menyerap sinar inframerah pada 1670-
1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan
karbonil untuk meregangkan.
(Silverstein, 2002)
Daerah peresapan infra merah
dapat dibagi menjadi 3 bagian
(Silverstein, 2002):
1. 4000-1300 cm-1 (2,5-7,7 μm) :
Functional group region (OH, NH,
C=O)
2. 1300-909 cm-1 (7,7-11,0 μm) :
Finger print region, interaksi, vibrasi
pada keseluruhan molekul
3. 909-650 cm-1 (11,0-15,4 μm) :
Aromatic region, out-of-plane C-H and
ring bending absorption
Tabel Daerah Frekuensi Sesuaidengan Gugus Fungsi
(Skoog, et. al, 1996).
Spektroskopi inframerah sangat
berguna untuk analisis kualitatif
(identifikasi) dari senyawa organik
karena spektrum yang unik yang
dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai
dengan fitur yang berbeda. Selain itu,
masing-masing kelompok fungsional
menyerap sinar inframerah pada
frekuensi yang unik. Sebagai contoh,
sebuah gugus karbonil, C = O, selalu
menyerap sinar inframerah pada 1670-
1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan
karbonil untuk meregangkan.
(Silverstein, 2002)
Pada praktikum kali ini,
praktikan menggunakan
spektrofotometer infra merah untuk
mengetahui kualitas minyak goreng
dengan mengidentifikasi gugus fungsi
organik apa saja yang ada di dalam
minyak goreng tersebut.
Bila suatu senyawa diradiasi
menggunakan sinar infra merah, maka
sebagian sinar akan diserap oleh
senyawa, sedangkan yang lainnya akan
diteruskan. Serapan ini diakibatkan
karena molekul senyawa organik
mempunyai ikatan yang dapat
bervibrasi. (Silverstein, 2002).
II. Metode
2.1 Bahan kimia, peralatan dan
instrumentasi
Bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah larutan n-
heksan dan sampel berupa salah satu
produk minyak goreng merk “Rose
Brand” dengan No. Batch 615 415
D16 yang diproduksi oleh PT. Tunas
Baru Lampung TBK, Lampung. Izin
BPOM RI MD 231308012011
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah alat
spektrofotometer inframerah, beaker
glass, mikropipet, pipet, tabung reaksi,
tip mikropipet 1000 μl dan tissue
2.2 Prosedur
Identifikasi gugus fungsional dengan
menggunakan spektrofotometri IR
Instrumen yang digunakan
dalam identifikasi gugus fungsional
adalah spektrofotometri IR.
Sementara sampel yang akan
dianalisis, yakni berupa salah satu
produk minyak goreng merk “Rose
Brand” dengan No. Batch 615 415
D16 yang diproduksi oleh PT. Tunas
Baru Lampung TBK, Lampung. Izin
BPOM RI MD 231308012011
Sebelum identifikasi dilakukan
pembersihan plat sampel
spektrofotometer IR yang digunakan
sebagai tempat untuk menaruh sampel
dengan menggunakan n-heksan
kemudian dikeringkan secara perlahan
dengan menggunakan tissue.
Plat sampel dalam keadaan
kosong diukur terlebih dahulu dengan
menggunakan spektrofotmetri IR
untuk mengkalibrasi alat sebelum
dilakukannya identifikasi sampel agar
tidak tejadi kesalahan dalam
mengidentifikasi.
Setelah itu, sampel minyak
goreng diambil sebanyak 20 μL
menggunakan mikropipet lalu
dimasukkan ke dalam plat sampel
yang sudah dibersihkan.
Plat sampel dimasukkan ke alat
spektrofotometri dan sampel di-scan
sebanyak 50 kali. Jika proses scanning
telah mencapai 100 %, grafik hasil
analisis akan muncul di layar
komputer. Grafik tersebut kemudian
di-copy dan disimpan dalam Microsoft
Power Point
Plat sampe yang sudah
digunakan kemudian dikeringkan
dengan menggunakan tissue untuk
membebaskan plat sampel dari sampel.
Setelah mengering, plat sampel
diteteskan dengan n-heksan dan
kemudian dikeringkan dengan tissue
kembali agar dapat digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsional
sampel lain.
III. Hasil dan Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan
untuk identifikasi gugus fungsional
pada suatu sampel berupa salah satu
produk minyak goreng merk “Rose
Brand” dengan No. Batch 615 415
D16 yang diproduksi oleh PT. Tunas
Baru Lampung TBK, Lampung. Izin
BPOM RI MD 231308012011 dengan
menggunakan spectrofotometry IR.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kualitas minyak
goreng yang diidentifikasi.
Minyak sebagai sampel dalam
identifikasi gugus fungsi memiliki sifat
dimana material minyak secara alami
menyerap radiasi inframerah. Dengan
spektrum serapan inframerah suatu
material mempunyai pola yang khas
sehingga berguna untuk identifikasi
material dan identifikasi keberadaan
gugus-gugus fungsi yang ada.
Spektrofotometri Infra Red
atau Infra Merah merupakan suatu
metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75 –
1.000 μm atau pada Bilangan
Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Prinsip kerja spektrofotometer
infra merah adalah interaksi energi
dengan materi. Interaksi antara materi
berupa molekul senyawa kompleks
dengan energi berupa sinar infrared
mengakibatkan molekul-molekul
bervibrasi dimana besarnya energi
vibrasi tiap komponen molekul
berbeda-beda tergantung pada atom-
atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya sehingga akan
dihasilkan frekuensi yang berbeda.
Identifikasi gugus fungsional dengan
menggunakan spektrofotometri IR
Sebelum identifikasi dilakukan
pembersihan plat sampel
spektrofotometer IR yang digunakan
sebagai tempat untuk menaruh sampel
dengan menggunakan n-heksan
kemudian dikeringkan secara perlahan
dengan menggunakan tissue.
Plat sampel dalam keadaan
kosong diukur terlebih dahulu dengan
menggunakan spektrofotometri IR
untuk mengkalibrasi alat sebelum
dilakukannya identifikasi sampel agar
tidak terjadi kesalahan dalam
mengidentifikasi.
Setelah itu, sampel minyak
goreng diambil sebanyak 20 μL
menggunakan mikropipet lalu
dimasukkan ke dalam plat sampel
yang sudah dibersihkan.
Plat sampel dimasukkan ke alat
spektrofotometri dan sampel di-scan
sebanyak 50 kali. Jika proses scanning
telah mencapai 100 %, grafik hasil
analisis akan muncul di layar
komputer. Grafik tersebut kemudian
di-copy dan disimpan dalam Microsoft
Power Point
Plat sampel yang sudah
digunakan kemudian dikeringkan
dengan menggunakan tissue untuk
membebaskan plat sampel dari sampel.
Setelah mengering, plat sampel
diteteskan dengan n-heksan dan
kemudian dikeringkan dengan tissue
kembali agar dapat digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsional
sampel lain.
Masing-masing gugus
fungsional menyerap sinar infra merah
pada frekuensi yang berbeda. Tingkat
energi cahaya di daerah sinar infra
merah sesuai dengan energi vibrasi
dan rotasi dari ikatan-ikatan yang ada
di dalam molekul. Maksudnya, atom-
atom di dalam suatu molekul tidak
diam melainkan bervibrasi (bergetar).
Energi dari kebanyakan vibrasi
molekul berhubungan dengan daerah
infra merah. Vibrasi molekul dapat
dideteksi dan diukur pada spektrum
infra merah. Bila radiasi infra merah
dilewatkan melalui suatu cuplikan,
maka molekul-molekulnya dapat
menyerap (mengabsorbsi) energi dan
terjadilah transisi diantara tingkat
vibrasi dasar (ground state) dan tingkat
vibrasi tereksitasi (excited state).
Pengabsorbsian energi pada berbagai
frekuensi dapat dideteksi oleh
spektrometer infra merah, yang
memplot jumlah radiasi infra merah
yang diteruskan melalui cuplikan
sebagai fungsi frekuensi (atau panjang
gelombang) radiasi. Plot itu disebut
spektrum infra merah yang akan
memberikan informasi penting tentang
gugus fungsional suatu molekul.
Khusus untuk sampel minyak, gugus
fungsionalnya dapat diidentifikasi
dengan mengamati serapan yang
muncul pada bilangan gelombang
4000 – 500cm-1.
Gambar diatas menunjukkan
terbentuknya daerah-daerah serapan
yang menunjukkan kekhasan dari
suatu gugus fungsi yang memiliki
ikatan-ikatan tertentu.
Dari grafik diatas,
menunjukkan hasil spektrum infra
merah pada sumbu horizontal adalah
bilangan gelombang yang merupakan
gugus fungsi pada skala 4000 – 500
cm-1. Sementara sumbu vertikal
menunjukkan nilai intensitas transmisi
dari struktur molekul sampel. Setiap
nilai bilangan gelombang atau panjang
gelombang mengandung nilai gugus
fungsi dari struktur molekul.
Tabel daerah gugus fungsi pada IR
Merujuk tabel di atas, kita bisa
mengetahui bahwa dalam sampel
minyak terdapat gugus fungsi yang
memiliki ikatan tertentu apa sajakah.
Pada daerah serapan 2500-
2000, tepatnya pada 2920.35 dan
2852.54 terlihat sebuah peak dengan
bentuk yang khas, daerah serapan ini
mewakili serapan C-H yakni alkana,
alkana akan terserap pada range sekitar
2850-2970. Peak ini menunjukkan
adanya ikatan karbon jenuh didalam
sampel karena ikatan tunggal memiliki
tingkat ke kejenuhan yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan ikatan
rangkap
Pada daerah serapan 3600 –
2000 tepatnya pada 2362.90 terlihat
sebuah peak dengan bentuk yang khas,
daerah serapan ini mewakili serapan
OH yakni alkohol dan fenol, alkohol
dan fenol akan terserap pada range
sekitar 2000-3600 (lebar). Gugus OH
merupakan gugus penyusun dari
trigliserida yang merupakan komponen
utama dari minyak.
Pada daerah serapan 2000 –
1500 tepatnya pada 1738.90 terlihat
sebuah peak dengan bentuk yang khas,
daerah serapan ini mewakili serapan
C=O yakni aldehid, keton, asam
karboksilat dan ester. Aldehid, keton,
asam karboksilat dan ester akan
terserap pada range sekitar 1690-1760.
Asam lemak yang berikatan
dengan gliserol untuk didapatnya
trigliserida merupakan komponen yang
paling utama dalam menentukan
kejenuhan dari lemak. Bila asam
lemak yang menjadi penyusun utama
trigliserida merupakan asam lemak
tanpa ikatan rangkap, maka lemak atau
asam lemak termasuk pada asamlemak
jenuh. Sedangkan bila asam lemak
berikatan rangkap, maka lemak tau
asam lemak termasuk pada asam
lemak jenuh.
IV. Kesimpulan
Sampel berupa salah satu
produk minyak goreng merk “Rose
Brand” dengan No. Batch 615 415
D16 yang diproduksi oleh PT. Tunas
Baru Lampung TBK, Lampung. Izin
BPOM RI MD 231308012011 yang
diidentifikasi dengan FTIR
mengandung gugus CH, OH, dan
C=O.
Terdapatnya ikatan tunggal
menunjukkan bahwa minyak goreng
“Rose Brand” bersifat jenuh. Ikatan
tunggal yang didapat merupakan hasil
dari pemutusan ikatan rangkap,
sehingga dapat meningkatkan
kemampuan suatu senyawa
membentuk radikal bebas, dikarenakan
beberapa hal diantaranya dapat
disebabkan karena pemanasan pada
suhu tinggi serta lama waktu
penyimpanan minyak di laboratorium
sehingga menyebabkan minyak
menjadi teroksidasi.
V. Ucapan Terima Kasih
Dalam praktikum ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengajar mata kuliah Analisis
Fisikokimia, asisten laboratorium
Analisis Fisikokimia Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran, teman-teman
praktikan, baik dalam satu kelompok
maupun satu shift.
DAFTAR PUSTAKA
Giwangkara. 2007. Spektrofotometri
Infra Merah.
Dapat diakses di:
http://www.chem
istry.org/artikel_kimia/kimia_
nalisis/spektrofotometri_infra
merah/ (7 Desember 2014)
Silverstein. 2002. Identification of
Organic Compund, 3rd
Edition.John Wiley & Sons
Ltd. New York.
Skoog, et.al.1996. Fundamentals of
Analytical Chemistry 7th
Edition.Saunders. College
Publishing. Orlando.
Sutiah, dkk. 2008. “Studi Kualitas
Minyak Goreng
Dengan Parameter Viskositas
dan Indeks Bias”. Berkala
Fisika ISSN : 1410 – 9662. Vol
11 ,No.2, April 2008, hal 53
58.
Wahab,A. W. 2010. Analisis Spektrum
Infra Merah dari Minyak
Goreng Kelapa Untuk
Identifikasi Perubahan
Panjang Gelombang Akibat
Variasi Temperatur
Dapat diakses di:
http://repository.unhas.ac.id/bi
stream/handle/123456789/527
Makalah%20Seminar%20Nas
onal%20Unjani_Abd%20Wah
d%20Wahab.docx?sequence=1
(7 Desember 2014)