134341237-116624217-kekerasan-pada-lansia

11
BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai suatu organisme selalu berkembang melalui proses alami dalam hidupnya, dari masa bayi, berlanjut ke masa remaja, masa dewasa dan kemudian menuju pada masa lanjut usia (selanjutnya disebut lansia). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. 1 Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial (BKKBN 1998). Merujuk pada Undang- undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, didefinisikan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. 2 Definisi atau batasan ini lebih merujuk pada usia biologis. Pada dasarnya, anggapan tua secara biologis cenderung berkait dan/atau berkonsekuensi dengan pendefinisian tua secara ekonomi serta secara sosial. Secara biologis, lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, 1 2

Upload: alwanzaenuri4

Post on 26-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagai suatu organisme selalu berkembang melalui

proses alami dalam hidupnya, dari masa bayi, berlanjut ke masa remaja,

masa dewasa dan kemudian menuju pada masa lanjut usia (selanjutnya

disebut lansia). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses

penuaan.1 Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, menurut

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang

perlu dipertimbangkan, yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek

sosial (BKKBN 1998). Merujuk pada Undang-undang No.13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, didefinisikan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.2 Definisi atau

batasan ini lebih merujuk pada usia biologis.

Pada dasarnya, anggapan tua secara biologis cenderung berkait

dan/atau berkonsekuensi dengan pendefinisian tua secara ekonomi serta

secara sosial. Secara biologis, lanjut usia adalah penduduk yang

mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan

menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan

penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Jika usia lansia ditetapkan 60 tahun ke atas, maka seseorang

dalam kelompok usia tersebut dianggap telah mengalami degradasi

kemampuan fisik/biologis-nya. Dari sisi ekonomi Indonesia, usia angkatan

kerja yang produktif ditetapkan 15 – 55 tahun. Dengan demikian, usia 55

tahun dianggap sudah tua atau kurang produktif sehingga bagi pekerja

formal akan dipensiunkan dari pekerjaannya. Implikasinya, penduduk

lanjut usia tidak dipandang sebagai sumber daya. Artinya, lansia tidak lagi

memberikan banyak manfaat, bahkan dipersepsikan sebagai beban

keluarga dan masyarakat, khususnya secara ekonomi. Sementara secara

sosial, lansia diklasifikasikan sebagai kelompok sosial tersendiri, yang

1

2

Page 2: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

keberadaannya berbeda dengan kelompok sosial lainnya, bahkan

dimungkinkan berkebutuhan berbeda, sehingga perlu perhatian dan

perlakuan yang berbeda pula.

Berkenaan dengan realitas sosial tentang pertumbuhan orang

lanjut usia (lansia) di Indonesia, bisa dikatakan akhir-akhir ini kelompok

lansia semakin banyak mendapat perhatian. Hal ini terkait dengan adanya

fakta perubahan struktur demografi selama beberapa dekade terakhir

berupa peningkatan penduduk berusia 60 tahun ke atas secara cukup

signifikan. Struktur penduduk dunia, termasuk Indonesia, saat ini menuju

proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi

penduduk lanjut usia (lansia).3 Dalam konteks Indonesia, proporsi

penduduk lansia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30

tahun terakhir. Pada tahun 1971, lansia di Indonesia berjumlah 5,3 juta

jiwa (4,48 persen dari total penduduk Indonesia), sementara tahun 2009

menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari 217 juta jiwa penduduk Indonesia).

Selama dua dekade terakhir, proporsi penduduk lansia di Indonesia telah

mengalami kenaikan dua kali lipat. Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik

(BPS), pada tahun 2015 kelompok penduduk lansia diperkirakan akan

meningkat lagi menjadi sekitar 24,5 juta jiwa atau kira-kira 10% dari total

penduduk Indonesia saat itu.4 Sebelumnya, pernah memperkirakan

kenaikan jumlah penduduk lansia Indonesia antara tahun 1990-2025

mencapai 414% tertinggi di dunia.5 Proyeksi peningkatannya menjadi

25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 % dari jumlah penduduk

dan akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India dan

Amerika Serikat (Schröder-Butterfill, 2002; dan lihat juga: Harian Kompas,

25 Maret 2002).

BAB II

PEMBAHASAN

3

4

5

Page 3: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

A. PENGERTIAN

Merujuk pada WHO, dijelaskan bahwa sebagian besar dari

negara-negara maju telah menerima usia 65 tahun sebagai definisi

dari ‘lanjut usia’ atau orang yang lebih tua, seperti banyak konsep lain

yang lahir di Barat, konsep ini juga kurang bisa diterapkan di negara-

negara berkembang dengan budaya berbeda. Seringkali ‘lanjut usia’

diasosiasikan dengan usia di mana seseorang mulai pensiun. PBB

sendiri menyetujui bahwa batas usia lanjut adalah 60 tahun, meskipun

PBB juga tidak menetapkan standar kriteria angka untuk

mendefinisikan usia lanjut.6 Definisi yang sama mengenai lanjut usia

dikeluarkan oleh Komisi Nasional Lanjut Usia Jakarta, 2010 bahwa

penduduk lanjut usia adalah penduduk berumur 60 tahun keatas.

Berdasarkan dua definisi kategori usia lanjut usia, lanjut usia di

Indonesia adalah individu yang memiliki umur 60 tahun ke atas definisi

tersebut yang digunakan dalam penelitian kali ini.

Tindakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik

dalam bentuk malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik, psikologis oleh

orang lain yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan,

nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi dan

perlindungan yang dibutuhkan.

Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok

rentan, yaitu semua orang yang menghadapi hambatan atau

keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang

berperadaban. Salah satu contoh kelompok rentan tersebut adalah

orang-orang lanjut usia (lansia).

Ternyata, walau sudah memiliki keterbatasan, lansia juga

rentan terhadap kekerasan. Menurut statistik, lebih dari dua juta lansia

mengalami kekerasan setiap tahunnya.

6

Page 4: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika seorang

lansia mengalami kekerasan oleh orang lain; yang seringkali dalam

banyak kasus, berasal dari orang-orang yang mereka percayai.

Karenanya, mencegah kekerasan pada lansia dan meningkatkan

kesadaran akan hal ini, menjadi suatu tugas yang sulit.

Statistik dari Dinas Pelayanan di New Zealand menunjukkan

bahwa kebanyakan, orang-orang yang melakukan kekerasan

terhadap lansia, merupakan anggota keluarga atau orang yang

berada pada posisi yang mereka percayai, seperti: pasangan hidup,

anak, menantu, saudara, cucu, ataupun perawat.

B. BENTUK

1. Kekerasan Fisik

Tipe kekerasan ini terjadi ketika lansia mengalami kekerasan fisik

dalam bentuk apapun juga, didorong atau terpapar oleh tindakan

yang bisa melukai mereka secara fisik.

2. Kekerasan Emosional

Ketika lansia diperlakukan secara memalukan. Contohnya bisa

berupa: diancam seperti halnya seorang anak kecil; tidak dianggap

di dalam keluarga dan pergaulan dihiraukan atau diabaikan atau

lain-lain, yang kesemua itu bisa mengakibatkan luka secara

emosional.

3. Kekerasan Seksual

Jika lansia terkena resiko untuk diperkosa; atau ketika ada

tindakan memalukan seperti pemaksaan untuk membuka baju, dll.

Penggunaan bahasa yang tidak layak dan sindiran berbau seks.

Kesemua perilaku itu bisa dikategorikan ke dalam tindakan

kekerasan seksual.

4. Kekerasan Finansial

Page 5: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

Hal ini bisa terjadi, ketika seseorang yang bertanggungjawab atas

kondisi keuangan seorang lansia, mencuri uangnya; mencegah

lansia dari mengambil uangnya, untuk memenuhi keperluan

perawatan yang dibutuhkan atau bahkan sekedar memenuhi

kebutuhan dasarnya.

5. Kekerasan oleh Perawat Pribadi

Seorang perawat yang salah merawat atau mengancam lansia,

merupakan contoh tindakan kekerasan oleh perawat pribadi.

C. GEJALA-GEJALA

Kita bisa mengetahui ketika terjadi kekerasan pada lansia,

dengan memperhatikan beberapa kondisi berikut:

1. Ketegangan atau argumentasi yang kerap terjadi antara lansia

dan perawat

2. Perubahan perilaku atau kepribadian pada lansia

3. Kehilangan berat badan,

4. Tanda-tanda malnutrisi (kekurangan nutrisi)

5. Dehidrasi

6. Kecemasan

7. Depresi

8. Putus harapan hidup, dan keinginan untuk bunuh diri

9. Tanda-tanda trauma fisik

10.Kondisi tempat tinggal yang tidak bersih

11.Kondisi fisik lansia yang kotor/tidak dimandikan

12.Pengabaian lansia di tempat umum.

Gejala yang lebih spesifik terhadap jenis kekerasan tertentu

bisa kita lihat sebagai berikut :

1. Kekerasan fisik: tanda luka yang tidak jelas, seperti memar,

bekas parut; patah tulang, dislokasi, pembengkakan; pecah

kaca mata; tanda bekas dicekik; perawat yang tidak

mengizinkan anda untuk menengok/mengunjungi lansia.

Page 6: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

2. Kekerasan emosional: perilaku perawat yang suka

mengancam, sering menghilang; perilaku lansia yang terlihat

“kehilangan kesadaran” seperti berbicara sendiri, bergoyang-

goyang, menghisap-hisap sesuatu.

3. Kekerasan seksual: luka pada payudara atau daerah genital;

infeksi genital; perdarahan pada vagina atau anus; menemukan

pakaian yang robek atau tidak berpakaian.

4. Kekerasan finansial: penarikan uang secara signifikan dari

rekening lansia; perubahan mendadak pada kondisi keuangan;

kehilangan uang atau barang di rumah lansia; tagihan yang

belum terbayarkan, kurang perawatan medis, meskipun lansia

tersebut memiliki cukup uang; pembelian barang yang tidak

perlu.

D. PENYEBAB

1. Stress

2. Lingkungan yang kurang kondusif

3. Harapan yang besar

4. Faktor finansial

5. Kedekatan keluarga

6. Cara pandang hidup dari pengasuh

7. Riwayat personal dan mental

8. Riwayat pemakaian obat – obatan atau alkohol

9. Pengetahuan keluarga

10.Gender/jenis kelamin

E. PENCEGAHAN

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah

kekerasan pada lansia. Proses pencegahan/preventif pada tindak

kekerasan terhadap lansia bisa mencakup beberapa langkah praktis

berikut:

1. Memperlakukan lansia dengan cinta dan

Page 7: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

2. rasa hormat

3. Menelpon dan mengunjungi mereka sesering mungkin

4. Memberikan lebih banyak perhatian, meskipun jika mereka

memiliki perawat pribadi sendiri

5. Jika mencurigai adanya kekerasan pada lansia, laporkan

segera

6. Bersikap lebih sabar terhadap lansia, jangan pernah

mengabaikan permasalahan yang mereka hadapi, meskipun

untuk urusan persoalan kecil

7. Jangan pernah memperlakukan mereka seakan-akan mereka

adalah orang yang tidak penting/berguna di

masyarakat/pergaulan

8. Motivasi mereka untuk lebih berpartisipasi dalam aktivitas yang

mereka sukai.

F. ABUSE DAN NEGLEC

1. Abuse : suatu tindakan kekerasan yang disengaja seperti

kekerasan fisik, mental dan psikologi serta jenis penyiksaan

lainnya yang tidak dibenarkan

2. Neglect : suatu keadaan dimana lansia yang tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan sendiri tidak mendapatkan bantuan

dari keluarga maupun caregiver

G. AKIBAT

1. Penyesalan

2. Bunuh diri

3. Gangguan jiwa atau depresi

4. Malnutrisi

5. Maltreatment

6. Terluka

7. Kondisi patologis

8. Dehidrasi

Page 8: 134341237-116624217-Kekerasan-Pada-Lansia

H. TINDAKAN – TINDAKAN

1. Primer : pendekatan kepada komunitas/lingkungan pemberian

support pada lansia, memperkuat koping individu dan keluarga,

pola sehat lingkungan, melihat tanda – tanda resiko tinggi

2. Sekunder : diskusi, komunikasi yang efektif dengan keluarga

3. Tersier : tidak mentoleransi kekerasan, menghargai dan perduli

pada anggota keluarga memprioritaskan kepada keamanan,

tulus secara utuh dan pendayagunaan