13086710321320894708.makalah.pdf
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
1/14
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif dan
Sumbangannya terhadap Produksi dan Ketahanan Pangan1/
Abdul Karim Makarim
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jl. Merdeka 147 Bogor 16111
Abstrak
Inovasi teknologi komoditas pangan (padi, serealia, kacang-kacangan dan ubi-ubian)
telah banyak dihasilkan dan diprogramkan Badan Litbang Pertanian, Kementerian
Pertanian. Hasil penelitian dan fokus program utama tanaman pangan adalah sebagaiberikut: (1) Pengkayaan plasma nutfah tanaman pangan sebagai sumber gen untuk
pembentukan varietas unggul baru; (2) Perakitan varietas unggul baru untuk tujuan
pemecahan masalah produktivitas (lingkungan biotik dan abiotik); (3) Perakitan varietas
untuk peningkatan nilai tambah dan mutu spesial (beras fungsional, rendah glikemik
untuk penderita diabetes, beras aromatik, dll.); (4) Perakitan varietas untuk ketahanan
pangan, seperti jagung pulut, gandum, sorgum, ubi kayu, ubi jalar dan ubi-ubian lainnya
untuk diversifikasi pangan langsung atau sebagai bahan baku tepung dsb. (5) Pasca
panen untuk berbagai tujuan per komoditas, seperti pakan ternak, industri rumah
tangga, bahan baku industri, biodesel, dsb.(6) Teknologi inovasi dalam pemanfaatan
limbah/sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk hayati, pupuk majemuk, pupuk lepas lambat
(slow release), pupuk terlapis material (sulfur coated urea, carbon coated urea dsb.).
Selain perbaikan varietas, komponen teknologi budidaya terus diperbaiki,
dikembangkan dan diinventarisir sebagai teknologi alternatif. Sistem Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) memanfaatkan komponen teknologi terbaik
spesifik lokasi secara partisipatif dengan petani. Adanya keragaman lingkungan
pertanian, menyebabkan diperlukannya cara penetapan paket teknologi spesifik lokasi
menggunakan sistem pakar tanaman pangan. Sistem ini memperhitungkan adanya
keterkaitan antara karakteristik lokasi, teknologi, dan partisipatif; juga prinsip hukum
------------------------------------------------------
Disajikan pada KIPNAS X, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hotel Bidakara, Jl. Jend.
Gatot Subroto Kav.71-73. Jakarta, 10 Nopember 2011
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
2/14
minimum Leibig, analisis sistem dan sistem dinamik yang kesemuanya merupakan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
----------------------------------------------
Kata kunci: inovasi, teknologi, tanaman pangan, produksi.
Pendahuluan
Kementerian Pertanian telah mencanangkan untuk meraih empat sukses sbb: (1)
pencapaian dan mempertahankan swasembada pangan; (2) diversifikasi pangan
hingga tercapainya ketahanan pangan lestari; (3) meningkatkan nilai tambah produksi
pertanian; dan (4) pencapaian kesejahteraan petani. Semua kegiatan penelitian,pengembangan dan penerapan teknologi difokuskan ke empat sukses di atas.
Indonesia memiliki kondisi lingkungan biofisik pertanian, sosial-ekonomi petani dan
masyarakat pedesaan yang beragam. Kondisi demikian dapat mendatangkan
keuntungan yaitu berbagai komoditas pertanian (asli maupun introduksi) dapat
diusahakan pada wilayah-wilayah tertentu dan pada waktu-waktu tertentu. Tanaman
gandum (tanaman asli subtropis) sebagai contoh, masih dapat diusahakan, meskipun
sekarang masih terbatas pada lokasi-lokasi tertentu, seperti di Merauke atau di NTT,
hanya di dataran tinggi saja dan atau pada bulan-bulan dingin. Beragamnya kondisi
lingkungan juga menyebabkan penerapan satu paket teknologi budidaya untuk suatu
komoditas tidak cukup (tidak selalu efektif) dalam meningkatkan produktivitas dan
produksi tanaman, bahkan kadangkala tidak efisien atau terjadi pemborosan input pada
lokasi-lokasi tertentu. Kendala dan masalah utama dalam penerapan teknik budi daya
tanaman pangan spesifik lokasi adalah sebagai berikut: (1) perlu menyusun paket
teknologi spesifik untuk lokasi spesifik; (2) terbatasnya kemampuan petani/penyuluh
dan peneliti dalam menerjemahkan kondisi lingkungan pertanaman menjadi kebutuhan
terhadap komponen teknologi budi daya; (3) belum terbiasa memberikan rekomendasi
teknologi untuk skala kecil atau spesifik lokasi; (4) terbatasnya kemampuan
penyuluhan; (5) komponen teknologi budi daya yang beragam belum dimanfaatkan
secara optimal oleh petani. Kendala dan masalah tersebut dapat dipecahkan melalui
penggunaan sistem pakar atau Expert system tanaman pangan (padi, kedelai, jagung)
yang ditunjang oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau IPTEK, termasuk
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
3/14
penggunaan teknologi informasi (IT). Selain itu, pendekatan analisis sistem untuk
memecahkan permasalahan pertanian sangat sesuai dan dapat dioperasionalkan
dengan sistem pakar. Pengembangan prinsip dan cara di atas merupakan terobosan
dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan dalam skala
nasional di masa mendatang, sehingga swasembada dan ketahanan pangan nasional
dapat dicapai dan dipertahankan. Tujuan dari penyusunan makalah ini.adalah untuk
kembali mengingatkan akan pentingnya prinsip-prinsip dasar penelitian, meningkatkan
kualitas dan kuantitas inovasi teknologi tanaman pangan, pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang pertanian, untuk menunjang pencapaian swasembada dan
ketahanan pangan lestari.
Inovasi teknologi unggulan komoditas padi
a. Plasma nutfah dan galur harapan padi. Plasma nutfah sebagai sumber gen dan
tetua untuk persilangan dalam pemuliaan merupakan dasar pembentukan
varietas baru. Beberapa plasma nutfah yang tersedia dengan keunggulan
spesifiknya antara lain (a) tanaman padi berumur ultra genjah (80-90 hari) ada 9
aksesi; (b) padi lokal 119 varietas; (c) padi pasang surut lokal 40 varietas; (d)
berbagai ketahanan terhadap cekaman abiotik (salinitas, keracunan besi, Al,
kekeringan) dan biotik, beras fungsional, dan beras berkualitas tinggi lainnya.
b. Varietas padi dengan berbagai keunggulan. Banyak varietas padi yang telah
dilepas dengan keunggulan spesifik seperti disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Varietas padi sawah dengan berbagai keunggulan khusus
Varietas Umur(hari)
Produktivitas(ton/ha)
Keunggulan
Inpari 6 Jete 118 7-12 Potensi hasil tinggi
Inpari 10, 112 4-7 Toleran kekeringanInpari 12, Inpari 13Inpari 1
99108
6-87-10
Umur genjah sampai sangatgenjah
Inpara 4Inpara 5
115135
5-75-8
Toleran rendaman
Kapuas, Inpara 1Inpara 2, Inpara 3
131128 5-6
Toleran keracunan besi dan Al
Inpari 7, Inpari13 99 6-8 Toleran wereng cokelatInpari 8, Inpari 9 Elo 125 6-10 Toleran penyakit Tungro
Inpari 11 105 6-9 Toleran Hawar Daun Bakteri
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
4/14
Tabel 2. Varietas-varietas padi untuk beras berkualitas khusus
Varietas Umur
(hari)
Produktivitas
(ton/ha)
Keunggulan
Cempo Merah,Segreng
109 4 - 5 Beras merah lokal, kaya vitamin danmineral, Fe tinggi, rasa nasi pulen danenak
Aek Sibundong 108-125 6 Beras merah unggul, mengandungvitamin B3 tinggi
Ciasem,Setail, KetonggoLusi
112-119120
130-140
5-75
5-6
Beras ketan
Sintanur, GilirangCelebes,
Batang Gadis
115-125105-110
108-112
6-75-7
6-8
Beras aromatik
Cisantana 118 5-7 Beras kristal, tahan pada sawahirigasi kurang subur
Cisokan,Batang LembangLogawa
110-12097-120
115
5-66-88-9
Beras rendah Glikemik (
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
5/14
Batang Lembang dan Logawa (Widowati et al.. 2008; Indrasari et al.2008a;2008b).
Beras aromatik (wangi) teridentifikasi dari kandungan 2-asetil-1-pirolin seperti
Pandanwangi mengandung senyawa tersebut sebanyak 493 ppb tertinggi
dibandingkan varietas lainnya: Mentekwangi dan Sintanur.
c. Perbenihan. Kemurnian benih perlu ditingkatkan, serta menjaga daya kecambahnya
selama pendistribusian dan penyimpanan, Benih yang baik dan bermutu merupakan
input produksi pertanian pertama penentu keberhasilan pertanaman. Sistem
penyebaran dan pengadaannya ke daerah-daerah perlu memperhatikan (a)
kesesuaian varietas unggul yang akan ditanam dengan kondisi lingkungan danpreferensi petani/pasar; (b) jumlah benih yang diperlukan pada setiap
kabupaten/provinsi perlu tercatat, untuk penyesuaian luas lahan perbanyakan benih.
di daerahnya masing-masing. Sebagai contoh benih BS/FS padi dari Balai Besar
Penelitian Padi didistribusikan ke BBU, BBI, BUMN, BPTP dan penangkar untuk
diperbanyak.
d. Pupuk organik. Pupuk dan bahan yang akan diberikan ke tanaman, perlu dingkatkan
kualitasnya agar efektif dalam meningkatkan produksi, perbaikan sifat kimia, fisik
dan biologi tanah, pemanfaatan sumber alami, pendaur-ulangan, dan zero waste.
Bahan organik berkualitas, memiliki nisbah C/N rendah, kandungan hara tinggi, tidak
mengandung zat pencemar atau melepas gas-gas rumah kaca, berasal dari sisa
panen, kotoran hewan dan pupuk hijau, menggunakan dekomposer yang efektif dan
toleran cekaman lingkungan ekstrim (masam, salin, alkalin).
Inovasi teknologi unggulan komoditas serealia
a. Plasma nutfah dan galur harapan serealia. Koleksi plasma nutfah Balai
Penelitian Tanaman Serealia pada tahun 2009 terdiri dari (a) jagung 515 aksesi;
(b) sorgum (83 aksesi); (c) gandum (36 aksesi); (d) jawawut atau milet
(Pennisetum glaucum) (58 aksesi); dan (e) jail (Coix lacrymajobi) (5 aksesi)
(Yasin 2010).. Plasmanutfah tersebut diperoleh melalu koleksi varietas-varietas
jagung lokal dan introduksi dari luar negeri. Plasma nutfah ini diperlukan untuk
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
6/14
mengamankan sumber daya genetik, untuk memanfaatkan keunggulan-
keunggulan gen dalam pembentukan varietas-varietas unggul baru.
b. Varietas baru jagung dengan keunggulan spesifik. Beberapa varietas jagung
berumur genjah (11 t/ha, dan stay green. Varietas Bima-3
Bantimurung juga toleran penyakit bulai, sedangkan Anoman-1 rasa bijinya enak
sehingga dapat sebagai substitusi beras sampai 30%.. Varietas Quality Protein
Maize (QPM) memiliki kadar lisin dan tryptophan lebih tinggi daripada jagungbiasa, yaitu lisin 0,29-0,39% jagung biasa dan 0,42-0,52% jagung QPM;
sedangkan tryptophan jagung biasa 0,058-0,079% dibandingkan jagung QPM
0,085-0,110%.
c. Gandum. Merupakan bahan pangan yang banyak dibutuhkan, sehingga
Indonesia mengimpor terigu. Tanaman gandum (tanaman subtropik) belum
berkembang di Indonesia, baru sesuai untuk dataran tinggi. Namun, lahan di
dataran tinggi ini peka erosi dan juga kalah bersaing dengan komoditas sayuran
yang lebih bernilai ekonomi. Program perakitan varietas gandum di balitsereal
difokuskan untuk daerah dengan ketinggian
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
7/14
dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak. Beberapa varietas sorgum
menghasilkan bioetanol cukup tinggi dan relative stabil seperti Watar Hammu
Putih, 4-138A, 15011A, 15011B, dan 15021A yaitu masing-masing 6.617 liter/ha,
5.000. liter/ha, 5.928 liter/ha, 5.733 liter/ha dan 6.654 liter/ha.
e. Pasca panen jagung. Berbagai cara dan alsintan telah dihasilkan dalam
penanganan pasca panen jagung oleh Balitsereal, Puslitbang Tanaman Pangan,
seperti cara pengeringan tongkol jagung di lapang ataupun dengan alat yang
menghasilkan biji jagung yang bersih, terhindar dari infeksi jamur/cendawan; alat
pengering benih jagung dengan pengatur suhu. Mesin pengering model PTP-4K-
Balitsereal berkapasitas 2 ton tongkol sekali proses dapat menghemat tenaga 45hok dan biaya pengeringan Rp.125.000/ton. Mesin pemipil jagung model PJM5-
Balitsereal untuk memproses benih dengan kapasitas pemipilan 1,3 ton/jam.
Inovasi teknologi unggulan komoditas kacang-kacangan
a. Galur harapan kedelai toleran kekeringan.. Kekeringan merupakan kendala
utama tanaman di lahan kering yang hingga saat ini belum ada satu varietas pun
yang tahan. Namun demikian, teridentifikasi beberapa genotype toleran
kekeringan yang dapat digunakan sebagai sumber gen. Pembentukan populasi
dasar menggunakan empat sumber gen yang toleran MLG2805, MLG3474,
MLG3072, dan MLG2984. Sejumlah galur harapan toleran kekeringan dan
berdaya hasil tinggi sudah diperoleh (Nugrahaeni et al. 2009). Pada pengujian
toleransi kekeringan di 13 lokasi kisaran hasilnya 1,33-1,91 t/ha.
b. Galur harapan kedelai toleran hama. Tanaman kedelai umumnya peka terhadap
beberapa hama antara lain ulat grayak. Namun, beberapa galur yang telah
dimiliki Balitkabi seperti IAC-100, W/80, G100H, dan IAC-80 mempunyai
ketahanan lebih tinggi dibandingkan varietas Ijen..
c. Penggunaan isolat SINPV. Ulat jengkal, hama pelipat daun dan penggerek
polong terkenal sebagai hama utama perusak tanaman kedelai. Penggunaan
Isolat SINPV JTM 97C yang dikembangkan oleh Balitkabi.mampu membunuh
larva ulat jengkal Chrysodeixis chalsites, penggulung daun Lamprosema indicata
dan penggerek polong kedelai Etiella zinckernellasebesar 94-96% (Bedjo 2006)
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
8/14
e. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Kedelai. Produktivitas
tanaman kedelai dengan PTT lebih tinggi 29,4% dibandingkan tanpa PTT atau
cara biasa (Adisarwanto et al. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
teknologi spesifik lokasi, yaitu menyesuaikan pemberian input (macam dan
takaran) dengan kondisi lahan dapat meningkatkan hasil biasanya disertai
dengan penurunan biaya produksi, sehingga meningkatkan keuntungan. Cara
PTT ini telah diterapkan di berbagai komoditi tanaman pangan. Prinsip PTT ini
akan diuraikan secara khusus.
Masih banyak teknologi inovasi yang belum disajikan dalam makalah ini. Namun padaprinsipnya teknologi yang dihasilkan dan diprogramkan pada komoditas pangan untuk
pencapaian dan mempertahankan swasembada pangan, peningkatan produksi dan
ketahanan pangan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Perakitan varietas unggul baru untuk tujuan pemecahan masalah, misalnya
potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, umur genjah hingga ultra genjah, toleran
kemasaman tanah (pH rendah), toleran salinitas, tahan rendaman (padi) dan
tahan genangan (palawija), toleran hama dan penyakit tertentu;
2. Perakitan varietas untuk peningkatan nilai tambah dan mutu spesial, seperti
beras fungsional (kaya Fe), beras merah bergizi tinggi, beras rendah glikemik
untuk penderita diabetes, beras aromatik, beras bernutrisi tinggi; jagung QPM
(berkualitas protein tinggi),
3. Perakitan varietas untuk ketahanan pangan, seperti jagung pulut, gandum,
sorgum, ubi kayu, ubi jalar dan ubi-ubian lainnya untuk diversifikasi pangan
langsung atau sebagai bahan baku tepung dsb.
4. Pasca panen untuk berbagai tujuan per komoditas, seperti pakan ternak (batang,
daun dan biji jagung), industri rumah tangga (kue-kue kacang, minyak goreng,
kacang goreng), bahan baku industri (ubi kayu, sorgum) untuk biodesel, industri
keramik, dsb.
5. Teknologi inovasi dalam pemanfaatan limbah/sisa tanaman, pupuk hijau,
mikroorganisme menjadi kompos berkualitas tinggi, pupuk hayati, pupuk
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
9/14
majemuk, pupuk lepas lambat (slow release), pupuk terlapis material (sulfur
coated urea, carbon coated ureadsb.).
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
Pendekatan PTT merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang terus
berkembang, memanfaatkan berbagai alternatif teknologi yang telah dihasilkan untuk
diterapkan pada lokasi yang paling sesuai (spesifik). Dalam pendekatan PTT, pemilihan
cara budidaya yang optimal pada suatu lokasi adalah dengan jalan memaksimalkan
komponen-komponen teknologi yang saling sinergis/compatible dan meminimalkan
komponen teknologi yang saling antagonis/tidak compatible, sehingga diperoleh netsinergis yang besar dari suatu cara budidaya. Hal serupa juga dilakukan pencocokan
antara karakteristik lingkungan dengan berbagai alternatif teknologi dan komponen
pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, cara budidaya PTT adalah spesifik untuk tiap
lokasi spesifik..Dalam PTT pemilihan komponen teknologi selain disesuaikan dengan
karakteristik lingkungan/lokasi pertanaman, juga mempertimbangkan karakteristik dan
preferensi petani sebelum diterapkannya teknologi budidaya, sehingga disebut
teknologi partisipatif.
Prinsip Meningkatkan Efisiensi Input Produksi
Hukum Minimum Leibig
Respon tanaman terhadap pemberian input atau karakteristik lingkungan
digambarkan dalam hukum Leibig tahun 1855 (de Wit 1992) sebagai tong kayu
berisi air, di mana tinggi permukaan air yang dapat ditampung tong bergantung
pada tinggi papan yang terendah (Hukum Minimum). Aplikasi hukum ini bahwa
pemberian input yang paling efektif atau karakteristik lingkungan yang paling
berpengaruh terhadap hasil tanaman adalah input/karakteristik yang jumlah atau
ketersediaannya paling kritis dalam tanah. Aplikasi lainnya adalah pemberian hara
lain yang berada di tanah dalam jumlah yang cukup, akan kurang efektif
meningkatkan hasil bila diberikan sehingga tidak efisien. Dengan demikian, dalam
upaya meningkatkan efisiensi input produksi tanaman pangan, baik pada lahan
sawah maupun lahan kering, perlu karakterisasi lokasi/lahan pertanian,
mengidentifikasi faktor-faktor pembatas pertumbuhan tanaman, dimulai dari yang
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
10/14
paling serius hingga yang kurang serius berdasarkan kriteria batas kritik kahat atau
keracunan hara/unsur kimia yang sebelumnya telah diketahui. Selanjutnya,
pemberian input produksi yang paling efisien adalah pemberian input untuk
menanggulangi kendala utama atau mencukupi kebutuhan hara yang menjadi
prioritas utama, diutamakan input yang dapat menanggulangi dua atau lebih
permasalahan sekaligus. Misalnya penggunaan batuan fosfat pada lahan kering
masam selain dapat menetralkan Al (meracuni tanaman), juga menyediakan fosfat
bagi tanaman dan memiliki efek residu atau bahan organik yang dapat menon-
aktifkan AI, menambah hara, meningkatkan daya tahan tanah terhadap hara (KTK)
dan air. Sebaliknya, input produksi yang diberikan untuk menanggulangipermasalahan atau hara yang tidak/kurang bermasalah, selain tidak efisien karena
respon tanaman kurang, juga menimbulkan efek samping yang merugikan tanaman
dan lingkungan. Contoh, pemberian pupuk ZA (bersifat masam) dalam jumlah
berlebih secara terus menerus untuk mencukupi kahat S justru akan menambah
kemasaman tanah (pH tanah turun). Dengan kata lain, kesalahan pengelolaan atau
pemberian input yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman,
sangat merugikan.
Hukum Optimum Liebscher
Perkembangan selanjutnya dari Hukum Minimum (leibig) adalah Hukum
Optimum oleh liebscher 1895 (de Wit 1992) yang menyatakan bahwa faktor
produksi yang paling kurang akan sangat efektif dan efisien diberikan apabila
semua faktor produksi lainnya berada dalam keadaan optimum. Dengan demikian,
dalam strategi meningkatkan efisiensi produksi, semua faktor produksi yang
diperlukan tanaman perlu dioptimalkan. Sebaliknya, semua faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman (biotik dan abiotik) seharusnya
ditiadakan/dikurangi. Dalam menerapkan prinsip ke-2 ini perhatian efisiensi input
tidak hanya ditujukan terhadap pemberian pupuk saja, namun juga kondisi optimum
bagi pertumbuhan tanaman. Contoh sederhana adalah merawat tanaman,
kebersihan lahan, penyiangan gulma, monitoring tanaman agar serangan
hamalpenyakit tertentu atau gejala kahat hara telah terdeteksi sedini mungkin,
sehingga pengendaliannya efisien/mudah.
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
11/14
Hukum Constant Activity Mitscherlich
Selanjutnya, Mitscherlich 1924 (de Wit 1992) mengemukakan bahwa berkurangnya
respon tanaman terhadap penambahan hara mengikuti persamaan eksponensial
negatif, dan koefisien aktivitas suatu hara dalam eksponensial tidak tergantung dari
ketersediaan hara lainnya (Hukum Aktivitas Tetap). Dalam aplikasinya, jumlah hara
yang diperlukan suatu tanaman untuk mencapai hasil maksimal adalah
proporsional, baik hasil maksimal tersebut tinggi ataupun rendah. Dalam hal ini,
hasil maksimal adalah potensi hasil, yang besarnya beragam menurut kondisi iklim,
terutama radiasi surya dan suhu, serta sifat fisiologik tanaman. Juga tersirat bahwa
pemberian pupuk sebanyak apapun tidak akan pernah menyebabkan hasiltanaman pada suatu lokasi/daerah melampaui potensi hasilnya. Potensi hasil
tanaman dapat berbeda menurut tempat (lokasi wilayah) dan waktu (musim),
meskipun varietas yang digunakan sama. Hal ini disebabkan adanya keragaman
radiasi surya, suhu maksimum dan minimum berdasarkan tempat dan waktu. Oleh
karena itu, teknologi spesifik lokasi menjadi sangat tepat untuk diterapkan dan
sebagai alasan diperlukannyaprescription farming.
Analisis Sistem Di Bidang Pertanian
Pendekatan "Analisis Sistem" digunakan untuk memecahkan berbagai
permasalahan dinamis, termasuk di bidang pertanian, khususnya tanaman
pangan. Mengacu kepada ketiga hukum yang telah diuraikan sebelumnya.
Keterkaitan antara pertumbuhan tanaman, lingkungan (biotik, abiotik) dan
pengelolaannya sangat erat. Berbagai faktor dibedakan berdasarkan perannya
sebagai peubah tidak bebas (dependent variable), kecepatan perubahan, faktor
penggerak, dan faktor pengaruh dalam suatu keterkaitan. Sistem dibagi ke dalam
4 subsistem, yaitu: (1) internal (fisiologik dan morfologik) tanaman; (2) edafik
(fisika dan kesuburan tanah); (3) lingkungan abiotik (iklim) dan biotik (hama dan
gulma); dan (4) aspek pengelolaan (agronomi). Dengan analisis sistem, trend
perubahan produktivitas, produksi dan konsumsi dapat digambar/dihitung secara
lebih akurat.
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
12/14
Pustaka/Bahan Bacaan
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS). 2010.
Dobermann, A., K.G. Cassman, S. Peng, Pham SyTan , Cao Vhan Phung, P.C. Sta.Cruz, J.B. Bajita, M.A.A. Adniento, and D.C. Olk. 1996. Precision NutrientManagement in Intensive Irrigated Rice Systems. Proc. Int. Symp. MaximizingSustainable Rice Yield Through Improved Soil and Environmental Management.Khon Kaen, Thailand. p.133-154.
Ghosh, K. 2003. Overflow irrigation in Bengal: Lessons from the past. In. Takara andKojima (eds.). Proceedings of the 1stInternational Conference on Hydrology and
Water Resources in Asia Pacific Region. Vol.1:172-178. Pa-lu-lu Plaza, Kyoto,Japan
Guimaraes, F.M., I.C.B. Fonseca, M. Brossard, C.M.R. Portella, Osmar, R. Brito, and.J.C. Ritchie. 2008. Monitoring changes in the chemical properties of an Oxisolunder long-term no-tillage management in subtropical Brazil. Soil Sci.173(6):408-416.
Indrasari, S.D. 2006. Kandungan besi varietas padi. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian 28(6):13-14.
Indrasari, S.D., E.Y. Purwani, S. Widowati, dan D.S. Damardjati. 2008a. Peningkatannilai tambah beras melalui mutu fisik, citarasa dan gizi. Dalam A.A. Daradjat, A.Setyono, A.K. Makarim dan A. Hasanuddin (eds.). Inovasi Teknologi ProduksiPadi. Buku 2 hal.565-590. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Indrasari, S.D., E.Y. Purwani, P. Wibowo, dan Jumali. 2008b. Nilai indeks glikemikberas beberapa varietas padi. Jurnal Penelitian Pertanian 27(3):127-134.
Kementerian Pertanian. 2011. Road map peningkatan produksi beras nasional (P2BN)menuju surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Kristamtini dan H. Purwaningsih. 2009. Potensi pengembangan beras merah sebagai
plasma nutfah Yogyakarta. Jurnal Litbang Pertanian 28(3):88-95
Makarim, A.K. 2003. Modeling pengelolaan tanaman padi. Dalam B. Suprihatno dkk(eds.) Buku 2: Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. ISBN 979-8161-85-8. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Halaman 181-191.
Makarim, A.K. 2004a. Sistem pakar padi (SIPADI) untuk pemilihan teknologi spesifik
lokasi dan peningkatan produksi padi (Manual). Balai Penelitian Tanaman Padi.
11 halaman.
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
13/14
Makarim, A.K. 2004b. Sistem pakar penetapan varietas padi sesuai lokasi (SIPAVAR)(Manual). Balai Penelitian Tanaman Padi. 9 halaman.
Makarim, A.K., S. Abdurrachman dan S. Purba. 2000a. Efisiensi Input ProduksiTanaman Pangan Melalui Prescription Farming. Simposium Penelitian TanamanPangan IV, hal. 90-103
Makarim, A.K., I. Las, A.M. Djulin dan Sutoro. 1999. Penentuan Takaran Pupuk untukTanaman Padi Berdasarkan Analisis Sistem dan Model Simulasi. AgronomikaI(1): 32-29.
Makarim, A.K., S. Purba, A. Kartoharjono., I. Las, S. Roechan, dan S. Adiningsih.2000b. Pengujian sistem prescription farming pada pola IP Padi 300. JurnalPenelitian Pertanian Tanaman Pangan ISSN 0216-9959.Vol 19(3):13-24,
Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian.
Puslitbangtan. 2010. Reformasi birokrasi dan diseminasi hasil penelitian tanamanpangan. Prosiding Raker 2010. 201 halaman.
Sutardi, H., Purwaningsih, dan A. Musofie. 2008. Perimbangan pupuk organik dananorganik terhadap kualitas hasil beras organik di lahan sawah tadah hujan.Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Pencemaran Lingkungan Pertanianmelalui Pendekatan Pengelolaan daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu.Balai Besar Penelitin dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sembiring, H. Inovasi teknologi unggulan dan pengelolaan sumberdaya penelitian BalaiBesar Penelitian Tanaman Padi. DalamReformasi birokrasi dan diseminasi hasilpenelitian tanaman pangan. Prosiding Raker 2010. Hal 67-75.
Subandi, M.J. Mejaya dan Marwoto. 2010. Isu penting penelitian kacang dan ubi. Dalam Reformasi birokrasi dan diseminasi hasil penelitian tanaman pangan. ProsidingRaker 2010. Hal 146-154.
Sutrisno, N., P. Setyanto dan U. Kurnia. Perspektif dan urgensi pengelolaan lingkunganpertanian yang tepat. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(4):286-291.
Widowati, S. 2008. Karakterisasi mutu dan indeks glikemikberas beramilosa rendah dan
tinggi. Dalam B. Suprihatno dkk. (eds.).Prosiding Seminar Apresiasi HasilPenelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 2:759-773. Balai Besar PenelitianTanaman Padi.
Yasin Said, M. 2010. Inovasi teknologi unggulan Balai Penelitian Tanaman Serealia.Dalam Reformasi birokrasi dan diseminasi hasil penelitian tanaman pangan.Prosiding Raker 2010. Hal 81-102.
-
7/24/2019 13086710321320894708.makalah.pdf
14/14