125-388-1-pb

Download 125-388-1-PB

If you can't read please download the document

Upload: faisal-hernawan

Post on 28-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jurnal

TRANSCRIPT

  • 9 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

    KAJIAN MANAJEMEN TEKNOLOGI PRODUKSI FLIGHT CATERING DI ACS JAKARTA

    Technology Management Review at ACS Jakarta

    Rachmayanti

    Staf Pengajar Akademi Manajemen Kesatuan

    ABSTRAK Bisnis jasa flight catering sangat strategis dan

    mendukung daya saing suatu perusahaan penerbangan. Jasa Flight catering tidak terlepas dari masalah kesehatan dan keamanan pangan. Dengan demikian diperlukan suatu manajemen teknologi yang baik dalam persaingan bisnisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan manajemen teknologi produksi, mengidentifikasi keberhasilan penerapan manajemen teknologi, dan memberikan alternatif pengembangan teknologi di ACS Jakarta . Data dianalisa dengan metode STMIS terhadap indikator transformasi teknologi dan kemampuan teknologi. Data diolah dengan menggunakan Program minitab. Sedangkan pengujian menggunakan Mann Whitney dan Chi-Square.

    Dari hasil kajian manajemen teknologi diketahui bahwa ACS menguasai perangkat teknologi, tetapi belum ditunjang dengan perangkat manusia, informasi dan organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen teknologi di ACS adalah penggunaan perangkat teknologi secara efisien dan efektif, SDM yang berkemampuan tennis dan manajemen yang tinggi, penggunaan sistem informasi terpadu, serta struktur organisasi dan fungsi manajemen yang baik.

    Alternatif kebijakan yang dapat dilaksanakan perusahaan adalah: (1) memanfaatkan perangkat teknologi yang ada dan merencanakan pembelian perangkat teknologi unggul; (2) melakukan diklat dan pengembanghan perangkat manusia dalam aspek keahlian teknis dan manajemen, perbaikan sistem penilaian prestasi kerja dan persyaratan kualitas karyawan, serta pengadaan record complain dan pembakuan job description; (3) mengoptimalkan pemanfaatan informasi dengan penggunaan sistem komputer terpadu dan fasilitas internet; (4) pembuatan struktur organisasi yang lengkap. Kata kunci: manajemen teknologi, flight catering, meals uplift

    ABSTRACT The business of flight catering service is very strategic

    and supports a flight company for increasing its competitiveness in the in-flight services. The flight catering can not be separated from the health problem and food safety. Therefore, flight catering industry needs technology management to compete well with other flight catering companies. This study was conducted to review the implementation of production technology management, identify factors that influence the success of implemented technology management, and provide alternatives for technology development at ACS Jakarta. The data were analyzed using the STMIS method toward indicator of technology transformation and technology capability. The data were processed using the Minitab program while the testing of data used Mann-Whitney and Chi-Square methods.

    The result show that apparently the ACS company has already retained and control appropriately the technoware. However, it is not furnished with the humanware, infoware, and the orgaware. The implementation of the technology management at ACS Jakarta is successful due to some factors. These factors are the optimal usage of technoware, the possession of human resources who have technical capability and a high level of management, the use of optimal information system, as well as the complete organization structure, which can take on good management functions.

    Some policy alternatives for technology management development are (1) the utilization of the present technoware as well as the purchasing plan of the state of the art technology; (2) the performing of education and training as well as the development of humanware in both technical and management skill, the improvements of the performance appraisal, the job specification, the procurement of complain records or the working performance inspection, as well as the stipulation of the job description; (3) the optimization of the information management and utilization by improving the present information system, the use of the integrated computer system, and the use of the internet facilities; (4) the establishment of more complete organization structure.

  • Rachmayanti, Kajian Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering Di ACS Jakarta, 9 - 15

    10 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

    PENDAHULUAN ACS adalah perusahaan flight catering yang ternama

    dan tertua di Indonesia. Sebagai perusahaan flight catering yang berbaris pada airline Garuda, ACS merupakan perusahaan jasa boga yang menyiapkan perbekalan makanan untuk suatu penerbangan, di samping melayani semua kebutuhan perbekalan Garuda. Setiap saat ACS melayani perusahaan penerbangan baik domestik maupun

    internasional. Jumlah catering uplift yang dihasilkan ACS Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1). Dengan terus meningkatnya jumlah makanan yang harus dihasilkan, maka perusahaan harus semakin mengefektifkan manajemen teknologi yang ada untuk menghasilkan makanan yang berkualitas, baik dari segi nilai gizi, rasa dan keamanan pangan.

    Tabel 1. Jumlah meals uplift yang dihasilkan oleh ACS TAHUN JAKARTA TOTAL TAHUN JAKARTA TOTAL

    1991 5.705.662 9.152.601 1994 8.203.900 13.622.340

    1992 6.641.463 10.713.584 1995 9.332.946 15.045.762

    1993 7.109 .282 11.891.991 1996 (s/d April) 3.186.094 5.084.295

    Sumber: ACS (1998)

    Salah satu topik penting pada saat ini adalah masalah kesehatan dan keamanan pangan. Hal ini sangat penting karena makanan yang dihasilkan oleh ACS melewati suatu tahapan proses yang panjang: mulai dari bahan baku, proses produkisi, pengemasan, penyimpanan, persiapan makanan, sampai dengan pengangkutan makanan ke pesawat. Proses panjang tersebut berlangsung selama 8-12 jam, sehingga besar kemungkinan makanan tersebut terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dapat membayangkan kesehatan. Selain itu biaya yang dikeluarkan ACS terhadap produksi meals uplift mengalami peningkatan 43% dari penjualannya. Padahal biaya produksi tersebut seharusnya dapat ditekan sampai 30% bila pengelolaan teknologi produksinya efisien.

    Hal seperti ini tidak dapat dibiarkan terus menerus, apalagi perusahaan tersebut menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam era global ini. Penggunaan jenis teknologi yang tepat dan kemampuan mengelola komponen teknologi dapat menentukan keberhasilan dan keunggulan kualitas dan kuantitas produk meals uplift yang dihasilkan sehingga akhirnya dapat memuaskan konsumen. Sehubungan dengan berbagai masalah tersebut, penelitian di ACS Jakarta bertujuan: 1. Mengkaji pelaksanaan menajemen teknologi produksi; 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan penerapan manajemen teknologi; 3. Memberikan alternatif pengembangan teknologi yang

    mungkin di laksanakan sesuai dengan kondisi perusahaan.

    METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di ACS Jakarta pada bulan

    Januari-Februari 1998. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer (wawancara, observasi, dan pengisian kuesioner) dan data sekunder (berbagai sumber dan Literatur). Data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan Metode STMIS atau Science and Technological Management Information System (Ramanathan, 1993). Analisa difokuskan pada indikator kemampuan teknologi (kemampuan operatif, akuisitif, suportif, dan inovatif) dan indikator transformasi teknologi (perangkat teknologi, manusia, inpormasi dan organisasi).

    Pengkajian keempat kompenen teknologi dilakukan dengan menggunakan skor 1-9. Klasifikasi skor dapat dilihat pada Table 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 (Harjanto, 1996). Selain itu, pengkajian indikator kemampuan teknologi dilakukan dengan metode rating sebagai berikut:

    1. Rating 0 = tidak mempunyai kemampuan; 2. Rating 1 = terbaik di Indonesia dalam industri flight

    catering; 3. Rating 2 = sebanding dengan perusahaan pesaing di

    ASEAN; 4. Rating 3 = terbaik di ASEAN dalam industri flight

    catering; 5. Rating 4 = sebanding dengan perusahaan pesaing di dunia; 6. Rating 5 = terbaik di dunia dalam industri flight catering

  • Rachmayanti, Kajian Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering Di ACS Jakarta, 9 - 15

    Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001 11

    Tabel 2. Skala penilaian komponen technoware

    Tabel 3. Skala penilaian komponen humanware

    Tabel 4. Skala penilaian komponen infoware

    Tabel 5. Skala penilaian komponen orgaware

    BENTUK FISIK MESIN SKALA Manual 1 2 3

    Mesin manual 2 3 4 Mesin bermotor 3 4 5 Mesin khusus 4 5 6

    Mesin otomatis 5 6 7 Mesin berkomputer 6 7 8

    Mesin terpadu 7 8 9

    TAHAPAN KEMAMPUAN SKALA Kemampuan mengoprasikan 1 2 3

    Kemampuan menyetel 2 3 4 Kemampuan mereparasi 3 4 5

    Kemampuan mereproduksi 4 5 6 Kemampuan mengadaptasi 5 6 7

    Kemampuan menyempurnakan 6 7 8 Kemampuan inovasi 7 8 9

    TAHAPAN KEMAMPUAN SKALA Mengenal fakta 1 2 3

    Menerangkan fakta 2 3 4 Menyusun spesifikasi fakta 3 4 5

    Menggunakan fakta 4 5 6 Menghayati fakta 5 6 7

    Menyimpulkan fakta 6 7 8 Mengkaji fakta 7 8 9

    DERAJAT KECANGGIHAN SKALA Mencari bentuk pola kerja 1 2 3

    Menetapkan pola kerja 2 3 4 Menciptakan pola kerja baru 3 4 5

    Melindungi pola kerja 4 5 6 Menstabilkan pola kerja 5 6 7

    Memanfaatkan pola kerja 6 7 8 Menguasai pola kerja unggul 7 8 9

  • 12 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

    Data diolah secara kualitatif dan kuantitatif melalui tabulasi, statistik deskriptif, dan statistik nonparametrik (Metode Mann-Whitney dan Chi-Square statistik) untuk menguji signifikan hubungan variabel-variabel yang dikaji dengan menggunakan program Minitab (Zuhriati, 1997).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    PENGKAJIAN INDIKATOR TRANSFORMASI TEKNOLOGI

    Pengkajian Perangkat Teknologi (Technoware) Pengkajian perangkat teknologi berdasarkan atas

    kecanggihan perangkat keras atau mesin yang berkaitan langsung dengan tahapan produksi meals uplift. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa perangkat teknologi produksi perusahaan mempunyai median 4, artinya perangkat teknologinya tergolong antara mesin manual sampai mesin khusus. Adapun status teknologi produksi yang diharapkan perusahaan adalah jenis mesin yang lebih modern, yaitu mesin bermotor sampai mesin otomatis (median 4,5).

    Bila dikaji lebih dalam sangat wajar apabila perangkat teknologinya tergolong antara mesin manual sampai dengan mesin khusus. Hal ini disebabkan ACS adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri catering, yang berdasarkan keahlian dan padat karya untuk menghasilkan makanan penuh (appetiser, main course, dan dessert). Walaupun demikian, perkembangan industri flight catering yang menggunakan system cook chill catering sangat membutuhkan suatu teknologi yang tinggi terutama dalam hal penyimpanan makanan olahan. Bertolak dari hal tersebut, pihak manajemen perusahaan sangat mengharapkan teknologi produksinya tergolong mesin bermotor sampai dengan mesin otomatis.

    Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai probabilitas pada taraf nyata 0.05 adalah 0,3134, Sehingga dapat disimpulkan H0 dapat diterima. Dengan demikian, kondisi perangkat teknologi yang ada di perusahaan tidak berbeda nyata dengan kondisi yang diharapkan perusahaan. Status teknologi pada perusahaan ACS ini sebenarnya sudah tergolong mesin otomatis. Namun, perusahaan perlu meningkatkan kecanggihan perangkat teknologinya terutama mesin pendingin, mesin dishwashing dan sarana pelengkapnya, AC di loading dan off loading dock, serta mesin packing di dapur dingin.

    Pengkajian Perangkat Manusia (Humanware) Pengkajian perangkat manusia bertujuan untuk

    mengkaji sejauh mana keterlibatan SDM dengan tingkat

    kecanggihan teknologi serta kemampuannya pada kegiatan produksi dan penanganan meals uplift di ACS, sehingga dapat menunjang kinerja perusahaan. Dari hasil pengamatan diketahui kemampuan perangkat manusia perusahaan mempunyai median 5, artinya kemampuan perangkat manusia berada di antara kemampuan mereparasi, memproduksi, dan mengadaptasi. Adapun kemampuan yang di harapkan perusahaan adalah dalam hal menyempurnakan dan melakukan inovasi (median 8). Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai probabilitas pada taraf nyata 0,05 adalah 0,0322. Dengan demikiann dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat diterima, artinya tingkat kemampuan perangkat manusia di ACS Jakarta berbeda nyata dengan kemampuan yang di harapkan perusahaan.

    Dari hasil pengamatan diketahui bahwa karyawan yang bekerja di bagian produksi atau bagian lain yang berkaitan dengan produksi telah memiliki kemampuan yang cukup di bidang teknis produksi. Mereka rata-rata telah bekerja cukup lama (lebih dari 5 tahun) dan menguasai setiap tahapan proses produksi. Selain itu, sebagian besar tediri atas usia produktif antara 30-39 tahun (51,5%). Dengan demikian, perusahaan terus memberikan pelatihan-pelatihan sehingga keterampilan dan keahlian karyawannya dapat meningkat dan menunjang kinerja perusahaan.

    Perusahaan juga telah membuat kriteria-kriteria baku mengenai kualitas karyawannya di setiap departemen dan tingkatan jabatan. Tetapi, perusahaan ACS belum memiliki job description dan penilaian prestasi kerja yang jelas dan terperinci. Selain itu, perusahaan juga belum memiliki suatu divisi yang dapat mengkaji dengan benar dan serius terhadap kelayakan komposisi karyawan di setiap bagian agar sesuai dengan kondisi beban kerja yang ada.

    Pengkajian Perangkat Informasi (Inforware) Pengkajian perangkat informasi bertujuan untuk

    menganalisa sampai sejauh mana perusahaan memanfaatkan informasi yang ada untuk mengenal fakta, menerangkan fakta, sampai dengan mengkaji fakta demi kepentingan perusahaan. Penilaian ini dilakukan terhadap pengoperasian informasi, peningkatan informasi, dan perancanaan informasi.

    Hasil pengamatan menunjuiukan bahwa median 4, artinya kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan informasi baru sampai pada tahap menerangkan fakta, menspesifikasikan fakta, dan mengumpulkan. Padahal, harapan perusahaan adalah pada tahap menghayati fakta., menyimpulkan fakta dan mengkaji fakta (median 7). Hasil pengujian data menunjukan bahwa nilai probabilitas pada taraf nyata 0.05 adalah 0,0256. Dengan demikian H0 tidak dapat diterima, artinya kemampuan perangkat informasi yangt dimiliki saat ini belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan perusahaan. Dari hasil pengisian kuesioner terlihat bahwa perangkat informasi yang ada belum dapat memenuhi

  • Rachmayanti, Kajian Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering Di ACS Jakarta, 9 - 15

    Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001 13

    kebutuhan perusahaan, terutama dalam hal pengawasan terhadap kualitas pelaksanaan kegiatan produksi dan penanganan meals uplift.

    Pengolahan informasi untuk rencana produksi masih sangat lemah dan lambat. Selain itu, informasi yang diperoleh belum sepenuhnya digunakan untuk perencanaan jangka panjang. Walaupun demikian, perusahaan telah merencanakan pembelian perangkat informasi yang lebih aplikatif. Saat ini tengah dirintis pengggunaan system komputer yang terpadu untuk bagian kitchen, sales, meal costing, dan planning and product control (PPC).

    Pengkajian Perangkat Organisasi (Orgaware) Pengkajian perangkat organisasi bertujuan untuk

    menganalisa sampai sejauh mana kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola sumber daya dan pola kerja yang ada demi pencapaian misi dan tujuan perusahaan. Penilaian dilakukan terhadap tingkatan kemampuan perangkat organisasi, mulai dari mencari bentuk pola kerja, menetapkan pola kerja, sampai dengan menguasai pola kerja unggul.

    Hasil penilaian perangkat organisasi menunjukan bahwa median 3,5 artinya pola kerja yang dimiliki oleh perusahaan masih berada pada tahap menetepkan pola kerja, menciptakan pola kerja baru, dan melindungi pola kerja. Adapun pola kerja yang di harapkan oleh perusahaan adalah pada tahapan menstabilkan pola kerja, menetapkan pola kerja, memapankan pola kerja, dan menguasai pola kerja unggul (median 6,5). Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai probabilitas pad taraf nyata 0,05 adalah 0.0041, berarti H0 tidak dapat diterima. Penolakan Ho artinya kodisi yang diharapkan perusahaan.

    Struktur organisasi perusahaan belum dapat memenuhi kebutuhan Perusahaan. Di samping itu, perusahaan ACS belum memiliki departemen penelitian dan pengembangan (Litbang). Departemen tersebut sangat penting untuk mengkaji sistem dan prosedur kerja menjadi suatu sistem dan prosedur yang unggul dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain itu, depertemen penelitian dan pengembangan diharapkan dapat mengembangkan teknis produksi meals uplift yang berdaya saing tinggi.

    Perusahaan sebaiknya membangun dapur baru. Dapur lama dapat di gunakan untuk meals uplift Garuda tidak mengambil profit yang besar dan lebih mementingkan pada mutu service, sedangkan pengelolaan meals uplift selain Garuda lebih kearah profit. Bila dikaji lebih teliti, ACS pernah mengalami penurunan produksinya sejak bulan Oktober 1997. Penurunan produksi ini disebabkan adanya bencana asap kebakaran lahan hutan dan krisis moneter. Diharapkan krisis moneter

    yang menimpa Indonesia ini dapat segera diatasi, sehingga gejolak bisnis yang terjadi tidak terlalu parah.

    Melonjaknya kenaikan persentase biaya produksi terhadap penjualan mencapai 43% (seharusnya dapat ditekan hingga 30%) menunjukan adanya ketidakefisienan dalm pengelolaan produksinya. Untuk itu perusahaan harus lebih meningkatkan keefisienan dalam pengelolaan terhadap komponen-komponen teknologinya, bila perusahaan ingin bersaing dengan perusahaan flight catering lainnya.

    PENGKAJIAN INDIKATOR KEMAMPUAN TEKNOLOGI ACS tidak mempunyai pesaing di Indonesia, sehingga

    dapat dikatakan perusahaan tersebut bersipat monopoli. Dengan demkian, perusahaan pesaing ACS berasal dari luar negri atau Internasional. Perusahaan pesaing ACS yang dianggap paling kuat adalah SATS Catering Pte. Ltd. (Singapura), Malaysia Airline System (Malaysia), Royal Brunei Catering SDN BHD (Brunei Darussalam), Thai Airways Intl Ltd. (Thailand), China Pacific Catering Service (Hongkong), Qantas Flight Catering Ltd. (Austalia), KLM Royal Dutch Airline Catering (Saudi Arabia). Perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan flight catering berbasis airline.

    Pengkajian Kemampuan Operatif ACS telah menggunakan dan mengontrol perangkat

    teknologi dalam kegitan produksi meals uplift. Perencanaan pengoperasian produksinya juga berjalan baik, berdasarkkan kegiatan meal test yang telah dilakukan sebelumnya. Di samping itu, perusahan juga telah menerima sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994 yang semakin menambah daya saing Perusahaan.

    Penyediaan dukungan dan jaringan informasi telah dimanfaatkan dengan baik. Walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat sedikit hambatan dalam keterpaduan informasi. Hal ini telah diantifasi dengan mengadakan sistem program komputer terpadu antara masing-masing bagian yang berkaitan.

    Kemampuan perusahan dalam memelihara dan menganalisa penyebab kerusakan sudah cukup baik. Walaupun demilikian, ada juga peralatan atau mesin yang rusak belum di perbaiki dengan tuntas. Untungnya peralatan tersebut memiliki cadangan, sehingga keterlambatan dalam perbaikan tidak mengganggu kelancaran proses produksi.

    Dari penjelasan di atas, kemampuan perusahaan di niklai berada pada level 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN). Adapun kemampuan operatif yang di harapkan perusahaan adalah level 3 (terbaik di ASEAN).

  • Rachmayanti, Kajian Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering Di ACS Jakarta, 9 - 15

    14 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

    Pengkajian Kemampuan Akuisitif ACS belum memiliki departemen Litbang. Hal ini

    dapat menghambat kinerja perusahaan. terutama dalam hal kajian terhadap sistim dan pola kerja yang unggul. Walaupun demikian kemampuan perusahaan dalam hal teknis produksi sudah cukup baik. Kreasi-kreasi meals uplift yang di ciptakan sudah sangat baik.

    Pengidentifikasian sumber teknologi secara mandiri masih kurang dilakukan perusahaan. Perusahaan masih bergantung distributor peralatan luar negeri, sehingga untuk mengetahui teknologi produksi yang sedang berkembang perusahaan harus menghadiri pameran atau EXPO produk-produk terbaru untuk food service.

    Kemampuan akuisitif mperusahaan ACS dinilai berada pada level 1 (terbaik di Indonesia). Adapun kondisi yang diharapkan perusahaan adalah level 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN).

    Pengkajian Kemampuan Suportif Kemampuan melaksanakan proyek pembangunan

    ternyata telah dimiliki oleh perusahaan. Pengembangan cabang perusahaan telah meluas ke daerah-daerah lain di Indonesia (berdasarkan frekuensi penerbangan suatu bandara). Selain itu, perusahaan juga mampu menyediakan jenis-jenis meal uplift yang di inginkan oleh setiap maskapai penerbangan baik domestik maupun asing. Ditambah lagi perusahaan dipercaya untuk menyediakan makanan bagin calon jemaah Haji.

    Departemen SDM memiliki bagian training yang bertugas melaksanakan pendidikan dan pengembangan karyawan perusahaan sesuai dengan tuntutan tugas mereka dalam mengantisifasi kelancaran operasional perusahaan.

    Pemasaran yang dilakukan oleh divisi pemasastran masil belum proaktif. Hal ini mungkin disebabkan pasar konsumennya sudah jelas, yaitu para maskapai penerbangan yang datang ke Indonesia. Selain itu. ACS adalah anak perusahaan dari Garuda sehingga pemasarannya terkait dengan pemasaran penerbangan Garuda. Walaupun demikian, hendaknya perusahaan ACS lebih agresif dalam memasarkan produknya, terutama dalam mengantisipasi era perdagangan bebas di Asia Pasifik mendatang. Dari keterangan di atas, kemampuan suportif perusahaan di nilai berada pada level 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN). Adapun kemampuan suportif yang diharapkan perusahaan adalah level 3 (terbaik di ASEAN).

    Pengkajian Kemampuan Inovatif Kemampuan perusahaan dalam mengatasi teknologi

    impor sudah baik. Hal ini dikaji dari kemampuan

    karyawan produksi dan engineering yang dapat mengoperasikan peralatan teknologi tersebut dengan baik. Selain itu, bila terjadi kerusakan-kerusakan kecil terhadap peralatan tersebut, para teknisi perusahaan dapat memperbaiki sendiri.

    ACS belum memiliki kemampuan dalam menduplikasi dan menyempurnakan teknologi peralatan yang dikehendaki. Hal ini mungkin di sebabkan perusahaan lebih menfokuskan pada teknis produksi. Kalau dalam hal menduplikasi dan menyempurnakan teknis produksi perusahaan ACS sudah baik.

    Kemampuan inovatif perusahaan dinilai berada pada level 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN), sedangkan kemampuan inovatif yang diharapkan perusahaan adalah level 3 (terbaik di ASEAN).

    Penilaian kemampuan teknologi perusahaan menunjukan median 2, artinya kemampuan teknologi yang dimiliki perusahaan berada pada level 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN), sedangkan kemampuan yang diharapkan perusdahaaan adalah level 3 (terbaik di ASEAN). Dari hasil pengujian data diketahui bahwa nilai probabilitas pada taraf nyata 0,05 adalah 0,0578, artinya H0 diterima. Penerimaan H0 berarti kemampuan teknologi perusahaan sudah memenuhi harapan perusahaan, yaitu pada level 3 (terbaik di ASEAN). Hal ini menandakan bahwa perusahaan cukup mampu mengembangkan bisnis cateringnya dengan penggunaan teknologi yang lebih tinggi karena kemampuan teknologinya cukup menunjang secara operatif, akuisitif, suportif dan inovatif.

    PENGUJIAN KETERKAITAN ANTARA INDUKATOR TRANSFORMASI TEKNOLOGI DENGAN INDIKATOR KEMAMPUAN TEKNOLOGI DENGAN INDIKATOR KEMAMPUAN TEKNOLOGI.

    Pengujian terhadap kedua indikator ini dilakukan dengan metode Chi-square Statistic. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai khi kuadrat hitung sebesar 1,081. Nilai tersebut dibandingkan dengan khi kuadrat df = 9 (sebesar 16,919). Hasilnya H0 dapat diterima. Penerimaan H0 berarti hubungan antara indikator transformasi teknologi dengan indikator kemampuan teknologi bersifat bebas, tidak saling mempengaruhi.

    Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat diketahui komponen teknologi mana yang harus diperbaiki untuk mencapai tujuan perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan perusahaan , yaitu:

    1. Memanfaatkan perangkat teknologi secara optimal; 2. Melakukan diklat dan pengembangan perangkat sumber

    daya manusia yang ada, perbaikan sistim penilaian prestasi kerja dan persyaratan kualitas karyawan,

  • Rachmayanti, Kajian Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering Di ACS Jakarta, 9 - 15

    Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001 15

    pengadaan record complain atau inspeksi hasil kerja, serta pembakuan job descrition;

    3. Pengelolaan dan pemanfaatan informasi lebih dioptimalkan terutama dalam hal perencanaan produksi meals uplift, perencanaan pemasaran, maupun proses produksi meals uplift itu sendiri;

    4. Perangkat organisasi yang lebih komunikatif, pembentukan departemen Litbang, pendirian dapur baru dan pemisahan produksi uplift.

    KESIMPULAN ACS sudah memiliki dan menguasai perangkat

    teknologi dengan baik, tetapi keberhasilan tersebut masih belum di tunjang dengan perangkat manusia, perangkat informasi, dan perangkat organisasi yang sama baiknya. Pengkajian indikator transformasi teknologi terhadap komponen-komponen teknologi :

    1. Perangkat teknologi perusahaan ACS tergolong jenis mesin manual sampai mesin khusus. Kondisi ini sudah dapat memenuhi status teknologi yang diharapkan perusahaan, yaitu jenis mesin bermotor sampai mesin otomatis.

    2. Perangkat manusia perusahan ACS memiliki kemampuan mereparasi, memproduksi, dan mengadaptasi. Kondisi ini belum memenuhi harapan perusahaan, yaitu kemampuan menyempurnakan dan melakukan inovasi.

    3. Pemanfaatan perangkat informasi perusahaan berada pada tahap menerangkan, menspesifikasi, dan menggunakan fakta. Kondisi ini belum sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, yaitu menghayati, menyimpulkan, dan mengkaji fakta.

    4. Perangkat organisasi perusahaan berada pada tahap menetapkan, menciptakan, dan melindungi pola kerja. Kondisi ini belum memenuhi harapan perusahaan, yaitu pada tahap menstabilkan, memapankan, dan menguasai pola kerja unggul. Pengkajian indikator kemampuan teknologi

    perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya menunjukan median 2 (sebanding dengan perusahaan pesaing di ASEAN), artinya perusahaan memiliki kemampuan yang cukup untuk bersaing dalam industri flight catering. Kondisi ini sudah memenuhi harapan perusahaan, yaitu

    paling tidak perusahaan berada pada posisi terbaik di ASEAN (median 3). Kemudian dengan menggunakan chi-square statisnes dapat disimpulkan bahwa indikator trasformasi teknologi tidak berhubungan dengan indikator kemampuan teknologi.

    Beberapa alternatif kebijakan pelaksanaan manajemen teknologi adalah:

    1. Memanfaatkan perangkat teknologi secara optimal dengan cara memperbaiki peralatan yang rusak, mengganti peralatan yang telah berusia lama dengan peralatan baru yang lebih efisien, serta melakukan perencanaan pembelian perangkat teknologi yang lebih unggul dan tepat untuk masa mendatang .

    2. Melakukan diklat dan pengembangan perangkat sumber daya manusia yang ada dalam aspek keahlian teknis dan manajemen, perbaikan sistim penilaian prestasi kerja dan persyaratan kualitas karyawan, pengadaan record complain atau inspeksi hasil kerja, serta pembakuan job description.

    3. Pengelolaan dan pemanfaatan informasi lebih dioptimalkan dengan cara memperbaiki sistem informasi yang ada, penggunaan sistem komputer terpadu, serta penggunaan fasilitas internet.

    4. Perangkat organisasi perusahaan harus segera dibenahi terutama pembuatan struktur organisasi yang lebih komunikatif, pembentukan departemen Litbang untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan, serta kemungkinan pendirian dapur baru dan pemisahan produksi meals uplift.

    DAFTAR PUSTAKA Harjanto, N. 1996. Indikator Iptek. Studi Kasus Pengkajian

    Teknologi Minyak Sawit dan Industri hilir Minyak Sawit. Team PAPITEK. Pusat Analisa Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI. Jakarta.

    Ramanathan, K. 1993. Manual Indikator Teknologi Industri, Penerjemah: Nazir Harjanto. STMIS-UNDP-UNESCO Project. Volume enam-belas. PAPITEK LIPI. Jakarta.

    Zuhriati, J.S. 1997. Kajian Manajemen Teknologi Agribisnis pada Koprasi Agribisnis Tarutama Nusantara. Jember. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.