123

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Sedangkan menurut PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Salah satu kasus ABK yang meningkat beberapa tahun ini di Indonesia adalah Autis. Menurut berita online yang pernah saya baca jumlah anak penyandang autis di Indonesia meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya. Saat ini 1

Upload: linda-retnawati

Post on 13-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikologi Anak Berkebutuhan Khusus

TRANSCRIPT

Page 1: 123

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan

mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,

tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak

berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus

adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Sedangkan menurut PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa

Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c.

tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban

belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan

narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.

Salah satu kasus ABK yang meningkat beberapa tahun ini di Indonesia adalah

Autis. Menurut berita online yang pernah saya baca jumlah anak penyandang autis di

Indonesia meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya. Saat ini diprediksi jumlah

penyandang mencapai tiga juta orang dengan perbandingan 6 di antara 10 ribu

kelahiran.

Autis sendiri adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang

dialami sejak lahir ataupun saat masa balita. Autis sendiri memiliki berbagai

penyebab,jenis maupun penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari autis ?

2. Apakah penyebab dari autis ?

3. Apakah macam dari autis ?

1

Page 2: 123

4. Bagaimana ciri-ciri penyandang autis dan cara mendiagnosanya ?

5. Bagaimana pola perkembangan penyandang autis ?

6. Bagaimana perkembangan fisik dan motorik penyandang autis ?

7. Bagaimana perkembangan kognitif penyandang autis ?

8. Bagaimana perkembangan bahasa penyandang autis ?

9. Bagaimana perkembangan sosio-emosional penyandang autis ?

10. Bagaimana perkembangan kepribadian penyandang autis ?

11. Bagaimana pandangan mengenai penyandang autis ?

12. Bagaimana bentuk permasalahan autis di Indonesia ?

13. Bagaimana cara mencegah terjadinya autis ?

14. Bagaimana cara menangani penyandang autis ?

15. Bagaimana bentuk metode pengajaran dan layanan pendidikan bagi penyandang

autis?

16. Bagaimana bentuk kelebihan dari penyandang autis ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari autis

2. Untuk mengetahui penyebab dari autis

3. Untuk mengetahui macam dari autis

4. Untuk mengetahui ciri-ciri penyandang autis dan cara mendiagnosanya

5. Untuk mengetahui pola perkembangan penyandang autis

6. Untuk mengetahui perkembangan fisik dan motorik penyandang autis

7. Untuk mengetahui perkembangan kognitif penyandang autis

8. Untuk mengetahui perkembangan bahasa penyandang autis

9. Untuk mengetahui perkembangan sosio-emosional penyandang autis

10. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian penyandang autis

11. Untuk mengetahui pandangan mengenai penyandang autis

12. Untuk mengetahui bentuk permasalahan autis di Indonesia

13. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya autis

14. Untuk mengetahui cara menangani penyandang autis

15. Untuk mengetahui bentuk metode pengajaran dan layanan pendidikan bagi

penyandang autis

16. Untuk mengetahui bentuk kelebihan dari penyandang autis

2

Page 3: 123

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Autis

Secara etimologi autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang

Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisme baru diperkenalkan

sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad

lampau (Handojo, 2003).

Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri sendiri

secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim

dengan fikiran dan fantasi sendiri.

Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri

yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya

dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi

makanan dan sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan

sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak,

atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran

( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri,

memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil

memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.

Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisme adalah cara berpikir yang

dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan

penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal

Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun

berperilaku.

Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang

berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan

3

Page 4: 123

berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak

ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).

Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan

yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan

komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk

mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.

Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-

gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.

Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisme tidak pandang bulu, penyandangnya

tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan,

geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan. Perbandingan antara laki-laki dan

perempuan penyandang Autisme ialah 4 : 1.

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Autisme adalah gejala

menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar,

merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan

akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan

orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat

pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.

2.2 Penyebab Autis

Dengan meningkatnya teknologi di bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan,

banyak sekali penelitian-penelitian yang berusaha mencari penyebab autis. Adapun

beberapa penyebabnya yaitu :

1. Genetik

Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada terjadinya

autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak

autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang juga

autisme.

4

Page 5: 123

Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak autis, kembarannya

kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama.

Secara umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum

autisme. Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak,

dan cara sel-sel otak berkomunikasi.

2. Faktor Kandungan ( Fre- Natal )

Penyebab Autisme Juga ditemukan pada saat janin saat dalam kandungan ibu,

dsebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia ibu terlalu tua saat mengandung, sang ibu

memiliki penyakit Diabetes, mengalami pendarahan, sang ibu sering mengkonsumsi

obat-obat tertentu saat mengandung anak tersebut. Faktor-faktor yang memicu autis saat

dalam kandungan adalah :

a. Infeksi virus saat hamil.

sindroma rubella congenital adalah virus yang bisa menyerang saat ibu hamil di

trimester pertama di duga adalah penyebab utama pemicu Autis. Sebenarnya resiko

kehamilan bukan hanya berlaku untuk autis tapi juga untuk penyakit lain yang

bersangkutan dengan psikologi misalnya skizofrenia.

b. Pengaruh lingkungan saat ibu mengandung.

Sehat atau tidaknya lingkungan saat ibu mengandung sangat berpengaruh dengan

perkembangan psikologi anak dalam kandungan. Penelitian terbaru menunjukan bahwa

keadaan ibu hamil yang tinggal di dekat jalan ramai aktivitas kendaaraan sehingga

menimbulkan banyak polusi udara loebih rentan melahirkan anak autis, penelitian

terbaru pada tahun 2012 menunjukan bahwa polusi udara kendaraan member dampak

negatif pada perkembangan otak dan fisik janin bayi pada usia 0-2 tahun.

3. Faktor kelahiran

Sebuah penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2008 menunjukan bahwa bayi yang

lahir dengan berat badan sangat rendah dan lama dalam kandungan ( lebih dari 9 bulan )

memiliki resiko lebih tinggi terhadap Autisme.

5

Page 6: 123

keadaan saat persalinanpun sangat mempengaruhi terhadap autis, bayi yang mengalami

hipoksa ( gagal nafas) saat dilahirkan itu dapat memicu autisme. secara tidak langsung

bayi yang lahir prematur juga bisa menimbulkan autisme.beberapa bayi lahir prematur

biasanya mengalami pendarahan otak ada yang sebagian hidup dan ada yang mati dan

yang hidup biasanya akan mengalami kelainan otak yang menyebabkan autisme.

4. Pestisida

Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme. Beberapa

riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut

Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka

yang punya bakat autisme.

5. Obat-obatan

Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko lebih

besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide.

Thalidomide adalah obat generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan

muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia.

Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan

bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit

dan terapi kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk

penderita gangguan mood dan bipolar disorder.

6. Usia orangtua

Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita

autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40

tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan

perempuan berusia 20-29 tahun.

"Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme.

Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay,

Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks.

6

Page 7: 123

7. Perkembangan otak

Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab

pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan autisme.

Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga

dihubungkan dengan autisme

2.3 Macam dari Autis

A. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah

tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu

adalah dalam bidang :

1. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan

dibawah ini :

a. Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.

b. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk

mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.

c. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu

pembicaraan dua arah yang baik.

d. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.

e. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang

variatif.

B. PDD-NOS

Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD-NOS)

PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi,

interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa

kanak.

Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini

masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak

bergurau.

7

Page 8: 123

C. Sindroma Rett

Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita.

Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6

bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir.

Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan.

Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan

tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan

komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak

terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan kemulut, menepukkan tangan dan membuat

gerakan dengan dua tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi

antara umur 6-30 bulan.

Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran

psikomotor yang hebat.

Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti

orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur.

Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang

makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan

kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.

D. Disintegrasi Masa Kanak

Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak

tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi

kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.

Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran

tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi

juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi

sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik.

Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan

autisme.

8

Page 9: 123

E. Sindrom Asperger

Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat

pada anak laki-laki daripada wanita.

Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun

perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.

Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya

tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat.

Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal

balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa

yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa

tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang

baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun

kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.

Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil,

pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil

mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-

ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak

mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.

Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu

aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah

bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu

lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.

Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan

teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka

sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.

2.4 Ciri-ciri Penyandang Autis dan Cara Mendiagnosanya

Para orang tua dari penyandang autis seringkali menyadari adanya

keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika

bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat

menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan

9

Page 10: 123

dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan).

Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-

goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat

menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif.

Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin

menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang

terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada

para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi

sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau

tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi

kesukaan mereka.

Berikut ini bagan perbedaan antara perilaku bayi autisme dan bayi normal yang

dikemukakan oleh Bambang Hartono dkk.dalam Sultana M.H. Faradz dkk (2002:107).

Bayi Autisme Bayi Normal

Komunikasi Komunikasi

   Tidak ada kontak mata “Menyelidiki” wajah ibunya.

   Seperti tuli.   Gampang bereaksi terhadap bunyi.

  Pada awalnya bahasa berkembang lalu mendadak berhenti.

  Kamus kata dan kemampuan    gramatikalnya bertambah.

Hubungan Sosial Hubungan Sosial

  Tak peduli terhadap orang yang datang maupun pergi.

  Menangis bila ibunya pergi dan “stres”.

  Melakukan serangan fisik tanpa sebab yang jelas.

  Marah bila lapar dan kecewa.

  Sulit diajak kontak.   Mengenal wajah yang telah akrab lalu tersenyum.

10

Page 11: 123

Kemampuan dalam bereaksi terhadap lingkungan

Kemampuan dalam bereaksi terhadap lingkungan

 Selalu terpaku pada satu aktivitas.   Berpindah dari kegiatan satu ke lainnya.

 Melakukan gerakan aneh seperti menggoyang-goyang benda berulang-ulang.

 Menggunakan anggota tubuhnya secara bermakna, seperti meraih objek atau mendapatkan benda.

  Menghisap atau menjilat boneka.  Bermain dengan boneka.

  Seperti tidak sensitif terhadap nyeri.

 Mencari kepuasan dan menghindari nyeri.

Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada

para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan

hingga terberat sekalipun.

1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.

2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta

menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.

4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.

5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang

tertentu

Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam

kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa di

antaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas

bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia).

Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-

tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian,

selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.

Terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih

waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child

11

Page 12: 123

Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis

perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :

1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan

2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada,

menggenggam) hingga usia 12 bulan

3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan

4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan

5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu

Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang

autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka

seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi;

Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang

memahami persoalan autisme.

Simtoma klinis menurut DSM IV

A. Interaksi Sosial (minimal 2):

1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka,

posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju

2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya

3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat

4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah

B. Komunikasi Sosial (minimal 1):

1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal

2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris

3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip

4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social

12

Page 13: 123

C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):

1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan,

baik intensitas dan fokusnya

2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna

3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat

terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda

Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti

dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral

maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen

screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:

Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-

kanak yang dibuat oleh Eric Schopler pada awal tahun 1970 yang didasarkan

pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi

berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi

terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal

The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan

autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18

bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen pada awal tahun 1990-an.

The Autism Screening Questionare : adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari

40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk

mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka

The Screening Test for Autism in Two-Years Old : tes screening autisme bagi

anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt

didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan

konsentrasi.

2.5 Pola Perkembangan Penyandang Autis

Beberapa anak yang mengalami gangguan autism menunjukkan tanda kekurangan pada

usia kurang dari satu tahun. Lainnya muncul saat usia menginjak dua tahun keatas. Pada

suatu study didapatkan bahwa sepertiga (⅓) –setangah ( ½) orang tua dari anak tersebut

menyadari keterbatasan anaknya sebelum usia satu tahun, dan hampir 80%-90%

meyakini problem tersebut saat anaknya berusia lebih dari dua tahun.

13

Page 14: 123

Usia 0-6 Bulan

1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)

2. Terlalu sensitive, cepat terganggu atau terusik.

3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi.

4. Tidak “Babbling”

5. Tidak ditemukan social di atas 10 minggu.

6. Tidak ada kontak mata di atas umur 3 bulan

7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

Usia 6-12 Bulan

1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)

2. Terlalu sensitive, cepat terganggu atau terusik.

3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan

4. Mengigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan.

5. Tidak ada kontak mata

6. Kaku bila di gendong.

7. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk bak, dada)

8. Tidak mengeluarkan kata

9. Tidak tertarik pada boneka (pada anak perempuan)

10. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

11. Perkembangan motor halus /kasar sering tampak normal

Usia 2-3 Tahun

1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain

2. Melihat orang sebagai “benda”

3. Kontak mata terbatas

4. Tertarik pada benda tertentu

5. Kaku bila di gendong

Usia 4-5 Tahun

14

Page 15: 123

1. Sering di dapatkan ekolalia ( membeo )

2. Mengelurkan suara yang aneh ( nada tinggi atau datar )

3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah

4. Menyakiti diri sendiri

5. Temperamen tantrum atau agresif

2.6 Perkembangan Fisik dan Motorik Penyandang Autis

Secara umum perkembangan fisik penyandang autis tidak ada hambatan,tetapi

perkembangan fisik ini berkaitan erat dengan perkembangan motorik penyandang autis

sendiri. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan anak autis, sebagian besar permainan

eksplorasi anak normal adalah tidak ada atau minimal. Mainan dan benda-benda

seringkali di manipulasi dalam cara yang tidak seharusnya, degan sedikit variasi,

kreativitas, dan imajinasi dan sedikit ciri simbolik. Anak-nak autis tidak dapat meniru

atau mengguanakan pantomime abstrak. Aktivitas dan permainan anak autis, jika ada,

adalah kaku, berulang, dan monoton. Fenomena ritualistic. Dan kompulsif adalah sering

ditemukan pada masa anak-anak awal dan pertengahan. Anak autis serngkali

memutarkan, membanting, dan membariskan benda-benda dan menjadi terlekat pada

benda mati. Disamping itu, banyak anak autis, terutama mereka dengan inteletual yang

paling terganggu, menunjukkan kelainan gerakan. Stereotipik, manerisme, dan seringai

adalah paling sering terlihat jika anak ditinggalkan sendiri dan dapt menurun pada

situasi yang terstruktur. Anak autis tahan terhadap transisi dan perubahan. Pindah ke

rumah baru, memindahkan perabotan didalam ruangan, dan makan pagi sebelum mandi

jika merupakan kebalikan dari rutinitas mungkin menyebabkan panic atau temper

tantrum.

Perilaku dan minat yang terbatas atau stereotipik. Ini berbentuk kecenderungan

yang bersifat kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini biasnya

berlaku untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hari serta pola bermain.

Terutama sekali dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang kahas

terhadap benda-benda yang aneh, khususnya benda yang tidak lunak.

2.7 Perkembangan Kognitif Penyandang Autis

15

Page 16: 123

Secara khusus kemampuan kognitif pada penyandang autis mengalami

keunikan pada 3 area: 1) fungsi eksekutif (executive function) atau kemampuan

merencanakan, memulai, mengelola dan mempertahankan perilaku dalam rangka

mencapai tujuannya, 2) theory of mind (ToM) atau kemampuan memahami perasaan

dan pikiran orang lain, dan 3) pemusatan pemahaman dengan cara mengintegrasikan

berbagai informasi detail menjadi suatu keseatuan yang lebih bermakna (central

coherence). 

Dalam hal fungsi eksekutif, anak dengan autisme biasanya sulit memahami

tahapan-tahapan perilaku untuk mencapai suatu tujuan, kecenderungan fokus pada

detail tertentu membuat mereka tidak bisa menempatkan detail satu tahapan dalam

konteks urutan perilaku yang lebih besar. Oleh karena itu anak dengan autisme masih

perlu dibimbing untuk mengurai perilaku menjadi langkah-langkah yang saling

berhubungan dan dilakukan secara berurutan. Oleh karena itu, anak dengan autisme

sering dilihat sebagai anak yang kurang fleksibel, tidak bisa menyesuaikan diri dengan

perubahan, serta tidak bisa spontan dan refleks.

Dalam hal ToM, anak dengan autisme kurang dapat memahami berbagai emosi

dan perspektif orang lain. Sehingga mereka tampak seperti kurang peka dan tidak

paham berbagai peristiwa interaksi sosial. Seringpula mereka akan memberikan respon

yang tidak tepat pada suatu situasi emosi, contohnya: tertawa ketika ada yang marah;

hal ini terjadi karena mereka tidak memahami apa dan bagaimana respon emosi yang

perlu difokuskan pada suatu situasi sosial dan bagaimana meresponnya. Hambatan

sosial memang paling terkait dengan kelemagan ToM. Namun perlu digarisbawahi

bahwa kesulitan sosial dan komunikasi pada anak dengan autisme bukan berarti bahwa

mereka tidak menginginkan atau tidak memiliki minat interaksi sosial, namun mereka

membutuhkan bantuan untuk dapat memahami situasi sosial dan bagaimana cara

meresponnya secara tepat. 

Begitupula dengan kemampuan pemusatan pemahaman, kesulitan yang biasa

dihadapi anak dengan autisme adalah mereka memahami bahasa dan kata secara

langsung tanpa memasukkan pemahaman kontekstual sehingga pemahamannya yang

keluar menjadi kurang tepat, contohnya: “buang pikiran jauh-jauh”artinya jangan

dipikirkan, tapi anak dengan autisme tidak dapat memahami bagaimana membuang

pikiran dari kepala seperti membuang sampah keluar rumah.

2.8 Perkembangan Bahasa Penyandang Autis

16

Page 17: 123

Banyak anak autis yang mampu bicara, namun sebenarnya belum mampu

memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang mereka ucapkan dan diucapkan oleh

orang lain. Tidak jarang anak autis yang bisa lancar mendeskripsikan sesuatu,

menghapal lagu, meniru jingle iklan, membaca dengan baik, namun gagal ketika diajak

tanya jawab mengenai kejadian sehari-hari. Sehingga, anak autis yang dapat berbicara

belum tentu memiliki pemahaman bahasa yang baik serta dapat berbicara dengan benar.

Sebagian anak autis tidak dapat berkomunikasi baik dengan verbal maupun

nonverbal. Biasanya mereka tidak dapat mengkomunikasikan perasaan maupun

keinginan, sukar memahami kata-kata atau bahasa orang lain, sebaliknya kata-kata

mereka sukar dipahami maknanya, berbicara sangat lambat, berbicara bukan untuk

berkomunikasi, suka bergumam, dapat menghapal kata-kata atau nyanyian tanpa

mengenali arti dan konteksnya, perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering

tidak tampak dan komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menarik-narik tangan

orang lain untuk menyampaikan keinginannya.

2.9 Perkembangan Sosio-Emosional Penyandang Autis

Perilaku sosial memungkinkan seorang individu untuk berhubungan dan

berinteraksi dalam seting sosial. Tinjauan tentang kesulitan (deficits) sosial pada

anakanak autis baru-baru ini muncul (Hawlin, 1986 dalam Kathleen Ann Quill, 1995).

Anak-anak autis yang nonverbal telah diketahui bahwa mereka mengabaikan

(ignore) orang lain, memperlihatkan masalah umum dalam bergaul dengan orang lain

secara\\sosial. Ekspresi sosial mereka terbatas pada ekspresi emosi-emosi yang ekstrim,

seperti menjerit, menangis atau tertawa yang sedalam-dalamnya .Anak-anak autis tidak

menyukai perubahan sosial atau gangguan dalam rutinitas sehari-hari dan lebih suka

apabila dunia mereka tetap sama. Apabila terjadi perubahan mereka akan lebih mudah

marah, contoh: mereka akan marah apabila mengambil rute pulang dari sekolah yang

berbeda dari yang biasa dilewati, atau posisi furnitur di dalam kelas berubah dari

semula.Anak-anak autis sering memperlihatkan perilaku yang merangsang dirinya

sendiri (self-stimulating) seperti mengepak-ngepakkan tangan (hand flapping)

mengayun-ayun tangan ke depan dan kebelakang, membuat suara-suara yang tetap

(ngoceh), atau menyakiti diri sendiri (self-inflicting injuries) seperti menggaruk-garuk,

17

Page 18: 123

kadang sampai terluka, menusuk-nusuk. Perilaku merangsang diri sendiri (self-

stimulating) lebih sering terjadi pada waktu yang berbeda dari kehidupan anak atau

selama situasi sosial berbeda (Iwata et all, 1982 dalam Kathleen Ann Quill, 1995).

Perilaku ini lebih sering lagi terjadi pada saat anak autis ditinggal sendiri atau

sedang sendirian daripada waktu dia sibuk dengan tugas-tugas yang harus

dikerjakannya, dan berkurang setelah anak belajar untuk berkomunikasi. (Carr &

Durrand, 1985; dalam Kathleen Ann Quill, 1995).

2.10 Perkembangan Kepribadian Penyandang Autis

Semua anak Autisme tidak mampu berhubungan secara normal baik dengan orang tua

maupun dengan orang lain. Ia seakan akan tidak mengenali ataupun membedakan orang

orang penting dalam kehidupannya,seperti orang tua, saudara, dan pengasuh. Juga

tampak tidak ada cemas perpisahan walau ia ditinggalkan sendiri di dalam suatu

lingkungan dan orang yang masih asing baginya.

• Saat bayi, anak Autisme mungkin akan terbaring asyik di boksnya atau asyik

bermain sendiri selama berjam-jam tanpa menangis ataupun membutuhkan orang

tuanya, sehingga awalnya orang tua mengira ia anak yang manis dan mudah diatur.

Namun ada juga yang sebaliknya, justru sangat rewel dan sering menangis / cengeng.

Anak menolak untuk dipeluk dan disayang, lebih senang menyendiri, tidak tertarik

kepada anak lain,tidak mampu untuk memahami aturan aturan yang berlaku, kurang

responsif terhadap isyarat sosial seperti kontak mata atau senyuman.

• Saat memasuki usia sekolah, mungkin perilaku menarik dirinya akan berkurang

atau menjadi tidak nyata lagi, terutama pada anak Autisme yang mempunyai fungsi

lebih baik. Namun ia masih sulit untuk dapat bermain dengan anak sebayanya, tidak

dapat berteman, sosialisasinya buruk dan tidak sesuai, serta yang utama ia tidak dapat

berempati.

• Saat remaja akhir, anak Autisme yang berkembang baik, sering menunjukkan

keinginan untuk berteman, namun pendekatannya yang aneh dan ketidak mampuannya

untuk bereaksi terhadap keinginan, emosi, dan perasaan orang lain merupakan kendala

besar dalam membina hubungan dengan teman. Saat remaja dan saat dewasa,individu

dengan Autisme, mempunyai keinginan seksual, tapi kemampuannya untuk

bersosialisasi merupakan hambatan dalam mengembangkan hubungan yang bersifat

seksual. Sangat jarang individu dengan Autisme menikah.

18

Page 19: 123

2.11 Pandangan Mengenai Penyandang Autis

A. Pandangan Orangtua

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dampak psikologis pada

orang tua yang mempunyai anak autis, antara lain ketidakberdayaan, kecemasan, rasa

malu, penyesalan atau perasaan bersalah, self-esteem yang rendah, peningkatan perilaku

beragama, stres, frustrasi, shock dan jengkel.

Ketidakberdayaan terjadi pada orang tua yang mempunyai anak autis karena

orang tua tidak memiliki ketrampilan dan pengetahuan mengenai penanganan anak

autis. Orang tua yang memiliki anak autis juga merasa cemas akan masa depan anaknya

apabila mereka tua nanti. Selain itu kecemasan juga dirasakan pada orang tua yang

memiliki penyakit menurun, seperti diabetes. Penyakit tersebut dapat menurun kepada

anaknya, terutama yang autis karena anak autis tidak memiliki olah raga yang rutin.

Malu ketika anaknya yang autis bertingkah laku aneh di tempat umum juga dirasakan

oleh orang tua. Walaupun malu orang tua yang mempunyai anak autis tetap membawa

anaknya jalan-jalan ke tempat-tempat yang disukai anaknya yang autis.

Merasa bersalah karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik juga dirasakan

oleh orang tua. Apalagi bila sebelumnya anaknya sehat namun karena terjatuh anak

tersebut menjadi autis maka orang tua akan merasa menyesal. 104 105 Tidak semua

orang tua dapat membiayai pengobatan dan terapi untuk anak autis. Hal ini karena

mahalnya biaya untuk obat dan terapi autis. Orang tua yang tidak bisa memenuhi

semuanya akan merasa tidak berguna yang membuat self esteem mereka turun.

Keimanan orang tua membuat kecemasan akan masa depan anaknya yang autis

berkurang. Keimanan dapat tumbuh ketika seseorang mendapat mujizat. Mujizat

membuat orang tua yang mempunyai anak autis lebih bisa menerima keadaan anaknya.

Peningkatan perilaku beragama juga terjadi ketika orang tua mencapai titik batas

kemampuannya. Bahkan orang tua yang dulunya tidak percaya kepadaNya menjadi

percaya, ketika dirinya mencapai titik batas kemampuannya.

Stres mengasuh anak autis membuat orang tua menderita penyakit. Stres juga

dikarenakan orang tua terlalu memaksakan perubahan pada rutinitas rumah. Kesulitan

untuk menerima kenyataan bahwa anaknya autis juga membuat orang tua stres.

Frustrasi dialami oleh orang tua yang merasa kecewa dengan keadaan anaknya yang

19

Page 20: 123

autis. Frustrasi juga terjadi karena anak autis menghambat orang tua melakukan

kegemarannya. Selain frustrasi orang tua juga merasa jengkel ketika anaknya yang autis

menjadi penghambat dirinya melakukan kegemarannya. Shock mendengar diagnosis

autis dirasakan orang tua.

B. Pandangan Masyarakat

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengerti tentang autisme. Mereka

memiliki pandangan berbeda-beda terhadap anak autis, ada yang bilang bahwa anak

autis adalah anak nakal yang sulit diatur, anak keterbelakangan mental, sakit jiwa atau

kemasukan roh jahat. Selain itu tidak semua orangtua mau mengakui kondisi anaknya

yang autis, masih banyak dari mereka yang menolak atau menyembunyikannya karena

merasa malu.

2.12 Permasalahan Autis di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa permasalahan autisme yang terdapat di Indonesia,

diantaranya:

1. Geografis Indonesia yang terlalu luas

Indonesia terdiri dari 17.000 pulau dan hanya sekitar 800 pulau yang berpenghuni. Hal

inilah yang menimbulkan kesulitan dalam menjangkau anak-anak autis di daerah-

daerah. Hingga kini diperkirakan anak autis di Indonesia bagian timur belum tertangani

dengan baik. Selain itu anak-anak autis yang berada di pulau lain hanya sedikit yang

bisa dibawa ke Jakarta, sedangkan penanganan autisme itu membutuhkan waktu jangka

panjang. Luasnya wilayah Indonesia juga menyulitkan dalam hal pendataan mengenai

jumlah penyandang autisme di negara ini.

2. Sulitnya penanganan autis di berbagai daerah

Banyaknya etnis yang ada di Indonesia terkadang menyebabkan adanya persepsi yang

berbeda-beda mengenai penanganan autisme. Pada daerah yang memiliki kepercayan

tinggi terhadap magis-mistis, mereka akan lebih percaya jika anaknya ditangani oleh

dukun. Sementara itu di daerah lain ada yang memasung anak autis karena dianggap

memiliki penyakit jiwa.

3. Kurangnya tenaga profesional

Anak-anak yang menunjukkan gejala autisme muncul dalam waktu yang cepat,

sehingga para praktisi kesehatan belum siap untuk mengimbanginya. Ditambah lagi

20

Page 21: 123

dengan pengetahuan yang masih terbatas mengenai autisme. Selain itu banyaknya

dokter yang belum mengerti tentang autisme serta kurangnya tenaga profesional

menyebabkan seringnya salah diagnosa seperti dikira anak kurang stimulasi, mengalami

gangguan bicara atau keterbelakangan mental. Akibatnya penanganan yang diberikan

menjadi tidak tepat, sehingga perbaikan gejala yang ada menjadi lebih lambat. Hal ini

bisa membuat kondisi anak autis menjadi lebih parah.

4. Terapi yang mahal

Kebanyakan pusat-pusat terapi autisme hanya berada di Jakarta dan kota-kota besar

lainnya, serta sulitnya mendapatkan terapis yang benar-benar mengerti cara menangani

anak autis. Tidak sedikit juga pusat terapi yang hanya bertujuan mencari uang saja

sehingga terapis tidak dibekali pengetahuan dan kemampuan yang cukup. Penyebab

autisme sangat kompleks, karenanya tidak ada satupun obat yang bisa menyembuhkan

autisme dengan cepat. Untuk memperbaiki gangguan autisme bisa memakan waktu

lama bahkan hingga bertahun-tahun, karenanya tidak semua kalangan bisa membayar

terapi autisme tersebut.

5. Permasalahan di sekolah

Setelah melakukan berbagai terapi selama bertahun-tahun, maka anak autis sudah siap

untuk belajar di sekolah formal. Namun banyak orangtua yang bingung kemana harus

memasukkan anaknya, hampir sulit sekali mencari sekolah khusus untuk anak autis.

Hanya sedikit sekolah umum yang mau menerima anak berkebutuhan khusus dan

terkadang harus membayar lebih mahal.

6. Peran pemerintah masih minim

Peran pemerintah hingga kini masih minim dan belum bisa berbuat banyak untuk anak-

anak autis di Indonesia. Padahal jika anak-anak ini tidak ditangani dengan benar akan

membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang tidak bisa mandiri dan tidak mampu

menghidupi dirinya sendiri. Hal ini tentu saja akan menajdi beban bagi keluarga

maupun pemerintah.

2.13 Cara Mencegah Terjadinya Autis

1. Tidak Terlalu Parno dengan Keganjilan Otak Anak

1 dari 88 bayi menderita autis adalah statistik yang menakutkan. Tapi hal ini berarti

masih banyak kemungkinan melahirkan bayi yang sehat. Keganjilan pada otak bayi

21

Page 22: 123

bukan hanya pertanda autisme tetapi mungkin saja anak memiliki otak yang jenius atau

sangat sensitif, artistik, ilmiah, memiliki musikalitas tinggi, atau berbakat seperti Albert

Einstein, yang sebelumnya dicurigai menderita autis. Lakukan kontrol ke dokter secara

teratur terhadap perkembangan anak .

2. Atasi stres

Stres dan depresi emosional merupakan kasus yang telah umum, khususnya di kalangan

perempuan. Jangan menggunakan obat antidepresan untuk meredakan stres karena

menurut beberapa studi sebelumnya hal ini berbahaya bagi janin.

untuk dapat mengurangi stress bisa dilakukan dengan melakukan meditasi, berolahraga,

terapi atau mengonsultasikannya kepada dokter agar mendapatkan saran yang tepat.

3. Mengubah Lingkungan

Lingkungan rumah yang sehat akan membuat bayi dalam kandungan juga tumbuh

dengan sehat. Mulailah mengubah lingkungan dengan membersihkan sumbatan di

parit, membersihkan perabot rumah dengan bahan pembersih yang alami seperti baking

soda, jus lemon, cuka dan air panas.

4. Mengubah diet

Setiap makanan yang dimakan akan diserap ke dalam aliran darah . Pewarna dalam

permen, perasa buatan dalam sirup dan pengawet dalam makanan kemasan akan

ditransfer melalui plasenta yang dapat merangsang pertumbuhan otak kecil bayi dalam

rahim .

Jika seorang pria, zat-zat berbahaya yang terkandung dalam makanan tersebut akan

berpengaruh pada kualitas sperma. Sekarang ini sedang diadakan penelitian mengenai

mutasi genetik yang dikaitkan dengan autisme dengan meneliti sperma.

5. Jangan Terlalu Berlebihan dalam Vaksinasi

Kekhawatiran mengenai risiko cacat mental yang mengancam jiwa anak tidak harus

diantisipasi dengan memberikan berbagai macam vaksin. Jika hal itu dilakukan maka

akan membuat nyawa anak terancam karena pemberian vaksin yang tepat harus

22

Page 23: 123

diberikan satu per satu sesuai dengan umur bayi. Konsultasikan dengan dokter sebelum

memberikan vaksinasi pada anak.

2.14 Cara Menangani Penyandang Autis

Dibawah ini adalah beberapa tahapan untuk menangani penyandang autis

• Skrining.

Skrining ini ada beberapa macam. Bentuknya berupa pertanyaan kepada orang tua

anak. Skrining dapat dilakukan untuk semua anak. Jika hasil skrining menunjukkan

adanya gangguan, orangtua sebaiknya datang ke dokter untuk melakukan assessment.

Skrining untuk mengetahui apakah anak mengalami gangguan autistik dapat dilakukan

mulai usia 11 bulan. Di bawah usia ini belum diketahui apakah bayi sudah mempunyai

masalah dalam interaksi sosialnya atau tidak.

• Assesment.

Ini semacam skrining yang lebih dalam lagi. Biasanya dilakukan beberapa kali dengan

mengajukan berbagai pertanyaan kepada orang tuan, sementara anak dibawa untuk

diobservasi. Ahli akan melihat IQ-nya, gangguan perilakunya, interaksinya, hiperaktif

atau tidak, seberapa besar derajat gangguan interaksinya, dan lainnya. Semua itu untuk

menentukan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mungkin saja, anak hanya

perlu stimulasi yang dapat dilakukan orang tuanya setiap hari, atau ia membutuhkan

terapi khusus.

• Terapi.

Terapi ini diberikan disesuai dengan kebutuhan anak. Ada anak yang membutuhkan

terapi dengan obat-obatan, terapi sensorik (dengan berbagai latihan), terapi individual

(misalnya, terapi wicara), dan sebagainya. Jenis-jenis terapi lainnya adalah :

Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf

pada otak hingga dapat bekerja kembali.

Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang

yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu

akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran

menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.

23

Page 24: 123

Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada

tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh

penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan

lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.

Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi

dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan

seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya.

Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh

pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini

merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain

Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa

di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf

motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar

(gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia

untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang

pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu,

gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.

Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih

cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba

ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.

Penggunaan obat-obatan

Dokter dapat meresepkan obat untuk pengobatan tertentu yang berhubungan dengan

gejala-gejala, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif. Obat

antipsikotik digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah. Kejang bisa

diobati dengan satu atau lebih obat antikonvulsan. Obat yang digunakan untuk

mengobati orang dengan gangguan defisit perhatian dapat digunakan secara efektif

untuk membantu mengurangi impulsif dan hiperaktif.

24

Page 25: 123

Obat Antipsikotik

Risperidone.

Aripiprazole.

Anti Depresi

Prozac.

Sarafem.

Celexa.

Cipramil.

Obat stimulants dan hiperaktivitas

Ritalin.

Adderall.

Tenex.

Obat gangguan pencernaan

Secretin

2.15 Metode Pengajaran dan Layanan Pendidikan Bagi Penyandang Autis

Metode pengajaran penyandang autis

Dalam pembelajaran untuk penyandang autis dapat menggunakan beberapa teknik di

bawah ini :

Discrete Tial Training (DTT) : Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang

mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus

respon atau yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru

memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu

baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang

buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/ kata “tidak”

Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers

and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung

berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar

berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.

Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif.

Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam

menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi,

sosial, dan perilaku anak.

TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related

Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan

memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak.

25

Page 26: 123

Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/ treatment, konsultasi, kerjasama,

dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.

Layanan pendidikan bagi penyandang autis

Pendidikan Integratif

Konsep pendidikan integratif memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:

* Menempatkan anak autisme dengan anak normal secara penuh

* Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, efektif,

fisik, intuitif secara integrasi

Menurut pandangan penulis, yang di maksud dengan pendidikan integratif adalah :

* Mengintegrasikan anak autisme dengan anak normal sepenuhnya

* Mengintegrasikan pendidikan anak autisme dengan pendidikan pada umumnya

* Mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani,

intuisi, pada autisme

* Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan

* Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk sosial

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak autisme yang belajar

bersama anak normal, tetapi mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan secara

memadai atau mereka tidak mendapatkan sekolah dengan alasan yang tidak jelas.

Penyebabnya adalah kurangnya sumber daya manusia dan banyak tenaga ahli yang

belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak autisme atau rasio

penyelenggaraan yang sangat mahal, sehingga masih sedikit sekolah yang mau

menerima anak autisme karena berbagai alasan diatas. Menyelenggarakan pendidikan

integrasi disekolah merupakan kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah membalikkan

tangan. Namun kita harus berani memulai supaya anak autisme mendapat tempat dan

penanganan yang terbaik.

Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini menerima anak autis adalah

sebagai berikut;

26

Page 27: 123

* Anak Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh

* Anak Autis di sekolah Khusus

* Anak Autis di SLB

* Anak Autis hanya menjalani terapi.

Biasanya sebelum sekolah anak-anak ini sudah mendapatkan penanganan dari berbagai

ahli seperti : dokter syaraf, dokter specialis anak (Pediatri), Psikologi, Terapi wicara,

OT, Fisioterapi,Orthopedagog (Guru khusus). dengan perkembangan dan perubahan

sendirisendiri, ada yang maju pesat tapi ada yang sebaliknya

2.16 Kelebihan Penyandang Autis

Kemampuan anak autis memang berbeda dengan anak-anak umum lainnya.

Karena tidak sedikit yang di diagnosa serta divonis menjadi penderita autis tetapi

menjadi orang hebat dalam beberapa keahlian khusus yang dimilikinya walaupun

mempunyai kekurangan dalam berbagai segi perilaku dan komunikasi pada awal-

awalnya. Untuk itulah kita perlu mengetahui akan kelebihan anak autis ini agar para

orang tua mempunyai semangat kuat dalam membimbing dan mendidik anak dengan

kelainan perilaku semacam ini. Peneliti mengungkapkan bahwa anak autis mempunyai

kemampuan untuk melihat gerakan 2X lebih cepat dibandingkan anak normal

Orang-orang hebat dengan autisme contohnya adalah Newton yang menemukan akan

teori gravitasi dan juga mekanika klasik yang juga didiagnosa mengidap sindrom

asperger, yang merupakan salah satu bentuk dan bagian dari autisme. Selain newton ada

juga orang cerdas dengan autis yaitu Einstein. Selain itu ada beberapa penyandang autis

yang juga sukses dan berprestasi seperti di bawah ini :

1. Daniel Tammet

Penulis, linguist, pendidik dan dinobatkan sebagai 1 dari 100 orang jenius yang masih

hidup di dunia, Daniel Tammet dikenal sebagai 'Brainman'. Pria kelahiran 31 Januari

1979 ini mulai menarik perhatian pada tahun 2006 setelah menulis buku terlaris New

York Times berjudul 'Born On A Blue Day'.

Buku tersebut menceritakan kehidupannya sebagai penyandang autistic savant. Lebih

dari setengah juta eksemplar bukunya telah terjual di seluruh dunia, serta film

27

Page 28: 123

dokumenter pemenang penghargaan diproduksi tentang dirinya berjudul 'Brainman'.

2. Temple Grandin

Belum genap usia 3 tahun, Temple Grandin didiagnosis dengan austisme, masalah

perkembangan saraf kompleks yang membuatnya tidak mampu berhubungan sosial.

Meski jatuh bangun menghadapi kondisinya, kini Temple justru berhasil menjadi

seorang profesor di bidang ilmu hewan.

Anak autis ini mampu mengubah industri peternakan Amerika, menjadi juru bicara

autisme dan mengajar mahasiswa PhD di Colorado State University. Dr Temple

Grandin juga menulis sepuluh buku tentang hewan dan perilaku manusia. Kisah hidup

Temple yang inspiratif bahkan pernah difilmkan oleh HBO dengan judul namanya

sendiri, 'Temple Grandin'.

3. Matt Savage

Matt Savage dikenal sebagai musisi autistic savant Amerika. Matt Savage didiagnosis

dengan PDD (Pervasive Development Disorder Unspecified) pada usia 3 tahun dan

kemudian tumbuh menjadi seorang musisi jazz. Di usianya yang masih muda, pria

kelahiran 1992 sudah dikenal sebagai seorang pianis jazz profesional dengan trionya

sendiri.

Dia telah bermain dengan musisi dewasa terbaik di masanya dan telah bermain musik

ke seluruh dunia. Dia juga telah merekam tiga CD audio, yang hasilnya disumbangkan

untuk penelitian dan dukungan autisme. Bahkan Dave Brubeck yang dikenal sebagai

'legenda jazz', menyebut Savage sebagai 'Mozart of jazz'.

4. Satoshi Tajiri

Satoshi Tajiri dikenal sebagai desainer video game Jepang yang menciptakan Pokemon.

Pria kelahiran 28 Agustus 1965 juga menciptakan salah satu waralaba video game yang

paling populer di dunia, Game Freak, Inc, yang menciptakan game secara eksklusif

untuk Nintendo.

Meski didiagnosis dengan sindrom Asperger, Satoshi Tajiri telah tumbuh menjadi

pengusaha Nintendo yang sangat kreatif tapi tertutup dan eksentrik.

5. Tim Page

28

Page 29: 123

Meski dengan diagnosis autisme, penyandang autis masih bisa melakukan banyak hal.

Seperti halnya Tim Page, seorang kritikus terkenal dan penulis yang memenangkan

Pulitzer Prize sebagai kritikus musik untuk Washington Post. Ia juga dipilih Opera

News sebagai 25 orang paling berpengaruh di dunia opera.

Page telah menghasilkan konser di seluruh dunia dan sejak itu dinobatkan sebagai

seorang profesor jurnalisme dan musik di University of Southern California. Pada tahun

2009, Page menerbitkan sebuah buku berjudul 'Parallel Play', memoarnya tentang

tumbuh dengan sindrom Asperger.

6. Donna Williams

Donna Williams, penulis buku 'Nobody Nowhere', merupakan penyandang autis lain

yang telah membuka pikiran publik tentang arti menjadi seorang penyandang autisme.

Buku tersebut merupakan otobiografinya yang menjadi bestseller internasional.

Wanita Australia kelahiran Oktober 1963 ini adalah seorang seniman yang menyebut

dirinya sebagai seorang 'pelajar kinestetik', yang mengajarkan bagaimana

mengekspresikan diri melalui patung, lukisan, menulis lagu, skenario dan buku.

7. Dawn Prince-Hughes

Penyandang autis lain yang juga mengesankan adalah seorang wanita bernama Dawn

Prince-Hughes. Terlahir dengan high-functioning autistic, Hughes telah tumbuh sukses

dan menerima gelar PhD di bidang antropologi primata dan menjadi ahli primata dan

etnolog.

Karena autisme, dia menulis tentang bagaimana bekerja dengan gorila yang

membantunya melarikan diri dari perasaan isolasi sosial. Dia dikenal sebagai penulis

serangkaian buku, dua di antaranya adalah 'Songs for the Gorilla Nation' dan 'My

Journey Through Autism'. Dawn juga duduk sebagai ketua eksekutif ApeNet Inc, dan

telah menjabat sebagai direktur eksekutif Institute for Cognitive Archaeological

Research dan berhubungan dengan Jane Goodall Institute. (dtc/ARS)

Dari beberapa contoh diatas dapat membuktikan bahwa penyandang autis tidak dapat

dipandang sebelah mata, penyandang autis juga memiliki kelebahan yang dapt

dikembangan supaya dapat menjadi orang sukses dan berprestasi layaknya orang

normal.

29

Page 30: 123

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yakni,autisme adalah gejala menutup diri

sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan

gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat

kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain

dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan,

geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.

Banyak sekali penyebab autis mulai dari faktor pre-natal dan natal,autis sendiri

juga dapat dideteksi secara dini karena memiliki ciri-ciri yang khas. Dalam hal

perkembangan para penyandang autis mengalami banyak hambatan mulai dari

perkembangan fisik,motorik,kognitif,sosio-emosional dan kepribadian.

Pandangan orang tua dan masyarakat terhadap penyandang autis masih kurang

baik dan perlu untuk diperbaiki,hal ini jugalah yang menjadi salah satu permasalahan

autis di Indonesia selain permasalahan lain. Dengan kemajuan IPTEK maka berbagai

cara mencegah autisme dan menangani autis sangatlah banyak dan beragam serta

mudah untuk diterapkan. Penggunaan metode dan layanan pendidikan yang tepat dapat

mengembangkan potensi para penyandang autis untuk menjadi orang yang sukses dan

berprestasi.

3.2 Saran

Setelah uraian panjang mengenai segala hal tentang autis,maka penulis dapat memberikan saran yang bisa bermanfaat bagi pembaca,mulai dari mencegah autis melalui :

1. Makan makanan dan minum minuman yang alamiah tanpa banyak campuran bahan kimia.

2. Hindari makan ikan laut dan darat sembarangan serta daging atau produk hewani lainnya di khawatirkan pada hewan tersebut mengandung bahan logam berat.

3. Hindari vaksinasi dan imunisasi anak yang tidak perlu. Ikut imunisasi yang banyak di berikan kepada anak Indonesia yang terbukti aman selama bertahun tahun.

30

Page 31: 123

4. Menjaga kesehatan dan mencegah sakit agar tidak masuk rumah sakit atau disuruh makan obat kimia oleh dokter. Utamakan memakai metode/teknik pengobatan alami herbal terlebih dahulu.

5. Tinggal dilokasi yang masih asri dan sejuk udaranya tidak banyak polusi agar tubuh tidak keracunan dan menimbun bahan kimia. Menghindari paparan gelombangn elektromagnetik seperti sinyal HP, Wi-Fi dan lain sebaginya. Jalankan pola hidup sehat tidak narkoba, rokok, minuman alkohol dan mendekatkan diri kepada Allah.

Sedangkan saran lain penulis sehubungan dengan penyandang autis yaitu :

Bagi Orangtua

1. Tidak merasa malu dengan kondisi anaknya,dan tetap memberi dukungan dan motivasi pada anak

2. Memberi layanan yang diperlukan bagi anaknya3. Memberikan terapi maupun pendidikan yang tepat bagi anaknya

Bagi masyarakat

1. Tidak berasumsi negatif terhadap penyandang autis bahkan sampai menghinanya

2. Bersikap sewajarnya terhadap penyandang autis serta mamaklimi perilakunya yang berbeda

3. Mendukung perkembangan penyandang autis dengan memberikan informasi maupun keluasan dalam kesempatan memperoleh pendidikan

31

Page 32: 123

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

3. http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2908761_4262.html

4. http://www.duniapsikologi.com/autisme-pengertian-dan-definisinya/

5. http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=2416_Inilah-

Beberapa-Faktor-Penyebab-Autis-

6. http://health.okezone.com/read/2013/04/09/482/788862/selain-psikologis-ini-

penyebab-anak-autis

7. http://www.topikharian.net/2013/01/fakta-penyebab-autis-pada-anak.html

8. http://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/jenis-autisme

9. http://www.amazine.co/22616/5-jenis-3-metode-penanganan-autisme/

10. http://akuandinia.blogspot.com/2010/03/perkembangan-bahasa-pada-anak-

autis.html

11. http://autismadiun.blogspot.com/2013/07/gangguan-motorik-pada-penyandang-

autisme.html

12. http://margaretha-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-82884-Autisme-Autisme:

%20Gangguan%20perkembangan%20otak%20pada%20anak.html

13. http://eprints.unika.ac.id/1091/

14. http://memahamidampakanakautismelebihdetail.blogspot.com/

15. http://www.safiyhati.com/2013/05/kelebihan-kemampuan-anak-autisme.html

16. http://puterakembara.org/archives10/00000056.shtml

17. http://kesehatanibu-anak.blogspot.com/2012/05/cara-mencegah-bayi-lahir-

dengan-cacat.html

32

Page 33: 123

18. http://kesehatan-kuliner.pelitaonline.com/news/2012/09/05/tips-cara-

menghindarimencegah-autis-autisme-pada-anakbayi-kita#.UpXdk1P5T1U

19. http://reymia.blogspot.com/p/indigo-autis.html

20. http://www.starberita.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=95841:hebat-7-kisah-sukses-

penyandang-autis-paling-terkenal-di-dunia&catid=156:gaya-hidup&Itemid=745

21. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/tips/tips.menangani.anak.autis/

001/005/604/1/1Tips Menangani Anak Autis

22. http://icareautism.blogdetik.com/2012/06/20/permasalahan-autisme-di-

indonesia/

23. http://www.amazine.co/22719/tips-belajar-autisme-6-teknik-mengajar-anak-

autis/

33