113861521-suddforensic en-death-1 t
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan ditemukan
pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik.Kematian mendadak yang tidak
dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab yang alami. Para ahli percaya
bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan Sudden Death Syndrome (sindroma
kematian mendadak) atau Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak). Penyebab
kematian mendadak akibat penyakit dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh,
diantaranya sistem Susunan Saraf Pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan.
Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus kematian
mendadak adalah penyakit kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung itu sendiri bermacam
macam, mulai dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit katup jantung hingga
akibat kelainan genetik seperti pada sindrom marfan. 1 Sebuah studi post mortem pada salah
satu Rumah Sakit di Dublin, Connoly Hospital antara Januari 1987 hingga Desember 2001,
menyebutkan bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak adalah penyakit Jantung
(79%).
Di Indonesia sendiri sukar didapat insiden kematian mendadak yang
sebenarnya.Angka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa di bagian
kedokteran forensic FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461 kasus, ditemukan 227 laki-
laki (9,2%) dan 50 perempuan (2%) kasus kematian mendadak, sedangkan pada tahun 1991
dari 2557 kasus diperiksa 228 laki-laki (8,9%) dan 54 perempuan (2,1%). Oleh karena
penyebabnya yang wajar, maka apabila kematian tersebut didahului oleh keluhan, gejala dan
terdapat saksi (apalagi bila saksinya adalah dokter, misalnya di klinik, puskesmas, atau
rumah sakit) biasanya tidak akan menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila
kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat menimbulkan
kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran
pemeriksaan forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi akan sangat penting guna
menjawab permasalahan di atas.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk memenuhi tugas Kepanitraan Klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Rumah sakit umum daerah DR.RM.DJOELHAM
kota Binjai dan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai gambaran
makroskopis kematian penyakit jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI MATI MENDADAK
Pengertian kematian mendadak sebenarnya berasal dari kata sudden unexpected
natural death yang di dalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu natural (alamiah, wajar).
Mendadak disini diartikan sebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak
diharapkan, dengan batasan kurang dari 48 jam sejak timbul gejala pertama.
Definisi kematian mendadak menurut WHO yaitu kematian dalam waktu 24 jam
sejak gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak
terduga, dan kematian yang tak terduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering
keduanya terjadi bersamaan pada satu kasus.
Terminologi kematian mendadak disini dibatasi pada suatu kematian alamiah yang
terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak
dengan terminologi ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti
kematian hanya disebabkan oleh penyakit dan trauma atau racun tidak memainkan dalam
menyebabkan kematian.Deskripsi “sudden” atau “unexpected” tidak selalu akurat,
“unexplained” biasanya menjadi alasan dilakukan investigasi medico-legal.Otopsi dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian, meskipun setelah otopsi dilakukan,
penyebab kematian tetap tidak diketahui.
Pada kematian mendadak, penyebab kematian hampir selalu ditemukan pada sistem
kardiovaskuler, meskipun lesi tidak terdapat di jantung atau pembuluh darah utama.
Cerebral hemmorraghe yang masif, perdarahan subarachnoid, rupture kehamilan ektopik,
hemoptisis, hematemesis dan emboli pulmonal, sebagai contoh, bersama dengan penyakit
jantung dan aneurisma aorta mempunyai kontribusi pada sebagian besar penyebab kematian
mendadak dan “unexpected” akibat system vascular. Tanpa otopsi, para dokter salah dalam
menentukan sebab kematian dari 25-50% kasus. Di banyak negara dengan banyak proporsi
otopsi medico-legal dan di Inggris dan Wales terdapat sekitar 80% otopsi koroner, sisanya
karena bunuh diri, kecelakaan, dan pembunuhan.
B. PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak dan sesuai dengan kecenderungan kematian mendadak pada
laki-laki lebih besar, penyakit jantung memiliki kecenderungan serupa menyerang laki-laki
lebih sering disbanding perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause dan
menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan
penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban
kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446
kasus tadi penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena
trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia seperti yang dilaporkan badan Litbang
Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9%
(1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0 (1986), dan 19,0% (1995).
C. ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab kematian mendadak dibagi atas: trauma, keracunan dan
penyakit. Insiden kematian mendadak akibat trauma dan keracunan lebih kurang sekitar 25-
30%, sementara penyakit merupakan penyebab tersering dari terjadinya kematian mendadak
dengan persentase mencapai 60-70%. Kematian mendadak akibat penyakit terbanyak adalah
akibat penyakit pada sistem jantung dan pembuluh darah.
1. TRAUMA
2. KERACUNAN
3. PENYAKIT
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah yang dapat mengakibatkanmati
mendadak antara lain:
1. Penyakit Jantung iskemik
2. Infark Miokard
3. Penyakit Katup Jantung
4. Miokarditis
5. Kardiomiopati
1. Penyakit Jantung Iskemik
Dengan perhitungan kasar, sekitar 62% dari semua kematian mendadak karena
penyakit jantung, disebabkan oleh arteriosklerosis pada arteri koroner. Terbentuknya
sumbatan pada lumen cabang pembuluh darah yang partial atau total yang luas ataupun
hanya setempat dapat menyebabkan arteri tidak dapat mengirim darah yang adekuat ke
miokardium. Sebagai akibatnya akan terjadi coronary artery insufficiency dan jantung secara
tiba-tiba berhenti. Obstruksi yang signifikan pada lumen arteri koronaria adalah jika
membatasi 75% lumen atau setidaknya 80% dari lumen yang normal harus hilang sebelum
timbul infark myocard . Stenosis dari koroner oleh ateroma sangat sering terjadi,
konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot jantung yang dapat menyebabkan
kematian dengan berbagai cara, yaitu :
1. Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama akan mengakibatkan iskemia
kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah stenosis. Otot jantung yang
mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel, terutama pada
adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
2. Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan kematian otot jantung
yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah atau hancur, mengisi sebagian
atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol, lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini
akan terbawa ke arah distal pembuluh darah dan pada percabangan pembuluh darah
menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari
plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah.
Komplikasi lain adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak, membesarkannya
secara tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
3. Trombosis koroner
4. Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total dari pembuluh
darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan tidak cukup memberi darah
pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih
dari atau sama dengan 70%.
5. Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah mengurangi fungsi
jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak dapat berkontraksi atau
menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark yang dapat dilihat dengan mata secara
makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak, karena perlu beberapa jam agar
oklusi jantung menjadi jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat
setelah otot menjadi iskemik.
6. Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak karena
hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita tua,
yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark
dan bagian otot yang infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada septum
interventrikuler, menyebabkan ”leftright shunt” pada jantung.
7. Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena miokardium tidak
dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di ventrikel kiri dapat kemudian
membengkak karena tekanan yang tinggi selama sistole membentuk aneurisma jantung
yang mengurangi fungsi jantung.
8. Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan
bahkan kematian. Ateroma pada arteri koroner bisa fokal dengan plak yang irreguler
dengan berbagai ukuran atau dalam jumlah sedikit dan terlokalisir dengan sisa lumen lain
pada sistem kardiovaskuler hampir normal. Hal ini berarti setiap bagian pembuluh darah
utama harus diperiksa saat otopsi, pemotongan transversal dilakukan dengan jarak tidak
lebih dari 3 mm.
Beberapa bentuk infark miokard yang dapat dikenali saat otopsi yaitu:
1. Infark laminar, lebih banyak ditemukan pada daerah subendokardial atau pada
ventrikel kiri, kadang infark luas sampai setengah atau lebih dari tebalnya
dinding.
2. Infark lokal atau regional, lebih sering pada penyakin arteri koroner murni, dan
disebabkan oklusi lokal atau sumbatan yang berat pada arteri koronaria. Besar dan
posisi infark tergantung dimana oklusi terjadi. Hampir semua infark jenis ini
ditemukan pada ventrikel kiri.
Gambaran makroskopis infark miokard awal digambarkan dengan berbeda pada
banyak buku patologi, sebagian karena berbagai macam umur infark yang digambarkan
oleh penulis. Beberapa gambaran yang khas dari tingkatan infark miokard, adalah:
12-18 atau bahkan 24 jam pertama, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Tanda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem pada otot yang terlihat pucat karena
tekanan serabut otot pada pembuluh darah.
Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga, daerah tersebut menjadi
berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang menyebabkan lapisan tampak merah. Hal
ini akan memberikan gambaran “trigoid” seperti belang pada macan.
Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh, disebut
“myomalacia cordis”. Pada fase ini, 2 atau 3 hari kedepan akan terjadi ruptur dan masuk
ke kandung pericardial.
Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi seperti gelatin,
warnanya memudar menjadi aduadu transparan.
Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot yang mati dan
menjadi jaringan parut.
Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat
secaramikroskopis.Gambaran infark tersebut antara lain:
Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak spesifik. Perubahan
tersebut diantaranya oedema intersisial, kongesti, dan perdarahan kecil.
Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan jumlah
eosinofilia bertambah. Oedema seluler mereda dan digantikan oleh oedema interfibre,
memisahkan serabut otot.
Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan membayang. Terjadi infiltasi
netrofil pada sebagian infark, kemudian digantikan oleh mononuklear makrofag akan
membersihkan debris dan fibroblas akan menjadi kolagen selama perbaikan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot, dan kapiler baru dan fibroblas
mulai terlihat.
Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata.
2. Infark Miokard
Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran
darah.Insufisiensi terjadi karena spasme dan/atau sumbatan karena sklerosis dan
thrombosis.Infark miokard adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi, kadang tanpa gejala
apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis (dengan gejala diagnosis
tertentu). Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam awal atau hari setelah infark dan
penyebab segeranya adalah fibrilasi ventrikel.
Beberapa komplikasi infark miokard yang mungkin timbul antara lain:
1. Ruptur jantung, merupakan penyebab umum timbulnya haemoperikardium dan
cardiac tamponade. Ruptur selalu terjadi selama infark. Ruptur paling sering
terjadi pada bagian distal dinding ventrikel kiri.
2. Trombosis mural, tidak dapat disepelekan jika infark terjadi pada endokardium
ventrikel kiri.
3. Perikarditis, terjadi bersama dengan infark transmural. Perikardium viseral
menjadi berwarna merah keunguan dengan vaskular blush pada permukaannya.
4. Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel pada
hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif.
5. Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan infark
transmural sebelumnya.
3.Penyakit Katup Jantung
Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang. Kematian
mendadak dapat terjadi akibat rupture valvula. Kematian mendadak juga dapat terjadi pada
stenosis aorta kalsifikasi (calcific aorta stenosis) kasus ini disebabkan oleh penyakit
degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini lebih banyak pada pria daripada wanita
dan timbul pada usia sekitar 60 tahun atau lebih.
Stenosis aorta menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, bahkan lebih nyata dibanding
pada hipertensi.Jantung dapat mencapai berat 800 – 1000 gram.Penyebabnya biasanya
adalah kalsifikasi pada katup jantung menyebabkan katup menjadi tebal dan kaku. Pada
tingkat lanjut, seluruh katup mungkin hampir tidak dapat dikenali, massa seperti kapur,
dengan lumen hampir tidak cukuplebar untuk memuat sebuah pensil. Katup aorta yang
sempit, menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri dan menyebabkan hipertrofi otot dalam
rangka memompa stroke volume yang sama melewati lubang yang lebih sempit. Efek yang
lain adalah penurunan tekanan perfusi koroner, dan akan lebih buruk jika terjadi regurgitasi.
Kematian mendadak umumnya terjadi pada usia di atas 60 tahun, namun terjadi pula pada
orang yang lebih muda dengan kelainan kongenital berupa katup aorta yang bikuspid.
4. Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada dewasa
muda.Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan histopatologik.Otot jantung harus diambil sebanyak 20 potongan dari 20 lokasi
yang berbeda dari pemeriksaan ini.Pada pemeriksaan histopatologik tampak peradangan
interstisial dan atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga
miolisis.Infiltrasi leukosit berinti tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas.
5. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miocardium yang dihubungkan dengan
disfungsi jantung dimana belum diketahui penyebab yang pasti.Kardiomiopati bukan
merupakan hasil dari arteriosklerosis, hipertensi, kongenital, atau penyakit katup jantung.
Kardiomiopati dapat digolongakan menjadi 3, yaitu: dilated/kongesti, hipertrofi, dan
restriktif-obliteratif. Pada dilated/kongesti, jantung dengan nyata membesar, dengan
miokardium yang lembek dan perbesaran pada semua ruang. Secara mikroskopis, terdapat
degenerasi dan atau hipertrofi serat otot, fibrosis miokardium yang fokal atau difus, infiltasi
sel mononuklear, dan kadang infiltrasi lemak.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, autopsi harus dilakukan dengan amat
teliti, pemeriksaan histopatologik merupakan suatu keharusan. Sampel diambil dari semua
organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan penyakit hingga menyebabkan kematian,
juga kelainan pada organ yang tampak secara makroskopik, walau mungkin kelainan
tersebut tidak berhubungan langsung dengan penyebab kematian.
Sebaiknya setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri, menghindari bias
pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah mencakup daerah yang normal dan
daerah yang kita curigai secara mikroskopik terjadi proses patologik. Informasi mengenai
temuan-temuan pada autopsi perlu disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi,
sehingga dokter ahlipatologi dapat melakukan tugasnya dengan maksimal.
Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalu pemeriksaan
toksikologi harus dilakukan. Tanpa pemeriksaan toksikologi,penegakan sebab mati menjadi
kurang tajam.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan:
1. Kematian mendadak dalam aspek forensik selalu dianggap tidak wajar sampai dibuktikan
merupakan kematian wajar
2. Penyebab tersering dari terjadinya kematian mendadak dengan persentase mencapai 60-
70%.
3. Kematian mendadak akibat penyakit terbanyak adalah akibat penyakit pada sistem
jantung dan pembuluh darah.
4. Sebab kematian tidak bisa ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Sudden Death.http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04 sudden-death/.
Diakses tanggal 17 Juni 2011
Gani, M. Husni. 2005. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang : Penerbit FK UNAND
Kristanto, Erwin, Tjahjanegara Winardi.Kematian Mendadak (Sudden NaturalUnexpected
Death). http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.Diakses tanggal 17
Juni 2011