112m4 proposal bulan 10

86
0 PROPOSAL PENELITIAN FORMULASI LOSIO TABIR SURYA DARI KOMBINASI ZINK OKSIDA DAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) *) IRMAWATI 150280096 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012 *) Sari Proposal ini akan diseminarkan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia pada : Hari / Tanggal : Selasa / 2-10-2012 Pukul : 09.00 (WITA) - Selesai Tempat : Ruang seminar Fakultas Farmasi

Upload: harukichi-akera

Post on 26-Nov-2015

193 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

13

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI LOSIO TABIR SURYA DARI KOMBINASI ZINK OKSIDA DAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.)*)

IRMAWATI150280096

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR2012

*) Sari Proposal ini akan diseminarkan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia pada :Hari / Tanggal:Selasa / 2-10-2012Pukul:09.00 (WITA) - SelesaiTempat:Ruang seminar Fakultas FarmasiABSTRAKIRMAWATI, Formulasi Losio Tabir Surya Dari Kombinasi Zink Oksida Dan Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam)(dibimbing oleh Faisal Attamimi dan A. Muflihunna).Telah dilakukan penelitian tentang formulasi losio tabir surya dari kombinasi zink oksida dan minyak buah merah (Pandanus Conoideus Lam) menggunakan emulgator anionik sabun amin (asam stearat dan triethanolamin), emulgator nonionik (tween 80), dan emulgator anionik detergen (natrium lauryl sulfat). Penelitian ini bertujuan memformulasi losio tabir surya yang stabil dan efektif.Evaluasi kestabilan dilakukan sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan pada suhu 5oC dan 35oC selama 10 siklus. Dengan pengamatan organoleptis, volume kriming, viskositas, tipe aliran emulsi, homogenitas dan ukuran tetes terdispersi.Hasil pengujian Organoleptis memperlihatkan tidak adanya perubahan. Tidak terjadi volume kriming selama penyimpanan dipercepat dari kesembilan formula, hasil pengamatan tetes terdispersi pada formula I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat tidak mengalami perubahan fase. Hasil pengolahan data secara statistik untuk pengukuran viskositas menunjukkan bahwa kesembilan formula memperlihatkan perbedaan viskositas antara sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan, namun perbedaan viskositas yang terkecil terdapat pada formula VIII. Penentuan nilai yield menunjukkan bahwa pada formula I, II, III, IV, V, VI, dan VII memperlihatkan perbedaan nilai yield yang sangat nyata antara sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan, sedangkan pada formula VIII dan IX memperlihatkan perbedaan nilai yield yang tidak nyata dan perbedaan yang terkecil terdapat pada formula VIII. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kesembilan formula lulur krim stabil, namun formula VIII dengan emulgator anionik detergen (natrium lauryl sulfat dengan konsentrasi 0,30%) memiliki kestabilan yang optimal.

ABSTRACTScrubbis cream formulation that contain yoghurt and black rice (Oryza sativa L.) combination investigation has been done, used anionik amin soap (stearic acid and triethanolamin), nonionik (tween 80), anionik detergent (Sodium lauryl sulfate) as the emulgator. An investigation purpose to make a scrubbis cream formulation that most formulation optimum stability.Stability evaluation performed before and after accelerated condition in 5oC and 35oC for 10 cycles. Organoleptis, creaming volume, viskositas, emulsion type, homogenitas and dispersed globul then observed.The result of organoleptis showed that there is neither change in organoleptis, in creaming formula of those nine formulation, the dispersed globule in formulation I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, and IX before and after stress condition not phase change. Statistic analyse in viscosity show that nine formulation show change before and after strees conditions, while formulation VII show the change lowest viscosity. There was alferation in yield value show formulation I, II, III, IV, V, VI, and VII has different very significant before and after strees condition. While formulation VIII and IX show different yield value not significant and the lowest value change of yield value showed formulation VIII. All Cream scrubbins formulation stable, while formulation VIII with detergent anionik emulgator ( lauryl sulfate sodium with 0,30% concentration) was the most stable.

IRMAWATI, Formulations Sunscreen Losio combination of Zinc Oxide and Red Fruit Oil (Pandanus conoideus Lam.) (Guided by Faisal Attamimi and A.Muflihunna).A Study to formulate sunscreen Losio combination of zinc oxide and red fruit oil (Pandanus conoideus Lam) using anionic emulsifier soap amin (stearic acid and triethanolamin) and a nonionic emulsifier (tween 80-span 80) has been done. The aim of this study was to formulate a stable and effective sunscreen lotion

A study concerning the formulation of Sunscreen lotion combination of zinc oxide and red fruit oil (Pandanus conoideus Lam) using anionic emulsifier soap amin (stearic acid and triethanolamin), a nonionic emulsifier (tween 80), anionic detergent and emulsifier (sodium lauryl sulphate). This study aims to formulate sunscreen lotion stable and effective.Evaluation of stability before and after conditions are imposed on temperature 5oC and 35oC for 10 cycles. With organoleptic observations, Criming volume, viscosity, type emulsion, homogeneity and size of dispersed drops.The results of organoleptic test showed no change. Did not happen kriming volume during accelerated storage of nine formulas, observations drops dispersed in formula I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, and IX before and after accelerated storage phase unchanged. The results of statistical processing of data for viscosity measurements indicate that the ninth viscosity formula shows the difference between the before and after conditions imposed, but the difference in viscosity of the smallest found in formula VIII. Determination of value yield shows that the formula I, II, III, IV, V, VI, and VII shows the difference in a very real yield values between before and after conditions imposed, whereas the formula VIII and IX show the difference in yield values that are not real and the difference the smallest found in formula VIII. Thus be concluded that all nine herbal cream formula is stable, but the formula VIII with anionic emulsifier detergent (sodium lauryl sulfate concentration of 0.30%) had an optimal stability.

FORMULASI LOSIO TABIR SURYADARI KOMBINASI ZINK OKSIDA DANMINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.)

NAMA:IRMAWATISTAMBUK:150280096PEMBIMBING :1. PROF. DR. H. FAISAL ATTAMIMI, M.Sc.2. A. MUFLIHUNNA, S.Si., M.Si., Apt

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Secara normal kulit memiliki perlindungan alami terhadap sengatan sinar matahari yang merugikan dengan penebalan stratum korneum, pengeluaran keringat, dan pigmentasi kulit. Namun dalam kondisi tertentu, faktor perlindungan kulit tersebut tidak mencukupi karena itu diperlukan perlindungan buatan, baik perlindungan fisik misalnya penggunaan jaket, topi lebar atau payung, maupun perlindungan kimia misalnya penggunaan tabir surya dalam sediaan kosmetik.

1Namun, penggunaan tabir surya dengan nilai SPF ( Sun Protection Factor ) yang tinggipun masih memungkinkan penetrasi dari sinar UV ke dalam kulit. Untuk itu perlu ditambahkan antioksidan seperti tokoferol dan beta karoten untuk memperkuat potensi antioksidan alami kulit dalam mengatasi stress oksidatif sehingga dapat memperbaiki perlindungan yang dihasilkan oleh tabir surya. Kedua antioksidan tersebut, terdapat dalam minyak Buah merah dengan konsentrasi tinggi yaitu sebesar 12.233,34 ppm karoten; 378,29 ppm betakaroten dan 10.319,9 ppm tokoferol (Budi, 2005). Penelitian mengenai aktivitas antioksidan buah merah menunjukkan bahwa daya perendaman 50% DPPH (EC50) dari minyak buah merah adalah 0,203 % (Vebrina, Gozali & Rusdiana, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa buah merah berpotensi sebagai antioksidan dalam konsentrasi yang rendah. Selain itu, Taher et. al (2008), telah menganalisis aktivitas antioksidan in vitro dari minyak buah merah menggunakan uji Asam Thiobarbiturat (TBA test). Hasil penelitian menunjukkanbahwa buah merah dari dataran tinggi menghasilkan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibanding minyak buah merah dataran rendah. Torres, et al. (1998) telah melakukan penelitian mengenai aplikasi topikaldari -tokoferol dalam memodulasijaringanantioksidandan mengurangi kerusakanoksidatif akibat ultraviolet padakulitmencit. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian topikal -tokoferol melindungi jaringan kulit terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radiasi UV in vivo. Nofianty (2008), telah memformulasi minyak buah merah dalam bentuk losio namun formula yang dibuat belum memberikan nilai SPF yang bermakna sebagai tabir surya.Dalam formulasi tabir surya yang akan dilakukan, digunakan zink oksida sebagai bahan tabir surya fisik Karena jenis tabir surya ini dapat menahan baik UVA maupun UV B. Karena bersifat fisik, tabir surya ini tidak akan pecah dengan pemanasan. Tetapi, secara kosmetik tabir surya fisik kurang menarik karena terlihat putih dan tebal di kulit wajah pemakai (Lestari, 2012).Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, diantaranya Losio. Bentuk cair Losio, memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Losio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan yang tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 1989).Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agarmemperoleh emulsi yangstabil (Anief, 2000). Oleh karena itu, dalam pembuatan losio akan digunakan emulgator yang paling optimal untuk memperoleh losio yang stabil.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian tentang formulasi losio tabir surya dari kombinasi zink oksida dan minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.).

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:1. Bagaimana memformulasi kombinasi minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dan zink oksida sebagai tabir surya dalam bentuk losio yang memiliki kestabilan optimal ?2. Berapa Nilai SPF (Sun protection factor) yang dihasilkan dalam formula losio yang dibuat ?C. Maksud Dan Tujuan Penelitian1. Maksud Maksud penelitian ini adalah menghasilkan kombinasi minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dan zink oksida sebagai tabir surya dalam bentuk losio .2. Tujuan UmumTujuan umum penelitian ini adalah untuk memformulasi losio tabir surya yang stabil dan efektif.3. Tujuan KhususTujuan khusus penelitian ini adalah untuk memformulasi losio tabir surya yang stabil berdasarkan parameter organoleptis, volume kriming, viskositas, tipe aliran emulsi, dan ukuran tetes terdispersi serta efektif berdasarkan parameter SPF ( Sun Protection Factor).D. Manfaat penelitian1) Manfaat Teoritis / AkademisDari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat menambah data ilmiah tentang formulasi yang baik sediaan losio tabir surya dari kombinasi zink oksida dan minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.).2) Manfaat Praktis / fragmantisa. Dapat diperoleh formula dari kombinasi minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dan zink oksida sebagai losio tabir surya dengan kestabilan dan efektifitas yang optimum.b. Penelitian yang dilakukan, juga diharapkan dapat mengembangkan jenis sediaan dari minyak buah merah untuk meningkatkan nilai manfaat dari buah merah (Pandanus conoideus Lam.).E. Kerangka Pikir

Tabir Surya EfektifBuah Merah

Antioksidan

Formulasi AntioksidanTopikalTokoferol 10.319 ppmKaroten12.233 pppmBetakaroten 378,29 ppm (Budi,2005)Zink oksida

F. Hipotesis Penelitian1) Ada pengaruh emulgator terhadap kestabilan sediaan losio tabir surya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. URAIAN TUMBUHAN1. Klasifikasi Tumbuhan (Budi, 2005)Regnum: PlantaeDivisi : SpermatophytaAnak Divisi: AngiospermaeKelas: MonocotyledonaeBangsa: PandanalesSuku: PandanaceaeMarga : PandanusJenis : Pandanus conoideus Lam.2. Nama daerah (Budi,2005)Di Wamena disebut sauken dan di Lembah Baliem disebut dengan tawi.3. Morfologi tumbuhan

7Pada dasarnya terdapat lebih dari 30 jenis atau kultivar buah merah di Papua. Namun, secara garis besar diketahui ada empat kultivar yang banyak dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni kultivar merah panjang, merah pendek, cokelat, dan kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masing-masing jenis itu berbeda-beda. Kultivar merah panjang memiliki buah berbentuk silindris, ujung tumpul, dan pangkal menjantung. Panjang buah mencapai 96-102 cm dengan diameter 15-20 cm. Bobot buah mencapai 7-8 kg. Warna buah merah bata saat muda dan merah terang saat matang. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagian dari ujung (Budi, 2005).Buah tersusun dari ribuan biji yang berbaris rapi membentuk kulit buah. Biji kecil memanjang 9-13 mm dengan bagian atas meruncing. Bagian pangkal biji menempel pada bagian jantung, sedangkan ujungnya membentuk totol-totol di bagian kulit buah. Biji berwarna hitam kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging buah ada yang kuning, cokelat atau merah tergantung jenisnya. 4. Kandungan KimiaBuah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam dekanoat. Jika dibandingkan dengan buah merah jenis lain (coklat dan kuning), buah yang berwarna merah lebih baik karena umumnya kandungan senyawa aktifnya relatif lebih tinggi, terutama kandungan karoten, betakaroten, dan tokoferol (Budi, 2005).

Tabel 1. Kandungan Senyawa Aktif dalam Minyak Buah MerahSenyawa Aktif KandunganKandungan

Total karotenoid12.000 ppm

Total tokoferol11.000 ppm

Betakaroten700 ppm

Alfa-tokoferol500 ppm

Asam oleat58%

Asam linoleat8,8%

Asam linolenat7,8%

Asam dekanoat2,0%

(Budi, 2005)a. Vitamin E (Tokoferol)Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting dalam minyak makan. Vitamin ini secara alami memiliki 8 isomer yang dikelompokkan dalam 4 tokoferol (, , , ) dan 4 tokotrienol (, , , ) (Winarsih, 2007).Tokoferol terutama -tokoferol, telah diketahui sebagai antioksidan yang mampu mempertahankan integritas membran. Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donors). Secara biologi pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh (Winarsih, 2007).Senyawa tersebut dilaporkan bekerja sebagai scavenger radikal bebas oksigen, peroksi lipid, dan oksigen singlet (Diplock, et al.,1989). Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak (Winarsi,2007).LOO+ T-OHLOOH+ T-O Radikaltocopheroxyl (TO),menjadi relatif stabil dan tidak reaktif, tidak dapat melanjutkanreaksi berantaidengan menyerang spesies lainnya. Sebaliknya iadapat bergabung dengan radikal perokslllain untuk membentuk produk molekular yang tidakaktif (Ball, 2004).Vitamin E dalam kosmetik digunakan untuk memperkuat potensi antioksidan alami kulit dan dengan demikian lebih baik untuk mengatasi stres oksidatif. Vitamin E sebagian besar digunakan secara topikal berdasarkan dari pengamatan dalam konteks dengan sinar UV. Vitamin E sering digunakan dalam produk Suncare untuk memperbaiki perlindungan yang dihasilkan sunscreen. Bahkan faktor SPF tinggi masih memungkinkan penetrasi dari beberapa sinar UV ke dalam kulit ketika filter matahari menyerap atau memantulkan sebagian besar sinar pada permukaan kulit. Vitamin E bekerja pada bagian dalam dan mengurangi resiko kerusakan yang dapat disebabkan oleh sinar melewati penghalang suncare. Karena sangat bermanfaat, vitamin E digunakan dalam pencegahan gejala kerusakan kulit yang disebabkan oleh imbas UV seperti keriput dan pigmentasi yang tidak teratur (Paye, 2001).2) -karoten-karoten merupakan salah satu dari 600 komponen karatenoid yang banyak ditemukan dalam tanaman. Karatenoid merupakan isoprenoid C40 tetraterpenoid yang terdapat dalam plastida jaringna tanaman, baik yang melakukan fotosintesis maupun tidak (Winarsi,2007).-karoten bertindak sebagai antioksidan pemutus rantai diperoksidasi lipid dengan menjebak rantai-propagasiradikal peroxyl lipid, LOO.Aktivitas pemutusan-rantai dari -karoten lemah dibandingkan dengan -tokoferol, yang merupakan antioksidan utama larut lemak.LOO + -karoten LOO--karotenPusat karbon radikal -carotenyl yang terbentukmerupakan resonansi stabil karena delokalisasidari elektron yang tidak berpasangan dalam sistem poliena terkonjugasi.Radikal -carotenyl dapat bereaksi dengan radikal peroksil yang lain, yang menyebabkan reaksi pemutusan LOO--karoten + O2 LOO--karoten-OOR (Non-radikal) (Ball, 2007).5. ManfaatSecara garis besar, buah merah mempunyai manfaat sebagai berikut, yaitu (Budi, 2005):a. Sumber panganSebagai sumber pangan, buah merah biasa diolah menjadi minyak dan saus, sebagai campuran bahan pangan lain seperti ubi-ubian dan sagu, sebagai pengawet daging dan pengawet sagu.b. Sumber pewarna alamiBuah merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna makanan, kerajinan dan kosmetik.c. Bahan kerajinanDaun, batang, dan akar buah merah dapat dijadikan sebagai bahan kerajinan seperti alat pengikat, tikar, dan pembungkus rokok.d. Bahan obatBuah merah adalah salah satu tanaman obat yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah kandungan bahan aktifnya yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Secara empiris, buah merah terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, tuberkulosis, gangguan saluran pernafasan serta penyakit mata dan kulit .6. Minyak Buah MerahMinyak buah merah diperoleh dari pemanasan buah merah yang telah matang. Cara membuat minyak buah merah adalah sebagai berikut (Budi, 2005):a. Buah dipilih yang benar-benar matang dengan tanda kulit buah berwarna merah terang dan jarak antar tonjolan semakin jarang.b. Buah dibelah, dikeluarkan empulurnya, lalu dipotong-potong dan dicuci dengan air hingga bersih.c. Daging buah dikukus menggunakan api sedang sekitar 1-2 jam. Setelah matang (lunak), diangkat dan didinginkan.d. Daging buah merah ditambah sedikit air, lalu diremas dan diperas hingga daging buah terpisah dari biji. Kemudian, ditambah air lagi hingga ketinggian 5 cm di atas permukaan bahan. Remas kembali hingga biji benar-benar putih dan bersih dari daging sehingga diperoleh sari buah merah yang menyerupai santan.e. Sari buah merah disaring untuk memisahkan bijinya.f. Hasil saringan buah merah dimasak kembali dengan api sedang selama 5-6 jam sambil diaduk-aduk. Bila sudah muncul minyak berwarna merah kehitaman di permukaan, api dimatikan sambil terus diaduk selama 10 menit agar cepat dingin.g. Angkat dan diamkan selama satu hari hingga terbentuk tiga lapisan, yaitu air di lapisan bawah, ampas di lapisan tengah, dan minyak di lapisan atas. Lapisan minyak diambil.h. Minyak dipindahkan ke wadah lain, lalu diamkan selama 3 jam hingga minyak, ampas, dan air benar-benar terpisah. Bila sudah tidak ada lagi air dan ampas maka proses pengolahan berakhir.B. Uraian Umum KulitKulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus, respirasi, pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono, 2007). Luas kulit manusia rata rata 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu epidermis atau kulit ari (sebagai lapisan paling luar) dan dermis (korium, kutis, kulit jangat). Dibawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Tranggono, 2007).1. EpidermisDari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Sedangkan dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Ketebalan epidermis berbeda beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak tangan dan kaki, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono, 2007).Epidermis terbagi atas 5 lapisan jika dilihat dari bagian terluar hingga ke dalam, yakni (Tranggono, 2007):a. Lapisan tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan paling atasb. Lapisan jernih (Stratum lucidum), disebut juga lapisan barrierc. Lapisan berbutir butir (Stratum granulosum)d. Lapisan malphigi (Stratum spinosum) yang selnya seperti berdurie. Lapisan basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis sel sel basal.2. DermisBerbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak (Trenggono, 2007).Di dalam dermis terdapat adneksa adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis / hipodermis) (Trenggono, 2007).

Gambar 1. Anatomi Kulit (http://stevyana.student.umm.ac.id/files/2011/06/Picture1.jpg)

Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap membutuhkan perlindungan tambahan (Lestari, 2002).C. Sinar Ultraviolet Dan Tabir SuryaRadiasi UV dari sinar matahari dansumberbuatandibagi menjaditiga bagiandisebut "UVA", "UVB," dan "UVC" :UVA400-320nm,UVB320-290nm,dan UVC kurang dari 290 nm. Bagian UVA dibagi lagidalam 2 subbagian:UVAI (panjang gelombang lebih panjang400-340nm)dan UVAII (panjang gelombang lebih pendek340-320nm). Semakin tinggipanjang gelombang, semakin dalam UV menembus kulit.Semakin pendekpanjang gelombang, semakin besar tingkat energicahaya danlebih banyak kerusakanyang dapat dilakukan. UV C, misalnya, sangat efisiendalam menyebabkankulit terbakar danbisa menghancurkankulit, tetapi untungnya, UV C benar-benardiserap olehozon dibagian tertinggi dariatmosfer bumi (Paye, 2009).Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang (Ditjen POM, 1985). a. Efek Yang Bermanfaat Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta meningkatkan pembentukan hemoglobin. Sinar matahari dapat mencegah atau mengobati penyakit ritketsia karena 7-dehidrokolesterol (provitamin D3) yang terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi vitamin D3 (Diten POM, 1985). b. Efek Yang Merugikan Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya biasanya disebut sengatan surya. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah. Penyinaran yang lama akan menyebabkan perubahan degeneratif pada jaringan pengikat dalam korium. Keadaan tersebut menyebabkan kulit akan menebal, kehilangan kekenyalan sehingga kulit kelihatan keriput, ini disebabkan karena kulit kehilangan kapasitas ikat-air (Ditjen POM, 1985). Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400-280 nm dapat menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna. Penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat menyebabkan kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat kulit. Pada panjang gelombang antara 334,2 366,3 nm efektif dalam pembentukan warna coklat dengan sedikit eritema. Pada panjang gelombang 295-315 nm tidak segera terlihat efeknya, tetapi setelah beberapa jam akan timbul eritema. Setelah beberapa hari eritema akan berkurang, terbentuklah warna kecoklatan. Pada penyinaran dengan panjang gelombang 250 270 nm, akan timbul eritema yang sangat ringan, yang menghilang dalam beberapa hari tanpa menimbulkan warna kecoklatan (Ditjen POM, 1985). Secara in vitro, diketahui bahwa bergantung dari panjang gelombangnya, radiasi UV merupakan inisiator pembentuk reactive oxygen species (ROS) pada kulit. Sinar UV yang dapat mencapai bumi dan kulit hanyalah 5-10% UV B dan 90-95 % UV A karena sebagian besar UV B dan UVC akan ditahan oleh lapisan ozon. Selain faktor ozon jumlah sinar UV juga dipengaruhi oleh faktor musim, ketinggian, garis lintang dan waktu pajanan (Ardhie, 2007).Sinar UV B terutama memicu produksi radikal bebas anion superoksida (+O2) melalui aktivasi nicotinamide adenin dinucleotida phosphate (NADPH) oksidase dan rantai reaksi pernafasan di mitokondria. Sedangkan UVA terutama memicu terbentuknya radikal peroksida lipid (lO2). Selain melalui aktivasi NADPH oksidase IO2, juga dibentuk melalui reaksi foto kimiawi saat UV A diabsorbsi oleh riboflavin dan porfirin. Kromofor adalah berbagai substansi kulit yang mampu menyerap UV. Sinar UV B yang diserap oleh DNA, akan menyebabkan kerusakan langsung, sedangkan kromofor penyerap UV A akan menimbulkan kerusakan melalui pembentukan ROS. Oksigen tunggal yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel dan selanjutnya membentuk ROS yang baru (Ardhie, 2007).Proses oksidasi pada lipid dan protein yang ditimbulkan akan menyebabkan stress oksidatif seluler dan kerusakan DNA, serta menyebabkan berbagai kelainan pada kulit. Diperkirakan setiap hari terjadi kerusakan DNA pada setiap sel manusia akibat 10.000 reaksi oksidasi. Reaksi ini akan berdampak terhadap berbagai kerusakan kulit antara lain photoaging, imunomodulasi, melanogenesis, dan fotokarsinogenesis (Ardhie, 2007).

Meski sebenarnya tubuh telah dilengkapi dengan sistem pertahanan seperti lapisan tanduk, melanin dan antioksidan, tapi pada tingkat radiasi tinggi, mekanisme proteksi ini dapat dilampaui, sehingga perlu ditambahkan pelindung luar. Selain pakaian, sistem pertahanan buatan dari luar yang paling efektif adalah tabir surya (Tranggono, 2007).Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985). Ada 2 macam tabir surya, yaitu: 1. Tabir surya kimia Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm). Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat sebagai UV B filter yang paling banyak digunakan. UV A filter termasuk benzofenon. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UV A dan UV B. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen & Rigel, 2005). 2. Tabir surya fisik Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa kurang nyaman (Nguyen & Rigel, 2005).Zink oksida merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen & Rigel, 2005).Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol (Ditjen POM, 1985). Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu (Ditjen POM, 1985): 1. Nyaman dan mudah dipakai. 2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. 3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur. 4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit. Perlu dilakukan pengkajian formulasi sediaan tabir surya terhadap efesiensi sebagai tabir surya. Pengujian daya absorpsi secara spektrofotometri terhadap kadar, kepekatan larutan, dan panjang gelombang. Untuk mengetahui efektivitas bahan tabir surya dilakukan pengujian menggunakan spektrofotometri (Ditjen POM, 1985).Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/ SPF) yaitu perbandingan antara dosis minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh tabir surya dengan yang tidak. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100 (Wasitaatmadja, 1997). Pathak membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut (Wasitaatmadja, 1997) : 1. Minimal, bila nilai SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat. 2. Sedang, bila nilai SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon. 3. Ekstra, bila nilai SPF antara 6-8, contoh derivate PABA.4. Maksimal, bila nilai SPF antara 8-15, contoh PABA. 5. Ultra, bila nilai SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik. D. LosioLosio adalah sediaan cair atau semi cair yang mengandung satu atau lebih bahan aktif dengan pembawa yang cocok Losio bisa mengandung pengawet antimikroba dan bahan tambahan yang cocok seperti penstabil. Losio biasanya berupa suspensi dari bahan padat dalam medium cair, tapi kenyataannya beberapa losio adalah emulsi atau larutan (Gennaro, 2005).Losio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit. Kebanyakan losio mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Losio lain sebagai bahan cair fase terdispersi yang tidak bercampur dengan bahan pembawa dan biasanya menyebar dengan bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang sesuai. Pada umumnya pembawa dari losio adalah air. Tergantung pada sifat bahan-bahannya, losio mungkin diolah dengan cara yang sama seperti pada pembuatan suspensi, emulsi dan larutan (Ansel, 1989).Losio dimungkinkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaa kulit yang luas. Losio yang dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 1989).Losio juga merupakan emulsi tetapi kandungan lilin dan minyaknya lebih rendah dibandingkan krim. Hal ini menyebabkan losio lebih encer kurang berminyak. Sediaan losio digunakan untuk produk seperti losio kulit dan wajah, kondisioner rambut, dan moisturizing cleanser. Losio memberikan rasa nyaman dan baik pada kulit. Sebagai emulsi, losio memiliki banyak kesulitan dalam pembuatannya seperti layaknya krim, tetapi losio lebih mudah dibuat dibanding krim karena lebih encer, dan waktu pemanasan dan pendinginannya lebih singkat. Karena lebih encer, masalah stabilitasnya lebih besar dibandingkan bentuk krim karena viskositas krim umumnya memperlambat terjadinya ketidakstabilan alamiah (Rieger, 2000).E. Uraian Umum Emulsi1. Pengertian Emulsi Emulsi adalah suatu sediaan semi padat yang terdiri dari dua cairan yang tidak saling bercampur yaitu minyak dan air. Dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Emulsi tidak stabil secara termodinamika. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu : bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Swarbrick, 2007). Penerimaan oleh pasien juga penting dalam emulsi yang digunakan secara topikal. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu, dan mudah dicuci bila diinginkan. Tambahan pula, pembuat formulasi dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan derajat kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermatologis Dengan memperhatikan tipe emulsi, emulsi m/a lebih banyak digunakan sebagai basis obat yang dapat tercuci dengan air untuk tujuan kosmetik umum. Emulsi a/m lebih banyak digunakan untuk pengobatan kulit kering dan pemakaian sebagai emolien (pelembut) (Lachman, 1994).2. Penetuan Tipe EmulsiBeberapa tipe metode yang tersedia dalam menunjukkan tipe emulsi secara umum terdiri atas (Martin, 1971) :a. Uji Pengenceran TetesanMetode ini didasarkan pada prinsip bahwa emulsi bercampur dengan fase luarnya. Jika air ditambahkan pada emulsi M/A, air akan terdispersi pada emulsi. Jika minyak ditambahkan, minyak tidak akan terdispersi tanpa pengocokan yang kuat. Sebaliknya dengan emulsi A/M.

b. Uji Kelarutan WarnaMetode ini didasarkan pada prinsip bahwa pewarna akan terdispersi secara merata pada emulsi, jika pewarna tersebut larut dalam fase luar. Misalnya pewarna amaran yang larut dalam air, maka dapat mewarnai emulsi M/A.c. Uji Arah KrimingPergerakan kriming dari fase terdispersi menunjukkan tipe emulsi yang terbentuk. Jika pada emulsi kriming berada dibagian atas, tipe emulsi M/A, sebaliknya jika kriming berada dibawah, tipe emulsi A/M.d. Uji Konduktivitas ElektrikMetode ini didasarkan pada prinsip bahwa air mempunyai daya hantar listrik sedangkan minyak tidak. Jika elektroda ditempatkan dalam sebuah emulsi, menyebabkan hantaran listrik, diindikasikan emulsi M/A. Sebaliknya jika tidak menunjukkan hantaran listrik tipe emulsinya adalah A/M.e. Uji FlouresensiKebanyakan minyak ketika dipaparkan pada cahaya ultraviolet akan berflouresensi. Jika tetesan pada emulsi diujikan pada sinar fluoresensi di bawah mikroskop dan semua bagian berflouresensi, diindikasikan sebagai emulsi A/M. Sebaliknya, jika emulsi berflouresesnsi berupa bintik-bintik menunjukkan tipe emulsi M/A.F. Emulgator1. Pengertian EmulgatorEmulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka, seperti minyak dan air, serta mencegah koalesensi sehingga menghasilkan emulsi yang stabil (Jan, 2010).2. Klasifikasi EmulgatorBerdasarkan struktur kimianya, emulgator diklasifikasikan menjadi (Gennaro, 2005) :a. Emulgator sintetik yang membentuk lapisan monomolekuler, contohnya adalah :1) Golongan anionik, misalnya sabun trietanolamin stearat, natrium lauryl sulfat2) Golongan kationik, misalnya senyawa amonium kuarterner3) Golongan nonionik, misalnya ester asam lemak sorbitan, ester asam lemak polioksietilen sorbitanb. Emulgator alam1) Emulgator alam yang membentuk lapisan multimolekuler, misalnya akasia dan gelatin2) Emulgator alam yang membentuk lapisan monomolekuler, misalnya lesitin dan kolesterol3) Emulgator yang membentuk lapisan berupa partikel padat, misalnya bentonit dan veegum.c. Emulgator pembantuBerfungsi sebagai bahan pengental untuk membentuk suatu emulsi yang stabil. Misalnya : bentonit, metil sellulosa, natrium karboksil metil selulosa, asam stearat dan setil alkohol.3. Mekanisme Kerja EmulgatorZat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme (Lachman, 1994) :a. Mengurangi tegangan antar muka, suatu stabilisasi termodinamis. b. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang kaku, sebagai pembatas mekanik untuk penggabunganc. Pembentuk lapisan listrik rangkap, sebagai penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel.Mekanisme kerja emulgator berdasarkan tipe lapisan yang dibentuk pada antar muka kedua fase (Gennaro, 2005) :a. Lapisan monomolekulerEmulgator mampu menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan tunggal molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorbsi pada antar muka emulsi minyak dalam air. Hal ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena penurunan energi bebas permukaan. Kemungkinan yang menjadi faktor utama dalam penunjang kestabilan adalah adanya lapisan tunggal yang liat di sekeliling tetes terdispersi, yang dapat mencegah koalesensi tetesan. Jika emulgator itu terionisasi, maka adanya tetesan dengan muatan yang kuat dan tolak menolak ini akan menambah kestabilan emulsi. Pada emulgator nonionik yang tidak mengion, partikelnya tetap bermuatan karena adsorbsi ion dari larutan.b. Lapisan MultimolekulerKoloid hidrofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler di sekeliling tetes minyak terdispersi. Koloid hidrofilik yang teradsorbsi pada antar muka, tidak menyebabkan penurunan tegangan antar muka dengan nyata. Efisiensinya tergantung pada kemampuan untuk membentuk lapisan multimolekuler yang kuat dan saling berpautan. Lapisan ini membungkus tetesan sehingga sangat resisten terhadap koalesensi. Selanjutnya hidrokoloid yang tidak teradsorbsi pada antaar muka dapat menambah kekentalan fase air sehingga mengakibatkan kestabilan emulsi.c. Membentuk Partikel PadatPartikel padat yang kecil yang dapat agak terbasahi baik oleh fase air maupun fase minyak dapat berfungsi sebagai emulgator. Jika partikel sangat bersifat hidrofilik maka akan tinggal didalam fase air dan jika sangat hidrofobik akan terdispersi sempurna didalam fase minyak. Persyaratan lain adalah bahwa partikel itu kecil dibandingkan dengan tetes terdispersi.

G. Kestabilan Emulsi1. Kondisi dipaksakanKondisi dipaksakan biasanya diberikan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi meliputi (Lachman,1994).a. Penyimpanan pada suhu tertentub. Sentrifugasic. Pengocokan secara mekanikSalah satu cara mempercepat evaluasi kestabilan adalah dengan penyimpanan selama beberapa periode waktu pada temperatur yang lebih tinggi dari normal (Lachman, 1986).Perubahan suhu menyebabkan tegangan antar muka antara dua fase, secara alami dan viskositas lapisan antar muka, pada kelarutan relatif bahan pengemulsi pada dua fase, pada tekanan uap dan viskositas fase cair, dan pengocokan suhu dari terdispersi. Karena perubahan suhu seringkali menyebabkan perubahan yang berarti dalam stabilitas emulsi dapat menyebabkan inverse (Lachman, 1986).Penyimpanan pada suhu tertentu ada beberapa macam, antara lain yang dilakukan pada suhu 5oC dan 40oC selama 24 siklus secara bergantian masing-masing 24 jam, suhu 5oC dan 35oC selama 10 siklus secara bergantian masing-masing 12 jam dan penyimpanan pada suhu 4oC dan 45oC secara bergantian masing-masing dua hari yang dilakukan 8 siklus (Banker, 1979).Efek normal penyimpanan suatu emulsi pada suhu yang lebih tinggi adalah mempercepat koalesensi atau terjadinya creaming dan hal ini biasanya diikuti dengan perubahan kekentalan. Kebanyakan emulsi menjadi lebih encer pada suhu tinggi dan menjadi lebih kental bila dibiarkan mencapai suhu kamar. Pembekuan lebih dapat merusak emulsi dibandingkan dengan pemanasan karena kelarutan emulgator baik dalam fase air maupun fase minyak lebih sensitif pada pembekuan dibandingkan dengan pemanasan (Gennaro, 2005).2. Evaluasi kestabilan emulsiTelah dikenal bahwa pada keadaan dasar termodinamik murni, emulsi secara fisik tidak stabil. Kestabilan termodinamik emulsi berbeda dari kestabilan berdasarkan pertimbangan subjektif secara menyeluruh. Jika suatu emulsi membentuk krim ke atas (naik ke atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan), emulsi bisa tetap dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan pengocokan biasa. Pertimbangan serupa dapat digunakan untuk emulsi kosmetik. Tetapi dalam kosmetik, pembentukan krim biasanya tidak dapat diterima, karena tiap pemisahan yang tidak sedap dipandang membuat produk tidak elegan secara kosmetik (Lachman, 1994).a. KrimingKriming adalah naik atau turunnya tetes terdispersi membentuk, suatu lapisan pada permukaan atau dasar emulsi. Kecepatan kriming bervariasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu ukuran tetes terdispersi, perbedaan rapat jenis antara kedua fase dan kekentalan emulsi (Lachman, 1994).Kriming harus dilihat secara terpisah dari pemecahan karena kriming merupakan suatu proses bolak-balik sedangkan pemecahan merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali dengan mudah dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogon dari suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan (Martin,1993).b. ViskositasWalaupun viskositas suatu emulsi merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya untuk pengkajian shelf live tidak berkenaan dengan viskositas absolut, tetapi dengan perubahan dalam viskositas selama penyimpanan (Lachman,1994).Emulsi yang kental mungkin lebih stabil dari emulsi encer, lantaran terjadinya hambatan flokulasi dan penggabungan. Knonchel dan Wurster telah membuktikan viskositas memainkan peran yang kecil dalam kestabilan emulsi minyak dalam air secara keseluruhan. Kemungkinan besar yang diperlukan untuk mendorong terjadinya kestabilan adalah viskositas optimum bukan viskositas yang tinggi (Martin,1993).

c. Inversi FaseInversi fase adalah proses dimana fase terdispersi dari emulsi berubah menjadi fase continue dan fase continue berubah menjadi fase terdispersi (Lund,1994).Pengaruh yang paling penting adalah bahwa temperatur pada suatu emulsi memungkinkan terjadinya inversi. Temperatur dimana terjadi inversi fase tergantung pada konsentrasi pengemulsi dan dapat disebut temperatur inversi fase (TIF). Tipe inversi fase dapat terjadi selama pembentukan emulsi , karena emulsi umumnya dibuat dengan temperatur kamar untuk mendinginkannya (Lachman,1994).d. Perubahan Ukuran Tetes TerdispersiPerubahan-perubahan dalam ukuran partikel rata-rata atau distribusi ukuran tetesan merupakan tolak ukur penting untuk mengevaluasi emulsi. Analisis ukuran partikel bisa terlaksana dengan sejumlah cara, masing-masing memberikan rata-rata untuk sistem heterodispersi yang agak berbeda. Misalnya pengukuran mikroskopik dari diameter yang tampak memberikan suatu harga rata-rata yang tergantung pada angka partikel dari masing-masing ukuran (Lachman,1994).

H. Uraian Bahan1. Air suling (Ditjen POM,1995)Nama Resmi:Aqua destilataNama lain:Aquadest, air sulingRM / BM: H2O / 18,02Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai pelarut2. Asam stearat (Rowe, 2009)Nama Resmi:Acidum stearicumNama lain: Cetylacetic acid, Stearic Acid, Octadecanoic acidRM / BM:C18H36O2 / 284.47Pemerian : Berwarna putih atau agak kekuningan beberapa terlihat mengkilap, padatan kristal atau putih atau kekuningan, bubuk berbau tajam,berasa sangat khas.Kelarutan : Sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, larit dalam etanol, hexana dan propilen glikol.Praktis tidak larut dalam air.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikInkompatibilitas: Asam stearat inkompatibil dengan kebanyakan hidroksida logam dan inkompatibil dengan basa. Kegunaan : Sebagai bahan pengemulsi3. BHT (Rowe, 2009)Nama resmi:ButylhydroxytolueneNamalain:Agidol, BHT, 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol.RM / BM:C3H8O2 / 76,09Pemerian :Kristal padat atau serbuk kuning pucat atau putih dengan bau samar fenolik yang khas.Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidroksida dan larutan asam mineral encer. Mudah larutdalam aseton, etanol (95 %), benzen, eter, toluena dan minyak mineral. Inkompatibillitas:BHT inkompatibil dengan bahan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat. Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan kehilangan aktivitas.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan :Sebagai antioksidan.4. Metil Paraben (Rowe, 2009)Nama Resmi: Methyl HydroxybenzoateNama lain:Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoateRM/BM:C8H8O3 / 152.15Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air , 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol(95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P, dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P, dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai pengawetInkompatibilitas:Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari miselisasi. Namun propilen glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba dari paraben dengan adanya surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil paraben dan polisorbat. Metil paraben dilaporkan juga bereaksi dengan berbagai gula dan terkait gula alkohol. 5. Natrium CMC (Rowe, 2009)Nama resmi: Natrium Carboksimetil celulosaNama lain :Carboksi metil selulosa sodiumRM: ( (C6H7O2(OH)3-x(OCH2-COONa)x )n BM: 90.000-700.000Pemerian: Putih atau kuning, tidak berbau, granul atau serbuk yang higroskopis.Kelarutan:Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid. Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.Stabilitas:Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi. Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH 2, viskositas berkurang pada pH lebih dari pH 10Inkompatibilitas:Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari beberapa logam. Pengendapan terjadi pada pH 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%. Membentuk kompleks dengan gliserin dan pektin.Penyimpanan: Dalam wadah tetutup rapatKegunaaan: Peningkat viskositas6. Propilen glikol (Ditjen POM, 1979; Rowe, 2009)Nama Resmi:Propylen glycolumNama Lain:Propilen glikol, 1,2-Propanediol, methyl ethylene glycolRM/BM: C3H8O2/76,10Pemerian:Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, Higroskopik.Kelarutan:Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P. Dan dengan kloroform P., larut dalam 6 bagian eter P. Tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P. Dan dengan minyak lemak.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikInkompatibilitas: Incompatibil dengan agen pengoksida kuat danKalium Permanganat.Kegunaan:Humektan7. Propil paraben (Rowe, 2009)Nama Resmi : Propylis parabenumNama lain : Propil paraben, NipasolRM / BM:C10H12O3/ 180,20Pemerian :Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasaKelarutan:sangat sukar larut dalam air ,larut dalam 3,5 bagian etanol(95%P),dalam 3 bagian aseton P,dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam alkil hidroksidaKegunaan: Sebagai pengawet8. Span 80 (Rowe, 2009)Nama Resmi : Sorbitan MonooleatNama lain: Span 80, (Z)-Sorbitan mono-9-octadecenoatePemerian : Cairan kental berwarna kuning, nilai asam 8.0, nilai hidroksil 190-210, nilai penyabunan 149-157 dan nilai HLB 4,3Kelarutan :Ester Sorbitan umumnya larut atau dapat terdispersi dalam minyak, dan juga larut dalam pelarut organik. Dalam air, meskipun tidak larut, namun umumnya terdispersi.Kegunaan :Sebagai surfaktan nonionik9. Setil alkohol (Rowe, 2009)Nama Resmi : Cetyl AlkoholNama lain: Setil alkoholPemerian: setil alkohol seperti lilin ,berbentuk serpihan putih granul atau kubus,berbau khas dan memiliki rasa yang lemah Kelarutan:Mudah larut dalam etanol (85%) kelarutannya meningkat dengan meningkatnya temperatur,dapat bercampur ketika dileburkan dengan lemak,parafin cair dan padat.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai emolient10. Trietanolamin (Rowe, 2009)Nama Resmi: TriethanolamineNama Lain:TEA, tealan, triethylolamine;, trihydroxytriethylamine, tris (hydroxyethyl) amine, trolaminum, dan 2,2,2-Nitrilotriethanol .RM / BM:C6H15NO3 / 149.19Pemerian:Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip bau amonia, higroskopik. Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol(96%)P,larut dalam kloroform P.Kegunaan: Sebagai bahan pengemulsi11. Tween 60 (Rowe, 2009)Nama resmi:Polysorbatum 60Nama lain:Polisorbat 60, tween 60, polioksietilen 20 stearat .Pemerian : Cairan kental, berwarna kuning.Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan :Sebagai emulgator12. Zink Oksida (Ditjen POM, 1995; Sweetman, 2009)Nama Resmi: Zinci OxidumNama lain:Zink OksidaPemerian:Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan; tidak berbau; lambat laun menyerap karbon dioksida dari udaraKelarutan:Tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam asam encerPenyimpanan : Dalam wadah tertutup rapatInkompatibilitas:Perubahan hitam telah dilaporkan saat zink oksida dan gliserol berkontak dengan adanya cahaya.Kegunaan: Zat Aktif

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Tempat/Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai selesai, di Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.B. Metode KerjaPenelitian ini dilakukan secara eksperimental yang merupakan penelitian laboratorium dengan menggunakan rancangan eksperimental sederhana. Terlebih dahulu dilakukan optimasi konsentrasi emulgator nonionik dan emulgator anionik yang akan digunakan dalam formula losio tabir surya. Setelah mendapatkan formula losio tabir surya yang stabil, dibuat formulasi losio tabir surya dari kombinasi zink oksida dan variasi konsentrasi minyak buah merah. Kemudian dilakukan uji efektivitas dengan menentukan nilai SPF dengan metode spektrofotometri UV serta evaluasi kestabilan losio meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran pH, tipe emulsi, volume kriming, viskositas,tipe aliran, ukuran dan distribusi tetes terdispersi.

44C. Bahan dan Alat1. Bahan yang digunakanBahan-bahan yang digunakan adalah air suling, alkohol, asam stearat, BHT, metil paraben, minyak buah merah, Na-CMC, propilen glikol, propil paraben, span 80, setil alkohol, tween 60, trietanolamin, dan zink oksida.2. Alat yang digunakanAlat-alat yang digunakan adalah cawan porselin, alat gelas, konduktometri, lemari pendingin, mikroskop, pengaduk elektrik, penangas air, pipet volume, pH meter, spektrofotometer, termometer, timbangan analitik dan viskometer Brookfield.D. Prosedur Kerja1. Penyiapan SampelMinyak buah merah yang digunakan diperoleh dari salah satu pabrik penghasil minyak buah merah yang berada di Wamena Papua.2. Rancangan Formula Losio Tabir Surya Losio tabir surya dibuat dengan menggunakan Minyak buah merah sebagai tabir surya kimia, zink oksida sebagai tabir surya fisika, Tween 60 dan span 80 sebagai surfaktan nonionik, asam stearat-tea sebagai surfaktan anionik, propilen glikol sebagai humektan, setil alkohol sebagai emolient, kombinasi metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet, serta BHT sebagai antiksidan tambahan. Formula selengkapnya dapat dilihat pada tabel.2 3. Optimasi Konsentrasi Emulgator yang digunakanUntuk mendapatkan losio yang stabil digunakan dua jenis emulgator, yaitu surfaktan nonionik dan anionik, yaitu tween 60 dan span 80 (nonionik) sedangkan anionik adalah Tea-Stearat. Untuk surfaktan nonionik dioptimasi dengan konsentrasi mulai 3-5 %, sedangkan surfaktan anionik dengan perbandingan 2:1 dengan konsentrasi asam stearat mulai 4 8%, trietanolamin dengan konsentrasi 2 4%. Formula selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.a. Optimasi konsentrasi emulgator Tween 60- Span 80Ditimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan. Dibuat fase minyak dengan meleburkan Span 80, propil paraben, BHT, setil alkohol dan minyak buah merah pada suhu 70oC diatas penangas air sambil diaduk. Dibuat fase air dengan memanaskan air, kemudian masukkan metil paraben, Na-CMC, tween 60, sambil terus diaduk pada suhu 70OC. Dibuat emulsi dengan memasukkan fase minyak kedalam fase air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan pengaduk elektrik hingga terbentuk emulsi. Sambil dilakukan pengocokan berselang selama 2 menit. Emulsi yang terbentuk dimasukkan dalam lumpang yang berisi dispersi zink oksida dengan propilen glikol, kemudian dihomogenkan secara perlahan.b. Optimasi konsentrasi emulgator Anionik TEA-StearatDitimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan. Dibuat fase minyak dengan meleburkan asam stearat, propil paraben, BHT, parafin cair, setil alkohol dan minyak buah merah pada suhu 70oC diatas penangas air sambil diaduk. Dibuat fase air dengan memanaskan air kemudian masukkan metil paraben, Na-CMC, dan TEA sambil terus diaduk pada suhu 70OC. Dibuat emulsi dengan memasukkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit kemudian diaduk dengan pengaduk elektrik hingga terbentuk emulsi. Sambil dilakukan pengocokan berselang selama 2 menit. Emulsi yang terbentuk dimasukkan dalam lumpang yang berisi dispersi zink oksida dengan propilen glikol, kemudian dihomogenkan secara perlahan.c. Pengujian Kestabilan Evaluasi kestabilan losio dilakukan dengan pengujian stabilitas dipercepat dengan menyimpan losio pada suhu 5OC dan 35OC secara bergantian masing-masing 12 jam selama 10 siklus. Kemudian diamati setiap siklusnya. Losio yang stabil jika tidak terjadi pemisahan.4. Pembuatan Losio Tabir suryaFormulasi losio yang stabil dari hasil optimasi diatas dipilih sebagai dasar formula untuk membuat losio dengan variasi konsentrasi minyak buah merah seperti yang tertera pada tabel 3.5. Pengujian Stabilitas FisikStabilitas fisik losio ditentukan dengan mengukur beberapa parameter fisika. Kemudian losio disimpan pada suhu 5OC dan 35OC secara bergantian masing-masing 12 jam selama 10 siklus untuk mempercepat penguraian. Setelah itu dilakukan pengukuran kembali beberapa parameter fisika, yang nantinya akan dibandingkan perbedaannya secara statistik untuk memperoleh losio dengan kestabilan yang optimal. Beberapa parameter fisika tersebut adalah sebagai berikut: a) Pemeriksaan OrganeoleptisOrganeoleptik meliputi warna, konsistensi dan bau sediaan emulsi b) Pengujian HomogenitasPengujian homogenitas ini dilakukan dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan secara visual.c) Pengukuran pHpH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 4, pH 7 dan pH 10. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, dan dicatat nilai pH yang muncul dilayar.d) Pengujian tipe emulsiPenentuan tipe emulsi dengan menggunakan metode hantaran listrik, yaitu emulsi yang telah dibuat dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam wadah kemudian diuji daya hantarnya dengan multimeter. Apabila jarum bergerak maka tipe emulsi adalah m/a dan sebaliknya apabila jarum tidak bergerak maka tipe emulsi yang terbentuk adalah a/m.e) Penentuan volume kriming Emulsi sebanyak 50 ml ditempatkan dalam gelas ukur dan ditutup kemudian disimpan pada kondisi dipaksakan yaitu suhu 5OC dan 35OC secara bergantian masing-masing 12 jam. Kemudian diamati volume kriming yang terbentuk setiap satu siklus hingga siklus kesepuluh.f) Pengukuran viskositas dan penentuan tipe aliran emulsi Pengukuran viskositas sediaan emulsi dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan viskometer brokfield. Sedangkan penentuan tipe aliran emulsi dilakukan dengan mengukur viskositas sediaan pada berbagai kecepatan yaitu 2, 5, 10, 20, 30, 50 dan 100 rpm. Kemudian dari data tersebut dihitung kecepatan geser dan tekanan geser diplotkan membentuk rheogram untuk mengetahui tipe aliran yang terbentuk.g) Pengamatan tetes terdispersiPengamatan tetes terdispersi sediaan emulsi dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Pengamatan dilakukan dengan meneteskan emulsi pada objek gelas , kemudian ditutup dengan deck glass. Setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40 x 10.5. Uji Efektifitas SediaanPenentuan efektifitas sediaan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:Lebih kurang 1 gram bahan uji, ditambahkan etanol hingga 100 ml, kemudian disaring (Enceran I). Diencerkan 5,0 ml Enceran I dengan etanol hingga 25 ml (Eceran II). Setelah itu, diukur nilai absorbansi pada panjang gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm, gunakan etanol sebagai blanko. Nilai SPF ditentukan dengan persamaan :Log SPF= FK XDimana: EE:spektrum efek eritemaI:Spektrum intensitassurya; Abs :Absorban dari produk tabir surya;FK:Faktor koreksi 6. Analisis DataData hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences version 17.00) .

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moh. (2000). Farmasetika. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Ansel, C. Howard. (1989). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi keempat. UI Press. Jakarta

Ball, G. F. M. (2004). Vitamins: Their Role in The Human Body. Blackweel Publishing. London.

Ardie, Ari Muhandari. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam mencegah Penuaan. Medicinus. 24. Hal 5

Budi, I Made. (2005). Kajian Kandungan Zat gizi dan Sifat Fisiko Kimia berbagai jenis minyak buah merah (Pandanus conoideus. Lam.) Hasil Ekstraksi Secara Tradisional. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budi, I.M., F.R. Paimin. (2005) Buah Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Banker. (1979). Modern Pharmaceutical. Marck Publishing Company. Easton: Pennsylvania.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.

Febriana, Ellin., Gozali, Dolih., Rusdiana, Taofik. (2007). Formulasi Sediaan Emulsi Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Sebagai Produk Antioksidan Alami. Universitas Padjajaran, Bandung.

Gennaro Alfonso, et. al. (2005). Remington the science and practice of pharmacy. Lipincot William. Philadelphia.

Lestari, Tutut M. (2002). Tabir Surya, Jangan Tinggalkan Rumah Tanpanya. Diakses 25 Maret 2012: http://www.cyberwoman.com.Lachman L., Lieberman H. A., Kaning J. L. (1985). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Penerbit UI-Press, Jakarta.

Lachman L., Lieberman H. A., Kaning J. L. (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Jilid Ketiga, Penerbit UI-Press, Jakarta.

Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex Principle and Practice of Pharmaceutics, Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press, London.

Martin, A., (1993).Farmasi Fisik. UI Press, Jakarta.

Martin, W. (1971). Dispensing of Medication 7th edition. USA : Marck Publishing Company.

Nguyen, N., & Rigel, D.S. (2005). Photoprotection and the Prevention of Photocarcinogenesis. In Sunscreens : Regulation and Commercial Development. Third Edition. Department of Dermatology, New York University School of Medicine. New York. USA.

Paye, March., Barel, Andre O., Maibach, Howard I., (2001). Handbook Of Cosmetic Science And Technolog, second edition. Marcel dekker. Switzerland.

Paye, March., Barel, Andre O., Maibach, Howard I. (2009). Handbook Of Cosmetic Science And Technolog, Third edition. Marcel dekker. Switzerland.

Rieger, M.M. (2002).Harry's Cosmeticology. 8th Ed. Chemical Publishing. New York.

Swarbrick, James. (2007). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume I. Pinehurst, North California USA : Informa Healtcare.Taher, Achmad., Repasi, Mery S. (2008). Aktivitas Antioksidasi Minyak Buah Merah Dari Kultivar Pandanus conoideus L. yang berbeda. Universitas Negri Papua. Manokwari.

Torres, Lopez, et al. (1998). Topical Application Of -Tocopherol Modulates The Antioxidant Network And Diminishes Ultraviolet-Induced Oxidative Damage In Murine Skin. British Journal of Dermatology, 138, 207-215.

Tranggono, R., I. (2007). Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Winarsih, Hery. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius.Jakarta.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6rd edition. Pharmaceutical Press. American Pharmaceutical Association.

Sweetman, Sean C. (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. Thirty-sixth edition. Pharmaceutical Press. London, Inggris.

Zink Oksida & Minyak Buah MErah

Optimasi Konsentrasi Emulgator

Emulgator Anionik Sabun Amiin (2:4%);(3:6%);(4:8%)Emulgator Non ionik (3-5%)

Pengujian stabilitas (Stress Condition)

Formula Yang Stabil

Zink Oksida&Minyak Buah Merah 1 %Zink Oksida&Minyak Buah Merah 1,5%Zink Oksida&Minyak Buah Merah 0,5 %

Pengujian efektifitasEvaluasi stabilitas fisika

Pengumpulan dan Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan Gambar 2. Skema Kerja

Penimbangan Bahan

Fase AirAir sulingMetil parabenNa-CMCTrietanolamin

Fase minyakAsam stearatSetil alkoholPropil parabenBHTMinyak buah merah

Dipanaskan padaSuhu 700CDipanaskan padaSuhu 700C

Losio emulsi M/A

Penambahan Dispersi zink oksida dalam propilan glikol

Evaluasi Losio

Gambar 3. Skema kerja pembuatan formula dengan emulgator anionikPenimbangan Bahan

Fase AirAir sulingMetil parabenNa-CMCTween 60

Fase minyakSpan 80Setil alkoholPropil parabenBHTMinyak buah merah

dipanaskan pada dipanaskan pada Suhu 700C suhu 700C

Losio emulsi M/A

Penambahan dispersi zink oksida dalam propilan glikol

Evaluasi Losio

Gambar 4. Skema kerja pembuatan formula dengan emulgator nonionik

Sediaan losioPengukuran Parameter Fisika

Viskositas & Tipe AliranTetes TerdispersiTipe emulsipHHomogenitasOrganoleptis

Stabilitas dipercepatVolume kriming

Pengukuran Parameter Fisika

Gambar 5. Skema Kerja Evaluasi LosioTabel 2. Rancangan Formula Losio tabir surya pada optimasi konsentrasi emulgator.

NoBahanKonsentrasi (%)

ab

a1a2a3b1b2b3

1.Zink Oksida151515151515

2.Minyak Buah Merah0,50,50,50,50,50,5

3Propilen glikol101010101010

4.Setil alkohol222222

5.Na-CMC111111

6.Tween 60345---

7.Span 80345---

8.Asam Stearat---468

9.Trietanolamin---234

10.Metil Paraben0,180,180,180,180,180,18

11.Propil paraben0,020,020,020,020,020,02

12.BHT0,010,010,010,010,010,01

13.AquadestAdd 100 mlAdd 100 mlAdd 100 mlAdd 100 mlAdd 100 mlAdd 100 ml

Tabel 3. Rancangan Formula Losio tabir surya dengan variasi konsentrasi minyak buah merah.

NoNama ZatKonsentrasi (%)

IIIIII

1Zink Oksida151515

2Minyak buah merah0,511,5

3Bahan tambahanHasil Optimasi

Gambar 6. Pohon Buah Merah (a) Buah Merah (b) dan Minyak Buah Merah (c)