1112016200071 i o do metri
DESCRIPTION
iodimetriTRANSCRIPT
JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK 2
“Titrasi Iodimetri dari Asam Askorbat dalam Tablet Vitamin C”
Senin, 21 April 2014
Disusun Oleh:
Selvia Dewi Setyani
1112016200071
Kelompok 4
Hanna Aulia
Nur Hikmah
Siti Ipah Masripah
Wiwiek Anggreini
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
I. Abstrak
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul
C6H8O6.Titrasi iodimetrik dapat dilakukan dari asam askorbat yang terkandung didalam tablet
vitamin C. Asam askorbat yang biasa kita kenal sebagai vitamin C merupakan senyawa yang
sangat penting bagi kesehatan tubuh, di antaranya adalah sebagai anti oksidan. Asam askorbat
tidak dapat disintesis dalam tubuh. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Vitamin C sangat mudah larut dalam air. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter, dan
benzena. Sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Penentuan ini dilakukan dengan
menggunakan larutan I2 0,1N sebagai titran. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam
erlenmeyer berubah warna menjadi biru kehitaman, warna biru kehitaman yang dihasilkan
merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir. Titrasi
dalam percobaan kali ini dilakukan duplo, sehingga didapatkan hasil titrasi pertama volume iodin
sebanyak 0,5 ml dan volume iodin pada titrasi kedua yaitu 0,5 ml. Dalam 0,002M vitamin C
didapat kadar vitamin C dalam vitacimin yaitu 1,435% atau sebesar 143,5 mg/ 100 g.
II. Pendahuluan
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul
C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan
mencair pada suhu 190-192°C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam
alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzena,
eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika
terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya. Di dalam larutan, gugus hidroksil pada atom
C3 sangat mudah terionisasi (pk1 = 4,04 pada 25oC dan memberikan nilai pH 2,5) sedangkan gugus
hidroksil pada atom C2 lebih tahan terhadap ionisasi dan mempunyai pk2 = 11,4. (USU,2011)
Vitamin C dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan menggunakan reaksi oksidasi
reduksi. Reaksi redoks ini lebih baik dibandingkan dengan titrasi asam basa karena banyak
kandungan bahan pangan yang bersifat asam atau basa yang mengganggu pada titrasi asam basa
tetapi tidak mengganggu pada oksidasi vitamin C dengan iodium. Kelarutan iodium meningkat
dengan pengompleksan dengan iodida membentuk triiodida. Pada awal titrasi, adanya vitamin C
menyebabkan triiodida berubah menjadi ion iodida, sehingga tidak terbentuk kompleks iod-amilum
dan warna biru kehitaman tidak terbentuk. Ketika semua vitamin C telah teroksidasi, secepatnya
triiodida bereaksi dengan amilum sehingga terbentuk warna biru kehitaman (USU, 2011).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan
indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan
sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan
larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua
Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan
larutan berwarna biru gelap. Reaksi Vitamin C dengan iodin adalah sebagai berikut :
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+ …….…(2.1) dengan persamaan kesetimbangan titrasi pada reaksi redoks :
M vitC x V vitC = M iodin x V iodin g vitC
BMvitCX VvitC = Miodin X Viodin
g vitC = Miodin X Viodin X BMvitC ……..(2.2)
dengan MvitC : Molaritas larutan vitamin C
VvitC : Volume larutan vitamin C
Miodin : Molaritas larutan iodin
Viodin : Volume larutan iodin
gvitC : Kadar (gram) vitamin C
BMvitC : Berat molekul vitamin C (Pratama, dkk., 2011)
Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134mol/liter pada 250C) namun larut cukup banyak dalam
larutan-larutan yang mengandung ion iodida. Iodin membentuk kompleks triodida dengan iodida,
I2 + I- I
3
dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 250C. suatu kelebihan kalium iodida ditambahkan
untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodin. Biasanya sekitar 3 sampai 4%
berat KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N, dan botol yang mengandung larutan ini disumbat
dengan baik.(Underwood,2002 : 296)
Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak merkurium(I), merkurium
(II), tembaga (I), dan timbel iodida adalah garam-garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi
ini dapat dipelajari dengan larutan kalium iodida, KI 0,1M.(Shevla,1985 : 350)
Sistem redoks iodin (triiodida)-iodida3,
I3+ 2e 3I-
Mempunyai potensial standar sebesar +0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi
yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Di
lain pihak, ion iodida adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih kuat, sebagai contoh daripada
ion Fe(II). Dalam proses-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi
(iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri). Dapat dikatakan
bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi untuk titrasi langsung
dengan iodine.Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-
substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin
adalah tiosulfat, arsenik(III), antimoni(III), sulfida, sulfit, timah(II), dan ferosianida. Kekuatan
reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari beberapa substansi ini tergantung pada konsentrasi ion
hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan
penyesuaian pH yang repot (Underwood, 2002 : 296).
Warna dari sebuah larutan iodin 0,1N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai
indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-
zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam
mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari
kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin-kanji bertindak
sebagai suatu tes yang amat sensitive untuk iodin. Mekanisme pembentukan kompleks yang
berwarna ini tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul-molekul iodin tertahan
dipermukaan 𝛽 − amylose, suatu konstituen dari kanji. Larutan-larutan kanji dengan mudah
didekomposisinya oleh bakteri, dan biasanya sebuah substansi, seperti asam borat, ditambahkan
sebagai bahan pengawet (Underwood, 2002 : 297).
III. ALAT,BAHAN dan METODE
A. Material
Alat:
Gelas ukur
Neraca analitik
Batang pengaduk
Pipet tetes
Labu erlenmeyer
Statif dan klem
Buret
Corong gelas
Kertas sampul
Gelas kimia
Mortar dan Alu
Kaca arloji
Bahan:
Tablet vitamin C 0,5 gram
Aquades
Larutan H2SO4 10%
Indikator amilum (Na2S2O3)
Larutan iodin
B. Metode
1. Haluskan tablet Vitamin C
2. Timbang bubuk halus vitamin C sebanyak 0,5 gram
3. Masukkan 0,5 gram vitamin C tersebut kedalam gelas kimia, dan larutkan dengan 100 ml aquades
(ini untuk 4 kelompok)
4. Perkelompok mengambil larutan vitamin C tadi sebanyak 10 ml
5. Larutan vitamin C sebanyak 10 ml ini diencerkan sampai 100 ml dengan aquades
6. Ambil larutan vitamin C yang sudah diencerkan tersebut sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam
labu erlenmeyer
7. Tambahkan dengan H2SO4 10% sebanyak 5 ml ke dalam labu erlenmeyer
8. Tambahkan dengan indikator amilum sebanyak 20 tetes ke dalam labu erlenmeyer
9. Selanjutnya dititrasi dengan larutan iodin (lakukan titrasi duplo).
IV. HASIL PENGAMATAN
Data pengamatan
Massa Vitamin C 0,5 gram
Volume Vitamin C 25 ml
Molaritas Iodin 0,1 M
Volume H2SO4 5 ml
Volume Indikator Amilum 1 ml = 20 tetes
Volume titrasi iodin pertama 0,5 ml
Volume titrasi iodin kedua 0,5 ml
Volume rata-rata titrasi 0,5 ml
- Persamaan Reaksi
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+
2 I- + 2 H2SO4 → I2↑ + SO4
6 I- + 4 H2SO4 → 3 I2↑ + S↓ + 3 SO4 + 4 H2O
- Perhitungan
M vitC x V vitC = M iodin x V iodin
M vitC x 25 ml = 0,1 M x 0,5 ml
M vitC = 0,002 M
A (kesetaraan I2 dengan vitamin C murni) = 500/1,4 = 357,14
W (massa cuplikan) = 0,5 gram = 500 mgram
Kadar Vitamin C (%) = 0,5𝑥
100
25𝑥357,14
500x 100%
= 1,435 %
= 143,5 mgram/100 gram
V. PEMBAHASAN
Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan
fungsi biologis yang lain bagi mahluk hidup. Berhubung vitamin tidak disintesa dalam tubuh maka
vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi. Vitamin C telah banyak dikenal berkaitan
dengan perlindungan terhadap flu. Buah yang kaya akan vitamin C merupakan antioksidan kuat
yang dapat melindungi DNA selular dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin C atau asam askorbat
mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak
berwarna, titik cair 190-192oC, bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang
mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene.
Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi.
Askorbat ditemukan dalam banyak buah-buahan dan sayuran (75). Buah-buahan dan jus jeruk, kaya
sumber terutama vitamin C.
Vitamin C atau asam bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol
yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic
yang pada umumnya dapat melarutkan lemak.Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan
larutan amilum 1% sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi
iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat,
sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga
penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada
penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sampel dilakukan dengan menggunakan
metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C dapat bereaksi
dengan iodin. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,1 N sebagai titran. Sampel
yang dipergunakan saat praktikum adalah vitacimin. Titrasi kali ini menggunakan indikator amilum.
Sebelum titrasi dimulai, larutan iodin masih tertutup rapat dibotol. Ketika akan dilakukan titrasi maka
untuk menuangkan larutan iodin ini ke dalam buret harus dalam ruangan tertup (yang gelap), dan
sebelumnya buret sudah ditutupi atau dilapisi terlebih dahulu dengan kertas sampul. Hal ini bertujuan
agar larutan iodin tidak terkena cahaya. Larutan iodin paling baik jika diawetkan dalam botol kecil
yang bersumbat kaca. Larutan ini harus diisi hingga penuh dan disimpan di tempat yang gelap dan
dingin. Kalau larutan iodin terkena cahaya, akan mudah teroksidasi. Sampel vitamin C yang
digunakan sebanyak 0,5 gram dan dilarutkan dengan 100 ml air,, lalu diambil 10 ml dan diencerkan
lagi dengan air sampai volumenya menjadi 100ml, lalu diambil 25 ml saja yang dipakai untuk
dititrasi. Selanjutnya larutan vitamin C tersebut ditambah H2SO4 dan menggunakan indikator
amilum. Setelah semua sudah siap, langsung dititrasi dengan larutan iodin. Proses titrasi dilakukan
sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi biru, warna biru yang dihasilkan
merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir. Akan
tetapi, pada praktikum yang telah dilakukan, tidak terbentuk warna biru yang menandakan titik
akhir titrasi. Hasil titik akhir titrasi yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan
menjadi warna biru kehitaman setelah dititrasi beberapa tetes dimana warna biru kehitaman ini
menandakan titik akhir titrasi. Dalam 0,002M vitamin C didapat kadar vitamin C dalam vitacimin
yaitu 1,435% atau sebesar 143,5 mg/ 100 g.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Iodimetri adalah suatu metode titrasi secara langsung dimana yang menjadi penitrasinya adalah
iodinnya langsung.
2. Titrasi yang dilakukan menggunakan indikator amilum.
3. Hasil titik akhir titrasi yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna
biru kehitaman.
4. Hasil titrasi pertama volume iodin yang digunakan sebanyak 10 ml, sedangkan yang kedua
sebanyak 9 ml.
5. Kadar vitamin C pada vitacimin adalah 1,435% atau sebesar 143,5 mg/100g.
V. Referensi JR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi ke Lima.
Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.
Pratama, A., dkk. 2011. Aplikasi Labview sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan
Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. http://eprints.undip.ac.id/25483/1/ML2F003483.PDF .
Diakses pada hari Kamis, 24 April 2014 pada pukul 19.00 WIB.
USU. 2011. Vitamin C. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26837/4/Chapter%20II.pdf .
Diakses pada hari Kamis, 24 April 2014 pada pukul 20.00 WIB.