11047-7-574670934653

18
Modul 7 Perencanaan Sumber Daya Manusia Lanjut Telah disebutkan sebelumnya bahwa langkah pertama dalam pengelolaan biaya proyek adalah membuat perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk penlgadaan sumber daya, baik berupa sumber daya manusia maupun bukan sumber daya manusia, seperti material dan peralatan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan perencanaan sumber daya adalah proses mengdentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber pemborosan. Modul ini akan membahas topik tersebut di atas, yakni mencakup produktivitas tenaga kerja, perkiraan tenaga kerja periode puncak, perkiraan tenaga lapangan dan engineering, serta perencanaan sumber daya non-SDM. Di samping itu, juga disajikan beberapa data dan grafik hasil penelitian G. J. Ritz, J. A. Bent, dan A. E. Kerridge yang erat relevansinya dengan perkiraan jumlah tenaga kerja proyek. 7.1 Profil Produktivitas Dalam hubungan ini dikenal pola umum yang menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya produktivitas tenaga kerja (direct labor) selama tahap konstruksi, seperti terlihat pada Gambar 7-1. Bila keadaan fisik lapangan dan jadwal konstruksi telah diketahui, maka profil tersebut hendaknya segera dibuat dan selanjutnya diadakan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK

Upload: bom-boman

Post on 14-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

Modul 6

Modul 7Perencanaan Sumber Daya Manusia LanjutTelah disebutkan sebelumnya bahwa langkah pertama dalam pengelolaan biaya proyek adalah membuat perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk penlgadaan sumber daya, baik berupa sumber daya manusia maupun bukan sumber daya manusia, seperti material dan peralatan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan perencanaan sumber daya adalah proses mengdentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber pemborosan. Modul ini akan membahas topik tersebut di atas, yakni mencakup produktivitas tenaga kerja, perkiraan tenaga kerja periode puncak, perkiraan tenaga lapangan dan engineering, serta perencanaan sumber daya non-SDM. Di samping itu, juga disajikan beberapa data dan grafik hasil penelitian G. J. Ritz, J. A. Bent, dan A. E. Kerridge yang erat relevansinya dengan perkiraan jumlah tenaga kerja proyek.

7.1Profil Produktivitas

Dalam hubungan ini dikenal pola umum yang menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya produktivitas tenaga kerja (direct labor) selama tahap konstruksi, seperti terlihat pada Gambar 7-1. Bila keadaan fisik lapangan dan jadwal konstruksi telah diketahui, maka profil tersebut hendaknya segera dibuat dan selanjutnya diadakan penyesuaian (up-dating) berdasarkan masukan-masukan hasil implementasi sesungguhnya. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.A.Mobilisasi

Pada tahap awal ini yang berlangsung 10 - 15 persen dari masa konstruksi, produktivitas berkurang (+/-10 persen). Hal ini karena para pekerja memerlukan masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menanjak (build-up) seringkali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan, sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.B.Periode Puncak

Pada masa ini dicapai produktivitas optimal, jumlah tenaga kerja tidak bertambah dan telah terbiasa (familiar) dengan pekerjaan maupun kondisi medan atau lapangan yang dihadapi.C.Periode Menurun

Menjelang akhir konstruksi, produktivitas cenderung menurun, terutama disebabkan oleh:

Kurang tepatnya perencanaan. Misalnya; masa kontrak kerja belum berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja. Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja berikutnya.

Terlambatnya demobilisasi. Sering dijumpai penyelia ingin menahan pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan.Bila faktor tersebut telah diperhitungkan jauh sebelumnya, maka dapat direncanakan pendekatan pengelolaan yang sebaik-baiknya.

Gambar 7-2 memperlihatkan bagaimana proses mengkaji produktivitas tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap biaya dan jadwal proyek. Langkah pertama adalah mencoba mencari data dan informasi terakhir mengenai angka indeks produktivitas di daerah proyek Kemudian diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi indeks tersebut, dengan melihat kondisi fisik lokasi atau lapangan proyek sesungguhnya, serta menganalisis faktor-faktor yang nantinya mungkin diberlakukan terhadap proyek (applicable). Bila dari kondisi sifat-sifat tersebut telah dapat diperkirabesarnya angka produktivitas, selanjutnya angka ini dipakai untuk menghitung keperluan total tenaga kerja, berikut fasilitas (perumahan sementara, transportasi, catering, dan lain-lain). Sementara itu, program peningkatan keterampilan dan pelatihan perlu diperhatikan, karena dapat menaikkan produktivitas mereka secara efektif.

Gambar 7-2 Faktor produktivitas dan perencanaan SDM7.2Perkiraan Tenaga Kerja Periode Puncak

Periode puncak (peak) adalah periode yang paling sibuk, dalam arti paling banyak memerlukan tenaga kerja. Pengetahuan mengenai seberapa besar tenaga kerja puncak dan berapa lama periodenya berguna bagi perencanaan kapasitas fasilitas penampungan, transportasi, dan akhirnya arus dana (cash flow) pembiayaan proyek.A. Grafik Lonceng

Cara paling sederhana memperkirakan keperluan tenaga kerja puncak ialah dengan metode empiris, yaitu pertama-tama menghitung keperluan rata-rata, (garis lurus), kemudian memakai kurva lonceng atau genta (bell) di mana puncaknya berada sekitar 1,5 - 1,7 kali keperluan rata-rata, seperti terlihat pada Gambar 7-3. Total tenaga kerja proyek = luas area di bawah kurva lonceng = luas segiempat ABCD.

Jadi, untuk contoh pada gambar tersebut, keperluan tenaga kerja puncak adalah (1,6) x (350) = 560. Perlu dicatat bahwa pada kenyataannya jarang terjadi grafik lonceng yang ideal seperti pada gambar tersebut, tetapi memiliki "benjolan" ke depan atau ke belakang yang disebut front loaded dan back loaded. Kedua-duanya tidak menguntungkan. Front loaded menunjukkan ketidaktepatan hasil guna karena terlalu banyak tenaga dibanding tersedianya pekerjaan. Sedangkan keadaan back loaded menggambarkan adanya kenaikan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengejar jadwal, yang umumnya menaikkan biaya proyek secara keseluruhan (cost-overrun).Jumlah Tenaga Kerja

Kurun waktu (bulan)Catatan:Luas ABCD = Luas AED

Tingg (a + b) = 1,5 atau 1,7 kali tinggi (b)Gambar 7-3 Memperkirakan keperluan jumlah tenaga kerja puncak dengan grafik lonceng.

B. Metode Trapesium

Bila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan angka keperluan puncak. Di samping itu, metode ini juga memberikan keterangan berapa lama masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut.

Mulai dari titik awal (nol) naik sebagai garis miring. Periode ini disebut periode menanjak (build up period). Kemudian setelah sampai di puncak, arahnya menjadi mendatar, dan disebut periode puncak (peak period). Akhirnya menurun (run down) sampai proyek selesai.Pendekatan di atas menghasilkan bentuk segiempat trapesium, seperti terlihat pada gambar 7-4. Luas trapesium sama dengan total lingkup proyek.

Metode trapesium memakai angka-angka yang berbeda antara tahap desain-engineering dan tahap konstruksi.1. Periode Puncak Tenaga Kerja Desain-Engineering

Di sini dipakai anggapan bahwa AD pada Gambar 7-4, adalah total kurun waktu kegiatan desain-engineering, pembelian material, dan peralatan (termasuk waktu pabrikasi), sampai tersedia di lokasi proyek. Jadi, berlangsung dari mulai sampai hampir akhir tahap implementasi fisik. Dari pengalaman, angka-angka yang umum untuk a, b, dan c adalah sebagai berikut :

a = 20%; b = 20%; c = 60%

Gambar 7-4 Memperkiraan keperluan tenaga kerja dengan metode trapesium2. Periode Puncak Tenaga Kerja KonstruksiUntuk perkiraan tenaga kerja konstruksi, AD dianggap baru mulai setelah kegiatan proyek mencapai 20-30 persen, karena menunggu sampai sebagian pekerjaan desain engineering selesai dan beberapa material yang diperlukan tiba di lokasi proyek.

Dari data empiris, perbandingan antara a, b, dan c adalah sebagai berikut.

a:b:c=50%:25%:25%=2:1:1

Gambar 7-5 Memperkirakan tenaga kerja konstruksi dengan metode trapesiumDengan cara seperti menghitung tenaga kerja desain-engineering dan pembelian, bila diketahui besar lingkup kegiatan konstruksi dan kurun waktu penyelesaiannya, maka dapat dihitung berapa besar jumlah tenaga kerja puncak dan berapa lama berlangsungnya.C. Profil Tenaga Kerja Konstruksi

Untuk proyek industri proses, profil tenaga kerja konstruksi umumnya mengikuti pola tertentu, seperti terlihat dalam Gambar 7-6. Dalam gambar tersebut, tenaga kerja konstruksi dikelompokkan menjadi tukang kayu, tukang besi, tukang pipa (termasuk instrumen dan tukang las), tukang bejana, listrik, dan buruh pembantu (helper). Masing-masing disiplin memiliki periode puncak yang berbeda. Misalnya, tenaga kerja pemasang pipa di awal konstruksi tidak menunjukkan kenaikan yang tajam, baru setelah pemasangan peralatan (process and utility equipment) berlangsung diperlukan jumlah besar tukang pipa guna memasang pipa penghubung (process piping) peralatan yang bersangkutan, diikuti oleh pekerjaan memasang instrumen dan listrik. Faktor lain yang perlu diperhatikan pada grafik tersebut adalah terjadinya kenaikan tajam pada waktu yang relatif pendek, seperti pekerjaan pipa dan listrik. Bila tidak direncanakan secara tepat, hal ini dapat menyebabkan kesulitan penyediaan fasilitas sementara konstruksi dan juga menurunkan produktivitas. Usaha yang sering ditempuh adalah menggeser late start dan late finish jadwal berbagai komponen pekerjaan. Dapat pula dipertimbangkan penggunaan subkontraktor jangka pendek untuk menghadapi kenaikan pekerjaan yang tajam tersebut. Jenis pekerjaan konstruksi yang seringkali dapat diserahkan kepada subkontraktor adalah pemipaan, listrik, pengelasan, pengecatan, isolasi, dan instrumen. Bila usaha tersebut dilakukan, maka penyelia lapangan dan personil kontrol proyek dari kontraktor utama harus aktif memantau kemajuan dan kinerja pekerjaan serta melaksanakan administrasi subkontrak. Sistematika membuat perkiraan dan perencanaan tenaga kerja konstruksi untuk proyek gedung yang berupa grafik histrogram disajikan pada Gambar 7-9.Contoh Soal:

Hitunglah berapa besar tenaga kerja puncak dan lama periode puncak untuk desain-engineering dan pembelian, dengan total lingkup kerja sebesar 24.000 jam-orang dan jadwal penyelesaian 30 minggu. Perhitungan dengan metode trapesium!

Jawaban:

Untuk menjawab pertanyaan di atas, pertama-tama harus dihitung jam-orang efektif per bulan, artinya berapa jam-orang yang sungguh-sungguh produktif setiap bulan, misalnya 85 persen. Dengan 40 jam kerja seminggu maka jam orang yang produktif per bulan = (40) (0,85) (4,25) = 144,5 dibulatkan menjadi 145 jam. Dari perbandingan di atas a : b : c = 20 : 20 : 60, maka a + a + 3a = 5a = 30 minggu atau a = 6 minggu = (6) (7) atau (30) = 1,4 bulan. Dengan pengertian bahwa luas trapesium adalah sama dengan besar lingkup kerja, maka

24.000/145=(1,4)( )t + (1,4)t + (3)(1,4)()t

165=0,7t + 1,4t + 2,1 t

=4,2t

Diperoleh tenaga kerja puncak t = 165,5/4.2 = 39 orang, dan periode puncak BC = 1,4 bulan

Gambar 7-6 Profil tenaga kerja konstruksi.

(Sumber. G. J. Ritz," Total Construction-Project Management", 1994).

Gambar 7-7 Hubungan jam-orang engineering versus biaya proyek.D. Perkiraan Tenaga Kerja Engineering

Salah satu perkiraan yang sulit dalam merencanakan tenaga kerja adalah perkiraan tenaga kerja engineering. Hal ini disebabkan karena unsur ketidakpastian yang cukup tinggi dalam masalah memperkirakan jumlah beban tugas (work load) yang dihadapi di masa

mendatang. Umumnya jumlah tenaga kera' engineering perusahaan engineering ata konstruksi diperkirakan atas dasar data-da empiris, seperti terlihat di Gambar 7-7.

Cara lain adalah dengan mengguna metode trapesium, seperti dilukiskan Gambar 7-4.Tenaga Kerja Langsung dan Borongan

Persoalan utama dalam masalah tenaga kerja bagi kontraktor dan perusahaan-perusahaan sejenis, yang volume usahanya naik turun secara tajam, adalah bagaimana membuat keseimbangan antara jumlah kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah pekerjaan yang tersedia dari waktu ke waktu. Adalah tidak ekonomis untuk menahan atau memiliki sejumlah besar tenaga kerja pada saat volume pekerjaan sedang menurun ke tingkat yang rendah, dalam waktu yang panjang. Demikian juga seba

liknya, jika tersedia banyak pekerjaan, te. sulit mencari tenaga kerja proyek . mengerjakan konstruksi. Tenaga kerja d: termasuk yang bertugas mengerjakan ,r kasi di lapangan lokasi, seperti mem-ia: rebar, pemipaan (pipe spool), struktur :w

- ngga, dan lain-lain, yang jumlahnya . mencapai 6-10 kali tenaga di kantor : Dengan volume yang demikian besar (: LNG Arun Tahap I pada periode pe