1.1. tinjauan pustaka -...

54
BAB II PEMBAHASAN 1.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hukum Perlindungan Konsumen Salah satu tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia adalah untuk menngkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, baik materiil ataupun spiritual, yaitu dengan tersediannya kebutuhan pokok, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan serta kecerdasan bangsa merupakan wujud dari pembangunan yang diwujudkan oleh Pancasila. Dalam perwujudan tersebut maka perlu penyediaan terhadap barang dan jasa dengan kualitas yang baik. Hal tersbut akan memperjelas bahwa tiap-tiap warga negara mendapatkan hidup yang layak bagi kemanusiaan tanpa deskriminasi. Pertumbuhan serta perkembangan industri dan teknologi barang dan jasa menimbulkan dampak positif, antara lain, dapat disebutkan tersediannya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutu yang lebih baik, dan adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya, namun di lain sisi hal tersebut pula menimbulkan dampak negatif, yaitu dampak penggunaan yang salah serta di pengaruhi oleh prilaku bisnis yang timbul karena semakin ketatnya persaingan yang mempengaruhi masyarakat selaku konsumen. Berkaitan mengenai hal-hal di atas maka konsumen perlu dilindungi secara hukum dari kemungkinan kerugian yang dialaminya karena praktik bisnis curang antar pelaku usaha. Maka dari itu sangat pentinglah suatu peraturan perlindungan konsumen, dimana dalam pemahaman bahwa semua masyarakat adalah konsumen, maka melindungi konsumen berarti pula melindungi seluruh lapisan masyarakat. Perlindungan konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya hukum yang memberikan perlindungan kepada konsumen dari kerugian atas penggunaan produk barang dan jasa. Menurut peraturan perundang-undangan, Perlindungan Konsumen

Upload: lamthuan

Post on 14-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Hukum Perlindungan Konsumen

Salah satu tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia adalah untuk menngkatkan

kesejahteraan rakyat Indonesia, baik materiil ataupun spiritual, yaitu dengan tersediannya

kebutuhan pokok, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan serta kecerdasan

bangsa merupakan wujud dari pembangunan yang diwujudkan oleh Pancasila. Dalam

perwujudan tersebut maka perlu penyediaan terhadap barang dan jasa dengan kualitas yang

baik. Hal tersbut akan memperjelas bahwa tiap-tiap warga negara mendapatkan hidup yang

layak bagi kemanusiaan tanpa deskriminasi. Pertumbuhan serta perkembangan industri dan

teknologi barang dan jasa menimbulkan dampak positif, antara lain, dapat disebutkan

tersediannya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutu yang lebih baik, dan adanya

alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya, namun di lain sisi hal

tersebut pula menimbulkan dampak negatif, yaitu dampak penggunaan yang salah serta di

pengaruhi oleh prilaku bisnis yang timbul karena semakin ketatnya persaingan yang

mempengaruhi masyarakat selaku konsumen. Berkaitan mengenai hal-hal di atas maka

konsumen perlu dilindungi secara hukum dari kemungkinan kerugian yang dialaminya karena

praktik bisnis curang antar pelaku usaha. Maka dari itu sangat pentinglah suatu peraturan

perlindungan konsumen, dimana dalam pemahaman bahwa semua masyarakat adalah

konsumen, maka melindungi konsumen berarti pula melindungi seluruh lapisan masyarakat.

Perlindungan konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya

hukum yang memberikan perlindungan kepada konsumen dari kerugian atas penggunaan

produk barang dan jasa. Menurut peraturan perundang-undangan, Perlindungan Konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.1 Rumusan dalam pengertian Perlindungan konsumen pada Undang-

undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen diatas tersebut cukup memadai,

yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, Diharapkan

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan para

Konsumen atau pengguna jasa hanya demi kepentingan pelaku usaha.

Pemakaian barang dan atau jasa mempunyai implikasi yang sangat luas bagi kehidupan,

karenanya bentuk perlindungan yang diberikan harus meliputi segala sesuatu yang

memungkinkan konsumen tidak ada mengalami kerugian sedikitpun. Dalam pengertian

kerugian tersebut bukan hanya dilihat dari aspek jasmaniah semata, melainkan juga meliputi

aspek ruhaniyah, diantaranya, yaitu :

i. Perlindungan konsumen terhadap kemungkinan diserahkan barang dan atau jasa yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah sehingga haram hukumnya, kenyataan

bahwa tidak semua barang atau jasa dapat dikategorikan sebagai produk yang halal.

Karena itu, untuk mengarahkan konsumen kepada produk yang halal dan mencegah

pemakaian suatu produk yang haram, di perlukan adanya perlindungan hukum.

ii. Perlindungan konsumen terhadap kemungkinan di serahkan barang dan atau jasa

melalui proses yang tidak sesuai dengan perjanjian. Kenyataan bahwa untuk

mendapatkan keuntungan yang berlipat, produsen sering menetapkan syarat-syarat

perjanjian secara sepihak hingga tanpa memberikan kesempatan bagi konsumen untuk

menentukan pilihan. Dalam hal ini, konsumen hanya diberikan kesempatan untuk

menyepakati kontrak atau tidak sama sekali.2

Pada poin pertama mengartikan tujuan perlindungan cenderung pada persoalan halal

dan haram yang melekat pada barang dan atau jasa yang merupakan tanggung jawab

1 Pasal 1 angka (1) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2 Burhanuddin S., SH., M.Hum, Pemikiran hukum perlindungan konsumen dan sertifikasi halal,

(Malang: UIN-Maliki Press,2011) h.3

produsen, dan pada poin ke dua, mengartikan dengan menekankan pada bentuk perlindungan

konsumen dilihat dari aspek cara mendapatkan barang dan atau jasa yang tidak bertentangan

dengan prinsip perjanjian. Poin-poin tersebut berkaitan dengan tingkah prilaku atau norma

dan etika dalam kemajemukan masyarakat Indonesia dengan mengamalkan norma-norma

agama, etika, serta kaidah dalam kehidupan bernegara.

Kualifikasi peristiwa yang menimbulkan kerugian pada konsumen yang timbul karena

memakai atau mengonsumsi suatu produk, yang awal mula harus diketahui ialah apakah

kualifikasi hukum dari peristiwa yang menimbulkan kerugian itu, adakah hubungan

kontraktual atau tidak ada hubungan hukum di antara pihak. Dalam kualifikasi ini dapat di

saring, mana perbuatan yang merugikan akibat dari perbuatan wanprestasi, atau perbuatan

melawan hukum. Unsur mana yang terpenuhi dalam peristiwa yang menimbulkan kerugian.

Dalam hal terjadinya perbuatan Wanprestasi, harus menelaah adakah hubungan kontraktual

antara kedua pihak, apakah memenuhi syarat-syarat dalam unsur wanprestasi. namun dalam

kenyataan terkadang tidak mudah dilakukan, kalau ternyata ada hubungan kontraktual baik

dalam bentuk sederhana sekalipun antara pelaku usaha dan konsumen, maka langkah

berikutnya mencari atau mengumpulkan fakta-fakta sekitar terjadinya peristiwa yang

menimbulkan kerugian lalu mengkontruksikannya menjadi hubungan perjanjian/kontrak.

seperti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320. Unsur kedua

yaitu Perbuatan Melawan Hukum, Dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen,

khususnya menentukan tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen yang menderita

kerugian dari produk barang/jasa, maka fakta-fakta sekitar peristiwa yang menimbulkan

kerugian itu terlebih dahulu di kualifisir menjadi suatu perbuatan melawan hukum. Artinya,

harus dapat di tunjukan bahwa perbuatan pelaku usaha adalah perbuatan melanggar hukum,

baik itu berupa pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, atau pelaku usaha telah melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri, melanggar kesusilaan,

ataupun telah melakukan sesuatu yang bertentang dengan kepatutan dalam pergaulan hidup

bermasyarakat dalam menjalankan usahanya. Artinya harus di perhatikan fakta-fakta dan

kemudian di terjemahkan kedalam unsur-unsur tadi. Dengan hal lain, untuk dapat

mengkualifisir apakah telah terjadi pelanggaran yaitu dengan merumuskan kedalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

Apakah dalam peristiwa itu ada pelanggaran terhadap hak konsumen ?

Apakah dalam peristiwa itu pelaku usaha telah bertindak bertentangan dengan

kewajibannya menurut undang-undang ?

Apakah pelaku usaha telah melakukan pelanggaran terhadap norma-norma kesusilaan ?

Apakah pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang lalai mengambil langkah-langkah

dalam menjaga keselamatan konsumen.

2.1.2. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Berkaitan dengan pelanggaran yang menyababkan kerugian di atas, ada sejumlah asas

yang terkandung dalam usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Seperti

definisi perlindungan konsumen sebelumnya telah dijelaskan, perlindungan tersebut

dimaksud diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak terkait, masyarakat, pelaku

usaha, serta peran pemerintah berdasarkan lima asas, dimana tertuang di dalam Undang-

undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut

UUPK yaitu :3

i.Asas manfaat

ii.Asas keadilan

iii.Asas keseimbangan

iv.Asas keamanan dan keselamatan konsumen, serta

v.Asas kepastian hukum.

3 Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 2

Dalam pengertian dan atau tujuan dari asas tersebut Janos Sidabalok mengatakan: Asas

Manfaat mengamanatkan segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum

perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya

dapat bermanfaat bagi kehidupan berbangsa. Asas Keadilan, asas ini menghendaki

pengaturan dan penegakan perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha dapat

berlaku adil dalam perolehan hak dan penunaian secara seimbang. Asas Kesimbangan

dimaksud untuk memberi keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah dalam arti materiil dan pula spiritual.4 Asas keamana dan keselamatan konsumen

dimaksud untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaiaan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau

di gunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan

mendapatkan manfaat dari produk itu dan tidak akan mengancam ketentraman dan

keselamatan jiwa dan harta bendanya. Asas Kepastian Hukum Dimaksudkan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, dan negara menjamin kepastian hukum, artinya

asas ini mengaharapkan aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung didalam

undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masing-masing

pihak memperoleh keadilan.5

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui asas yang tertuang di dalam peraturan ini

ialah, Untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa, menumbuhkan kesadaran pelaku usaha

4 Asas keseimbangan ini juga dianut oleh undang-undang no.5 tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana terdapat pada pasal 2.

5 Janos Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

2014, h. 26-27

dalam pentingnya perlindungan terhadap konsumennya sehingga tumbuh sikap yang jujur

dan bertanggung jawab dalam berusaha, Meningkatkan kualitas usaha yang menjamin

kelangsungan usaha tersebut terhadap barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan,

keamanan dan keselamatan konsumen.

Berangkat dari pemahaman tersebut, penulis menjadikandikan sebagai pemahaman

dasar untuk menggagas lebih dalam apa tujuan dari suatu aturan perlindungan konsumen itu,

dan bagaimana polemik yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, Dalam penulisan sekripsi

ini, penulis mengangkat mengenai perlindungan konsumen terhadap tanggung jawab pelaku

usaha, dan peran serta pemerintah daerah Salatiga dalam praktek penyelenggaraan jasa

hiburan Karaoke Keluarga yang berasaskan keamanan dan keselamatan konsumen. Penting

sekali bila kita perhatikan dalam lingkungan daerah kota Salatiga ini dimana banyak nya

berdiri tempat hiburan karaoke keluarga. Namun kesadaran pemerintah serta lalai nya

perhatian dari pelaku usaha mengenai tempat hiburan yang mereka dirikan sangat tidak sesuai

dengan asas keamanan dan keselamatan tersebut. Terciptanya produk jasa hiburan ini apakah

sengaja menjadi obyek yang berbeda dengan tempat hiburan malam lainnya yang ada di

Salatiga, namun kegiatan usaha ini justru berjalan sama dengan tempat hiburan malam yang

tidak sesuai dengan norma serta etika masyarakat sekitar, dimana telah di uaraikan diatas

hukum perlindungan konsumen tercipta untuk melindungi seluruh lapisan masyarakat dimana

masyarakat tersebut tidak lain adalah konsumen yang dilindungi oleh hukum tersebut.

2.1.3. Perlindungan Konsumen Jasa Hiburan Karaoke Keluarga

Dalam penjelasan Hukum perlindungan konsumen sebelumnya, disebutkan bahwa

Konsumen di lindungi dalam Pembelian, penggunaan, Pemakaian, dan atau pemanfaatan

suatu produk barang dan atau jasa. Dalam Pasal angka 4 dan angka 5 UUPK di jelaskan

mengenai Barang atau jasa, Barang merupakan setiap benda baik berwujud maupun tidak

berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat

dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh

konsumen. Jasa Merupakan setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang

disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.6 Jelas bahwa obyek yang di

lindungi oleh hukum perlindungan konsumen disini berupa barang dan jasa sesuai dengan

definisi yang telah dijelaskan dalam UUPK tersebut.

Definisi dari Jasa hiburan karaoke keluarga memiliki pengertian yang sangat luas,

namun secara umum Jasa Hiburan karaoke keluarga sama saja seperti tempat hiburan karaoke

yang berkembang sekarang ini. Menurut Nugrahani dalam bukunya, Hiburan adalah segala

sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur

atau pelipur hati yang susah atau sedih7. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film,

opera, drama, ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan

sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya, Selain itu

terdapat tempat-tempat hiburan atau klab malam sebagai tempat-tempat untuk melepas lelah,

umumnya berupa hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke, opera. Karaoke sendiri

merupakan suatu wadah pelayanan jasa hiburan yang menyediakan tempat dan fasilitas

menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu, Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 507) Karaoke adalah salah satu jenis hiburan dengan menyanyikan lagu-

lagu populer dengan iringan musik yang telah direkam terlebih dahulu. Jadi Karaoke

merupakan suatu tempat hiburan, yang terdapat disuatu wilayah dengan fungsi sebagai media

hiburan bernyanyi, di iringi dengan musik yang sebelumnya telah direkam terlebih dahulu.

Hiburan Karaoke Keluarga masuk dalam kategori suatu jasa karena menyediakan

suatu tempat hiburan bagi keluarga dan pelayanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi

6 Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 4 dan angka 5.

7 Nugrahani, 2003. Budaya Lokal. Jakarta. Bina Aksara. Hlm.12

yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh calon pengguna jasa layanan

tersebut. Maka dari itu setiap konsumen yang akan menggunakan, memakai, dan atau

memanfaatkan layanan jasa tersebut dilindungi oleh hukum, memiliki hak-hak serta

kewajiban yang telah di tentukan oleh UUPK, dan peraturan yang terkait lainnya. Munculnya

media hiburan dengan penggunaan kata Family atau berikut disebut keluarga sangat lah jelas

mendefinisikan suatu wadah praktek hiburan yang sehat. Maka dari ini, penulis mendasari

penulisan skripsi, apakah media huburan ini beroprasi dengan berdasar peraturan yang ada,

atau hanya menjadi kedok bisnis agar tidak disamakan dengan karaoke lain, padahal dalam

prakteknya sama. Untuk itu kita perlu meluruskan suatu penyimpangan yang bertumbuh di

tengah-tengah masyarakat dengan melirik aturan-aturan perlindungan konsumen yang ada.

Perlindungan Konsumen jasa karaoke keluarga yang dimakasud ialah, perlindungan

terhadap Hak-hak para konsumen tempat hiburan karaoke keluarga, perlindungan mengenai

pemakaian, pemanfaatan, atau penggunaan jasa. Perlindungan dalam artian pelaku usaha

yang menyediakan tempat atau sarana hiburan karaoke keluarga harus sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, menyangkut keamanan, keselamatan, kenyamanan, serta

kesehatan dalam beroperasi tempat hiburan tersebut. Dalam menggunakan atau memakai

suatu jasa, seorang konsumen pasti memeriksa adanya suatu kekurangan dan atau kelebihan

dari jasa tersebut. Konsumen tidak menginginkan jasa yang tidak memenuhi standar mutu.

Apa yang menentukan konsumen akan puas, atau tidak puas terhadap suatu pemakaian jasa.

Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas suatu jasa dengan

mutu, kenyamanan, dan keamanan yang dirasakan oleh para konsumen itu sendiri. Untuk

melindungi Hak-hak Para konsumen dalam menggunakan jasa yang disediakan oleh para

pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajibannya berdasar pada peraturan perundang-

undangan. Pemberlakuan suatu peraturan perundang-undanganan, pada dasarnya dimaksud

untuk mengubah atau mengarahkan perilaku dan atau situasi tertentu, dari semula yang

dinilai tidak baik di pandang sebagai masalah menuju situasi yang ideal. Dengan kata lain,

menyelesaikan berbagai masalah yang ada, dengan melakukan perubahan-perubahan baik

terhadap perilaku maupun situasi tertentu, itulah yang pada dasarnya dijadikan sebagai

landasan mengapa suatu peraturan perundang-undangan diberlakukan.

Perlindungan yang berusaha penulis terangkan dan teliti ialah mengenai perlindungan

konsumen dalam konteks terhadap keamanan, keselamatan, serta mutu yang sesuai dengan

aturan perundang-undangan dan aturan-aturan yang terkait, apakah pelaku usaha telah

menjamin terpenuhinya asas keselamatan, dan keamanan yang telah tertuang dalam undang-

undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4 point a mengenai Hak atas

kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa. Hak

tersebut mencakup seperti yang dirumuskan oleh mantan Presiden Amerika Serikat JohnF.

Kennedy dalam pidatonya dihadapan kongres Amerika Serikat pada tahun 1962 yang

menggagas tentang perlunya perlindungan konsumen, dan menyebutkan salah satu dari empat

hak konsumen yang perlu mendapatkan perlindungan secara hukum, yaitu Hak Memperoleh

Keamanan (The Right To safety).8

2.1.4. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Hiburan Karaoke Keluarga.

Rumusan UUPK tentang pelaku usaha pada pasal 1 angka 3 disebutkan, Pelaku usaha

ialah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun

bukan badan hukum yang di dirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan di wilayah

Hukum Republik Indonesia, Baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Definisi diatas cukup

jelas penjelasan mengenai pelaku usaha tersebut agar mudah menjaring kesalahan dan

kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

konsumen yang menggunakan, memanfaatkan atau memakai barang dan/atau jasa, dan sesuai

8 Darus, M.1980. Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku (Standar). Symposium

Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen. BPHN.16 Oktober 1980.Binacipta. Jakarta.

tujuan yang dituju oleh UUPK dimana untuk meningkatkan mutu, dan daya saing pelaku

usaha secara lebih kompotitif dapat diwujudkan.

Dalam UUPK tidak semata-mata perlindungan hanya di khususkan pada konsumen

saja, namun peraturan menyangkut perlindungan terhadap pelaku usaha pula. Peraturan ini

memberi suatu kepastian hukum kepada konsumen serta pelaku usaha. Dimana telah di

jelaskan sebelum terhadap konsumen, begitupun Pelaku usaha yang memiliki Hak dan

Kewajiban, yang diatur dalam UUPK yakni terdiri dari :

Hak Pelaku Usaha

o Hak Untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan

nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

o Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik.

o Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen.

o Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak di akibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

o Dan Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan lainnya.

Kewajiban Pelaku usaha :

o Beritikad baik melakukan kegiatan usahanya.

o Menberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan

pemeliharaan.

o Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

o Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang da/atau jasa yang berlaku.

o Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian barang/jasa yang diterima atau

dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

Dari ketentuan yang di atur mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha ini

berketentuan yang saling berkaitan dimana kewajiban yang harus di lakukan oleh pelaku

usaha di imbangi dengan hak-hak yang harus di lindungi pula. Dengan itu jika terjadi

kesalahan, kelalaian yang merugikan pihak konsumen dapat dengan mudah untuk

mendiagnosa apakah ada kelalaian atau kesalahan dari pelaku usaha yang melanggar

peraturan.

Mendasar dari itu penulis berusaha melakukan penelitian terhadap tempat hiburan

karaoke keluarga yang memiliki tingkat perlindungan yang kurang memadai, atau tidak

mendasar pada peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menyangkut keamanan,

keselamatan serta mutu yang di tawarkan oleh pelaku usaha yang menimbulkan kerugian dari

pihak konsumen. Dimana ada kelalaian dari pelaku usaha terhadap beroprasinya tempat

hiburan jasa karaoke keluarga di Salatiga, menyangkut pelanggaran hak dan kewajiban dalam

UUPK. Pelanggaran yang dimaksud yaitu pelaku usaha yang menentang asas keamanan, dan

keselamatan terhadap konsumen. Pelanggaran tersebut harus dipertanggung jawabkan oleh

pelaku usaha, baik secara perdata, pidana dan atau administratif. Dimana adanya indikasi

kerugian konsumen dalam memanfaatkan produk tersebut dan menimbulkan kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian.9

Dalam bentuk tanggung jawab pelaku usaha terhadap terjadinya kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian dapat secara perdata, pidana dan atau administratif. Persoalan

9 Pasal 19 Undang-undang no 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

pertanggung jawaban merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan

konsumen. Sangat diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus

bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak

terkait. Perlu diketahui pada lapangan hukum keperdataan kerap memberikan pembatasan-

pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh pelanggar hak konsumen, seperti

penjelasan Kelik Wardiono S.H, M.H. dalam bukunya tentang Hukum perlindungan

konsumen, secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut :

a) Pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan (liability based on fault), Prinsip tanggung

jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault) adalah prinsip yang cukup

umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPdt, Pasal 1365, 1366,

1367 prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat

dimintakan pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang

dilakukannya, Pasal 1365 KUHPdt yang dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan

Melawan Hukum mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu :

o adanya perbuatan.

o adanya unsur kesalahan.

o adanya kerugian yang diderita.

o adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

b) Pertanggung jawaban berdasarkan praduga selalu bertanggung jawab (presumption of

liability), Prinsip praduga selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan ia

tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. Tampak beban pembuktian

terbalik (omkering van bewijslas) diterima dalam prinsip tersebut. UUPerlindungan

Konsumen mengadopsi pembuktian terbalik ini ditegaskan dalam Pasal 19, 22, dan 23

UUPK. Dasar pemikiran dari teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang

dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Hal ini

tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tak bersalah yang lazim dikenal dalam

hukum pidana. Namun jika diterapkan dalam kasus perlindungan konsumen akan

tampak, asas demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini maka yang berkewajiban

untuk membuktikan kesalahan itu ada di pihak pelaku usaha yang digugat.

c) Pertanggung jawaban berdasarkan Praduga Selalu Tidak Bertanggung Jawab

(Presumption of non-liability), Prinsip praduga untuk selalu tidak bertanggung jawab ini

kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, namun, hanya dikenal

dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian dapat

di benarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan.

Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin/bagasi tangan yang biasanya dibawa dan

diawasi si penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal

ini, pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.

d) Pertanggung jawaban berdasarkan Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), tanggung jawab

yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada

pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab,

misalnya keadaan force majeure atau keadaan memaksa.

e) Pertanggung jawaban berdasarkan Pembatasan Tanggung Jawab (limitation of liability),

Tanggung jawab dengan pembatasan ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk

dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Namun,

Dalam UUPK yang baru seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan

klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya, jika

ada pembatasan, mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.10

10 Kelik Wardiono S.H, M.H., Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta : Ombak Dua, 2014, hl. 77

Penjelasan mengenai prinsip Tanggung Jawab tersebut menjadi bahan dalam

menganalisa pertanggung jawaban pihak mana yang harus bertanggung jawab dalam

kerugian yang diderita oleh Konsumen. Hal ini seharusnya di perhatikan oleh para pelaku

usaha dalam menjalankan kegiatan usaha nya, kewajiban pelaku usaha sangatlah

berpangaruh bagi perlindungan konsumen itu sendiri.

2.1.5. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah alat untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan orang

perorangan atau golongan dan kelompok. Meskipun sebagai alat (tool) keberadaan kebijakan

publik sangat penting dan sekaligus krusial. Penting karena keberadaannya sangat

menentukan tercapainya sebuah tujuan, meskipun masih ada sejumlah prasyarat atau tahapan

lain yang harus dipenuhi sebelum sampai pada tujuan yang di kehendaki. Krusial karena

sebuah kebijakan yang di atas kertas telah dibuat melalui proses yang baik dan isinya juga

berkualitas, namun tidak otomatis bisa dilaksanakan kemudian menghasilkan suatu

keselarasan dengan apa yang dinginkan oleh pembuatnya. Juga krusial karena sebuah

kebijakan dapat dan seringkali diperlakukan seolah lebih penting atau sejajar dengan tujuan

yang hendak di capai, padahal ia hanyalah sekedar alat, namun sebagai alat yang sangat

penting.

Tidak jarang bagi sebagian orang atau kelompok tertentu, kebijakan ditempatkan

sedemikian penting, sehingga melupakan esensi dasarnya. Tarik menarik dalam perjuangan

menyusun dan menetapkan kebijakan seolah lebih penting dari upaya lain yaitu bagaimana

mencari cara yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Memang perlakuan yang

demikian dapat dimengerti karena tanpa kebijakan publik yang tepat, maka tujuan yang

dikehendaki sulit dicapai. Namun sekali lagi harus proporsional karena sejatinya ia adalah

sebuah alat, meskipun bukan alat yang biasa dalam mencapai sebuah tujuan organisasi.

Tentu tidak semua kebijakan publik memiliki nilai atau bobot yang sama jika dilihat

dari sudut tingkat pentingnya. Ada kebijakan yang sangat penting dan mendesak, namun

tidak sedikit yang tergolong bukan skala prioritas, meskipun semua kebijakan publik

memiliki nilai strategis atau sama sama penting. Semua itu tergantung dari isi dan tujuan

yang hendak dicapai. Dan lagi-lagi persoalan tujuan menjadi sesuatu yang penting dan

menjadi tolok ukur nilai startegis kebijakan. Bisa saja kebijakan yang sama memiliki makna

strategis yang berbeda di daerah atau tempat lain. Logika serupa juga berlaku bagi sebuah

negara dimana sebuah kebijakan tertentu dianggap sangat penting dan mendesak, sementara

bagi negara lain tidak diperlakukan demikian. Artinya aspek konteks kebijakan memiliki

peranan yang menentukan arti strategis sebuah kebijakan, disamping faktor substansi atau isi

kebijakan.11

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye yang

menyatakan “Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang

dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini

selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang berkecimpung dalam

ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye ini dapat

diklasifikasikan sebagai keputusan ( decision making ), dimana pemerintah mempunyai

wewenang untuk menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan

sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.”12 Pendapat lebih eksplisit

dikemukakakn oleh Pater Cane dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan policy

11 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/pustaka_unpad_kebijakan_publik.pdf,

dikunjungi pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul 14.17

12 Ibid h. 14

tidak lain adalah the nonstatutory criteria yang menjadi dasar suatu keputusan (dan tindakan)

pemerintah yang seyogianya berdasarkan statutory.13

Kebijakan tidak selalu direalisasikan dalam bentuk peraturan, tetapi juga dengan

tindakan (dan/atau tidak melakukan tindakan). Khususnya dalam konteks peraturan

kebijakan, maksud dari adanya tindakan ini adalah supaya kebijakan pemerintah tersebut

dapat diketahui oleh publik, naar buiten gebracht schriftelijk beleid (harfiahnya berarti

menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis).14

Di Kota Salatiga sendiri, kebutuhan masyarakat mengenai tempat hiburan sangatlah

tinggi, mengingat bahwa perlunya melepas penat atau kesibukan sehari-hari. Maka sangatlah

penting dan lumrah jika tempat hiburan berdiri dengan pesatnya di kota Salatiga, terkhusus

kebutuhan terhadap tempat hiburan seperti Karaoke keluarga. Namun kondisi seperti ini

harus terkontrol oleh pemerintah, karena tingkat kebutuhan harus berimbang pula dengan

pengoperasian tempat hiburan karaoke keluarga tersebut, serta melihat kondisi yang

setidaknya dapat terpercaya dan layak jika di gunakan oleh masyarakat Salatiga. intinya

adalah semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan terhadap tempat hiburan

pun akan semakin meningkat begitupun tempat hiiburan karaoke keluarga yang banyak

peminatnya. Tetapi dalam prakteknya bertumbuhnya dan berkembangnya tempat hiburan jasa

karaoke keluarga ini semakin simpang siur dalam sistem pengoperasiannya. Baik terhadap

keamanan terhadap pengguna, keaamanan terhadap lingkungan sekitar, yang menimbulkan

efek negative pada konsumen terkhusus masyarakat Salatiga. Seperti beberapa waktu lalu

mnyimak penelitian singkat yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa tempat penyedia

layanan jasa tempat hiburan karaoke keluarga di kota Salatiga, beroprasinya tempat hiburan

tersebut tidak memiliki sistem keamanan yang mampu untuk menjamin keamanan konsumen

13Pater Cane, Administrative Tribunals and Adjudocation, Oxford-Portland: Hart Publishing,2009, h. 147 14 Philipus M. Hadjon, et al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press,2002, hlm. 152.

dalam memanfaatkan jasa tersebut, hal tersebut jelas membuat tingkat keselamatan para

konsumen bergantung pada nasib yang akan di deritanya, di tambah beredarnya minuman

keras yang di pergangkan di tempat tersebut, jika di kaitkan atau di telaah bahwa layanan jasa

hiburan karaoke tersebut di peruntukan untuk Keluarga (Karaoke Keluarga) sangat tidak

sejalur, dan menyimpangi terhadap keinginan oleh masyarakat Salatiga, begitupun terhadap

pemerintah kota Salatiga sendiri terkait perizinan berdirinya lokasi hiburan tersebut.

Pengoperasian tempat hiburan yang diperuntukan kepada keluarga semestinya melihat dan

memperhatikan arti dari keluarga, jika pelaku usaha lalai dalam keamanannya, dan tidak

menjamin keselamatan, juga mutu yang di berikan maka samalah arti tempat hiburan tersebut

dengan hiburan malam yang memberi pengaruh negatif pada masyarakat Salatiga. Dalam hal

ini, Pemerintah Kota Salatiga berperan penting dalam upaya melindungi hak para konsumen

serta menjamin kewajiban para pelaku usaha terhadap pengoperasian tempat hiburan tersebut.

Keselamatan, keamanan dan mutu tempat hiburan karaoke keluarga tersebut harus lebih di

perhatikan pemerintah kota Salatiga agar tidak memberi akses negatif bagi masyarakatnya.

Memberi perhatian terhadap media hiburan tersebut agar tidak membahayakan atau pada

kategori aman, dengan hal ini akan memperkecil resiko yang akan ditimbulkan kepada

masyarakat. Hal tersebut melibatkan dinas yang terkait untuk terjun langsung mengawasi

kondisi tempat hiburan karaoke keluarga yang berkembang di masyarakat kota Salatiga.

2.1.6 Kewenangan Pemerintah Daerah

Indonesia adalah sebuah Negara yang wilayahnya terbagi-bagi atas Daerah-Daerah

Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah

Provinsi merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi Gubernur dalam menyelenggarakan

urusan Pemerintahan Umum di wilayah Daerah Provinsi. Daerah Kabupaten dan Daerah Kota

mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang. Pemerintah Daerah

penyelenggara urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut Asas

Otonomi dan Tugas Pembantu dengan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.15 Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan

Pemerinth Daerah diselenggarakan berdasarkan Kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas, dan

Efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan susunan

Pemerintah.

Kriteria Eksternalitas adalah Kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan

memperhatikan dampak yang timbul bersifat lokal atau lintas Kabupaten/Kota dan atau

regional sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Akuntabilitas

adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperlihatkan pertanggungjawaban

pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

penyelenggaraan urusan Pemerintahan tertentu kepada masyarakat. Efisiensi adalah kriteria

pembagian urusan pemerintah dengan memperlihatkan daya guna tertinggi yang dapat

diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan Pemerintahan antara ditangani pemerintah

daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah.

Dalam menyelenggarakan Pemerintah, Pemerintah Pusat menggunakan Asas

Desentralisasi16, Tugas Pembantu17, dan Dekonsentrasi18, sesuai dengan peraturan

Perundang-Undangan. Sedangkan dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah

menggunakan Asas Otonomi dan Tugas Pembantu.

15 Wikipedia, ”Pemerintah Daerah di Indonesia”, 12 Oktober 2015, pukul 02.38,

http:/id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan Daerah di Indonesia,dikunjungi pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul

20.39 WIB. 16Asas Desentralisasi adalah Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem NKRI. 17Asas Tugas Pembantu adalah Asas yang menghendaki adana tugas untuk turut serta dalam

melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah otonom tinggi dengan

kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya. 18Asas Dekonsentrasi adalah asas yang menghendaki adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah

pusat atau kepala wilayah atau kepala instansivivertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah.

Berbicara menenai Otonomi Daerah, istilah Otonomi Daerah berasal dari bahasa

Yunani yaitu Autos yang artinya sendiri dan Nomos yang artinya aturan. Otonomi daerah

adalah Hak, Wewenang dan Kewajiban yang diberikan kepada Daerah Otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah dan kepentingan Masyarakat setempat

menurut aspirasi masyarakat

untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintah dalam

rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan Otonomi, Daerah mempunyai Hak untuk :19

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

b. Memilih pimpinan daerah;

c. Mengelola aparatur daerah;

d. Mengelola kekayaan daerah;

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

yang berada di daerah.

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka Daerah mempunyai kewajiban sebagai

berikut:20

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, dan kesatuan dan kerukunan nasional serta

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

19 Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 20 Ibid.

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak;

h. Mengembangkan sistem jaminan social;

i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. Melestarikan lingkungan hidup;

l. Mengelola administrasi kependudukan;

m. Melestarikan nilai sosial budaya;

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang–undangan sesuai dengan

kewenangannya; dan

o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Adanya Hak dan Kewajiban tersebut, Otonomi Daerah memiliki peran penting dalam

menyelenggarakan dan mewujudkan kesejahteraan sosial pada masyarakat disuatu Daerah

karena pelaksanaan Otonomi Daerah berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Berdasarkan pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah kepala daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan untuk mengetahui

kriteria urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan dari Pemerintah Daerah juga telah di

atur sedemikian rupa melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah pada Pasal 13 Ayat (4), yang meliputi: 21

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah

kabupaten/kota;dan/atau

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan

oleh Daerah kabupaten/kota.

Maka berlandaskan dari peraturan diatas, jelas bahwa Pemerintah Kota Salatiga

sebagai bagian dari Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki peranan

yang penting dalam memberikan Kebijakan dan menyelenggarakan kesejahteraan sosial bagi

seluruh lapisan masyarakat di Kota Salatiga yang dilakukan berdasarkan Asas Otonomi dan

Tugas Pembantuan. Pemerintah Kota Salatiga wajib menciptakan Ketentraman,

Keharmonisan dan Keadilan Sosial bagi seluruh lapisan Masyarakat di Kota Salatiga.

Dalam menjalankan semua kebijakan dalam menyelenggarakan kesejahteraan

masyarakat Salatiga, Pemerintah kota Salatiga memiliki kewenangan dalam membentuk

suatu aturan, memberi keputusan dalam menjalakan suatu kebijakan, serta dan menindak

lanjuti suatu aturan yang dilanggar oleh pihak-pihak yang menentang aturan tersebut. Dalam

menjalankan pemerintahan yang kita ketahui dikenal mengenai istilah Diskresi, diskresi

(discretion) adalah kebijaksanaan, keleluasaan, penilaian, kebebasan untuk menentukan.

Discretionnary berarti kebebasan untuk menentukan atau memilih. Istilah diskresi ini sering

disebut dengan Ermessen yakni mempertimbangkan, menilai, menduga atau menilai,

pertimbangan, dan atau keputusan. Dari kata diskresi ini Berdasarkan pengertian dari segi

bahasa tersebut, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan diskresi yang relevan

21 Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

pada tulisan ini adalah pertimbangan sendiri, wewenang untuk melakukan tindakan

berdasarkan kebijakan sendiri, pertimbangan seorang pejabat publik dalam melakukan

tugasnya, dan kekuasaan seseorang untuk mengambil pilihan melakukan atau tidak

melakukan tindakan. Menurut pendapat yang di kemukakan oleh Florence Heffron dan Neil

McFeeley, bahwa diskresi pemerintah itu mengandung makna sebagai berikut22:

“Memperkenankan pemerintah untuk mengambil keputusan ketika, kapan, bagaimana, dan

terhadap siapa pengaturan dan ketentuan itu akan diterapkan. Diskresi pemerintah itu

diperluas ketika pembuat undang-undang tidak merumuskan standar atau standar yang samar

atau tidak memiliki arti tegas yang membolehkan dan mengharuskan pemerintah menentukan

sendiri substansi dan penerapan peraturan”.

Maka dari itu pemerintah kota Salatiga tidak boleh atau tidak bisa menolak untuk

memberikan pelayanan bagi warga masyarakatnya dengan alasan tidak ada peraturan

perundang-undangan yang mengaturnya. Ketika tidak ada peraturan perundang-undangan

atau ada peraturan perundang-undangan, namun normanya samar atau multiinterpretasi,

pemerintah dapat menggunakan diskresi. Jelas kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah

Kota Salatiga, memiliki peranan yang sangat kuat dalam setiap kebijakan nya. Hal tersebut

memberi peran dalam menindak dan atau menegakan suatu pelanggaran yang dilanggar oleh

setiap pelaku usaha yang menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan pemerintah untuk

melindungi seluruh lapisan masyarakat kota Salatiga.

2.1.7 Ketentuan PERDA di Kota Salatiga yang Berkaitan dengan

Penyelenggaraan layanan Jasa Hiburan Karaoke Keluarga.

I. Dasar Hukum yang digunakan adalah :

22 Florence Heffron dan Neil McFeeley, The administrative Regulatory Process, Longman, New York,

1983, hlm.44 .

o Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Pariwisata.

o Isi ketentuan umum.23

II. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau

mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.

Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan Pemerintah Daerah.

Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan Wisatawan dan Penyelenggaraan Pariwisata.

Penyelenggara Pariwisata adalah orang perseorangan atau atau Badan usaha Indonesia

yang melakukan kegiatan Usaha Pariwisata.

Tanda Daftar Usaha Pariwisata, yang selanjutnya disingkat TDUP, adalah dokumen

resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwasata yang dilakukan oleh Penyelenggara

Pariwisata telah tercantum didalam Daftar Usaha Pariwisata.

Dalam peraturan daerah kota Salatiga tersebut, mengatur mengenai tempat hiburan jasa

karaoke, kebijakan pemerintah daerah kota Salatiga mengatur layanan jasa karaoke sebagai

salah satu penyelenggaraan pariwisata. Penyelenggaraan tersebut di bawah naungan Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang Selanjutnya disebut SKPD, sesuai dengan asas otonomi dan

23 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pariwisata

tugas pembantuan. Para pengguna jasa layanan karaoke keluarga dalam aturan ini di sebut

sebagai wisatawan dalam artian UUPK yaitu Konsumen, dan Pelaku usaha sendiri disebut

Penyelenggara Pariwisata.

Dalam kebijakan penyelenggaraan Usaha layanan jasa karaoke sebagai salah satu

tujuan wisata oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga, penulis mengurai aturan penting dan

mendasar dalam menyelenggarakan tempat wisata yang dimaksud ialah layanan jasa karaoke

termasuk dalam artian karaoke keluarga, seperti yang telah dirumuskan pada Pasal 2, Pasal

Pasal 5 ayat 1 huruf f, Pasal 11 huruf h, Pasal 14 huruf f, Pasal 17, Pasal 26 ayat 2, Pasal 29,

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata, yang

menyatakan bahwa pelaksanaan Penyelenggaraan harus memenuhi kriteria dan mendasar

pada aturan sebagai berikut :

Pasal 2

Penyelenggaraan Usaha Pariwisata didasarkan pada prinsip :

(a). Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep

hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan

lingkungan.

(c). Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas.

(h). Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 5

(1) Huruf f. Usaha pariwisata termasuk didalamnya, usaha Penyelenggaraan kegiatan

hiburan dan rekreasi.

Pasal 11 huruf h.

Usaha Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 huruf f, yakni Karaoke.

Pasal 14 huruf f

Usaha Pariwisata yang diselenggarakan oleh orang perseorangan dan/atau Badan usaha.

Pasal 17

1) Setiap Penyelenggara Usaha Pariwisata di Daerah wajib melakukan pendaftaran Usaha

Pariwisata untuk mendapatkan TDUP sesuai jenis Usaha Pariwisata sebagaimana

dimaksud Pasal 5, kecuali bagi pelaku Usaha Mikro atau Usaha Kecil.

2) (2) TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Walikota.

3) (3) Walikota dapat mendelegasikan penerbitan TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) kepada Kepala SKPD yang membidangi kepariwisataan atau Kepala SKPD yang

membidangi perizinan terpadu.

Pasal 26 ayat (2)

Setiap Penyelenggara Usaha Pariwisata berkewajiban :

a) Melakukan pendaftaran Usaha Pariwisata.

b) Memiliki tanda daftar Usaha Pariwisata.

c) Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap

pengunjung/tamu/pemakai/penyewa Usaha Pariwisata.

d) Menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan setiap pengunjung/tamu/pemakai/

penyewa Usaha Pariwisata.

e) Mencegah tempat Usaha Pariwisata untuk kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan

yang berlaku.

f) Melakukan upaya peningkatan pelestarian lingkungan alam, sosial budaya, sanitasi dan

higienis baik di dalam maupun di sekitar lingkungan usahanya sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

g) Menjamin dan memberi kesempatan kepada petugas yang menangani bidang

Kepariwisataan dan instansi/lembaga pemerintah terkait lainnya untuk melakukan

pembinaan teknis, pengendalian, pemantauan dan pengawasan secara berkala terhadap

usaha Kepariwisataan.

h) Menjalin kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dibidang Kepariwisataan,

baik institusi pemerintah, swasta, masyarakat maupun dengan sesama pelaku usaha

Kepariwisataan dalam rangka mendukung pembangunan bidang Kepariwisataan.

i) Memenuhi ketentuan perjanjian kerja, keselamatan kerja serta jaminan sosial bagi

karyawannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

j) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawannya sesuai dengan fungsi dan

tugasnya dalam rangka peningkatan pelayanan kepada

pengunjung/tamu/pemakai/penyewa.

k) Membayar pajak Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

l) Memberi jaminan perlindungan berupa asuransi kecelakaan kepada setiap

pengunjung/tamu/ pemakai/penyewa Usaha Pariwisata.

Pasal 30.

Pengawasan atas Penyelenggaraan Usaha Pariwisata secara teknis dilaksanakan oleh

SKPD yang membidangi Pariwisata dan secara fungsional dilaksanakan oleh aparat

pengawas fungsional sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Dalam peraturan tersebut, Layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga masuk dalam

kebijakan pemerintah daerah Salatiga sebagai bagian dari penyelenggaraan pariwisata dalam

bidang hiburan dan rekreasi, Pelaksanaan layanan jasa karaoke ini di dasari dengan prinsip

menjunjung tinggi norma agama dan kebudayaa, saling berkaitan antara manusia dengan

lingkungan serta sesamanya, memiliki kemanfaatan bagi kesejahteraan, dan keadilan bagi

masyarakat. Pelaksanaan layanan jasa karaoke di dirikan oleh orang perseorangan dan/atau

Badan usaha. Setiap Penyelenggara Usaha Pariwisata wajib melakukan pendaftaran Usaha

Pariwisata untuk mendapatkan TDUP, yang di sahkan oleh Walikota, dan atau Walikota

dapat mendelegasikan nya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam

pelaksanaan, para penyelenggara sebagai pelaku usaha memiliki kewajiban menjalankan

usaha jasa karaoke sesuai dengan peraturan perundang-udangan, dimana harus menjamin

Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap pengunjung, tamu, pemaka,

penyewa Usaha Pariwisata, Menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan setiap

pengunjung, tamu, pemakai, atau penyewa Usaha Pariwisata, Mencegah tempat Usaha

Pariwisata untuk kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Hal tersebut

juga di atur dalam undangang-undang Nomor 1 tahun 2015 tentang perlindungan konsumen.

Dalam pengawasan atas penyelenggaraan parawisata tersebut secara teknis dilaksanakan oleh

SKPD yang membidangi Pariwisata dan secara fungsional dilaksanakan oleh aparat

pengawas fungsional sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2.1.8. Teori Peran

Pemerintah melalui Dinas Budaya dan Pariwisata (DISBUDPAR) memiliki peran

penting dalam menyelenggarakan serta mewujudkan Kesejahteraan Sosial bagi seluruh

lapisan Masyarakat termasuk pelaku usaha sebagai penyelenggara pariwisata dan juga para

konsumen yang memanfaatkan layanan di sediakan. Peran adalah pola perilaku yang

diharapkan dilakukan oleh seseorang yang memiliki atau menduduki suatu status dan posisi

tertentu dalam organisasi, kelompok atau lembaga-lembaga.24

Menurut Soerjono Soekanto, Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak yang kewajiban-kewajiban sesuai dengan

kedudukan, maka dia menjalankan suatu peranan.25 Peranan yang melekat pada diri

seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang

24 Robert M.Z Lawang, Buku Pokok Pengantar Sosiologi, Penerbit Karunia, Jakarta, hl. 85

25 Seorjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta, 1974, hlm. 130

dalam Masyarakat (social-position) merupakan unsur yang statis yang menunjukan tempat

Individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam

masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, antara lain :26

1) Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan

yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

3) Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

Bahwasanya, setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan

peranan tadi dengan orang-orang disekitarnya yang bersangkutan, atau ada hubungan dengan

peran tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati

kedua belah pihak.

Abu Ahmadi juga mengatakan bahwa Peran adalah suatu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang

berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Sebagai pola perikelakuan, maka peranan

mempunyai beberapa unsur, yakni antara lain :27

a. Peranan ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat, terhadap status-

status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

terkait pada status-status tertentu.

b. Peran yang dianggap oleh dirinya sendiri, peranan ini merupakan hal yang oleh individu

harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu. Artinya, seorang individu menganggap bahwa

26Ibid, h. 131

27 Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, Penerbit CV, Rajawali, Jakarta, 1982, h. 30

dalam situasi-situasi tertentu (yang dirumuskannya sendiri), dia harus melaksanakan peranan

tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan, ini merupakan peranan yang sesungguhnya

dilaksanakan oleh individu di dalam kenyataannya, yang terwujud dalam perikelakuan yang

nyata. Peranan yang dilaksanakan dalam kenyataan, mungkin saja berbeda dengan peranan

ideal maupun peranan yang di anggap oleh dirinya sendiri. Peranan yang dilaksanakan secara

aktual senantiasa dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, harapan-harapan, persepsi, dan juga

oleh kepribadian individu yang bersangkutan.

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu

dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut :28

a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak

dipertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu yang oleh masyarakat di

anggap mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan

peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat karena mungkin pelaksanaannya

memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu

masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Akan tetapi, didalam interaksi sosial terkadang kurang disadari bahwa yang paling

penting adalah melaksanakan peranan dari pada kedudukan sehingga terjadi hubungan-

hubungan yang timpang yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan yang timpang tersebut

28Budi Sulistyowati, Soerjono Soekanto, ed., Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Rajagrafindo Persada,

Jakarta, 2014, hlm. 213.

lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja, sedangkan

pihak lain hanyalah mempunyai kewajiban belaka.29

2.2 Hasil Analisis

Dalam penjelasan ini, penulis akan memaparkan 4 hal, antara lain mengenai Tempat-

tempat hiburan layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga yang menjadi objek penelitian,

Dinas terkait yang berperan penting dalam teknis penyelenggaraan serta dalam pengawasan,

hasil penelitian, dan analisa. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang

keadaan dan situasi yeng sebenarnya pada praktek hiburan di Salatiga, serta untuk

mengetahui beberapa kebijakan yang sampai saat ini telah dilakukan oleh Dinas-Dinas terkait

(DISBUDPAR, dan Satpol-PP Kota Salatiga).

2.2.1. Layanan Jasa hiburan Karaoke Keluarga di Salatiga

Kota Salatiga terletak di antara dua Kota besar di Jawa Tengah yaitu Kota Semarang

(49 km ke arah utara) dan Kota Solo (52 km ke arah selatan). Secara mortologi, Kota Salatiga

berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu, diantara gunung-gunung kecil antara lain :

Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong, oleh sebab itu kota ini memiliki iklim tropis

dan memiliki hawa yang sejuk dan segar. Secara astronomi Kota Salatiga terletak antara

1100.27'.56,81" - 1100.32'.4,64"BT 0070.17'. - 0070.17'.23" LS30. Kota Salatiga secara

administratif terbagi atas 4 kecamatan yakni Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Sidomukti,

Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir.

Seiring dengan waktu, perkembangan kegiatan perkotaan pun tidak dapat di pungkiri

akan terus berkembang, Begitupun mengenai berkembangnya tempat-tempat hiburan yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi norma-norma atau

29Ibid, hlm. 214. 30 http://salatigakota.go.id/TentangGeografi.php

nilai-nilai budaya di lingkungan kota Salatiga, jika tidak di imbangi dengan adanya aturan-

aturan yang di keluarkan oleh pemerintah kota Salatiga, serta pengawasan nya. Sesuai dengan

perkembangannya kini, tempat hiburan pun tersedia dengan media hiburan untuk bernyanyi

yang biasa disebut Karaoke. Namun dalam prakteknya tempat hiburan ini identik dengan

tempat hiburan malam dewasa yang menurut masyarakat sangat memberi dampak negatif

bagi masyarakat. Untuk meminimalisir pandangan masyarakat tersebut, muncullah media

hiburan Karaoke yang di sediakan untuk keluarga yang kini di sebut Karaoke Keluarga atau

Karaoke keluarga.31

Lokasi penelitian berada di kawasan Kota Salatiga, Obyek penelitian tersebut terdiri

dari Karaoke Keluarga Queen, Karaoke Keluarga Zensho, Karaoke Keluarga New Zensho

dan Karaoke keluarga Inul Vizta. Layanan jasa hiburan ini sangat diminati oleh banyak

Kalangan Masyarakat baik penduduk Salatiga sendiri ataupun penduduk daerah lain,

khususnya pada hari-hari libur, dan akhir pekan. Ketersediaan layanan hiburan keluarga ini

menjadi permasalahan yang menarik jika dilihat pada prakteknya. Daya pembeda dari

perizinan nya pun memiliki perbedaan dari karaoke dewasa sebagai hiburan malam, dengan

Karaoke keluarga. Yang memberi perbedaan ialah, tidak di perkenankannya memperjual beli

kan minuman beralkohol, adanya security atau pihak keamanan yang akan menjamin

keamanan konsumen serta lingkungan. Tidak ada penyediaan pemandu karaoke (Ladies

karaoke).32

2.2.2. Hasil Penelitian

A. Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga Terhadap Penyelenggaraan Usaha

Karaoke Keluarga.

31 Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25

Agustus 2017, Jam 15:00 WIB.

32 Ibid. Hlm 53

Perencanaan pemanfaatan lingkungan sebagai obyek wisata dalam rangka menjamin

kepastian hukum dan meningkatkan tertib usaha pariwisata di Kota Salatiga, perlu mengatur

mengenai pengklasifikasian bidang, jenis dan pelaku usaha pariwisata, serta prosedur

penerbitan tanda daftar usaha pariwisata, agar pembinaan, pengaturan, pelaksanaan,

pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pariwisata dapat berjalan tertib, lancar, berdaya

guna, dan berhasil guna maka dari itu diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Penyelanggaraan Usaha Pariwisata.

Dalam klasifikasi jenis usaha pariwisata yakni Karaoke dalam perda tersebut sama

dengan adanya jenis Hiburan Karaoke, dalam hal ini berarti tidak ada perbedaan terhadap

perizinan pendirian nya. Dinas Kebudayaan dan Priwisata selanjutnya disebut DISBUDPAR

dalam hal ini memiliki wewenang yang di berikan oleh pemerintah dalam melakukan

kebijakan, pembinaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian dibantu oleh instansi lain

yakni Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebutb Satpol PP, dimana Satpol PP

berwenang untuk membantu memberi pengawasan terhadap beroperasinya Karaoke Keluarga

sebagai kebijakan Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.

Akan tetapi, telah berlakunya kebijakan yang memang tidak secara tertulis di terapkan

oleh Pemerintah Kota Salatiga terhadap pengaturan lebih lanjut mengenai layanan jasa

hiburan Karaoke Keluarga dengan syarat tidak mengganggu keamanan lingkungan,

menjunjung tinggi norma-norma yang hidup dalam lingkungan masyarakat Kota Salatiga,

Pelaku Usaha yang menjalankan Layanan jasa hiburan Karaoke Keluarga harus membedakan

jenis hiburannya dengan karaoke yang diperuntukan sebagai hiburan malam, dimana karaoke

keluarga harus benar-benar diperuntukan kepada keluarga dalam artian dapat digunakan oleh

bermacam kalangan masyarakat baik itu anak-anak, remaja, dewasa, ataupun orang tua.33. hal

33 Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25

Agustus 2017, Jam 15:00 WIB.

tersebut yang mengakibatkan Layanan Jasa Hiburan Karaoke Keluarga semakin bertambah

dan atau bertumbuh dilingkungan Kota Salatiga.

B. Hasil Wawancara dengan Pemerintah Kota Salatiga

Karaoke Keluarga merupakan bagian dari suatu pelaksanaan Penyelenggaraan usaha

pariwisata dimana yang dimaksud merupakan suatu kebijakan dari Pemerintah Kota Salatiga

dalam mewujudkan pemanfaatan ruang Kota Salatiga agar di daya gunakan sebaik-baiknya

oleh seluruh lapisan masyarakat, dan untuk memberi kemakmuran masyarakat Salatiga dan

sekitarnya. Penyelenggaraan Usaha Pariwisata berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,

rohani, dan intelektual setiap Wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan

pendapatan Daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.34 Hal tersebut pun di amini oleh

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Sri Danudjo, yang berpendapat bahwa Karaoke

Keluarga merupakan suatu kebijakan pemerintah Salatiga untuk menambah jumlah obyek

wisata yang dapat dikunjungi oleh seluruh lapisan masyarakat baik oleh masyarakat Salatiga

ataupun masyarakat Sekitaran Kota Salatiga sendiri, Hal tersebut tidak lain untuk

meningkatkan pendapatan daerah Kota Salatiga.35

Maka dari itu Pemerintah Kota Salatiga yang di wakili oleh DISBUDPAR dan Satpol

PP selaku legal sektor dari penerapan Perda No. 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Usaha Pariwisata, selalu memonitoring berjalannya aktivitas layanan jasa karaoke keluarga

agar Menjalankan Usaha sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan, serta menjunjung

tinggi nilai-nilai keagamaan, budaya dalam lingkungan masyarakat Kota Salatiga dan tidak

bertentangan dengan hukum. pemerintah dilekati dengan kewajiban untuk memberikan

pelayanan publik, melaksanakan fungsi pelayanan, dan juga menerapkan kebijakan publik

yang memasyarakatkan masyarakat, sesuai dengan konsep negara kesejahteraan.

34 Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Pariwisata.

35 Wawancara Bapak Sri Danudjo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Tanggal 24

Agustus 2017, jam 10.00 WIB.

Melalui wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bapak Sri

Danudjo, Kamis 24 Agustus 2017, Menjelaskan Bahwa Peran DISBUDPAR dalam

terselenggaranya layanan jasa hiburan karaoke keluarga ialah :

o Memberikan pelayanan publik, dalam hal ini DISBUDPAR berwenang dalam perizinan suatu

penyelenggaraan usaha sesuai dengan ketentuan perizinan dalam Peraturan Daerah Kota Sala.

o Melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada pelaku usaha untuk menjalankan usaha nya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kordinasi dengan Satpol PP.

o Melakukan pengawasan terhadap beroperasinya layanan jasa hiburan karaoke keluarga,

kordinasi dengan Satpol PP.

Berkaitan dengan peran pengawasan DISBUDPAR kota Salatiga terhadap

terselenggaranya layanan jasa hiburan karaoke keluarga yang mengatur kebijakan lisan agar

adanya daya pembeda dengan karaoke sebagai hiburan malam, selain perihal perizinan, yaitu

:

o Pengawasan terhadap peredaran minuman beralkohol, dimana layanan jasa karaoke keluarga

tidak satupun yang di izinkan dalam penjualan minuman beralkohol.

o Pengawasan terhadap tenaga kerja, perlindungan terhadap mempekerjakan anak di bawah

umur.

o Pengawasan terhadap penyediaan Pemandu karaoke (ladies karaoke), dalam hal ini tidak

boleh ketersedianya.

o Dan menaati aturan terhadap jam Operasional.36

Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, Bapak

Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25 Agustus 2017, Jam 15:00 WIB, Menjelaskan bahwa peran

Satpol PP dalam kordinasi bersama DISBUDPAR berkaitan dengan, yaitu :

36 Wawancara Bapak Sri Danudjo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Tanggal 24

Agustus 2017, jam 10.00 WIB

o Pengawasan beroperasinya layanan jasa karaoke keluarga, Satpol PP langsung melakukan

operasi rutin ke tempat layanan jasa karaoke keluarga, untuk melakukan razia peredaran

minuman beralkohol, ketersediaan pekerja anak di bawah umur, tersedianya pemandu

karaoke (Ladies Karaoke).

o Melakukan pembinaan, dan penyuluhan terhadap terselenggaranya usaha layanan jasa

karaoke keluarga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

o Menajalankan tugas utama, menegakan peraturan daerah, peraturan walikota, menciptakan

ketentraman masyarakat dan ketertiban umum.

Dalam menjalankan perannya, Satpol PP berwenang dalam menindak lanjuti suatu

tindakan pelaku usaha yang terbukti melanggar Peraturan daerah, hal tersebut sudah menjadi

tugas dan wewenang yang di berikan kepada Satpol PP. Terhadap pelanggaran apa yang di

lakukan, maka langkah yang dilakukan Satpol PP adalah menindak lanjuti pelanggaran sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan dengan kordinasi langsung pada DISBUDPAR dan

instansi Kepolisian.37

C. Hasil Wawancara Dengan Pelaku Usaha Karaoke Keluarga.

Pertumbuhan serta perkembangan industri dan teknologi barang dan jasa menimbulkan

dampak positif, antara lain, dapat disebutkan tersediannya kebutuhan dalam jumlah yang

mencukupi, mutu yang lebih baik, dan adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam

pemenuhan kebutuhannya, namun di lain sisi hal tersebut pula menimbulkan dampak negatif,

yaitu dampak penggunaan yang salah serta di pengaruhi oleh prilaku bisnis yang timbul

karena semakin ketatnya persaingan yang mempengaruhi masyarakat selaku konsumen.

Berkaitan mengenai hal-hal di atas maka konsumen perlu dilindungi secara hukum dari

kemungkinan kerugian yang dialaminya dikarenakan praktik bisnis curang atau menjalan

uasaha tanpa itikad baik dalam mengamalkan aturan perundang-undangan,

37 Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga Kusumo Aji. S.H, Tanggal 25 Agustus

2017, Jam 15:00 WIB.

mengesampingkan nilai agama dan kebudayaan, tidak menjamin kepuasan, mutu dan

keamanan serta keselamatan para konsumen hanya untuk meraup keuntungan yang besar.

Dalam penulisan skripsi ini, dimana penulis membahas menganai terjaminnya asas

keamanan dan keselamatan konsumen yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 8 tahun

1999 tentang Perlindungan konsumen oleh pelaku usaha. Untuk menemukan indikasi

terhadap itikad tidak baik pelaku usaha dalam menjalankan usaha layanan jasa karaoke

keluarga Penulis melakukan penelitian ke beberapa tempat jasa karaoke keluarga. Dalam

penelitian yang dilakukan penulis melakukan wawancara dengan pimpinan atau pemangku

jabatan dalam hal menjalankan usaha yang di berikan oleh pelaku usaha atau pemilik usaha

layanan jasa karaoke keluarga di kota Salatiga. Adapun Tempat layanan jasa karaoke

keluarga yang menjadi obyek penelitian oleh penulis yaitu :

New ZenSho narasumber atas nama Budi Purwanto.38

Queen Narasumber atas nama Fajar Yanto.39

Inul Vizta Narasumber atas nama Kresna Pradipta.40

Wawancara yang dilakukan penulis berupa pertanyaan dan di tuangkan pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.2.4

38 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga New Zensho, Budi Purwanto. Tanggal 23

Agustus 2017, Jam 21:00 WIB.

39 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Queen, Fajar yanto. Tanggal 23 Agustus 2017,

Jam 19:00 WIB.

40 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Inul Vizta, Kresna Pradipta. Tanggal 24 Agustus

2017, Jam 20:00 WIB.

Wawancara Terhadap Pelaku Usaha Dalam Menjalankan Usaha Layanan Jasa

Hiburan Karaoke Keluarga

N

o

Pertanyaan

Jawaban

ZENSHO QUEEN INUL VIZTA

1 Bentuk perizinan Mengantongi izin

berbentu TDUP,

sesuai dengan

ketentuan izin

penyelenggaraan

usaha pariwisata.

Dengan TDUP

No.503.7.6/02/206/2

016

Mengantongi izin

berbentu TDUP,

sesuai dengan

ketentuan izin

penyelenggaraan

usaha pariwisata.

Dengan TDUP No.

503.7.7/01/206/2014

Mengantongi izin

berbentu TDUP,

sesuai dengan

ketentuan izin

penyelenggaraan

usaha pariwisata.

Namun dalam

wawancara

narasumber tidak

menunjukan

TDUP yang

dimiliki.

2 Izin terhadap

penjualan

minuman

beralkohol

Pelaku usaha

memperjual belikan

minuman beralkohol

golongan A, Namun

tidak mengantongi

izin.

Pelaku usaha

memperjual belikan

minuman beralkohol

golongan A, Namun

tidak mengantongi

izin.

Pelaku usaha

memperjual

belikan minuman

beralkohol

golongan A,

Namun tidak

mengantongi izin.

3 Bentuk

Pemenuhan Asas

Keamanan dan

keselamatan

Tidak ada tersedia

pihak keamanan

dalam beroperasinya

layanan jasa karaoke

keluarga. Keamanan

diawasi oleh pekerja

yang ada di tempat

layanan jasa karaoke

keluarga. adanya

fasilitas keamanan

kamera CCTV.

Terdapat himbauan

untuk tidak

membawa makanan

dari luar, minuman

beralkohol, senjata

tajam dan atau

senjata api. Adanya

himbauan tersebut

hanya menjadi

formalitas suatu

aturan namun tidak

ada tindakan, pelaku

usaha tetap

membperbolehkan

Tidak ada tersedia

pihak keamanan

dalam beroperasinya

layanan jasa

karaoke keluarga.

Keamanan diawasi

oleh pekerja yang

ada di tempat

layanan jasa karaoke

keluarga. adanya

fasilitas keamanan

kamera CCTV

namun tidak

berfungsi sebagian.

Terdapat himbauan

untuk tidak

membawa makanan

dari luar, minuman

beralkohol, senjata

tajam dan atau

senjata api. Adanya

himbauan tersebut

hanya menjadi

formalitas suatu

aturan namun tidak

Adanya pihak

keamanan dalam

beroperasinya

layanan jasa

karaoke keluarga

pada malam hari

saja. adanya

fasilitas

keamanan

kamera CCTV.

Terdapat

himbauan untuk

tidak membawa

makanan dari

luar, minuman

beralkohol,

senjata tajam dan

atau senjata api.

Adanya

himbauan

tersebut hanya

menjadi

formalitas suatu

aturan namun

tidak ada

membawa minuman

beralkohol dari luar.

Tidak ada

pengecekan tamu

terhadap barang

bawaan.

ada tindakan, pelaku

usaha tetap

membperbolehkan

membawa minuman

beralkohol dari luar.

Tidak ada

pengecekan tamu

terhadap barang

bawaan.

tindakan, pelaku

usaha tetap

membperbolehka

n membawa

minuman

beralkohol dari

luar. Tidak ada

pengecekan tamu

terhadap barang

bawaan.

4 Tanggung jawab

pelaku usaha

terhadap kerugian

yang di derita

konsumen.

Dalam layanan jasa

hiburan karaoke

keluarga, Pelaku

usaha tidak memiliki

kebijakan atau

menjamin terhadap

adanya ganti rugi,

atau asuransi, dan

atau santunan

terhadap kerugian

yang di derita

konsumen.

Dalam layanan jasa

hiburan karaoke

keluarga, Pelaku

usaha tidak memiliki

kebijakan atau

menjamin terhadap

adanya ganti rugi,

atau asuransi, dan

atau santunan

terhadap kerugian

yang di derita

konsumen.

Dalam layanan

jasa hiburan

karaoke keluarga,

Pelaku usaha

beritikad baik

dalam menjamin

adanya tanggung

jawab atas

kerugian baik

asuransi, dan atau

santunan

terhadap kerugian

yang di derita

konsumen.

5 Pengawasan dari Dalam pengawasan, Dalam pengawasan, Dalam

Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, Perihal perizinan penyelenggaraan

layanan jasa karaoke keluarga kota Salatiga, pelaku usaha harus memiliki izin berbentuk

Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang disahkan oleh Walikota Salatiga. Tiga tempat layanan

karaoke keluarga telah memiliki izin beroperasi. Hal tersebut dapat dikatakan pelaku usaha

memiliki itikad baik dalam mendaftarkan usahanya dan telah mengantongi izin oleh

pemerintah Kota Salatiga. Namun mengenai penjualan minuman keras, dari keterangan

masing-masing pelaku usaha menyatakan bahwa mereka menyediakan minuman beralkohol

golongan (A) di maksud minuman yang mengandung alkohol paling tinggi sebesar 5%

kandungan alkohol, dari keterangan tersebut para pelaku usaha mengaku bahwa terhadap

41 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga New Zensho, Budi Purwanto. Tanggal 23

Agustus 2017, Jam 21:00 WIB.

42 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Queen, Fajar yanto. Tanggal 23 Agustus 2017,

Jam 19:00 WIB.

43 Wawancara dengan Pimpinan jasa Karaoke Keluarga Inul Vizta, Kresna Pradipta. Tanggal 24 Agustus

2017, Jam 20:00 WIB.

dinas terkait

terselenggaranya

usaha layanan

jasa karaoke

keluarga.

pihak Satpol PP

sering melakukan

operasi rutin dalam

hal pengecekan jam

operasional,

minuman keras, dan

melakukan

pembinaan,

penyuluhan.41

pihak Satpol PP

sering melakukan

operasi rutin dalam

hal pengecekan jam

operasional,

minuman keras, dan

melakukan

pembinaan,

penyuluhan.42

pengawasan,

pihak Satpol PP

sering melakukan

operasi rutin

dalam hal

pengecekan jam

operasional,

minuman keras,

dan melakukan

pembinaan, dan

penyuluhan.43

perizinan penjualan minuman beralkohol tersebut mereka tidak memiliki atau tidak

mengantongi izin.

Terhadap jaminan asas keamanan dan keselamatan konsumen yang menjadi kewajiban

pelaku usaha, masing-masing tempat layanan jasa karaoke keluarga tersebut memiliki

fasilitas keamanan dengan bentuk kamera pemantau CCTV dimana berguna untuk memonitor

atau mengawasi gerakan-gerakan kosumen dalam menjamin keamanan dan keselamatan,

Namun terhadap pihak keamanan dalam hal ini Security untuk melindungi konsumen

langsung jika ada terjadi keributan atau mencegah situasi yang membahayakan konsumen,

masing-masing tidak menyediakan layanan keamanan tersebut, kecuali tempat karaoke

keluarga Inul Vizta yang khusus di sediakan pada malam hari.

Dalam peraturan daerah kota Salatiga No.1 tahun 2015 tentang penyelenggaran usaha

pariwisata pasal 26 ayat 2 huruf l yang mengatur mengenai “memberi jaminan perlindungan

berupa asuransi kecelakaan kepada setiap pengunjung/tamu/ pemakai/penyewa Usaha

Pariwisata”.44 Hal tersebut berkaitan dengan asas keamanan dan keselamatan konsumen

dimana pelaku usaha memiliki kewajiban untuk beritikad baik dalam hal tanggung jawab

terhadap kerugian yang di derita oleh konsumen, Masing-masing pelaku usaha memberikan

keterangan mengenai adanya jaminan berupa asuransi dalam perlindungan terhadap

konsumennya, begitupun mengenai santunan, atau menggati separuh dari kerugian materiil.

Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada nya itikad baik pelaku usaha terhadap menjamin

perlindungan konsumen pengguna layanan jasa karaoke keluarga.

Berkaitan dengan operasi rutin yang dilakukan oleh dinas Satpol PP berkordinasi

dengan DISBUDPAR Kota Salatiga, masing-masing pelaku usaha secara tegas mentakan dan

mengetahui bahwa pemerintah melakukan pengawasan dengan melakukan operasi rutin

44 peraturan daerah kota salatiga No.1 tahun 2015 tentang penyelenggaran usaha pariwisata

pasal 26 ayat 2 huruf l

terhadap jam oprasional, dan pemantauan keamanan lingkungan yang harus di ciptakan oleh

pelaku usaha.

Dari jawaban wawancara tersebut dapat dilihat praktek yang dapat dikatakan

melenceng dari ketentuang undang-undang, dan pelaku usaha beritikad buruk dalam

mengamalkan suatu peraturan. Dan terdapat indikasi lepasnya pengawasan yang dilakukan

oleh pemerintah daerah terhadap tidak terjaminnya asas keamanan dan keselamatan

konsumen oleh pelaku usaha.

D. Hasil Observasi Terhadap Konsumen jasa Karaoke Keluarga.

Dalam memanfaatkan atau memakai suatu jasa, konsumen pasti memeriksa adanya

suatu kekurangan. Konsumen tidak menginginkan jasa yang tidak memenuhi standar mutu.

Apa yang menentukan konsumen akan puas, atau tidak puas terhadap suatu pemakaian jasa.

Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas suatu jasa dengan

mutu, kenyamanan, dan keamanan yang dirasakan oleh para konsumen itu sendiri. Untuk

melindungi Hak-hak Para konsumen dalam menggunakan jasa yang disediakan oleh para

pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajibannya berdasar pada peraturan perundang-

undangan.

Begitupun perihal pembahasan mengenai penyelenggaraan usaha layanan jasa

karaoke keluarga, para pelaku usaha ingin membuat atau menyediakan suatu laya yang

mengkhususkan layanan jasa karaoke yang di peruntukan pada keluarga, dimana semua

kalangan bisa menggunakan layanan jasa tersebut. Namun dalam prakteknya ada saja pelaku

usaha yang menjalankan layana jasa dengan itikad buruk, tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan serta menyediakan minuman beralkohol di dalam lingkungan layanan

jasa hiburan yang sebenarnya telah di kodifikasikan oleh pemerintah untuk tidak di

perkenankan menjual belikan barang tersebut. Layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga

sendiri banyak yang menyimpang dari peraturan yang semestinya telah di tentukan oleh

pemerintah. Untuk dapat menemukan indikasi itikad buruk pelaku usaha dalam

menyelenggarakan usahanya tersebut, penulis telah melakukan observasi di tempat layanan

jasa karaoke keluarga yang berada di Salatiga, dengan mengumpulkan data melalui kuisioner

yang dibagi ke konsumen di tempat karaoke keluarga. Observasi ini untuk menemukan

seberapa besar kepuasan konsumen terhadap penyediaan layanan jasa karaoke keluarga yang

di dalamnya berkaitan dengan terjaminnya keamanan dan keselamatan konsumen, kelayakan

layanan jasa menjadi tempat hiburan keluarga, Tidak adanya penyalahgunaan tempat layanan

jasa hiburan keluarga, sesuai dengan norma-norma agama, dan budaya di lingkungan kota

Salatiga.

Tabel 2.2.5

KUISIONER PENELITIAN TERJAMINNYA PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-

HAK KONSUMEN JASA KARAOKE KELUARGA

10 Konsumen karaoke keluarga Inul vizta

*Keterangan pilihan jawaban, ~ Sangat Sesuai = SS, ~ Sesuai = S, ~ Tidak Sesuai = TS, ~ Sangat Tidak Sesuai = STS

No

PERTANYAAN

Pilihan

Jawaban

SS

S

TS

STS

1 Sistem Keamanan terhadap

konsumen telah terjamin untuk

bentuk terciptanya keamanan

dan keselamatan para konsumen.

6

4

2 Pelaku usaha menyediakan

layanan hiburan sesuai dengan

kelayakan sebagai tempat

hiburan keluarga.

3

7

3 Tidak adanya penyalahgunaan

dalam penyediaan tempat

hiburan bagi keluarga.

7

3

JUMLAH

Sumber : Obeservasi Penulis, 24 Agustus 2017.45

Keamanan terhadap konsumen telah terjamin untuk bentuk terciptanya keamanan, dan

keselamatan para konsumen, Konsumen Menyatakan Telah SESUAI dengan presentase 60%,

dan TIDAK SESUAI dengan presentase 40%, Berarti keamanan terhadap Karaoke Keluarga

Inul Vizta dapat dikatakan Telah Terjamin aman. Pelaku usaha menyediakan layanan hiburan

sesuai dengan kelayakan sebagai tempat hiburan keluarga. Konsumen menyatakan TIDAK

SESUAI dengan presentase 70%, dan SESUAI dengan presentase 30%. Berarti karaoke

keluarga Inul Vizta dikatakan TIDAK layak sebagai tempat hiburan keluarga. Dan Tidak

adanya penyalahgunaan dalam penyediaan tempat hiburan bagi keluarga, Konsumen

Menyatakan Telah SESUAI dengan presentase 70%, dan TIDAK SESUAI dengan presentase

30%, Berarti tidak adanya penyelahgunaan dalam penyediaan tempat hiburan keluarga.

Tabel 2.2.6

10 Konsumen karaoke keluarga Queen

No

PERTANYAAN

Pilihan

Jawaban

SS

S

TS

STS

1 Keamanan terhadap konsumen

telah terjamin untuk bentuk

terciptanya keamanan,

keselamatan para konsumen.

2

8

2 Pelaku usaha menyediakan

layanan hiburan sesuai dengan

kelayakan sebagai tempat

hiburan keluarga.

3

7

3 Tidak adanya penyalahgunaan

dalam penyediaan tempat

hiburan bagi keluarga.

4

6

Sumber : Obeservasi Penulis, 23 agustus 2017.46

45 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 24 Agustus 2017, di Inul Vizta, Salatiga Indonesia, Pukul 12.00 wib.

46 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 23 Agustus 2017, Di Queen Karaoke Keluarga, Salatiga, Indonesia,

Pukul 19.00 wib.

Keamanan terhadap konsumen telah terjamin untuk bentuk terciptanya keamanan, dan

keselamatan para konsumen, Konsumen Menyatakan Telah SESUAI dengan presentase 20%,

dan TIDAK SESUAI dengan presentase 80%. Berarti keamanan terhadap Karaoke Keluarga

QUEEN dapat dikatakan TIDAK Terjamin terhadap keamanan dan keselamatan. Pelaku

usaha menyediakan layanan hiburan sesuai dengan kelayakan sebagai tempat hiburan

keluarga. Konsumen menyatakan TIDAK SESUAI dengan presentase 70%, dan SESUAI

dengan presentase 30%. Berarti karaoke keluarga QUEEN dikatakan TIDAK layak sebagai

tempat hiburan keluarga. Dan Konsumen Menyatakan adanya penyelahgunaan dalam

penyediaan tempat hiburan karaoke keluarga dengan presentase 60%.

Tabel 2.2.7

10 Konsumen Karaoke Keluarga New Zensho

No

PERTANYAAN

Pilihan

Jawaban

SS

S

TS

STS

1 Keamanan terhadap konsumen

telah terjamin untuk bentuk

terciptanya keamanan,

keselamatan para konsumen.

2

1

7

2 Pelaku usaha menyediakan

layanan hiburan sesuai dengan

kelayakan sebagai tempat

hiburan keluarga.

1

3

6

3 Tidak adanya penyalahgunaan

dalam penyediaan tempat

hiburan bagi keluarga.

3

7

Sumber : Obeservasi Penulis, 23 agustus 2017.47

47 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 23 Agustus 2017, Di Zensho Karaoke Keluarga, Salatiga, Indonesia, Pukul

21.00 wib.

Konsumen Menyatakan tidak terjaminnya keamanan dan keselamatan terhadap

konsumen Karaoke Keluarga ZENSHO dengan presentase 70%. Konsumen menyatakan

karaoke keluarga ZENSHO dikatakan TIDAK layak sebagai tempat hiburan keluarga dengan

presentase 60%. Dan Konsumen Menyatakan adanya penyelahgunaan dalam penyediaan

tempat hiburan keluarga dengan presentase 70%.

Berdasar Hasil observasi pada tabel diatas penulis mengumpulkan data dengan

menggunakan kuisioner kepada konsumen yang berkunjung ke tempat masing-masing

karaoke, sebagai ungkapan tingkat keamanan tempat hiburan jasa karaoke keluarga tersebut

demi terjaminnya keselamatan konsumen, kelayakan jasa hiburan tersebut sebagai tempat

hiburan keluarga, dan tidak ada nya penyalahgunaan media hiburan keluarga untuk hal

negatif. Dari hasil pemaparan diatas dapat dilihat Karaoke Inul Vizta memiliki tingkat

keaman terhadap terjamin nya keselamatan konsumen, dan tidak adanya penyalahgunaan

tempat hiburan keluarga menjadi tempat negatif, namun tetap pandangan konsumen masih

sedikit berpendapat bahwa layanan jasa karaoke keluarga Inul Vizta dianggap belom

memenuhi kelayakan sebagai tempat hiburan keluarga.

Tabel 2.2.8

KUISIONER PENELITIAN TERJAMINNYA PERLINDUNGAN TERHADAP HAK

KONSUMEN JASA KARAOKE KELUARGA

Berikut hasil dari pengumpulan data yang di simpulkan dari seluruh penelitian di

beberapa tempat layanan jasa karaoke keluarga, Sehingga dapat memperlihatkan tingkat

kepercayaan konsumen terhadap terselenggaranya usaha jasa karaoke keluarga yang pelaku

usaha coba untuk membuat sebuah perbedaan antara karaoke keluarga dengan karaoke

sebagai tempat hiburan malam. Ini menjadi tolak ukur apakah ada pandangan yang

membedakan dari praktek yang di ciptakan oleh pelaku usaha untuk lingkungan masyarakat

di Kota Salatiga.

Pengumpulan data dari 3 obyek yang temapat karaoke keluarga di Salatiga, dengan

total 30 orang konsumen, Sebagai berikut :

No

PERTANYAAN

Pilihan

Jawaban

SS

S

TS

STS

1 Keamanan terhadap konsumen

telah terjamin untuk bentuk

terciptanya keamanan,

keselamatan para konsumen.

2

(6.6%)

9

(30%)

19

(63,3%)

2 Pelaku usaha menyediakan

menu makanan dan minuman

yang sesuai dengan keinginan

konsumen.

1

(3,3%)

9

(30%)

20

(66.6%)

3 Tidak adanya penyalahgunaan

dalam penyediaan tempat

hiburan bagi keluarga.

1

(3,3%)

14

(46.6%)

16

(53.3%)

Hasil Observasi Penulis, Guna melihat tingkat kepercayaan Konsumen terhadap tempat

hiburan jasa karaoke keluarga Di Kota Salatiga.

Konsumen Menyatakan tidak terjaminnya keamanan dan keselamatan terhadap

konsumen dalam layanan jasa Karaoke Keluarga di kota Salatiga dengan presentase

63,3%.

Konsumen menyatakan layanan jasa karaoke keluarga di Salatiga Tidak layak sebagai

tempat hiburan keluarga dengan presentase 66,6%.

Konsumen menyatakan adanya penyalahgunaan dalam penyediaan tempat hiburan bagi

keluarga.53.3%.

E. Analisis

I. Perencanaan pemanfaatan lingkungan sebagai obyek wisata dalam rangka menjamin

kepastian hukum dan meningkatkan tertib usaha pariwisata di Kota Salatiga, Dalam

menjalankan peran nya pemerintah kota Salatiga melalui Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penyelanggaraan Usaha Pariwisata menjadikan landasan

dalam menjalankan prosedur penerbitan tanda daftar usaha pariwisata, agar pembinaan,

pengaturan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pariwisata dapat

berjalan tertib, lancar, berdaya guna, dan berhasil guna.

Dinas Kebudayaan dan Priwisata selanjutnya disebut DISBUDPAR dalam hal ini

memiliki wewenang yang di berikan oleh pemerintah dalam melakukan kebijakan,

Pelayanan perizinan, pembinaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian dibantu

oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP, dimana Satpol PP

berwenang untuk membantu memberi pengawasan terhadap beroperasinya Karaoke

Keluarga di Salatiga.

o Dalam klasifikasi jenis usaha pariwisata yakni Karaoke dalam perda No.1 tahun 2015

tersebut sama dengan adanya jenis Hiburan Karaoke keluarga, dalam hal ini berarti tidak

ada perbedaan terhadap perizinan pendirian nya. Namun tidak ada penjelasan atau

pengaturan lebih lanjut mengenai pengklasifikasi jenis layanan jasa tersebut.

o Dalam wawancara bersama Kepala Satpol PP Kota Salatiga pak Kusumo Aji. S.H,

menjelaskan bahwa layanan jasa karaoke keluarga tidak satupun yang di izinkan dalam

praktek penjualan minuman beralkohol. Dalam hal ini merupakan salah satu larangan

jasa karaoke keluarga dalam pengoprasiannya, Layanan jasa karaoke keluarga terbuka

bagi seluruh kalangan apapun, baik remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun.

o Pengawasan beroperasinya layanan jasa karaoke keluarga oleh Satpol PP yang

berkordinasi dengan DISBUDPAR dalam melakukan operasi rutin ke tempat layanan

jasa karaoke keluarga, untuk melakukan razia peredaran minuman beralkohol,

ketersediaan pekerja anak di bawah umur, tersedianya pemandu karaoke (Ladies

Karaoke).

o Berlakunya kebijakan yang memang tidak secara tertulis di terapkan oleh Pemerintah

Kota Salatiga terhadap pengaturan lebih lanjut mengenai layanan jasa hiburan Karaoke

Keluarga dengan syarat tidak mengganggu keamanan lingkungan, menjunjung tinggi

norma-norma yang hidup dalam lingkungan masyarakat Kota Salatiga. Pelaku Usaha

yang menjalankan Layanan jasa hiburan Karaoke Keluarga harus membedakan jenis

hiburannya dengan karaoke yang diperuntukan sebagai hiburan malam.

o Dengan tidak terkodifikasinya suatu aturan yang secara langsung untuk memberikan

kepastian dalam hal sebagai daya pembeda dan atau syarat khusus dalam perizinan. Hal

tersebut justru menjadi sebuah sisi lemah dalam pengawasan, pembinaan, dan tindakan

dari pemerintah sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dari wawancara penulis dengan

DISBUDPAR, dan Satpol PP, Dimana terkait larangan terhadap penjualan minuman

keras, mengutip kembali hasil Wawancara Bapak Sri Danudjo, Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Tanggal 24 Agustus 2017, jam 10.00 WIB.

o Lalu dikaitkan dengan wawancara penulis dengan pihak pelaku usaha, Tabel 2.2.5 Dalam

prakteknya seluruh tempat layanan jasa karaoke keluarga yang menjadi obyek penelitian

menyediakan minuman beralkohol golongan (A), Penyediaan minuman beralkohol

tersebut tidak di barengi dengan suatu perizinan dalam surat keterangan penjualan

langsung-A menurut ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 tahun 2016

tentang Pengawasan Dan Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol

Pasal 11 ayat (2) huruf c.48

o Lemahnya pengawasan, tindakan, dan pembinaan yang dilakukan pemerintah justru

membuat pelaku usaha dengan mudah untuk mencari celah dalam meningkatkan

keuntungannya tanpa menjalankan usaha dengan itikad baik, dan mengacuhkan semua

aturan yang diberikan pemerintah daerah.

II. Pembentukan kebijakan lebih lanjut untuk mengtur perizinan, pembinaan, dan

pengawasan Jasa karaoke keluarga oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga yang

ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah merupakan tindakan yang semestinya harus

segera dilakukan, karena tepat untuk membatasi dan mengatur keberadaan Tempat

hiburan karaoke keluarga dalam melakukan usaha, sehingga tidak timbul dampak negatif

bagi lingkungan.

o Penegakan Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga yang di wakili oleh

Satpol-PP dan DISBUDPAR untuk ikut melakukan pengawasan, pendataan, monitoring,

dan melakukan penertiban terhadap lebih mendalam terhadap praktek-praktek curang

yang jelas pelaku usaha menjalan usahanya tanpa itikad baik dalam pengamalan

peraturan yang berlaku. yang melanggar kesepakatan bersama Walikota terhadap aturan

mengenai peredaran minuman keras, hal itu merugikan daerah, karena beredarnya

minuman beralkohol tanpa izin, lepas kontrol pemerintah maka akan berdampak negatif

bagi lingkungan pemerintahan kota Salatiga.

o Menurut James E. Anderson, “ Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai

tujuan tertentu, yang di ikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok

pelaku guna memecahkan masalah tertentu ”.49

48 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 tahun 2016 tentang Pengawasan Dan Pengendalian

Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol Pasal 11 ayat (2) huruf c.

III. Terhadap pemenuhan Hak konsumen mengenai hak atas keamanan, keselamatan,

kenyaman dalam mengkonsumsi ayau pemanfaatan jasa hiburan karaoke keluarga, Selain

menjadi kewajiban pelaku usaha terhadap perlindungan kosumen dari dampak negatif

pemanfaatan jasa hiburan karaoke keluarga, Pemerintah sebagai pihak yang instansi

penting dalam pemberian kebijakan dimana untuk pihak yang menyelaraskan suatu

kebijakan dengan aturan perundang-undang yang berlaku. Maka perlulah memperhatikan

kembali mngenai aturan tentang penyelenggaraan usaha pariwisata, dimana

terselenggaranya jasa karaoke keluarga di Salatiga secara tidak langsung memberi

pengaruh negatif dalam lingkungan masyarakat, serta membuat hak konsumen dalam

penggunaan atau pemanfaatan layanan hiburan menjadi tidak terjaminnya hak atas

kenyamanan dan keamanan serta keselamatan konsumen.

o Perlunya kebijakan terhadap pengklasifikasian jenis hiburan karaoke keluarga tersebut

agar terjaminnya keamanan, kenyamanan dan serta keselamatan konsumen.

o Tanggung jawab pelaku usaha dalam mengamalkan undang-undang perlindungan

konsumen, terhadap jaminan mendapatkan ganti kerugian terhadap jasa yang tidak sesuai

dengan hal yang seharusnya atau sebenarnya.

o Tanggung jawab perlindungan konsumen yang juga di atur dalam Perda nomor 1 tahun

2015 tentang penyelenggaraan usaha pariwisata dimana adanya kepastian oleh pelaku

usaha perihal sebuah jaminan terhadap ganti rugi berupa asuransi,50 hal tersebut menjadi

suatu jaminan dalam pemenuhan hak konsumen dalam mendapatkan kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan, baik terhadap jiwanya, maupun barang yang ada padanya.

o Dalam hasil wawancara penulis dengan pelaku usaha, terdapat itikad buruk terhadap

penyelenggaraan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha karaoke keluarga, selain

melanggar ketentuan terhadap peredaran miras, terselenggaranya usaha jasa karaoke

49 Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijakan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,1994, hlm. 33. 50 Pasal 26 ayat (2) huruf l Peraturan daerah kota salatiga nomor 1 tahun 2017 tentang penyelenggaraan

usaha pariwisata.

keluarga seharusnya disediakan atau di peruntukan untuk keluarga, dimana pengguna

atau konsumen yang menggunakan jasa hiburan selayaknya di sediakan sesuai dengan

apa yang seharunya keluarga dapatkan. Fasilitas keamanan, pelayanan terhadap seluruh

kalangan baik anak-anak, sampai ke kalangan orang tua dapat mendapatkan pelayanan

yang memang tersedia sesuai lingkup kehidupan drajadnya. Menjauhi hal-hal negatif

yang dapat merusak dan mengganggu ketentraman umum.

o Sistem keamanan yang diberlakukan seharusnya tidak hanya dengan sebuah himbauan

saja. Dari kegiatan hiburan yang diperuntukan kepada lingkungan keluarga, sangatlah

tidak pantas jika pelaku usaha menjalankan usaha tidak sesuai aturan, atau dalam hal

melanggar aturan. Pengawasan yang buruk, sehingga banyak konsumen muda mudi yang

seenaknya masuk dengan membawa minuman beralkohol, membawa senjata tajam tanpa

ada pengawasan yang baik dari pelaku usaha. hal tersebut sama saja penyalahgunaan

tempat hiburan yang di peruntukan kepada keluarga. Tidak memiliki kelayakan jika di

selenggarakan dalam lingkungan keluarga. Efek negatif minuman keras akan menambah

situasi semakin berbahaya, hal tersebut sama saja tidak adanya tanggung jawab pelaku

usaha terhadap penjaminan keamanan, kenyaman dan keselamatan para konsumennya.

o Tindakan tegas oleh DISBUDPAR, dan Satpol PP dalam hal pengawasan, pembinaan,

serta menegakan suatu aturan harus di lakukan.

o Dalam nyatanya kini pemerintah dalam hal berwenang meluruskan sesuatu aturan yang

disimpang seharusnya bertindak tegas dan sigap dalam tugasnya.

o Kebijakan terhadap penyelenggaraan usaha pariwisata yang seharusnya di lakukan untuk

kepentingan daerah tersebut, namu jika pemangku jabatan tidak bertindak dengan baik

maka tidak mungkin tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan lingkungan budaya

dan pariwisata di wilayah kota Salatiga dapat berdaya gunda dengan baik.

o Berdasar dari hasil observasi dalam tabel yang dilakukan oleh penulis, jelas konsumen

memberi keterangan yang menjelaskan adanya indikator ketidak sesuaiannya

penyelenggaraan usaha jasa hiburan yang diperuntukan oleh keluarga.

o Penyediaan layanan hiburan keluarga di nilai hanya menjadi sebuah syarat untuk dapat

memiliki izin beroprasinya usaha. Setelah itu pelaku usaha menjalankan usaha tidak

memperhatikan asas keamanan dalam perlindungan konsumen, dan peraturan perundang

undangan. Hal tersebut jelas bahwa pelaku usaha melanggar ketentuan perihal tidak

memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan

perundang-undangan, Pasal 8 undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen mengenai perbuatan yang dilarang oleh pelaku usaha.