1.1 road map asbuton

Upload: gedebudisuprayoga

Post on 15-Jul-2015

127 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ROAD MAP LITBANG ASBUTON

1. Latar Belakang Kebutuhan aspal nasional Indonesia untuk pekerjaan peraspalan adalah sekitar 1,3 juta ton pertahun. Dari kebutuhan ini, baru sekitar sepertiganya saja yang dapat dipenuhi pemasok dalam negeri sedangkan sisanya dipenuhi melalui import, seperti diketahui aspal merupakan residu dari pengilangan minyak bumi, padahal harga minyak mentah dunia berfluktuasi dan cenderung meningkat, sehingga tiap tahun sekitar tiga trilyun rupiah harus kita keluarkan untuk membeli aspal dari luar negeri. Untuk menjawab kendala di atas, salah satu alternatif yang menjanjikan adalah penggunaan asbuton yang terdapat di Pulau Buton Sulawesi Tenggara, dengan cadangan sekitar 677 juta ton (Pertambangan dan energi.Sultra,1997). Dari jumlah tersebut sebagian besar belum teridentifikasi karakteristiknya. Teknologi asbuton yang saat ini telah berkembang dan telah difabrikasi adalah teknologi asbuton butir dan modifikasi aspal keras dengan asbuton butir, meskipun demikian masih terdapat kendala dalam hal pasokan row material, pengendalian mutu produksi serta angkutan untuk distribusi ke pengguna. Selama ini penggunaan asbuton butir untuk pekerjaan peraspalan masih belum maksimal, karena hanya dapat mensubstitusi aspal minyak sekitar 30 %, alternatif teknologi lain yang lebih menjanjikan adalah dengan ekstraksi asbuton sehingga penggunaan asbuton untuk mensubstitusi aspal minyak akan lebih tinggi lagi. Penggunaan bahan pelarut bitumen asbuton berbasis petroleum masih banyak kendala, terutama pada harga serta mutu bitumen asbuton yang dihasilkan. Oleh karena itu pada tahun 2008 telah dimulai kajian penggunaan bahan pelarut non petroleum, namun untuk mencapai validasi yang cukup, masih perlu kajian tahun 2009, seperti masih diperlukan bahan lain untuk meningkatkan/memperbaiki kelarutan dari bahan pelarut potensial untuk memisahkan bitumen dan mineralnya tanpa menggunakan bahan pelarut berbasis petroleum. Disamping itu diperlukan teknologi pemisahan bitumen dari mineral asbuton secara fabrikasi yang dimulai dengan pembuatan prototype, mini plant dan pabrik untuk ekstraksi asbuton. 2. Isu strategis dan teknologi yang di butuhkan Terdapat dua Isu utama pada pekerjaan peraspalan yang mengemuka saat ini di Indonesia yaitu: 1. Kebutuhan Aspal Nasional tidak dapat dipenuhi pemasok dalam negeri, sehingga harus impor yang menyebabkan berkurangnya devisa negara.

2. Tidak tercapainya umur rencana,beraspal yang terjadi 2.1. negeri

akibat kerusakan prematur pada perkerasan

Kebutuhan aspal nasional tidak dapat dipenuhi pemasok dalam

Kebutuhan aspal nasional untuk pekerjaan peraspalan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan kebutuhan jenis penanganan jalan beraspal, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1., dengan jumlah panjang seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1, kebutuhan aspal sekitar 1.3 juta ton per tahun (untuk jalan nasional saja), padahal yang dapat dipasok oleh pemasok dalam negeri makin menurun, yang tadinya setengah dari kebutuhan aspal, akibat dari kebijakan dan makin tuanya peralatan, sekarang ini hanya dapat memasok sekitar sepertiganya saja.

1

J ENIS -J ENIS PENANGANAN J ALAN YG MEMERLUKAN ASPAL

PR

PR PR PR

Pemel. Berkala PR PR

Peningkatan

Tk Pelayanan

PR

Tanpa Pemel. Rutin

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

PR = Pemeliharaan Rutin

Umur (tahun) / Kumulatif Beban LL (ESA)

Gambar 2.1. jenis penanganan jalan yang memerlukan aspal Tabel 2.1. Panjang jalan yang harus dilakukan penanganan Panjang Jenis jalan (km)

Jalan nasional bukan jalan tol Jalan nasional jalan tol Jalan provinsi Jalan kabupaten Jalan kota

34.629 649 46.499 240.946 25.518

Disamping itu menurut beberapa informasi yang ada menyatakan bahwa ketersediaan aspal keras semakin terbatas dan harga yang cenderung naik seiring dengan harga pasar minyak mentah dunia,seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. mengakibatkan devisa negara berkurang karena harus impor.

G RAF PERK B IK EM5,0002

Gambar 2.2. Perkembangan harga aspal keras 2.2. Tidak tercapainya umur rencana, akibat kerusakan prematur Akibat tempertur tinggi dan beban lalu lintas yang berlebih yang tidak terkendali, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. serta campuran beraspal yang tidak memadai untuk mendukungnya, terjadilah kerusakan prematur yang mumnya adalah jenis retak dan deformasi plastis seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4.

No. 1.

uraian Ketentuan Beban standar: Kendaraan Daya angkut Orang Total Beban nyata: Kendaraan Angkut pasir 33m Orang Total Kelebihan beban3

Beban (kg) 8.000 10.740 Tiga 18.740 8.000 59.400 Tiga 67.400 48.640 (453 %)

2.

Gambar 2.3. beban berlebih yang umumnya terjadi

Gambar 2.4. kerusakan perkerasan dengan jenis deformasi plastik dan retak Untuk menanggulangi ke dua isu tersebut, diperlukan suatu teknologi yang tepat guna dan berhasil guna, yaitu

Diperlukan bahan produksi dalam negeri yang berfungsi menggantikan ataumensubstitusi aspal keras yang sangat dibutuhkan Diperlukan campuran beraspal lebih kaku dan masih dalam batas lentur yang dapat mengurangi terjadinya kerusakan prematur. 3. Gambaran umum teknologi asbuton yang telah dikaji Kajian teknologi asbuton telah dirintis sejak ditemukannya sekitar tahun 1924 dan pengembangannya mengalami pasang surut, seiring dengan kebijakan dan dana yang tersedia. Pengembangan yang lebih intensif secara garis besar terdiri atas dekade delapan puluhan sampai sembilan puluhan, sebelum dan setelah tahun 2005. Pada dekade delapan puluhan sampai sembilan puluhan, Asbuton hanya diproduksi dalam ukuran butir maksimum 1/2 in (12,5 mm) serta kadar bitumern bervariasi yang

3

diklassifikasikan berdasarkan kadar bitumennya, biasa disebut Asbuton konvensional dan digunakan untuk Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat) campuran dingin, dan sedikit untuk asbuton campuran panas dan hangat, namun dalam pelaksanaannya setelah dicampur dengan bahan peremaja dan agregat sehingga menjadi campuran beraspal telah mengalami kegagalan. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja campuran beraspal dengan menggunakan Asbuton adalah: Menyeragamkan kadar aspal dan besar butir produk asbuton yang dihasilkan secara fabrikasi. Meminimalkan kadar air asbuton yang dihasilkan sekaligus melindungi terjadinya penambahan kadar air. Memproduksi asbuton yang dapat digunakan secara langsung, tanpa melakukan modifikasi pada alat yang digunakan untuk mencampur. Melakukan pre blended antara asbuton butir dengan aspal keras dengan proses tertentu sehingga terjadi kehomogenan campuran. Melakukan pembatasan penempatan campuran beraspal yang menggunakan asbuton. Pembuatan pedoman teknis dan spesifikasi penggunaan Asbuton dalam campuran beraspal panas, hangat dan dingin.

Dari usaha tersebut dalam tahun-tahun belakangan ini telah diproduksi secara fabrikasi dan manual jenis asbuton seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jenis Asbuton butir yang telah diproduksiUraian Konv. Kadar aspal Kadar air Ukuran butir maks Kemasan 13-20 >6 12,5 curah Jenis asbuton/merk produksi Halus 20 6 4,75 ktg Mikro 25 2 2,36 ktg BRA 20