10.bab iii

69
BAB III PENYELESAIAN KASUS Bab ini berisikan penjelasan tentang permasalahan yang diangkat berdasarkan pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan di PT. Gunung Pulo Sari. Adapun proses yang dilakukan pada penyelesaian kasus ini dimulai dari menentukan faktor-faktor yang melatar belakangi tema yang diangkat, hingga analisis terhadap hasil pengolahan data yang didapatkan. 3.1 Pendahuluan Bagian pendahuluan berisikan hal – hal yang melatar belakangi pembuatan laporan kerja praktek, tujuan yang ingin dicapai dari laporan ini, perumusan dan batasan masalah. 3.1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat menyebabkan semakin berkurang celah antar perusahaan untuk mempertahankan produknya. Setiap perusahaan mulai dituntut untuk terus melakukan perubahan yang signifikan agar dapat mempertahankan keunggulannya dibandingkan dengan perusahaan lain sejenisnya. Perusahaan harus dapat

Upload: prasvika

Post on 25-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Kerja Praktek Bayu Dwi Putra Hamzah

TRANSCRIPT

BAB III

PENYELESAIAN KASUS

Bab ini berisikan penjelasan tentang permasalahan yang diangkat berdasarkan pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan di PT. Gunung Pulo Sari. Adapun proses yang dilakukan pada penyelesaian kasus ini dimulai dari menentukan faktor-faktor yang melatar belakangi tema yang diangkat, hingga analisis terhadap hasil pengolahan data yang didapatkan.3.1Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisikan hal hal yang melatar belakangi pembuatan laporan kerja praktek, tujuan yang ingin dicapai dari laporan ini, perumusan dan batasan masalah.

3.1.1Latar Belakang

Persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat menyebabkan semakin berkurang celah antar perusahaan untuk mempertahankan produknya. Setiap perusahaan mulai dituntut untuk terus melakukan perubahan yang signifikan agar dapat mempertahankan keunggulannya dibandingkan dengan perusahaan lain sejenisnya. Perusahaan harus dapat menghasilkan produk produk yang berkualitas agar dapat mempertahankan konsumennya bahkan menarik minat konsumen lainnya. Saat permintaan meningkat maka hal yang perlu diperhatikan adalah kecukupan persediaan terhadap permintaan tersebut, sehingga kadang untuk menutupinya perusahaan akan memesan persediaan dalam jumlah yang banyak. Namun perusahaan juga harus dapat meminimalisasi biaya seefektif dan seefisien mungkin. Konflik inilah yang biasanya terjadi pada suatu perusahaan dalam menjalankan egiatan produksinya. Untuk mengatasi konflik ini maka persediaan suatu perusahaan perlu dikelola dengan baik.

Persediaan merupakan salah satu elemen yang sangat mendukung pelaksanaan suatu produksi. Setiap perusahaan membutuhkan persediaan untuk menjamin kelancaran produksinya. Sebelum melakukan kegiatan produksi maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap persediaan apakah sudah dapat mencukupi jumlah permintaan. Apabila permintaan dan persediaan tidak seimbang maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Persediaan menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan dalam suatu perusahaan, karena jumlah permintaan yang tidak konstan setiap harinya.

PT. Gunung Pulo Sari merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang vulkanisir ban. Perusahaan ini juga memiliki persediaan berupa Karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 yang biasanya digunakan untuk melapisi ban ban konsumen. Seperti halnya dengan perusahaan lain sejenisnya, permintaan untuk vulkanisir ban setiap tahunnya tidak akan konstan atau berubah ubah. Sementara untuk memesan persediaannya, perusahaan tidak menetapkan kebijakan khusus mengenai jumlah atau waktunya, sehingga hal ini akan dapat membuat perusahaan mengalami kerugian karena permintaan dan persediaan yang kadang tidak sesuai. Jika permintaan lebih besar dari persediaan maka kegiatan produksi akan terhenti karena tidak adanya persediaan yang dapat diolah lagi. Sebaliknya jika permintaan lebih kecil dari persediaan maka bahan baku tersebut akan rusak karena terlalu lama disimpan. Kedua hal ini tentu saja akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan apabila terus dibiarkan. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan ini maka cara yang tepat adalah dengan melakukan pengendalian persediaan agar produksi di PT. Gunung Pulo Sari dapat berjalan lancar dengan biaya yang seefektif dan seefisien mungkin. 3.1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana menghitung pengendalian persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari selama 12 periode yang akan datang?.

3.1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari pembuatan laporan kerja praktek mengenai Perhitungan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Karet Masak Panas Tipe 178 dan Tipe 185 Pada PT Gunung Pulo Sari ini yaitu :

1. Menentukan metode peramalan yang sesuai dengan pemakaian bahan baku di PT. Gunung Pulo Sari.2. Meramalkan jumlah pemakaian untuk periode 12 periode ke depan.3. Menentukan ukuran pemesanan (EOQ) serta frekuensi pemesanan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 untuk setiap pemesanan.

4. Menghitung besarnya biaya total persediaan yang akan dikeluarkan PT. Gunung Pulo Sari.5. Menentukan jumlah safety stock karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 yang harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari.6. Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point) untuk bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari.7. Menentukan jumlah persediaan maksimum untuk bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 yang dapat dipesan oleh PT. Gunung Pulo Sari.

3.1.4Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam laporan ini lebih terfokus pada tujuan yang akan dicapai maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :1. Persediaan bahan baku yang menjadi objek pengamatan adalah persediaan karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT. Gunung Pulo Sari.2. Data yang digunakan adalah data historis permintaan pada tahun 20113. Galat peramalan yang digunakan untuk menghitung jumlah error metode peramalan adalah SEE, MSE dan SSE.3.2 Landasan TeoriPersediaan merupakan salah satu faktor dalam perusahaan yang berpengaruh besar terhadap kelancaran suatu proses produksi. Dengan adanya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan atau permintaan dari konsumen serta tepat waktu. Selain itu melalui persediaan bahan baku yang cukup maka dapat memperlancar kegiatan produksi serta pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Namun persediaan tidak boleh diadakan dalam jumlah yang besar karena akan mengakibatkan pengeluaran meningkat. Oleh karena itu, pengendalian persediaan dilakukan agar persediaan dapat dikelola secara efektif dan efisien,3.2.1Persediaan

Persediaan adalah suatu aktivitas yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Sofjan Assauri. 1980: 169). Pengertian lain dari persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Freddy Rangkuty. 2004:1). Pada prinsipnya persediaan merupakan sumber daya yang menganggur (idle resources) yang menunggu proses produksi lebih lanjut.Menurut Freddy Rangkuty (2004:15) persediaan terbagi atas beberapa fungsi sebagai berikut:

1.FungsiDecouplingadalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

2.FungsiEconomic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data data masa lalu yaitu permintaaan musiman.

Bentuk persediaan yang tepat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut cara dan maksud pembeliannya, yakni sebagai berikut (Gasperz, 2001) :

1. Batch stock atau lot size inventory, yaitu persediaan bahan atau barang yang disediakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang diperlukan, karena diangkut dalam bulk (besar-besaran).

2. Fluctuation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk mengantisipasi permintaan yang fluktuasinya dapat diramalkan.

Jenis persediaan terbagi menjadi beberapa macam yang dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Jenis-jenis tersebut antara lain (Gasperz, 2001):

1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari suplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu/penolong yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam produksi, tetapi tidak merupakan bagian komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished good) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual.

Suatu perusahaan seharusnya dapat mempertimbangkan pengadaan persediaan dengan sangat optimum, agar tidak mengganggu kelancaran produksi serta pencegahan pengeluaran yang berlebihan. Saat membahas persediaan maka sering ditemukan suatu dilema dalam mengelola persediaan, yakni untuk menjaga kelancaran produksi maka dilakukan pemesanan persediaan dalam jumlah yang besar sehingga akan menghabiskan dana yang besar sementara disisi lain untuk mendapatkan keuntungan maka jumlah persediaan ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pengendalian persediaan seoptimal mungkin, sehingga persediaan yang dibutuhkan dapat memenuhi permintaan konsumen tanpa perlu menghabiskan dana yang besar. 3.2.2Pengendalian Persediaan

Manajemen persediaan (inventory Control) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan dapat ditekan secara optimal. Usaha yang diperlukan manajemen persediaan secara garis besar adalah:

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi.

2. Membatasi nilai keseluruhan investasi.

3. Membatasi jenis dan jumlah material.

4. Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada.Tujuan dari dilakukannya pengendalian persediaan ini antara lain sebagai berikut:1. Memenuhi kebutuhan normal.

2. Memenuhi kebutuhan mendadak.

3. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.3.2.3Economic Order Quantity (EOQ)

Masalah dalam manajemen persediaan berkaitan dengan dua hal, yaitu kapan sebaiknya dilakukan pemesanan dan berapa jumlah yang harus dipesan. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menentukan policy penyediaan bahan dasar yang tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi dan disamping itu biaya yang ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan itu terdapat suatu metode EOQ (Economic Order Quantity).

Economic Order Quantity merupakan cara untuk menentukan ukuran pemesanan ekonomis dan kapan dilakukan pemesanan (reorder point) untuk independen demand, yaitu permintaan suatu komponen yang tidak tergantung dari permintaan komponen lain. Model yang digunakan dalam menghitung EOQ adalah :EOQ= Q* =

(3.1)Sedangkan total biaya persediaan yang disebabkan dengan pemesanan sejumlah EOQ ini dihitung dengan:

Total Cost = Biaya pemesanan + Biaya simpan

= Ongkos tiap kali pesan x Frekuensi pemesanan + Ongkos simpan/unit/periode x jumlah persediaan rata-rata

= A x F + h x m

=

(3.2)Dimana:

A = Ongkos setiap kali pesan

D = Demand/permintaan per periode perencanaan

h = ongkos simpan/unit/periode

F = Frekuensi pemesanan

Q = Ukuran pemesanan

m = jumlah persediaan rata-rataModel rumus diatas dapat diterapkan untuk mentukan suatu persediaan bahan baku dengan asumsi sebagai berikut:

1. Demand tetap

2. Leadtime = 0 (instantinous receive model)

3. Pesanan datang serentak

4. Supllier dapat memenuhi berapa yang diminta

5. Harga tidak tergantung pesanan

Terdapat beberapa faktor tentang persediaan bahan baku yang harus dipenuhi agar dapat diperoleh persediaan yang sesuai dan dapat memenuhi permintaan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

1. Perkiraan pemakaian

Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi perusahaan berikut tingkat persediaan bahan jadi yang dikehendaki oleh manajemen.

2. Harga dari bahan

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

3. Biaya-biaya persediaan

Dalam pengelolaan suatu persediaan maka perlu diperhatikan pula beberapa biaya yang mempengaruhi besar kecilnya suatu persediaan bahan baku.

Adapun biaya-biaya yang harus dipertimbangkan pula dalam pengendalian persediaan adalah sebagai berikut (Freddy Rangkuty. 2004:16):a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan dalam perusahaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar bila jumlah atau kuantitas bahan yang disimpan semakin tinggi

Rumus:

(3.3)

Dimana:

Q : kuantitas bahan baku dalam setiap kali pembelian

h : persentase biaya penyimpanan terhadap harga beli per unit bahan

C: harga per unit bahan

Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain:

1) Biaya simpan bahan

2) Biaya asuransi bahan

3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan

4) Biaya pemeliharaan bahan

5) Biaya pengepakan kembali

6) Biaya modal untuk investasi bahan

7) Biaya kerugian penyimpanan

8) Biaya sewa gudang persatuan unit bahan

9) Resiko tidak terpakainya bahan karena usang

10)Biaya-biaya yang terkait dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang bersangkutan

Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.

b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost)

Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Hal yang diperhitungkan dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilaksanakan. Biaya persediaan akan semakin besar bila ferkuensi pemesanan bahan baku semakin besar.

Rumus :

(3.4)

Dimana :

D = Demand/permintaan per periode perencanaan

Q = Ukuran pemesanan

A = Ongkos setiap kali pesan

Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain :

1) Biaya persiapan pembelian

2) Biaya pembuatan faktur

3) Biaya ekspedisi dan administrasi

4) Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan setiap kali pembelian

5) Biaya-biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.

Biaya pemesanan ini sering disebut sebagai biaya persiapan pembelian, set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan pada perusahaan.

c. Biaya tetap persediaan

Biaya tetap persediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya persediaan bahan didalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan tersebut.

Beberapa contoh dari biaya tetap persediaan atau yang sering disebut sebagai fixed inventory cost, antara lain :

1) Biaya sewa beban perbulan

2) Gaji penjaga gudang perbulan

3) Biaya bongkar bahan perunit

4) Biaya-biaya persediaan yang tidak terkait dengan frekuensi dan jumlah unit yang disimpan3.2.4Peramalan

Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan merupakan suatu taksiran, tetapi dengan cara-cara tertentu peramalan dapat melebihi dari sebuah taksiran, peramalan merupakan suatu taksiran yang ilmiah. Meskipun terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan adanya keterbatasan manusia. Peramalan dibutuhkan oleh suatu perusahaan karena setiap keputusan yang diambil pada saat ini akan dapat mempengaruhi keadaan perusahaan dimasa yang akan datang. Prosedur peramalan yang benar adalah :1. Definisikan tujuan peramalan.

2.Buat diagram pencar.

3.Pilih paling sedikit dua metode yang memenuhi tujuan peramalan dan sesuai dengan plot data.

4.Hitung parameter-parameter fungsi peramalan.

5. Hitung kesalahan (error) peramalan yang terjadi.

6. Pilih metode yang terbaik.

7.

Lakukan verifikasi peramalan.

Langkah penting setelah peramalan dilakukan adalah verifikasi peramalan sedemikian rupa hingga mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang representasi peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus digunakan metode lainnya yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistik yang sesuai. Setelah suatu peramalan dibuat, selalu timbul keraguan kapan harus dibuat suatu metode peramalan baru. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan permintaan secara teratur. Pada suatu saat harus diambil tindakan revisi peramalan apabila ditemukan bukti adanya perubahan pola permintaan yang meyakinkan. Selain itu, penyebab perubahan pola permintaan harus diketahui. Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan verifikasi peramalan dan mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola permintaan. Salah satunya adalah peta kendali peramalan.

Metode peramalan yang sering dilakukan pada dunia industri adalah :

a. Pendapat ahli

Para ahli dipilih dan ditanyai tentang probabilitas berbagai kejadian di masa yang akan datang.

b. Ekstrapolasi kecenderungan

Para ahli mencari fungsi yang terbaik (fungsi linear, kuadratik, atau sinusoidal) berdasarkan data masa lalu kemudian menggunakannya untuk meramalkan masa depan.

c. Korelasi kecenderungan

Para peneliti melakukan korelasi deret waktu dengan harapan indikator utama peramalan dapat diketahui.

d. Pemodelan dinamis

Para peneliti membuat sehimpunan persamaan yang menjelaskan perilaku perubahan sistem. Koefisien-koefisien persamaan tersebut dicocokkan dengan menggunakan metode statistika.

e. Analisis dampak silang

Para peneliti mendefinisikan sehimpunan kecenderungan kunci (faktor yang penting atau kemungkinan terjadinya tinggi).

f. Skenario jamak

Para peneliti membuat gambaran alternatif masa depan yang masing-masing saling konsisten dan memiliki probabilitas tertentu.g. Peramalan kesempatan/ancaman

Para peneliti mengidentifikasikan kejadian yang paling mempengaruhi perusahaan. Setiap event diberi bobot berdasarkan kecenderungan ancaman itu di masyarakat. Event itu juga diberi bobot berdasarkan daya tariknya bagi beberapa golongan masyarakat tertentu. Kejadian yang memiliki bobot tertinggi selanjutnya akan diteliti lebih dalam.

Dari segi waktu peramalan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :

a. Peramalan jangka pendek

Yaitu yang memberikan hasil peramalan satu tahun atau kurang, biasanya digunakan untuk meramalkan penjadwalan kuantitas produk yang akan diproduksi, penjadwalan waktu produksi dalam satu periode waktu.

b. Peramalan jangka menengah.

Untuk meramalkan keadaaan satu hingga lima tahun yang akan datang. Pada kurun waktu ini peramalan berorientasi pada peramalan kapasitas, perekrutan tenaga kerja, penambahan mesin,dll.

c. Peramalan jangka panjang

Digunakan untuk mengambil keputusan mengenai perencanaan produk dan perencanaan pasar, pengeluaran biaya perusahaan, studi kelayakan pabrik, anggaran, dll.Secara umum, model-model peramalan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu (Gaspersz, 2001) :

1. Metode kualitatif (teknologis)

Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang dilakukan para ahli/pakar. Metode peramalan kualitatif antara lain adalah:

a. Metoda Delphi

b. Riset Pasar

c. Analogi Historik

d. Konsesus Panel2. Metode kuantitatif

Metode kuantitatif adalah peramalan yang merupakan analisis dari data-data masa lalu untuk mendapatkan kebijaksanaan di masa yang akan datang. Adapun pembagian dengan metode kuantitatif akan dijelaskan sebagai berikut :a). Teknik Deret Berkala (Time Series)

Metode ini memperlakukan sistem seperti kotak hitam dengan tidak adanya usaha untuk menemukan faktor yang berpengaruh pada perilaku sistem tersebut. Metode ini cocok untuk peramalan jangka pendek atau menengah. Metode yang sering dipakai dalam teknik deret berkala:1. Metode SmoothingMetode- metode yang termasuk metode smoothing adalah :a. Metode Rataan

Terdiri dari : Mean ( Simple Average ), Simple Moving Average, Double Moving Average, Weighted Moving Average.

- Metode Rata rata ( Simple Average )

Metode rata rata secara sederhana menghitung rataan dari data yang tersedia ( sejumlah T ). Persamaan metode rata rata yaitu :

(3.5)- Single Moving Average

Istilah Moving Average menggambarkan prosedur jika ada data baru, rata rata baru dapat dihitung dan data yang lalu dihapus. Rata rata baru tersebut akan digunakan untuk meramal. Persamaan tersebut akan digunakan untuk meramal.Persamaan Single Moving Average adalah :

(3.6)-Double Moving Average

Peramalan Double Moving Average meliputi 3 aspek, yaitu:

a) Menggunakan Single Moving Average pada waktu t.

b) Terjadi penyesuaian antara Single Moving Average Double Moving Average ( St St) pada saat t.

c) Terjadi penyesuaian trend t N + 1.

Aspek ini dapat dilihat pada persamaan peramalan sebagai berikut:

(3.7)

(3.8)

(3.9)

(3.10)

(3.11)b. Metoda Eksponensial Smoothing.1. Single Eksponensial Smoothing.

Persamaannya adalah:

(3.12)

atau

(3.13)

(3.14)

Berdasarkan rumus ini, peramalan Single Exponential Smoothing dihitung berdasarkan hasil peramalan ditambah kesalahan peramalan periode sebelumnya. Jadi kesalahan peramalan sebelumnya digunakan untuk mengoreksi peramalan berikutnya.2. Double Eksponensial Smoothing : Browns One Parameter Linear. Teknik ini dilakukan jika tersedia 3 data dan satu nilai . Persamaannya :

(3.15)

(3.16)

(3.17)

(3.18)

3. Double Eksponensial Smoothing : Holts Two Parameter.

Metode Holtsub mirip dengan metode Brown dengan perbedaan melakukan smoothing trend secara terpisah. Pemisahan ini menciptakan fleksibilitas dimana smoothing trend dapat dilakukan dengan parameter yang berbeda dengan parameter yang dipakai series asli. Persamaannya:

(3.19)

(3.20)

(3.21)Proses inisialisasi Holt membutuhkan nilai estimasi smoothing S1 dan nilai trend b1.

4. Triple Eksponensial smoothing : Winters Three Parameter Trend and Seasonality.

Metode Winters dapat digunakan untuk data musiman. Metode Winters didasarkan 3 persamaan smoothing: satu untuk kestasioneran, satu untuk trend dan satu untuk musiman. Persamaan Winters adalah :

(3.22)

(3.23)

(3.24)

(3.25)2. Metode Dekomposisi

Dekomposisi mempunyai asumsi bahwa data itu tersusun sebagai berikut :

Data = pola + kesalahan

= f (trend,siklus,musiman) + kesalahan.

Jadi disamping pola, terdapat unsur pola terdapat kesalahan atau kerandoman. Kesalahan ini dianggap merupakan perbedaan pengaruh gabungan dari tiga sub-pola deret tersebut dengan data yang sebenarnya.

Penulisan matematis umum dari pendekatan dekomposisi adalah :

Xt = f(It, Tt, Ct, Et),

(3.26)

Di mana :

Xt = nilai deret berkala (data aktual) pada periode t,

It = komponen (atau Indeks) musiman pada periode t,

Tt = komponen trend pada periode t,

Ct = siklus pada periode t, dan

Et = komponen kesalahan pada periode t

Bentuk fungsional yang pasti dari persamaan diatas bergantung pada metode komposisi yang digunakan.

b). Metode Eksplanatoris atau Kausal

Metode eksplanatoris atau kausal ini merupakan pendekatan untuk menyesuaikan model rekursif (seperti model pemulusan eksponensial) terhadap suatu data deret berkala tunggal. Pendekatan ini mencoba mengajukan variabel lain yang berkaitan dengan rangkaian data dan mengembangkan suatu model yang menyatakan adanya saling ketergantungan fungsional di antara semua variabel tersebut. 1. Metode Regresi

Teknik regresi umumnya membahas masalah pendekatan sebab-akibat (causal) atau yang bersifat menjelaskan (explanatory) untuk peramalan. Teknik-teknik ini mencoba memperkirakan keadaan di masa datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independent) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas yang akan diramalkan.

2. Metode Ekonometrik

Sebagaimana halnya regresi sederhana adalah kasus khusus dari regresi berganda, regresi berganda juga merupakan khusus dari model ekonometrik. Regresi berganda merupakan persamaaan tunggal sedangkan model ekonometrik dapat mencakup sejumlah persamaan regresi berganda secara simultan. Istilah model ekonometrik menunjukkan suatu persamaan linear yang melibatkan beberapa interdependent variabel. Langkah-langkah pemodelan ekonometrik :

a. Menentukan variabel mana yang harus dimasukkan ke dalam setiap persamaan (spesifikasi).

b. Menentukan bentuk fungsional (linear, eksponensial, logaritma dsb) setiap persamaan.

c. Penaksiran secara simultan parameter-perameter persamaan.

d. Pengujian signifikasi hasil secara statistik.

e. Pemeriksaan kesahihan (validitas) asumsi yang digunakan.

Teknik regresi umumnya membahas masalah pendekatan sebab-akibat (causal) atau yang bersifat menjelaskan (explanatory) untuk peramalan. Teknik-teknik ini mencoba memperkirakan keadaan di masa datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independen) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas yang akan diramalkan.

3.2.5

Ukuranukuran Kesalahan Peramalan

Jika Xi merupakan data aktual untuk periode ke i dan Fi merupakan ramalan (atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka besarnya kesalahan pada periode ke-i () dinyatakan sebagai:

(3.27)

dengan :

kesalahan pada periode ke-i

= data aktual periode ke-i

= nilai peramalan ke-iJika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan terdapat n buah kesalahan dan ukuran statistik standar berikut dapat didefenisikan :

Nilai Tengah Kesalahan (Mean Error) :

(3.28) Nilai Tengah Kesalahan Absolut (Mean Absolute Error) :

(3.29) Jumlah Kuadrat Kesalahan (Sum of Squared Error) :

(3.30) Nilai Tengah Kesalahan Kuadrat (Mean Squared Error) :

(3.31)

Deviasi Standar Kesalahan (Standard Deviation of Error) :

(3.32) Kesalahan Standar Penaksiran (Standard Error of Estimate) :

(3.33)

dimana f adalah derajat bebas, yang disesuaikan dengan bentuk model :

model konstan, f=1

model linear, f=2

model kuadratis,f=3

dengan : kesalahan pada periode ke-i

n = jumlah data

3.2.6Verifikasi Peramalan dengan Peta Moving RangePeta moving range digunakan untuk membandingkan nilai pengamatan aktual dengan nilai peramalan dari suatu permintaan. Setelah metoda peramalan ditentukan, peta moving range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab akibat yang mempengaruhi permintaan. Moving range dapat didefinisikan sebagai:

MR = ((yt yt) (yt-1 yt-I) (

(3.34)

dan rata-rata moving range didefinisikan sebagai :

(3.35)Garis tengah peta moving range adalah titik nol. Batas kendali atas dan bawah pada peta moving range adalah :

BKA = +2,66

(3.36)BKB = -2,66

(3.37)

Sementara itu, variabel yang akan diplot ke dalam peta moving range adalah:

(yt = yt - yt

(3.38)

Jika semua titik berada dalam batas kendali, dapat dianggap bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi.

3.3 Metodologi Penelitian

Pada bab metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan pengendalian persediaan pada karet masak panas tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari. Dalam melakukan suatu penelitian biasanya terdapat rangkaian tahap-tahap penelitian yang berkaitan secara sistematis. Dengan disusunnya rangkaian tahapan penelitian terlebih dahulu maka akan memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian serta menyusun laporan. Metodologi penelitian akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan mulai dari awal penelitian ini dilakukan hingga akhirnya diperoleh hasil yang diinginkan. Adapun metodologi penelitian dalam Kerja Praktek ini dapat digambarkan dalam Gambar berikut.

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian

3.3.1Pengamatan Pendahuluan

Pengamatan pendahuluan merupakan kegiatan yang dilakukan pada awal penelitian yakni dengan mengamati kondisi jumlah pemakaian bahan baku karet masak panas di gudang persediaan PT. Gunung Pulo Sari serta merekapitulasi jumlah pemakaian bahan baku karet masak panas yang tersedia mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2011. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ternyata jumlah persediaan tidak sesuai dengan kebutuhan bahan baku produksi. 3.3.2Studi Literatur

Studi literatur merupakan teori-teori yang berkaitan erat dengan materi yang dibahas pada laporan penelitian ini yakni tentang perhitungan pengendalian persediaan karet masak panas tie 178 dan 185 padaPT. Gunung Pulo Sari. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan referensi-referensi yang berkaitan dalam pembuatan laporan kerja praktek ini. Tahap ini bertujuan agar mendapatkan pedoman dalam pembuatan laporan serta dalam melakukan penganalisisan yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.3.3.3Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan maka dapat diidentifikasi bahwa salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Gunung Pulo Sari adalah mengenai pengendalian persediaan bahan baku khususnya karet masak panas tipe178 dan 185 di PT Gunung Pulo Sari.3.3.4Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas pada laporan penelitian ini adalah Bagaimana menghitung pengendalian pengadaan persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari selama 12 periode yang akan datang?

3.3.5Pengumpulan Data

Data-data historis yang digunakan dalam pengolahan data mengenai pengendalian persediaan karet masak panas tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari adalah.

1. Data pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185.2. Biaya-biaya lain yang diperlukan seperti harga karet masak panas, biaya pesan dan biaya simpan. 3.3.6Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan untuk menentukan pengendalian persediaan yang terbaik yakni dengan melakukan peramalan 12 periode kedepan berdasarkan data pemakaian karet masak panas tahun sebelumnya, menghitung EOQ karet masak panas, menghitung total biaya persediaan serta menentukan safety stock dan reorder point. 3.3.7Analisis

Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang mencakup analisis perhitungan hasil peramalan serta analisis perhitungan EOQ pada karet masak panas tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari.3.3.8Penutup

Bagian penutup berisi kesimpulan dari analisis pengendalian persediaan karet masak panas tipe 178 dan 185 pada PT. Gunung Pulo Sari. Selain itu pada bagian ini juga berisikan saran-saran terhadap pembuatan laporan penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi.

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berdasarkan metodologi penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka langkah selanjutnya adalah pengumpulan serta pengolahan data. Pengumpulan dan pengolahan data ini bertujuan untuk menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pengendalian persediaan karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari adalah metode perhitungan EOQ. 3.4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT Gunung Pulo Sari. Pemilihan data bahan baku yang akan diolah berdasarkan pada tingkat permintaan pelanggan. Bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 merupakan bahan baku yang paling banyak diminta oleh pelanggan. Data data yang dikumpulkan adalah data data historis pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT Gunung Pulo Sari selama 12 bulan sebelumnya. Selain itu juga diperlukan data data lain seperti data biaya bahan baku, biaya simpan dan biaya pesan.3.4.1.1Data Pemakaian Karet Masak Panas Tipe 178 dan 185Data yang dikumpulkan ini merupakan data historis pemakaian karet masak panas yang diperoleh dari PT Gunung Pulo Sari pada tahun 2011. Adapun jenis karet masak panas yang akan diolah pada laporan ini yakni karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 karena kedua jenis karet ini memiliki permintaan yang lebih besar dibanding jenis karet lain yang ditawarkan PT. Gunung Pulo Sari.Berikut merupakan tabel rekapitulasi data historis pemakaian karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 selama 12 bulan sebelumnya.

Tabel 3.1 Data Historis Pemakaian Karet Masak Panas tipe 178 dan tipe 185

3.4.1.2 Biaya Biaya Dalam PersediaanData biaya biaya yang diperlukan ini merupakan seluruh biaya biaya yang dibutuhkan dalam pengadaan persediaan karet masak panas tipe 178 dan tipe 185. Biaya biaya yang diperlukan ini meliputi biaya bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185, biaya pesan serta biaya simpan. Adapun rincian biayabiaya tersebut adalah sebagai berikut :a. Harga karet masak panas tipe tipe 178 dan tipe 185/buahBahan baku karet masak panas memiliki harga yang sama untuk berbagai tipe yang disediakan yakni seharga Rp. 2500,-/kg. Adapun yang membedakan harga masing-masing tipe yang disediakan adalah berdasarkan berat karet tersebut. Untuk karet masak panas tipe 178 memiliki berat 30,27 kg. Sedangkan karet masak panas tipe 185 adalah seberat 35,67 kg.- Karet Masak Panas Tipe 178: Rp. 2500,- x 30,27 = Rp 75.675,-

- Karet Masak Panas Tipe 185: Rp. 2500,- x 35,67 = Rp 89.175,-

b. Biaya pesan

Harga pesan untuk persediaan bahan baku karet masak panas di PT. Gunung Pulo Sari adalah Rp. 475,- untuk setiap 1 kg.

- Karet Masak Panas Tipe 178: Rp 475,- x 30,27 = Rp. 14.378,25

- Karet Masak Panas Tipe 185: Rp 475,- x 35,67 = Rp. 16.943,25c. Biaya simpan/ unit/ periodeBerdasarkan hasil pengumpulan data dari PT. Gunung Pulo Sari diperoleh bahwa biaya simpan yang dibutuhkan perusahaan adalah sebesar 5% dari harga karet per unit.- Karet Masak Panas Tipe 178: 5% x Rp 75.675,- = Rp. 3783,75- Karet Masak Panas Tipe 185: 5% x Rp 89.175,- = Rp. 4458,753.4.2Pengolahan Data

Setelah data data yang diperlukan telah dikumpulkan maka langkah selanjutnya yakni pengolahan data. Pengolahan data dilakukan untuk mengendalikan pengadaan persediaan karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT Gunung Pulo Sari. Oleh karena itu, pengolahan data yang dilakukan antara lain berupa peramalan permintaan untuk 12 periode kedepan, penentuan jumlah pemesanan, penentuan total biaya persediaan, penentuan jumlah safety stock, serta penentuan titik reorder point.

3.4.2.1Pemilihan Metode PeramalanPeramalan data pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode peramalan ini meliputi metode eksponensial, kuadratis, linier, siklis dan trend siklis. Berikut ini merupakan peramalan dengan kelima metode kuantitatif tersebut.

1. Metode Eksponensial

Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode eksponensial.

Tabel 3.2 Metode Eksponensial Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.2 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178

Pada Metode Eksponensial

(Tabel dan grafik perhitungan metode eksponensial untuk karet masak panas tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.1)2. Metode Kuadratis

Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode kuadratis.

Tabel 3.3 Metode Kuadratis Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.3 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178

Pada Metode Kuadratis(Tabel dan grafik perhitungan metode kuadratis untuk karet masak panas tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.2)

3. Metode Linier

Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode linier.

Tabel 3.4 Metode Linier Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.4 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178

Pada Metode Linier

(Tabel dan grafik perhitungan metode linier untuk karet masak panas tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.3)

4. Metode Siklis

Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode sikis.

Tabel 3.5 Metode Siklis Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.5 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178 Metode Siklis

(Tabel dan grafik perhitungan metode siklis untuk karet masak panas tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.4)

5. Metode Trend Siklis

Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode trend siklis.

Tabel 6. Metode Trend Siklis Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.6 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178 Pada Metode Trend Siklis

(Tabel dan grafik perhitungan metode trend siklis untuk karet masak panas tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.5)

3.4.2.2Perhitungan Galat Peramalan

Dalam memilih metode peramalan yang terbaik maka dilakukan perhitungan galat peramalan. Galat menunjukkan tingkat ukuran kesalahan dari metode peramalan yang digunakan. Perhitungan galat peramalan ini bertujuan untuk menentukan metode peramalan terbaik yang dapat digunakan untuk meramalkan pemakaian karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada 12 periode kedepan. Jenis perhitungan galat peramalan yang digunakan adalah SEE, MSE dan SSE. Tabel perhitungan galat peramalan masing-masing metode dapat dilihat pada lampiran B. Berikut ini akan ditampilkan tabel perbandingan SEE, MSE dan SSE serta grafik perbandingannya untuk setiap metode peramalan.

Tabel 3.7 Perbandingan Galat Peramalan Karet Masak Panas tipe 178

Gambar 3.7 Grafik Perbandingan SEE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.8 Grafik Perbandingan MSE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.9 Grafik Perbandingan SSE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 178

Tabel 3.8 Perbandingan Galat Peramalan Karet Masak Panas tipe 185

Gambar 3.10 Grafik Perbandingan SEE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 185

Gambar 3.11 Grafik Perbandingan MSE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 185

Gambar 3.12 Grafik Perbandingan SSE Pada Peramalan

Karet Masak Panas Tipe 185

Metode peramalan terbaik ditentukan berdasarkan nilai galat atau tingkat kesalahan metode peramalan yang terkecil. Berdasarkan ketiga kurva perbandingan galat peramalan tersebut maka diperoleh bahwa metode peramalan yang tepat untuk digunakan adalah metode trend siklis. 3.4.2.3Verifikasi Peramalan

Proses verifikasi peramalan ini dilakukan untuk memeriksa apakah data yang digunakan telah sesuai dengan batas kontrol yang ada. Tabel verifikasi peramalan ini selanjutnya dapat dilihat pada lampiran C. Berikut ini adalah moving range chart untuk peramalan karet masak panas tipe 178 dan 185.

Gambar 3.13 Moving Range Chart Karet Masak Panas Tipe 178

Gambar 3.14 Moving Range Chart Karet Masak Panas Tipe 185

Berdasarkan kurva moving range diatas, telah dapat dilihat bahwa tidak ada data yang keluar dari batas kontrol. Sehingga data pemakaian karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 yang digunakan ini telah sesuai.

3.4.2.4Peramalan 12 Periode ke Depan

Berdasarkan hasil perhitungan galat sebelumnya maka metode peramalan terbaik yang dapat digunakan pada peramalan karet masak panas tipe 178 dan 185 pada PT. Gunung Pulo Sari adalah metode trend siklis. Metode ini dipilih karena nilai error yang dimiiki lebih sedikit dibanding metode yang lain. Setelah metode peramalan terbaik didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan peramalan terhadap karet masak panas tipe 178 dan 185 untuk 12 periode kedepan. Berikut ini adalah data hasil peramalan karet masak panas tipe 178 dan 185 untuk 12 periode kedepan.

Tabel 3.9 Data Hasil Peramalan Karet Masak Panas tipe 178

3.4.2.5Perhitungan Ukuran dan Frekuensi Pemesanan

Setelah diperoleh data hasil peramalan karet masak panas tipe 178 dan 185, maka selanjutnya adalah menentukan ukuran pemesanan karet masak panas tipe 178 dan 185. Ukuran pemesanan ini berguna untuk menentukan jumlah untuk pemesanan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 dalam sekali pesan di PT. Gunung Pulo Sari. Dengan menentukan ukuran pemesanan ini maka dapat meminimumkan biaya yang akan dikeluarkan. Ukuran pemesanan ini dilakukan dengan menggunakan metode EOQ. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan persediaan. Metode ini mampu untuk menjawab pertanyaan tentang kapan pemesanan/pembelian harus dilakukan dan berapa banyak jumlah yang harus dipesan agar biaya total (penjumlahan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan) menjadi minimum.Berdasarkan pada hasil pengumpulan data sebelumnya maka telah diperoleh data-data biaya yang dapat digunakan pada perhitungan ukuran pemesanan adalah.

Tabel 3.10 Data untuk Perhitungan EOQ

Berdasarkan data-data pada tabel diatas maka dapat dilakukan perhitungan ukuran pemesanan untuk karet masak panas tipe 178 yaitu sebagai berikut :

EOQ = Q* =

=

= 89,8 = 90 roll

Adapun ukuran pemesanan yang ekonomis untuk karet masak panas tipe 185 adalah :

EOQ = Q* =

=

= 31,7 = 32 roll

Berdasarkan perhitungan EOQ diatas maka diperoleh bahwa ukuran pemesanan yang ekonomis untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebanyak 90 roll dan untuk karet masak panas tipe 185 adalah sebanyak 32 roll.

Selain menentukan ukuran pemesanan maka dapat dihitung pula frekuensi pemesanan dalam setahun. Frekuensi pemesanan untuk karet masak panas tipe 178 dalam setahun adalah sebagai berikut.

Sedangkan untuk frekuensi pemesanan untuk karet masak panas tipe 185 dalam setahun adalah sebagai berikut

= 4 kali

Jadi frekuensi pemesanan karet masak panas tipe 178 adalah sebanyak 12 kali dalam setahun sedangkan untuk frekuensi untuk pemesanan karet masak panas tipe 185 adalah sebanyak 4 kali dalam setahun.3.4.2.6Perhitungan Biaya Persediaan

Biaya persediaan diperoleh dari penjumlahan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dari bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari. Biaya pemesanan merupakan keseluruhan biaya yang berkaitan langsung dalam kegiatan pemesanan karet masak panas tipe 178 dan 185. Perhitungan biaya pemesanan untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebagai berikut :Biaya Pemesanan = Rp 169.966,-

Sedangkan total biaya pemesanan karet masak panas tipe 185 adalah :

Biaya Pemesanan = Rp 70.612,-

Biaya penyimpanan merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan akibat penyimpanan persediaan bahan baku digudang persediaan. Perhitungan biaya penyimpanan untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebagai berikut :

Biaya Penyimpanan = Rp 169.966,-/thn

Sedangkan biaya penyimpanan pada bahan baku karet masak panas tipe 185 adalah sebagai berikut:

Biaya Penyimpanan = Rp 70.612,-/thn

Total biaya persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat adanya pemesanan dan penyimpanan bahan baku. Total biaya persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 adalah :

Total biaya persediaan = Biaya pemesanan + Biaya Penyimpanan

= Rp 169.966,- + Rp 169.966,-

= Rp 339.932,-

Sedangkan total biaya persediaan karet masak panas tpe 185 adalah sebagai berikut :

Total biaya persediaan = Biaya pemesanan + Biaya Penyimpanan

= Rp 70.612,- + Rp 70.612,-

= Rp 141.224,-

3.4.2.7Perhitungan Safety Stock (SS)

Safety Stock merupakan suatu persediaan khusus dalam jumlah yang minimum yang harus disediakan oleh suatu perusahaan khususnya yang bergerak dibidang produksi. Pengadaan safety stock ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi atau peningkatan permintaan.

Sesuai dengan perhitungan frekuensi pemesanan bahan baku sebelumnya maka diperoleh bahwa PT. Gunung Pulo Sari harus memesan karet masak panas tipe 178 sebanyak 12 kali dalam setahun.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka perlu dilakukan penentuan rata-rata serta standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 178 dalam setahun yakni selama 12 bulan.

Berikut adalah tabel penentuan rata-rata serta standar deviasi dari hasil peramalan pemakaian karet masak panas tipe 178.

Tabel 3.11 Rata-Rata dan Standar Deviasi Pemakaian Karet Tipe 178

Rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 178 per 12 bulan adalah sebagai berikut :

Jadi, rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 178 per 12 bulan dalam setahun adalah 89 roll. Setelah diperoleh nilai rata-rata, maka dapat ditentukan standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 178. Untuk menghitung standar deviasi maka perlu diperhatikan lead time pemesanan karet masak panas tipe 178 yakni sebesar 2 minggu atau 14 hari. Standar deviasi pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 adalah:

,

Setelah diperoleh standar deviasi maka dapat dilanjutkan dengan menghitung safety stock, pada perhitungan safety stock ini nilai Z atau service level yang digunakan adalah sebesar 95% atau sebesar 1,65. Sehingga jumlah safety stock karet masak panas tipe 178 yang perlu dianggarkan PT. Gunung Pulo Sari setiap bulannya adalah :

SS = Z x sd x

SS= 1,65 x 3,371 x

= 20,8 atau 21 rollMaka safety stock karet masak panas tipe 178 yang harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari setiap bulannya adalah sebanyak 21 roll.

Sedangkan untuk karet masak panas tipe 185 harus dilakukan pemesanan sebanyak 4 kali dalam setahun. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan rata-rata serta standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 178 selama 4 bulan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12 Rata-Rata dan Standar Deviasi Pemakaian Karet Tipe 185

Rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 185 per 4 bulan adalah sebagai berikut :

Jadi, rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 185 per 4 bulan dalam setahun adalah 44 roll. Setelah diperoleh nilai rata-rata, maka dapat ditentukan standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 185. Untuk menghitung standar deviasi maka perlu diperhatikan lead time pemesanan karet masak panas tipe 185 yakni sebesar 2 minggu atau 14 hari. Standar deviasi pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 185 adalah:

Setelah diperoleh standar deviasi maka dapat dilanjutkan dengan menghitung safety stock, pada perhitungan safety stock ini nilai Z atau service level yang digunakan adalah sebesar 95% atau sebesar 1,65. Sehingga jumlah safety stock karet masak panas tipe 185 yang perlu dianggarkan PT. Gunung Pulo Sari adalah :

SS = Z x sd x

SS= 1,65 x 3,219 x

= 19,8 atau 20 rollMaka safety stock karet masak panas tipe 185 yang harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari setiap bulannya adalah sebanyak 20 roll.3.4.2.8Perhitungan Reorder Point (ROP)

Reorder point merupakan titik yang meharuskan suatu perusahaan untuk melakukan pemesanan bahan bakunya kembali agar bahan baku yang dipesan dapat sampai tepat waktu. Lead time dari pemesanan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 adalah 2 minggu atau selama 14 hari.

Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 6 hari/minggu, sehingga jumlah hari kerja dalam setahun dapat diasumsikan sebanyak 280 hari kerja. Perhitungan rencana kebutuhan karet masak panas tipe 178 setiap harinya adalah sebagai berikut.

Sehingga dapat ditentukan nilai Reorder Point untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebesar.

ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)

= 21 + (14 x 4)

= 74 roll

Sementara untuk perhitungan titik pemesanan kembali bahan baku karet masak panas tipe 185 adalah.

Sehingga dapat ditentukan nilai Reorder Point untuk karet masak panas tipe 185 adalah sebesar.

ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)

= 20 + (14 x 0,5)

= 27 roll

Jadi, berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh diatas maka PT. Gunung Pulo Sari harus melakukan pemesanan ulang terhadap karet masak panas tipe 178 saat persediaannya tersisa 74 roll dan pada karet masak panas tipe 185 saat persediaannya tersisa 27 roll.

3.4.2.9Perhitungan Jumlah Persediaan Maksimum

Perhitungan jumlah persediaan maksimum dilakukan untuk mengetahui jumlah maksimum dari bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 yang dapat disimpan digudang bahan baku. Jumlah persediaan maksimum diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya safety stock dengan jumlah pemesanan setiap karet masak panas tersebut. Jumlah persediaan maksimum untuk karet masak panas tipe 178 adalah :

Max Inventory = Safety Stock + Q*

= ( 21 + 90 )

= 111 roll

Sedangkan perhitungan jumlah persediaan maksimum untuk karet masak panas tipe 185 adalah :

Max Inventory = Safety Stock + Q*

= ( 20 + 32 )

= 52 roll

Jadi jumlah persediaan maksimum persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 berturut turut adalah sebanyak 111 roll dan 52 roll.

3.5Analisis

Setelah dilakukan pengolahan data terhadap pengendalian persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah diperoleh. Analisis terhadap pengolahan data mencakup perhitungan hasil peramalan serta pengendalian persediaan. 3.5.1Analisis Perhitungan Hasil Peramalan

Peramalan pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 pada PT. Gunung Pulo Sari dilakukan dengan menggunakan 5 buah metode kuantitatif peramalan yakni metode eksponensial, kuadratis, linier, siklis dan trend siklis. Data pemakaian bahan baku yang dilambangkan dengan y diolah dengan menggunakan kelima jenis metode yang berbeda sehingga diperoleh pula nilai peramalan yang berbeda beda. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode terbaik yang dapat digunakan untuk meramalkan pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 untuk 12 periode kedepannya. Metode terbaik yang dimaksud adalah metode yang memiliki tingkat kesalahan terkecil diantara metode lain yang ada. Adapun analisis dari hasil peramalan antara karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada setiap metode adalah sebagai berikut.1. Metode Eksponensial

Hasil peramalan pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185 pada metode eksponensial menunjukkan bahwa pemakaian bahan baku karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 cenderung menurun. Pada grafik eksponensial terlihat bahwa pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 perlahan lahan menurun namun tidak terlalu drastis sehingga nilai peramalannya hanya berbeda sedikit. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama tingkat permintaan di PT. Gunung Pulo Sari terhadap pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185 semakin menurun sementara persediaan yang ada masih belum terkendali jumlahnya sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap sistem persediaan bahan baku di PT. Gunung Pulo Sari tersebut.2. Metode Kuadratis

Kurva hasil peramalan terhadap pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 berdasarkan metode kuadratis terlihat agak berbeda dibandingkan metode lainnya. Grafik kuadratis yang dihasilkan untuk kedua tipe cenderung berbentuk parabola. Hal ini menggambarkan bahwa dengan metode kuadratis ini permintaan terkecil terjadi pada pertengahan periode. Hasil peramalan metode ini awalnya agak menurun kemudian pada pertengahan periode akan mulai meningkat lagi.

3. Metode Linear

Berdasarkan metode linier maka dapat dilihat bahwa hasil peramalan yang diperoleh cenderung sama dengan yang dihasilkan pada metode eksponensial, yakni semakin menurun. Namun penurunan pemakaian bahan baku karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 hanya sedikit demi sedikit, sehingga ada kemungkinan untuk ditingkatkan lagi dengan sedikit perbaikan pada sistem persediaannya.4. Metode Siklis

Hasil peramalan pemakaian karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 berdasarkan metode siklis menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan pemakaian bahan baku karet masak panas itu sendiri untuk beberapa saat namun kemudian kurva menunjukkan ada penurunan yang cukup drastis pada pemakaian bahan baku. Hal ini hampir sama dengan hasil peramalan pada metode eksponensial dan linier, namun pada metode ini masih diramalkan akan terjadi sedikit peningkatan pemakaian bahan baku karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 di awal bulan. 5. Metode Trend SiklisKurva hasil peramalan pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185 berdasarkan metode trend siklis hampir sama dengan kurva hasil peramalan pada metode siklis. Pada awalnya pemakaian bahan baku akan meningkat namun kemudian akan turun lagi. Namun yang membedakannya adalah bahwa pada metode trend siklis peningkatan yang terjadi diawal tahun lebih besar dibandingkan pada metode siklis. Selain itu juga kurva yang turun naik seperti pada metode trend siklis ini menunjukkan bahwa tingkat permintaan konsumen terhadap pemakaian karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 cenderung tidak beraturan atau tidak tetap.3.5.2Analisis Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity)

Analisis perhitungan EOQ dilakukan terhadap persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan maka diperoleh bahwa EOQ merupakan metode yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran pemesanan ekonomis dan frekuensi pemesanan bahan baku, total biaya persediaan minimum, waktu pemesanan, ukuran safety stock, titik pemesanan kembali bahan baku (reorder point) serta jumlah inventori maksimal dari persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 pada PT. Gunung Pulo Sari.1.Karet Masak Panas Tipe 178

Berdasarkan hasil peramalan yang telah dilakukan maka diperoleh bahwa total rencana pemakaian karet masak panas untuk tipe 178 adalah sebesar 1062 roll. Jumlah rencana pemakaian yang banyak ini dikarenakan permintaan yang pada karet masak panas untuk tipe 178 pada tahun-tahun sebelumnya juga sangat besar, sehingga dapat diramalkan bahwa permintaan terhadap karet masak panas tipe 178 juga akan mengalami peningkatan. Melalui perhitungan EOQ yang telah dilakukan untuk karet masak panas tipe 178 diperoleh bahwa PT. Gunung Pulo Sari harus melakukan pemesanan sebanyak 12 kali dalam setahun dengan ukuran setiap kali pesan adalah 90 roll. Hal ini berarti setiap bulan PT. Gunung Pulo Sari harus melakukan pemesanan sebanyak 1 kali. Adapun total biaya persediaan bahan baku karet masak panas tipe setiap tahun yang harus dikeluarkan oleh PT. Gunung Pulo Sari adalah Rp 339.932,- yang diperoleh dari jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.Titik pemesanan ulang (reorder point) pada persediaan karet masak panas tipe 178 ini adalah pada saat persediaan mencapai 74 roll. Hal ini berarti bahwa ketika persediaan karet masak panas tipe 178 telah tersisa atau mendekati 74 roll, maka sebaiknya perusahaan segera mengambil kebijakan untuk melakukan pemesanan ulang karet masak panas tipe 178 tersebut. Sehingga tidak akan terjadi kekurangan persediaan saat permintaan masuk. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah safety stock ditambah dengan jumlah pemakaian karet masak panas tipe 178 setiap hari. Safety stock merupakan bahan baku cadangan yang harus disediakan perusahaan untuk mengatasi terjadinya kekosongan produksi akibat tidak adanya bahan baku selama lead time. Jumlah safety stock yang harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari untuk karet masak panas tipe 178 adalah 21 roll.

Persediaan maksimum yang dibutuhkan PT. Gunung Pulo Sari untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebanyak 111 roll. Kebijakan persediaan maksimum ini dilakukan agar jumlah persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan, namun tidak kekurangan sehingga biaya yang dikeluarkan pun dapat lebih efektif untuk digunakan.

Hubungan antara ukuran pemesanan, reorder point dan safety stock serta persediaan maksimum pada karet masak panas tpe 178 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.15 Grafik EOQ karet masak panas tipe 1782.Karet Masak Panas Tipe 185

Total kebutuhan karet masak panas tipe 185 untuk 12 bulan berikutnya diperoleh dari hasil peramalan dengan menggunakan metode trend siklis. Total pemakaian karet masak panas tipe 185 berdasarkan hasil menggunakan metode peramalan adalah sebesar 32 roll. Dengan perhitungan EOQ, diperoleh ukuran pemesanan karet masak panas tipe 185 adalah 32 roll. Sehingga perusahaan dapat melakukan pemesanan sebanyak 4 kali pemesanan untuk memenuhi kebutuhan selama satu tahun. Total biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam pengadaan persediaan karet masak panas tipe 185 dalam 1 tahun adalah Rp 141.224,- yang merupakan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yaitu Rp 70.612.- dan Rp 70.612,-.

Sedangkan jumlah safety stock yang harus disediakan perusahaan adalah 21 roll dengan titik pemesanan ulang yaitu pada saat persediaan karet masak panas tipe 185 tersisa 26 roll. Jumlah persediaan maksimum untuk karet masak panas tipe 185 adalah 52 roll.Grafik EOQ untuk karet masak panas tipe 185 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.16 Grafik EOQ karet masak panas tipe 18548

_1400011183.unknown

_1400011192.unknown

_1400011196.unknown

_1400011198.unknown

_1400011200.unknown

_1400011202.vsdLead time (14 hari)

Lead time (14 hari)

Waktu

Unit (roll)

MI52 roll

ROP26 roll

Safety Stock20 roll

Q* (32 roll)

Jan 12-Apr 12

Mei 12-Agu 12

Lead time (14 hari)

Sep 12-Des 12

_1400012309.vsdMulai

Perumusan MasalahBagaimana menghitung pengendalian pengadaan persediaan bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari selama 12 periode yang akan datang?

Pengumpulan DataData yang dikumpulkan yaitu: 1. Data pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185.2. Biaya-biaya lain yang diperlukan seperti harga karet masak panas, biaya pesan dan biaya simpan.

Pengolahan DataPengolahan data yang dilakukan yaitu melakukan peramalan 12 periode kedepan berdasarkan data pemakaian karet masak panas tahun sebelumnya, menghitung EOQ karet masak panas, menghitung total biaya persediaan serta menentukan safety stock dan reorder point.

Analisis Analisis yang dilakukan yaitu analisis perhitungan hasil peramalan serta analisis perhitungan EOQ pada karet masak panas tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari.

PenutupPenutup ini berisikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga saran untuk perbaikan sistem ke depannya.

Selesai

Studi Pendahuluan

Pengumpulan dan pengolahan data

Studi Literatur

Identifikasi Masalahpermasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Gunung Pulo Sari adalah mengenai pengendalian persediaan bahan baku khususnya karet masak panas tipe178 dan 185 di PT Gunung Pulo Sari.

Pengamatan Pendahuluanmengamati kondisi jumlah pemakaian bahan baku karet masak panas di gudang persediaan PT. Gunung Pulo Sari serta merekapitulasi jumlah pemakaian bahan baku karet masak panas yang tersedia mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2011.

_1400011201.vsdWaktu

Unit (roll)

Maximum Inventory111 roll

ROP74 roll

Safety Stock21 lembar

Lead time (14 hari)

Q* (90 roll)

Jan 12

Feb 12

Mar 12

Apr 12

Mei 12

Jun 12

Jul 12

Agu 12

Sep 12

Okt 12

Nov 12

Des 12

_1400011199.unknown

_1400011197.unknown

_1400011194.unknown

_1400011195.unknown

_1400011193.unknown

_1400011188.unknown

_1400011190.unknown

_1400011191.unknown

_1400011189.unknown

_1400011186.unknown

_1400011187.unknown

_1400011184.unknown

_1400011179.unknown

_1400011181.unknown

_1400011182.unknown

_1400011180.unknown

_1400011175.unknown

_1400011178.unknown

_1400011174.unknown