10406-10369-1-pb

8
PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENCEGAH DBD DI DESA LABANU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Oleh RAFLIN ABDULLAH (NIM 8414 10 020, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Upload: mira-fitriani-suwarnoo-ii

Post on 08-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dbd

TRANSCRIPT

Page 1: 10406-10369-1-PB

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Jurnal

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENCEGAH DBD DI

DESA LABANU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

Oleh

RAFLIN ABDULLAH

(NIM 8414 10 020, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo)

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Page 2: 10406-10369-1-PB

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENCEGAH DBD DI

DESA LABANU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

Raflin Abdullah, Zuhriana K. Yusuf, Andi Mursyidah

Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG

Email : [email protected]

ABSTRAK

Raflin Abdullah. 2014. Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Mencegah DBD

di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi S1

Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri

Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf,M.Kes, dan Pembimbing II Andi

Mursyidah, S.Kep,Ns, M.Kes. Daftar Pustaka : 34 (2001-2013).

DBD sekarang ini telah menjadi masalah kesehatan yang sangat penting di

negara-negara berkembang tropis. Setiap tahunnya diperkirakan 50-100 juta kasus DBD

terjadi didunia dan masih terjadi peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Gorontalo penderita DBD di kabupaten Gorontalo mengalami peningkatan

selama dua tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

perilaku masyarakat dalam mencegah kejadian DBD di Desa Labanu Kecamatan Tibawa

Kabupaten Gorontalo.

Desain penelitian menggunakan Observasional Deskriftif. Populasi penelitian ini

adalah semua masyarakat desa Labanu sejumlah 2666 jiwa, dengan penentuan jumlah

sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan rumus slovin. menghasilkan

sampel penelitian 96 responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan

responden adalah baik (75%), pengetahuan kurang (25%). Untuk penilaian sikap sebagian

besar responden bersikap kurang (60.4%) dan responden yang bersikap baik (39.6%).

sebagian besar tindakan responden terhadap pencegahan DBD termasuk kurang (62.5%)

dan tindakan baik sebanyak (37.5%).

Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan responden dalam tingkat

pengetahuan baik, sedangkan untuk kategori sikap dan tindakan responden dalam tingkat

kurang baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk praktek keperawatan

serta dapat meningkatkan upaya pencegahan terhadap penyakit DBD di Provinsi

Gorontalo.

Kata kunci : BDB, Pengetahuan, Sikap, Tindakan

1

1 Raflin Abdullah, 841410020, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, dr, Zuhriana K. Yusuf,

M.Kes, NS andi Mursyidah, S.Kep, M.Kes

Page 3: 10406-10369-1-PB

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat menimbulkan

kematian dalam waktu yang singkat karena terjadinya perdarahan dan gangguan lainnya. Penyakit

DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti (Safar, 2010).

Demam Berdarah Dengue (DBD) sekarang ini telah menjadi masalah kesehatan yang sangat

penting di negara-negara berkembang tropis. Angka kejadian demam berdarah dengue (DBD)

meningkat secara signifikan pada beberapa tahun terakhir. Setiap tahunnya diperkirakan 50-100 juta

kasus demam berdarah dengue terjadi di dunia. Penyakit DBD ini telah menyerang lebih dari 20

negara dengan jumlah kasus lebih dari 17.000 kasus termasuk 225 kasus kematian. Selain itu, WHO

memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang atau dua perlima dari populasi dunia sekarang mempunyai

resiko terkena penyakit ini. (WHO, 2012).

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam

akut yang ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia, dengan penyebaran geografis yang mirip

dengan malaria. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat jumlah kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 15.000. Pada tahun 2011 meningkat

menjadi 65.432 penderita, dan yang meninggal adalah 595 jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia

yaitu 241.182.182 jiwa yang meliputi 495 kabupaten/kota yang terjangkit kasus ini (Kemenkes RI,

2011).

Selain sanitasi lingkungan, penyebab meningkatnya jumlah kasus dan semakin bertambahnya

wilayah terjangkit antara lain karena semakin baiknya transportasi penduduk dari satu daerah ke

daerah lain, adanya pemukiman-pemukiman baru, penyimpanan-penyimpanan air tradisional yang

masih dipertahankan dan perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk yang masih

kurang di perhatikan oleh masyarakat. Kurangnya perilaku masyarakat dalam membersihkan

lingkungan dan melakukan upaya pemberantasan nyamuk Demam Berdarah Dengue, sangat

berpengaruh dalam upaya pencegahan DBD. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah dkk

(2011) yang menemukan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap upaya

pencegahan DBD berpengaruh pada sikap dan perilaku masyarakat atau terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap terhadap perilaku masyrakat dalam pencegahan DBD, dengan nilai prevalensi

sikap (p = 0,001) dan prevalensi tindakan (p = 0,000).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 desember 2013 didapatkan data dari

dinas propinsi Gorontalo tahun 2012 sampai tahun 2013 bulan Januari - Desember. Kasus Demam

Berdarah Dengue pada tahun 2012 di dapatkan 217 penderita demam berdarah . Sedangkan pada

tahun 2013 di dapatkan 201 orang yang menderita penyakit demam berdarah dengue .

Kemudian data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun 2012 sampai

2013 bulan Januari – Desember, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 di dapatkan 73 penderita

demam berdarah dan pada tahun 2013 di dapatkan 111 orang yang menderita penyakit demam

berdarah dengue. Jadi dapat disimpulkan penderita DBD di kabupaten Gorontalo mengalami

peningkatan selama dua tahun terakhir.

Hasil observasi awal di Puskesmas Buhu yang merupakan puskemas pembantu di kecamatan

tibawa, di peroleh data pada tahun 2012 di dapatkan 24 penderita DBD. Sedangkan pada tahun 2013

di peroleh data yang menderita penyakit DBD adalah sebanyak 38 orang Dan penderita yang berasal

dari desa labanu sebanyak 17 orang. Jadi jumlah penderita DBD yang berkunjung ke puskesmas buhu

mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Labanu Kec. Tibawa Kab. Gorontalo. Penelitian ini

dilaksanakan dari tanggal 19 Mei-19 Juni 2014.

Penelitian ini adalah penelitian Observasional Deskriftif yang di maksudkan untuk melakukan

kajian guna mengetahui Gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah DBD di Desa Labanu

Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian yang diambil adalah survey Cross

Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

Page 4: 10406-10369-1-PB

(point time approach). Artinya, tiap subjek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

Penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu perilaku masyarakat dalam mencegah DBD.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di desa Labanu sebanyak 2666 jiwa.

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purpossive Sampling Namun karena

keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka jumlah sampel disederhanakan dengan menggunakan

rumus Slovin yaitu sebanyak 96 responden. Sampel yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal

di desa Labanu yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 96 responden.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 7

pernyataan Pengetahuan, 5 pernyataan Sikap dan 5 Pernyataan Tindakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

hasil penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan perilaku masyarakat desa labanu dalam

mencegah DBD.

a. Distribusi Karakteristik Responden Menurut pengetahuan

Distribusi Responden tingkat pengetahuan terhadap pencegahan DBD

Pengetahuan Responden terhadap pencegahan DBD JUMLAH %

Pengetahuan baik 72 75 %

Pengetahuan kurang baik 24 25 %

Total 96 100 %

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 96 responden di dapatkan bahwa sebagian besar

(75%) responden memiliki pengetahuan baik terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue. Dan

(25%) responden berpengetahuan kurang baik. Jadi bisa disimpulkan bahwa sebagian besar responden

sudah mengetahuai tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue. Namun karena kurangnya

penyuluhan dari tenaga medis sehingga masih ada yang tidak mengetahuinya. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Setyobudi (2011), bahwa partisipasi dalam kegiatan PSN termasuk

faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Kurangnya penyuluhan

dari tenaga medis kepada masyarakat dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya

yang ditimbulkan oleh penyakit DBD sehingga sikap dan tindakan masyarakat tetap buruk dalam

mencegah terjadinya DBD.

b. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Sikap

Distribusi Responden berdasarkan sikap terhadap pencegahan DBD

Sikap Responden terhadap pencegahan DBD JUMLAH %

sikap baik 38 39.6

sikap kurang baik 58 60.4

Total 96 100

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden (39.6%) memilki sikap baik,

sedangkan sebanyak 58 responden (60.4%) memilki sikap kurang baik. Maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar Responden memilki sikap kurang baik terhadap pencegahan Demam Berdarah

Dengue. Hal ini dapat menyebabkan makin berkembangnya populasi nyamuk dan mengakibatkan

makin banyak juga yang akan tertular penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal ini didukung oleh

pendapat Fathi dkk Bahwa semakin kurang sikap seseorang atau masyarakat terhadap

Page 5: 10406-10369-1-PB

penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD maka akan semakin besar kemungkinan timbulnya

KLB penyakit DBD.

c. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Tindakan

Distribusi Responden berdasarkan tindakan terhadap pencegahan DBD

Tindakan Responden terhadap pencegahan DBD JUMLAH %

Tindakan baik 36 37.5

Tindakan kurang baik 60 62.5

Total 96 100

Tabel d iatas menunjukkan bahwa sebanyak 60 responden (62.5%) memilki tindakan yang

kurang baik terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue. Sedangkan responden yang memilki

tindakan yang baik sebanyak 36 responden (37.5%). Hal ini yang menyebabkan masih tingginya

jumlah penderita di desa labanu, karena tindakan dari masyarakat sangat penting dalam upaya

penurunan angka penderita Demam Berdarah Dengue. Hal ini sejalan dengan uraian Depkes RI

(2001) yang menyatakan dalam menurunkan angka kejadian penyakit DBD, sangat dibutuhkan

partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah.

a. Pembahasan Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden sudah

mengetahui cara pencegahan Demam Berdarah Dengue, namun karena kurangnya penyuluhan dari

pihak yang terkait, maka pengetahuan responden terbatas, dilihat dari hasil penelitian menyangkut

pengertian Deman Berdarah Dengue dan penyebabnya terlihat sebanyak 50 responden (52.1%) tidak

setuju dengan pernyataan bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Setyobudi (2011), bahwa partisipasi dalam kegiatan

PSN termasuk faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Kurangnya

penyuluhan dari tenaga medis kepada masyarakat dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat

tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit DBD sehingga sikap dan tindakan masyarakat tetap

buruk dalam mencegah terjadinya DBD.Penyuluhan adalah faktor terpenting dalam pencegahan

penyakit DBD. Penyuluhan perlu diberikan terutama kepada masyarakat yang berpendidikan rendah

agar lebih memahami tentang bahaya penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat notoatmojo

(2003) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi atau mengajak orang lain,

baik individu, kelompok maupun masyarakat untuk melaksanakan perilaku sehat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meutia Wardanie Ganie di kelurahan

padang bulan pada tahun 2009, menyatakan bahwa pengetahuan responden terhadap pelaksanaan 3M

sebagian besar adalah sedang (54.5%), pengetahuan baik (36.4%) dan tingkat pengetahuan kurang

(9.1%). Hal ini di dukung oleh penelitian Laksmono di kelurahan Grondol Wetan, semarang

menyatakan bahwa sebagian responden yakni sekitar 72.3% dari total responden memiliki

pengetahuan yang cukup baik.

b. Pembahasan Sikap Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 pada pernyataan, secara teratur

membersihkan/mengubur/membakar barang bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk

menunjukkan hasil 55 responden (57.3%) tidak setuju dengan sikap tersebut. Hal ini di sebabkan

karena sebagian besar barang bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh masyarakat (responden)

di buang kesungai. Begitu juga dengan dengan pernyataan membuang sampah dilingkungan sekitar

rumah secara rutin dengan cara dikubur atau dibakar. Pada pernyataan saya akan menggunakan abate

pada tempat penampungan air di rumah menunjukkan 57 responden (59.3%) tidak setuju karena

Page 6: 10406-10369-1-PB

sebagian besar masyarakat (responden) tidak mengetahui apa itu bubuk abate dan kegunaannya.

Sedangkan untuk penyataan Saya akan menyetujui bila dilakukan pengasapan/foging terhadap jentik

nyamuk di rumah, menunjukkan 58 responden (60.4%) setuju dengan tindakan tersebut. Hal ini di

sebabkan karena sebagian besar masyarakat (responden) sudah mengetahui kegunaan dari pengasapan

dan sudah pernah di lakukan pada beberapa tahun sebelumnya oleh petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa sikap responden tentang pencegahan

Demam Berdarah Dengue masih kurang baik. dilihat dari sikap masyarakat dalam membuang sampah

atau barang bekas yang sudah tidak digunakan lagi kesungai, hal ini dapat berdampak besar pada

perkembangbiakan populasi nyamuk. Karena semakin banyak sampah yang dibuang disungai, lama-

kelamaan sampahnya akan menumpuk. Sedangkan kebanyakan sampah yang dibuang kesungai adalah

kaleng, potongan bambu dan sampah lainnya yang dapat menampung air. Sehingga dari penumpukan

sampah tersebut mengakibatkan air tergenang karena tersumbat dan sampah seperti kaleng bekas,

potongan bambu dapat terisi air. Akibatnya nyamuk dapat berkembang biak pada kaleng yang terisi

air tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegijanto bahwa Sebenarnya kondisi sanitasi lingkungan

berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, terutama apabila terdapat banyak

kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi

berdekatan dengan rumah penduduk. Fathi dkk berpendapat Bahwa semakin kurang sikap seseorang

atau masyarakat terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD maka akan semakin besar

kemungkinan timbulnya KLB penyakit DBD.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Heri Suprianto dengan judul

“hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek keluarga tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja puskesmas Tlogosari wetan Kota

semarang tahun 2011” penelitian ini menghasilkan responden kelompok kasus yang memiliki sikap

mendukung terhadap pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan pemberantasan sarang

nyamuk(PSN) adalah 12 responden (24%) dan jumlah responden kelompok kasus yang memilki sikap

tidak mendukung adalah 38 responden (76%).

c. Pembahasan Tindakan Responden

Pada hasil penelitian menyangkut tindakan yang dilakukan oleh masyarakat desa labanu,

terdapat 3 pernyataan yang tidak disetujui oleh responden, diantaranya : pernyataan menguras dan

membersihkan bak mandi/penampungan air yang berada di rumah secara teratur. Hal ini di sebabkan

karena sebagian besar masyarakat(responden) tidak memiliki kamar mandi sendiri, masyarakat

menggunakan kamar mandi umum atau mandi di kali yang dibuat di pinggiran sungai. Kemudian

untuk pernyataan menutup jendela atau lubang angin dengan kawat anti nyamuk, masyarakat

(responden) tidak menyetujuinya karena masyarakat memberikan alasan susah untuk mendapatkan

bahannya dan tak punya biaya untuk membeli bahannya. Dan untuk pernyataan tidak menggantung

pakaian yang tidak dipakai, tidak disetujui oleh masyarakat (responden). Hal ini disebabkan oleh

karena tindakan ini sudah menjadi kebiasaan hampir semua masyarakat yang susah untuk di

keluarkan.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa tindakan responden tentang

pencegahan Demam Berdarah Dengue masih kurang baik, dilihat dari hasil penelitian sebanyak

(69.8%) responden tidak setuju dengan tindakan tidak menggantung pakaian yang telah dipakai.

Padahal hal tersebut dapat mendorong terjadinya kejadian DBD karena nyamuk penyebab DBD

menjadikan tempat tersebut sebagai tempat transmisinya. Kemauan masyarakat dalam melakukan

tindakan pencegahan DBD sesuai dengan uraian dalam Depkes RI (2001) yang menyatakan dalam

menurunkan angka kejadian penyakit DBD, sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk

mendukung program yang dilaksanakan pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan

adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab

terhadap kesehatan diri, keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nur Hidayah 2009 dengan

judul tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang pencegahan DBD Di Rw 09

Page 7: 10406-10369-1-PB

Kelurahan Kramatpela kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan tahun 2009 penelitian ini

menghasilkan bahwa 57.5% keluarga termasuk dalam kategori tindakan cukup, 17,8% keluarga

termasuk dalam kategori tindakan baik dan 24.7% keluarga termasuk dalam tingkat kategori tindakan

kurang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden

terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue sudah baik. Sedangkan untuk Sikap dan Tindakan

Responden terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue, masih dalam tingkat kurang baik. Hal ini

disebabkan karena masih kurangnya penyuluhan dari dinas kesehatan atau pihak terkait tentang

bahaya dari Demam Berdarah Dengue.

DAFTAR PUSTAKA

Adinnagrak.blogspot.com/2013/11/makalah-demam-berdarah-dengue latar_14.html

Depkes RI. 2001. Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia 2001. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2013 : Data kejadian Demam Berdarah Dengue. Gorontalo.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 2013 : Data kejadian Demam Berdarah Dengue. Gorontalo.

Dirjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Depkes RI, pemberantasan sarang nyamuk

Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI, 2007

Fathi dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah

Dengue Di Kota Mataram.

Ganie, Meutia, 2009. Gambaran Pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang 3M pada keluarga di

Kelurahan Padang Bulan. Hasil penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Hardiono. Strategi pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD). 2012.

Hidayah, A, 2009. tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang pencegahan DBD Di

Rw 09 Kelurahan Kramatpela kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Skripsi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Indah dkk. 2011. Studi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Aceh dalam pencegahan demam

berdarah dengue. Penelitian Kebencanaan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Online:

www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2011/04/34 39_studi_pengetahuan_sikap.pdf

Judarwanto, Widodo., 2007. Profil Nyamuk Aedes aegypty dan Pembasmiannya. (http://www.children

family.com

Kemenkes RI. 2011. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Online:

www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_201

1.pdf

Kementrian Kesehatan RI. 2009. Indonesia Juara Demam Berdarah di ASEAN, (online)

http://health.detik.com

Laksmono, Widagdo. Bhimuri 2008. Kepadatan jentik Aedes aegypri Sebagai Indikator Keberhasilan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M PLUS) Di Kelurahan Grondol Wetan Semarang.makara

Mansjoer,A. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Notoatmodjo. 2003. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodja. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Puskesmas Buhu . 2013 : Data kejadian Demam Berdarah Dengue. Gorontalo.

Putra, Rizema, Sitiatava. 2012. Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Jogjakarta. D-

Medika.

Putri, 2012. Motivasi dan Partisipasi Warga Dalam Mencegah Angka Kejadian DBD Di RW 09

Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji, Depok. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

Page 8: 10406-10369-1-PB

Rahmaitia, T, 2011. Hubungan pengetahuan dan sikap Ibu Terhadap Tindakan Pencegahan Demam

Berdarah Dengue Pada Anak ( Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota

Semarang). skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas diponegoro Semarang.

Rosdiana. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan pelaksanaan

pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RT. 02 Desa Loa Janan Ulu

wilayah kerja Puskesmas Loa Janan kabupaten Kutai Kertanegara, provinsi Kalimantan

Timur. Digital library Uniersitas Sebelas Maret. [Online]

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=17537

Safar, R. 2010. Prasitologi Kedokteran. Bandung : Yrama Widya.

Sari, Cut,I,N,. 2005. Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit Malaria dan Demam

Berdarah Dengue. http://www.rudyct.com/PPS702- ipb/09145/cut_irsanya_ ns.pdf

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setyobudi. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Di Daerah

Endemik DBD Di Kelurahan Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Online:

journal.unsil.ac.id/jurnal/.../9/930-agus_30.pdf.pdf

Soegijanto, S. (2004). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University Press.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Nuha Medika.

World Health Organization,2012 . Epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as a public health,

social and economic problem in the 21st century. Trends in Microbiology

Zakiya Z. Penelitian DBD untuk kesehatan masyarakat Indonesia lingkungan alam tropis, sanitasi

buruk, dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi alasan utama penyebaran dengue di

Indonesia. 2012.