100406023 - meliana

56
UU PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA STUDI KASUS : KOTA MEDAN, SUMATRA UTARA WORKING PAPER Oleh : Nama: Meliana NIM : 100406023 Email : [email protected] DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Upload: abdul-joshua-oh-mandai

Post on 04-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 100406023 - MELIANA

UU PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA

STUDI KASUS : KOTA MEDAN, SUMATRA UTARA

WORKING PAPER

Oleh :

Nama: Meliana

NIM : 100406023

Email : [email protected]

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 2: 100406023 - MELIANA

Berikut adalah peraturan perlaksanaan undang-undang perencanaan kota di Indonesia dan peraturan daerah kota Medan. Untuk setiap kota tentu memiliki PERDA (Peraturan Daerah)-nya masing-masing yang sudah disesuaikan dengan kondisi lingkungan, jalan, dll di dalam kota tersebut. Namun, ada juga undang-undang yang mengatur perencanaan kota secara keseluruhan dalam suatu Negara (dalam hal ini Negara Indonesia), oleh karena itu akan dipaparkan terlebih dahulu UU Perencanaan Kota secara keseluruhannya barulah dipaparkan UU Perencanaan Kota yang lebih spesifiknya (contoh Kota Medan). Sumber : http://xa.yimg.com/kq/groups/13372012/1169784868/name/3 http://xa.yimg.com/kq/groups/23317501/854159862/name/PERDA http://www.depdagri.go.id/media/documents/2011/10/28/p/e/perpres_no.62-2011.pdf

Page 3: 100406023 - MELIANA

PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

(Peraturan Kementerian Pembangunan No.49 Tanggal 25 Agustus 1969)

Revisi Akhir: Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi No.63 Tanggal 23 April 2003

BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM (Pasal 1 – Pasal 16) BAB II. PERENCANAAN KOTA Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota (Pasal 7 – Pasal 9) Bagian 2. Keputusan, dsb mengenai Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14) BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA Bagian 1. Peraturan-Peraturan Pembangunan dsb. (Pasal 15 – Pasal 38) Bagian 1-2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area yang Ditetapkan, dsb (Pasal 38-2 – Pasal 38-5) Bagian 2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Sarana Perencanaan Kota, dsb (Pasal 39 – Pasal 43-6) Bagian 3. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Rencana Kawasan (Pasal 43-7 – Pasal 43-11) Bagian 4. Upaya Tata Guna Lahan, dsb pada Area Peningkatan Tata Guna Lahan Tak Terpakai (Pasal 43-12 dan Pasal 43-13) BAB IV. PROYEK-PROYEK PERENCANAAN KOTA (Pasal 44 – Pasal 57) BAB V. KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA (Pasal 58 – Pasal 60) KETENTUAN-KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM (Hal-hal yang Patut Diperhitungkan pada Saat Merancang Area Perencanaan Kota) Pasal 1 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi sesuai Pasal 5 Ayat 1 Pasal 2 Proposal konsultasi sesuai Pasal 5 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat dengan sesuai dengan hal-hal berikut: (1) Nama area perencanaan kota; (2) Luas lahan yang tercakup dalam perencanaan kota; (3) Alasan perancangan, revisi atau abolisi. Gambar dan dokumen berikut harus dilampirkan pada pertimbangan tertulis diatas: (1) Gambar-gambar yang menunjukkan lokasi area perencanaan kota dan yang menunjukkan luas lahan yang tercakup dalam perencanaan kota; (2) Gambar-gambar yang menunjukkan area taman nasional, kawasan peningkatan pertanian, kawasan pengembangan perdesaan dan area-area lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi; (3) Gambar-gambar dan dokumen yang menunjukkan kondisi dan tren penduduk saat ini, tata guna lahan dan volume transportasi pada area perencanaan kota, situasi jalan-jalan utama dan rel kereta api saat ini, hal-hal yang yang menunjukkan karakteristik kota terkait dan hubungannya dengan kota-kota sekitar;

Page 4: 100406023 - MELIANA

(4) Dalam hal dimana terdapat hutan, area pinggiran air atau area-area sejenis lingkungan alam yang membentuk lingkungan alam yang nyaman, ditunjukkan dengan gambar-gambar dan dokumen yang memaparkan kondisi lahan tersebut saat ini; (5) Dalam hal dimana terdapat suatu hal yang ditunjukkan pada Pasal 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota dan hal tersebut bermaksud mendapatkan persetujuan perancangan sebagai suatu area perencanaan kota, ditunjukkan dengan dokumen-dokumen yang memaparkan fakta ini; (6) Dalam hal dimana terdapat hal yang bermaksud mendapatkan persetujuan untuk perancangan area perencanaan kota menurut Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota, ditunjukkan dengan gambar yang memaparkan fakta ini; (7) Dokumen-dokumen yang melaporkan pendapat-pendapat dari dewan pertimbangan perencanaan kota di tingkat kotamadya dan propinsi terkait. Pasal 3 Pengumuman kepada publik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Ayat 5 (1) Dalam hal perancangan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota dan area lahan yang tercakup dalam area perencanaan kota; (2) Dalam hal perbaikan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan; dan (3) Dalam hal abolisi area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang dipengaruhi oleh abolisi dimaksud. Pasal 3-2 Pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 5-2 Ayat 3 (1) Dalam hal perancangan area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota dan area lahan yang tercakup dalam area semi perencanaan kota; (2) Dalam hal perbaikan area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan; (3) Dalam hal abolisi area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang dipengaruhi oleh abolisi dimaksud. Pasal 4 Survei dasar yang berkaitan dengan rencana kota sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6 Ayat 1 Pasal 5 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi sesuai Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Distribusi harga tanah; (2) Jumlah pembentukan bidang usaha, jumlah pegawai, nilai pabrik pengiriman, dan nilai jual komersial; (3) Skala orang yang bekerja sesuai dengan klarifikasi pekerjaan; (4) Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya; (5) Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangunan; (6) Lokasi, kondisi penggunaan dan keadaan perkembangan sarana perkotaan; (7) Lokasi, kawasan, area dan kondisi penggunaan lahan milik negara dan lahan umum; (8) Keadaan lingkungan alam; (9) Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yang dinamis; (10) Kondisi pencemaran dan terjadinya bencana; (11) Kondisi pelaksanaan proyek-proyek perencanaan kota; (12) Lokasi dan kondisi penggunaan sarana rekreasi; dan

Page 5: 100406023 - MELIANA

(13) Hal-hal yang dipandang perlu dalam hal perencanaan kota menurut karakteristik setempat. Pasal 6 Berkaitan dengan pengumuman sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota Pasal 6-2 Survei dasar mengenai rencana kota sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya; (2) Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangunan; (3) Lingkungan alam lahan; (4) Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yang dinamis; (5) Kondisi terjadinya pencemaran; dan (6) Hal-hal yang dipdanang perlu dalam hal perencanaan kota menurut karakteristik setempat. BAB II. PERENCANAAN KOTA Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota Pasal 7 Rincian tipe dan struktur yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi Pasal 6 Ayat 2 Tata Pelaksanaan Perencanaan Kota harus ditunjukkan dalam hal-hal berikut: (1) Jenis jalan: jalan kendaraan bermotor, jalan arteri, jalan kawasan atau jalan khusus; (2) Struktur jalan: jumlah lajur (kecuali jalan khusus dan jalan lainnya tanpa lajur), lebar, perbedaan antara jenis timbul, jenis bawah tanah, jenis tanah galian atau jenis permukaan dan perbedaan antara perlintasan penyebrangan bertingkat/ banyak tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan kendaraan bermotor atau jalan arteri di bagian permukaan; (3) Struktur ruang parkir: tingkat di atas tanah dan dibawah tanah; (4) Tipe terminal kendaraan bermotor: terminal truk atau terminal bus; (5) Tipe taman: taman blok, taman setempat, taman kawasan, taman umum, taman olahraga, taman dengan area yang luas atau taman khusus; (6) Struktur jalan cepat perkotaan: perbedaan antara tipe timbul, tipe bawah tanah, tipe tanah tergali, atau tipe permukaan dan perbedaan perlintasan penyebrangan bertingkat/ banyak tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan kendaraan bermotor atau jalan arteri di bagian permukaan; dan (7) Struktur sarana perkotaan yang ditunjukkan pada Pasal 11 Ayat 1 Butir 4 Undang-Undang Perencanaan Kota: Perbedaan antara struktur galian dan/ atau timbunan dan perbedaan antara bagian tunggal atau bagian yang banyak. Pasal 8 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi sesuai dengan tanah yang dikotakan dalam Pasal 8 Butir 1 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Area tanah dimana terdapat kepadatan penduduk kurang lebih 40 orang/ Ha (dihitung kasar berdasarkan luas area tidak lebih dari 50 Ha), dan dimana populasi di area yang dimaksud adalah 3.000 atau lebih; dan (2) Area tanah yang berbatasan dengan area di atas, dimana laporan luas total area tanah untuk gedung dan bangunan similar untuk sepertiga dari total area (dihitung kasar berdasarkan luas area tidak lebih dari 50 Ha). Pasal 8-2 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana

Page 6: 100406023 - MELIANA

dan Transportasi menurut Pasal 8 Ayat 2 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Area hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Pelestarian Lingkungan Alam (Undang-Undang No.85 Tahun 1972), dan daerah khusus seperti yang ditetapkan dalam Pasal 25 Ayat 1 Undang-Undang yang sama; (2) Area hutan yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dinyatakan sesuai dengan ketetapan Pasal 30 atau Pasal 30-2 Undang-Undang Kehutanan (Undang-Undang No.249 Tahun 1951); sarana keamanan di daerah tujuan menurut ketetapan Pasal 41 Undang-Undang yang sama, atau daerah yang ditetapkan sebagai sarana keamanan daerah dinyatakan menurut ketetapan Pasal 30 yang diberlakukan sama pada Pasal 44 Undang-Undang yang sama; (3) Area hutan dimana direncanakan sebagai tujuan hutan konservasi dalam rencana pengembangan konservasi hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Butir 1 Peraturan Sementara Undang-Undang Pengembangan Konservasi Hutan (Undang-Undang No.84 Tahun 1954). Pasal 9 Gambaran umum yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan peta topografi yang menunjukkan fakta-fakta di bawah ini tentang rencana kota seperti yang ditentukan dalam hal-hal berikut dalam skala 1:25.000 atau lebih. Dalam hal ini, rencana kota yang digambarkan dalam Pasal 15 berkaitan dengan pembagian area peningkatan dan area pengendalian fungsi perkotaan seperti yang dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yang sama akan ditunjukkan dengan gambar tunggal; dan rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan sesuai yang dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yang sama, dan rencana kota yang dijelaskan dalam Bagian 6 dan 7 Ayat yang sama akan ditunjukkan lebih jauh lagi dalam gambar tunggal: (1) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian area peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan: area umum; (2) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian zona: lokasi umum dalam hal luas area kurang dari 10 Ha, dan area umum dalam hal luas area 10 Ha atau lebih; (3) Rencana kota yang berkaitan dengan area peningkatan: area umum; (4) Rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan: lokasi umum dalam hal sarana usaha perumahan, administrasi pemerintahan dan sarana umum perkantoran, atau distribusi fisik lahan dengan luas area 10 Ha atau lebih, dan lokasi umum dalam hal sarana perkotaan lainnya; (5) Rencana kota yang berkaitan dengan proyek pengembangan perkotaan: area pelaksanaan umum; (6) Rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan dalam proyek pengembangan perkotaan, dsb: area umum; (7) Rencana kota yang berkaitan dengan perencanaan daerah, perencanaan daerah peningkatan blok-blok pengendalian bencana, perencanaan daerah peningkatan tepi jalan, dan perencanaan daerah pedesaan dan dusun kecil: area umum. Gambar proyek yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan gambar tampak datar (dalam hal dimana gambar tiga dimensi untuk pengembangan sarana perkotaan telah dibuat dalam rencana kota berdasarkan pada ketetapan Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota, potongan yang diperlukan dalam gambar tampak datar, gambar profil dan gambar potongan) dalam skala 1:2.500 atau lebih. Rencana proyek tertulis yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota

Page 7: 100406023 - MELIANA

akan menetapkan hal-hal perencanaan kota menurut ketetapan dalam Undang-Undang Perencanaan Kota dan Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota dan segala alasan yang patut dipertimbakan untuk membuat rencana kota. Bagian 2. Keputusan, dsb dalam Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14) Pasal 10 Pengumuman-pengumuman menurut ketetapan Pasal 17 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Tipe rencana kota; (2) Area tanah dimana renana kota akan dibangun; dan (3) Tempat dikeluarkannya pengumuman publik tentang konsep rencana kota. Pasal 11 Proposal-proposal konsultasi menurut Pasal 18 Ayat 3 (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2) Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat dengan mempresentasikan pertimbangan-pertimbangan tertulis dan konsep rencana kota yang terkait. Dokumen yang menguraikan sejarah pembuatan rencana kota harus dilampirkan dalam pertimbangan-pertimbangan tertulis di atas. (Area yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi pada Tabel Ditunjukkan pada Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota) Pasal 11-2 Area yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi yang ditunjukkan dalam kolom-kolom di bawah kepala Tabel rencana kota (tidak termasuk daerah pengendalian fungsi perkotaan yang dipilih), rencana daerah pengembangan blok-blok pengendalian bencana, dan rencana daerah tepi jalan dalam Tabel yang ditunjukkan dalam Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan area-area pelaksanaan berikut ini: (1) Area sarana perencanaan kota (terbatas pada sarana perkotaan yang ditetapkan dalam Pasal 9 Ayat 2 Butir 2 sampai 5, Ayat 7 (tidak termasuk bagian pipa-pipa drainasi, gorong-gorong drainasi, dan sarana drainasi lain) dan Butir 9 sampai 12); (2) Area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan (terbatas pada rencana kota terkait yang menyinggung tentang proyek pengembangan fungsi perkotaan dibuat oleh Gubernur Propinsi); (3) Area-area pada area yang ditentukan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb. Pasal 12 Gubernur Propinsi dan Kepala Kotamadya, dalam hal dimana mereka mengeluarkan keputusan atau revisi rencana kota, atau dimana mereka menerima pengiriman gambar dan dokumen sesuai dengan Pasal 20 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2 Undang-Undang yang sama),akan segera menempatkan gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota pada Pertunjukan Publik, memberitahukan tempat Pertunjukan Publik, dan menggunakan cara-cara lain untuk melakukan Pemberitahuan kepada Publik. Pasal 13 Masalah-masalah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 15 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota akan menjadi hal-hal penting yang ditunjukkan seperti berikut ini untuk setiap rencana kota:

Page 8: 100406023 - MELIANA

(1) Rencana kota yang menyinggung masalah pembagian area peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan: perubahan area yang terjadi bersamaan dengan perubahan lokasi jalan kereta api dan fasilitas lain, sungai, lembah dan masalah topografi lainnya, atau struktur (tidak termasuk perubahan lokasi tepi danau dan pantai yang disebabkan oleh reklamasi bangunan air) yang membentuk batasan tanah untuk pembagian area peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, dimana total area tanah yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan di atas kurang dari 4 Ha; (2) Rencana kota yang menyinggung pembagian zona (di luar daerah yang dibahas dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 10, 11 dan 12 Undang-Undang Perencanaan Kota, tidak termasuk daerah konservasi zona hijau khusus pinggiran kota sesuai dengan Pasal 4 Ayat 2 Butir 3 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Zona Hijau di Pinggiran Kota dalam Wilayah Ibu Kota Nasional (Undang-Undang No.101 Tahun 1966) dan Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Area Pemeliharaan di Wilayah Kinki (Undang-Undang No.103 Tahun 1967); a. Perubahan lokasi, area tanah dan ukuran yang sepadan dengan perubahan lokasi jalan, jalan kereta api, terminal kendaraan, bandara, taman, area hijau, makam, sistem pembuangan limbah, sungai dan saluran air yang membatasi area lain, perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perubahan area yang dibahas dalam Butir 3 sampai 9 seperti yang telah disebutkan di atas, atau perubahan lokasi lembah, masalah topografi lainnya, atau struktur (tidak termasuk perubahan lokasi tepi danau dan pantai yang disebabkan oleh reklamasi bangunan air); b. Perubahan lokasi, area tanah dan ukuran seperti yang dibahas dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 1 Undang-Undang Perencanaan Kota, dimana dikenal sebagai area tanah terlarang dari area peningkatan fungsi perkotaan sesuai dengan perubahan dalam pembagian area peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, diabaikan dari segala petimbangan. (3) Perubahan-perubahan lokasi dan area dalam rencana kota tentang jalan di atas: Bagaimanapun juga, berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam Butir a. dan b., area-area yang termasuk dalam hal dimana merupakan area antar-bagian bertingkat banyak dengan lalu lintas alun-alun, jalan atau jalan kereta api dalam bagian yang direvisi akan diabaikan. a. Perubahan lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alinyemen, dimana deviasi garis tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena dampak perubahan tersebut kurang dari 1,000 m panjang (kecuali apabila menyebabkan perubahan dari titik awal sampai dengan akhir, tidak termasuk kasus dimana jalan memotong empat kali atau lebih pada titik awal atau akhir sebelum revisi, dan jarak perpindahan titik awal atau akhir adalah 100 m atau lebih); b. Perubahan lokasi atau area yang sepandan dengan pelebaran, dimana bagian yang terkena dampak perubahan tersebut kurang dari 1.000 m panjang; c. Perubahan-perubahan lain di lokasi atau area jalan yang sepadan dengan perubahan-perubahan tersebut pada titik awal dan akhir jalan mewakili perubahan yang ditentukan dalam Butir a. atau b. di atas (tidak termasuk kasus dimana terdapat jarak perpindahan dari titik awal sampai dengan akhir adalah 100 m atau lebih) d. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan bentuk kemiringan atau struktur pendukung jalan yang lainnya. (4) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem transportasi kereta api perpindahan cepat di perkotaan.

Page 9: 100406023 - MELIANA

a. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alinyemen yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal atau akhir, dimana deviasi garis tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena dampak oleh perubahan kurang dari 1.000 m panjang (tidak termasuk kasus dimana pos atau stasiun dimasukkan dalam bagian terkait); b. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan dengan pelebaran area yang tidak mengandung pos atau stasiun, dimana bagian yang terkena dampak oleh perubahan kurang dari 500 m panjang; c. Perubahan-perubahan di lokasi atau area tanah pos atau stasiun, dimana jaraknya dipindahkan oleh batas area, kurang dari 20 m. (5) Rencana kota yang menyinggung tentang terminal kendaraan: perubahan-perubahan di lokasi, area atau ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perubahan kurang dari 2.500 m2 dan lain daripada itu adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan; (6) Rencana kota yang menyinggung masalah bandar udara: perubahan-perubahan di lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 4.500 m2 dan lain daripada itu adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan; (7) Rencana kora yang menyinggung masalah taman, area hijau dan kuburan/ makam: perubahan-perubahan lokasi berikut, area dan ukuran tanah. Bagaimanapun juga, dalam hal rencana kota yang menyinggung tentang taman dan area hijau, misalnya dimana area terkait terpotong oleh jalan kereta api, jalan atau sungai adalah tidak termasuk: a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang tidak memerlukan perubahan ukuran area; b. Perluasan ukuran area dan perubahan lokasi dan area yang sepadan, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan; dan c. Perubahan-perubahan lokasi, area atau ukuran tanah yang diimplementasikan dalam peraturan memperbaiki batas area, dimana total area yang terkena dampak adalah kurang dari 2.500 m2 dan selain daripada itu adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan. (8) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem pembuangan limbah: a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah pada saluran pembuangan di area jalan; dan b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah untuk sarana pengolahan limbah dan pompa, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 2.500 m2 dan selain itu kurang dari 20% dari area sebelum perubahan. (9) Rencana kota yang menyinggung masalah sungai: a. Perubahan-perubahan lokasi dan area tanah yang sepadan dengan perubahan alinyemen yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal dan akhir, dimana jarak yang dipindahkan oleh batas area adalah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 1.000 m panjang; dan b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang sepadan dengan pelebaran area, dimana bagian yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 500 m panjang; (10) Rencana kota yang menyinggung tentang sarana perumahan umum: a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area

Page 10: 100406023 - MELIANA

sebelum perubahan; b. Perubahan-perubahan dalam jumlah unit perumahan yang ditentukan berdasar pada tingkat rendah, sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 200 unit; dan c. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana publik atau sarana keuntungan publik. (11) Rencana kota yang menyinggung tentang komplek kantor pemerintahan: a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area sebelum perubahan; dan b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana publik atau sarana keuntungan publik. (12) Rencana kota tentang pembagian tanah milik untuk bangunan (secara fisik): perubahan-perubahan lokasi atau area tanah, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang 10% dari area sebelum perubahan. (13) Rencana kota yang menyinggung masalah proyek pengembangan perkotaan: perubahan-perubahan di area pelaksanaan dan ukuran area, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang 10% dari area sebelum perubahan. Pasal 13-2 Hal-hal yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 15 Butir 3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan hal-hal penting yang dinyatakan berikut ini untuk setiap rencana kota: (1) Rencana kota yang menyinggung area yang dibahas dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 1 Undang-Undang Perencanaan Kota: perubahan-perubahan yang terjadi di lokasi, tanah dan ukuran area dari area keseluruhan, dimana hal ini telah diakui bahwa tanah area tersebut tidak termasuk dalam area peningkatan fungsi perkotaan bersamaan dengan perubahan pada pembagian kedalam area peningkatan fungsi perkotaan dan pengendalian fungsi perkotaan, dihilangkan dari area sementara. (2) Rencana kota yang menyinggung tentang sarana perumahan umum: a. Perubahan-perubahan pada jumlah unit perumahan berdasar pada tingkat rendah, sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 200 unit dan selain itu kurang dari 10% dari jumlah total unit perumahan semula; dan b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana publik, sarana keuntungan publik atau rumah. Pasal 13-3 Pihak-pihak yang bermaksud untuk mengusulkan rencana-rencana menurut petunjuk dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus mengisi nama dan alamat mereka (dalam hal gabungan atau grup, harus mengisi nama dan alamat kantor utama) di proposal tertulis dan mengumpulkannya bersama dengan dokumen-dokumen berikut ke propinsi atau kotamadya: (1) Konsep pendahuluan rencana kota; dan (2) Dokumen yang menyatakan bahwa ijin yang ditetapkan dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Butir 2

Page 11: 100406023 - MELIANA

Pasal 14 Formulir yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi Pasal 18 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota tercantum dalam Formulir Terlampir No.1. BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA Bagian 1. Peraturan dalam Pengembangan, dsb (Pasal 15 – Pasal 38) Pasal 15 Hal-hal yang ditentukan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 1 Butir 5 Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Jadwal kerja yang ditentukan pada awal sampai dengan penyelesaian pekerjaan; (2) Perbedaan antara aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk melaksanakan konstruksi atau pembangunan struktur khusus diluar perumahan untuk tempat kerja pribadi, atau aktivitas pengembangan lainnya; (3) Dalam hal aktivitas pengembangan yang dilaksanakan dalam area pengendalian fungsi perkotaan, Butir tersebut dalam Pasal 34 Undang-Undang Perencanaan Kota yang sesuai dengan aktivitas pengembangan dalam pertanyaan dan alasan; dan (4) Rencana pembiayaan Pasal 16 Orang yang bermaksud memperoleh perijinan yang tercantum dalam Pasal 29 Ayat 1 atau 2 Undang-Undang Perencanaan Kota 1 Desain yang disebutkan dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat sesuai dengan penjelasan desain tertulis dan gambar desain (hanya untuk gambar desain aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi). 2 Penjelasan desain tertulis di atas harus menyatakan lebih spesifik tentang konsep desain, kondisi tanah di area pengembangan sekarang (bagian area pengembangan dan area kerja jika pengembangan area dibagi menjadi bagian kerja; berlaku sama pada Ayat berikut dan Pasal selanjutnya), rencana tata guna lahan, dan rencana pengembangan sarana publik (termasuk hal yang berkaitan dengan pihak yang memenuhi syarat sebagai manajer sarana publik dan hak hukum/ yurisdiksi tanah yang digunakan untuk sarana publik); dan 3 Gambar desain yang disebutkan dalam Ayat 2 harus dipersiapkan menurut tabel berikut ini. Bagaimanapun juga, dalam hal aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, gambar tampak datar tentang rencana akan ditiadakan. Tipe Gambar Hal-hal yang Ditetapkan Pengurangan Skala Keterangan Pasal28-2 Butir 1 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, dan bagian galian permukaan tanah dan timbunan seperti yang tercantum dalam Bagian 2 Pasal yang sama, di dalam atau di sekitar area pengembangan. 1: 2.500 atau lebih (1) Garis kontur menunjukkan perbedaan ketinggian sebesar 2 m. (2) Kondisi pepohonan atau kumpulan pohon dan permukaan tanah ditetapkan untuk aktivitas pengembangan dalam skala 1 Ha atau lebih (atau skala terpisah yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan ketetatapan Pasal 23-3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota).

Page 12: 100406023 - MELIANA

Gambar Rencana Tata Guna Lahan Batas area pengembangan, lokasi dan bentuk sarana publik, kondisi lapangan bangunan tetap, dsb, tujuan penggunaan bangunan tetap, dsb di lapangan, lokasi sarana publik, lokasi pepohonan dan kumpulan pohon, dan lokasi dan kondisi zona penyangga. 1: 1.000 atau lebih Gambar Tampak Datar Reklamasi Batas area pengembangan, lokasi tanah galian atau bagian timbunan, lembah/ jurang (diluar kasus dimana permukaan tanah membentuk sudut horisontal lebih dari 30 derajat dan terbentuk dari batu keras (tidak termasuk batu yang terkikis); berlaku sama dalam sisa Ayat tersebut, Pasal 23, Pasal 27 Ayat 2, dan Pasal 34 Ayat 2) dan dinding penahan, dan lokasi dan kondisi, lebar dan tinggi jalan. 1: 1.000 atau lebih. Dalam hal tanah perbaikan dan hak-hal lain yang diambil dari bagian tanah dimana galian atau timbunan dilakukan, bagian tersebut akan ditunjukkan. Gambar Potongan Reklamasi Tanah Tanah datar sebelum dan setelah ada bagian galian atau timbunan. 1: 1.000 atau lebih Menyiapkan bagian gelombang ekstrim Gambar Tampak Datar Rencana Fasilitas Drainasi Batas wilayah drainasi, lokasi, tipe, material, kondisi, dimensi dalam, tinggi, arah aliran air, posisi outlet dan nama tujuan keluarnya air pada fasilitas drainasi. 1: 500 atau lebih Tampak Datar Rencana Sarana Persediaan Air Lokasi, kondisi, dimensi dalam, metode pengambilan air dan posisi pemadam kebakaran pada sarana persediaan air. 1: 500 atau lebih Hal ini dapat ditampilkan secara bersamaan dalam tampak datar rencana sarana drainasi. Gambar Potongan Lembah/ Jurang Tinggi lembah/ jurang, kecuraman dan tipe tanah (dimana terdapat 2 atau lebih tipe tanah, nama tiap tipe dan ketebalan tiap lapisan), tanah datar sebelum dan setelah bagian galian atau timbunan, dan metode perlindungan dinding lembah/ jurang. 1: 500 atau lebih (1) Menyiapkan gambar potongan lembah/ jurang dimana tingginya terbentuk dari galian tanah lebih dari 2 m, timbunan lebih dari 2 m, dan terbentuk dari galian dan timbunan tanah lebih dari 2 m secara bersamaan. (2) Untuk dinding lembah/ jurang yang dilindungi oleh dinding penahan, tidak perlu menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan tipe tanah. Gambar Potongan Dinding Penahan Dimensi dan tinggi dinding penahan, tipe dan dimensi material dinding penahan, dimensi beton pengisi, lokasi lapisan tembus air, tipe tanah datar dan pondasi sebelum dan setelah ada dinding penahan, dan lokasi, material dan dimensi tiang pancang. 1: 500 atau lebih Pasal 17 Gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Depratemen Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota (1) Peta lokasi area pengembangan;

Page 13: 100406023 - MELIANA

(2) Peta area pengembangan; (3) Dokumen yang menjelaskan bahwa perijinan telah diperoleh dari orang banyak yang ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 1 Butir 14 Undang-Undang Perencanaan Kota; (4) Dokumen yang menjelaskan bahwa orang yang mempersiapkan gambar desain diharuskan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 19; dan (5) Dokumen yang menjelaskan bahwa orang yang membuat pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 34 Butir 9 Undang-Undang Perencanaan Kota, dalam hal dimana seseorang tersebut bermaksud untuk memperoleh perijinan pengembangan, memiliki hak lain disamping hak-hak kepemilikan tentang tata guna lahan untuk tujuan konstruksi bangunan tempat tinggal pribadi atau perusahaan pribadi atau pun bangunan struktur khusus kategori 1 untuk tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang menyinggung pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pengendalian fungsi perkotaan telah diputuskan atau di saat area pengendalian fungsi perkotaan telah diputuskan atau saat rencana kota direvisi untuk mengijinkan adanya ekspansi dalam area pengendalian fungsi perkotaan. 2 Peta lokasi tentang area pengembangan ditetapkan dalam Butir 1 Ayat sebelumnya merupakan peta topografi yang menunjukkan lokasi area pengembangan dalam skala 1: 50.000 atau lebih. 3 Peta area dalam area pengembangan ditetapkan dalam Butir 2 Ayat sebelumnya harus menunjukkan batas propinsi, batas kotamadya, kota atau isi aturan batas dalam area kotamadya, batas area perencanaan kota, jumlah dan bentuk kavling tanah dalam hal area pengembangan yang perlu ditampilkan secara jelas dalam skala 1: 2.500 atau lebih. Pasal 18 Pekerjaan yeang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota Pasal 19 Persayaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pengembangan mencakup 1 Ha dan kurang dari 20 Ha, pihak-pihak yang memenuhi persyaratan adalah berikut ini: a. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dari pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman di universitas (tidak termasuk pendidikan sarjana muda) berdasarkan pada Undang-Undang Pendidikan Sekolah (Undang-Undang No.26 Tahun 1947) atau univeritas berdasarkan Peraturan Lama Universitas (Peraturan No.388 Tahun 1919), dan yang telah mendapatkan minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman; b. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dari 3 tahun pendidikan (tidak termasuk yang diadakan di malam hari) dari pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman untuk pendidikan sarjana muda berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah, dan yang telah mendapatkan minimal 3 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman; c. Tidak termasuk pihak-pihak yang sesuai dengan syarat-syarat di atas; telah menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman untuk pendidikan sarjana muda atau sekolah teknik berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah atau sekolah kejuruan berdasarkan Peraturan Lama Sekolah Kejuruan (Pendidikan No.61 Tahun 1901), dan yang telah mendapatkan minimal 4 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;

Page 14: 100406023 - MELIANA

d. Telah menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman di SMA atau SMP berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah atau SMP berdasarkan Peraturan Lama Sekolah Menengah Pertama (Peraturan No.36 Tahun 1943), dan yang telah mendapatkan minimal 7 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman; e. Telah lulus dari jurusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi diluar Ujian Negara dibawah Undang-Undang Teknisi (Undang-undang No.124 Tahun 1957), dan yang telah mendapatkan minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman; f. Telah memiliki pendidikan bersertifikat pertama arsitektur Undang-Undang Arsitek (Undang-undang No.202 Tahun 1950), dan yang telah mendapatkan minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman; g. Telah mendapatkan pengalaman minimal 10 tahun pengalaman praktek di bidang teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman, termasuk 7 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman, dan yang telah menyelesaikan pendidikan yang ditunjukkan oleh Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi; dan h. Telah diakui Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dalam mendapatkan pengalaman yang sama atau lebih tinggi dengan kualifikasi pada butir a. sampai dengan g. di atas. Pihak Pelaksana Pendidikan Nama Alamat Kantor Pusat Pendidikan Pasal 20 Lebar jalan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota Pasal 20-2 Jalan yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasana dan Transportasi Menurut Ketetapan Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan jalan yang sesuai dengan kondisi sebagai berikut: (1) Dimana bukan merupakan jalan yang baru dibangun di dalam area pengembangan, jalan yang berbatasan dengan area pengembangan sementara; dan (2) Lebar jalan adalah 4 m atau lebih. (Kriteria Pembangunan Taman, dsb.) Pasal 21 Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pengembangan adalah 5 Ha atau lebih, taman (atau taman, area hijau atau alun-alun dimana bangunan tidak digunakan untuk rumah; hal yang sama diberlakukan pada sisa Pasal tersebut) harus dibangun menurut ketetapan berikut ini di lokasi tersebut untuk melindungi penggunaan lahan yang efektif bagi pengguna tanah. (1) Area taman minimal 300 m2 per taman, dan total area taman terhitung minimal 3% dalam area pengembangan; dan (2) Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pengembangan minimal 20 Ha, terdapat paling tidak 1 taman seluas 1.000 m2 atau lebih, dan dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pengembangan adalah 20 Ha atau lebih, terdapat minimal 2 taman seluas 1.000 m2 atau lebih. (Area Kemiringan dan Bagian Pipa Drainasi) Pasal 22 Area kemiringan dan bagian pipa drainasi harus dibuat untuk memindahkan pola curah hujan secara efektif yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari yang biasanya sekali dalam 5 tahun, dan model aliran pembuangan kotoran yang

Page 15: 100406023 - MELIANA

dihitung dari aliran air limbah dari buangan akitivitas domestik dan industri serta dan aliran air tanah. (Perlindungan Dinding Lembah/ Jurang) Pasal 23 Tinggi dinding lembah/ jurang yang terbentuk dari galian tanah lebih dari 2 m, timbunan tanah lebih dari 2 m, dan yang terbentuk oleh keduanya secara bersamaan harus dilindungi oleh dinding penahan. Meskipun begitu, hal ini tidak dapat diberlakukan sama terhadap lembah/ jurang atau bagian lembah/ jurang yang terbentuk dari galian dan atau seperti deskripsi di bawah ini. (1) Lembah/ jurang dengan kualitas tanah sesuai dengan salah satu deskripsi yang diberikan dalam Tabel berikut dan kemiringannya tidak lebih dari yang terdapat dalam kolom tengah untuk jenis tanah. Kualitas Tanah Batas atas dimana dinding penahan disyaratkan Batas bawah dimana dinding penahan disyaratkan Pasal 23-2 Skala yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 28-2 Butir 1 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota adalah 5 m tinggi dan luas area 300 m2. (Lebar Zona Penyangga) Pasal 23-3 Lebar yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 28-3 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota adalah 4 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 1.0 – 1.49 Ha, adalah 5 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 1.5 – 4.9 Ha, 10 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 5.0 – 14.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 15.0 – 24.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 25.0 Ha atau lebih. (Informasi Teknik tentang Jalan) Pasal 24 Diluar infromasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal tentang jalan adalah berikut: (1) Jalan akan diperkeras dengan kerikil dan mempunyai struktur yang tidak mengurangi keamanan dan kelancaran arus lalu lintas, dan akan dibentuk dengan kemiringan melintang yang sesuai. (2) Jalan akan dilengkapi dengan saluran air tepi, selokan dan sarana penting lain yang dapat mengalirkan air hujan secara efektif, dsb. (3) Kemiringan membujur jalan tidak lebih dari 9%. Meski begitu, perlu dipertimbangkan untuk mengacu pada kondisi topografi, dsb atau kemiringan membujur akan mencapai 12% atau lebih pada bagian-bagian kecil. (4) Jalan tidak diperbolehkan disusun dalam bentuk tingkatan. Meski begitu, hal ini tidak dapat diberlakukan sama terhadap jalan yang digunakan hanya untuk pejalan kaki pada saat dimungkinkan tidak ada halangan sebagai perlintasan yang aman. (5) Jalan tidak diperbolehkan menjadi perlintasan tersamar. Meski begitu, hal ini tidak dapat diberlakukan sama dalam kasus dimana perluasan atau perhubungan jalan sementara dengan jalan lain telah ditetapkan, kasus dimana pembentukan lapangan atau evakuasi koridor disediakan, dan kasus lain dimana tidak ada halangan untuk proses evakuasi atau perlintasan kendaraan. (6) Jalan tanpa perkerasan trotoar untuk pejalan kaki harus berpotongan pada elevasi yang sama; atau alternatif lain, adalah menghubungkan titik-titik atau kurva pada jalan tanpa

Page 16: 100406023 - MELIANA

perkerasan trotoar untuk pejalan kaki menjadi potongan sudut yang sesuai dengan panjang jalan. (7) Perkerasan trotoar untuk pejalan kaki harus dipisahkan dari jalan perlintasan dengan pembatas jalan, pagar atau struktur yang similar. (Informasi Teknik tentang Taman) Pasal 25 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Undang-Undang Tata Pelaksanaan Perencanaan Kota, hal-hal berikut adalah yang berkaitan dengan taman: (1) Dalam hal luas area taman adalah 1.000 m2 atau lebih, minimal 2 pintu masuk dan keluar disediakan. (2) Dalam hal dimana taman berhubungan dengan jalans, dsb dan terdapat volume arus lalu lintas kendaraan yang sangat padat, pagar atau dinding pemisah harus dibangun dan ukuran keamanan lainnya harus digunakan demi keamanan pengguna jalan. (3) Taman harus didesain sesuai dengan bentuk, ukuran yang memadai dan kemiringan memfasilitasi lokasi taman, peralatan bermain dan sarana lainnya untuk ditempatkan dengan efektif. (4) Taman harus dilengkapi dengan sarana yang sesuai untuk mengalirkan air hujan secara efektif, dsb. (Informasi Teknik tentang Sarana Drainasi) Pasal 26 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan dengan sarana drainasi adalah: (1) Sarana drainasi harus merupakan struktur yang kuat dan tahan lama. (2) Sarana drainasi harus dibuat dari beton, batu bata dan material tahan air lainnya, dan tangga-tangga harus dipastikan dapat menahan kebocoran seminimal mungkin. (3) Sarana drainasi yang dimaksudkan untuk penggunaan publik harus dibangun di tempat yang tidak menyebabkan gangguan pada jalan dan pemeliharaan sarana drainasi. (4) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, berkaitan dengan struktur bagian pipa tertutup, diameter bagian dalam atau lebar dalam adalah 20 cm atau lebih. (5) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, bagian-bagian struktur pipa tertutup di bawah ini akan disesuaikan dengan saluran air atau selokan: a. Bagian dimana saluran pembuangan yang dimaksudkan untuk publik dimulai; b. Bagian dimana arah, kemiringan atau persilangan saluran pembuangan berubah secara signifikan; meski begitu, hal tersebut tidak dapat diberlakukan sama pada kasus dimana tidak ada gangguan pada pembersihan saluran pembuangan; dan c. Bagian penting untuk pemeliharaan saluran pembuangan melebihi bagian dimana panjang saluran tidak lebih dari 120 kali diameter dalam atau lebar. (6) Berkaitan dengan saluran air atau selokan bagian bawah, dalam hal saluran hanya digunakan untuk mengalirkan air hujan, kolam lumpur dengan kedalaman 15 cm atau lebih harus dibangun, dan dalam hal lain tentang saluran air atau selokan, berlawanan dengan ukuran lebar yang besar menurut diameter dalam atau lebar saluran penghubung harus dibangun. (Informasi Teknik tentang Dinding Penahan) Pasal 27 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan dengan dinding penahan adalah: (1) Struktur dinding penahan harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria berdasarkan pada

Page 17: 100406023 - MELIANA

hitungan dan uji coba struktur, dsb: a. Dinding penahan tidak akan hancur karena daya tekan tanah, air dan ter (dalam hal ini disebut tekanan tanah, dsb pada sisa Butir tersebut); b. Dinding penahan tidak akan roboh karena tekanan tanah, dsb; c. Pondasi dinding penahan tidak akan ambles karena tekanan tanah, dsb; dan d. Dinding penahan tidak akan mengalami penurunan karena tekanan tanah, dsb. (2) Dinding penahan harus mempunyai lubang saluran air untuk meningkatkan drainasi di bagian belakang, dan lapisan tahan air dari kerikil, dsb yang dibuat di bagian belakang dinding di sekitar lubang drainasi dan hal-hal penting lainnya. Meskipun begitu, hal tersebut di atas tidak dapat diberlakukan sama pada dinding batu kering dan struktur lain yang dapat secara efektif mengalirkan air lewat belakang. Pasal 27-3 Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam in informasi teknik dalam Pasal 23-3 akan dilaksanakan diluar ukuran lebar minimal Zona Penyangga yang akan dibangun tidak lebih dari 6.5 m dimana skala aktivitas pengembangan 1.0 – 1.49 Ha, 8 m dimana skala aktivitas pengembangan 1.5 – 4.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas pengembangan 5.0 – 14.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 15.0 Ha atau lebih. Pasal 27-4 Kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 29-2 Ayat 1 Butir 12 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 24, Pasal 25 Butir 2, Pasal 26 Butir 4 dan Pasal 27 akan dilaksanakan diluar ukuran yang tidak melebihi batasan penting untuk melindungi lingkungan, mencegah bencana dan meningkatkan kenyamanan. (2) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 24, dimana hal ini dianggap penting menurut iklim lingkungan, obyek lokal, karakter yang unik dan kondisi tanah pada area terkait, akan dilaksanakan dengan mebuata criteria yang berbeda dari yang terdapat pada Butir dalam Pasal yang dimaksud. (3) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 25 Butir 2, dimana hal ini dianggap penting untuk memberikan rasa aman bagi pengguna taman, adalah mensyaratkan bahwa pagar dan dinding yang dibangun dan ukuran tingkat keamanan lain adalah perlu demi keamanan pengguna. (4) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang diberikan dalam Pasal 26 Butir 4 akan dilaksanakan berkitan dengan diameter dalam atau lebar dalam pada bagian struktur saluran tertutup diluar sarana drainasi yang dimaksudkan untuk penggunaan publik. (5) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 27 akan dilaksanakan dimana, berkenaan dengan iklim lingkungan, obyek lokal dan karakteristik geografi yang unik pada area sementara, hal ini dianggap sulit untuk melindungi kerusakan lembah/ jurang atau meningkatkan aliran sedimentasi dari aktivitas pengembangan yang semata-mata dengan hanya mengandalkan ketetapan yang ada di setiap Butir dalam Pasal tersebut di atas. (Hal-hal yang Diumumkan oleh Pemegang Hak Saham Saat Ini) Pasal 28 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 34 Butir 9 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut (1) Profesi pihak yang diumumkan (atau muatan pekerjaan dalam hal pihak yang bekerja sama);

Page 18: 100406023 - MELIANA

(2) Lokasi, jumlah kavling, kategori tanah dan batas-batas tanah ; (3) Maksud dan tujuan pihak yang diumumkan dalam memegang saham diluar hak kepemilikan yang berkaitan dengan tanah atau tata guna lahan pada saat rencana kota yang menyangkut masalah pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pengendaian fungsi perkotaan telah diputuskan atau pada saat area pengendalian fungsi perkotaan dimana rencana kota direvisi telah diperluas; dan (4) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang dibuat oleh pihak yang diumumkan berkaitan dengan penggunaan tanah. (Masukan Formulir Aplikasi untuk Revisi Perijinan) Pasal 28-2 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Hal-hal yang berkaitan dengan revisi; (2) Alasan revisi; dan (3) Jumlah perijinan dalam perijinan pengembangan. (Gambar dan Dokumen Terlampir untuk Revisi Aplikasi Perijinan) Pasal 28-3 Diluar gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 30 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal yang dirubah sesuai dengan perubahan pada aktivitas pengembangan harus dilampirkan pada formulir aplikasi yang ditetapkan dalam Pasal 35-2 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota. Dalam kasus tersebut, ketetapan dalam Pasal 17 Ayat 2 dan 3 akan diberlakukan sama. (Perubahan Singkat) Pasal 28-4 Perubahan singkat yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 204 – (1) Diluar revisi desain, perubahan kondisi lapangan pada bangunan yang ditentukan, dsb; meski begitu, tidak termasuk hal-hal berikut ini: a. Perubahan yang memerlukan pertambahan atau pengurangan 1/10 atau lebih dari skala bangunan yang ditentukan di lapangan, dsb; dan b. Perubahan yang memerlukan pertambahan pada skala bangunan di lapangan di luar bangunan rumah dan struktur khusus kategori 1, dimana ukuran lapangan tersebut mencapai 1.000 m atau lebih; (2) Perubahan pada pelaksana proyek; meski begitu, dimana aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun gedung yang pada umumnya untuk tempat tinggal pribadi, atau aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun gedung atau konstruksi gedung atau struktur khusus diluar gedung yang digunakan untuk tempat kerja pribadi (tidak termasuk hal dimana area pengembangan adalah 1 Ha atau lebih), hal ini harus dibatasi terhadap perubahan pada nama dan alamat pelaksana pekerjaan; dan (3) Perubahan terhadap waktu yang telah dijadwalkan dalam awal mulainya pekerjaan hingga waktu penyelesaian. (Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan) Pasal 29 Pengumuman menurut ketetapan dalam Pasal 36 Ayat 1 Undang-Undang

Page 19: 100406023 - MELIANA

Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan seperti yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.4 pada saat aktivitas pengembangan selesai, dan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan Sarana Publik yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.5 saat pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar akitivas pengembangan telah selesai. (Bentuk Sertifikat Penyelesaian Inspeksi) Pasal 30 Bentuk sertifikat penyelesaian inspeksi yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota terdapat pada Formulir Terlampir No.6 dalam hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan, dan Formulir Terlampir No.7 dalam hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar pekerjaan aktivitas pengembangan. (Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan) Pasal 31 Pengumuman penyelesaian pekerjaan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dilaksanakan dengan metode yang dibuat oleh Gubernur Propinsi, dan hal ini akan menjelaskan nama daerah dengan spesifik yang termasuk dalam area pengembangan atau bagian pekerjaan, dan nama dan alamat pihak yang telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan berkaitan dengan aktivitas pengembangan telah selesai, dan nama daerah yang termasuk dalam area pengembangan atau bagian pekerjaan, tipe, lokasi dan area sarana publik, dan nama dan alamat pihak yang telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan berkaitan dengan aktivitas pengembangan telah selesai. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 205 – (Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentang Pengembangan Aktivitas) Pasal 32 Pengumuman tentang pembatalan pekerjaan yang berkaitan dengan apa yang ditetapkan dalam Pasal 38 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentang Aktivitas Pengembangan yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.8. (Dokumen tentang Diskusi Beban Biaya) Pasal 33 Dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 33 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan dokumen yang menjelaskan hal-hal berikut, dokumen yang menyatakan bahwa orang yang ingin mendapatkan beban biaya, memiliki tanah terkait pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota, dan gambar yang menjelaskan secara spesifik lokasi dan area tanah terkait: (1) Alamat dan nama orang yang ingin mendapatkan beban biaya; (2) Jumlah beban yang diisyaratkan; (3) Alamat, jumlah kavling, kategori tanah dan area tanah dimana beban biaya diisyaratkan pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang

Page 20: 100406023 - MELIANA

Perencanaan Kota; dan (4) Jumlah dan dasar penghitungan biaya yang diperlukan dalam mendapatkan tanah dengan beban biaya yang diisyaratkan. (Aplikasi Perijinan untuk Konstruksi Baru, dsb Bangunan) Pasal 34 Aplikasi untuk perijinan yang ditetapkan dalam Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan Aplikasi untuk Konstruksi Baru, Pembangunan Kembali atau Perubahan untuk Tujuan Penggunaan Bangunan atau Konstruksi Baru Struktur Khusus Kategori 1 seperti yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.9. 2 Gambar berikut ini (dimana perijinan yang diisyaratkan seperti yang dapat diaplikasikan sesuai dengan Pasal 36 Ayat 1 Butir 3 Sub Butir d. Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, dokumen yang menjelaskan tentang pihak yang berusaha menerima gambar berikut dan memiliki hak diluar hak kepemilikan berkaitan dengan tanah atau penggunaan tanah untuk pembangunan gedung sebagai tempat tinggal pribadi atau gedung sturktur khusus kategori 1 sebagai tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang menyinggung pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pengendalian fungsi perkotaan telah diputuskan or saat rencana kota direvisi untuk mengijinkan adanya perluasan pada area pengendalian fungsi perkotaan. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 206 – Tipe Gambar Hal-hal yang perlu dijelaskan secara spesifik Sketsa Area Lokal Daya dukung tanah, lokasi lapangan dan area dekat sarana publik Gambar Lapangan Kondisis Sekarang Dalam hal konstruksi baru atau pembangunan kembali suatu bangunan atau konstruksi baru untuk struktur khusus kategori 1 Batas lapangan, lokasi bangunan atau struktur khusus kategori 1. lokasi lembah/ jurangs dan dinding penahan, lokasi dan tipe saran drainasi, arah aliran air, lokasi outlet, dan nama penentuan debit Dalam hal revisi tujuan penggunan bangunan Batas lapangan, lokasi bangunan, lokasi dan tipe saran fasilitas, arah aliran air, lokasi outlet, dan nama penentuan debit (Masukan untuk Pengembangan Pendaftaran, dsb) Pasal 35 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 47 Ayat 1 Butir 6 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah alamat dan nama pihak-pihak yang mewarisi posisi berdasarkan pada perijinan pengembangan menurut ketetapan Pasal 45 Undang-Undang Perencanaan Kota. (Persiapan Pengembangan Pendaftaran) Pasal 36 Pengembangan pendafataran (dalam hal ini disebut pendaftaran) harus dikumpulkan dengan rekaman hasil wawancara dan gambar. 2 Gambar merupakan gambar tata guna lahan yang ditetapkan dalam Pasal 16 Ayat 4. (Penutupan Pendaftaran) Pasal 37 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana pengumuman pembatalan aktivitas pengembangan diterima menurut Pasal 38 Undang-Undang Perencanaan Kota, harus menutup pendaftaran tanpa penundaan. (Pendaftaran Pertunjukan Publik)

Page 21: 100406023 - MELIANA

Pasal 38 Gubernur Propinsi harus menyediakan perluasan tempat untuk pendaftaran pertunjukan publik pada saat pendaftaran untuk pertunjukan publik. 2 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana menyediakan tempat pertunjukan menurut ketetapan sebelumnya, harus membuat aturan-aturan pertunjukan di lapangan dan memberikan pengumuman tentang tempat dan aturan pertunjukan di lapangan. Bagian 1-2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area yang Ditentukan untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb. (Hal-hal yang Diumumkan oleh Pelaksana Penetapan Proyek) Pasal 38-2 Hal-hal yang harus diumumkan oleh pelaksana penetapan proyek menurut Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 207 – (1) Tipe dan nama area yang ditentukan untuk area proyek pengembangan perkotaan, dsb; (2) Nama dan alamat pelaksana proyek yang ditetapkan; dan (3) Lokasi tanah didalam area yang ditetapkan untuk area proyek pengembangan perkotaan, dsb. (Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya, dsb dalam Penetapan Area untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb) Pasal 38-3 Aturan penting yang terkait dengan pemegang hak yang ditetapkan dalam Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Tampilan isi batasan pada nilai pemindahan bawah tangan (transfer-for-counter) tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb. (2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan bangunan, dsb tentang, atau mengiklankan di Koran, isi batasan pada nilai pemindahan bawah tangan (transfer-for-counter) tanah dan bangunan. 2 Tampilan isi yang ditetapkan dalam Butir 1 pada Ayat sebelumnya harus dilanjutkan sampai pada hari dimana rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb kehilangan nilainya menurut ketetapan Pasal 12-2 Ayat 5 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau pada hari saat pelaksana proyek yang ditetapkan menperoleh hak-hak yang penting untuk semua tanah dan bangunan, dsb di dalam area yang ditentukan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb. (Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah (Transfer-for-Counter)) Pasal 38-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan tanah dan bangunan yang ada, dsb dan nama dan alamat pihak pemegang hak-hak tersebut. 2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat dengan menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah Tangan (Transfer-for-Counter) Tanah dan Bangunan, dsb yang ada pada Formulir Terlampir No.9-3 kepada pelaksana proyek yang ditetapkan. (Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah)

Page 22: 100406023 - MELIANA

Pasal 38-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan menunjukkan kepada pelaksana proyek yang ditetapkan Formulir Penuntutan Pembelian yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-4 bersama dengan dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 208 – Bagian 2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Sarana Perencanaan Kota, dsb. (Aplikasi Perijinan Bangunan dalam Area Sarana Perencanaan Kota dan Area Pelaksanaan dalam Proyek Pengembangan Perkotaan) Pasal 39 Aplikasi untuk perijinan yang tercantum dalam Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan formulir aplikasi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.10. 2 Gambar dan dokumen berikut ini harus dilampirkan pada formulir aplikasi tersebut: (1) Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan di area lapangan dengan skala 1:500 atau lebih; (2) Gambar tampak potongan bangunan yang dilihat dari 2 sudut pandang dengan skala 1:200 atau lebih; dan (3) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal yang relevan. (Pengumuman Penunjukan, dsb Tempat Proyek) Pasal 40 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dilaksanakan berkaitan dengan hal-hal berikut, dengan menggunakan metode yang dibuat oleh Gubernur Propinsi dalam setiap kasus: (1) Pada saat menentukan tanah di area sarana perencanaan kota menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1, tipe dan nama sarana perkotaan yang terkait dan area tanah yang terkena dampak oleh penentuan tersebut; (2) Pada saat membentuk pihak lain untuk membuat penawaran pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 56 Ayat 1 dan memberikan pengumuman menurut ketetapan dalam kalimat utama pada Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota, nama dan alamat pihak lain yang terkait, area tanah dimana penawaran atau pengumuman akan dibuat untuk pihak lain, dan tipe dan nama sarana perencanaan kota atau proyek pengembangan perkotaan development pada area tersebut. 2 Penunjukkan aea tanah seperti yang disebutkan dalam Ayat sebelumnya dipastikan bahwa pihak pemegang saham dapat melihat dengan mudah apakah tanah yang dilindungi oleh hak kepemilikan mereka termasuk dalam area tersebut. (Hal-hal yang Diumumkan oleh Gubernur Propinsi) Pasal 41 Hal-hal yang harus diumumkan oleh Gubernur Propinsi (dimana pihak-pihak yang diumumkan sebagai pihak lain pada pengumuman berdasarkan ketetapan Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang yang sama, adalah kemudian pihak-pihak yang sama) menurut ketetapan Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota sebagai berikut: (1) Tipe dan nama sarana proyek pengembangan perkotaan dan perencanaan kota ditunjukkan menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1; Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 209 –

Page 23: 100406023 - MELIANA

(2) Nama dan alamat pihak lain pada pengumuman yang dibuat menurut ketetapan pada pokok kalimat Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota; dan (3) Alamat tanah yang disyaratkan dalam pengumuman. (Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya dalam Penetapan Area Proyek) Pasal 42 Aturan penting untuk menginformasikan pemeganga hak-hak yang terkait yang ditetapkan dalam Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah: (1) Tampilan isi batasan tentang nilai pemindahan bawah tangan (transfer-for-counter) pada tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area proyek pengembangan perkotaan atau sarana perencanaan kota yang ditunjuk menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota. (2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan bangunan, dsb tentang, atau mengiklankan di Koran, isi batasan pada nilai pemindahan bawah tangan (transfer-for-counter) tanah. 2 Tampilan yang ditetapkan dalam Butir 1 dalam Ayat sebelumnya harus dilanjutkan dalam 10 hari setelah pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau sampai pada hari Gubernur Propinsi atau pihak yang diumumkan sebagai pihak lain pada penawaran pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 56 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota dan pengumuman menurut ketetapan pada pokok kalimat dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota mendapatkan hak-hak penting untuk semua tanah dalam area yang ditetapkan. (Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah (Transfer-for-Counter)) Pasal 43 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 57 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang ada pada tanah terkait dan nama dan alamat pemegang hak-hak tersebut; dan (2) Dimana bangunan dan struktur lain yang ada pada tanah, isi struktur dan nama dan alamat pemegang hak kepemilikan struktur di atas. 2 Pengumuman menurut ketetapan pada kalimat utama dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat dengan menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah Tangan (Transfer-for-Counter) Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.11. (Hal-hal yang Diumumkan oleh Pelaksana Penjadwalan Proyek) Pasal 43-2 Berkaitan dengan hal-hal yang harus diiumumkan oleh pelaksana proyek yang ditetapkan menurut Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama, ketetapan dalam Pasal 38-2 akan diberlakukan sama pula. Dalam hal, istilah ‘area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb’ Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 210 –

Page 24: 100406023 - MELIANA

pada Butir 1 Pasal tersebut di atas akan dibaca ‘sarana perencanaan kota atau proyek pengembangan perkotaan yang telah ditetapkan oleh pelaksana proyek’, dan ‘dalam area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb’ pada Butir 3 Pasal tersebut di atas akan dibaca ‘dalam area sarana perencanaan kota dan area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan yang ditetapkan pelaksana proyek’. (Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya, dsb dalam Area Sarana Perencanaan Kota yang telah Ditetapkan Pelaksana Proyek) Pasal 43-3 Berkaitan dengan atruan penting untuk menginformasikan pemegang hak-hak terkait yang ditentukan dalam Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang dimaksud, ketetapan dalam Pasal 38-2 akan diberlakukan sama pula. Dalam hal, istilah ‘dalam area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb’ pada Butir 1 Pasal tersebut di atas akan dibaca ‘dalam area sarana perencanaan kota dan area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan yang ditetapkan pelaksana proyek’. 2 Tampilan yang ditetapkan menurut ketetapan Pasal 38-3 Ayat 1 Butir 1 diberlakukan sama dalam Ayat sebelumnya harus dilanjutkan dalam 10 hari setelah pengumuman yang ditentukan dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau sampai pada pelaksana proyek mendapatkan hak-hak penting untuk tanah dan bangunan, dsb dalam area sarana perencanaan kota dan area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan yang ditetapkan pelaksana proyek. (Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah (Transfer-for-Counter)) Pasal 43-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama merupakan hal-hal yang ditetapkan dalam Pasal 38-4 Ayat 1. 2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama harus dibuat dengan menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah Tangan (Transfer-for-Counter) Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-3 kepada pelaksana proyek yang ditetapkan. (Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah) Pasal 43-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama dengan Pasal 57-5 Undang-Undang yang sama akan menunjukkan kepada pelaksana proyek yang ditetapkan Formulir Penuntutan Pembelian yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-4 dengan dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 211 – (Pengumuman tentang Tidak Adanya Aplikasi Perijinan atau Persetujuan) Pasal 43-6 Pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 60-2 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat sesuai dengan yang terdapat dalam Koran pemerintah, Lembaran

Page 25: 100406023 - MELIANA

resmi dan metode penunjukan lainnya. Bagian 3. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Perencanaan Daerah (Aktivitas yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi Menurut Pasal 38-7 Bagian 3 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota) Pasal 43-7 Aktivitas yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 38-7 Butir 3 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut: (1) Aktivitas tentang konstruksi baru, pembangunan kembali, pemeliharaan, perbaikan atau pemulihan bencana pada jalan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Jalan Raya (Undang-Undang No.180 Tahun 1952); (2) Aktivitas tentang konstruksi atau manajemen kendaraan umum jalan sebagaimana ditetapkan pada Pasal 2 Ayat 8 Undang-Undang Transportasi Jalan (Undang-Undang No.183 Tahun 1951) atau jalan kendaraan khusus (terbatas pada jalan yang digunakan untuk penumpang kendaraan umum jasa pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal 3 Butir 1 Undang-Undang yang sama atau kendaraan angkutan barang umum jasa pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa Pelayanan Kendaraan Angkutan Barang (Undang-Undang No.83 Tahun 1988)); (3) Aktivitas tentang pelaksanaan pekerjaan peningkatan sungai dan manajemen dilakukan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Persungaian (Undang-Undang No.167 Tahun 1961); (4) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Umum Pengembangan Sumber Daya Air sebagaimana tercantum pada Pasal 18 Ayat 1 (tidak termasuk Bagian 4 Ayat yang sama) dan Ayat 2 (tidak termasuk Butir 3 Ayat yang sama) Undang-Undang Badan Umum Pengembangan Sumber Daya Air (Undang-Undang No.218 Tahun 1961); (5) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek peningkatan tanah menurut Undang-Undang Peningkatan Tanah (Undang-Undang No.195 Tahun 1949); (6) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Sumber Daya Penghijauan sebagaimana ditetapkan pada Pasal 19 Ayat 1 Butir 1, 4 dan 6 Undang-Undang Badan Pengembangan Tanah Pertanian (Undang-undang No.43 Tahun 1974) sebelum adanya abolisi menurut rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 8 Undang-Undang Revisi Sebagian dalam Undang-Undang Badan Pengembangan Hutan (Undang-Undang No. 70 Tahun 1999), berdasarkan pada rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 13 Ayat 1 Undang-Undang Badan Pengembangan Penghijauan (Undang-Undang No. 85 Tahun 1956); (7) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek penting oleh personal atau organisasi yang berkaitan dalam bidang pertanian terutama tentang peningkatan struktur pertanian; Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 212 – (8) Aktivitas tentang pembangunan atau peningkatan jalan hutan yang dibangun dalam rencana wilayah hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Hutan (Undang-Undang No.249 Tahun 1951); (9) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen saran taman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Taman Perkotaan (Undang-Undang No.79 Tahun 1956); (10) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen sarana untuk penanganan secara umum

Page 26: 100406023 - MELIANA

permintaan pelayanan jalan kereta api atau rel oleh operator kereta api menurut Undang-Undang Jasa Pelayanan Perkereta-Apian (Undang-Undang No.92 Tahun 1986); (11) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen rel kereta api menurut Undang-Undang Rel Kereta Api (Undang-Undang No.76 Tahun 1922); (12) Aktivitas tentang pembangunan dan manajemen sarana seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Ayat 2 Butir 2 Undang-Undang Industri Jaringan Perminyakan (Undang-Undang No.105 Tahun 1972); (13) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen; 1) sarana yang digunakan oleh penumpang kendaraan umum secara bersamaan jasa pelayanan transportasi menurut Pasal 3 Butir 1 Sub Butir a. Undang-Undang Transportasi Jalan dan jasa pelayanan kendaraan umum angkutan barang menurut Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa Pelayanan Transportasi Kendaraan Angkutan Barang (tidak termasuk transportasi angkutan barang khusus seperti yang ditetapkan dalam Ayat 6 Pasal yang sama), dan 2) terminal kendaraan umum seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 5 Undang-undang Terminal Kendaraan (Undang-Undang No.136 Tahun 1959); (14) Aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dilaksanakan oleh Biro Dermaga dan Pelabuhan Laut menurut Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Dermaga dan Pelabuhan Laut (Undang-Undang No.218 Tahun 1950); (15) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen bandar udara untuk penggunaan publik menurut Undang-Undang Penerbangan (Undang-Undang No.231 Tahun 1952) atau fasilitas keamanan penerbangan untuk penggunaan publik menurut Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang yang sama; (16) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk meninjau dan melaporkan fenomena meteorologi, kelautan dan daratan, banjir dan fenomena lain yang similar; (17) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana yang digunakan dalam pekerjaan dilaksanakan oleh para ahli telekomunikasi tingkat pertama seperti yang ditetapkan dalam Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Industri Telekomunikasi (Undang-Undang No.86 Tahun 1984); (18) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen peralatan penyiaran (tidak termasuk bangunan) yang digunakan untuk jasa penyiaran menurut Undang-Undang Penyiaran (Undang-Undang No.32 Tahun 1950); (19) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen struktur listrik seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Butir 12 Undang-Undang Penggunaan Listrik (Undang-Undang No.170 Tahun 1964) untuk penggunaan listrik menurut Pasal 2 Ayat 1 Butir 7 Undang-Undang yang sama, dan struktur gas seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 10 Undang-Undang Penggunaan Gas (Undang-Undang No.51 Tahun 1954) (terbatas Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 213 – pada struktur yang digunakan secara umum seperti yang ditetapkan dalam Ayat 1 Pasal yang sama dan penggunaan sederhana gas seperti yang ditetapkan dalam Ayat 3 Pasal yang sama); (20) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penggunaan air seperti yang ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 8 Undang-Undang Bangunan Air (Undang-Undang No.177 Tahun 1957) untuk pelayanan bangunan air dan distribusi airnya menurut Pasal 3

Page 27: 100406023 - MELIANA

Ayat 2 dan 4 Undang-Undang yang sama, sarana industri bangunan air seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 6 Undang-Undang Industri Bangunan Air (Undang-Undang No.84 Tahun 1958), dan sarana penggunaan publik sistem pembuangan limbah menurut Pasal 2 Butir 3 Undang-Undang Bangunan Pembuangan Limbah (Undang-Undang No.79 Tahun 1958), sistem tangki pembuangan limbah menurut Bagian 4 Pasal yang sama, dan saluran pembuangan limbah perkotaan menurut Bagian 5 Pasal yang sama; (21) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penyediaan tenaga panas seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang Pelayanan Penyediaan Tenaga Panas (Undang-Undang No.88 Tahun 1972); (22) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk pengendalian bencana banjir oleh asosiasi pengendalian bencana banjir; (23) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk penelitian oleh Institut Penelitian Tenaga Atom Jepang; (24) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh Institut Pengembangan Siklus Nuklir Jepang seperti yang ditetapkan dalam Pasal 24 Ayat 1 Butir 1 Undang-Undang Institut Pengembangan Siklus Nuklir Jepang (Undang-Undang No.73 Tahun 1967); (25) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang seperti yang ditetapkan dalam Pasal 22 Ayat 1 Butir 1 dan 2 Undang-Undang Badan Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang (Undang-Undang No.50 Tahun 1969); dan (26) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana pekerjaan dilaksanakan oleh Kerjasama Perminyakan Nasional Jepang seperti yang ditetapkan dalam Pasal 19 Ayat 1 Butir 6, 8 dan 13 Undang-Undang Kerjasama Perminyakan Nasional Jepang (Undang-Undang No.99 Tahun 1967). (Pengumuman tentang Aktivitas Area Perencanaan Daerah) Pasal 43-8 Hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan dari yang dijadwalkan untuk penyelesaian aktivitas. Pasal 43-9 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-2. 2 Gambar dan dokumen berikut ini harus dilampirkan dalam formulir aplikasi yang disebutkan diatas: (1) Dalam hal perubahan karakter zona tanah, adalah: Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 214 – a. Gambar yang menunjukkan area tana dimana aktivitas dilakukan dan sarana publik ada pada dan sekitar area tersebut dalam skala 1:1.000 atau lebih; dan b. Gambar desain dalam skala 1:100 atau lebih. (2) Dalam hal konstruksi bangunan gedung, struktur (struktur selain gedung; dalam hal ini dianggap sama), dan perubahan untuk penggunaan bangunan gedung atau struktur, adalah: a. Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan gedung atau struktur di dalam tanah lapang dalam skala 1:100 atau lebih; b. Profil bangunan gedung dan struktur minimal dalam 2 aspek dan tampak datar lantai (untuk gedung saja) dalam skala 1:50;

Page 28: 100406023 - MELIANA

(3) Dalam hal revisi bentuk dan desain bangunan atau struktur, gambar ditunjukkan dalam butir a. di atas dan profil minimal dalam 2 aspek dalam skala 1:50; (4) Dalam hal penebangan pohon dan bambu, gambar sebagai berikut: a. Gambar yang menunjukkan area tanah dimana aktivitas dilakukan dalam skala 1:1.000 atau lebih; dan b. Gambar yang menjelaskan secara spsifik metode pelaksanaan pada aktivitas yang disebutkan di atas dalam skala 1:100 atau lebih; dan (5) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal lainnya sebagai referensi. (Pengumuman Revisi) Pasal 43-10 Diluar desain atau metode pelaksanaan, hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan hal-hal dimana arti revisinya adalah aktivitas yang berkaitan dengan pengumuman tersebut ditetapkan dalam Pasal 58-2 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota termasuk aktivitas yang diberikan dalam Ayat yang sama. Pasal 43-11 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 2 akan dilaksanakan sesuai dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-3. 2 Ketetapan Pasal 43-9 Ayat 2 berlaku sama sesuai dengan pengumuman yang ditetapkan dalam Ayat sebelumnya. Bagian 4. Aturan Tata Guna Lahan, dsb dalam Area Peningkatan Tata Guna Lahan Tak Terpakai (Pengumuman tentang Tanah Tak Terpakai) Pasal 43-12 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-6 Ayat 1 akan dilaksanakan sesuai dengan Pengumumana Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-4. (Pengumuman tentang Rencana untuk Tanah Tak Terpakai) Pasal 43-13 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-7 akan dilaksanakan dengan sesuai dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-5. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 215 – BAB IV. PROYEK – PROYEK PERENCANAAN KOTA (Hal-hal tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb) Pasal 44 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan Pasal 60 Ayat 1 Butir 4 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota, merupakan nama proyek-proyek perencanaan kota. (Formulir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb) Pasal 45 Formulir permohonan ijin seperti yang ditentukan dalam Pasal 60 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang yang sama) akan disertakan dalam Formulir Terlampir No. 12. (Dokumen Terlampir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb) Pasal 46 Gambar dan dokumen yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan Pasal 60 Ayat 3 Butir 5 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota, merupakan dokumen yang berisi hal-hal sebagai berikut: (1) Tipe dan nama fasilitas perkotaan yang termasuk dalam proyek perencanaan kota dan rencana kota yang berkaitan dengan proyek pengembangan perkotaan; dan (2) Dalam hal daerah yang bukan kotamadya, dipertimbangkan untuk permohonan ijin. 2 Dalam hal proyek baru pengembangan perkotaan dan perumahan dilaksanakan oleh pengawas proyek berdasarkan pada ketetapan Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang Pembangunan

Page 29: 100406023 - MELIANA

Kota Perumahan (Undang-Undang No. 134 Tahun 1963), gambar dan dokumen yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan Pasal 60 Ayat 3 Bagian 5 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota akan diikutsertakan sebagai tambahan dari bagian sebelumnya: (1) Berkaitan dengan proyek baru pembangunan kota perumahan dalam penggunaan lahan untuk sarana publik dihubungkan dengan pemilik lahan yaitu pihak yang bermaksud untuk melaksanakan proyek pembangunan perumahan baru tersebut, dokumen pernyataan tentang hal tersebut di atas telah disetujui oleh para manajer fasilitas umum yang bersangkutan; (2) Dokumen pernyataan tentang hak-hak kepemilikan penggunaan lahan untuk pelaksanaan proyek baru pembangunan kota perumahan (tidak termasuk penggunaan lahan untuk sarana publik); dan (3) Dokumen penetapan pembagian harga dan jumlah hitungan kasar untuk reklamasisarana publik, dsb tercantum dalam Pasal 2 Ayat 9 Undang-Undang Pembangunan Baru Kota Perumahan, serta metode-metode penghitungan seluruh gambar tersebut. Pasal 47 Dokumen-dokumen yang terlampir dalam permohonan ijin dicantumkan dalam Pasal 60 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2) berdasarkan Pasal 60 Ayat 3 Undang-Undang yang sama, akan dipersiapkan menurut ketetapan tiap bagian di bawah ini; dan dalam hal gambar dan dokumen yang ditentukan dalam Ayat 3 Butir 1 dan 2 Pasal yang sama, 1 (satu) dokumen asli dan dokumen salinan sesuai dengan jumlah propinsi dan kotamadya yang tercakup dalam area Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota (Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49) – 216 – proyek akan dipresentasikan, dan gambar dan dokumen yang ditentukan dalam Butir 3 sampai 5 Ayat yang sama, 1 (satu) dokumen asli akan dipresentasikan pula: (1) Gambar-gambar berikut ini menunjukkan bahwa lahan proyek harus dipersiapkan: a. Peta topografi skala 1:50.000 atau lebih harus menunjukkan lokasi lahan proyek; b. Gambar hasil survei lokasi skala 1:2.500 akan mengilustrasikan lahan proyek dengan warna kuning terang, lokasi proyek yang telah digunakan dengan hijau terang dan hal-hal utama lain tentang kepemilikan tanah di lokasi proyek. Apabila kepemilikan tanah atau kepemilikan tanah yang merupakan hak pokok akan diambil alih atau digunakan, maka bagian dari kepemilikan tanah yang masih ada diilustrasikan dengan warna merah terang. (2) Gambar dan dokumen menunjukkan tentang skema desain yang harus dipersiapkan sesuai dengan hal-hal berikut: a. Untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan pembangunan fasilitas perencanaan kota, lokasi dan substansi dari fasilitas utama akan ditunjukkan dengan gambar tampak datar dengan skala 1:2.500 atau lebih; dan b. Untuk proyek-proyek pembangunan perkotaan, batas-batas antara zona permukiman dan blok-blok, dan lokasi proyek, bentuk dan tipe sarana utama akan ditunjukkan dalam gambar tampak datar dengan skala 1:2.500 atau lebih. (3) Rencana pembiayaan akan dipersiapkan secara jelas sesuai dengan saldo anggaran. Dalam hal ini, jumlah biaya yang terkait dengan pendapatan tertentu akan disesuaikan dengan

Page 30: 100406023 - MELIANA

pendapatan yang terdapat dalam anggaran, dan pengeluaran diperhitungkan berdasar pada kriteria yang rasional harus disesuaikan dengan pengeluaran yang terdapat dalam anggaran. (Metode Pemberitahuan kepada Publik tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb) Pasal 48 Pemberitahuan kepada Publik seperti yang ditetapkan dalam Pasal 62 Ayat 1 (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2) Undang-Undang Perencanaan Kota akan dicantumkan dengan benar pada Koran pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dan metode yang dipilih akan dikeluarkan oleh Gubernur masing-masing propinsi. (Pengumuman Pertunjukan Publik tentang Gambar, dsb yang Menunjukkan Lahan Proyek) Pasal 49 Pada saat Kepala Kotamadya/ Gubernur menerima gambar dan dokumen sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 62 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang yang sama), mereka harus menempatkan gambar dan dokumen tersebut secepatnya ke dalam Pertunjukan Publik, dan memberitahukan tempat pertunjukan tersebut serta menggunakan cara lain untuk mengumumkankepada publik. (Perubahan Singkat pada Skema Desain) Pasal 50 Perubahan singkat pada skema desain seperti yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan pada Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota akan direvisi ke dalam skema desain proyek berkaitan dengan pembangunan fasilitas perencanaan kota dan penyertaan hak/ otoritas atau persetujuan dari pembangunan sarana perencanaan kota yang lain. (Persetujuan terhadap Rangkaian Posisi berdasarkan Otoritas) Pasal 51 Persetujuan berdasarkan Pasal 64 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dilaksanakan dengan menyajikan bentuknya pada Formulir Terlampir No. 13. (Hal-hal tentang Pemberitahuan kepada Publik terhadap Pelaksana Proyek) Pasal 52 Hal-hal yang seharusnya termasuk dalam pemberitahuan kepada publik oleh pelaksana proyek menurut ketetapan Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota mengikuti hal-hal sebagai berikut: (1) Tipe dan nama yang ada pada proyek perencanaan kota; (2) Nama pelaksana proyek; (3) Alamat kantor; dan (4) Alamat kantor proyek di lapangan. (Informasi tentang Peraturan yang Berkaitan dengan Kepemilikan Tanah dan Gedung Sebelumnya, dsb dalam Area Proyek) Pasal 53 Berhubung pentingnya peraturan tersebut untuk diinformasikan kepada pihak-pihak terkait yang tercantum dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota, ketetapan yang dicantumkan dalam Pasal 38-3 Ayat 1 akan dimasukkan secara tertulis. Dalam hal ini, istilah ‘dalam penetapan area proyek pengembangan perkotaan, dsb’ di Butir 1 Pasal yang dimaksud semestinya dibaca ‘dalam proyek area’. (Penjelasan Proyek, dsb) Pasal 54 Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penjelasan kepada masyarakat menurut Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan perwujudan dari penjelasan

Page 31: 100406023 - MELIANA

rapat yang dijabarkan lebih lanjut di bawah ini. Meskipun begitu, dalam hal tidak dimungkinkannya penjelasan rapat pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan sebelumnya karena penduduk tidak bersedia untuk berkumpul atau karena alasan lain yang bukan merupakan tanggung jawab pelaksana proyek, metode lain yang terpisah dari penjelasan rapat dapat digunakan. (1) Lokasi rapat ditentukan berdasarkan pertimbangan keamanan dan kenyamana yang memungkinkan untuk diadakannya pertemuan dengan penduduk di sekitar lokasi proyek (dalam Pasal ini disebut sebagai ‘penduduk’) (2) Waktu dan tempat rapat akan diberitahukan kepada penduduk dan diberitakan di Koran seminggu sebelumnya. (3) Daftar hadir pegawai daerah atau kepala dinas terkait kotamadya atau propinsi (daerah khusus kabupaten dalam hal apabila kotamadya dalam bentuk blok-blok) akan diminta pada saat rapat. Pasal 55 Hal-hal yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 67 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota dapat dilihat juga dalam Pasal 38-4 Ayat 1. Pasal 56 Pihak yang membeli tanah sesuai dengan ketetapan Pasal 68 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan memberikan Tagihan Pembelian kepada pelaksana proyek dengan dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah yang bersangkutan, formulir tagihan pembelian dapat dilihat pada Formulir Terlampir No.9-4. (Formulir Petisi untuk Prosedur Sistem Skors) Pasal 57 Petisi menurut ketetapan Pasal 72 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat berdasarkan formulir petisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.16. BAB V. KETETAPAN LAIN-LAIN (Tampilan Isi, dsb Pengumuman Resmi) Pasal 58 Tampilan isi menurut ketetapan Pasal 42 Ayat 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, dimana pengumuman resmi yang dibuat menurut Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota, akan dilanjutkan sesuai dengan jadwal perencanaan kota yang berkaitan dengan proyek pengembangan perkotaan Pasal 59 Tampilan yang tercantum dalam Pasal 42 Ayat 3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota dimana pengumuman resmi dibuat menurut Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang yang sama akan dilanjutkan dalam 10 (sepuluh) hari sejak pengumuman. (Metode Pemberitahuan kepada Publik) Pasal 59-2 Metode-metode yang ditentukan dalam Peraturan Depratemen Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dalam Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota akan diinformasikan dalam koran pemerintah berkaitan dengan tata peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi, dan Lembaran Negara tentang tata peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur setiap propinsi.

Page 32: 100406023 - MELIANA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : ......... TAHUN 2009

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

TAHUN 2008 – 2028

DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di Kota Medan secara aman , nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wiayah Kota Medan; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan rencana struktur dan pola ruang yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah, Masyarakat, dan/dunia Usaha; c. bahwa telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, huruf b, dan huruf c, serta sebagai Pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dipandang perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 25 Tahun 2004); 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

Page 33: 100406023 - MELIANA

5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan dan Penyelengaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang daerah.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN

dan WALIKOTA MEDAN

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA

RUANG WILAYAH KOTA MEDAN TAHUN 2028-2028

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

PENGERTIAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Medan. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan. 5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

Page 34: 100406023 - MELIANA

makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. 11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 12. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. 14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. 23. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan. 24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. 25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. 26. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

Page 35: 100406023 - MELIANA

kegiatan ekonomi. 28. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. 29. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 30. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang mberdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. 31. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem. 32. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. 33. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. 34. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. 35. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 36. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi. 38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.

Bagian Kedua MUATAN RTRW KOTA MEDAN

Pasal 2

Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, mencakup: 1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Medan; 2. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan, memuat pengembangan dan kriteria sistem perkotaan wilayah Kota Medan, pengembangan dan kriteria sistem jaringan tranportasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan energi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan telekomunikasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan sumber daya air, muatan rencana struktur ruang sistem Kota Medan. 3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan, memuat peruntukan dan rencana pengelolaan kawasan lindung, peruntukan dan rencana pengelolaan kawasan budidaya wilayah Kota Medan.

Page 36: 100406023 - MELIANA

4. Penetapan Kawasan Strategis Kota Medan, memuat kawasan stretegis pertahanan keamanan, kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya, serta kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkung hidup Kota Medan. 5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat arahan pengembangan infrastruktur, arahan pengembangan wilayah, arahan penatagunaan sumber daya alam Kota Medan, dan Indikasi program utama. 6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif disisentif, dan arahan sanksi. 7. Pengawasan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, fungsi dan manfaat, dan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta hak, kewajiban dan peran serta masyarakat

Bagian Ketiga FUNGSI DAN MANFAAT RTRW KOTA MEDAN

Pasal 3 1. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah: a. Menjaga konsistensi perkembangan Kota Medan dengan strategi perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang; b. Menciptakan keserasian perkembangan Kota Medan dengan wilayah sekitarnya; c. Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah. 2. Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah sebagai pedoman untuk: a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota Medan; b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan keserasian antar sektor; c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kota Medan (rujukan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan); 6 d. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan; e. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.

Bagian Keempat LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN RTRW KOTA MEDAN

Pasal 4 Lingkup wilayah perencanaan dalam kegiatan penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan ini, meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Medan dengan 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan luas 26.510 Ha serta Mebidang dengan Struktur Umum

Bagian Kelima JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Pasal 5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang dalam wilayah administrasi Kota dengan jangka waktu perencanaan 20 tahun, yaitu mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2028.

Pasal 6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan digambarkan dalam peta wilayah Kota Medan dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 20.000, yang merupakan bagian yang tidak

Page 37: 100406023 - MELIANA

dapat dipisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan

Pasal 7 Tujuan Penataan Ruang Kota Medan yang akan dituju sesuai dengan visi Kota Medan adalah: “Mewujudkan wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi”

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan Pasal 8

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan melalui pembangunan kota yang berkeadilan; 2. Mewujudkan perekonomian kota yang tangguh dan dinamis, melalui peningkatan daya saing dan daya tarik yang tinggi sebagai daerah tujuan investasi; 3. Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan dan sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional melalui pembangunan sarana dan prasarana kota yang modern, handal dan asri; 7 4. Mewujudkan masyarakat Kota Medan yang berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.

Srategi Penataan Ruang Wilayah Kota Medan Pasal 9

Strategi penataan ruang untuk mendukung kebijakan penataan ruang yang ditetapkan adalah, sebagai berikut: 1). Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Medan. 2). Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung berlangsungnya berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Perdagangan dan Jasa Regional dan Internasional, Pusat Kegiatan Industri, Pusat Pelayanan Sosial dan Pusat Kegiatan Transportasi Regional dan Internasional. 3). Pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; 4). Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai, meliputi: a. Pengembangan RTH Publik seperti taman, lapangan olahraga, hutan kota, taman tempat bermain, RTH yang bersatu dengan fasilitas (konsep KDB), jalur hijau (daerah industri, jalur kereta api, gas, kuburan, dll) dan RTH privat; b. Pengembangan RTH konservasi (lindung) di Kota Medan berupa daerah resapan, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan hutan mangrove, dll. 5). Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Central Business Distrik (CBD), meliputi: a. Pengembangan kawasan perkantoran pemerintah provinsi dan kota;

Page 38: 100406023 - MELIANA

b. Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan skala regional dan internasional; c. Pusat pelayanan umum. 6). Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain: a. Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub internasional; b. Pengembangan pelabuhan penumpang (TOD), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman. c. Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology (KEK), pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park; d. Pelabuhan perikanan Samudera. 7). Pengembangan kawasan Utara harus berwawasan lingkungan/konservasi dan estetika, yaitu dengan menerapkan konsep waterfront city, penguatan ekosistem bakau (hutan bakau dan penanaman bakau dalam petak tambak), penataan ruang terbuka hijau dan zona hijau (buffer zone). 8 8). Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota Medan sebagai Kota Metropolitan, yang meliputi bus line, busway, monorail, LRT atau heavy rail; 9). Pengembangan sistem jaringan drainase dan utilitas kota yang memiliki kapasitas yang sangat besar untuk mengantisipasi bahaya banjir. 10) Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban pada pusat kota. Pengembangan jalan baru tersebut antara lain: a. Pengembangan jalan lingkar luar, jalan lingkar paling luar, jalan lingkar Mebidangro, jalan lingkar pesisir utara dan jalan lingkar kawasan utara medan; b. Pengembangan jalan tol Medan – Medan dan Medan Kuala Namo; c. Peningkatan jalur kereta api Medan – Belawan, Medan – Medan dan pembangunan jalur kereta api baru Medan – Kuala Namo; 11). Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara) dan membatasai perkembangan permukiman ke arah selatan sebagai kawasan konservasi; 12). Mengembangkan Kawasan USU (Universitas Sumatera Utara) dan Kampus USU yang baru di Kuala Bekala sebagai kawasan pendidikan, penelitian dan pelatihan yang memiliki skala pelayanan regional. Sedangkan kawasan pendidikan tinggi lainnya yang sudah ada dikembangkan dengan pendekatan intensifikasi lahan.

BAB III

RENCANA STRUKTUR WILAYAH KOTA MEDAN

Bagian Pertama U m u m Pasal 10

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan, terdiri dari: 1. Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan; 2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi; 3. Rencana Sistem Jaringan Utilitas;

Bagian Kedua

Page 39: 100406023 - MELIANA

Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Pasal 11

Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota Medan, terdiri atas: 1. Pusat Primer Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan. 2. Pusat Primer di Pusat Kota, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara lain: a. Kecamatan Medan Polonia; b. Kecamatan Medan Maimun; 9 c. Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu); d. Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip); e. Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas); f. Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu); g. Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid). 3. Pusat Sekunder Belawan terletak di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di Kelurahan Belawan Lama. 4. Pusat Sekunder Medan Labuhan, terletak di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, diantara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan Martubung; 5. Pusat Sekunder Medan Marelan, terletak di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun); 6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan, terletak di Kecamatan Medan Tembung tepatnya disekitar aksara; 7. Pusat Sekunder Medan Area, terletak di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli; 8. Pusat Sekunder Medan Helvetia, terletak di antara Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Gaperta; 9. Pusat Sekunder Medan Selayang, terletak di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda; 10. Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tepatnya disekitar Pulo Brayan;

Bagian Ketiga Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 12

Rencana sistem jaringan transportasi Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), terdiri atas: 1. Angkutan Jalan Raya, terdiri atas: a. rencana dan fungsi jaringan jalan; b. rencana terminal; c. trayek angkutan umum; d. jaringan pejalan kaki; dan e. ruang evakuasi; 2. Angkutan Kereta Api; 3. Angkutan Laut; 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan;

Page 40: 100406023 - MELIANA

5. Angkutan Udara

Pasal 13 1. Rencana dan fungsi jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan arteri sekunder dan jaringan jalan kolektor sekunder; 2. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan arteri Primer antara lain: a. Jalan lingkar luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Tritura, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Gagak Hitam (Simpang Setia Budi – Pondok Kelapa), Jalan Asrama, Jalan Kapten Sumarsono, Jalan Cemara, Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos-ke arah Berasyagi), dan Jalan Yos Sudarso (Fly Over – hingga Belawan). Lebar jalan yang direncanakan minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter. b. Jalan lingkar luar paling luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Rahmad Buddin, Jalan Kelambir Lima, Jalan Pinang Baris, Jalan Terusan Pinang Baris (Pinang Baris – Simpang Melati) dan Jalan Plamboyan Raya. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. c. Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). Lebar jalan yang direncanakan minimal 100 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 52 meter. d. Rencana Jalan Tol Medan – Binjai. Lebar jalan yang direncanakan minimal 50 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 26 meter. e. Rencana Jalan Lingkar Luar Paling Luar bagian selatan (jalan perbatasan Kota Medan) yaitu meliputi ruas: Simpang Kuala Bekala, Jalan Bunga Rampai 3, Jalan Bunga Rampai, Jalan Stasiun, Jalan Bajak II, Jalan Sumber Utama 2, Jalan Supir, dan Jalan Bendungan. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. 3. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, yaitu: Jalan Marelan Raya dan Jalan Sicanang. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. 4. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder antara lain: jalan Brigjen Katamso dan Jalan Letda Sujono. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. 5. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain: a. Jalan Pancing dan Jalan Sunggal. Lebar jalan yang direncanakan minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter; b. Jalan Tengku Amir Hamzah, Jalan Bambu, Jalan Pelita II, Jalan Bangau, Jalan Suka Ria, Jalan A.R Hakim, Jalan Halat, Jalan Juanda, Jalan Mongonsidi, Jalan Jamin Ginting (Simpang Dr. Mansyur – Simpang Pos), Jalan Rawe, Jalan Kasuari, Jalan Kawat 4, dan Jalan Alfaka 7. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. c. Jalan Dr Mansyur, Jalan Setia Budi (Simpang Dr. Mansyur- Simpang Batang Hari), dan Jalan Kapten Muslim. Lebar jalan yang direncanakan minimal 20 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 12 meter;

Page 41: 100406023 - MELIANA

Pasal 14 1. Rencana Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, adalah dengan membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan, Terminal Pinang Baris dan Terminal W. Iskandar. 2. Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah terminal yang terintegrasi dengan Stasin Kereta Api, yaitu terminal Labuhan.

Pasal 15 1.Trayek Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, adalah Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta efisiensi penggunaan jalan adalah sebagai berikut: a. Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota. Moda angkutan luar kota (AKAP dan AKDP) tidak diijinkan memasuki pusat kota. Bagi Bus AKAP dan AKDP yang melintasi Kota Medan hanya diijinkan melintasi pada jalan Lingkar Luar, yaitu jalan Tritura, Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti. b. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya.

Pasal 16 1. Jaringan Pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d, adalah penataan jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman; 2. Pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama kota yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki.

Pasal 17 1. Ruang evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf e, adalah: jalur penyelamatan (escape road) adalah jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan sebagai jalur pelarian ke bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam (gempa atau tsunami); 2. Jalan-jalan yang dapat dikembangkan sebagai jalur penyelamatan (escape road) di Kota Medan antara lain : jalan Yos Sudar dan Jalan Tol, Jalan-jalan disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, Stadion Teladan dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya.

Pasal 18 1. Angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), terdiri atas pengembangan jaringan rel kereta api dan stasiun kereta api; 2. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa mendatang adalah ; a. Jalur Medan – Medan – Tanjung Pura – Hingga Banda Aceh; b. Jalur Medan – Tebingtingg- Rantauprapat- hingga Pekanbaru;

Page 42: 100406023 - MELIANA

c. Jalur Medan – Kuala Namo; 3. Beberapa Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan lagi antara lain : a. Stasiun Kereta Api Polu Brayan; b. Stasiun Kereta Api Labuhan, dan; c. Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.

Pasal 19 Angkutan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), adalah pengembangan pelabuhan laut Belawan menjadi Pelabuhan Hub Internasional.

Pasal 20 Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4), adalah rencana pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat dikembangkan di Kota Medan seperti pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah).

Pasal 21 Angkutan Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), adalah; rencana pemindahan Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namo.

Bagian Keempat Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Pasal 22 Rencana sistem jaringan utilitas Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), terdiri atas: 1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan; 2. Rencana sistem jaringan telekomunkasi; 3. Rencana sistem jaringan gas 4. Rencana sistem jaringan air bersih; 5. Rencana sistem jaringan pembuangan air hujan; 6. Rencana sistem jaringan air limbah; 7. Rencana sistem persampahan

Pasal 23 1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1), terdiri atas: bangunan pembangkit, gardu induk dan jaringan transmisi; 2. Bangunan pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu Bangunan Pembangkit Listrik di Sicanang. 3. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET), yang terdapat di wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit, yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET Tebingtinggi. 4. Gardu Induk, memiliki tegangan 150 KV, yang ada saat ini di Kota Medan terdapat sekitar 10 unit.

Pasal 24 Rencana sistem jaringan telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), terdiri atas: rumah kabel dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 25

Page 43: 100406023 - MELIANA

Rencana sistem jaringan gas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), terdiri atas: pabrik gas dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan gas di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 26 Rencana sistem jaringan air bersih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4), terdiri atas: bangunan pengolahan, jaringan transmisi dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan air bersih di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 27 1. Rencana sistem jaringan air hujan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5), terdiri atas: sistem primer, sistem sekunder dan sistem tersier; 2. Saluran primer, terdiri dari; Sungai Badera, Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Babura dan Sungai Percut. 3. Saluran drainase sekunder, terdiri dari : anak-anak sungai yang ada di Kota Medan; 4. Saluran drainase tersier, terdiri dari; saluran drainase perumahan dan saluran drainase permukiman.

Pasal 28 Rencana sistem jaringan air limbah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), terdiri atas: instalasi pengolahan air limbah dan jaringan air limbah yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan air limbah di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 29 Rencana sistem persampahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (7), terdiri atas: TPA, TPS dan sarana pengangkutan sampah yang dikembangkan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan persampahan di seluruh wilayah Kota Medan.

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

Bagian Pertama

Kawasan Lindung Pasal 30

Kawasan Lindung di Kota Medan, terdiri dari: 1. Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder); 2. Sempadan Sungai; 3. Sempadan Danau; 4. Sempadan Rel Kereta api, dan 5. Jalur Hijau SUTET.

Pasal 31 Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), terdiri atas: Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Hutan Mangrove) di wilayah Kecamatan Medan Belawan seluas 1.029 Ha yang berfungsi menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem ikan dan mencegah abrasi pantai.

Pasal 32

Page 44: 100406023 - MELIANA

Sempadan sungai, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), adalah jalur disisi kiri dan kanan sungai yang ditetapkan sebesar: a. Sungai Belawan 15 m. b. Sungai Percut 15 m. c. Sungai Deli 15 m. d. Sungai Babura 15 m. e. Sungai Sei Selayang 15 m. f. Parit Emas 5 m. g. Sungai-sungai kecil 5 m.

Pasal 33 Sempadan Danau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), adalah: daratan sepanjang tepian danau buatan/bendungan yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau buatan/bendungan antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Rencana kawasan lindung danau buatan/bendungan direncanakan di Danau Siombak yang diperkirakan sebesar 26,4 Ha.

Pasal 34 Sempadan rel kereta api, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4), adalah: kawasan di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekurangkurangnya 18 meter.

Pasal 35

Jalur Hijau SUTET, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5), adalah: kawasan di sisi kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan jarak sekurang kurangnya 60 meter.

Bagian Kedua Kawasan Budidaya

Pasal 36 Kawasan Budidaya di Kota Medan, terdiri dari: 1. Kawasan Perumahan dan Permukiman 2. Kawasan Komersial 3. Kawasan industri 4. Fasilitas pelayanan 5. Kawasan khusus 6. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota, 7. Kawasan Pertanian

Pasal 37 1. Kawasan perumahan dan permukiman, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), adalah: lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial; 2. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Utara kota, yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan;

Pasal 38 1. Kawasan Komersial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), terdiri dari: kegiatan perdagangan, niaga, bisnis, perkantoran pemerintah dan swasta, dan kegiatan informal;

Page 45: 100406023 - MELIANA

2. Arahan lokasi untuk kegiatan jasa tersebut adalah: a. BWK Pusat Kota (CBD Polonia) yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan; b. Kawasan Pelabuhan Belawan; c. Pusat Primer Utara dan setiap Pusat Sekunder.

Pasal 39 1. Kawasan industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), terdiri dari: kawasan industri, pergudangan dan kawasan ekonomi khusus (KEK); 2. Pengembangan kawasan industri di Kota Medan adalah kawasan industri di Kecamatan Medan Labuhan (Lamhotma) dan area industri di KIM di Kecamatan Medan Deli.

Pasal 40 1. Kawasan fasilitas pelayanan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4), adalah: kawasan pelayanan sosial-budaya, seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga dan fasilitas sosial lainnya. 2. Lokasi kawasan pelayanan sosial-budaya tersebar di seluruh kawasan budidaya dan dipusatkan di pusat-pusat pelayanan sesuai dengan skala pelayanannya (fungsional, kecamatan dan kelurahan)

Pasal 41 1. Kawasan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5), adalah: kegiatankegiatan yang memiliki fungsi tertentu dan tidak semua orang bisa masuk secara bebas (kawasan terbatas); 2. Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan khusus di Kota Medan antara lain: a. Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dengan kegiatan utama, pelabuhan penumpang, pelabuhan peti kemas, dan perikanan samudera; b. Kawasan militer; c. Kawasan depot pertamina di Kecamatan Medan Labuhan; d. Bangunan Pembangkit listrik PLN di Sicanang Kecamatan Medan Belawan

Pasal 42 1. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6), adalah: ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan; 2. Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung (hutan manggrove dan jalur hijau), antara lain: a. Kawasan Wisata b. RTH Hutan kota, c. RTH Taman kota d. RTH Tempat Pemakaman Umum. e. RTH Jalur Hijau Jalan

Page 46: 100406023 - MELIANA

f. RTH Ruang Pejalan kaki 3. Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai RTH adalah kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan Marelan), yang meliputi: Theme Park, Water Front City, dan danau Siobak; 4. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota Medan antara lain adalah Taman Beringin dan Eks Kebun Binatang Medan; 5. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Taman Kota di Kota Medan antara lain adalah Taman Tingkat RW, Taman Lingkungan, Taman Kelurahan, dan Taman Kecamatan; 6. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Tempat Pemakaman Umum adalah TPU kristen dengan luas lebih kurang 6 ha dan TPU Muslim dengan luas lebih kurang 10 Ha di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan; 7. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Jalur Hijau jalan adalah penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan 8. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman.

Pasal 43 Kawasan pertanian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7), adalah: kawasan agropolitan yang terdapat di Kecamatan Medan Marelan dengan luas 200 Ha.

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA MEDAN

Pasal 44 Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah: 1. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, 2. kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi, 3. kawasan strategis dari sudut sosial dan budaya, 4. kawasan strategis dari sudut pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, 5. kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 44 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), adalah: kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer; 2. Lokasi-lokasi strategis untuk kegiatan pertahanan dan keamanan, antara lain: a. Kawasan Pelabuhan Belawan, merupakan pantai yang relatif landai dan berada pada jalur pelayaran internasional yang padat, rawan terhadap invasi pihak asing, karena letaknya yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional paling padat di dunia. Kawasan Pantai Belawan juga rawan terhadap penyelundupan barang-barang dari luar negeri.

Page 47: 100406023 - MELIANA

b. Pada lokasi-lokasi pintu masuk dan keluar dari wilayah Kota Medan, seperti Pinang Baris, Amplas dan Tuntungan juga merupakan lokasi yang strategis untuk menjaga keamanan dan ketenteraman Kota Medan.

Pasal 45 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2), adalah: kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas 2. Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain: a. Kawasan Metropolitan, di Kota Medan meliputi 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Baru, Timur dan Medan Kota. b. Kawasan ekonomi khusus, yang akan di kembangkan adalah di Kecamatan Medan Labuhan; c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, meliputi: Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD Polonia) dan Kecamatan Amplas. d. Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas, meliputi : Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Pusat-Pusat Primar dan Sekunder.

Pasal 46 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3), adalah: kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia; 2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan strategis soaial budaya adalah: a. Kawasan Medan Polonia; b. Kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai dan Stasin Kereta Api Belawan). c. Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM di Pulo Brayan; d. Kawasan Istana Maimun; e. Kawasan Kampung Keling; f. Kawasan Kesawan;

Pasal 47 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4), adalah: kawasan pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir; 2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi adalah tidak ada.

Pasal 48

Page 48: 100406023 - MELIANA

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (5), adalah: kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional; 2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, adalah: a. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Medan Marelah; b. Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan; c. Kawasan Wisata (Theme Park dan Natural Park) di Kecamatan Medan Marelan; d. Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di Kecamatan Medan Labuhan.

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

Pasal 49

1. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. 2. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. 3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50 1. Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. 2. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja sama pendanaan. 3. Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH KOTA MEDAN Bagian Kesatu

Umum

Pasal 51 1. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota Medan. 2. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas: a. indikasi arahan peraturan zonasi; b. arahan perizinan; c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

Bagian Kedua Indikasi Arahan Peraturan Zonasi

Page 49: 100406023 - MELIANA

Pasal 52

1. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Medan dalam menyusun peraturan zonasi. 2. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a, terdiri dari: a. Pemanfaatan ruang yang diijinkan dalan peraturan zonasi b. Pemanfaatan ruang yang diijinkan secara terbatas dalan peraturan zonasi c. Pemanfaatan ruang yang diijinkan bersyarat dalan peraturan zonasi d. Pemanfaatan ruang yang dilarang dalan peraturan zonasi 3. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a, disusun berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan dan sub katagori penggunaan lahan yang ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Arahan Perizinan

Pasal 53

1. Arahan Perizinan Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan dilaksanakan melalui mekanisme perizinan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2. izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah Kota Medan sesuai wewenangnya apabila sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan; 3. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi peraturan zonasi yang berlaku di lokasi kegiatan pemanfaatan ruang tersebut.

Bagian Keempat Arahan Insentif dan Disinsentif

Pasal 54

1. Untuk mendorong pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan yang sesuai dengan Peraturan Daerah ini dikembangkan perangkat insentif dan disinsentif; 2. Insentif dan disinsentif diberikan Pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

Pasal 55 1. Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta yang melaksanakan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan; 2. Disinsentif dibebankan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan/atau swasta yang melaksanakan pembangunan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan.

Pasal 56 Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam bentuk: 1. keringanan pajak; 2. pemberian kompensasi; 3. imbalan;

Page 50: 100406023 - MELIANA

4. sewa ruang; 5. urun saham; 6. penyediaan infrastruktur; 7. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau 8. penghargaan.

Pasal 57 Disinsentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam bentuk: 1. pengenaan pajak yang tinggi; 2. pembatasan penyediaan infrastruktur; 3. pengenaan kompensasi; dan/atau 4. penalti.

Bagian Kelima Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 58

Arahan Pengenaan Sanksi diberikan apabila pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah Kota Medan, meliputi: 1. pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi; 2. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan; 21 3. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan; 4. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan; 5. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh 6. peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau 7. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

Pasal 59 1. pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana; 2. sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada orang perseorangan dan/atau korporasi yang melakukan pelanggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII PENGAWASAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA

Bagian Kesatu

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 60 1. Pemantauan adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan. 2. Pemantauan merupakan dasar dalam melakukan kegiatan pelaporan. 3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata

Page 51: 100406023 - MELIANA

Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.

Pasal 61 1. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. 2. Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan. 3. Untuk dapat melakukan evaluasi sejauhmana simpangan pemanfaatan ruang terhadap rencana yang ditetapkan, perlu diperhatikan kriteria bahwa pemanfaatan ruang kota dinyatakan sesuai atau tidak terjadi simpangan apabila terpenuhi : a. RTRW Kota Medan telah ditetapkan sebagai peraturan daerah dan terdiseminasi ke instansi pemerintah daerah dan masyarakat luas; b. RTRW Kota Medan benar-benar dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sehingga RTRW Kota Medan merupakan dukumen resmi dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah seperti halnya dokumen rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah lainnya (RPJP maupun RPJM Daerah); c. Struktur dan pola pemanfatan ruang yang diwujudkan benar-benar sesuai dengan arahan dalam RTRW Kota Medan; 22 d. RTRW Kota Medan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang rinci kawasan di bawahnya (RDTR dan RTR Kawasan); e. RTRW Kota Medan tidak menimbulkan konflik kepentingan antar sektor atau tumpang tindih alokasi kegiatan antar sektor;

Bagian Kedua Pelaporan

Pasal 62

1. Pelaporan adalah berupa kegiatan memberi informasi secara objektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 2. Pelaporan didasarkan pada hasil pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan. 3. Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh dinas teknis seperti Bappeda, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan. 4. Sistem pelaporan pemanfaatan ruang dilaksanakan berupa pemberian laporan secara periodik dan berjenjang. Laporan secara periodik, yaitu penyampaian informasi pemanfaatan ruang secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Laporan berjenjang, yaitu penyampaian laporan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari tingkat pemerintahan terkecil menyampaikan laporan ke tingkat di atasnya. 5. Penyampaian laporan pemanfaatan ruang dimulai dari tingkat desa, secara rutin setiap tiga bulan sekali kepala desa menyampaikan laporan kepada camat. Camat selanjutnya meneruskan laporan ini ke Walikota Medan melalui Kantor Bappeda atau Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan dan Walikota akan membentuk Tim Tata Ruang untuk menindaklanjuti laporan.

Page 52: 100406023 - MELIANA

6. Materi laporan adalah ruang lingkup laporan yang perlu diinformasikan. Materi laporan sekurang-kurangnya berisi mengenai : a. Perkembangan perubahan fungsi dan perubahan peruntukan; b. Perkembangan pembangunan fisik dan ijin mendirikan bangunan; c. Perkembangan perubahan hak atas tanah; d. Masalah-masalah yang perlu segera diatasi; e. Masalah-masalah yang akan muncul dan perlu diantisipasi;

BAB IX HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Pertama

Pelaksanaan Kewajiban Masyarakat

Pasal 63 Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kota Medan, setiap orang wajib : 1. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan; 2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; 23 3. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan 4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 64 Setiap orang yang melanggar ketentuan, dikenai sanksi administratif.

Pasal 65 Sanksi administratif dapat berupa: 1. peringatan tertulis; 2. penghentian sementara kegiatan; 3. penghentian sementara pelayanan umum; 4. penutupan lokasi; 5. pencabutan izin; 6. pembatalan izin; 7. pembongkaran bangunan; 8. pemulihan fungsi ruang; dan/atau 9. denda administratif.

Pasal 66

Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang, dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, dan baku mutu sesuai dengan nilai kebenaran ilmiah serta aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. 1. mengetahui rencana tata ruang; 2. menikmati pertambahan nilai ruang 3. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; 4. mengetahui secara terbuka perencanaan penataan ruang wilayah provinsi, ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana detail lainnya;

Page 53: 100406023 - MELIANA

5. menikmati manfaat ruang atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari pembangunan dan penataan ruang; 6. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan ruang.

Pasal 67 1. untuk mengetahui perencanaan penataan ruang, masyarakat dapat melihat dan mempelajari dokumen penataan ruang, dan mengetahui dari pengumuman atau penyebarluasan atau informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. 2. pengumuman atau penyebarluasan informasi tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diketahui masyarakat di kantor-kantor yang secara fungsional menangani kegiatan penataan ruang atau melalui media massa dan internet (Web Site).

Pasal 68

Masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat atau kaidah yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 69 1. hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Penataan Ruang diselenggaraan dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan. 2. dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka penyelesaiannya dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat

Pasal 70

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat dilakukan, antara lain melalui: 1. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; 2. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan 3. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 71 1. tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan memperhatikan tata nilai, paradigma, dan adat istiadat setempat. 2. pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikoordinasikan oleh Walikota.

Pasal 72 Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk : 1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang dimaksud; 2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan

Page 54: 100406023 - MELIANA

ruang.

Pasal 73 Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dapat disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.

Pasal 74

Apabila terjadi konflik tata ruang antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) maka penyelesaiannya diupayakan melalui musyawarah mufakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan apabila tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang berkepentingan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Negeri setempat.

BAB X PENYIDIKAN

Bagian Pertama

Penyelidikan

Pasal 75 1. Penyelidikan atas tindak pidana terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Medan yang pengangkatannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 2. Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut pada ayat 1 pasal ini berwenang : a. Menerima laporan akan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 3. Penyidik Pengawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan tersangka; b. Pemasukan rumah; c. Penyitaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi; f. Pemeriksaan ditempat kejadian; dan mengirimkannya kepada Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia

Page 55: 100406023 - MELIANA

Bagian Kedua

Ketentuan Pidana

Pasal 76 1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 4. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

BAB XI PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Pasal 77

1. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan akan dilakukan peninjuaan kembali (evaluasi) secara berkala setiap lima tahun sekali. 2. Apabila diadakan revisi setelah peninjauan (evaluasi) sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini maka revisi tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 78

1. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini. 2. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait pemanfaatan ruang dan sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan RTRW Kota Medan.

Pasal 79 Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 80

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Medan Nomor .... Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 1995-2005, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Page 56: 100406023 - MELIANA

Pasal 81

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Medan.

Ditetapkan di Medan Pada tanggal............2008

WALIKOTA MEDAN

Afifuddin Lubis

Diundang di Medan Pada tanggal ....................2009 SEKRETARIS DAERAH KOTA MEDAN …………………………………… LEMBARAN DAERAH KOTA MEDAN TAHUN 2009 NOMOR……………