10. penentuan titik didih zat
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERCOBAAN 10
Penentuan Kemurnian Zat
DISUSUN OLEH:
Farisman Hidayah A4111176
DOSEN PEMBINA :
Rohimatush Shofiyah, S.Si, M.Si
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap larutan ataupun cairan murni memiliki kebutuhan suhu yang berbeda-beda
untuk mencapai titik beku, titik cair, dan titik didihnya masing-masing. Titik didih normal
cairan murni atau larutan adalah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karena zat
terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih.
Artinya, titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut murni. Peristiwa ini
disebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk menentukkan
masa molar (Syukri, 1999).
Dalam praktikum kali ini akan dilaksanakan beberapa metode yang merupakan
bagian dari penentuan kemurnian zat. Dalam praktikum nantinya akan ditemukan derajat
suhu yang dperlukan oleh suatu zat atau larutan untuk mecapai titik beku, titik cair, dan
titik didihnya, yang nantinya akan memberikan informasi yang penting bagi mahasiswa
ataupun praktikan lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Berapakah derajat suhu yang dibutuhkan oleh larutan CH3COOH untuk
mencapai titik beku dan titik cairnya?
2. Berapakah derajat suhu yang dibutuhkan oleh cairan toluena untuk mencapai
titik didihnya?
3. Larutan apa saja yang ditemukan dalam percobaan penentuan cairan X?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempelajari ilmu tentang penentuan kemurnian zat.
2. Mahasiswa dapat mempelajari macam-macam cairan berdasarkan titik didih dan titik
cairnya.
3. Mahasiswa dapat menentukan titik didih cairan toluena .
1.4 Manfaat
1. Dapat mempelajari konsep dasar penentuan kemurnian zat dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Dapat mempelajari penerapan penentuan kemurnian zat dalam bidang pertanian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Salah satu metode yang sangat baik untuk melakukan pemurnian zat cair adalah
distilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaan titik didih masing-masing komponen. Titik
didih merupakan temperatur ketika jumlah tekanan parsial di atas fasa cair sama dengan
tekanan luar yang dikenakan pada sistem. Penurunan tekanan luar menyebabkan larutan
akan mendidih pada temperature lebih rendah. Pemanasan terhadap zat cair menyebabkan
banyak molekul memasuki fasa uap. Jumlah molekul yang memasuki fasa uap sangat
bergantung pada temperature, tekanan, dan kekuatan gaya tarik antarmolekul di dalam
fasa cair dan volume sistem. Distilasi ada dua macam yaitu distilasi sederhana dan
distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat merupakan proses distilasi yang tidak melibatkan
kolom fraksinasi atau distilasi yang digunakan untuk memisahkan komponen zat cair
yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 75C, sedangkan distilasi bertingkat
merupakan distilasi yang melibatkan kolom fraksinasi. Distilasi biasa tidak efektif untuk
memisahkan komponen – komponen dalam campuran yang perbedaan titik didihnyatidak
terlalu besar sedangkan distilasi bertingkat dapat digunakan untuk mengatasinya.
a. Distilasi biasa
Titik didih air lebih tinggi dari pada metanol. Di dalam air dan metanol terdapat
ikatan hidrogen antara masing-masing molekulnya. Dalam tiap molekul air terdapat
empat ikatan hidrogen sedangkan dalam tiap molekul metanol hanya terdapat satu buah
ikatan hidrogen. Adanya ikatan antarmolekul ini yang berjumlah empat (yang kita telah
tahu bahwa ikatan ini sangat kuat apabila terdapat diantara molekulnya) menyebabkan air
lebih stabil daripada metanol. Kestabilan yang besar akan menyebabkan suatu sebyawa
sukar diubah wujudnya.
b. Distilasi bertingkat
Pada percobaan ini digunakan campuran sikloheksana dengan toluene.
Sikloheksana memiliki titik didih yang lebih rendah daripada toluena. Hal ini dikarenakan
toluena lebih stabil daripada sikloheksana. Toluena jauh lebih stabil karena dalam toluene
sendiri terdapat resonansi pada struktur molekulnya.
c. Distilasi azeotrop terner
Pada distilasi ini menggunakan campuran azeotrop antara metanol dengan air.
Distilasi ini mirip dengan distilasi sederhana dalam hal menggunakan campuran metanol-
air tetapi alat yang digunakan adalah alat untuk distilasi bertingkat. Selain itu pada
campuran air-metanol ditambahkan benzena yang befungsi membentuk ikatan yang lebih
kuat antara air dengan metanol. Ikatan yang kuat ini menyebabkan terbentuknya
campuran yang bersifat azeotrop.
. Hal ini menunjukkan bahwa destilat juga merupakan sistem azeotrop, sehingga
penambahan benzen pada sistem azeotrop metanol-air tidak memiliki pengaruh untuk
memecahkan ikatan metanol-air tersebut. Kemungkinan lain adalah benzen yang
ditambahkan tidak cukup kuat untuk memecahkan ikatan metanol-air, dan hal ini dapat
disebabkan oleh jumlah benzen yang kurang atau konsentrasi benzen yang tidak
memenuhi syarat.
Jika proses distilasi biasa dan distilasi bertingkat dialurkan dalam satu grafik
maka akan memberikan kurva yang memiliki informasi efesiensi pemisahan suatu
komponen. Kelebihan distilasi bertingkat daripada distlasi sederhana dapat dilihat pada
datarnya kurva yang berarti titik didih lebih akurat dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi titik didih fraksi tiap komponen. Akan tetapi, pada percobaan kali ini
praktikan tidak dapat memberikan grafik dari hasil percobaan dikarenakan tidak adanya
data. Hal ini disebabkan adanya kesahalan – kesalaha yang terjadi selama percobaan dan
minimnya waktu yang tersedia.
Pemisahan Dan Pemurnian Zat Padat
a. Asam Benzoat
Pada awalnya sampel asam benzoat kotor yang berwarna biru muda keputihan di
larutkan dalam pelarut panas dan di tambah norit untuk menyerap berbagai pengotor yang
ada dalam sampel. Hal ini dapat terjadi karena norit mempunyai daya absorpsi yang
sangat besar. Sifat ini berkaitan erat dengan struktur kimia norit yang berbentuk cincin
dan didalamnya terdapat rongga yang memiliki kekuatan untuk mengabsorpsi. Larutan
kemudia dipanaskan dengan tujuan untuk menghindari penyempitan rongga pada struktur
norit agar dapat menyerap pengotor dengan baik sehingga menghasikan kristal yang
benar – benar murni.
Setelah kristal di saring dengan corong Buchner dengan peralatan isap, akan
didapat kristal murni berwarna putih dengan berat ±0,4 g, sedangkan berat sampel asam
benzoat kotor 2 g. Adanya pengurangan berat tersebut diakibatkan hilangnya zat pengotor
yang terserap oleh norit yang kemudian di saring. Akan tetapi hal ini juga dipengaruhi
oleh adanya sebagian kecil kristal yang masih menempel pada kertas saring dan tidak ikut
tertimbang.
Setelah kristal di timbang, kita menguji kemurniannya dengan melakukan uji
trayek titik leleh dengan menggunakan cara kapiler (melting block). Semakin dekat
trayek titik leleh yang diperoleh dengan literatur maka kristal yang di peroleh semakin
murni. Trayek yang diperoleh adalah 116 – 118 C. Hal ini berarti kristal mulai meleleh⁰
pada suhu 116 C dan meleleh semuanya pada suhu 118 C. Adapun titik leleh kristal asam⁰ ⁰
benzoat dalam literatur adalah 122,4 C. Hal ini menunjukkan bahwa kristal yang⁰
diperoleh dari percobaan belum benar – benar murni dan masih mengandung pengotor.
Zat pengotor tersebut yang menyebabkan penurunan titik leleh kristal (hukum Raoult
tentang campuran ideal). Selain itu, zat pengotor akan akan mengganggu struktur kristal
dan memperlemah ikatan – ikatannya sehingga asam benzoat kotor akan mempunyai titik
didih yang lebih rendah daripada asam benzoaty murni. Hal ini juga dapat di bandingkan
denga sampel asam bezoat kotor yang belum direkristalisasi yang mempunyai trayek titik
didih 98 – 100 C yang berarti sampel ini lebih tidak merni dari kristal yang diperoleh. Zat⁰
murni mempunyai titik leleh yang lebih tinggi karena adanya kestabialn dalam struktur
kristalnya.
b. Sublimasi
Sublimasi merupakan salah satu cara pemisahan dan pemurnian zat padat yang
mempunyai tekanan uap relatif tinggi pada suhu dibawah titik lelehnya. Pemurnian
dengan metode sublimasi ini dapat di lakukan karena adanya perbedaan kemampuan
untuk menyublim pada suhu tertentu antara zat murni dengan pengotornya. Pada
sublimasi kamper, kita langsung memanaskan nya dalam cawan penguapan yang ditutup
oleh kaca arloji yang diberi es batu yang berfungsi untuk mendinhinka uap kamper
sehingga kamper yang menyublim dapat langsung berubah menjadi fasa padat dan dapt
dipisahkan dari pengotornya.
Titik didih suatu cairan ialah temperatur pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan
luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan.
Karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu
dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga
cairan itu mendidih (Fredi, 2009).
Yang disebut mendidih adalah wujud saat gelembung terbentuk dengan giat. Titik
didih itu sendiri temperaturnya. Ketika titik didih pada tekanan atsmosfer 1 atm itulah
yang disebut titik didih normal. Titik didih juga adalah salah satu sarana untuk
mengidentifikasi zat. Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan
metoda spektroskopi, tetapi data titik didh diperlukan untuk melaporkan cairan baru
(Agus, 2011).
Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin besar
tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan dan temperatur
udara standar (76 cmHg, 25ºC) titik didih air sebesar 100ºC. Artinya pelarut murni akan
mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar.
Pada sistem terbuka, tekanan udara luar adalah 760 mmHg (tekanan udara pada
permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar 760 mmHg disebut titik didih
normal. Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Dari definisi ini
kita ketahui bahwa titik didih cairan bergantung pada tekanan udara pada permukaan
cairan. Itulah sebabnya, titik didih air di gunung berbeda dengan di pantai. Pada saat
tekanan uap sama dengan tekanan udara luar maka gelembung-gelembung uap dalam
cairan bergerak ke permukaan dan masuk fase gas (Raharjo, 2010).
Titik didih ditentukan oleh massa molekul dan kepolaran molekul. Di antara
molekul dengan jenis gugus fungsional polar yang sama, semakin besar massa
molekulnya, semakin tinggi titik didihnya (Agus, 2011).
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
Tarikan antar molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekul-molekul, jika
satu molekul mempunyai sebuah atom hidrogen yang terikat pada sebuah atom
berelektronegativitas besar, dan molekul sebelahnya mempunyai sebuah atom
berelektronegativitas tinggi yang mempunyai sepasang elektron menyendiri (Anonim,
2009).
HF, H2O dan NH3 mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi dibanding
dengan anggota lainnya. Fakta ini menunjukkan bahwa dalam senyawa tersebut terdapat
ikatan hidrogen. Ikatan jenis ini terjadi karena gaya elektrostatik yang khusus antara
dipol-dipol. Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding.
Titik didih senyawa golongan alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana,
demikian juga titik didih air lebih tinggidaripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen
terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup
berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan
bentuk simetris molekul. Senyawa yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air
akan mudah larut dalam air. Panjang atau pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R)
memiliki pengaruh terhadap kelarutan senyawa dalam air (Anonim, 2009).
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya
Gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah
(Fredi, 2009).
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa data
1. penentuan titik cair secara langsung
Tabel pengamatan
Larutan Suhu awalSetelah cairan
beku
Setelah
dipanaskan
3ml CH3COOH 14°C 3°C 9°C
2. Penentuan titik didih toulena
Tabel pengamatan
No. Tabung Larutan Suhu Awal Suhu Akhir
1 3ml toluena 29°C 105°C
3. penentuan titik didih cairan X
Tabel pengamatan
No Zat Titik Cair (°C) Titik Didih (°C)
1 Benzana 33 51
2 Fenol 59 100+
3 Kapur barus 87 -
4 Etil eter - 43
5 Etanol - 60
6 Aseton - 54
7 Khloroform - 55
4.2 Pembahasan
1. Penentuan Titik Cair secara Langsung
Pada percobaan penentuan titik cair secara langsung yaitu cairan CH3COOH
sebanyak 3 ml didapat suhu awal sebesar 14C. Terjadi pembekuan cairan pada suhu 3C,
hal ini dapat dikatakan titik beku CH3COOH. Titik beku adalah suhu pada pelarut
tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Kemudian setelah dinaikkan
suhunya menjadi 9C larutan CH3COOH mencair, hal ini disebut dengan titik cair.
2. Penentuan titik didih Toluena
Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan
bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan
berbau harum seperti benzena. Pada percobaan penentuan titik didih Toluena didapat
suhu awal 29C kemudian suhu yang didapat setelah larutan toluena mendidih adalah
sebesar 105C.
3. Penentuan titik didih cairan X
Pada percobaan penentuan titik didih cairan X didapat titik cair 33C dengan titik
didih sebesar sebesar 51C maka dapat ditentukan bahwa cairan tersebut merupakan
benzena. Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan benzol, adalah
senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta
mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang membentuk cincin,
dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon. Benzena merupakan salah
satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah
satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang
paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan
oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu campuran penting pada bensin. Benzena
juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna.
Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya
diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi.
Ditemukan fenol pada cairan X dengan titik cair sebesar 59C dan titik didih lebih
dari 100C. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5O H dan strukturnya memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol memiliki kelarutan terbatas
dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan
anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Kapur barus dapat ditentukan dengan melihat titik cairnya sebesat 87C. Kapur barus
atau kamper adalah zat padat berupa lilin berwarna putih dan agak transparan dengan
aroma yang khas dan kuat.[1] Zat ini adalah terpenoid dengan formula kimia C10H16O.
Etil eter ditemukan dengan diketahui titik didihnya sebesar 43C. Dietil eter, yang
juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan mudah terbakar yang jernih, tak
berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau khas. Anggota paling umum dari
kelompok campuran kimiawi yang secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan
sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3.
Etanol ditemukan dengan diketahui titik didihnya sebesar 60C. Etanol termasuk ke
dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia
merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH,
dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Aseton ditemukan dengan diketahui titik didihnya sebesar 54C. Aseton, juga
dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida,
dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai
perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang
penting.
Dan Khloroform ditemukan dengan diketahui titik didihnya sebesar 55C. Kloroform
adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering
digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut
nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun
mudah menguap.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum percobaan 10 “Penentuan Kemurnian Zat” maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Larutan CH3COOH membutuhkan suhu sampai 3C untuk mencapai titik beku
dan 9C untuk mencapai titik didihnya.
2. Toluena membutuhkan suhu sampai 105C untuk mencapai titik didihnya.
3. Cairan yang ditemukan dalam percobaan penentuan suhu cairan X adalah
benzena, fenol, kapur barus, etil eter, etanol, aseton, dan kloroform.
5.2 Saran
Dalam praktikum percobaan kimia diharapkan agar berjalan secara kondusif dan
efektif untuk ketepatan pengukuran dan efisiensi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
http://blodhynoglycat.blogspot.com/2012/06/penentuan-titik-didih.html
http://blognyachami.blogspot.com/2010/09/pemisahan-dan-pemurnian-zat-cair-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton
http://id.wikipedia.org/wiki/Benzena
http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_eter
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapur_barus
http://id.wikipedia.org/wiki/Kloroform
http://lovekimiabanget.blogspot.com
http://nana-sejati.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-kimia-dasar-i.html