10. audit fraud dan korupsi
DESCRIPTION
auditTRANSCRIPT
1
AUDIT FRAUD & KORUPSI
KELOMPOK 4:JOJOK SUGIARTOMARYONO DWI S.
M. SYAFAAT WARANDI
2
FRAUD DALAM KUHP Pasal 362 tentang pencurian
Pasal 368 tentang pemerasan dan pengancaman Pasal 372 tentang penggelapan Pasal 378 tentang perbuatan curang Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam
keadaan pailit Pasal 406 tentang menghancurkan atau merusak barang Pasal 209, 210, 387, 388, 415…435 yang secara khusus
diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Korupsi merupakan bagian dari tindakan fraudC=MP+D-A-Tdm
Coruption, Monopoly Power, Discretion, Accountability, Transparancy of decision making
3
4
Auditing vs Fraud ExaminationIssue Auditing Fraud Examination
Timing Recurring, dilakukan secara berulang
Non-recurring, tidak berulang, dilakukan setelah cukup indikasi
Scope General, lingkup umum atas data keuangan
Specific, Pemeriksaan fraud diarahkan pada dugaan, tuduhan atau sangkaan yang spesifik
Objective opini Affix blame, memastikan apakah fraud memang telah terjadi dan siapa yang bertanggung jawab
Relation ship
Sifat pekerjaan tidak bermusuhan
Pada akhirnya menentukan siapa yang bersalah, maka sifatnya bermusuhan
Metodologi Teknik audit Fraud examination teknik, pemeriksaan dokumen, telaah data ekstern dan wawancara
Presumption
Profesional skepticism Proof, mengumpulkan bukti untuk mendukung atau membantah dugaan adanya fraud
5
FRAUD
Penipuan
Penyembunyian Fakta Pemanfaatan Hasil
6
PRESSURE/DORONGAN
RATIONALIZATION/PEMBENARAN
OPPORTUNITY/KESEMPATAN
FRAUD
Pressure / tekanan Masalah Keuangan: Tamak, hidup melebihi kemampuan,banyak
hutang Penyakit Mental: Penjudi, peminum, pecandu narkoba Work Related Pressure: Kurang mendapat perhatian, kondisi kerja
yang buruk, Career Path yang tidak jelas
Kesempatan Sistem Pengendalian Intern yang lemah Karena tidak mampu menilai kualitas kerja Kurang adanya akses terhadap informasi Tindakan disiplin lemah thd pelaku fraud Kewenangan & tanggungjawab tidak jelas, Lalai, apatis
Rasionalisasi Mencontoh atasan atau teman sekerja Merasa sudah berbuat banyak kepada perusahaan Menganggap yang diambil tidak seberapa Dianggap meminjam, nanti dikembalikan Umum dilakukan
7
GEJALA KECURANGAN Terdapat perbedaan angka laporan yang mencolok dengan tahun-
tahun sebelumnya Perbedaan antara buku besar dengan buku tambahan Perbedaan yg terungkap dari hasil konfirmasi Transaksi yg tidak didukung dng bukti yang memadai Transaksi yg tidak dicacat sesuai dng otorisasi manajemen Terdapat perbedaan kepentingan pada tugas pekerjaan karyawan
8
KONDISI TERTENTU YANG DAPAT MEMICU FRAUD
Sistem Pengendalian Intern yg tidak memadai Prosedur penerimaan pegawai yg kurang mempertimbangkan
kejujuran dan integritas Model managemen yg cenderung korup, kurang efisien dan tidak
cakap Karyawan yg yerlalu banyak problem terutama masalah-masalah
keuangan
TEKNIK MENDETEKSI KECURANGAN:
Critical Point Auditing Melalui pemeriksaan atas cacatan pembukuan gejala suatu
manipulasi dapat diidentifikasi Job Sensitivity Analysis Didasarkan pada suatu asumsi, bila seseorang bekerja pada
posisi tertentu. Tindakan/peluang negatif apa saja yg dapat dilakukannya
9
10
TEKNIK PEMERIKSAAN FRAUD
Menggunakan teknik audit umum namun lebih mendalam Pemanfaatan teknik audit investigasi dalam kejahatan
teroganisir dan penyelundupan pajak Penelusuran jejak arus uang Penerapan teknik analisis dalam bidang hukum Penggunaan teknik audit investigasi dalam mengungkap
fraud dalam pengadaan barang Penggunaan komputer forensic Penggunaan teknik interogasi Penggunaan operasi penyamaran Pemanfaatan whistle blower
AUDIT INVESTIGASI Investigative auditing “involves reviewing financial
documentation for a specific purpose, which could relate to ligitation support and insurance claims, as well as criminal matter”
Investigasi merupakan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman, selain juga pemahaman terhadap ketentuan perundangan dan prinsip-prinsip investigasi guna pemecahan permasalahan yg dihadapi
Pendekatan audit investigasi didasarkan pada penilaian yang logis thdp individu dan segala sesuatu/benda yang terkait dengan tindak kecurangan tersebut
11
PRINSIP-PRINSIP INVESTIGASI Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran, dengan
memperhatikan keadilan, dan berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku
Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.
Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kecurangan dengan waktu utk merespon,maka kemungkinan dapat terungkap akan semakin besar.
Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa hingga bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan simpulan sendiri.
Bukti fisik merupakan bukti nyata yang sampai kapanpun akan selalu mengungkapkan hal yang sama.
Penggunanaan tenaga ahli merupakan bantuan bagi pelaksanaan investigasi, bukan merupakan pengganti dari investigasi.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahan manusia. Investigator harus selalu berusaha untuk mengkonfirmasikan setiap pernyataan dan keterangan yang diberikan saksi.
12
13
TAHAP-TAHAP AUDIT INVESTIGATIF(PROSES AUDIT INVESTIGATIF)
SUMBERINFORMASI
PRAPERENCANAAN
TELAAH
KEPUTUSANPENANGANAN
PERENCANAAN
HIPOTESA
AUDITPROGRAM
RENCANA SUMBERDAYA (SMEAC)
PENUGASAN
PENGUMPULANBUKTI
BUKTI
TEKNIKPENGUMPULAN
BUKTI
EVALUASIBUKTI
ANALISABUKTI
REVISIHIPOTESA
UNSURDELIK
PELAPORAN
PRINSIPPELA
PORAN
FORMAT
SUBSTANSI
KERUGIANKEUANGAN
PERENCANAAN AUDIT INVESTIGASI Kecukupan informasi utk menjawab pertanyaan tentang apa, siapa,
dimana, bilamana, dan bagaimana, terkait dengan adanya dugaan penyimpangan/kecurangan.
SMEAC sistem merupakan model perencanaan dng pendekatan terstruktur dan dapat digunakan sebagai kerangka kerja utk mengembangkan rencana lebih detil sesuai keadaan.
SMEAC merupakan akronim dari Situation, Mission, Execution, Admistration & Logistic, Communication.
Situation: memuat tentang apa yang telah terjadi dan bagaimana keadaannya saat itu. Dikaitkan dng Audit Investigasi, situasi disini menggambarkan substansi pengaduan/penyimpangan yang akan dibuktikan melalui audit investigasi.
Mission: suatu pernyataan yang secara ringkas mengganbarkan hasil yang diharapkan akan dicapai dlm pelaksanaan investigasi (sebagai upaya untuk membuktikan hipotesis).
Execution memuat komponen-komponen perencanaan yang menggambarkan secara rinci peran dan tanggungjawab setiap individu, yaitu: Penyusunan Program Audit Investigasi, Penentuan komposisi Tim Audit Investigasi, Jangka Waktu dan Anggaran Biaya Audit Investigasi.14
PERENCANAAN AUDIT … Communication: Diperlukan matrik komunikasi, yg menguraikan
sedcara rinci dari arus informasi (siapa melapor kepada siapa), waktu pelaporan serta kpd siapa laporan harus dierahkan
Administration and Logistics: Memuat beberapa hal antara lain uraian rinci mengenai nama, jabatan, dan lokasi dari semua individu yg terlibat dalam kegiatan audit investigasi, termasuk uraian mengenai pendelegasian, pemisahan tugas dan wewenang
15
HIPOTESIS Merupakan pernyataan sementara yg bersifat terkaan dari hubungan antara
dua atau lebih variabel. Suatu taksiran yg dirumuskan serta diterima utk sementara yg dpt
menerangkan kondisi2 yg diduga mengandung penyimpangan dan digunakan sbg petunjuk utk menentukan langkah2 audit investigasi selanjutnya.
Disusun berdasarkan fakta2 dan data yg ada dlm surat pengaduan setelah diolah dan dipadukan dng fakta2 dan data yg dikumpulkan pada saat penelaahan dilakukan .
Dari hipotesis dpt diperoleh gambaran ttg apa yg terjadi, di mana, kapan, oleh siapa dan mengapa suatu hal terjadi. Dari gambaran tsb, investigasi dpt diarahkan sehingga batasan dan ruanglingkup audit dpt dipersempit (efisien).
Hipotesis juga dpt digunakan sbg pedoman dlm menguji apakah antara fakta2 yg tekumpul dlm kegiatan investigasi memiliki hubungan antara satu dng lainnya atau hanya merupakan fakta2 yg berdiri sendiri tanpa keterkaitan.
Dari hipotesis yang telah dikembangkan dalam tahap perencanaan, dapat diidentifikasi dan di prediksikan hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan, ketentuan-ketentuan yang dilanggar, siapa, kapan, bagaimana, dan dimana terjadinya pelanggaran tsb.
Dari hipotesis tersebut selanjutnya disusun program audit investigasi sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit. 16
JENIS BUKTI AUDIT Pengujian Fisik (Physical Examination) Konfirmasi (Confirmation) Dokumentasi (Documentation) Observasi (Observation) Tanya Jawab dengan Auditan (Inquires of the Client) Pelaksanaan Ulang (Reperformance) Prosedur Aanalitis (Analytical Procedures)
17
PENGUMPULAN DAN EVALUASI BUKTI
ALAT BUKTI MENURUT KUHAPAlat bukti diperlukan untuk membuktikan adanya
unsur tindak pidana. Pengertian alat bukti yang sah menurut pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan terdakwa
BARANG BUKTI MENURUT KUHAPBarang bukti adalah barang yang mempunyai kaitan langsung dengan tindak pidana, dapat berupa :Alat untuk melakukan tindak pidana Hasil perbuatan tindak pidanaObyek tindak pidana
18
SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT KUHAP Sistem pembuktian berdasarkan Keyakinan Hakim. Sistem pembuktian berdasarkan Undang – Undang Secara
Positif: penyidik melakukan pembuktian bahwa pelaku yang disangkakan bersalah
Sistem Pembuktian berdasarkan Undang Undang Secara Negatif: penyidik tidak melakukan pembuktian, tetapi tersangkalah yang membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah – sistem pembuktian terbalik
METODE PENGUMPULAN BUKTI Membangun circumstantial case melalui interview saksi yang
kooperatif dan dokumen yang tersedia. Menggunakan circumstantial evidence untuk mengidentifikasi
dan beralih ke saksi internal yang dapat memberi bukti langsung tentang pihak-pihak yang terlibat.
Seal and Case, identifikasi dan tanggapi bantahan pihak terlibat dan buktikan adanya kesengajaan pelaku kecurangan melalui pemeriksaan (examination) subyek atau sasaran
19
EVALUASI BUKTI Perlu dilakukan analisis utk menilai kesesuaian bukti
(relevansi) dgn hipoteis yg diperlukan sbg landasan perlu tidaknya pengembangan bukti lebih lanjut.
Dalam melakukan evaluasi bukti perlu menilai kualitas bukti dan kuantitas bukti yang diperoleh.
20
KUALITAS BUKTI Relevansi Materialitas Kompetensi
RELEVANSI Bukti dianggap cukup relevan jika bukti tersebut merupakan salah
satu bagian dr rangkaian bukti-bukti yg menggambarkan suatu proses kejadian atau jika bukti tsb secara tdk langsung menunjukkan kenyataan dilakukan atau tdk dilakukannya suatu perbuatan.
Suatu bukti mungkin awalnya dianggap tdk relevan namun berdasarkan pengembangan lebih lanjut ditemui relevansi bukti tsb dlm kasus yang ditangani.
21
MATERIALITASMaterialitas dalam audit investigasi menekankan pada hubungan bukti terhadap sangkaan yang diindikasikan dan tidak melihat besaran dari nilai yang terkandung dalam bukti tersebut, karena tidak seluruh bukti menunjukkan nilai suatu transaksi.
KOMPETENSI Dalam audit investigasi, kompetensi suatu bukti tidak hanya
didasarkan pada proses pembuatannya, tetapi juga proses perolehan bukti tersebut oleh auditor. Bukti yang diperoleh secara illegal, tidak diterima menurut hukum. Disamping itu, kompetensi juga menyangkut kewenanangan auditor untuk memperoleh bukti. Bukti-bukti yang secara hukum bersifat rahasia, umumnya tidak kompeten, kecuali didukung dengan bukti lain yang secara hukum dapat diterima.
22
KUANTITAS BUKTIDalam audit investigasi, kuantitas bukti yang diperoleh dianggap cukup apabila bukti tersebut dapat menggambarkan apa, siapa, dimana, bilamana, dan bagaimana suatu kejadian / tindak pidana dilakukan.
MATERI TEMUAN Jenis Penyimpangan Pengungkapan Fakta-fakta dan Proses Kejadian (Modus Operandi) Penyebab dan Dampak Penyimpangan Pihak Yang Diduga Terlibat/Bertanggung Jawab Bukti Yang Diperoleh
23
PELAPORAN
Pengungkapan atas arti penting Kegunaan informasi dan ketepatan waktu Obyektifitas informasi yang disajikan Tingkat keyakinan penyajian Ringkas, sederhana namun jelas dan lengkap
24
25
CONTOH : PELAPORAN HASIL AUDITBAB I : Simpulan dan Rekomendasi
BAB II : Umum1. Dasar Penugasan Audit 2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit 3. Data Obyek/Kegiatan Yang Diaudit
BAB III : Uraian Hasil Audit1. Dasar Hukum Obyek dan atau Kegiatan Yang
Diaudit2. Materi Temuan 1). Jenis Penyimpangan 2). Pengungkapan Fakta-fakta dan Proses
Kejadian 3). Penyebab dan Dampak Penyimpangan 4). Pihak Yang Diduga Terlibat/Bertanggungjawab 5). Bukti Yang Diperoleh3. Kesepakatan dan Pelaksanaan Tindak Lanjut
dengan Obyek yang Diaudit (Auditan)4. Kesepakatan dengan Pihak Instansi Penyidik
(untuk kasus yang berindikasi TPK dan Perdata)
26
LATAR BELAKAN
G
Surat pengaduan dari masyarakat dan LSM mengenai kualitas pelaksanaan pekerjaan
Permintaan pembayaran dari rekanan
Permintaan KPK untuk dilakukan audit investigasi
PERENCANAAN
Telaah permintaan KPK mengenai materi pengaduan
Hipotesa awal: kekurangan fisik pekerjaan
Penyusunan audit program Membuat permintaan tenaga ahli dari
DPU-Subdin Bina Marga Penyusunan Tim Audit
Pekerjaan Pembangunan Jalan dan Jembatan untuk penyiapan pembangunan SPN
27
PELAKSANAAN
Mengumpulkan dan evaluasi bukti terkait: kontrak, SPM, rekening koran, Back up data lapangan
Melakukan pemeriksaan fisik jalan dan jembatan sepanjang 11,4 KM selama 2 hari dibantu oleh 2 ahli dari DPU Prov. Pelaksanaan fisik: jalan kaki dan membuat banyak sekali titik untuk menguji ketebalan agregat dan foto tiap titik tsb
Permintaan keterangan yang dituangkan dalam BAPK kepada pihak terkait: kontraktor, pengawas, perencana, dan pekerja
Uji hipotesis Nilai kontrak 6 M, kelebihan nilai
pekerjaan 2,4 M. Berbeda dengan hipotesis awal
Konsultan perencana hanya dijadikan bendera saja, tidak melakukan kegiatan
28PELAPORAN LHP diserahkan kepada KPK Dilengkapi dengan bukti relevan yang
diperoleh
PELAKSANAAN
Uji hipotesis Pelaksanaan perencanaan dilakukan oleh
pengawas dari DPU Kab. Muncul fakta baru dengan demikian ada revisi hipotesa
Analisa delik:• Apa: melanggar UU TIPIKOR• Siapa: Mr x, pengawas DPU Kab• Kapan: tahun x• Dimana: kabupaten x• Bagaimana: mengatur pengadaan jasa
perencanaan dan melakukan sendiri pekerjaan perencanaan
Akibat keuangan:• Kelebihan pekerjaan senilai 2,4 M• Total loss atas pekerjaan perencanaan 249 Jt
29