1. pendahuluan
TRANSCRIPT
JUDUL : PERBEDAAN KADAR PROTEIN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG DIOLAH MELALUI METODE PENGGORENGAN DAN PREASUR COOKER (PRESTO)
NAMA : WILDAN NAWALUDINNPM : 10060309066
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam bidang perikanan,
baik perikanan air tawar, air payau, maupun air laut. Ikan merupakan
salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan
merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan yaitu sekitar
17,00% dan kadar lemaknya yaitu 4,50%.
Selain memiliki manfaat yang cukup besar bagi pemenuhan
kebutuhan gizi setiap manusia, ikan pun merupakan komoditas yang
mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat
dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu produk
perikanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan bandeng. Ikan
bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang memiliki rasa cukup
enak dan gurih sehingga banyak digemari masyarakat. Selain itu, harganya juga
terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
Ikan bandeng digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan berkadar
lemak rendah. Kandungan protein yang dimiliki ikan bandeng mancapai 20
1
2
gram/100 gram ikan bandeng. Sifat protein sendiri mudah sekali mengalami
perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan sifat alamiah protein, misalnya panas, asam, basa,
pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif.
Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional antara lain
dengan cara pengasapan, penggaraman, dan pemindangan. Cara pengolahan tersebut
hanya merubah komposisi daging, rasa, serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat
melunakkan tulang yang terdapat dalam daging ikan bandeng . Untuk mengatasi
hal ini, ikan bandeng kemudian diolah menggunakan pemasakan bertekanan
(autoclave / pressure cooker) untuk memperoleh produk ikan bandeng yang
mempunyai tulang lunak yang dikenal sebagai bandeng presto. Waktu yang
dibutuhkan untuk pemasakan bertekanan pun lebih singkat. Pengolahan bandeng
presto merupakan salah satu usaha diversifikasi. Proses pengolahan menggunakan
suhu yang tinggi (115 - 121°C), dengan tekanan satu atmosfir. Suhu dan tekanan
yang tinggi ini dicapai dengan menggunakan alat pengukus bertekanan tinggi
(autoclave) atau dalam skala rumah tangga dengan alat pressure cooker.
Selain cara pemasakan bertekanan (presto) ikan bandeng juga dapat
diolah dengan cara penggorengan. Penggorengan merupakan suatu proses
pemanasan bahan pangan menggunakan medium minyak goreng yang bertujuan
untuk melakukan pemanasan bahan pangan. Pemanasan yang terjadi selama
proses penggorengan akan memberi efek deksrtrusi panas yang dapat membunuh
mikroba dan menginaktivasi enzim dimana keduanya berperan dalam kerusakan
bahan pangan. Selain itu penggorengan juga akan menurunkan kadar air yang
3
digunakan untuk pertumbuhan mikroba, sehingga bahan pangan menjadi lebih
awet. Selama proses penggorengan akan terjadi pemasakan yang akan
meningkatkan mutu makanan (eating quality) karena adanya konversi zat gizi ke
dalam bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat dicerna oleh organ pencernaan
manusia. Namun, pada suhu pengolahan yang tinggi ini dapat menyebabkan
perubahan protein yang terkandung pada ikan bandeng, salah satunya
menyebabkan denaturasi protein. Oleh karena sifat protein yang mudah
mengalami perubahan ini, maka akan diteliti mengenai kadar protein ikan bandeng
yang diolah dengan 2 cara yang berbeda yaitu dengan penggorengan dan
preasure cooking (presto).
Protein merupakan polimer asam amino. Asam amino merupakan
penyusun protein alami. Protein dibedakan berdasarkan tipe, jumlah dan susunan
asam aminonya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur molekuler,
kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting
dalam makanan, dimana protein merupakan sumber energi sekaligus mengandung
asam-asam amino esensial seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine,
isoleucine dan valine.
Uji kadar protein ikan bandeng menggunakan metode standar untuk
penentuan kadar protein yaitu dengan metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl tidak
menghitung kadar protein secara langsung, tetapi diperlukan faktor konversi (F)
untuk menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen, selain itu metode ini
bersifat universal dan memiliki nilai presisi tinggi dan reprodusibilitas baik
membuat metode ini banyak digunakan untuk penetapan kadar protein
4
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan bagaimana
perbedaaan kadar protein ikan bandeng (Chanos chanos) yang diolah secara
penggorengan dan pemasakan bertekanan tinggi yang dianalisis melalui metode
kjeldahl.
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang protein yang terkandung dalam makanan yang
diolah terutama pada ikan bandeng, dan memberikan edukasi bagi
masyarakat dalam memilih cara pengolahan ikan bandeng yang tepat untuk
memperoleh kadar protein tinggi dari ikan bandeng.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi ilmiah
mengenai kadar protein ikan bandeng (Chanos chanos) yang diolah melaluai dua
cara pengolahan yang berbeda, yaitu secara penggorengan dan presure cooking.