1 pedoman penulisan karya ilmiah skripsi-tesis …
TRANSCRIPT
1
PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH SKRIPSI-TESIS-DISERTASI
Dipresentasikan dalam Nyepi Dosen Tanggal 8-10 Desember 2020 Di Auditorium Widya Sasana
Disusun oleh FX. E. ARMADA RIYANTO CM
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI WIDYA SASANA
MALANG 2021
2
Setiap karya ilmiah merupakan
kontribusi berharga
untuk pengembangan disiplin dan
kehidupan.
(armada riyanto cm)
3
PENGANTAR
Semula pedoman ini dimaksudkan untuk Mahasiswa Program Doktor Teologi untuk penulisan disertasi. Sebab, penulisan disertasi membutuhkan metodologi yang baik untuk bisa mengutip sumber-sumber secara benar. Tetapi, pedoman ini bisa digunakan pula oleh mahasiswa program magister dan program sarjana.
Dalam buku kecil ini, mahasiswa program doktor dapat memilih salah satu dari DUA CARA PENULISAN SUMBER-SUMBER, yaitu
1. Chicago-Turabian, atau 2. Kombinasi: Harvard-APA 6th + Footnotes. APA merupakan singkatan dari American
Psychological Association. Dari dua styles ini, mahasiswa program doktor teologi direkomendasikan untuk menggunakan cara ke-dua, karena cara kedua lebih fleksibel apabila kelak harus menuliskan banyak sumber. Namun demikian, mahasiswa tetap bebas menentukan sesuai dengan persetujuan dengan promotor dan co-promotornya. Prinsipnya, mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan kedua-duanya dalam penulisan disertasi, melainkan memilih salah satu dan menggunakannya secara konsisten.
Dengan ini, setiap mahasiswa haruslah menguasai dengan baik dan benar teknik pengutipan, teknik penulisan, dan ketelitian dalam menuliskan sumber-sumber. Mahasiswa haruslah mempelajari dengan seksama dan teliti metodologi yang baik.
4
Pengutipan yang benar akan meloloskan mahasiswa dari kemungkinan dan atau kecurigaan plagiarisme. Plagiarisme merupakan keburukan yang harus sangat dihindari oleh siapa pun dalam penulisan karya ilmiah. Mahasiswa perlu membiasakan diri dengan model-model pengutipan langsung atau tidak langsung, pengutipan blok, dan seterusnya.
Cara penulisan pengutipan yang benar juga akan mengantar kepada sikap ilmiah yang unggul dan membantu mahasiswa menghasilkan karya ilmiah yang orisinal dan meyakinkan.
Dari sendirinya, buku kecil ini akan terus dilakukan perbaikannya sebagaimana mestinya. Contoh-contoh diberikan dalam kotak, buku dan artikel dimaksudkan sekedar untuk menyebutkan penulisannya begitu saja.
Mahasiswa program magister atau bahkan program sarjana, sekali lagi, dapat menggunakan pula pedoman ini dan memilih style pengutipan untuk karya penulisan ilmiahnya seturut konsensus dengan dosen pembimbingnya.
Penyusun Armada Riyanto CM
5
DAFTAR ISI PENGANTAR 3 1 – DUA POSIBILITAS CARA PENULISAN (1. Chicago-Turabian atau 2. Kombinasi: Harvard-APA 6th + Footnotes) 6
- KETENTUANNYA 7 - PERTIMBANGANNYA 8
1. Bila Chicago-Turabian 8 2. Bila Kombinasi Harvard-APA 6th + Footnotes 9
2 – CHICAGO-TURABIAN 12
A. KUTIPAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG 12 B. CARA PENULISAN FOOTNOTE 14 C. CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA 21
3 – KOMBINASI: HARVARD-APA 6th + FOOTNOTES 26
1. REKOMENDASI 26 2. PENULISAN SUMBER KUTIPAN 26 3. PENULISAN DAFTAR PUSTAKA 29
4 – CONTOH KOMBINASI: HARVARD-APA 6th + FOOTNOTES 36 5 – FORMAT DISERTASI 39 6 – REFERENSI 43
6
[1] DUA POSIBILITAS
CARA PENULISAN SUMBER-SUMBER DALAM DISERTASI DOKTOR TEOLOGI
1. CHICAGO – TURABIAN 2. KOMBINASI : HARVARD–APA 6th +
FOOTNOTES (APA 6th : American Psychological Association model ke-6)
Dalam penulisan karya ilmiah, ada
beberapa metode (style) penulisan
sumber kutipan dan daftar pustaka
seperti: (a) Turabian Style, (b)
Harvard Style; (c) Vancouver Style; (d)
American Psychological Association
(APA) Style; (e) Chicago Style; (f)
Institute of and Electronics Engineers
(IEEE) atau lebih dikenal dengan IEEE
style; (g) Kombinasi dari berbagai
style; dan seterusnya.
Program Doktor Teologi STFT Widya
Sasana memberikan pilihan kepada
mahasiswa untuk memilih antara Chicago-
Turabian atau KOMBINASI Harvard-APA 6th
+ Footnotes.
7
KETENTUANNYA
1. Mahasiswa Program Doktor harus memilih salah satu dari dua posibilitas di atas secara konsisten. Tidak diperkenankan dalam satu disertasi, penulisan sumber-sumbernya menggunakan kedua-duanya secara bervariasi.
2. Mahasiswa Program Doktor direkomendasikan untuk memilih nomor 2 (KOMBINASI : Harvard-APA 6th dan Footnotes) dengan tetap bebas untuk menggunakan pilihan nomor 1 seturut kesepakatan dengan Promotor dan Co-Promotor.
3. Ketentuan ini hanya berlaku untuk penulisan disertasi doktor teologi, di luar itu (untuk penulisan jurnal ilmiah atau paper ujian) harap memerhatikan gaya selingkung dari jurnal yang bersangkutan atau dalam kesepakatan dosen pengampu mata kuliah.
8
PERTIMBANGANNYA
1. BILA CHICAGO – TURABIAN - Model penulisan sumber Chicago-Turabian
ini banyak digunakan di universitas-universitas Eropa, terutama penulisan disertasi di Roma, Jerman, dan sekitarnya. Yaitu, meletakkan sumber rujukan di bawah sebagai catatan kaki (footnote), dan seterusnya.
- Satu dua jurnal ilmiah OJS nasional dan internasional juga memanfaatkan model ini. Jurnal STUDIA menggunakan sistem ini.
- Kelebihannya: Penulis umumnya sudah terbiasa dengan model penulisan footnotes ini. Apalagi model ini sering digunakan sejak program sarjana di institusi ini (paling sedikit hingga tahun 2021, belum ada perubahan).
- Kelemahannya: Penulis kurang bisa menyesuaikan dengan “kebanyakan” gaya selingkung jurnal-jurnal ilmiah di tanah air dan luar negeri.
- Kelemahan yang lain: Dalam disertasi, apabila memiliki banyak sumber yang harus dirujuk berkali-kali di halaman yang berbeda-beda (misalnya: buku-buku utama dari “author” yang digarap) penulis disertasi akan mengalami ekstra kesulitan dengan
9
pemakaian Op.Cit atau Loc.Cit dan seterusnya. Seringkali buku-buku sumber utama harus disingkat atau dilakukan abbraviation atau daftar singkatan untuk menghindari Op.Cit dan Loc.Cit yang membingungkan pembaca. Hal lain: Apabila penulis harus melakukan revisi dan inserting sumber-sumber, seringkali harus memerhatikan dengan seksama agar tidak “menyela” ibid-ibid. Sebab, apabila itu terjadi, ibid di bawah revisi sumber tersebut, sudah menunjuk ke sumber lain yang berbeda dari yang dimaksud semula.
- Bagaimanapun juga, mahasiswa program doktor disilahkan untuk menggunakan model Chicago – Turabian dalam kesepakatan dengan Promotor & Co-Promotornya.
2. BILA KOMBINASI : HARVARD – APA 6th (AMERICAN PSYCHOLOGICAL ASSOCIATION) + CATATAN FOOTNOTES
- Model HARVARD-APA ini SANGAT UMUM
DAN SEDERHANA. Tentu sangat digunakan di Amerika, Australia, Asia, terutama juga Indonesia dan sekitarnya dengan beberapa modifikasi. Yaitu, sumber rujukan dituliskan dalam kurung dengan menyebut nama belakang penulis, tahun terbit buku, halaman yang dirujuk (Rahner, 1977: 56-68), dan seterusnya. Tentu saja, penulisan Kepustakaan juga memiliki model
10
tersendiri, seperti tahun publikasi buku diletakkan sesudah nama pengarang.
- Yang dimaksud dengan KOMBINASI (Harvard-APA dan Footnotes) ialah bahwa mahasiswa program doktor dapat memanfaatkan penulisan sumber-sumber secara sederhana dengan apa yang disebut sebagai in-notes atau running notes (Catatan sumber yang menyatu dengan tubuh tulisan) dan pada saat yang sama dapat pula memberikan catatan dalam footnotes, misalnya terkait dengan keterangan dari satu dua terminologi atau penjelasan lain. Jadi, dalam KOMBINASI tetap dimungkinkan ada catatan kaki!
- Banyak Sekali Jurnal Ilmiah OJS (Open Journal System) nasional dan internasional (yang terindeks SCOPUS) menggunakannya.
- Terintegrasi dengan MENDELEY. Chicago-Turabian juga terintegrasi.
- Kelebihan HARVARD-APA: Penulis akan bisa membiasakan diri dengan metodologi penulisan yang umum digunakan di jurnal-jurnal nasional dan internasional.
- Kelebihan lainnya ialah penulis akan dengan mudah melakukan inserting revisi sekalian dengan perbaikan sumber rujukannya tanpa hambatan apa pun. Model ini sangat fleksibel dan praktis.
- Jadi, pilihan KOMBINASI: memadukan model Harvard-APA dan footnotes.
11
REKOMENDASI
MAHASISWA PROGRAM DOKTOR DALAM MENULIS
DISERTASI MENEGASKAN PILIHAN PASTI DAN KONSISTEN SALAH SATU. REKOMENDASI KAMI
YAITU:
KOMBINASI (HYBRID): HARVARD-APA 6TH + FOOTNOTES
PROGRAM STUDI DOKTOR TEOLOGI WIDYA
SASANA
memberi pilihan mahasiswa untuk menulis
disertasi dalam
ATAU
A. CHICAGO-TURABIAN
ATAU
B. KOMBINASI: HARVARD-APA 6TH PLUS
FOOTNOTES
12
[2] CHICAGO – TURABIAN
A. KUTIPAN LANGSUNG DAN TAK
LANGSUNG
A1. Kutipan langsung yang tidak lebih dari tiga baris
Kutipan langsung yang panjangnya (setelah dikutip) tidak
lebih dari tiga baris dimasukkan dalam teks.
a) Bagian yang merupakan kutipan diapit dengan tanda
kutip;
b) Setelah tanda kutip akhir kutipan diberi nomor
Footnote dengan catatan di Footnote.
c) Bila dalam kutipan terdapat kutipan lagi, kutipan yang
kedua diapit dengan tanda kutip tungal (‘…..’)
A2. Kutipan langsung yang lebih dari tiga baris
disebut kutipan blok
Kutipan melebihi tiga baris (setelah dikutip) ditulis
terpisah dengan teks.
a) Kutipan blok tidak menggunakan tanda kutip; Font
lebih kecil dari teks-nya; Merupakan kutipan apa adanya
sesuai dengan sumbernya (tanpa perubahan model huruf,
misalnya bila bukan huruf italics dalam teks aslinya, tidak
boleh ditulis italics).
13
b) Kutipan blok dibuat alinea baru dengan jarak 2.5 spasi
dari alinea sebelumnya;
c) Jarak baris dengan baris dalam kutipan blok 1 spasi;
d) Seluruh bagian kutipan blok ditulis menjorok ke dalam
antara 5-7 ketukan, dan apabila kutipan ditulis dengan
alinea baru baris pertama dari kiri kutipan ditulis masuk
lagi 5-7 ketukan;
e) Sesudah kutipan blok diberi nomor (Footnote). Contoh:
Fides quae merupakan isi dari iman atau “deposit” iman (Credo). Sementara Fides qua mengatakan “iman” sebagaimana disaksikan dalam penghayatan hidup nyata atau suatu “resepsi” (penyambutan) iman seperti yang dihayati. Fides quae dan Fides qua komplementer, saling melengkapi dan tidak menegaskan suatu pemisahan. Dalam sejarah teologi Fides quae (Credo) menjadi pergulatan konfliktual luar biasa di zaman Patristik dan sesudahnya. Sementara Fides qua menjadi semacam Tradisi beriman dalam Gereja umat Allah yang “menyaksikan” kebenaran-kebenaran iman-nya. Fides qua memiliki makna subjektif atau intersubjektif; sementara Fides quae lebih kepada kebenaran-kebenaran iman-nya.15
14
A3. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung merupakan kutipan pendapat
orang yang hanya mengambil argumen atau idenya
dengan mencantumkan nama penulis aslinya. Kalimat‐kalimat dalam kutipan tidak langsung merupakan rumusan
penulis.
a) Kutipan diintegrasikan ke dalam teks;
b) Kutipan tidak diberi tanda kutip;
d) Sesudah kutipan diberi nomor Footnote. Contoh
Karl Rahner menegaskan bahwa kematian Kristus
merupakan inti dari iman Kristiani yang tidak hanya
penting untuk mengerti misteri Inkarnasi Allah dalam
sejarah, melainkan juga terkait langsung dengan misteri
penebusan Salib.15
[15
Footnote dari buku Karl Rahner yang dirujuk]
B. CARA PENULISAN CATATAN KAKI
(FOOTNOTE)
B1. Pengertian
Catatan kaki adalah semua keterangan yang berkaitan
dengan uraian (teks) yang ditulis dibagian bawah halaman
yang sama. Catatan kaki bukan hanya dimaksudkan untuk
menunjuk sumber, melainkan juga dipergunakan untuk
memberikan keterangan tambahan terhadap uraian atau
teks. Antara catatan kaki dengan teks, sangat erat
kaitannya.
15
B2. Tata cara Membuat Catatan Kaki [dalam kotak
adalah contoh]
1) Buku satu Penulis
1 Bertrand Russel, Language and Philosophy (Cambridge:
Cambridge University Press, 1984), 65.
5 Francis Xavier Clooney, S.J., Comparative Theology:
Deep Learning across Religious Borders (Oxford: Wiley-
Blackwell, 2010), 45.
2) Dua Penulis
7 Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International
Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism
(Massachusetts: Allyn and Bacon, 1993), 109 ‐ 114.
3) Empat atau lebih Penulis
15 JB. Metz et.al., Ethics after Shoah (New York:
Palgrave, 2000), 262.
4) Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi bukan
Penulis
6 Richmond Lattimore, penerj., The Iliad of Homer
(Chicago: University of Chicago Press, 1951), 91–92.
16
5) Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi sekaligus
Penulis
2 Dale C. Copeland, Constructivism and International
Relations: Alexander Wendt and His Critic, ed. Stefano
Guzzini dan Anna Leander (London: Routledge, 2006), 4.
6) Bab atau Bagian dari Buku
9 Daniel Pilario, “„Rough Ground‟: Race, Class, and
Theology,” dalam Asian Theology, ed. Felix Wilfred and
Edmund Chia (Chicago: University of Chicago Press,
2016), 101–2.
7) Kata Pengantar atau Pendahuluan dari sebuah Buku
11 Rudolf Rieger, Introduction, The Modern Prometheus,
by Mary Wollstonecraft Shelley (Chicago: University of
Chicago Press, 1982), xx– xxi.
17
8) Artikel Jurnal Artikel dalam Jurnal Cetak dan Online
23 John Maynard Smith, “The Origin of Altruism,” Nature
393 (1998): 639.
35 Mark A. Hlatky et al., "Quality‐ of‐ Life and
Depressive Symptoms in Postmenopausal Women after
Receiving Hormone Therapy: Results from the Heart and
Estrogen/Progestin Replacement Study (HERS) Trial,"
Journal of the American Medical Association 287, no. 5
(2002),
http://jama.amaassn.org/issues/v287n5/rfull/joc10108.htm
l#aainfo. Accessed July 4, 2005
15 Kirsi Peltonen, Noora Ellonen, Helmer B. Larsen, and
Karin Helweg-Larsen, “Parental Violence and Adolescent
Mental Health,”European Child & Adolescent Psychiatry
19, no. 11 (2010): 813-822, doi: 10.1007/s00787-010-
0130-8.
9) Artikel Majalah Populer
17 Steve Martin, “Sports‐ Interview Shocker,” New
Yorker, May 6, 2002, 84.
10) Artikel dalam Surat Kabar
10 William S. Niederkorn, “A Scholar Recants on His
„Shakespeare‟ Discovery,” New York Times, June 20,
2002, Arts section, Midwest edition.
18
11) Review Buku
11 Gorman, “Endangered Species,” review of The Last
American Man, by Elizabeth Gilbert, New York Times
Book Review, June 2, 2002, 16.
12) Skripsi, Thesis atau Disertasi
43 Rafael Isharianto, Theology of Saint Augustine in
Vincent de Paul’s Spirituality (Licentiate Thesis,
Catholique Institute de Paris, 1991), 22–29, 35.
13) Paper yang dipresentasikan dalam suatu pertemuan,
seminar atau konferensi
39 Brian Doyle, “Howling Like Dogs: Metaphorical
Language in Psalm 59” (paper dipresentasikan pada the
annual international meeting for the Society of Biblical
Literature, Berlin, Germany, June 19–22, 2002).
14) Sumber Elektronik dalam bentuk Website
44 Evanston Public Library Board of Trustees, “Evanston
Public Library Strategic Plan, 2000–2010: A Decade of
Outreach,” Evanston Public Library,
http://www.epl.org/library/strategic‐ plan‐ 00.html.
Accessed July 4, 2011.
19
B3. Penggunaan Singkatan dalam Kutipan
Untuk menghindari pengulangan sebutan, baik nama
pengarang maupun judul buku, perlu digunakan
singkatan‐ singkatan itu adalah :
1) Ibid.
Dari ibidem yang berarti tempat sama, digunakan untuk
menunjukan sumber yang sama (pengarang dan judul)
dengan diatasnya. Singkatan Ibid diikuti dengan halaman
singkat hlm. atau p. (page), atau langsung nomor halaman
kutipan. Apabila catatan kaki diantaranya dengan
dibawahnya yang menggunakan singkatan Ibid. Berbeda
halaman, ada baiknya bila sebelum singkatan Ibid.
Dituliskan nama pengarangnya.
2) Loc. Cit.
Dari loco citato yang berarti dalam tempat yang dikutip,
digunakan untuk catatan kaki yang halamannya sama
dengan sumber sebelumnya yang telah diselingi dengan
sumber lain. Semula singkatan loc.cit. digunakan untuk
menunjukkan sumber yang berupa buku.
3) Op. Cit.
Dari opere citato yang berarti karya yang telah dikutip,
digunakan untuk menunjuk sumber yang sama, tetapi
halamannya berbeda dan telah diselingi oleh sumber lain.
20
Penggunaan singkatan2 ini sesungguhnya
terbilang ribet dan punya kelemahan
besar (apalagi bila terkait dengan
loc.cit & op.cit, karena pembaca belum
tentu mengerti secara cepat maksudnya).
Apalagi, apabila penulis ingin
memperbaiki tulisannya dan melakukan
inserting di beberapa bagian, bisa
tumpang tindih dan kacau, lantaran
penulis tidak ingat lagi mengenai
kutipan2 yang sudah ditulis. Di samping
itu, singkatan-singkatan ini (Loc. Cit.
etc) saat ini sudah banyak
ditinggalkan.
Dalam penulisan disertasi, apabila
terdapat banyak sekali buku dan sumber
dari pengarang yang sama (misalnya
teolog atau filosof yang digarap dalam
disertasi) dan apabila dalam tulisan
sering merujuk ke buku-buku tersebut,
mahasiswa dianjurkan membuat daftar
singkatan atau abbreviation dari judul
buku-buku yang digunakan.
21
C. PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
1) Buku Satu Penulis
Mallampalli, Chandra. Christians and Public Life in
Colonial South India, 1863-1937. London:
Routledge Curzon, 2004.
Thrall, Grant Ian. Land Use and Urban Form. New York:
Methuen, 1987.
http://www.rri.wvu.edu/WebBook/Thrallbook/Lan
d%20Use%20and%20Urban%20Form.pdf.
2) Dua Penulis
Viotti, Paul R., and Mark V. Kauppi. International
Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism.
Massachusetts: Allyn and Bacon, 1993.
3) Empat atau lebih Penulis
Burchill, Scott, Andrew Linklater, Richard Devetak, Jack
Donnelly, Matthew Paterson, Christian Reus‐ Smit
dan Jacqui True. Theories of International
Relations. New York: Palgrave, 2005.
22
Lemon, Rebecca, Emma Mason, Johnathan Roberts, and
Christopher Rowland, ed. The Blackwell
Companion to the Bible in English Literature.
West Sussex: Wiley-Blackwell, 2009. PDF e-book.
4) Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi bukan
Penulis
Lattimore, Richmond, penerj. The Iliad of Homer.
Chicago: University of Chicago Press, 1951.
5) Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi sekaligus
Penulis
Copeland, Dale C. Constructivism and International
Relations: Alexander Wendt and His Critic, edited
by. Stefano Guzzini dan Anna Leander. London:
Routledge, 2006.
6) Bab atau Bagian dari Buku
Wiese, Andrew. “‟The House I Live In‟: Race, Class, and
African American Suburban Dreams in the
Postwar United States.” Dalam The New Suburban
History, edited by Kevin M. Kruse and Thomas J.
Sugrue, 99–119. Chicago: University of Chicago
Press, 2006.
7) Kata Pengantar atau Pendahuluan dari sebuah Buku
23
Rieger, James. “Introduction” in The Modern Prometheus,
by Mary Wollstonecraft Shelley, xi–xxxvii.
Chicago: University of Chicago Press, 1982.
8) Artikel Jurnal dalam Jurnal Cetak
Smith, John Maynard. “The Origin of Altruism.” Nature
393 (1998): 639–640.
9) Artikel dalam Jurnal Online
Hlatky, Mark A., Derek Boothroyd, Eric Vittinghoff,
Penny Sharp, and Mary A. Whooley. "Quality‐of‐ Life and Depressive Symptoms in
Postmenopausal Women after Receiving Hormone
Therapy: Results from the Heart and
Estrogen/Progestin Replacement Study (HERS)
Trial." Journal of the American Medical
Association 287, no. 5 (February 6, 2002),
http://jama.amaassn.org/issues/v287n5/rfull/joc101
08.html#aainfo .
Peltonen, Kirsi, Noora Ellonen, Helmer B. Larsen, and
Karin Helweg-Larsen. “Parental Violence and
Adolescent Mental Health.” European Child &
Adolescent Psychiatry 19, no. 11 (2010): 813-822.
doi: 10.1007/s00787-010-0130-8.
10) Artikel Majalah Populer
24
Martin, Steve. “Sports‐ Interview Shocker.” New Yorker,
May 6, 2002.
11) Artikel dalam Surat Kabar
Niederkorn, William S. “A Scholar Recants on His
„Shakespeare‟ Discovery.” New York Times, June
20, 2002, Arts section, Midwest edition.
12) Review Buku
Gorman, James. “Endangered Species.” Review of The
Last American Man, by Elizabeth Gilbert. New
York Times Book Review, June 2, 2002.
13) Skripsi, Thesis atau Disertasi
Amundin, M. Click Repetition Rate Patterns in
Communicative Sounds from the Harbour
Porpoise, Phocoena phocoena. PhD diss.,
Stockholm University, 1991.
14) Paper yang dipresentasikan dalam suatu pertemuan,
seminar atau konferensi
25
Doyle, Brian. “Howling Like Dogs: Metaphorical
Language in Psalm 59.” Paper presented at the
annual international meeting for the Society of
Biblical Literature, Berlin, Germany, June 19–22,
2002.
15) Sumber Elektronik dalam bentuk Website
Evanston Public Library Board of Trustees. “Evanston
Public Library Strategic Plan, 2000–2010: A
Decade of Outreach.” Evanston Public Library.
http://www.epl.org/library/strategic‐ plan‐ 00.html
(accessed June 1, 2005).
"Illinois Governor Wants to 'Fumigate' State's
Government.” CNN.com. Last modified January
30, 2009.
http://edition.cnn.com/2009/POLITICS/01/30/illin
ois.governor.quinn/.
Mister Jalopy, “Effulgence of the North: Storefront Arctic
Panorama in Los Angeles,” Dinosaurs and Robots,
last modified January 30, 2009,
http://www.dinosaursandrobots.com/2009/01/efful
gence-of-north-storefront-arctic.html.
27
[3] KOMBINASI
HARVARD–APA 6th PLUS FOOTNOTES
1. REKOMENDASI
PROGRAM STUDI DOKTOR TEOLOGI WIDYA SASANA menganjurkan mahasiswa menulis disertasi dalam KOMBINASI Style: Harvard-APA 6th Plus Footnotes, Catatan Kaki dimaksudkan untuk memberi keterangan tentang terminologi atau argumentasi dalam teks-nya. Kutipan yang dimaksudkan dalam Harvard-Apa 6th ialah yang diintegrasikan dalam teks tulisannya, sering disebut in-notes atau running-notes.
Dengan “Kombinasi” dimaksudkan mahasiswa
memiliki fleksibilitas untuk menggabungkan Harvard-style APA 6th dengan tetap bisa memberikan catatan kaki berupa keterangan atau catatan (lihat contoh halaman 36 di bawah). 2. HARVARD-APA STYLE - PENULISAN SUMBER KUTIPAN 2a. Sumber kutipan ditulis di awal kalimat atau awal teks:
28
1. Satu sumber kutipan dengan satu penulis baik dengan atau tanpa menyertakan halaman kutipan :
Rahner (2006) menyatakan bahwa … Rahner (2006: 289) menyatakan bahwa … Menurut Rahner (2006: 289) …
2. Satu sumber kutipan dengan dua penulis dari buku yang sama atau buku yang berbeda:
Rahner dan Balthasar (2003: 24) mengatakan … Rahner (2006: 35) dan Balthasar (2000: 145) menegaskan …
3. Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis buku yang sama:
Rahner et al. (2009: 32) mengatakan …
2b. Sumber kutipan ditulis di akhir kalimat atau argumentasi:
….. (Rahner, 2006). ….. (Rahner, 2006: 289). ….. (Rahner dan Balthasar, 2003: 24). ….. (Rahner et al., 2009: 32). ….. (Rahner, 2006: 35) dan …. (Balthasar, 2003: 56).
29
2c. Dua sumber dua kutipan buku dengan penulis yang sama:
Rahner (2006, 2007) menguraikan tentang … Balthasar (2007a, 2007b) menunjukkan pentingnya …
2d. Sumber kutipan berupa banyak pustaka dengan penulis yang berbeda-beda:
….. (Rahner, 1997; Balthasar dan Lubac, 2000; Metz et al., 2000).
2e. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu:
Badan Pusat Statistik (2006) melaporkan … Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (2011) menyajikan data …..
2f. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu peraturan atau undang undang:
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 mewajibkan bahwa … Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 menggarisbawahi …
30
2g. Kutipan berasal dari sumber kedua:
Rahner (2000) dalam Levitt (2009: 23) menyatakan … [Kutipan tentang Rahner, tetapi diambil dari karya Levitt] Levitt (lihat Kebung, 2008: 21) mengatakan … [Kutipan tentang Levitt, tetapi kutipannya diambil dari tulisan Kebung] Pilario (2002) seperti dikutip Riyanto (2009: 16) … [Kutipan tentang Pilario, tetapi diambil dari tulisan Riyanto] [Catatan: daftar pustaka hanya mencantumkan referensi yang merupakan sumber kedua].
2h. Kutipan dari Wawancara
“Covid-19 memang sangat menggentarkan, sebab salah satu dari kelas kami yang terpapar jatuh di kelas, dan kami semua terpaku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memandanginya tanpa APD yang memadai”, kata Abdul (Interview, 23 Desember 2020)
3. CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA 3a. Buku Teks
Rahner K. and J.B. Metz. 2008. Political Theology in European Society. 2nd ed. John Welly and Sons Ltd.V. England.
Lubac, J. 2006. Patristic Theology ed. Mc. GrowHill. Los Angeles.
31
3b. Buku Teks Terjemahan
Baudrillard, J. 1970. La Société de Consommation. Nottingham Trent University. Clifton Lane, Nottingham. Terjemahan J.P. Mayer dan B.S. Turner. 1998. The Consumer Society: Myths and Structures. Sage Publication Inc. Thousand Oaks. London.
Cresswell, J.W. 2008. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. Sage Publication. California. Terjemahan A. Fawaid. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
3c. Buku Terbitan Lembaga/Badan/Organisasi
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Januari. BPS Jawa Timur. Surabaya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Cetakan 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bagian Hukum Kepegawaian. Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2009. Laporan Tahunan 2009: Perjuangan Melawan Korupsi Tak Pernah Berhenti. KPK. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Lembaga Administrasi Negara RI Tahun 2011. LAN. Jakarta.
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). 2000. Alkitab. Pustaka Jaya. Jakarta.
32
3d. Buku Terbitan Lembaga/Badan/Organisasi (Berisi Himpunan Peraturan, UU, dan sejenisnya)
Keuskupan Malang. 2001. Sinode Keuskupan tentang Keluarga (Revisi 1993). Malang.
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jawa Timur. 2012. Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sub-Bagian Akreditasi dan Publikasi Kopertis VII. Surabaya.
FABC. 1996. Interreligious Dialogue. Hongkong.
3e. Peraturan, Undang-Undang, dan sejenisnya (cetak lepas, tidak berupa buku himpunan)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta.
3f. Artikel dalam Jurnal
Riduwan, A. 2010. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 14(2): 121-141.
Raharso, A. Tjatur, Yustinus, G. Triwardoyo, dan Denny F. 2010. Berteologi Kritis dan Kontekstual. Melintas 10 (1): 45–60.
33
3g. Artikel Seminar/Simposium (dalam Prosiding)
Sudhiarsa, R. 2010. Pengaruh Globalisasi terhadap kaum muda Katolik. Prosiding Simposium Hari Studi STFT Widya Sasana. Malang: 119-159.
Fidiana, I. Triyuwono, dan A. Riduwan. 2012. Zakah Perspectives as a Symbol of Individual and Social Piety: Developing Review of the Meadian Symbolic Interactionism. Global Conference on Business and Finance Proceedings 7(1). January 3-6. The Institute of Business and Finance Research: 721-742
3h. Artikel Seminar/Simposium (cetak lepas)
Triwardoyo, G., Yustinus, dan FX Kurniawan Dwiputro. 2012. Teologi Hospitalitas dan problem moral. Simposium Nasional Hari Studi STFT Widya Sasana. 20-23 September: 1-25.
Pareira, BA. 2012. Eksegese Kitab Amsal (Studi Hermeneutika-Kritis). Simposium Nasional Ahli-Ahli Kitab Suci. STFT Widya Sasana. 20-23 September: 1-22.
34
3i. Artikel dalam Buku Antologi dengan Editor
Sermada, K. 2005. Pluralisme Agama Dalam Perspektif Historis. Dalam Agama dan Kebudayaan. Editor Yustinus dan Robert Manik. Cetakan 1. Penerbit Widya Sasana Publication. Malang.
Pilario, Daniel F. 2004. Theologizing from Rough Grounds. Dalam Asian Theology. Editor F. Wilfred, M. Amalados, P. Bharati. MIT Press. Cambridge.
3j. Skripsi/Tesis/Disertasi
Sudibyo, AM. 2008. Studi Hermeneutika Gadamer untuk perkembangan pers Paca-reformasi. Disertasi. Program Pascasarjana STF Driyarkara. Jakarta.
Fery, A. 2017. Kesalehan dalam Borobudur dan Konsep Kesempurnaan Kristiani menurut Benedict Canfield. Tesis. Program Pascasarjana Filsafat. STFT Widya Sasana. Malang.
Kebung, E. F. 2012. Filsafat Damai dalam Simon Weil. Skripsi. STFT Widya Sasana. Malang.
Riyanto, FX. E. Armada. 1999. Right and Obligation in Thomas Hobbes. Dissertation. Philosophical Department. Pontificia’ Universita’ Gregoriana. Roma. Italia.
35
3k. Artikel dari Internet
Flanagan, Kevin. 2002. A Moral Change: Business Ethics After the great depression. Saint John University Publication. http:ethics.saintjohn.edu/LMH/oped/great depression/index.asp. Accessed 27 Januari 2010.
Yahya, H. 2005. Realitas dan Pancaindra Anda. http://www.pesanharunyahya.com dan [email protected]. 27 Januari 2008 (14:35).
3l. Makalah Pidato Ilmiah dan semacamnya
Sarbini, P. 2003. Menggarisbawahi Peran Ulama dan Pastor dalam Mengokohkan Perdamaian antarumat Beragama di Indonesia. Makalah Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka Senat Peringatan Dies Natalis ke-41 STFT Widya Sasana. 1 Maret. Malang.
Supriyono, V. 2017. Habitus: Membaca Kitab Amsal dalam perspektif P. Bourdieu. Extension Course Teologi. STFT Widya Sasana. 20 Mei. Malang.
3m. Artikel dari Majalah atau Surat Kabar
Mangunwijaya, Y.B. 1992. Pendidikan Manusia Merdeka. Harian Kompas. 11 Agustus. Halaman 15. Jakarta.
36
3n. Berita dari Majalah atau Surat Kabar
Koran Tempo. 2005. Belajar dari Skandal Gereja di Amerika. 5 Februari. Halaman 21. Jakarta
Majalah Tempo. 2001. Jatuhnya Peradaban Surau Sulawesi Tenggara. No. XXXVII. 23 Januari. Halaman 28. Jakarta
3o. Pustaka jika Penulis Sama
Rahner, K., Karl Barth., dan JB Metz. 1990. Revaluation in the Second Vatican Council. Concilium 20: 140-178.
______, ______, dan ______. 2006. Ethics after the Holocaust. Theology Today 10 (3): 165-185.
Tinambunan, Edison RL. 2010. Teologi Patristik dalam Kontekstualisasi Indonesia. Studia Philosophica et Theologica 10 (2): 121-141.
Yustinus. 2010. Intrinsice Malum dalam moral Kristiani (Studi Hermeneutika-Kritis). Simposium Teologi Moral Indonesia. 20-23 September: 1-22.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Pendidikan Tinggi. 10 Agustus 2012.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158. Jakarta.
_______, Nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen. 30 Desember 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157. Jakarta.
37
[4] CONTOH
KOMBINASI: HARVARD-APA 6th + FOOTNOTES
Yang dimaksud KOMBINASI ialah Perpaduan dari Harvard-APA 6TH dan Footnotes. Contoh dalam tulisan:
Riset teologis mendesak dikerjakan dalam cara-cara baru dan kreatif (Wilfred, 2016: 45; Pilario, 2018: 35). Bila paradigma berteologi diasalkan pada skolastik, metodologi refleksinya berangkat dari Wahyu, i.e., Kitab Suci yang dibaca dalam kesatuannya dengan Tradisi, Ajaran Gereja Katolik (Magisterium) serta dalam dialog dengan filsafat Platonisme dan Aristotelianisme (Riyanto, 2015). Aktivitas berteologinya berupa refleksi, studi, dan aksi (kesaksian apologetis) dalam bimbingan Roh Kudus. Skema tujuannya untuk menjelaskan iman (baik fides quae maupun fides qua1), mewartakannya, dan
1 Fides quae merupakan isi dari iman atau “deposit” iman (Credo). Sementara Fides qua mengatakan “iman” sebagaimana disaksikan dalam penghayatan hidup nyata atau suatu “resepsi” (penyambutan) iman seperti yang dihayati. Fides quae dan Fides qua komplementer, saling melengkapi dan tidak menegaskan suatu pemisahan. Dalam sejarah teologi Fides quae (Credo) menjadi pergulatan konfliktual luar biasa di zaman Patristik dan sesudahnya. Sementara Fides qua menjadi semacam Tradisi beriman dalam Gereja umat Allah yang “menyaksikan” kebenaran-kebenaran iman-nya. Fides qua memiliki makna subjektif atau intersubjektif; sementara Fides quae lebih kepada kebenaran-kebenaran iman-nya.
38
memberikan kesaksian tentangnya. Refleksi teologis Thomas Aquinas dan skolastik2 berada dalam paradigma metodologis demikian (Martasudjita, 2015; Sunarka 2016: 35-45). Ensiklik Aeterni Patris dari Paus Leo XIII menegaskan pentingnya pembelajaran filsafat Kristiani (Skolastik) saat berhadap-hadapan dengan gelombang filsafat modern dan kemajuan ilmu pengetahuan, untuk berteologi (Riyanto, 2015).
Dalam Konsili Vatikan II, ketika Gereja membuka diri untuk berdialog dengan dunia, terjadi pergeseran signifikan dalam metodologi berteologi. KV II memandang Kitab Suci seperti jiwa bagi teologi. Mempelajari Patristik menjadi sebuah tuntutan dalam
2 Summa Theologica menjadi salah satu karya yang mengurai tema-tema teologi dalam model skolastik. Metodologinya diambilalih oleh buku Katekismus Gereja Katolik. Setiap tema ditulis dalam bentuk pertanyaan, seperti “Apakah Allah”, “Apakah Allah itu satu?”, “Apakah Tritunggal Mahakudus?”, “Apakah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra, dan Roh Kudus itu memiliki kodrat yang sama?”, dan seterusnya. Karena ini, setiap uraian teologi berarti sebuah “jawaban sistematis” atas pertanyaan-pertanyaan itu. Jawaban itu berupa elaborasi Thomas Aquinas tentang tema pertanyaannya dengan simakan argumentatif pandangan para filosof, kutipan Kitab Suci, ajaran Patristik, dan pada gilirannya sintesis-nya. Dari sudut sistemasi jalan pikiran jawabannya, Summa Theologica sangat mudah dicerna. Tetapi dari elaborasi isi dan sistesis argumennya, Aquinas melakukan model berteologi yang kompleks dan sangat mendalam. Bahasa yang digunakan adalah Latin yang readable dan affordable bagi pembelajar pemula filsafat dan teologi.
39
berteologi. Sebab, Menurut Balthasar3 (1982), Patristik adalah para Bapa Gereja yang menafsirkan dan memberikan kesaksian tentang Wahyu, Kitab Suci. Memiliki sensitivitas akan tanda-tanda zaman dan sentire cum ecclesia merupakan prasyarat berteologi yang responsif. Paradigma berteologi semacam ini kita kenali di dokumen-dokumen Ensiklik Para Paus atau dokumen-dokumen derivatifnya.
CONTOH KEPUSTAKAAN:
Balthasar, H.U.vB. 1982. The Glory of the Lord: A Theological Aesthetics. Erasmo Leiva-Merikakis, Edinburgh: T&T Clark.
Martasudjita, Emanuel PD. 2015. Paradigma-Paradigma Teologi di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Pilario, Daniel Franklin. 2018. Interdisciplinarity of Theology. Concilium 15 (2): 105-115.
Riyanto, Armada. 2015. Dialog Filsafat Teologi. Makalah Orasi Ilmiah di Dies Natalis STF Driyarkara, Jakarta.
Sunarka, Adrianus. 2016. Teologi Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius.
Wilfred, Felix. 2016. Public Theology. Concilium 13 (1): 100-115.
3 Hans Urs von Balthasar dikenal sebagai teolog yang mendalami patristik dalam cara yang mengesankan. Kesaksian de Lubac, “mungkin tidak ada yang melampaui Balthasar dalam melakukan studi patristik”. Dalam buku itu diantaranya Balthasar menulis panjang lebar eksposisi literatur patristik.
41
[SAMPUL]
UJIAN PROPOSAL DISERTASI / NASKAH DIS. / TERTUTUP / TERBUKA [FONT 12]
JUDUL [FONT 20-24]
Disusun oleh: [font 12]
NAMA [FONT 14]
No Induk [Font 14]
PROGRAM DOKTOR TEOLOGI SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI
WIDYA SASANA MALANG
TAHUN [FONT 14]
42
[HALAMAN DEPAN DALAM]
JUDUL [FONT 20-24]
Untuk memperoleh gelar Doktor Teologi Pada Sekolah Tinggi Filsafat Teologi
Widya Sasana
Disusun oleh NAMA [FONT 14]
PROGRAM DOKTOR TEOLOGI
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI WIDYA SASANA TAHUN [FONT 14]
43
[LEMBAR PENGESAHAN] [Hanya untuk Ujian Tertutup dan Terbuka] + [Lembar Persetujuan anti Plagiarism Bermaterai]
UJIAN TERTUTUP DISERTASI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL …
Oleh
Promotor,
ttd
(Nama)
Co-Promotor,
ttd
(Nama)
Mengetahui Ketua Program Studi Doktor Teologi,
ttd
(Nama)
44
REFERENSI The Chicago Manual of Style. 16th ed. Chicago: The University of Chicago, 2010. APA Style Guide to Electronic References. (2012) (6th
ed.). Washington DC: American Psychological Association. http://doi.org/10.1027/0269-8803.20.4.253
Publication manual of the American Psychological
Association. (2013) (6th ed.). Washington DC: American Psychological Association.