1 laporan penelitian i tuung kuning dan putri pucuk...

45
I TUUNG (SEBUAH T LAPORAN PENELITIAN G KUNING DAN PUTRI PUCUK GEL H KAJIAN STRUKTUR DAN PERBAN OLEH : TJOK. ISTRI AGUNG MULYAWATI NIP 19590717 198601 2001 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2017 1 LUMPANG NDINGAN) R.

Upload: others

Post on 08-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK GELUMPANG

(SEBUAH

TJOK. ISTRI AGUNG MULYAWATI R.

LAPORAN PENELITIAN

I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK GELUMPANG

(SEBUAH KAJIAN STRUKTUR DAN PERBANDINGAN)

OLEH :

TJOK. ISTRI AGUNG MULYAWATI R.

NIP 19590717 198601 2001

PROGRAM STUDI SASTRA BALI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

1

I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK GELUMPANG

STRUKTUR DAN PERBANDINGAN)

TJOK. ISTRI AGUNG MULYAWATI R.

Page 2: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat - Nyalah penelitian

yang berjudul cerita prosa rakyat “I Tuung Kuning (Bali) dan Putri Pucuk

Gelumpang (Aceh) sebuah Kajian Struktur dan Perbandingan” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja

dosen dalam bidang penelitian.

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna

menyempurnakan penelitian ini.

Penulis

i

Page 3: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

3

Cerita Prosa Rakyat I Tuung Kuning Dan Putri Pucuk Gelumpang

(Sebuah Kajian Struktur dan Perbandingan)

Oleh

Tjok. Istri Agung Mulyawati R.

NIP: 19590717 198601 2001

ABSTRAK

Cerita I Tuung Kuning merupakan cerita prosa rakyat dari Bali, sedangkan

cerita Putri Pucuk Gelumpang merupakan cerita prosa rakyat dari Aceh.

Dalam penelitan ini pertama mengumpulkan data dari kedua cerita

tersebut. Setelah data terkumpul barulah dianalisis dari segi struktur dan

perbandingannya.

Dari hasil kajian struktur kedua cerita tersebut setelah keduanya

dibandingkan maka dapatlah dilihat adanya persamaan dan perbedaannya.

Persamaannya terletak pada motif/tema cerita yaitu seorang ayah tidak

menginginkan memiliki anak perempuan

Dalam cerita I Tuung Kuning, si ayah tidak menginginkan memiliki anak

perempuan. Ini terlihat saat dia pergi merantau dia berpesan kepada istrinya yang

sedang hamil kalau anaknya lahir laki-laki agar dipelihara dengan baik, kalau lahir

wanita agar dibunuh untuk menjadi makanan ayam peliharaannya

Untuk menyelamatkan bayi yang ternyata lahir perempuan, maka

disembunyikan dengan menitip pada ibunya.

Demikian juga dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang, Sang Juragan

sebelum pergi berdagang berpesan kepada istrinya yang sedang hamil bahwa

kalau anaknya lahir laki-laki agar membunyikan rantai perak. Jika yang lahir

perempuan agar membunyikan rantai tembaga. Karena anaknya lahir perempuan

untuk menyelamatkan bayi tersebut maka dititipkanlah pada pohon gelumpang.

Sedangkan perbedaannya terletak pada nama tokoh, serta tempat cerita,

beberapa insiden, akhir cerita dan latar belakang sosial masyarakatnya

Kata kunci: cerita, prosa rakyat, perbandingan

ii

Page 4: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3

1.4 Landasan Teori ....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN STRUKTUR CERITA “I TUUNG

KUNING” .................................................................... 6

2.1 Sinopsis .................................................................................. 6

2.2 Insiden .................................................................................... 8

2.3 Alur/Plot ................................................................................. 11

2.4 Tokoh dan Penokohan ............................................................. 14

2.5 Latar ..................................................................................... 17

2.6 Tema ..................................................................................... 18

2.7 Amanat ................................................................................... 19

BAB III TINJAUAN STRUKTUR CERITA “PUTRI PUCUK

GELUMPANG” ........................................................... 20

3.1 Sinopsis .................................................................................. 20

3.2 Insiden .................................................................................... 22

3.3 Alur/Plot ................................................................................. 25

3.4 Tokoh dan Penokohan ............................................................. 28

3.5 Latar ..................................................................................... 30

3.6 Tema ..................................................................................... 31

3.7 Amanat ................................................................................... 31

i iii

Page 5: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

5

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

CERITA “I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK

GELUMPANG” ........................................................... 33

4.1 Analisis Persamaan dan Perbedaan .......................................... 33

4.1.1 Analisis Persamaan ............................................................... 33

4.1.2 Analisis Perbedaan ............................................................... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................... 37

5.1 Simpulan ................................................................................. 37

5.2 Saran ..................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Page 6: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat orang membicarakan tentang kesusastraan Ball, seringkali

orang salah tangkap atau keliru. Orang mengira dalam membicarakan

kesusastraan Ball itu terutama yang dimaksud ialah soal mabasan yaitu

membaca puisi kawi dengan menterjemahkan kedalam bahasa Ball.

Karenanya ada yang mengira yang memajukan kesusastraan Bali adalah

orang yang senang mabasan. Padahal tidak demikian, dari karya-karya

sastra Bali yang ada saat ini tidak hanya dari kegiatan mabasan, tapi juga

dari pengarang-pengarang yang eksis dalam menciptakan karya-karya

sastra. Bali banyak memiliki kesusastraan rakyat baik dalam bentuk puisi

(blabadan, wangsalan, geguritan, peparikan) maupun dalam bentuk prosa

(satua) dan mulai hadirnya sastra yang modern yaitu roman, cerpen, novel

yang berbahasa Bali. Selain itu setiap karya sastra tentunya memiliki

sejarahnya masing-masing yang sangat panjang dan hal ini sangat penting

kita ketahui.

Perkembangan karya sastra daerah tidak hanya terjadi di daerah

Bali. Ini terjadi pula di daerah lain yang juga memiliki kekayaan yang

berupa karya sastra. Perkembangan karya sastra tidak bisa lepas dari

rangkaian antara pengarang dan karya sastra yang dihasilkan saja namun

pembaca yang menikmati karya sastra tersebut. Perkembangan karya

sastra yang terdapat di setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, ini

tidak bisa lepas dari perkembangan masyarakat pencipta dan masyarakat

penerimanya.

Membandingkan karya sastra yang ada di nusantara memang tidak

mudah karena bangsa kita memiliki keanekaragaman budaya. Sehingga

karya sastra yang berkembang di tiap-tiap daerah memiliki ciri khas

tersendiri. Perbedaan latar belakang sosial budayanya, bahasa, ataupun

perbedaan dari segi yang lain, tergantung daerah masing-masing. Selain

Page 7: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

2

ada perbedaan tentunya ada pula persamaannya, entah dalam tokoh atau

jalan ceritanya, motif ataupun dari segi unsur instrinsik lainnya. Semakin

kita banyak memiliki perbandingan karya-karya sastra di nusantara akan

semakin luas wawasan kita mengenai keanekaragaman karya sastra di

nusantara.

Pada kesempatan ini, saya mencoba untuk membandingkan dua

buah karya sastra dari dua daerah berbeda di nusantara yaitu Bali dan

Aceh. Cerita rakyat Bali yang berjudul “I Tuung Kuning”dan cerita rakyat

dari daerah Aceh berjudul “Putri Pucuk Gelumpang”. Kedua cerita rakyat

ini sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian, karena isinya yang

sangat menarik. Kemiripan cerita yang terdapat didalamnya mengisahkan

tentang seorang ayah yang sangat menginginkan seorang anak laki-laki,

namun yang didapatkan adalah seorang anak perempuan. Hal ini

menyebabkan kemarahan yang sangat besar dari sang ayah, sampai

berencana akan membunuh anak tersebut. Realita ini masih ada di

masyarakat terutama yang menggunakan adat patrilinial. Dengan

diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang

kekayaan karya sastra di Indonesia.

1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah ikan dikaji dalam penelitian ini adalah :

(1) Bagaimanakah struktur yang membentuk cerita I Tuung Kuning

dan Putri Pucuk Gelumpang ?

(2) Bagaimanakah persamaan cerita I Tuung Kuning dan Putri Pucuk

Gelumpang ?

(3) Bagaimanakah perbedaan cerita I Tuung Kuning dan Putri Pucuk

Gelumpang ?

Penelitian ini berusaha memberikan jawaban terhadap

permasalahan tersebut di atas. Dengan terjawabnya masalah itu diharapkan

pemahaman dan penghayatan terhadap unsur-unsur yang membentuk

Page 8: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

3

kedua karya sastra tersebut, baik dari segi struktur dan perbedaan dan

persamaan yang terkandung di dalamnya dapat ditingkatkan.

1.3 Tujuan

Segala bentuk penelitian pasti memiliki tujuan yang hendak

dicapai. Adapun tujuan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu pada hakikatnya saling

berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan

gambaran yang jelas dalam memahami karya sastra di nusantara. Dari

analisis struktur dan perbedaan serta persamaan dalam kedua karya

tersebut, diharapkan akan memberikan sumbangan yang positif dalam

usaha memahami dengan lebih baik naskah I Tuung Kuning dan Putri

Pucuk Gelumpang. Tujuan ini sekaligus sebagai usaha kongkret dalam

memperkaya dan mempertinggi daya apresiasi bagi pemahaman karya

sastra di nusantara di masa mendatang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini dimaksudkan untuk tujuan

mendapatkan gambaran tentang struktur, persamaan dan perbedaan kedua

naskah tersebut. Tujuan ini sekaligus untukmengetahui lebih dalam

tentang pemahaman terhadap karya sastra di nusantara dan memberikan

informasi yang lebih tentang pemahaman terhadap karya sastra prosa di

nusantara.

1.4 Landasan Teori

Dalam mengungkapkan struktur nakah I Tuung Kuning dan Putri

Pucuk Gelumpangperluadanya suatu kerangka acuan teori yang melandasi

agar penelitian menjadi lebih terarah rada sasaran yang diinginkan. Sesuai

Page 9: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

4

dengan tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini akan menggunakan

teori struktural. Prinsip dasar teori struktural memandang unsur-unsur

yang terdapat dalam karya sastra sebagai satu kesatuan yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Oleh sebab itulah dalam penelitian ini akan diuraikan

seberapa jauh keterkaitan masing-masing unsur yang membangun kedua

karya sastra tersebut dalam membentuk satu karya yang utuh. Selain itu

tiap-tiap bagian atau unsur kedua karya sastra hendaknya dilihat dalam

konteks karya tersebut. Karena masing-masing bagian tersebut merupakan

satu kesatuan yang saling berhubungan. Untuk memahami konsep dasar

dari teori ini terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pandangan atau

pendapat dari para ahli sehubungan dengan teori struktural.

Luxemburg, dkk, (1986: 36) mengatakan bahwa struktur ialah

kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Dengan kata lain

bahwa sebuah karya atau peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat menjadi

suatu keseluruhan karena adanya relasi timbal balik antara bagian-

bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan ini bisa bersifat

positif, seperti kemiripan dan keselarasan, bisa juga bersifat negatif,

seperti pertentangan dankonflik. Kesatuan struktural mencakup setiap

bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukkan kepada

keseluruhan. Menurut Sukada, (1993: 47) karya sastra sebagai sebuah

struktur, dijelaskan melalui analisis aspek intrinsik dan aspek

ekstrinsiknya, analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai

karya sastra itu sendiri, tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta

sastra tersebut. Teeuw, (1984: 135) mengatakan bahwa analisis struktur

bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan

mendalam keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya

sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Dengan

demikian, struktur merupakan suatu bentuk yang terdiri atas unsur-unsur

yang berinteraksi secara fungsional membangun suatu kesatuan makna.

Analisis struktur menjelaskan unsur-unsur pembentuk hubungan antar

unsur dan hubungan antara unsur-unsur dengan struktur itu sendiri.

Page 10: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

5

Teeuw, juga mengatakan bahwa analisis struktur merupakan suatu tahapan

yang tidak dapat dihindari, karena dengan analisis struktur itulah dapat

dicapai pengertian dan pemahaman optimal mengenai karya sastra

(1991:61).

Oleh karena itu, berdasarkan kesamaan pada pemikiran di atas,

maka dalammelakukan kajian struktur naskah “I Tuung Kuning dan Putri

Pucuk Gelumpang” digunakankombinasi dari beberapa pendapat atau teori

di atas.Pendapat-pendapat di atas padaprinsipnya tidak jauh berbeda,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis struktur

adalahuntukmemaparkan,mendeskripsikan,dengansecermatdansetelitimung

kinketerkaitan dan keterjalinan antara bagian-bagian atau unsur-unsur

dalam karya sastra yang secara sistematis bersama-sama menghasilkan

makna keseluruhan. Aspek intrinsik yangcara sistematika digunakan dalam

struktur ini adalah insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema,

amanat.

Page 11: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

6

BAB II

TINJAUAN STRUKTURITUUNG KUNING

2.1 Sinopsis Cerita

Cerita Rakyat Bali

I Tuung Kuning

Diceritakan disebuah desa terdapat seorang laki-laki bernama I

Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu ayam) yang

memiliki banyak ayam. Sehari-harinya nanya mengurusi ayam-ayam

peliharaannya. I Pudak memiliki seorang istri bernama Wayan yang kini

sedang hamil besar. Wayan pun menjadi kerepotan harus tiap hari

memberikan makan ayam-ayam peliharaan suaminya.

Pada suatu hari I Pudak pergi ke utara gunung. Sebelum berangkat I

Pudak berpesan kepada istrinya, Wayan jika anaknya kelak laki-laki agar

dirawat dengan baik, namun jika perempuan agar segera dibunuh untuk

menjadi makanan ayam peliharaannya. Alasannya karena anak perempuan

lebih repot merawatnya. Sungguh pilihan yang sangat berat untuk Wayan.

Waktu melahirkan pun tiba, ternyata anaknya adalah seorang perempuan.

Wayanmenjadi sedih karena ingat akan pesan suaminya saat akan pergi ke

utara gunung, jika anaknya kelak perempuan agar dibunuh untuk dijadikan

makanan ayam mereka. Akhirnya Wayan punya akal, ari-ari anak tersebut

yang diberikan kepada ayam mereka, dan anaknya dibawa kerumah

neneknya (Ibu dari Wayan). Ibunya Wayan pun terkejut kenapa anaknya

membawa cucunya yang baru saja dilahirkan. Setelah diceritakan oleh

Wayanpermasalahannya, akhirnya ibunya Wayan mau merawat cucunya.

Namun beliau berpesanagar jangan lupa setiap hari ditengok cucunya dan

diberikan ASI.

Satu tahun telah berlalu, akhirnya I Pudak pulang dan segera

menanyakan perihal anaknya, dan Wayan mengatakan anaknya

Page 12: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

7

perempuan, namun telah dibunuhnya dan diberikan ayam mereka. Namun

saat itu pula, ada ayam yang berkata “ari-arinya saja yang diberikan,

anaknya dititipkan di rumah neneknya” dan ayam tersebut berulang kali

mengatakan pada I Pudak, karena merasa aneh dengan ayam tersebut

segera ia menanyakan pada istrinya. Akhirnya Wayan mengakuinya, dan I

Pudak pun meminta agar anaknya disuruh pulang untuk dibunuh. Saat itu

pula anak mereka kini sudah besar. la bernama I Tuung Kuning. I Tuung

Kuning tumbuh menjadi anak yang rajin. Ini semua berkat didikan

neneknya.

Dengan hati yang sangat sedih, Wayan mencari anaknya. Setelah

sampai dirumah ibunya, segera wayan memberitahukan I Tuung Kuning

agar segera pulang. Berulang kali Wayan bolak-balik karena anaknya

masih mengerjakan tugas, sehingga tidak bisa ikut pulang. I Pudak

suaminya sangat marah dan terus meminta kepada Wayan agar membawa I

Tuung Kuning pulang. Akhirnya karena dilihat ibunya bolak-balik mencari

dirinya, setelah I Tuung Kuning mandi dan pamitan dengan neneknya dia

ikut serta ibunya pulang. Sampai rumah, I Tuung Kuning langsung diajak

ke hutan oleh bapaknya, I Pandak.

Setelah mereka berjalan jauh, akhirnya menemukan sebuah tempat

yang terdapat pohon besar. Saat akan dibunuh, seorang bidadari dari

khayangan melihatnya dan berusaha menolong I Tuung Kuning, bidadari

menggantikan tubuh I Tuung Kuning dengan sebuah gedebong. I Pudak

tidak menyadari bahwa yang dibunuh itu sebuah gedebong dan dibawanya

Pulang untuk diberikan kepada ayam peliharaanya. Setelah

memakan itu semua ayamnya mati dan saat itu pun I Pandak menyesali

perbuatannya.

I Pandak kembali ke tempat di membunuh anaknya, dan menyesali

perbuatannya. Sambil menangis dia memanggil nama anaknya. Sampai

satu bulan I Pudak disana, tidakmakan-makan dan tidak pernah pulang,

Melihat keadaan ayahnya, I Tuung Kuning di khayangan sana menjadi

sedih dan meminta kepada bidadari yang membawanya untuk

Page 13: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

8

mengembalikan ke dunia. Setelah diantar oleh sang bidadari, I

TuungKuning menghampiri ayahnya dan mengajaknya pulang. Setelah

sampai dirumah, ibunya I Tuung Kuning, Wayan sangat bahagia melihat

anaknya yang ternyata masih hidup. Cerita I Tuung Kuning pun menyebar

di masyarakat sekitar, dan membuat dia menjadi perhatian warga. Mereka

mengira Tuung Kuning sudah meninggal, dan ternyata masih hidup dan

pernah tinggal di khayangan.

Cerita ini sampai di kerajaan, sang raja meminta agar I Tuung

Kuning segera dibawa ke kerajaan. Sampai disana sang raja, memintanya

untuk menceritakan kisahnya. Akhirnya sang raja menikahi I Tuung

Kuning, dan ayah I Tuung Kuning menjadi seorang perbekel.

2.2 Insiden

Insiden adalah salah satu bagian dari struktur cerita yang

membentuk suatu karya sastra menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.

Mengenai insiden ini Sukada memberikan pengertian, bahwa insiden

adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terkandung dalam

cerita besar atau kecil yang secara keseluruhan membangun atau

membentuk struktur cerita (1982 : 22), sedangkan menurut Brahim, bahwa

insiden terjadi karena gerakan, adanya tindakan dalam situasi, juga karena

adanya pelaku yang bertindak. Insiden ini harus berkembang sambung-

menyambung secara kausal yang satu berhubungan dengan yang lainnya

sampai cerita berakhir. Insiden ini biasanya hanya dapat ditangkap secara

wajar, bila cara melukiskanya dapat diterima secara logis, sehingga

insiden itu akan tampak seperti sungguh-sungguh ada (1969 : 65).

Apabila dilihat dari segi jenisnya, insiden dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu insiden pokok dan insiden sampingan. Insiden pokok adalah

suatu insiden yang ide-ide pokok cerita yang menjurus ke kesimpulan

cerita ke pada adanya plot. Sedangkan yang dimaksud dengan insiden

sampingan adalah insiden-insiden yang menyimpang dari sebab akibat

Page 14: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

9

yang logis yang mengandung ide-ide sampingan, karena itu tidak

menunjang adanya plot (Sukada, 1982 : 21).

Berdasarkan pada pengertian insiden tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa insiden adalah bagian peristiwa yang terkandung

dalam suatu cerita.

Selanjutnya, dengan berorientasi pada pengertian insiden tersebut,

maka insiden-insiden yang membentuk struktur cerita I Tuung Kuning

dapat dikelompokkan menjadi 5 insiden pokok sebagai berikut:

Inseden 1 :

Pada saat I Pudak pergi ke utara gunung. Sebelum berangkat I

Pudak berpesan kepada istrinya, Wayan jika anaknya kelak laki-laki agar

dirawat dengan baik, namun jika perempuan agar segera dibunuh untuk

menjadi makanan ayam peliharaannya. Alasannya karena anak perempuan

lebih repot merawatnya. Sungguh pilihan yang sangat berat untuk Wayan.

Waktu melahirkan pun tiba, ternyata anaknya adalah seorang perempuan.

Wayan menjadi sedih karena ingat akan pesan suaminya saat akan pergi ke

utara gunung, jika anaknya kelak perempuan agar dibunuh untuk dijadikan

makanan ayam mereka. Akhirnya saat itu Wayan punya akal, ari-ari anak

tersebut yang diberikan kepada ayam mereka, dan anaknya dibawa

kerumah neneknya (Ibu dari Wayan). Ibunya Wayan pun terkejut kenapa

anaknya membawa cucunya yang baru saja dilahirkan. Setelah diceritakan

oleh Wayan permasalahannya, akhirnya ibunya Wayan mau merawat

cucunya. Namun beliau berpesan agar jangan lupa setiap hari ditengok

cucunya dan diberikan ASI.

Insiden 2 :

Satu tahun telah berlalu, akhirnya I Pudak pulang dan segera

menanyakan perihal anaknya, dan Wayan mengatakan anaknya

perempuan, namun telah dibunuhnya dan diberikan ayam mereka. Namun

saat itu pula, ada ayam yang berkata “ari-arinya saja yang diberikan,

Page 15: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

10

anaknya dititipkan di rumah neneknya” dan ayam tersebut berulang kali

mengatakan pada I Pudak, karena merasa aneh dengan ayam tersebut

segera ia menanyakan pada istrinya. Akhirnya Wayan mengakuinya, dan I

Pudak pun meminta agar anaknya disuruh pulang untuk dibunuh.

Insiden 3 :

Berulang kali Wayan bolak-balik karena anaknya masih

mengerjakan tugas, sehingga tidak bisa ikut pulang. I Pudak suaminya

sangat marah dan terus meminta kepada Wayan agar membawa I Tuung

Kuning pulang. Akhirnya karena dilihat ibunya bolak-balik mencari

dirinya, setelah I Tuung Kuning mandi dan pamitan dengan neneknya dia

ikut serta ibunya pulang

Insiden 4 :

Saat I Tuung Kuning diajak ke hutan oleh bapaknya, akhirnya

menemukan sebuah tempat yang terdapat pohon besar. Saat akan dibunuh,

seorang bidadari dari khayangan melihatnya dan berusaha menolong I

Tuung Kuning, bidadari menggantikan tubuh I Tuung Kuning dengan

sebuah gedebong. I Pudak tidak menyadari bahwa yang dibunuh itu sebuah

gedebong dan dibawanya pulang untuk diberikan kepada ayam

peliharaanya. Setelah memakan itu semua ayamnya mati dan saat itu pun I

Pandak menyesali perbuatannya.

Insiden 5:

Melihat keadaan ayahnya, I Tuung Kuning di khayangan sana

menjadi sedih dan meminta kepada bidadari yang membawanya untuk

mengembalikan ke dunia. Setelah diantar oleh sang bidadari, I Tuung

Kuning menghampiri ayahnya dan mengajaknya pulang. Setelah sampai

dirumah, ibunya I Tuung Kuning, Wayan sangat bahagia melihat anaknya

yang ternyata masih hidup. Cerita I Tuung Kuning pun menyebar di

masyarakat sekitar, dan membuat dia menjadi perhatian warga. Mereka

Page 16: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

11

mengira I Tuung Kuning sudah meninggal, dan ternyata masih hidup dan

pernah tinggal di khayangan. Cerita ini sampai di kerajaan, sang raja

meminta agar I Tuung Kuning segera dibawa ke kerajaan.Sampai disana

sang raja, memintanya unutk menceritakan kisahnya. Akhirnya sang raja

menikahi I Tuung Kuning, dan ayah I Tuung Kuning menjadi seorang

prebekel.

2.3 Alur/Plot

Alur/ plot merupakan unsur terpenting dalam jajaran struktur cerita,

karena mampu mengemukakan apa yang terjadi dalam cerita. Luxemburg,

dkk, (1984: 149) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan alur/

plot adalah konstruksi yang dapat dibuat pembaca mengenai sebuah

deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan

dialami oleh para pelaku.

Alur adalah jalan cerita yang dilukiskan dalam suatu penceritaan

oleh pengarang cerita tersebut. Alur bertujuan untuk mendukung dan

menyimpulkan perjalanan logisnya suatu cerita hingga terjadi insiden

dalam sebuah cerita. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapatnya

Teeuw yang menyatakan, bahwa alur adalah semua urutan peristiwa cerita

rekaan yang secara sadar disusun selogis mungkin, sehingga rangka

tersebut merupakan rangkaian sebab akibat (dalam Suastika, 1985 : 51).

Apabila dilihat dari bentuknya, alur dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu alur lurus dan alur sorot balik (flasback). Cerita dapat

dikatakan menggunakan alur lurus apabila peristiwa ceritanya disampaikan

melalui urutan dari awal-tengah-akhir. Sedangkan cerita yang beralur

sorot balik (flasback), apabila urutan peristiwa ceritanya tidak seperti di

atas, melainkan akhir-tengah-awal, atau tengah-awal-akhir (Tim Fakultas

Sastra dan KebudayaanUGM, 1981/1982 : 14).

Berdasarkan atas konsep tersebut, dan dilihat dari cara pengarang

menyusun kejadian-kejadian yang disajikan secara bertahap, sehingga

masuk akal dan jalinan ceritanya mudah dipahami oleh pembaca, maka

Page 17: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

12

dalam cerita I Tuung Kuning inimenggunakan alur lurus, dimana jalan

ceritanya selalu digambarkan ke depan tanpa mengungkit permasalahan

dimasa lalu dengan urutan awal-tengah-akhir. Hal ini dapat dilihat dari

insiden-insidennya yang selalu berurutan dan saling mendukung antara

yang satu dengan yang lainnya, sehingga alur lurus ini sendiri dapat

terlihat dengan jelas.

Alur cerita dimulai dari kisah Diceritakan disebuah desa terdapat

seorang laki-laki bernama I Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan

mengadu ayam) yang memiliki banyak ayam. Sehari-harinya hanya

mengurusi ayam-ayam peliharaannya. I Pudak memiliki seorang istri

bernama Wayan yang kini sedang hamil besar. Wayan pun menjadi

kerepotan harus tiap hari memberikan makan ayam-ayam peliharaan

suaminya.

Pada suatu hari I Pudak pergi ke utara gunung. Sebelum berangkat I

Pudakberpesan kepada istrinya, Wayan jika anaknya kelak laki-laki agar

dirawat dengan baik, namun jika perempuan agar segera dibunuh untuk

menjadi makanan ayam peliharaannya. Alasannya karena anak perempuan

lebih repot merawatnya. Sungguh pilihan yang sangat berat untuk Wayan.

Waktu melahirkan pun tiba, ternyata anaknya adalah seorang perempuan.

Wayan menjadi sedih karena ingat akan pesan suaminya saat akan pergi ke

utara gunung, jika anaknya kelak perempuan agar dibunuh untuk

dijadikan makanan ayam mereka. Akhirnya Wayan punya akal, ari-ari

anak tersebut yang diberikan kepada ayam mereka, dan anaknya dibawa

kerumah neneknya (Ibu dari Wayan). Ibunya Wayan pun terkejut kenapa

anaknya membawa cucunya yang baru saja dilahirkan. Setelah diceritakan

olehWayan permasalahannya, akhirnya ibunya Wayan mau merawat

cucunya. Namun beliau berpesan agar jangan lupa setiap hari ditengok

cucunya dan diberikan ASI.

Satu tahun telah berlalu, akhirnya I Pudak pulang dan segera

menanyakan perihalanaknya, dan Wayan mengatakan anaknya perempuan,

namun telah dibunuhnya dan diberikan ayam mereka. Namun saat itu pula,

Page 18: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

13

ada ayam yang berkata “ari-arinya saja yangdiberikan, anaknya dititipkan

di rumah neneknya” dan ayam tersebut berulang kali mengatakan pada I

Pudak, karena merasa aneh dengan ayam tersebut segera ia menanyakan

pada istrinya. Akhirnya Wayan mengakuinya, dan I Pudak pun meminta

agar anaknya disuruh pulang untuk dibunuh. Saat itu pula anak mereka

kini sudah besar. Ia bernama I Tuung Kuning. I Tuung Kuning tumbuh

menjadi anak yang rajin. Ini semua berkat didikan neneknya.

Dengan hati yang sangat sedih, Wayan mencari anaknya. Setelah

sampai dirumah ibunya, segera wayan memberitahukan I Tuung Kuning

agar segera pulang. Berulang kali Wayan bolak-balik karena anaknya

masih mengerjakan tugas, sehingga tidak bisa ikut pulang. I Pudak

suaminya sangat marah dan terus meminta kepada Wayan agar membawa I

Tuung Kuning pulang. Akhirnya karena dilihat ibunya bolak-balik mencari

dirinya, setelah I Tuung Kuning mandi dan pamitan dengan neneknya dia

ikut serta ibunya pulang. Sampai dirumah, I Tuung Kuning langsung

diajak ke hutan oleh bapaknya, I Pandak.

Setelah mereka berjalan jauh, akhirnya menemukan sebuah tempat

yang terdapat pohon besar. Saat akan dibunuh, seorang bidadari dari

khayangan melihatnya dan berusaha menolong I Tuung Kuning, bidadari

menggantikan tubuh I Tuung Kuning dengan sebuahgedebong. I Pudak

tidak menyadari bahwa yang dibunuh itu sebuah gedebong dan dibawanya

pulang untuk diberikan kepada ayam peliharaanya. Setelah memakan itu

semua ayamnya mati dan saat itu pun I Pandak menyesali perbuatannya.

I Pandak kembali ke tempat di membunuh anaknya, dan menyesali

perbuatannya. Sambil menangis dia memanggil nama anaknya. Sampai

satu bulan I Pudak disana, tidak makan-makan dan tidak pernah pulang,

Melihat keadaan ayahnya, I Tuung Kuning dikhayangan sana menjadi

sedih dan meminta kepada bidadari yang membawanya untuk

mengembalikankedunia.Setelahdiantarolehsangbidadari,ITuungKuningmen

ghampiri ayahnya dan mengajaknya pulang. Setelah sampai dirumah,

ibunya I Tuung Kuning, Wayan sangat bahagia melihat anaknya yang

Page 19: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

14

ternyata masih hidup. Cerita I Tuung Kuning pun menyebar di masyarakat

sekitar, dan membuat dia menjadi perhatian warga. Mereka mengira I

Tuung Kuning sudah meninggal, dan ternyata masih hidup dan pernah

tinggal di khayangan.

Cerita ini sampai di kerajaan, sang raja meminta agar I Tuung

Kuning segera dibawa ke kerajaan. Sampai disana sang raja, memintanya

untuk menceritakan kisahnya. Akhirnya sang raja menikahi I Tuung

Kuning, dan ayah I Tuung Kuning menjadi seorang prebekel.

Adapun kutipan-kutipan yang mendukung mengenai kejelasan alur

dalam cerita I Tuung kuning ini, dapat dilihat kembali pada insiden-

insiden yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan

keberadaan alur tidak bisa terlepas dari insiden-insiden ai salah satu

jembatan peranta dalam hubungan sebab-akibat.

2.4 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam suatu cerita mempunyai peranan yang sangat penting.

Tokoh beraksi dapat menimbulkan insiden serta menggerakkan alur cerita.

Apabila tokoh-tokoh dalam cerita dilihat dari segi wataknya, tidaklah

berbeda dengan manusia, dimana manusia dengan tokoh dalam cerita

sama-sama memiliki perwatakan yang berbeda satu dengan lainnya. Hanya

saja watak tokoh dalam cerita dibuat sengaja oleh pengarang agar

karyanya menarik perhatian pembacanya.

Tentang hal tersebut lebih ditegaskan oleh Tarigan, bahwa

keberhasilan sebuah cipta sastra sangat tergantung pada kecakapan

pengarang menghidupkan tokoh-tokoh melalui imajinasinya. Seorang

pengarang tidak boleh memikirkan tokoh tersebut melulusebagai potret

yang mati dan statis, tetapi harus memandang dan menyajikannya sebagai

hal yang hidup dan dinamis (1984 : 150). Sementara PanutiSudjiman

(1984 : 58) memberikan pengertian tentang tokoh adalah penciptaan citra

tokoh di dalam karya sastra. Penokohan menyiapkan atau menyediakan

Page 20: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

15

alasan bagi para tokoh, mengapa ia melakukan tindakan-tindakan tertentu,

bagaimana sifatnya (Saleh Saad, 1967 : 123).

Di pihak lain disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan penokohan

adalah sifat-sifat pribadi tokoh (aktor) yang berperan atau bertindak atau

berbicara dalam hubungan alur cerita (Luxemburg, 1984 : 171). Apabila

dilihat dari cara pengarang melukiskan watak-watak tokoh ceritanya ada

dua cara, yaitu (1) dengan cara analitik, pengarang secara langsung

menganalisis watak pelaku melalui penceritaan, (2) dengan cara dramatik,

yaitu pengarang melukiskan watak seorang tokoh tidak secara langsung,

tetapi melalui : (a) lingkungan atautempat sang tokoh, (b) dialog antar

tokoh-tokoh atau dialog tokoh lain tentang dia. (3) cara analitik yang

panjang dengan dua atau tiga kalimat dramatik atau sebaliknya (Lukman

Ali dalam Sukada, 1976 : 26).

Sebagai tokoh utama dalam cerita I Tuung Kuning adalah I Pudak,

Wayan dan I Tuung Kuning, yang dapat ditelusuri dengan cara : Pertama,

dilihat dari hubungan antar tokoh, ketiga tokoh ini berhubungan paling

banyak dengan tokoh-tokoh yang lain, Kedua,hubungannya paling banyak

dengan masalah (pokok cerita), Ketiga, ketiga tokoh ini mendapat forsi

penceritaan paling banyak dari tokoh-tokoh yang lain.

Sedangkan watak atau sifat yang dimiliki oleh ketiga tokoh ini

dilukiskan oleh pengarang secara analitik dan dramatik. Secara analitik

ketiga tokoh ini dilukiskan oleh pengarang secara berbeda. I Pudak

sebagai tokoh seorang yang suka memotoh dan keras. Wayan sebagai

tokoh seorang ibu yang penurut namun lemah. I Tuung Kuning sebagai

tokoh yang rajin, penurut dan sangat penyayang. Berikut kutipannya:

Penggambaran watak tokoh I Pudak:

ada tuturan satua bebotoh kembar modem I Pudak, ia kasap pesan

konememotoh..... (aliniall,hal 32)

Terjemahannya:

Page 21: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

16

ada cerita seorang bebotoh bernama I Pudak, ia suka sekali

berjudi(memotoh).....

selain itu berikut kutipan dibawah ini memperlihatkan sikapnya

yang kasar:

Yeh dadi mendep, katagih sibak tendas nyaine. Sing nyak ngangken,

tektek kai tendas ibane“ketoabetne I Pudak, nu kone masih mendep

kurenanne..... (alinial 15,hal 34)

Terjemahannya:

Loh kenapa diam, mau dibelah kepalamu. Ga mau jalan, soya pukul

kepalamu, kata I Pudak,tapi istrinya diam saja.....

Penggambaran tokoh Wayan:

Ne kengkenanjani i cening, konkonanektek lantas teken bapanne,

konkonamaang siap. Yon tuutangkenehbapanne, basa pianak,

jabinjlemabuduh ya mara ia jenengengidepangkonkonangamatiangpanak.

ne kenkenanjanimadaya.....(alinial4, Hal32)

Terjemahannya:

Bagaimana sekarang anakku, disuruh membunuhmu dan

memberikannya pada ayam. Jika diikuti keinginan ayahmu, benar gila

ayahmu mau membunuh anak, sekarang harus bagaimana?

Penggambaran tokoh I Tuung Kuning:

subakone kelih I Tuung Kuning, mara lantas bisa nyakan,ajahina

teken dadongnemagarapan benang-benang....(alinial 11, hal 33)

Terjemahannya:

Sekarang I Tuung Kuning sudah besar, sudah bisa memasak,

diajarkan oleh neneknya buat kain....

“Dong pedalem pesan ja bapantiange, sedih kanti bulan-bulanan

nentenmedaar-daar. Atehangtitiang tiang ngrerehbapantiange..........

“(alinial 50, hal 37)

Page 22: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

17

Terjemahannya:

Kasihan ayahku, sedih berbulan-bulan tidak makan-makan, anterin

soya nyari ayah soya....

Selain kedua tokoh diatas, juga ditampilkan tokoh-tokoh lain yang

turut menunjang timbulnya peristiwa dalam rangkaian struktur alur

ceritanya. Tokoh dimaksud adalah tokoh pembantu primer seperti Dadong

(ibunya Wayan), Bidadari, Raja. Terhadap tokoh tersebut, pengarang tidak

melukiskan gambaran wataknya secara rinci. Hanya saja disebutkan,

bahwa tokoh pembantu primer yaitu Dadong ialah sosok tokoh seorang

yang sangat baik dan penyayang. Tokoh bidadari hanya dilihatkan sekilas

dalam cerita ini. Tokoh bidadari disini baik hati dan penolong.

2.5 Latar

Latar atau sering juga dikenal dengan sebutan setting merupakan

patokan, atau gambaran dasar atas suasana ataupun keadaan yang

menunjukan saat terjadinya insiden-insiden. Sedangkan menurut Sukada

latar adalah salah satu unsur cerita yang berhubungan dengan tempat,

keadaan, dan waktu terjadinyaperistiwa dalam suatu cerita (1983 : 24).

Latar tempat:

Dalam cerita I Tuung Kuning ini, latar tempat yang digunakan

sebagian besar terjadi di sebuah rumah tokoh itu sendiri dan hutan. Selain

itu latar tempat yang di tampilkan juga meliputi khayangan. Hal ini dapat

dilihat dari beberapa kutipan berikut:

Tekedjumahmemene,dapetangapanaknesedeknuun....(alinial 17,

hal34)

Terjemahannya:

Sampai dirumah ibunya, dilihat anaknya sedang menenun....

Page 23: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

18

Kacrite ring alasenepukin lantas meru di jabanne ada

konepunyanbingin gede.... (alinial 43,hal 36)

Terjemahannya:

Diceritakan di sebuah hutan, ditemukan meru yang dihalamannya

ada phon beringin besar...

Latar Waktu:

Dalam cerita I Tuung Kuning, latar waktu tidak diperlihatkan

secara jelas oleh pengarang.

Latar Suasana:

Dalam cerita I Tuung Kuning, latar suasana yang ditampilkan

mendominasi suasana tegang dimana I Pudak yang menginginkan anak

perempuannya dibunuh. Berikut kutipannya:

“Nah sing saja, ada dogensangkena I Tuung Kuning, kemabuin

alih!!! yon sing nyak mulih, awake kema bakal ngalih, bakal

bragedegtendasnebes ada dogensangkenne....”(alinial 36, hal 35)

Terjemahannya:

“ Iyapercaya, ada saja alasan I Tuung Kuning, sana cari lagi!!! jika

tidak mau pulang, soya akan mencarinya, akan sayapukul kepalanya ada

saja alasannya..

2.6 Tema

Tema adalah gagasan ide atau pikiran utama dalam sebuah karya

sastra yang terungkap ataupun tidak (PanutiSudjiman, 1986: 74). Setiap

karya sastra baik itu berapa prosa ataupun puisi memiliki tema karena

tema merupakan suatu kepaduan pikiran antara pengarang dengan dengan

karyanya yang diungkapkan dalam bentuk peristiwa-peristiwasesuai

dengan pandangan hidup, pengetahuan,serta emosi yang dituangkan dalam

karyanya.

Page 24: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

19

Adapun tema dari cerita ini adalah keinginan seorang ayah yang

tidak menginginkan kelahiran seorang anak perempuan. Dalam cerita ini

dijabarkan alasan seorang ayah yang tidak menginginkan seorang anak

perempuan karena perempuan lebih banyak aturan dalam merawatnya.

2.7 Amanat

Amanat adalah suatu gagasan yang mendasari karya sastra; pesan

yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

Amanat akan selalu berkaitan atau menyentuh hati nurani pembaca, untuk

menyadari atau menolaknya (PanutiSudjiman, 1986 :6).

Pada cerita ini amanat yang ditampilkan adalah mengenai

keiklasanmenerima kelahiran seorang anak, apalagi anak tersebut adalah

anak kandung kita sendiri. Apapun anak kita nanti agar tetap diterima dan

dipelihara dengan baik, karena setiap anak pastinya memiliki kelebihan

dan kekurangan. Tergantung bagaimana kita membesarkan dan

mendidiknya.

Page 25: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

20

BAB III

TINJAUAN STRUKTUR PUTRI PUCUK GELUMPANG

3.1 SINOPSIS

Cerita rakvat Aceh

PUTRI PUCUK GELUMPANG

Diceritakan terdapat seorang juragan yang memiliki dua orang

pelayan yang bernama, Lesmana dan Pedanelam. Kedua pelayan tersebut

suka menghasut dan mempengaruhi Tuannya, dan sang Juragan selalu

mempercayainya. Sang Juragan memiliki seorang istri yang sedang hamil

tua.

Pada suatu hari sang Juragan hendak pergi berdagang, namun

sebelum berangkat ia berpesan kepada istrinya jika anak mereka seorang

laki-laki agar membunyikan rantai perak, jika yang lahir perempuan

membunyikan rantai tembaga. Hal ini membuat sang istri menjadi terkejut.

Beberapa hari sepeninggal sang suami, perempuan itu pun melahirkan.

Sungguh malang, ternyata yang lahir seorang bayi perempuan. Karena

membayangkan bayi itu akan dibunuh oleh suaminya, akhirnya sang bayi

dibawa ke dalam hutan dan berhenti dibawah pohon gelumpang.

Perempuan itu meminta tolong kepada pohon gelumpang untuk

merawatnya.

Untuk mengelabui sang suami, perempuan itu menangkap seekor

kambing untuk disembelih dan dijadikan gulai. Setelah itu dia

membunyikan rantai tembaga. Sang Juragan yang mendengar bunyi rantai

tembaga tersebut menjadi sangat kecewa karena itu

pertanda anak yang lahir perempuan.

Atas saran kedua pelayannya, ia pun segera pulang ke kampung

halaman dan menyembelih bayinya. Sesampainya di rumah, sang juragan

disambut oleh istrinya dengan mengatakan bahwa sang bayi telah

Page 26: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

21

disembelih dan sudah dibuatkan gulai. Sang juragan beserta kedua

pelayannya sangat senang dan segera menikmati gulai tersebut. Namun

saatmenikmati gulai tersebut terdengar bunyi cecak yang menyampaikan

pesan : “yang kalian makan bukan daging bayi, tetapi daging kambing”.

Berulang kali cecak tersebut mengatakan hal demikian kepada mereka.

Sang juragan dan kedua pelayannya curiga dan segera menanyakan kepada

sang istri keadaan yang sebenarnya. Setelah mengetahui keadaan yang

sesungguhnya, sang juragan meminta sang istri untuk membawa pulang

anaknya untuk dibunuh.

Setelah itu sang istri menemui pohon gelumpang untuk membawa

pulang anaknya, kini anaknya telah tumbuh menjadi anak yang cantik.

Namun berulang kali dia menolak ajakan untuk pulang, dan akhirnya sang

juragan beserta kedua pelayan datang untuk menjemputnya. Saat sang

juragan berusaha untuk membawanya pulang, terjadi keajaiban setiap kali

sang juragan menyumpit anak itu. Daerah yang disumpitnya berubah

menjadi sebuah emas. Saat dibawa pulang, sang ibu membisik kepadanya

bahwa dia akan dibunuh oleh ayahnya.

Anak itu mencari akal untuk mengelabuhi ayahnya agar terhindar

dari maut dengan cara, ayahnya harus menyiapkan pohon pisang

disampingnya saat akan dibunuh. Saat akan membunuh sang anak, ternyata

anak tersebut menghindar dan akhirnya yang terpotong anyalah batang

pisang tersebut. Setelah melihat kain tenunan yang tersangkut di

pedangnya, dia menyesali perbuatannya. Menyadari bahwa sang juragan

telah dihasut oleh kedua pelayannya, ia segera membunuh kedua

pelayannya dan kemudian ia pun bunuh diri.

Mengetahui ayahnya telah meninggal, anak tersebut menangis

namun juga bersyukur karena selamat dari ancaman maut. Akhirnya anak

tersebut hidup bahagia bersama ibunya, dan anak tersebut dinamai Putri

Pucuk Gelumpang yang artinya gadis yang dibesarkan di atas pohon

gelumpang.

Page 27: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

22

3.2 Insiden

Insiden adalah salah satu bagian dari struktur cerita yang

membentuk suatu karya sastra menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.

Mengenai insiden ini Sukada memberikan pengertian, bahwa insiden

adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terkandung dalam

cerita besar atau kecil yang secara keseluruhan membangun atau

membentuk struktur cerita (1982 : 22), sedangkan menurut Brahim, bahwa

insiden terjadi karena gerakan, adanya tindakan dalam situasi, juga karena

adanya pelaku yang bertindak. Insiden ini harus berkembang sambung-

menyambung secara kausal yang satu berhubungan dengan yang lainnya

sampai cerita berakhir. Insiden ini biasanya hanya dapat ditangkap secara

wajar, bila cara melukiskanya dapat diterima secara logis, sehingga

insiden itu akan tampak seperti sungguh-sungguh ada (1969 : 65).

Apabila dilihat dari segi jenisnya, insiden dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu insiden pokok dan insiden sampingan. Insiden pokok adalah

suatu insiden yang ide-ide pokok cerita yang menjurus ke kesimpulan

cerita ke pada adanya plot. Sedangkan yang dimaksud dengan insiden

sampingan adalah insiden-insiden yang menyimpang dari sebab akibat

yang logis yang mengandung ide-ide sampingan, karena itu tidak

menunjang adanya plot (sukada, 1982 : 21).

Berdasarkan pada pengertian insiden tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa insiden adalah bagian peristiwa yang terkandung

dalam suatu cerita.

Selanjutnya, dengan berorientasi pada pengertian insiden tersebut,

maka insiden-insiden yang membentuk struktur cerita Putri Pucuk

Gelumpang dapat dikelompokkan menjadi 6 insiden pokok sebagai

berikut:

Inseden 1 :

Pada suatu hari sang Juragan hendak pergi berdagang, namun

sebelum berangkat ia berpesan kepada istrinya jika anak mereka seorang

Page 28: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

23

laki-laki agar membunyikan rantai perak, jika yang lahir perempuan

membunyikan rantai tembaga. Hal ini membuat sang istri menjadi terkejut.

Beberapa hari sepeninggal sang suami, perempuan itu pun melahirkan.

Sungguh malang, ternyata yang lahir seorang bayi perempuan. Karena

membayangkan bayi itu akan dibunuh oleh suaminya, akhirnya sang bayi

dibawa ke dalam hutan dan berhenti dibawah pohon gelumpang.

Perempuan itu meminta tolong kepada pohon gelumpang untuk

merawatnya.

Insiden 2 :

Untuk mengelabui sang suami, perempuan itu menangkap seekor

kambing untuk disembelih dan dijadikan gulai. Setelah itu dia

membunyikan rantai tembaga. Sang Juragan yang mendengar bunyi rantai

tembaga tersebut menjadi sangat kecewa karena itu pertanda anak yang

lahir perempuan.

Insiden 3 :

I Atas saran kedua pelayannya, ia pun segera pulang ke kampung

halaman dan menyembelih bayinya. Sesampainya di rumah, sang juragan

disambut oleh istrinya dengan mengatakan bahwa sang bayi telah

disembelih dan sudah dibuatkan gulai. Sang juragan beserta kedua

pelayannya sangat senang dan segera menikmati gulai tersebut. Namun

saat menikmati gulai tersebut terdengar bunyi cecak yang menyampaikan

pesan : “yang kalian makan bukan daging bayi, tetapi daging kambing”.

Berulang kali cecaktersebut mengatakan hal demikian kepada mereka.

Sang juragan dan kedua pelayannyacuriga dan segera menanyakan kepada

sang istri keadaan yang sebenarnya. Setelah mengetahui keadaan yang

sesungguhnya, sang juragan meminta sang istri untuk membawa pulang

anaknya untuk dibunuh.

Page 29: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

24

Insiden 4 :

Setelah itu sang istri menemui pohon gelumpang untuk membawa

pulang anaknya, kini anaknya telah tumbuh menjadi anak yang cantik.

Namun berulang kali dia menolak ajakan untuk pulang, dan akhirnya sang

juragan beserta kedua pelayan datang untuk menjemputnya. Saat sang

juragan berusaha untuk membawanya pulang, terjadi keajaiban setiap kali

sang juragan menyumpit anak itu. Daerah yang disumpitnya berubah

menjadi sebuah emas. Saat dibawa pulang, sang ibu membisik kepadanya

bahwa dia akan dibunuh oleh ayahnya.

Insiden 5:

Anak itu mencari akal untuk mengelabuhi ayahnya agar terhindar

dari maut dengan cara, ayahnya harus menyiapkan pohon pisang

disampingnya saat akan dibunuh. Saat akan membunuh sang anak, ternyata

anak tersebut menghindar dan akhirnya yang terpotong hanyalah batang

pisang tersebut. Setelah melihat kain tenunan yang tersangkut di

pedangnya, dia menyesali perbuatannya. Menyadari bahwa sang juragan

telah dihasut oleh kedua pelayannya, ia segera membunuh kedua

pelayannya dan kemudian ia pun bunuh diri.

Insiden 6:

Anak itu mencari akal untuk mengelabuhi ayahnya agar terhindar

dari maut dengan cara, ayahnya harus menyiapkan pohon pisang

disampingnya saat akan dibunuh.

Saat akan membunuh sang anak, ternyata anak tersebut menghindar

dan akhirnya yangterpotong hanyalah batang pisang tersebut. Setelah

melihat kain tenunan yang tersangkut di pedangnya, dia menyesali

perbuatannya. Menyadari bahwa sang juragan telah dihasut oleh kedua

pelayannya, ia segera membunuh kedua pelayannya dan kemudian ia pun

bunuh diri.

Page 30: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

25

3.3 Alur/Plot

Alur/ plot merupakan unsur terpenting dalam jajaran struktur cerita,

karena mampu mengemukakan apa yang terjadi dalam cerita. Luxemburg,

dkk, (1984: 149) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan alur/

plot adalah konstruksi yang dapat dibuat pembaca mengenai sebuah

deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan

dialami oleh para pelaku.

Alur adalah jalan cerita yang dilukiskan dalam suatu penceritaan

oleh pengarang cerita tersebut. Alur bertujuan untuk mendukung dan

menyimpulkan perjalanan logisnya suatu cerita hingga terjadi insiden

dalam sebuah cerita. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapatnya

Teeuw yang menyatakan, bahwa alur adalah semua urutan peristiwa cerita

rekaan yang secara sadar disusun selogis mungkin, sehingga rangka

tersebut merupakan rangkaian sebab akibat (dalam Suastika, 1985 : 51).

Apabila dilihat dari bentuknya, alur dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu alur lurus dan alur sorot balik (flasback). Cerita dapat

dikatakan menggunakan alur lurus apabila peristiwa ceritanya disampaikan

melalui urutan dari awal-tengah-akhir. Sedangkan cerita yang beralur

sorot balik (flasback), apabila urutan peristiwa ceritanya tidak seperti di

atas, melainkan akhir-tengah-awal, atau tengah-awal-akhir (Tim Fakultas

Sastra dan Kebudayaan UGM, 1981/1982 : 14 ).

Berdasarkan atas konsep tersebut, dan dilihat dari cara pengarang

menyusun kejadian-kejadian yang disajikan secara bertahap, sehingga

masuk akal dan jalinan ceritanya mudah dipahami oleh pembaca, maka

dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang ini menggunakan alur lurus, dimana

jalan ceritanya selalu digambarkan ke depan tanpa mengungkit

permasalahan dimasa lalu dengan urutan awal-tengah-akhir. Hal ini dapat

dilihat dari insiden-insidennya yang selalu berurutan dan saling

mendukung antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga alur lurus ini

sendiri dapat terlihat dengan jelas.

Page 31: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

26

Alur cerita dimulai dari kisah Diceritakan Diceritakan terdapat

seorang juragan yang memiliki dua orang pelayan yang bernama, Lesmana

dan Pedanelam. Kedua pelayan tersebut suka menghasut dan

mempengaruhi Tuannya, dan sang Juragan selalu mempercayainya. Sang

Juragan memiliki seorang istri yang sedang hamil tua.

Pada suatu hari sang Juragan hendak pergi berdagang, namun

sebelum berangkat ia berpesan kepada istrinya jika anak mereka seorang

laki-laki agar membunyikan rantai perak, jika yang lahir perempuan

membunyikan rantai tembaga. Hal ini membuat sang istri menjadi terkejut.

Beberapa hari sepeninggal sang suami, perempuan itu pun melahirkan.

Sungguh malang, ternyata yang lahir seorang bayi perempuan. Karena

membayangkan bayi itu akan dibunuh oleh suaminya, akhirnya sang bayi

dibawa ke dalam hutan dan berhenti dibawah pohon gelumpang.

Perempuan itu meminta tolong kepada pohon gelumpang untuk

merawatnya.

Untuk mengelabuhi sang suami, perempuan itu menangkap seekor

kambing untuk disembelih dan dijadikan gulai. Setelah itu dia

membunyikan rantai tembaga. Sang Juragan yang mendengar bunyi rantai

tembaga tersebut menjadi sangat kecewa karena itu pertanda anak yang

lahir perempuan.

Atas saran kedua pelayannya, ia pun segera pulang ke kampung

halaman dan menyembelih bayinya. Sesampainya di rumah, sang juragan

disambut oleh istrinya dengan mengatakan bahwa sang bayi telah

disembelih dan sudah dibuatkan gulai. Sang juragan beserta kedua

pelayannya sangat senang dan segera menikmati gulai tersebut. Namun

saat menikmati gulai tersebut terdengar bunyi cecak yang menyampaikan

pesan : “yang kalian makan bukan daging bayi, tetapi daging kambing”.

Berulang kali cecak tersebut mengatakan hal demikian kepada mereka.

Sang juragan dan kedua pelayannya curiga dan segera menanyakan kepada

sang istri keadaan yang sebenarnya. Setelah mengetahui keadaan yang

Page 32: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

27

sesungguhnya, sang juragan meminta sang istri untuk membawa pulang

anaknya untuk dibunuh.

Setelah itu sang istri menemui pohon gelumpang untuk membawa

pulang anaknya, kini anaknya telah tumbuh menjadi anak yang cantik.

Namun berulang kali dia menolak ajakan untuk pulang, dan akhirnya sang

juragan beserta kedua pelayan datang untuk menjemputnya. Saat sang

juragan berusaha untuk membawanya pulang, terjadi keajaiban setiap kali

sang juragan menyumpit anak itu. Daerah yang disumpitnya berubah

menjadi sebuah emas. Saat dibawa pulang, sang ibu membisik kepadanya

bahwa dia akan dibunuh oleh ayahnya.

Anak itu mencari akal untuk mengelabuhi ayahnya agar terhindar

dari maut dengan cara, ayahnya harus menyiapkan pohon pisang

disampingnya saat akan dibunuh. Saat akan membunuh sang anak, ternyata

anak tersebut menghindar dan akhirnya yang terpotong hanyalah batang

pisang tersebut. Setelah melihat kain tenunan yang tersangkut di

pedangnya, dia menyesali perbuatannya. Menyadari bahwa sang juragan

telah dihasut oleh kedua pelayannya, ia segera membunuh kedua

pelayannya dan kemudian ia pun bunuh diri.

Mengetahui ayahnya telah meninggal, anak tersebut menangis

namun juga bersyukur karena selamat dari ancaman maut. Akhirnya anak

tersebut hidup bahagia bersama ibunya, dan anak tersebut dinamai Putri

Pucuk Gelumpang yang artinya gadis yang dibesarkan di atas pohon

gelumpang.

Adapun kutipan-kutipan yang mendukung mengenai kejelasan alur

dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang ini, dapat dilihat kembali pada

insiden-insiden yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan

keberadaan alur tidak bisa terlepas dari insiden-insiden sebagai salah satu

jembatan peranta dalam hubungan sebab-akibat.

Page 33: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

28

3.4 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam suatu cerita mempunyai peranan yang sangat penting.

Tokoh beraksi dapat menimbulkan insiden serta menggerakkan alur cerita.

Apabila tokoh-tokoh dalam cerita dilihat dari segi wataknya, tidaklah

berbeda dengan manusia, dimana manusia dengan tokoh dalam cerita

sama-sama memiliki perwatakan yang berbeda satu dengan lainnya. Hanya

saja watak tokoh dalam cerita dibuat sengaja oleh pengarang agar

karyanya dapat menarik perhatian pembacanya.

Tentang hal tersebut lebih ditegaskan oleh Tarigan, bahwa

keberhasilan sebuah cipta sastra sangat tergantung pada kecakapan

pengarang menghidupkan tokoh-tokoh melalui imajinasinya. Seorang

pengarang tidak boleh memikirkan tokoh tersebut melulu sebagai potret

yang mati dan statis, tetapi hams memandang dan menyajikannya sebagai

hal yang hidup dan dinamis (1984 : 150). Sementara PanutiSudjiman

(1984 : 58) memberikan pengertian tentang tokoh adalah penciptaan citra

tokoh di dalam karya sastra. Penokohan menyiapkan atau menyediakan

alasan bagi para tokoh, mengapa ia melakukan tindakan-tindakan tertentu,

bagaimana sifatnya (Saleh Saad, 1967 : 123).

Di pihak lain disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan penokohan

adalah sifat-sifat pribadi tokoh (aktor) yang berperan atau bertindak atau

berbicara dalam hubungan alur cerita (Luxemburg, 1984 : 171). Apabila

dilihat dari cara pengarang melukiskan watak-watak tokoh ceritanya ada

dua cara, yaitu (1) dengan cara analitik, pengarang secara langsung

menganalisis watak pelaku melalui penceritaan, (2) dengan cara dramatik,

yaitu pengarang melukiskan watak seorang tokoh tidak secara langsung,

tetapi melalui : (a) lingkungan atau tempat sang tokoh, (b) dialog antar

tokoh-tokoh atau dialog tokoh lain tentang dia. (3) cara analitik yang

panjang dengan dua atau tiga kalimat dramatik atau sebaliknya (Lukman

Ali dalam Sukada, 1976 : 26).

Sebagai tokoh utama dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang adalah

Sang Juragan, Istri dan Putri Pucuk Gelumpang, yang dapat ditelusuri

Page 34: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

29

dengan cara : Pertama, dilihat dari hubungan antar tokoh, ketiga tokoh ini

berhubungan paling banyak dengan tokoh-tokoh yang lain, Kedua.

hubungannya paling banyak dengan masalah (pokok cerita), Ketiga, ketiga

tokoh ini mendapat forsi penceritaan paling banyak dari tokoh-tokoh yang

lain.

Sedangkan watak atau sifat yang dimiliki oleh ketiga tokoh ini

dilukiskan oleh pengarang secara analitik dan dramatik. Secara analitik

ketiga tokoh ini dilukiskan oleh pengarang secara berbeda. I Pudak

sebagai tokoh seorang yang sebenarnya baik namun cepat terpengaruh

hasutan tidak baik. Sang istri sebagai tokoh seorang ibu yang penurut

namun lemah dan memiliki akal. Putri Pucuk Gelumpang sebagai tokoh

yang raj in, penurut dan sangat penyayang. Berikut kutipannya:

Penggambaran watak tokoh sang Juragan:

mungkin aku tidak bisa menunggu kalhiran bayi kita karena hams

pergi ke perantauan untuk berdagang......(alinial7, hal 21)

jika lahir perempuan, aku harus berbuat bagaimana? (alinial 5 hal

20)

Penggambaran tokoh sang istri:

Apalah daya, perempuan itu pulang ke rumah dan menemui

suaminya. Melihat ia pulang sendiri, suaminya marah-marah. Dia disuruh

kembali membujuk anaknya. Maka perempuan itu mendatangi anaknya

pula di hutan (alinial 35, hal 25)

Penggambaran tokoh Putri Pucuk Gelumpang:

“Maafkan, ibu. Aku sibuk memintal kapas untuk kujadikan kain.

Nanti kalau kainnya sudah selesai, aku akan pulang dan

mempersembahkan kepada ayah tercinta.Sampaikan salam pada ayah....

“(alinial37, hal 25)

Page 35: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

30

Selain kedua tokoh diatas, juga ditampilkan tokoh-tokoh lain yang

turut menunjang timbulnya peristiwa dalam rangkaian struktur alur

ceritanya. Tokoh dimaksud adalah tokoh pembantu primer seperti

Lesamana dan Pedenelam. Terhadap tokoh tersebut, pengarang tidak

melukiskan gambaran wataknya secara rinci. Hanya saja disebutkan,

bahwa tokoh pembantu primer yaitu Lesamana dan Pedenelam ialah sosok

tokoh yang suka menghasut orang lain. Pohon Gelumpang hanya

dilihatkan sekilas dalam cerita ini. Pohon Gelumpang disini baik hati dan

penolong.

3.5 Latar

Latar atau sering juga dikenal dengan sebutan setting merupakan

patokan, atau gambaran dasar atas suasana ataupun keadaan yang

menunjukan saat terjadinya insiden-insiden. Sedangkan menurut Sukada

latar adalah salah satu unsur cerita yang berhubungan dengan tempat,

keadaan, dan waktu terjadinyaperistiwa dalam suatu cerita (1983 : 24).

Latar tempat:

Dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang ini, latar tempat yang

digunakan sebagian besar terjadi di rumah tokoh, namun pengarang juga

menghadirkan nama sebuah pulau dan tentunya sebuah pohon tempat gadis

tersebut tumbuh. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan berikut:

......Ayahmu sudah datang dari negeri perantauan. Dia

membawakan oleh-olehdari Negeri Pinang berupa tusuk sanggul

mas.....(alinial 27, hal 24)

Perempuan itu bergegas pergi. la menemui Pohon Gelumpang dan

menjumpai anaknya dipucuk sana sudah tumbuh menjadi gadis kecil nan

cantik rupa (alinial 24, bal 24)

Latar Waktu:

Page 36: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

31

Dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang, latar waktu juga tidak

diperlihatkan secara jelas oleh pengarang.

Latar Suasana:

Dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang, latar suasana yang

ditampilkan mendominasi suasana tegang dan mengharukan dimana saat

sang juragan mencari anaknya untuk mencari anaknya di atas pohon

gelumpang. Berikut kutipannya:

Sang Juragan memerintahkan kepada kedua pelayannya agar

membawa dua puluh bilah pedang yang sudah diasah tajam-

tajam.Sedangkan dia sendiri membawa lima bilah. Tak lupapula membawa

sumpit lengkap dengan anak sumpitnya.(alinial40,hal 25)

la menangisi ayahnyayang telah bunuh diri ......(alinial 59,hal 28)

3.6 Tema

Tema adalah gagasan ide atau pikiran utama dalam sebuah karya

sastra yangterungkap ataupun tidak (PanutiSudjiman, 1986: 74).Setiap

karya sastra baik itu berupaprosa ataupun puisi memiliki tema karena tema

merupakan suatu kepaduan pikiran antara pengarang dengan karyanya

yang diungkapkan dalam bentuk peristiwa-peristiwa sesuai dengan

pandangan hidup, pengetahuan, serta emosi yang dituangkan dalam

karyanya.

Adapun tema dari cerita ini sama dengan cerita I Tuung Kuning,

adalah keinginan seorang ayah yang tidak menginginkan kelahiran seorang

anak perempuan. Dalam cerita ini dijabarkan alasan seorang ayah yang

tidak menginginkan seorang anak perempuan karena perempuan lebih

banyak aturan dalam merawatnya.

3.7 Amanat

Amanat adalah suatu gagasan yang mendasari karya sastra; pesan

yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

Amanat akan selalu berkaitan atau menyentuh hati nurani pembaca, untuk

Page 37: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

32

menyadari atau menolaknya (PanutiSudjiman, 1986 : 6). Mursal Esten

memberi suatu pandangan, bahwa amanat yang baik adalah amanat yang

berhasil membukakan keyakinan-keyakinan yang luas dan baru bagi

manusia dan kemanusiaan (1987:23).

Di pihak lain disebutkan, bahwa amanat merupakan keseluruhan

atau isi suatu wacana ; konsep dan perasaan yang hendak disampaikan

pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar. Kesan pembaca

berbeda-beda, tergantung pada tiga faktor yaitu : (1) intuisi dan kepekaan

batin pembaca ; (2) persepsi pembaca ; (3) sikap batin pembaca yang

menunjukkan pandangan hidupnya (Kridalaksana dalam Sukada, 1987 :

89).

Pada cerita ini amanat yang ditampilkan sama dengan cerita I

Tuung Kuning, adalah mengenai keiklasan menerima kelahiran seorang

anak, apalagi anak tersebut adalah anak kandung kita sendiri. Apapun

anak kita nanti agar tetap diterima dan dipelihara dengan baik, karena

setiap anak pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Tergantung

bagaimana kita membesarkan dan mendidiknya.

Page 38: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

33

BAB IV

ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

(I TUUNG KUNING DAN PUTRIPUCUK GELUMPANG)

4.1 Analisis Persamaan dan Perbedaan

4.1.1 Analisis Persamaan

Kedua cerita rakyat diatas, yakni I Tuung Kuning dan Putri

PucukGelumpang, memiliki suatu persamaan, yaitu :

MOTIF

Yang dimaksud dengan istilah motif adalah unsur-unsur suatu cerita

(narratives elements). Motif teks suatu cerita adalah unsur cerita itu

menonjol dan tidak biasa sifatnya. Persamaan motif antara kedua cerita

tersebut adalah;

a) Keinginan seorang ayah yang tidak menginginkan anak perempuan.

Dalam cerita rakyat Bali (I Tuung Kuning), disebutkan bahwa

disini sang ayah tidak menginginkan seorang anak perempuan. Disini

sang ayah yang pergi untuk merantau menitipkan pesan kepada sang

istri yang sedang hamil, jika anak mereka laki-laki agar dirawat dengan

baik, namun jika perempuan agar dibunuh. Ini disebabkan pakiran dan

mereka yang menganggap anak perempuan lebih merepotkan. Pada

cerita rakyat Aceh (Putri Pucuk Gelumpang) juga memiliki motif yang

sama.

b) Pertumbuhan dari anak perempuan tersebut sangat baik

Kedua cerita rakyat ini, menceritakan pertumbuhan dari anak

perempuan yang tidak diinginkan oleh ayahnya ini sangat baik, artinya

mereka menjadi anak yang raj in, penurut dan berbakti. Hal ini bisa

dibuktikan, bahwa anak perempuan maupun laki-laki sama saja, kini

tergantung orang tua yang membesarkan dan mendidiknya sesuai

dengan kelebihan dan kekurangan sang anak.

Page 39: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

34

c) Seorang ibu yang lemah, penurut dengan suaminya namun punya

banyak akal.

Kedua cerita rakyat ini sama-sama menceritakan seorang ibu

yang lemah dalam arti ibu yang tidak berdaya melawan perintah

suaminya untuk mencari anak mereka yang diketahui masih hidup

untuk dibunuh. Namun ibu ini memiliki akal untuk melindungi

anaknya, meskipun akhirnya diketahui oleh suami mereka.

TEMA CERITA

Tema cerita adalah gagasan pokok, ide pikiran yang dituangkan

oleh pengarang dalam sebuah cerita. Kedua tema memiliki kesamaan yaitu

pikiran dari seorang ayah yang tidak ingin memiliki seorang anak

perempuan, karena anak perempuan dianggap lebih merepotkan.

4.1.2 Analisis Perbedaan

Kedua cerita di atas , I Tuung Kuning dan Putri Pucuk Gelumpang

selain memiliki persamaan tentunya juga memiliki perbedaan yaitu:

a) Bahasa

Kedua naskah ini tentunya memiliki perbedaan dari segi bahasa,

I Tuung Kuning menggunakan bahasa Ball sedangkan Putri Pucuk

Gelumpang menggunakan bahasa Indonesia. Sebenarnya mungkin

naskah ini menggunakan bahasa Aceh namun kali ini disajikan dengan

bahasa Indonesia.

b) NamaTokoh

Cerita dari I Tuung Kuning memiliki nama tokoh-tokoh yang

berbeda dengan nama tokoh cerita Putri Pucuk Gelumpang. Dari judul

ceritanya saja kita sudah mengetahui nama tokoh yang berbeda.

Misalnya dalam cerita I Tuung Kuning disini sang ayah bernama I

Pudak sedangkan dalam cerita Putri Pucuk Gelumpang bernama Sang

Juragan. Sang anak yang menjadi tokoh sentral bernama I Tuung

Kuning dan Putri Pucuk Gelumpang. Kedua naskah ini juga dari segi

Page 40: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

35

kehadiran tokoh memiliki perbedaan, pada cerita I Tuung Kuning

tokoh kedua pelayan tidak terdapat dalam cerita, namun pada cerita

Putri Pucuk Gelumpang hadir dua tokoh sebagai pelayan, yaitu

Lesamana dan Pedanelam.

c) Latar Tempat Cerita

Dalam cerita I Tuung Kuning tentunya latar yang digunakan

sudah pasti memiliki ciri khas tempat-tempat di Bali, seperti dalam

cerita ini ada kata-kata Puri kata ini berarti nama tempat kerajaan di

Bali. Sedangkan di cerita Putri Pucuk Gelumpang terdapat kata-kata

yang menyebutkan daerah sekitar Aceh, seperti Pulau Pinang.

d) Beberapa Insiden yang berbeda

Insiden yang berbeda yang dimaksud adalah adanya bagian-

bagian cerita yang berbeda yang ditampilkan kedua cerita ini. Seperti ;

pada cerita I Tuung Kuning, sang ibu setelah melahirkan membawa

anaknya ke nenek sang bayi, namun ari-arinyadikasik ayam, sedangkan

pada cerita Putri Pucuk Gelumpang sang ibu langsung membawa

anaknya ke hutan, dan minta tolong kepada sebuah Pohon Gelumpang

untuk merawatnya, dan mencari seekor kambing untuk dijadikan gulai

agar dapat mengelabui suaminya. Selain itu terdapat pula insiden yang

berbeda dari kedua cerita yaitu bunyi yang memberitahukan kepada

sang ayah tentang kejadian sebenarnya, seperti pada cerita I Tuung

Kuning, seekor ayam yang berbunyi sedangkan pada cerita Putri Pucuk

Gelumpang seekor cecak. Namun yang disampaikan sama, yaitu

menceritakn kejadian sebenarnya. Serta terdapat pula insiden yang

berbeda, yaitu pada saat sang ayah akan membunuh sang anak, pada

cerita I Tuung Kuning sang anak ditolong oleh bidadari dengan

menggantikannya dengan gedebong(batang pisang), sedangkan pada

cerita Putri Pucuk Gelumpang sebelum dibunuh sang anak mempunyai

akal, agar ayahnya menyiapkan batang pisang agar ditaruh

disampingnya, ia selamat karena berhasil kabur.

Page 41: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

36

e) Perbedaan Motif Cerita Akhir

Dalam cerita I Tuung Kuning, akhir cerita ia dinikahkan oleh

sang raja di daerahnya dan ayahnya menjadi seorang prebekel, namun

pada cerita Putri Pucuk Gelumpang ia tinggal bahagia bersama

ibunya,namun ayahnya telah bunuh diri.

f) Latar Belakang Sosial Masyarakat

Setiap daerah di Nusantara pastinya memiliki latar belakang

sosial yang berbeda begitu pula kedua cerita ini,memiliki sosial budaya

yang berbeda, sesuai daerah asal cerita. Yakni latar belakang sosial

masyarakat Bali dan masyarakat Aceh.

Demikianlah segi perbedaan antara cerita I Tuung Kuning yang

berasal dari Bali dan Putri Pucuk Gelumpang yang berasa dari Aceh.

Page 42: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

37

BABV

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan karya-karya sastra di

Nusantara memiliki kaitan yang sangat erat, baik dari bentuk yang naratif

(prosa) maupun dari segi isi cerita. Ini bisa terjadi kemungkinan

pengarang dari kedua cerita saling mengenal, salah satu dari mereka saling

mengidolakan sehingga karya sastra yang dihasilkan memiliki kemiripan

dari segi cerita. Pengaruh budaya luar yang masuk ke daerah tersebut juga

memiliki pengaruh kuat dalam karya sastra yang tercipta. Seperti cerita

rakyat “I Tuung Kuning dan Putri Pucuk Gelumpang” memiliki kemiripan

dari segi motif dan tema yaitu ketidakinginan seorang ayah memiliki

seorang anak perempuan. Ini masih terjadi pada masyarakat di daerah-

daerah yang memiliki sistem tradisi patrillinial. Namun kedua cerita

rakyat ini juga memiliki perbedaan yaitu baik dari bahasa, nama tokoh,

beberapa insiden berbeda yang terjadi, latar tempat cerita, perbedaan pada

motif akhir cerita, dan latar belakang sosial masyarakatnya. Untuk itu

sebuah kajian perbandingan nusantara perlu dilakukan terhadap karya

sastra lainnya di nusantara, agar kita dapat mengetahui berbagai bentuk

kebudayaan yang terdapat dalam cerita tersebut.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

a. Cerita rakyat sebagai sebuah karya sastra tradisional keberadaannya

perlu dilestarikan. Karena cerita rakyat seperti satua, dongeng, legenda

diciptakansebagai salah satu media pendidikan pada jaman dahulu. Hal

ini tak terlepas dari keberadaannya sebagai sebuah karya sastra,

dimana didalamya banyak dituangkan tentang nilai-nilai maupun

amanat-amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karya

Page 43: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

38

sastranya. Hal ini tentunya akan sangat berguna dalam kehidupan

masyarakat.

b. Sebaiknya karya sastra seperti cerita rakyat diperkenalkan secara luas

khususnya untuk masyarakat Bali, sehingga sedikit tidaknya dengan

mempelajari cerita, masyarakat menjadi tahu tentang keberadaan karya

sastra tradisional Bali.Sehingga dapat digunakan sebagai media

pendidikan generasi muda khususnya anak-anak.

c. Selain dilestarikan, karya sastra seperti cerita rakyat sangat perlu untuk

dipelajari secara lebih mendalam melalui penelitian-penelitian seperti

dalam peper ini dan tentunya perlu dikembangan secara luas, guna

memberikan suatu porsi yang luas pada karya sastra Bali, khususnya

Cerita rakyat.

d. Penelitian karya sastra dengan kajian perbandingan sastra agar lebih

ditingkatkan agar kita dapat menambah wawasan akan kekayaan karya

sastra di nusantara.

Page 44: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

39

DAFTAR PUSTAKA

Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesiakan

oleh Dick Hartoko. Jakarta: PT Gramedia.

Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986. “Pengantar Ilmu Sastra “. Jakarta: PT

Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta :

PT. Gramedia.

Sudjiman, Panuti, (ed). 1986. “Kamus Istilah Sastra”. Jakarta: PT

Gramedia.

Saad, M. Saleh. 1967. Chairil Anwar dan Telaah Kesusastraan (Sebuah

Catalan Kecil) dalam Bahasa Dan Kesusastraan Indonesia Sebagai

Cermin Masyarakat Indonesia Baru. Lukman Ali (ed.). Jakarta:

Gunung Agung.

Suastika.1985. “Kekawin Limbiwicitra Analisis Struktur dan Fungsi”.

Tesis S2. Yogyakarta : FaksasUniversita Gajah Mada.

Sukada, Made. 1976. “Masalah Sistematisasi Analisa Cipta Sastra”.

Denpasar : Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia

Bali (Lesibia).

,1982.MasalahSistematikaCiptaSastra.LembagaPenelitian

Dokumentasi FaksasUnud.

1983. Pendekatan Struktural Dalam Karya Sastra Modern.

Denpasar : Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia FS Unud.

Page 45: 1 LAPORAN PENELITIAN I TUUNG KUNING DAN PUTRI PUCUK …erepo.unud.ac.id/id/eprint/18063/1/2da8be58a59ba99fd7d1... · 2020. 7. 21. · Pudak, yang suka memotoh (berjudi dengan mengadu

40

1993. “Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika

Analisis Struktur Fiksi”. Bandung : Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. “Prinsip-prinsip Dasar Sastra”. Bandung :

Angkasa. Teeuw, A .1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori

Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya

1991. “Membaca dan Menilai Sastra”. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.