1. dinamika strukturalisasi wilayah sumatera...

15
BAB 5- 81NTE8E PENDEKATAN Sistem-sistem Teknik, Sistem-sistem Produksi dan Warisan Muriel Charras, Dominique Guillaud, Usmawadi Amir 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatan Dari daerah kaki gunung sampai ke daerah pegunungan dan dataran rendah. Dengan demikian tiga daerah geografis besar memungkinkan kami menggambarkan keadaan dan cara pemukiman pada abad-abad yang berbeda di masa lampau. Sekarang kami perlu melewati pembagian-pembagian ekogeografis ini untuk berusaha memahami apakah fungsi yang mungkin dimainkan oleh segenap wilayah terse but, dan alasan-alasan yang mendasari penduduk untuk lebih mengutamakan sebuah cara pemanfaatan dan lingkungan, daripada lainnya. Dua tema besar akan menllntun kami dalam pendekatan ini: di satu pihak, masalah bahan baku yang tersedia bagi sistem teknik, dan di pihak Iain, masalah pilihan-pilihan budaya dan sistem-sistem produksi yang dilakukan pada waktu yang berbeda-beda dan pada wilayah yang berbeda-beda. Bagian ini akan ditutup dengan analisis hubungan-hubungan terakhir antara tinggalan-tinggalan masa lampau, dan pembangunan identitas dan daerah masa kini. lIustrasi 27: Sketsa asal bahan baku di daerah Sumatera Selatan Sebua/1 Pendekatan Tekn%gi a. Zaman Batu: Pemusatan Pemukiman Di wilayah Sumatera Selatan, penggunaan alat yang relatif jarang ada dan sangat terlokalisir untuk memecah batu (Gambar 27) mengingatkan kami bahwa sebelum 2000 BP pemukiman-pemukiman manusia terpusat pada lapisan-Iapisan tanah yang mengandung bahan baku, sedangkan secara bersamaan pertukaran barang, yang membuka kesempatan untuk melepaskan diri dari ketergantungan ketat pada wilayah-wilayah sllmber batu, sekilas memperlihatkan penstrukturan paling di ni dalam ruang. Di daerah pegunungan, pada abad-abad sebelum zaman logam, kelangkaan bahan baku yang baik untuk dipotong dan dipoles (batu yang berasal dari gunung berapi tampaknya kurang cocok) mungkin telah mempersempit pemukiman. Hasil-hasil prospeksi yang tidak seberapa di situs-situs kuno, di sungai-sungai dan di gua-gua yang baik untuk ditinggali, dan juga petunjuk- petunjuk yang diberikan oleh penghuni-penghuninya, tampaknya menegaskan hal ini. Kelangkaan atau ketiadaan karst, yang mungkin terbenam oleh vulkanisme pada era kuarter, tidak memberikan ban yak kesempatan untuk memanfaatkan batu sedimenter seperti batu rijang, kalsedon, jasper, dsb. BENGKULU Daerah asal blJ' besl Daerah sedlmen :rljang Bangka V Daerah volkanik : obsidlan Meskipun demikian, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa pecahan langka dari batu vulkanis, berbagai artefak dari batu dipoles yang ditemukan di sana-siniolehpetani-petani, dan terutama seperti yang ditunjukkan oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Benua Keling Lama yang menghasilkan beberapa pecahan batu obsidian dan beliung dari batu dipoles, sebuah daerah pemukiman baru yang terlokalisir, dan didukung oleh peredaran bahan baku, bahkan alat, 71

Upload: leminh

Post on 06-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

BAB 5 - 81NTE8E PENDEKATANSistem-sistem Teknik, Sistem-sistem Produksi dan Warisan

Muriel Charras, Dominique Guillaud, Usmawadi Amir

1. Dinamika StrukturalisasiWilayah Sumatera Selatan

Dari daerah kaki gunung sampai ke daerahpegunungan dan dataran rendah. Dengan demikiantiga daerah geografis besar memungkinkan kamimenggambarkan keadaan dan cara pemukiman padaabad-abad yang berbeda di masa lampau. Sekarangkami perlu melewati pembagian-pembagian ekogeografisini untuk berusaha memahami apakah fungsi yangmungkin dimainkan oleh segenap wilayah tersebut, danalasan-alasan yang mendasari penduduk untuk lebihmengutamakan sebuah cara pemanfaatan dan lingkungan,daripada lainnya. Dua tema besar akan menllntun kamidalam pendekatan ini: di satu pihak, masalah bahan bakuyang tersedia bagi sistem teknik, dan di pihak Iain, masalahpilihan-pilihan budaya dan sistem-sistem produksi yangdilakukan pada waktu yang berbeda-beda dan padawilayah yang berbeda-beda. Bagian ini akan ditutupdengan analisis hubungan-hubungan terakhir antaratinggalan-tinggalan masa lampau, dan pembangunanidentitas dan daerah masa kini.

lIustrasi 27 : Sketsa asal bahan baku di daerah Sumatera Selatan

Sebua/1 Pendekatan Tekn%gi

a. Zaman Batu: Pemusatan Pemukiman

Di wilayah Sumatera Selatan, penggunaan alatyang relatif jarang ada dan sangat terlokalisir untukmemecah batu (Gambar 27) mengingatkan kami bahwasebelum 2000 BP pemukiman-pemukiman manusiaterpusat pada lapisan-Iapisan tanah yang mengandungbahan baku, sedangkan secara bersamaan pertukaranbarang, yang membuka kesempatan untuk melepaskandiri dari ketergantungan ketat pada wilayah-wilayahsllmber batu, sekilas memperlihatkan penstrukturanpaling di ni dalam ruang.

Di daerah pegunungan, pada abad-abadsebelum zaman logam, kelangkaan bahan baku yangbaik untuk dipotong dan dipoles (batu yang berasal darigunung berapi tampaknya kurang cocok) mungkin telahmempersempit pemukiman. Hasil-hasil prospeksi yangtidak seberapa di situs-situs kuno, di sungai-sungai dandi gua-gua yang baik untuk ditinggali, dan juga petunjuk­petunjuk yang diberikan oleh penghuni-penghuninya,tampaknya menegaskan hal ini. Kelangkaan atauketiadaan karst, yang mungkin terbenam oleh vulkanismepada era kuarter, tidak memberikan banyak kesempatanuntuk memanfaatkan batu sedimenter seperti batu rijang,kalsedon, jasper, dsb.

BENGKULU

Daerah asal blJ' besl Daerah sedlmen : rljang

Bangka

V Daerah volkanik :obsidlan

Meskipun demikian,seperti yang ditunjukkanoleh beberapa pecahanlangka dari batu vulkanis,berbagai artefak dari batudipoles yang ditemukan disana-siniolehpetani-petani,dan terutama seperti yangditunjukkan oleh hasil-hasilpenelitian yang dilakukandi Benua Keling Lama yangmenghasilkan beberapapecahan batu obsidian danbeliung dari batu dipoles,sebuah daerah pemukimanbaru yang terlokalisir, dandidukung oleh peredaranbahan baku, bahkan alat,

71

Page 2: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Folo 59: Mega/it, Tegur Wangi, Pasemah

Folo 58: Gua Pondok Si/abe 1 di daera/) karst Baturaja semu/a ekskavasi

telah ada sejak zaman Neolitik, meskipun pemukimanyang lebih sistemaUs dan padat di daerah pegununganbaru tiba bersamaan dengan munculnya logam. Jadi bahanbaku, langka, berasal dari luar, dan penggunaan alat daribatu dipoles yang telah ditemukan maslh harus ditentukan:apakah alat itu lebih digunakan untuk keperluan upacaradaripada keperluan biasa?

Ada hal yang penting untuk diperhatikan: padasaat melakukan berbagai diskusi, para informan daridaerah pegunungan (Pasemah) berpendapat bahwamasalah bahan baku memperlihatkan hubungan yangcukup sistematis antara besi dan batu. Hubungan antarakedua bahan ini dilakukan melalui perantaraan api, dankami sering memperoleh penje lasan bahwa dulu orangmembuat api dengan membentur-benturkan logam padabatu rijang; lagi pula batu rijang yang dlgunakan seringberasal dari beliung dari batu dipoles yang ditemukan olehpara petani di ladang atau kebun mereka. Sebenamyabeliung tersebut beberapa kali diperlihatkan kepada kamidengan nama gigi guru atau gigi guntur (istilah yang padaprinsipnya menunjuk pada beliung dari batu dipoles)dari pecahan-pecahan sederhana batu rijang, dari batukuarsa, dari kayu bersilikat. Selain daripada itu, sebuahcontoh "tambang besi kuno" yang disampaikan kepadakami ternyata merupakan sebuah pecahan besar batudari letusan gunung berapi. Mungkinkah secara simbolishal ini merupakan "besi zaman kuno"?

Juga perlu diselidîki apakah tidak ada semacamkesinambungan teknik dalam peralihan batu - logam,meskipun hanya dalam kesinambungan pendirlan pusat­pusat teknik. Di Masambulau misalnya (Kec. TanjungSakti, Pasemah Ulu Manna), wilayah yang mungkin dihunimengingat tersedianya, bahan baku batu yang berguna

,• 1

(batu rijang, namun masih harus dikonfirmasilagi mengenai ada-tidaknya dan mutu lapisantanah yang mengandung bahan tersebut ; danbatu kuarsa) juga merupakan salah satu dariempat pusat pembuatan barang dari besi selamamasa pra-pemukiman di daerah pegunungan.

b. Zaman Logam: Peredaran Besi

Dalam perjalanan melintasi Palembang- Ogan - Gumai - Pasemah - Bengkulu, ataudari hilir ke daerah pegunungan, perbincangan­perbincangan yang dilakukan dipusatJ<anpada masalah besl, proses pembuatannya,jalannya pertukaran, kemahiran yang bertaliandengan teknik ini dan asal-usul bijih besi atau

bahan baku tersebut. Masalah ini juga ditimbulkan olehketerangan tentang langkanya barang baku batu yangberguna di daerah pegunungan, yang membuat kamiberpikir bahwa pemukiman intensif mereka hanya dapatterjadi dengan tibanya zaman logam.

72

Page 3: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Masih di hilir, keterangan-keterangan yangdiperoleh di daerah Pasemah dan Gumai menunjukkanempat pusat pandai besi pada masa pra-pemukiman.Keempat kimpalan di daerah pegunungan itu ialah:Masambulau, Kimpalan Tungkam (wilayah Manna; dipropinsi Bengkulu), Sawa atau Rompayan Alam, danMekam (Gu mai) (Gambar 28). Kemahiran dalam menempabesi mungkin diperkenalkan dari Jawa. Masalah asal-usulbijih besi lebih sulit: mungkin hal ini berasal dari lapisantanah yang mengandung sulfur besi (pyrit) dan tembagadari formasi Hulusimpang untuk Manna dan Masambulau.Sebaliknya di Mekam, besi mungkin dibawa dari "GunungBue" di Pulau Bangka, pulau di mana kami benar-benarmenemukan pengerasan tanah yang mengandung besi,sehingga kami memperkirakan bahwa paling tidak padaperiode yang belum lama, terdapat hubungan erat dengankesultanan di Palembang.

Secara umum, keterangan-keterangan yangdiperoleh memungkinkan kami sedikitnya membedakandua pusat yang barangkali merupakan asal-usul besi:

daerah hilir dan pesisir dengan Pulau Bangka (danBelitung; bandingkan Court, 1821: 207) dan pengerasantanah yang mengandung besi, dan daerah pegunungandengan bijih besinya. Kedua pusat sumber besi ini [22Jsedikitnya dapat Illenggambarkan dua wilayah dandua tipe persedlaan yan batas-batasnya Illasih harusdijelaskan. Di antara kedua wilayah tersebut, keterangan­keterangan yang diperoleh di kaki gunung di bagian huluSungai Ogan menunjukkan bahwa penduduk teringatakan periode di mana alat yang dipergunakan bukan daribesi, tetapi dari bahan tUlllbuh-tumbuhan: para informanberbicara mengenai "penggaruk" yang dibuat dari pohonaren, dan dipakai untuk menggaruk tanah.

Juga perlu diperhatikan bahwa terdapat korpus yangsangat simbolis tentang lradisi lisan yang berhubungandengan industri-industri kuno, yang dapat dicatat dandianalisis: asal-usul tumbuh-tllmbuhan atau hewan yangdijadikan bahan "keris", cara pembuatannya yang tidakmemakai logam, dsb.

/lustras; 28: Lokasi tempat kimpalan (perbengkelan besi) di dataran ünggi daerah Sumatera Selatan

•, .., •, •, .. ....., ,

(~

j 1~ 1~

3

Zona gamping

Klmpalan.besi

[221 Ke!erangan-keierangan Iain menyebulkan adanya lapisan lanah yang secara leratur rnengandung besi di sekitar Prabumulih (di TalangSeleman, sampai 25 km). dan di propinsi Jambi saal ini . di Tembesi. di Bukil Rala/Air Pinang (28 km di sebelah bara! Sarolangull ) danluga di selalan Lampung, di Gunung Ralai.

73

Page 4: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

berhadapan lewat dua sultan yangbersaingan. Jaringan perdaganganpandai-pandai besi ini, yang secaraefisien terstruktur di seputarpembagian tugas, sejak pemesanansampai penyerahan barang, serta diseputar migrasl musiman yang diatur,kini meluas sampai ke Riau, Bengkuludan Jambi. Sejak akhir abad ke-19,perluasan ini dlmungkinkan berkattersedianya besi bermutu baik yangberasal dari saluran-saluran pipa danbenda-benda Iain yang dipungut dariladang-Iadang minyak yang terdapatdi dataran rendah dan dari anekaragam baglan mobil.

Foto 60: Tukang besi di Meranjat. Tanjung Laut (OKI)

Foto 61: Tukang Desi di Kepahiang, Lintang-Empat Lawang

Di hilir sungai, sebuah pusat pandai besi padazaman sejarah tampaknya menyebar di wilayah itu, yaitupandai-pandai besi di Meranjat (Tanjung Laut, Kab. OKI).Pandai-pandai besi Ini berada di bawah pengawasanSultan Palembang, dan terdapat di kota itu sendlri,sampai akhirnya tersisih sebagai kelanjutan konflikpada abad ke-19, ketika Inggris dan Belanda saling

74

Tampaknya besi merupakan sumber yang sangatlangka di wilayah tersebut (seperti juga di Jawa) danpaling sedikit pada abad ke-B, merupakan produk Imporyang sangat dicari orang, yang mengarah pada sumber­sumber dari Cina atau Arab. Adanya nekara perunggu didaerah pegunungan menunjukkan kehadiran metalurgisebelum waktunya, mungkin juga sebelum waktunya diJawa. Hal ini membuat kami bertanya-tanya tentang asal­usul sesungguhnya dari teknik pandai besi, yang mungkintiba dengan budaya Dong Son, dan datang dari Jawa.Terlebih-Iebih lagi karena situs pesisir Karang Agung(abad ke-4) yang pasti hanya hidup karena pertukaranbarang dengan dunia luar, telah menghasilkan banyakbenda dari besi.

Singkat kata, perbincangan-perblncangan danprospeksi-prospeksl yang sampai saat Ini dilakukanmemungkinkan kami untuk menonjolkan beberapadaerah teknil< sebagai hipotesa: daerah-daerahpegunungan tampaknya sejak lama telah mandiri dalamproduksi besi, kemahiran teknik mereka berasal dari"Iuar". Maslh di daerah pegunungan, wilayah Rejang­Lebong mungkin mernpunyai pandai-pandai besinyasendiri, dan telah mengembangkan pertukaran denganwilayah Pasemah. Daerah kaki gunung Bukit Barisanbarangkali belum lama mengenal besi. Sriwijaya dankesultanan Palembang merupakan sumber pertukaranyang terus berlanjut sampai sekarang. Masalah besi initampaknya penting sehingga kami mempertanyakanapakah pengawasan tentang persediaan besi bukanmerupakan alat utama bagi pengawasan politik diwilayah tersebut.

Page 5: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

C. Peralatan dari tumbuh-tumbuhan:Keluwesan Sistem-sistem Teknik

Kunjungan ke situs-situs yang ditinggalkan belumlama ini oleh para pemburu-peramu menjelaskan bahwaseiring dengan waktu, semua tinggalan pemukiman itucepat punah, sehingga membuat kami menilai bahwapemukiman-pemukiman ini "perlahan-Iahan lenyap". Jadiperalatan dari bahan tumbuh-tumbuhan tidakmeninggalkanbekas di pemandangan ataupun di tinggalan. Tetapi ada duahal pertama-tama, batu mutlak diperlukan pada beberapatahap pembuatan alal, yang dibuat dari bambu misalnya ;sampai saat ini hanya sedikit yang diketahui dari gabunganfungsi batultanaman. PadahaJ, beberapa mitos tertentumengambil gabungan ini (misalnya, pendudul< Rejangyang, sebelum adanya besi, "membuat keris dengan jari­jan mereka, lanpa menempa logam ilu dengan api, dari"bunga-bunga" yang keluar dari "nodulus-nodulus balu").Dengan demikian, pengamatan yang dilakukan dalambidang arkeologi seperti juga dalam bidang elnografimembuat kami menduga adanya kesinambungan teknik­teknik batu dan logam di satu pihak, yang dilengkapidengan teknik-teknik batll dan alat tumbuh-tumbuhan dipihak Iain, dan hal ini bahkan terjadi setelah datangnyazaman logam. Keterangan-kelerangan yang dikumpulkandi sana-sini di Siberut, di mana industri tumbuhan masihada sampai sekarang, menegaskan ha! ini.

Selanjutnya, walaupun di luar konteks parapemburu-peramu, terdapat beberapa tipe perkakasyang terbuat dari berbagai bahan turnbuhan, yang

Falo 62: Membuka biji kemlii dengan a/al ku/il bambu

digunakan sampai pada periode sebelum sekarang diSlimatera Selatan. Berbagai perkakas dari bambu untukmengumpulkan getah kemenyan masih dipergunakanhingga saat ini, di mana bagian dasarnya tertutup, bagiantengahnya dimanfaatkan untuk menampung getah kering,bagian atasnya dipisah untuk pegangan, dan bagianujungnya ditajamkan sebagai pisau untuk mengikistetes getah yang sudah kering yang mengalir dari lukayang dibikin beberapa bulan sebelumnya [23]. Akhirnya,

Falo 63: Getah kemenyan. Di sebe/ah kanan terdapat sepotonggetah bersih, dan di sebe/all kin ada/ah hasi/ getillJ yanglercampur dengan kotoran dari ku/il pO/IOn

bambu menjadi bahan dasar untuk menulis yang masihditemukan di dalam beberapa dokumen peninggalan(berbagai kisah, surat, penanggalan); dokumen ini, yangtahan sekitar duaratus tahun, pada umumnya disimpanoleh para penanggung jawab adat. Bentuk tulisan yangpaling banyak dipakai adalah jenis Ka-na-ga. yang

ditemukan di kisaran daerah dataran1inggi dari Lampung Selatan, sampai kedaerah Rejang, melalui dataran tinggidan pertengahan Sungai Musi (f010 64).

Berkaitan dengan lokasi bahanbaku yang didukung oleh sistempertukaranya, maka mereka dapatmembangun industri campuran antarabatu dan tetumbuhan di dalam hutan.Ini/ah asal mula penyesuaian, ataufleksibllitas sis1em eksploitasi daerahini, yang mengizinkan untuk melakukankegiatan perburuan, peramu dankemungkinan juga asal-usul l<egiatanpertanian.

[231 Teles ilu yang paling baik dan berharga (kanan di folo 31), akan tetapi bisa juga memukul manis bagian kulil pohon yang disakili supaya dapatkemenyan bulir kecil sekali (seper1i pecal1an kaca) yang lercampllr dengan kotoran Iain (Iumut). yang berkualitas kurang baik (kiri di (ota 31)

75

Page 6: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Foto 64: Tulisan Ka Na Ga di atas kulit kayu (disebut bedue dalam balJasa daera/l)Biasanya buku ini disimpan di rumah dalam kanlung plaslik dan bahan dasar tidak lallanlebih dari 200 talwn

Secara khusus dapat dikatakan bahwa pendekatanpenelitian kelompok pemburu-peramu mas pembagianruang dan waktu, memungkinkan kita untuk mendapatkaninti dari beberapa strategi adaptasi hidup di tengah hutan.Strategi itu berdasarkan atas persepsi dan pemakaian ruangsecara lembut (territorial fluidity), dimana ada tempat tetapuntuk peramu dan pemburu yang berubah sesuai denganirama musim, tetapi ada juga strategi dan tempat yangkhusus lIntllk menghadapi musim paceklik atau sITuasikrisis: seperti ruang lindung dengan persediaan yangkhusus. Irama yang berbeda memllngkinan keseimbanganantara kebutuhan dan persediaan.

Kasus masyarakat Siberut di satu pulau kecil agakberbeda, dan nampaknya merupakan sebuah alternatif daricara berproduksi berdasarkan budidaya padi. Penduduknyamemilih untuk bercocok tanam berdasarkan hortJkulturadengan dasar talas dan sagu, serta peternakan babi. Pilihanitu yang dimungkinkan 01eh lingkungan ekologi pulau itu(banyaknya rawa) serta berdasarkan ketersediaan lahanyang luas dan sumber hutan (kepadatan penduduk yangringan} mllngkin juga terkait dengan karakteristik sosial,yaitu sistem suku relatif tanpa pemimpin kelompok.

Pendekatan melalui Sistem ProduksiPertanian dan Pertukaran

Perlu diingatkan bahwa seluruh daerah yangdibahas merupakan "daerah tropis dengan kelembabantinggi" dengan satu musim kering yang pendek (duaatau tiga bulan) antara bulan Mei hingga September,curah hujan keseluruhan berkisar antara 2700 sampal

76

sedikit lebih dari 3000 mm pel' tahun.Beberapa sumber mencatat bahwacurah hujan dl dataran tlnggi lebihrend ah dan intensitas turunnya hujanlebih ringan dibandingkan di dataranrendah. Demikian pula curah hlljandi bagian selatan cekungan lebihsedikit daripada di bagian utara.Selain 01 eh pengaruh di atas tanah(erosi), mllsim hlljan panjang jugadapat memengaruhi penyimpanganproduksi pertanian. Perbedaan zonaagro-ekologi dibikin atas nilai tanah,dengan peringatan kualitas tanahbukan bergantung pada karakteristikfisik dan kimia, tetapi juga berubahbergantung kepada perkembanganteknik pertanian dan ketrampilan,permintaan produk yang tertentu dan

juga tingkat perhubungan (accessibility}. Setiap wllayahekologi di DAS Musi mempunyai wôktu yang tertentu(irama, batas, dan perpecahan) untuk penentuan nilai.Tingkat akses tampak sebagai salah satu faktor pentingdalam pembentukan wilayah budaya. Nanti kami akancoba memetakan wilayah budaya DAS Musi dengansemua variabelnya.

a. Ladang Sebagai Dasar Pertanian di DataranRendah

Tanpa melupakan ekonomi pemburu-peramu,sama dengan tahap hortikultura berdasar umbi-umbian(talas, dU.) dan sagu/rumbia (Metroxylon) , kita dapatmemikirkan bahwa sistem pertanian dasar pada prosespemukiman aliran Sungai Musi didasarkan pada ladang.Dengan singkat, sistem ladang adalah: pembukaansebagian hutan (sering sedikit kurang dari satu ha pel'keluarga} dengan pembabatan dan pembakaran kayu, lalusesudah paling lama dua musim tanam tanpa cangkul,lahan ditinggalkan selama beberapa tahun agar hutan dantanah kembali hampir utuh seperti semula.

Wilayah luas di dataran rendah dan daerahperbukitan di kaki gunung merupakan lingkungan hutanyang sulit untuk diolah secara permanen karena kualitastanahnya tidak begitu subur: sesudah dua kali tanamhasil panen akan turun sekali. Di tempat tersebut, sampaisekarang, petani masih berladang tetapi sejak lama merekamemperkaya ladangnya sebeJum ditinggalkan denganpohon yang berguna (buah-buallan, pohon bergetah, dU}.Sistem ladang berjalan sama dengan peramuan di hutansekitar ladang: g8tah, l'otan, madu. dan Iain sebagainya.

Page 7: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Ini merupakan sistem yang sangat adaptlf, sebagaimanayang dilihat dengan cepatnya respons petani ladang ataspermintaan pasar: karet pada awal abad ke-20, lada padasekitar awal abad ke-16, dan kapas, gambir, buah pinang,dan Iain sebagainya yang bahkan mungkin sebelumabad ke-16. Kita harus menunggu model pertanian yangditerapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda, yangkemudian dilanju1kan oleh Program Transmigrasi, untukmelihat perubahan agrosistem di dataran rendah denganteknik budidaya "moderen" yang berkembang di Jawa,seperti sistem irigasi pada tahun 1930-an, pembajakan,penggunaan pupuk dan Iain sebagainya. Walaupundemikian, kegagalan sementara dari pertanian tanamanpangan di tegalan (Iahan permanen kering) di MusimenunJukkan betapa cocoknya agrosistem Iradisional didataran rendah Musi.

Kalau sistem ladang membuat tingkat perpindahantinggi, kemungkinan besar pertanian di atas tanah renahdapat mengikat pemukiman secara permanen. Renahadalah tanah yang mengenal kebanjiran dan yang akanbebas dari banjir pelan-pelan mulai bulan April kalaucurah hujan mulai turun. Terdapat renah pada pematangrendah dari sungai, Iingkaran danau/empang dan rawa,lebak atau depresi tanah di belakang pematang sungai.Di tanah tersebut tanaman tahunan seperti padi, sayur,kapas, dapat tumbuh dengan subur karena terdapatsedimen baru setiap tahun.

Falo 65: Pondok di daerah Pasemah"5!li

~

""~ç;

b. Proses Keruwetan Antropo-s;stem d; DaerahDataran nngg;

Daerah dataran tinggi yang memiliki gunungberapi kelihatan baik untuk melakukan kegiatan pertaniansecara permanen. paling tidak pada zaman logam. Kajianmengenai posisi antroposistem pertama di sana masih sulituntuk dipastikan akibat kurangnya data-data paleobotanika.Berbagai penelitian kami difokuskan pada lokasi penemuandi Pasemah dan Lintang. Saat ini, pertanian di wilayahPasemah mirip dengan pertanian di wilayah datarantinggi gunung berapi lainnya di Nusantara yang termasukzona tropis yang lembab (dengan dua musim, kering danhujan, yang sama lamanya). Pertanian itu ditandai denganhampir punahnya aktîvitas berladang, diganti oleh sistemcampuran atas: persawahan dengan irigasi gravitasi,tegalan kering dengan sayur-sayuran dan palawija, sertakebun dengan penanaman jangka panjang (terutama kopidan karet). Kami bisa mendapatkan gambaran pertanianmasa lalu dari survei Belanda pada pertengahan abad ke­19, dan juga sedikit data pada abad sebelumnya dengancatatan mengenai pertukaran dan upeü dengan daerahpusat, yaitu Kesultanan Palembang. Tulisan-tulisan pertamamenunjukkan adanya sistem pertanian campuran antarapersawahan dengan sistem irigasi dan perladangan denganmembakar hu1an atau lahan aJang-aJang, produksi sepertikopi arabika di lereng gunung paling atas, serta sayur­sayuran. Luasnya padang alang-alang (Imperata cylindrica)yang menonjol pada waktu Belanda masuk di Pasemah(1866), menjadi pertanyaan sulit. Pada umumnya di

Nusantara, alang-alang ini dianggapsebagai tanda pemanfaatan tanahyang berlebihan (over exploitation)[24]. Te1api di dalam konteksgunung berapi, kami tidak dapatsepenuhnya mengabaikan efekdari berbagai fenomena vulkanis.Apabila hipotesis mengenaipemanfaatan tanah yang berlebihanternyata terbukti, maka hal tersebutberkartan dengan kepadatanpenduduk dan batas sistem ladangdalam konteks itu, yang juga dapatmemberikan penjelasan mengenaiperubahan pemandangan saat iniyang teru1ama disebabkan olel1pengaturan persawallan dan irigasi.

[24] Sehingal orang [ua di Pasernall lallan alang-alang dipingiran sUllgai adalall padang kerbau dulu: ditinggalnya disitu lampa pellgawasansesudatl selesai kerlaan disawah

17

Page 8: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

~.--------------------,

j;§s;;~

Foto 66: Sawah dan gundukan sisa kopi,desa Muara Payang. Pasemah

Hingga saat ini kami masih belum mengetahui kapanteknik pengairan sawah mulai di terapkan. Sastra lisanmenujukkan pengetahuan irigasi datang dari Jawa (sepertihalnya pandai besi), pada zaman kerajaan Majapahit (abadke-13 sampai ke -15). Tetapi bisa jadi teknik ini berasal darimasa sebelumnya [25]. Dalam evolusi pertanian kami harusmengakui bahwa inovasi pertanahan dan teknik bukansemua berasal dari daerah hilir Sungai Musi (pan13i timur),tetapi bisa juga datang dari daerah pesisir barat, atau daridataran tinggi di lItara, yaitu melalui daerah Rejang (yangberada pada keadaan agro-ekologis yang sama), Kerincidan daerah Minangkabau. Tanaman kopi mungkin dikenalterlebih dahlilu di bagian barat.

Pertanian di da13ran tinggi lainnya di hulu anakSlingai Musi memiliki ciri-ciri yang sama dengan diPasemah, walaupun tidak kompleks karena kepada13n tidaktinggi dan kondisi topografi tidak memungkinkan. Di daerahDanau Ranau (Komering Ulu), di mana terdapat bekas candi

(Jepara), sistem pertanian teratur dengan sawah danladang. Tegalan tidak berkembang di situ karena danaudikelingi oleh pegunungan dengan lereng tajam, tanpalembah yang berarti; sejak 13hun 1980 berkembang kebunkopi. Semen13ra diperkirakan hubungan antara daerahdataran tinggi lebih kuat dari hubungan dengan hilir di barat(pantai Bengkulu) atau di timur (pantai Palembang).

c. Sekitar Sriwijaya, Wilayah di bawah TekananBesar: Sagu dan Padi

Masalah keblltuhan pangan ibukota daerah Musimenjadi pertanyaan penting sejak awal penelitian ini.Sumber sejarah tldak pernah menyebutkan bahwa daerahdataran tinggi dapat menyediakan makanan secara regularkepada kesultanan. Hanya kalau beliau memerlukanbantuan penduduk ulu untuk mengadapi ancaman darilaut, mereka akan diminta untuk turun ke ilir denganmembawa bekal sendiri. Pada awal abad ke-19, penghunidi aJiran iengah sungai (dataran rendah) mengirim upetitahunan, termasuk padi te13pi tidak mungkin cukup untllkkeperluan pangan kota-pelabuhan yang ramai (Court,1821; Sturler, 1843). Beberapa sumber tertulis an13raabad 10 dan 14 menggambarkan Palembang sebagaidaerah subur dan penuh dengan benih. Dengan data ituki13 mulai dapat melakukan survei daerah sekitar yangterdiri dari tiga Iingkungan: zona tanah kering (bebas daribanjir) sebagai ujung antiklinarium, dan dua zona berawa,perairan payau/asin di hilir sungai, dan perairan tawar dihulu sungai.

Dari Palembang sampai muara Musi (sekitar 80km) terdapat rawa yang dipengaruhi pasang-surut airlaut setiap hari (tidal lowland). Di rawa ini terdapat jugagambut yang cukup teba!. Apabila wilayah itu merupakantempat pemburuan (terutama buaya), penangkap ikan danperamuan, kemungkinan sangat kecil bahwa daerah inicocok untuk perkembangan pertanian tanam pangan danpenghunian permanen pada masa lampau. Rawa tersebutmenjadi wilayah kerja orang Rimba dan orang Laut. Barusekitar 13hun 1950an dengan da13ngnya para migranBugls, yang mempraktikkan sistem pertanian pasang surutyang berasal dari daerah rawa Banjarmasin (Kalsel) [26].Sejak awal tahun 70-an. pemerintah Indonesia melakukanperombakan secara besar-besaran dengan teknik insenioruntuk menempati ribuan transmigran dengan sistem

[25] Perlu diingalkan bahwa sislem persawahan irigasi dikenal pada masyarakat Dong Son. Jawa juga mengenal system irigasi gravilasi palinglambal pada abad 5, dan kon\ak anlara Jawa dan kekuasaan di Musi dimulai jauh sebelum MajapahiL

[26] Mereka menggali paril dari aliran sungai sampai beberapa kilometer di pedalaman dan, kiri-kanan. di lahan pertanian di bangun pematangparaleluntuk tanaman kering. padi ditanam pada lobang diantaranya. Lihat Collier et al .. 1993.

78

Page 9: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

pasang-surut "teknik". Tetapi usaha ini berakllir dengansetengah kegagalan (terdapat satu musim tanaman padidengan hasil paling banyak hanyalah , ,2 ton gabah/ha).!tu mungkin cukup untuk membuktikan ketidakmungkinanpertanian pada masa lampau di daerah rawa asin.

Sehingga hanya tinggal daerah ulu Palembang didataran rendah atau di daerah berbukitan di antiklinal yangmungkin sebagai daerah pertanian tanaman pangan. Didaerah berbuk.it kami sudah melihat keterbatasan pertanianladang yang memungkinkan satu kali panen padi pel' tahundengan hasil yang jarang di atas , ,7 Uha, yang mencukupiuntuk keluarga petani tetapi tidak terdapat banyak kelebihanuntuk dikirim bagi penduduk kota. Ditambah lagi, dengankepadatan penduduk yang bertambah mengakibatkanrotasi ladang pasti terlalu pendek untuk regenerasi hutandan tanah, dan akibatnya hasil menurun drastis. Sekarangdaerah ini tidak mempunyai persawahan dan menurutpara arkeolog, sampai saat ini mereka tidak menemukanbukti apa pun yang berkartan dengan pengaturan air.

Di dataran rendah di hulu Palembang terdapat rawaair tawar (backwater atau backswamrtJ yang luas sekalipada waktu tingginya musim hujan (di antara 400 dan 500000 ha), tetapi mulai bulan April air mulai turun sampai naiklagi pada bulan Oktober-November. Pada puncak musimkering, daerah rawa menjadi hanya 5.000 ha luasnya.Rawa ini terjadi karena beberapa fenomena. Pertama aliranair Sungai Musi terpaksa berbelok ke selatan di sekitarSekayu-Teluk Kijing karena bertemu dengan antiklinal yangberjalan paralel dengan sisi pantai. Sungai Musi kemudianberbelok kembali ke arah laut pada suatu bagian rendah diujung antiklinal, tetapi air meluap karena saluran di tempattersebut terlalu sempi!. Tepat di lokasi itulah SriwijayaJ

Palembang berdiri. Ma Huan (1433) mengambarkanPalembang dengan "air banyak, tanah kering sedikrt" danseperti sumber Iain ia juga menyebutkan kesuburan tanahdan panen raya/mas. Sebelum Palembang, Sungai Musimendapat air dari Sungai Lematang (ulunya di Pasemah)dan tepat di belokan terdapat air dari anak Sungai Ogandan Komering. Semua sungai ini meluap pada musimhujan dan berdiri rawa yang umumnya disebut di Sumselsebagai lebak. Keunikan lebak Palembang disebabkanadanya sedimen yang berbeda dari beberapa sungai yangmengandung pH tinggi dan alkanin yang baik sekali untukkesuburan tanah.

Hipotesis yang sedang dikerjakan adalah: apakahlebak Sriwijaya/Palembang mendapat hasil padi yangbesar-besaran pada waktu lampau? Budidaya padilebak (foto 68) tidak memerlukan alat yang tertentumaupun pengaturan air da/am konteks cuaca di Sumse!.Lahan terendam air dan disuburkan oleh sedlmen yangdibawa pada setiap musim hujan oleh sungai sellinggamenghasilkan panenan yang baik sekali (Iebih dari 3 Uha). Penyemaian bibit padi bisa dimulai di dekat rumahatau di pinggiran lebak, atau bisa dengan menabur benihlangsung di tepi lebak yang baru bebas dari air (bulan April)dan yang sudah dibersihkan dari rumput dengan tangan;dan penanaman dilakukan terus seperti itu mengikutiturunnya air. Tetapi budidaya rtu beresiko: pertama di bulanMei hujan lebat bisa saja kembali turun, air lebak akannaik kembali dan membanjiri tanaman awal (resiko kecil);kedua kalau musim kering terlalu kering (tanpa hujan)atau/dan terlalu panjang, yang ini merupakan resiko besarkarena lahan berada di pinggiran lebak, sehingga sampaidi kedalaman akan menjadi keras seperti batu, dan panenakan musnah [27].

Foto 67 & 68 : Tanaman di tanah re/ebak. Air mu/ai surut " semai sudah siap dan akan ditanam /agi bertahap da/am /umpur endapanyang subur

!

[271 Pelani lebak sekarang mengalakan bahwa kegagalan ilu biasa lerjadi seliap 4alau 5 tahun. tetapi kadangkala Iidak lenlU.

79

Page 10: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Sebuah sumber dari Cina pada abad ke-13menyebutkan tindakan penting: raja hanya dapatmemakan sagu, jika tidak, kekeringan akan melandalebih lama dan mereka akan kekurangan biji (padi).Tabu ini mungkin menggambarkan kelemahan sistemtanaman pangan di daerah lebak karena masa keringyang panjang tidak membahayakan panen padi ladang.Kegagalan panen menjadi beneana untuk pusat karena,antara Iain, kapal dapat memilih untuk berlabuh di Iaintempat.

Tabu itu juga menarik perhatian tentangkepentingan sagu/rumbia. Lingkungan PalembanglSriwijaya memang cocok untuk pohon Metroxylon yangsuka tumbuh dengan kaki basah (bukan rawa dalam),dengan kata Iain tumbuh di pinggiran lebak. Sekarangpohon sagu/rumbia jarang terlihat di sekitar Palembangtetapi masih dapat ditemukan di kaki bukit Seguntang,tempat ditemukannya banyak area dan kepingangerabah dari masa berdiri Sriwijaya. Terigu sagu pastimemillki peran penting pada awal sejarah pelabuhanini [28]. bukan hanya untuk penduduk kota tetapi juga

Foto 69 : Sebuah rumah di daerah Pasemah

karena bisa dlbawa di kapal sebagai bekal yang tahanlebih dari satu bulan kalau masih basah.

Dengan penelitian yang sedang dikerjakan atasteknik pertanian, peta lebak lama, sumber dari Cina,Arab dan Belanda, sejarah lisan tentang asal-usul benihpadi atau pohon sagu, penemuan arkeologis (terutamakanal, batu merah yang mengandung fosH padi), sertasejarail padi rawa di daerah Iain [29J akan mungkinmemperkuat hipotesis baru tentang persediaan makananpangan di Sriwijaya. Sementara diperkirakan, pada awalberdiri situs Sriwijaya, penduduk dan kapal mendapatbahan makanan dari pohon sagu, lalu dllengkapidengan padi lebak, sampal kemudian kehabisan pohonsagu [30]. Kemungklnan besar sistem pertanian padilebakl padi renah dapat mencakup wilayah yang lebihluas daripada sekitar ibukota [31 J. Kami juga sedangmeneliti akibat dari sistem pertanian itu untuk petanilebak, yang kemungkinan besar diatur ketat oleh rajasetempat Mereka tinggal tidak jauh dari pusat, di suatulingkungan yang sulit karena selalu basah, dan merekabertanggungjawab bagi persediaan yang pentingsekali untuk menunjang ekonomi dan politik kerajaan.

Dengan kata Iain kemungkinanbesar penduduk ini tidak bebas, ataudipaksa.

Singkat kata, perpaduan padilebak dan sagu adalah suatu elemenyang dapat menbenarkan lokasiberdirinya kerajaan Sriwijaya. Berkatkemandiriannya dalam bidangpangan, Sriwijaya dapat menandingikekuatan kerajaan di Jawa (yangpada saat yang tertentu merupakanpenyedia utama beras bagi sejumlahkerajaan di Nusantara) dan pusatkekuasaan musuh lainnya.

[28] Di pelabuhan/kerajaan Iain juga di zona trapis sangat basah. termasuk pulau Bomeo (infOlmasi dari Bernard Sellalo).

[29] Sepeni temuan penelitian arkeologi di Angkor Borei. Fox J & Ledgerwood J (1999)

[30J Lain dari bahan makanan (Iermasuk biskuil kerinQ dan terigu unluk bikin empek-empek dulu) semua bagian dari pohon sagu berguna: daunherlahan lebih lama dari daun nipah sebagai alap rumah, dlbuat sebagai las unluk mengangkut makanan dan binalang ; balangnya lanpadaun di pakai untuk pagar dan ijuk dipakai sebagai saringan Budidaya sagu tergambar pada penelilian di Papua. Maluku dan oleh penelitiprogram ini di Luwu (Sulsel). Kila dapat bertemu dengan petani di Palembang yang menggambarkan semuanya.

[31] Pada wal<lu sekarang padi lebak lidak dihargai dan diperhalikan. Diperkirakan awal dari penanaman padi di lokasi tersebul sebagaiperkembangan luas kebun karel (awal abad 20) yang mengurangi areal la[lang. Pada tahun 80an dikerjakan proyek sislem drainase/irigasiteknik yang mengakibalkan perubal1an pH dan semua areal percobaan Illenjadi lahan terlanlar sampai sekarang.

80

Page 11: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Kemapanan danVariasi Penghunian Manusia

a. Di Dataran Tinggi

Selalu terdapat faktor-faktor tetap yang terlihat dipemukiman manusia, baik di situs-situs di ladang guei, dibenteng dan di situs-situs yang didirikan sebelum masakini. Sftus-situs yang paling banyak terpilih terletak didaerah pertemuan dua sungai, oleh karena tempatnya yangmampu memberikan perlindungan selain juga mengawasilalu-tintas yang dilakukan melalui jalan air (Tangge lVIanik,Kunduran). Namun apabila keadaannya tidak demikian,situs itu dapat bersifat sangat defensif. Benteng TanjungTapus, situs lama Pelang Kenidai, terfetak menjorok ditempat tinggi dan mengawasi kedua lembah yang beradadi sekelilingnya. Sftus Benua Keling Lama juga terletakmenjorok di atas. Benteng Dusun Buruk (Belumai) terdiriatas dua baris parit. Ladang-Iadang guei di Muara Betungdan Kunduran, dan juga di Muara Payang, juga terletakdalam konteks yang sama: lahan yang landai, di dekatdaerah pertemuan antara dua sungai. Seeara umum, kamidengan mudah dapat melaeak kembali model pemukimankuno melalui pertalian yang sangat mungkin terjadi antaradaerah-daerah pemukiman, pekuburan dan kegiatan.

Berdasarkan faktor-faktor tetap daJam pilihanuntuk mendirikan pemukiman, kami mengamati bahwasitus-sltus yang sama secara cukup sistemalis telahdigunakan kembali oleh pemukiman-pemukimanyang bergantian mendiaminya. Benua Keling Lamamemberikan contoh yang jelas: pada tempat yang sama,berdampingan atau tumpang tindih, terdapat sekaligussebuah pemukiman neolitik, sebuah pemukiman Iaindari zaman logam, sebuah benteng, dan sebuah tempatmakam. Gejala yang sama juga dapat diamati di Belumai,di mana "makam-makam Rejang" di dua situs yangberbeda, telah dipisahkan oleh benteng di Dusun Buruk.Di Kunduran, di beberapa are terdapat sebuah ladangguei, sebuah benteng dan desa yang sekarang. Tumpangtindihnya pemukiman menyebabkan kami tidak sajameneliti tinggalan-linggalan dari satu pemukiman saja,tetapi dari beberapa pemukiman di situs-situs kuno.

Kekacauan terbesar pengaturan manusiadftimbulkan oleh serbuan mendadak budaya luar yangdatang memutuskan faktor-faktor tetap pemukiman­pemukiman ini. Penjajahan Belanda mewajibkan

perdamaian di antara daerah-daerah yang berpenduduk,melakukan penghematan biaya yang bertujuan untukmengawasi, memanfaatkan, dan mengatur pemukjman­pemukiman tersebutdi sekeliling sistem yang berhubungandengan jalan. Begitu tidak ada jalan yang melewatinya,maka pemukiman-pemukiman lama dilinggalkan. Skemapemukiman dalam ruang berubah secara radikal.

b. Di Dataran Rendah: Kemapanan TepianSungai /Pertanian, Komunikasi, Mobilitas

Daerah dataran rendah yang luas adalah wilayahdi mana terdapat perpaduan dua jenis dunia: kehidupandi antara dua aliran sungai (interfluve) yang dihunioleh masyarakat orang Rimbalpemburu-peramu, dandaerah pinggiran sungai yang dihuni oleh masyarakatpetani yang bergantung kepada sistem ladang karenalingkungan tidak memberi kemungkinan Iain (kesuburantanah dan musim kering pendek). Sungai merupakan jalurkomunikasi yang penting sekali pada saat itu, dan masihbisa dibayangkan hingga sekarang walaupun semuatelah berubah Jalan darat yang dibangun pada waktupemerintah Belanda sering melalui sungai dan kadang­kadang menggabungkan dua aliran sungai: sehinggaterdapat penambahan satu jaringan tanpa menghapusyang semula. Jaringan penghunian yang mengiklfÜjaringan sungai tetap dapat dilihat dan memiliki karakteryang kuat sepanjang waktu (tropisme).

Di semua desa yang terletak di tepi sungai, mitosmenyebutkan asal-usul yang berupa satu migrasi. Yangpallng banyak terjadi dari hilir ke hulu [32]. Namunkadangkala disebut migrasi dari daerah hulu ke hilirsungai, yang antara Iain, dapat diartikan sebagai: 1.dinamika pertanian dan kepadatan penduduk, 2. tandapertukaran antar penduduk di semua daerah hulu, dan3. strategi menjauhi kontrol dari pusat. Migrasi hulu-hilirditemukan juga dalam kumpulan legenda penduduk lokal,yang merupakan transkrip ulang dari buku kulit kayudengan huruf ka na ga, yang berisi eema perkembanganklompok Muslim pada abad ke-14 sampai abad ke-15(Yani et al., 1980)

Penearian lahan baru umumnya dilakukan disepanjang garis sungai. Desa baru terbentuk (baik darisebagian atau seluruh desa lama atau oleh pendatang baru),untuk mendekati ladang baru yang dibuka atau karena situsdesa tua sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali(pematang sungai sudah 10l1gsor, kebakaran, wabah

[321 Hal ini mungkin ada kailan dengan istilah ke laul. unluk menunJukan arah dari clalaran ke sungai. kadang kala arah ke sungai illi sendiri.

81

Page 12: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

•. ,----__- __...--------::::i,..,.__-__r----,--=

~

penyakit atau bencana Iain). Tet3.pi tempat baru selalu Mal<lebih jauh dari dua-tiga kilometer dari tepi sungai. Daerahantar-sungai jarang dihuni oleh kelompok petani ladangdan tetap menjadi daerall yang cukup eksklusif bagi paraorang Rimbalpemburu-peramu, terutama di bagian utaraDAS Musi. Perubahan proses pemukiman dimulai padaabad ke-2D dengan pembukaan lahan besar-besaran yangdidorong oleh pemerintah (transmigrasi dan perkebunanbesar), sering dengan pendatang dari luar (transmigrasi danmigrasi spontan dari Jawa).

Dinamika masyarakat pedesaan membualterciptanya skenario ideal yang menggambarkanperkembangan proses pemukiman para masyarakat petani.Pada umumnya beberapa keluarga akan membuka ladangbaru di hutan yang belum pernah dibuka, di luar jangkauanpulang-pergi ke dusun lama (nama desa di Sumsel) dalamsatu hari kerja; bisa dekat sungai atau di pedalaman. Padaawalnya tempat itu merupal<an pemukiman musiman padawaktu lanam sampai selesai panen. Kalau kondisi situsmemungkinkan (dalam arti tanah, luas, dan posisi cukuppotensial untuk menjadi ramai) perumahan akan menjadipermanen dan kampung kecil itu sering di sebut talang[33]. Dengan pertambahan keluarga (perkembangan dariperintis asal dan penerimaan pendatang) tempa1 itu akanmenjadi satu dusun yang tetap tetapi mempunyal ikatankhusus dengan dusun lama. Ini adalah gambaran dasar,

Faro 70 : Rakit di daerahBayung Lincir. Di beberapakota kecil te/api ramai. rumahrakit masih berbaris di /episungai. Sering. penghuninyamerupakankeluargapendalangdari /empa/lain di Sumsel

namun sebenarnya, bukan hanya potensi pertanian dankepadatan penduduk yang mendorong proses pemukiman.Beberapa faktor Iain pun mempengaruhi, seperti mobilitasmusiman dalam satu atau beberapa tahun, sistem keluarga,keturunan dan warisan. Contohnya pada keluarga Semendodi daerah dataran tinggi di selatan Pasemah. Meskipunkelompok keluarga cenderung untuk menjadi perintisdengan membuka lahan baru di luar wilayahnya (dulumenuju ke hilir, sel<arang mereka membuka hutan jauhdi dataran tinggi Lampung); namun mereka (yang pergikarena tidak mendapat warisan tanah) mempunyai tujuanakhir kembali ke daerah asal dengan uang secukupnyauntuk membeli sawall.

Beberapa elemen alam tertentu merupakan faktorpendukung menetapnya pemukiman dalam ruang, sepertihaillya untuk pertanian sawah dengan irigasi sederhanadan tanah renah (pematang sungai yang rendah, lebak,beJokan sungai yang sedang dalam proses mati) semuaadalah tanall subur yang bisa ditanami setiap tahununtuk menjadi lahan permanen. Untuk lokasi pemukimanumumnya mereka mencari pematang tinggi yang bebasdari banjir, keadaan satu bagian sungai yang lebar (Iubuk)untuk mandi dan cuci, dekat atau di persimpangan muarasebagai situs pertahanan atau untuk menambah wilayahpertukaran, tidak hanya dalam arti pertukaran barangtetapi juga Ilubungan masyarakat. Paling tidak, pemukiman

[331 ,A,rti ltlin unluk talang di daerilh yang lTIengalami banii[ adalah \anall yang lidak lergenang, di mana penduduk bisa bermunkjm dan bertani.

82

Page 13: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

harus berdiri di satu segmen sungai yang memungkinkanterjadinya hubungan dengan dusun Iain dengan rakit. Kitamelihat di lapangan semakin hulu anak sungai, semakinkuat identrtas kelompok.

Gambaran dasar proses pemukiman ini bisaditemukan pada dunia Melayu di tempat Iain di pantai timurSumatera, Semenanjung Malaka dan Bomeo. Sering kaliberdasarkan cerita dari penjelajah Eropa yang pertamamemasuki daerah dapat diketahui bahwa pertemuandengan orang Melayu umumnya terjadi di sepanjangsungai yang bisa dijangkau dengan perahu kecil, kemudiandi hulunya baru bertemu dengan mereka yang disebutsebagai "orang asli".

Dapat diperkirakan bahwa pertambahan kekuasanpusat kerajaan ke peclalaman te~adi melalui pengawasanmuara anak sungai besar yang Illembuka daerall yangmendapat hasil produksi yang penting untuk perdaganganmaritim (kemenyan, mas, lada, kapas dll). Muara (dan jugasegmen sungai yang sulit untuk hubungan utama [34])menjadi titik-berat dari jaringan yang tergambarkan olehaliran Sungai Musi. Tetapi sistem ini cukup kompleks karenasetiap lembah terkait dengan lembah Iain dalam satu DAS,bahkan juga dengan lembah dari daerah aliran sungaiyang Iain melalui jalan setapak. Oleh karena itu, Ilubungandengan urutan tingkatan belum pasti hanya dari hilir kehulu tetapi juga pada arah sebaliknya, dan kemungkinanbesar, masyarakat satu lem bah bisa memainkan atas duapusat kekuasaan. Kemungkinan besar keberadaan sistemjaringan terkontrol oleh pusat pelabuhan tidak begitu tua.Pada zaman Sriwijaya perpindahan pusat antara MusilPalembang dan Batang Hari/Jambi mungkin merupakantanda adanya kesulitan pengawasan terhadap ruang.

Kami dapat mengllubungkan besarnya pemukimandengan lokasi di jaringan perllUbungan sungai: titik-beratadalah tempat singgah yang merangsang pertumbuhanjumlah penduduk. Di desa persimpangan muara (yangdahulu sering disebut sebagai 51kap [35] )terdapat beberapaaktivitas seperti pangkalan, gudang, pasar, bengkel kapal,dll. Selllua ini mendorong cliversiflkasi penduduk di pusatkegiatan itu (adanya pedagang, buruh, pande besi, dll.)yang terdiri dari penduduk lokal atau pendatang dari luar.Pada waktu kesultanan yang terakhir, ketua sikap diangkatoleh pusat kekuasaan Palembang, tetapi kemungkinan

berasal dari wilayah sekrtar muara supaya melempengkanhubungan dengan penduduk yang memproduksi bahanyang berada dalam monopoli sultan.

2. Warisan: Oua Adat Kebiasaan padaMasa Lampau

Sebuah aspek yang menurut hemat kami tidakdapat dihindarkan dalam penelitian kami adalah menilaiapakah makna penting yang terdapat dalam tinggalanarkeologi, atau secara lebih umum, yang terdapat padamasa lampau dan maknanya bagi masyarakat masakini. Bahkan menurut kami, pendekatan ini memberipertanggungjawaban atas petaruhan-petaruhan yangditalllPilkan saat ini oleh arkeologi dan rekonstitusi­rekonstitusi masa lampau, dan melalui hal itu juga,memungkinkan kami menilai jangkauan penelitian yangdiperuntukkan bagi tema-tema ini secara orisinal.

Kami telah sempat melakukan analisis semacamitu di dua daerah. Pemikiran-pemikiran masa lampau yangtelah dapat diungkapkan, dengan jelas menyingkapkanberbagai strategi yang dikembangkan oleh masing-masingkelompok manusia yang kami teliti, dan sedikit banyakIllenutupi sejarail sampai kegunaannya yang masihaktual dewasa ini [36]. Barulah pada akhirnya di daerallpegunungan, di mana masih ada benda-benda zamandahulu dan masih terpelillara keseimbangan pemukimanmanusia, tinggalan-tinggalan masa lampau benar-benarmenjadi tempat berpijak bagi wilayah dan identitas. Tetapibahkan dalam proses-proses ini, peralatan masa lampautampak jelas. Melalui referensi yang dibuat di Jawa(melalui kerajaan Majapahit) dalam bidang inovasi teknik(pengenalan metalurgi dan penggarapan sawah yangberirigasi) di Pasemah, kami terutama melihat bahwareferensi semacam itu merupakan alat identifikasi bagipemukiman yang datang dengan tokoll Atung Bungsu.

Masa Lampau yang "Hilang":Masyarakat di Sepanjang Aliran Sungai Dgan

Contoh yang paling jelas dari logika ini, yangmengawali sejarah sebuah kelompok pada saatkedatangannya di sebuah wilayah, diberikan oleh lembah

[34] Seperfi acliinya IJJlli-baluar! \,ang rn ,rnai<sa Il3rang diplndahkan uilfi ';alu pi:;f<1IHi ~e [JOldl1 J 1,IInflya

[35] Sebuah islilah yang sama sekilli kehildngan makllilllya pada rnasa kinl IClapi DlilSi/l dl emukan sellagai nal11i:l cmpal (manJd dlau uesa)

[361 Sebuail cOlllol1 Iain ortr! pemungulan kembali masa lampau dalam konle~;s globalisas; dibûlikan oletl penggulI,:!a1 ndl11a Sriwijaya secaraumum Iii wllayah Palembal Q Conloll ifll dil<embang"an olet) Manguin 12000(;)

83

Page 14: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Folo 71 : Sebuah rumal!di daerah Ogan

Sungai Ogan. Di sana, kelompok-kelompok manusiayang sebagian besar baru tiba (masyaral<at animis yangsebagian datang dari hulu, dari daerah pegunungan, dansebagian lagi dari hilir) saat ini banyak mendiami desa­desa di sepanjang Sungai Ogan, dan menyingkirkanmasyarakat-masyarakat yang sudah lebih dahulu tinggaldi tempat itu. Masyarakat yang terdahulu ini, yangsebagian menetap dan sebagian lagi berpindah-pindah(pemburu-peramu), hanya meninggalkan sedikit bekasdari kehadiran mereka (selain tinggalan yang masihada di endapan-endapan gua atau di situs-situs yangberada di permukaan dan yang tidak dapat diperkirakantanggalnya). "Monumen-monumen" satu-satunya yangbiasanya didirikan orang di dataran rendah berasal dariperiode Hindu, dan berhubungan dengan penandaanpolitik dan wilayah yang kurang berasal dari masyarakatsetempat itu sendiri, dan lebih berasal dari sebuah pusatyang kurang lebih jauh jaraknya. Pendatang-pendatangbaru menyebarkan tanda-tanda pengenal mereka yangtidak menyolok di dalam ruang: makam-makam nenek­moyang. namun seringkali tanpa nama atau tanpa sejarahyang jelas, tempat suci yang terletak di antara dua aliransungai, atau di bawah pohon beringin yang sangat besar.

Masayarakat yang sudah menetap dan berakarini, yang dengan demikian tinggal di sana dalam periodebelum lama ini, menyampaikan "tradisi-tradisi" lisanterpenting yang dapat dikumpulkan orang saat ini. Namunpemukiman yang bercampur-baur inl tidak memungkinkankami mengenali referensi identitas yang khas. Sebaliknya,kami mengamati keanekaragaman "tradisi-tradisisetempat" yang singkat. Tradisi-tradisi yang campur-aduk

84

ini semakin membuktikan tumpang-tindihnya desa-desayang sedikit banyak membentuk gabungan di antaramereka, sesuai dengan skema marga yang berdasarkanwilayah, dan bukan berdasarkan identitas setempat yangsemakin pami dengan berjalannya waktu dan dibangunberdasarkan referensi asal-usul yang menggabungkanklan-klan yang terkait dengan tokoh pendiri (AtungBungsu / Serunting Sakti) seperti yang terdapat di daerahpegunungan.

Masa Lampau Sebagai Petunjuk: Masyarakat diPasemah dan di Dataran Tinggi

Sejumlah tinggalan disebutkan oleh pendudukdaerah pegunungan saat ini apablla mereka membicarakanmasa lampau mereka, beberapa tinggalan lainnyamenjadi bagian dari dekor pemukiman manusia namuntidak dimasukkan dalam tradisi lisan. Tinggalan megalitikmisalnya, tidak disebutkan dalam tradlsi lisan klan-klanPasemah, namun seperti kami lihat, telah dihubungkandengan tokoh Serunting Sakti, yang telah disebut namanyaoleh beberapa kelompok.

Beberapa tinggalan lainnya, seperti makam­makam, merupakan petunjuk yang penting. Sebagianbesar desa yang diteliti saat ini telah meninggalkan tempatsemula, yang selalu berada di sebidang tanah yang lebihtinggi dan menjorok di atas aliran sungai. Mereka telahdipindahkan atau pindah ke jarak yang cukup berarti padasaat penjajahan Belanda, sebagai kelanjutan pemusnahandesa, atau demi kepraktisan tempat, untuk lebih mendekatke jalan di mana sejak saat ini komunikasi terselenggara

Page 15: 1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatanhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · sana-siniolehpetani-petani, ... dengan teknik ini dan asal-usul

Folo 72:Contohmakampuyang, OganUlu

Folo 73:Contohmakampuyang,Un/ang

dl sekitarnya. Jadi haJ ini merupakan gejala yang cukupluas antara lingkungan abad ke-19 dan tahun 1930-an,selama seluruh lahap penempalan dan penyusunan ruangoleh penjajahan Belanda.

Perpindahan desa-desa ini dapat melokalisirbanyak situs-situs lama di mana beberapa di anlaranyamemiliki satu alau beberapa gundukan yang disebulsebagai makam. Gundukan-gundukan ini merupakankuburan dari nenek-moyang yang mendirikan silus-situsini (makam puyang). DaJam kenyataan, pada saat kamipergi mencari makam-makam para pendiri ini, yangselalu dikeramalkan di desa-desa masa kini, sering kalikami dapat meLokasi sltus-situs lama desa-desa Itu. Didesa-desa yang lampaknya tidak meninggalkan tempatsemula (Lubuk Sepang, dan mungkln Sawa dan LubukTabun, yang lelah dapat pindah hanya ke jarak yangsangal dekal), makam nenek-moyang pendiri desa beradadi desa sendiri.

Perbincangan-perbincangan yang sudah dllakukanlelah menguatkan penlingnya tanda-tanda wilayah saalini, yang terdiri atas makam-makam nenek-moyangpendiri lama di desa pegunungan dan kaki gunung.Selain daripada itu, di tingkat daerah pegunungan, dapatdigambarkan hierarki makam da/am ruang dan waktu. DiOlak Mengkudu, di daerah Lintang, penduduk desa yangdikenal sebagai "yang paling lama" di daerah ilu pertama­lama menunjuk pada puyang mereka yang makamnyalerlelak di Tebing Trnggi, di tepi Iain sungai, di lempat desalama mereka berada Tetapi mereka juga mengeramatkan

makam nenek moyang yang lebih jauh lelaknya. Oua harisebelum perbincangan dilakukan, mereka baru kembalidari ziarah di makam Serunting Sakti, puyang desa PelangKenidai. dari mana mereka berasal. Begllu juga di PadangBindu (Oganl, makam pendiri Adji Bekurl benar berada dipinggir desa, di lempat lama desa tersebul berada, tetapipenduduk yang sekarang selalu menunjuk pada makamasli "puyang Adji" di wilayah Muara Oua di mana merekaberasal, dan di mana mereka masih memlliki hak ataslanah lersebut.

Dengan demlkian penandaan wilayah yangmempergunakan makam-makam menggambarkan hierarkiwaktu-ruang anlara desa-desa di daerah pegunungan.Di dasar hierarki ini lerdapat kedua tempal pendiri yangditandai oleh makam Serunting Sakti dan Atung Bungsu.Makam Serunting Sakti merupakan tempat ziarah bagisemua penduduk yang berasal dari klan Semidang, yangtelah menyebar sampai ke Untang (Tebing Trnggi).

Sedangkan makam-makam "kelas dua", yangberasal dari pemukiman-pemukiman pertama ini, hinggakini masih merupakan longgak penling bagi sejarahpemukiman. Dengan kedalaman kronologis yang berbeda­beda, desa-desa menyimpan memori rute pendudukmereka, yang ditandai oleh makam-makam para pendiriyang juga merupakan penanda-penanda wilayah. Rulemakam-makam ini merupakan landa-tanda penling bagiidentitas dan perjalanan kelompok-kelompok tersebut, danmembenluk hierarki tempal dalam ruang-ruang budayayang kurang lebih homogen.

85