1 digilib its ac id

12
EVALUASI IMPLEMENTASI PENGUKURAN K-3 PADA AREA KERJA BOILER #20 (Studi Kasus di Proyek Pembangunan PLTU “X”, Jawa Tengah) R. Handa Bagus Putra, Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi, MT, Adhitya Sudiarno, ST., MT Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 E-mail: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga munculnya dan tidak dapat dihindari, namun dapat dicegah melalui usaha preventif. Permasalahan kecelakaan kerja saat ini tidak hanya terjadi pada industri saja namun terjadi pada setiap sektor termasuk pembangunan proyek konstruksi. Pada pembangunan proyek konstruksi dalam skala besar, evaluasi berkala terhadap penerapan K-3 melalui suatu pengukuran (measurement) yang dilakukan dalam empat tahapan. Tahapan pertama pembuatan root cause analysis dari tiap kecelakaan kerja yang terbagi dalam tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Tahapan kedua adalah pembuatan kuisioner berdasarkan tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan prosedur, bangunan fasilitas dan perlindungan pekerja serta pengolahan kuisioner untuk mendapatkan nilai prosentase. Tahapan ketiga adalah pembuatan score for ergonomic dan K-3 dari hasil prosentase ke tiga kategori tersebut dan didapatkan hasil sebesar 56.42%. Dan keempat adalah pendesainan nilai score for ergonomic K-3 melalui radar chart dan tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK), dimana dari hasil pengolahan masuk pada level enam yang dikategorikan dalam kondisi kritis dan dengan segera membutuhkan perbaikan. Kata kunci: Root Cause Analysis (RCA), Kuisioner, Radar Chart, Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK) ABSTRACT Work accident is unprecedented event and couldn’t be avoided, but could be prevented through periodic preventive actions. Work accident problem nowadays not only occurred on the industry but also on the entire sector including construction project site. On the large scale construction project building, continueted evaluation of K-3 (Safety and Work Health) implementation by measurement used four steps. First step of work accident wash using Root Cause Analysis (RCA) which included three categories minimum, medium and maximum. Second step wash giving quisioner based on three categories management policy and procedure, facilities building and labor protection and also quisioner for procentage value achievement. Third step wash creating score for ergonomic from the procentage result of its categories were given 56.42% in result. In the end step this study used value designed of score for ergonomic K-3 by radar chart and table work implementation state (TIK), which its results has categories on level six in critical situation and needed correction of performance immediately. Keywords: Root Cause Analysis (RCA), Quisioner, Radar Chart, Table Work Implementation State 1. Pendahuluan Ergonomi dan K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yaitu peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek ini memberikan rasa aman yang dapat mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan karyawan kepada perusahaan, yang berujung kepada motivasi dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman di lapangan yang menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih saja terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus (comply) audit Sistem Manajemen K-3/SMK3 (Yassierli, 2008). Pendekatan ergonomic dan K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang merupakan bagian dari ergonomi adalah bertujuan untuk melakukan evaluasi ergonomi pada lini perusahaan/area kerja, dimana hasil dari evaluasi yang didapat diberikan suatu

Upload: tiara-ayu-dwilistyaningsari

Post on 12-Aug-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

EVALUASI IMPLEMENTASI PENGUKURAN K-3 PADA AREA KERJA BOILER #20

(Studi Kasus di Proyek Pembangunan PLTU “X”, Jawa Tengah)

R. Handa Bagus Putra, Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi, MT, Adhitya Sudiarno, ST., MT Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

E-mail: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

ABSTRAK Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga munculnya dan tidak dapat dihindari, namun dapat dicegah melalui usaha preventif. Permasalahan kecelakaan kerja saat ini tidak hanya terjadi pada industri saja namun terjadi pada setiap sektor termasuk pembangunan proyek konstruksi. Pada pembangunan proyek konstruksi dalam skala besar, evaluasi berkala terhadap penerapan K-3 melalui suatu pengukuran (measurement) yang dilakukan dalam empat tahapan. Tahapan pertama pembuatan root cause analysis dari tiap kecelakaan kerja yang terbagi dalam tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Tahapan kedua adalah pembuatan kuisioner berdasarkan tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan prosedur, bangunan fasilitas dan perlindungan pekerja serta pengolahan kuisioner untuk mendapatkan nilai prosentase. Tahapan ketiga adalah pembuatan score for ergonomic dan K-3 dari hasil prosentase ke tiga kategori tersebut dan didapatkan hasil sebesar 56.42%. Dan keempat adalah pendesainan nilai score for ergonomic K-3 melalui radar chart dan tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK), dimana dari hasil pengolahan masuk pada level enam yang dikategorikan dalam kondisi kritis dan dengan segera membutuhkan perbaikan.

Kata kunci: Root Cause Analysis (RCA), Kuisioner, Radar Chart, Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK)

ABSTRACT Work accident is unprecedented event and couldn’t be avoided, but could be prevented through periodic preventive actions. Work accident problem nowadays not only occurred on the industry but also on the entire sector including construction project site. On the large scale construction project building, continueted evaluation of K-3 (Safety and Work Health) implementation by measurement used four steps. First step of work accident wash using Root Cause Analysis (RCA) which included three categories minimum, medium and maximum. Second step wash giving quisioner based on three categories management policy and procedure, facilities building and labor protection and also quisioner for procentage value achievement. Third step wash creating score for ergonomic from the procentage result of its categories were given 56.42% in result. In the end step this study used value designed of score for ergonomic K-3 by radar chart and table work implementation state (TIK), which its results has categories on level six in critical situation and needed correction of performance immediately.

Keywords: Root Cause Analysis (RCA), Quisioner, Radar Chart, Table Work Implementation State

1. Pendahuluan Ergonomi dan K-3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yaitu peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek ini memberikan rasa aman yang dapat mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan karyawan kepada perusahaan, yang berujung kepada motivasi dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman di lapangan yang menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K-3 (Keselamatan dan Kesehatan

Kerja) sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih saja terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus (comply) audit Sistem Manajemen K-3/SMK3 (Yassierli, 2008).

Pendekatan ergonomic dan K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang merupakan bagian dari ergonomi adalah bertujuan untuk melakukan evaluasi ergonomi pada lini perusahaan/area kerja, dimana hasil dari evaluasi yang didapat diberikan suatu

2

rekomendasi-rekomendasi kebijakan dalam perbaikan sistem kerja. Melalui studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai langkah awal yang signifikan bagi perusahaan dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan kerja, yang pada akhirnya akan membawa suatu dampak peningkatan produktivitas pekerja (“Ergonomics is economics”). Pendekatan yang dapat dilakukan melalui evaluasi pengukuran adalah melalui bentuk-bentuk penilaian yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diantaranya adalah penggunaan alat bantu dalam penanganan material, perbaikan prosedur kerja, usulan pengaturan shift kerja yang baru, usulan batasan dalam pengangkatan beban, perbaikan layout kerja, perbaikan alat dan mesin kerja, serta perbaikan lingkungan kerja.

Dalam pembangunan proyek konstruksi percepatan PLTU “X” terdapat risiko yang besar, dimana dalam pembangunan proyek risiko terbesar terjadi di awal pembangunan proyek, sedangkan mendekati akhir pembangunan proyek risiko yang dihasilkan menjadi semakin kecil (Santosa, 2003). Berdasarkan identifikasi awal di lapangan didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh adalah kebijakan manajemen perusahaan seperti pengaturan shift kerja dan lembur. Faktor lain ialah kesadaran dan inisiatif dari para pekerja untuk mematuhi aturan baik saat berada di area kerja, maupun saat mengoperasikan mesin atau alat sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedur). Penelitian ini mencoba memberikan sebuah solusi kepada pihak manajemen perusahaan melalui suatu penilaian secara ergonomi terhadap area kerja Boiler #20, di mana Boiler merupakan tempat untuk menghasilkan uap yang berasal dari serpihan batu bara untuk memutar turbin. Proyek PLTU “X” merupakan salah satu proyek percepatan pembangunan energi 10.000 MW di Indonesia dengan intensitas pekerjaan yang padat serta jumlah total pekerja yang bekerja di Boiler #20 sebanyak 743 orang, dimana dari intensitas yang padat akan menyebabkan risiko yang tinggi pula salah satunya ialah kecelakaan kerja yang terjadi pada bulan Januari 2009 sampai awal Februari 2009 mencapai 19 kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang sering terjadi adalah iritasi mata akibat terkena debu gram yang terbang saat menggrinding, dimana pekerja tersebut akan meninggalkan pekerjaannya untuk di bawa ke

kantor kontraktor (PT. Wasamitra Engineering) dan diberikan pengobatan serta mengisi form kecelakaan kerja.

Pada penelitian ini, hasil dari evaluasi pengukuran K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di area Boiler #20 akan terlihat apakah berada pada nilai (score) yang aman atau memerlukan solusi-solusi perbaikan serta hasil dari nilai (score) dapat diimplementasikan pada pembangunan area Boiler #10 setelah pembangunan Boiler #20, dan dapat juga diimplementasikan pada pembangunan PLTU lainnya di area kerja yang sama.

Adapun tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko ergonomi pada area kerja Boiler #20.

2. Menyusun prioritas terhadap masalah ergonomi berdasarkan kondisi existing.

3. Memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan sudut pandang ergonomi pada area kerja Boiler #20.

Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Perbaikan kualitas kerja yang akan membawa dampak positif pada produktivitas dan kualitas kerja.

Adapun ruang lingkup dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah data kecelakaan kerja yang digunakan adalah data kecelakaan pekerja selama pembangunan Boiler #20. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tidak ada perubahan dalam sistem penerapan K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di PLTU “X”.

2. Metodologi Penelitian 2.1 Tahap identifikasi Tahap ini dijelaskan mengenai tahapan dalam meng-identifikasi permasalahan yang ada di dalam perusahaan dan kerangka umum penyelesaian masalahnya.

1. Identifikasi Masalah Pada tahap ini menentukan topik

penelitian serta masalah yang akan diangkat dan diteliti.

2. Perumusan dan Tujuan Penelitian Perumusan masalah yang akan dicari

pemecahannya yaitu menjaga kestabilan

3

proses dan meminimasi waste pada proses produksi Header TS di Bay 7.2 sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas proses produksi. Kemudian setelah mempunyai suatu permasalahan yang akan diteliti, ditentukan juga tujuan penelitian yang akan dilakukan.

3. Studi Pustaka dan Studi Lapangan Tahap penelusuran referensi yang dapat bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitian yang telah ada sebelumnya, serta studi tentang perusahaan yang diteliti untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

2.2 Tahap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pada tahap ini dijelaskan tentang tahapan

pengumpulan dan pengolahan data dari permasalahan yang ada di dalam perusahaan. Untuk pengumpulan dan pengolahan data menggunakan pendekatan pengukuran K-3 yaitu kuisioner yang disebarkan kepada para pekerja, dimana sampel yang diambil menggunakan persamaan Krejcie dan Morgan.

2.2.1 Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan dan akan menunjang dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain : • Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan brainstorming dengan supervisor lapangan dan wawancara langsung serta menyebarkan kuisioner yang terdiri dari tiga kategori yaitu kebijakan manajemen prosedur, bangunan dan fasilitas dan perlindungan pekerja, kemudian disebarkan kepada para pekerja dengan mengambil sampel dari jumlah populasi keseluruhan menggunakan persamaan Krejcie dan Morgan.

• Data Sekunder Data Sekunder yang akan menunjang penelitian tugas akhir ini antara lain adalah data historis yang digunakan untuk data pendukung lainnya seperti data kecelakaan kerja, penerapan SMK3 perusahaan serta APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan.

2.2.2 Pengolahan Data Tahap pengolahan data ini terdiri dari dua

langkah awal dalam pengukuran K-3. 1. Pengolahan Hasil Kuisioner

Setelah kuisioner awal sebanyak 30 yang disebarkan kepada para pekerja, maka dilakukan uji validitas dari tiap pertanyaan untuk melihat apakah pertanyaan tersebut layak untuk ditanyakan serta melakukan uji reliabilitas dari seluruh pertanyaan. Dalam menentukan jumlah sampel yang diambil menggunakan persamaan Krejcie dan Morgan. Hasil jawaban kuisioner yang telah disebarkan kepada para pekerja akan direkap dan diolah untuk mendapatkan bobot, dimana nilai dari bobot akan dikonversikan ke dalam bentuk prosentase untuk mendapatkan score/nilai yang akan dimasukkan ke tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK) untuk melihat apakah masuk ke dalam kategori atau level merah, kuning ataukah hijau dan akan dibuat ke dalam radar chart dari tiap-tiap kategori yang ada di dalam kuisioner. Selain itu pengolahan yang lain adalah dari data kecelakaan kerja yang telah dikumpulkan, digunakan metode root cause analysis untuk mencari akar penyebab dari kecelakaan kerja.

2. Pendesainan Nilai (Score) Di tahapan pendesainan nilai (score) adalah dengan membuat tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK), dimana pada tabel ini terdapat enam level mulai dari level 1 untuk kondisi aman dan nyaman sampai dengan level 6 yang menggambarkan pada kondisi kritis. Pada tabel ini terdapat dua kategori yang menjadi penilaian, pertama adalah melalui tingkat kecelakaan yang terjadi di area kerja Boiler #20 sedangkan yang ke dua adalah tingkat implementasi yang diperoleh dari hasil pengolahan kuisioner yang terlihat pada tiap kategori.

2.3 Tahap analisis dan perbaikan Tahap analisis data terbagi menjadi dua

tahap, adapun kedua tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Analisis dan Interpretasi Data Analisis data yang dilakukan adalah:

• Analisis terhadap hasil rekapan pengisian kuisioner oleh para pekerja.

• Analisis Root Cause Analysis (RCA) dari tiap-tiap kategori kecelakaan kerja.

4

• Analisis hasil nilai score ergonomic yang meliputi radar chart dan Tabel Implementasi Kecelakaan (TIK). Analisis kecelakaan kerja dengan membandingkan dari tiap ketegori.

2.4 Tahap Simpulan dan Saran Pada tahapan ini, akan dilakukan proses

penarikan simpulan dari semua tahapan yang dilalui serta untuk menjawab tujuan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang dilalui untuk melihat hasil dari pengukuran terhadap area kerja Boiler #20. Selain itu nantinya hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada pembangunan PLTU lainnya pada area kerja yang sama (Boiler) serta saran-saran kepada perusahaan dan juga untuk penelitian selanjutnya.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1. Define

Pada tahap ini dijelaskan mengenai tahapan pengumpulan dan pengolahan data dari permasalahan yang ada pada area Boiler #20. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 3.1.1. Identifikasi Area Boiler #20

Gambar 3.1 Area Boiler yang Dibangun

Gambar 3.1 gambar dari keseluruhan area Boiler yang akan di bangun, dimana Boiler yang dibangun adalah Boiler buatan China (Dongfang Boiler Group.CO) dengan kapasitas terpasang 2X300 MW. 3.1.2. Data Tingkat Kecelakaan Kerja

Data-data kecelakaan kerja di area kerja Boiler #20 adalah melalui hasil dokumentasi kecelakaan kerja yang terjadi selama proses pembangunan Boiler #20 (± 7 bulan) seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Kecelakaan Kerja

Berdasarkan data incident yang terjadi

selama pembangunan Boiler #20, berikut adalah rekap data yang telah diolah ke dalam bentuk kolom chart yang terlihat pada gambar 3.2, 3.3 dan 3.4 berdasarkan kategori kecelakaan kerja.

0

5

10

15

20

25

30

Mata terkena gram 

Tangan Tertancap paku

Terpeleset area kerja 

yang licin 

Tangan tergores kena 

Grindra 

Kepala lecet 

terbentur material

Jumlah 28 6 2 2 3

Data Kecelakaan Kategori Ringan

Gambar 3.2 Data Kecelakaan Kategori Ringan

02468

1012

Tangan Terjepit Mesin dan 

jarinya putus

Luka bakar 

mengenai wajah

Luka lecet dan 

memar di jari 

sebelah kanan

Jatuh terpeleset 

dan kepala terluka terkena material

Kepala robek 

terbentur material akibat 

terpeleset

Jumlah 11 3 1 2 1

Data Kecelakaan Kategori Sedang

Gambar 3.3 Data Kecelakaan Kategori Sedang

00.51

1.52

Kaki terlindas Material (besi) dan menyebabkan …

Meninggal dunia akibat 

jatuh dari ketinggian ± 12 M

Meninggal dunia karena 

tersetrum pada saat erection …

Meninggal dunia 

kejatuhan crane dan pipa yang diangkat …

Series1 2 1 1 1

Jumlah Kecelakaan

Data Kecelakaan Kategori Berat

Gambar 3.4 Data Kecelakaan Kategori Berat

3.1.3. Root Cause Analysis (RCA) dari Tiap Kategori Kecelakaan Kerja

5

Dari hasil identifikasi melalui data kecelakaan berdasarkan tingkat kategori kecelakaan kerja, kemudian dicari akar penyebab mengapa pekerja berperilaku tidak aman ataupun kondisi area kerja yang tidak aman dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA). 3.1.3.1. Root Cause Analysis (RCA) Kategori Kecelakaan Kerja Ringan Berikut tabel-tabel dibawah ini adalah Root Cause Analysis (RCA) berdasarkan kategori kecelakaan kerja ringan. ⇒ Root cause tangan pekerja tertancap paku

Tabel 3.2 Root cause Tangan Pekerja Tertancap Paku

Variabel Unsafe dari Tangan Pekerja Tertancap Paku

WHY 1

Tidak menggunakan APD (sarung tangan)

WHY 1

Banyak material

sisa berseraka

n WHY

2 Tidak

nyaman menggunaka

n APD

Lupa WHY

2

Tidak ada tempat khusus untuk

material sisa

WHY 3

Tidak terbiasa dan mengurangi

gerak

Habis merokok APD tidak

dipasang lagi

Dari root cause diatas, diketahui bahwa root cause tangan pekerja tertancap paku dikarenakan selain tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sarung tangan karena tidak terbiasa dan mengurangi gerak/aktivitas saat bekerja, pekerja saat merokok APD (Alat Pelindung Diri) dilepas dan lupa tidak dipasang lagi serta selain itu tidak ada tempat khusus untuk material sisa. 3.1.3.2. Root Cause Analysis (RCA) Kategori Kecelakaan Kerja Sedang Berikut tabel-tabel dibawah ini adalah Root Cause Analysis (RCA) berdasarkan kategori kecelakaan kerja sedang. ⇒ Root cause tangan terjepit mesin dan jarinya

putus

Tabel 3.3 Root cause Tangan Terjepit Mesin dan Jarinya Putus

Variabel Unsafe dari Tangan Terjepit Mesin dan Jarinya

Putus WHY

1 Tidak menjalankan SOP

WHY 2

Tidak menggunakan APD (sarung tangan)

WHY

2

Tidak terlalu paham betul dengan isi

SOP keseluruhan

WHY 3

Jika menggunakan sarung tangan

mengganggu aktivitas

Dari root cause diatas, diketahui bahwa root cause tangan terjepit mesin dan menyebebkan jari putus adalah tidak menjalankan SOP (Standard Operation Procedur) dikarenakan tidak terlalu betul dengan isi SOP keseluruhan dan juga tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sarung tangan karena mengganggu aktivitas. 3.1.3.3. Root Cause Analysis (RCA) Kategori Kecelakaan Kerja Berat Berikut tabel-tabel dibawah ini adalah Root Cause Analysis (RCA) berdasarkan kategori kecelakaan kerja berat. ⇒ Root cause meninggal dunia akibat jatuh dari

ketinggian ± 12 M Tabel 3.4 Root cause Meninggal Dunia akibat Jatuh

dari Ketinggian ± 12 M Variabel

Unsafe dari Meninggal Dunia akibat Jatuh dari Ketinggian ± 12 M

WHY 1

Bekerja tidak sesuai dengan SOP

WHY 2

Menggunakan APD (safety

hardness) untuk mengikatkan

sling pada grating

WHY 2

Posisi

mengikatkan sling pada

grating tidak benar.

WHY 3

Menggeser grating dengan berat ±250 kg

sendirian Dari root cause diatas, diketahui bahwa root cause meninggal dunia akibat jatuh dari ketinggian ± 12 M adalah saat akan memindahkan grating, pekerja menggunakan APD (Alat pelindung Diri) safety hardness untuk mengikatkan sling pada grating yang berada di ujung bangunan serta dengan berat grating ± 250 kg dan berat pekerja hanya ± 70 kg maka pekerja terseret dan jatuh ke bawah. 3.1.4 Perhitungan Pengisian Kuisioner Pengisian kuisioner oleh para pekerja di area Boiler #20 yang berjumlah 500 pekerja, dimana

6

untuk kuisioner yang disebarkan terlebih dahulu adalah sebanyak 30 kuisioner sebagai sampel pendahuluan. Kuisioner yang telah diisi oleh responden (pekerja) akan direkap untuk dilakukan uji kecukupan data untuk menentukan sampel yang diambil dengan menggunakan persamaan Krejcie dan Morgan, uji validitas dari tiap pertanyaan menggunakan software Excell serta dilakukan uji reliabel menggunakan software SPSS. Berikut rumus persamaan (1) untuk perhitungan uji kecukupan data yang mengacu kepada persamaan Krejcie dan Morgan.

Dimana: n adalah ukuran sampel N adalah ukuran populasi X2 adalah nilai Chi Kuadrat P adalah proporsi populasi d adalah galat pendugaan Dari persamaan diatas dengan populasi sebanyak 500 pekerja, maka hasil yang diperoleh adalah 217 responden seperti pada perhitungan dibawah ini.

Data-data yang telah direkap akan dilakukan uji validitas dari tiap-tiap pertanyaan dengan menggunakan software Excell yaitu melihat nilai r-hitung apabila lebih besar dari r-tabel (0.30), maka dalam pengambilan data selanjutnya pertanyaan yang tidak valid akan tidak dimasukkan lagi.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas

Menghitung reliabel: input data pada kolom SPSS klik analyze scale Reliability Analysis Inputkan semua data Ok. Berikut adalah output reliable berdasarkan data kuisioner yang telah diinputkan pada software SPSS:

Berdasarkan tabel output diatas dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.518 dan nilai r-tabel 0.30, maka r-hitung > r-tabel adalah reliabel. 3.1.5 Hasil Pengolahan Kuisoner Pada tabel 3.6 merupakan hasil perhitungan kuisioner berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada para pekerja yang berjumlah 500 orang dengan sampel yang diambil sebanyak 217 responden.

Tabel 3.6 Nilai Prosentase Pengukuran K-3 No Deskripsi Penilaian

Nilai (%)

A. Kebijakan Manajemen dan Prosedur

55.36

1 Proses Safety (A1) 54.521.1 Bagaimana penerapan SOP

(Standard Operation Procedur) pada semua proses kerja.

50.31

1.2 Bagaimana bentuk pelatihan tentang safety (K-3) secara berkala yang diberikan pihak perusahaan kepada semua karyawan yang membutuhkan.

56.10

7

1.3 Bagaimana pemasangan spanduk atau lainnya terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan K-3.

53.33

1.4 Bagaimana kinerja supervisor K-3 untuk melihat/mengawasi kondisi di lapangan.

58.36

2 Kontrol Terhadap Bahan Mudah Meledak dan Terbakar (A2)

56.68

2.1 Bagaimana keberadaaan rambu-rambu untuk material/bahan yang mudah terbakar/meledak.

55.34

2.3 Bagaimana pemeriksaan terhadap alat pemadam kebakaran (APAR).

58.02

3 Kesiapan Terhadap Bahaya Kebakaran (A3)

55.01

3.2 Bagaimana sosialisasi terkait evakuasi apabila terjadi kebakaran atau kondisi darurat.

55.01

4 Sistem Informasi K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) (A4)

55.89

4.1 Bagaimana pelaksanaan survey maupun layanan cek kesehatan dalam setahun.

55.43

4.2 Bagaimana kuantitas pelaksanaan audit berkala terhadap penerapan K-3.

56.35

B. Bangunan dan Fasilitas 56.51 1 Kesiapan Bangunan dan

Fasilitas Kerja (B1) 56.58

1.1 Bagaimana sosialisasi perusahaan mengenai Boiler buatan China pada PLTU Rembang.

55.68

1.2 Pintu utama dan pintu darurat. 56.60 1.3 Lift/elevator. 56.68 1.4 Pipa penyangga 60.20 1.5 Tempat material dan peralatan

kerja. 53.75

2 Kontrol Terhadap Lingkungan Kerja (B2)

56.05

2.1 Bagaimana program/pelaksanaan peningkatan kebersihan/kerapian tempat kerja sebelum ataupun setelah melakukan pekerjaan.

53.92

2.2 Bagaimana kinerja dari supervisor dalam mengawasi dan memantau kondisi lingkungan kerja di lapangan.

58.19

3 Prosedur Keselamatan Kerja Menggunakan Alat dan Mesin (B3)

55.96

3.1 Bagaimana kesiapan saudara terkait pengecekan APD sebelum memulai pekerjaan, seperti safety hardness, helm, dsb.

55.59

3.2 Bagaimana SOP atau penerapan (Standard Operation Procedur) dalam penggunaan peralatan dan mesin.

58.53

3.3 Bagaimana prosedur pelaksanaan proses maintenance pada semua peralatan kerja.

53.75

4 Kesiapan Terhadap Bahaya atau Kecelakaan Kerja (B4)

57.60

4.1 Bagaimana fasilitas terhadap pekerja jika mengalami insiden kecelakaan kerja.

59.61

4.2 Bagaimana prosedur atau penyuluhan pelaksanaan terhadap penanganan kondisi bahaya alam seperti badai angin, gempa bumi, banjir, dsb.

55.59

C. Perlindungan Personal (Pekerja)

57.40

1 Kesehatan Pekerja dan Bentuk Antisipasi atau program Safety (C1)

56.80

1.1 Bagaimana pencegahan dan antisipasi terhadap material atau bahan serta proses yang dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan.

57.44

1.2 Bagaimana pencegahan dan antisipasi terhadap material atau bahan serta proses yang dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan.

58.44

1.3 Bagaimana pencegahan dan antisipasi terhadap material atau bahan serta proses yang dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran.

54.08

1.4 Bagaimana sosialisasi dari pihak perusahaan terkait program-program JAMSOSTEK.

58.61

1.5 Bagaimana pemahaman saudara mengenai JAMSOSTEK.

55.43

2 Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) (C2)

57.02

2.1 Bagaimana alat untuk pelindung kepala yang saudara gunakan.

57.02

2.2 Bagaimana alat pelindung kaki yang saudara gunakan.

57.52

2.3 Bagaimana APD sabuk pengaman (safety hardness) serta tali pengaman yang saudara gunakan untuk pekerjaan tertentu.

57.86

2.4 Bagaimana alat pelindung (ear plug) untuk mengurangi atau menghilangkan kebisingan yang saudara pakai untuk pekerjaan tertentu.

58.36

8

2.5 Bagaimana alat pelindung untuk melindungi mata dan wajah yang saudara gunakan untuk pekerjaan tertentu.

56.77

2.6 Bagaimana alat pelindung tangan untuk mengurangi atau menghilangkan luka yang saudara gunakan pada pekerjaan tertentu.

54.59

3 Pertolongan Apabila Terjadi Kecelakaan (C3)

60.03

3.1 Bagaimana phone call yang bisa dihubungi atau kinerja petugas khusus di lokasi proyek apabila terjadi bahaya alam.

59.03

3.2 Bagaimana program perusahaan terkait dengan pelatihan tentang pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja di lapangan.

61.04

3.2. Pendesainan Nilai (Score) 3.2.1. Pentuan Tingkat Implementasi Hasil penilaian melalui kuisioner adalah ingin melihat sejauh mana perusahaan telah menerapkan K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta faktor lingkungan terhadap pekerja pada saat di lapangan, khususnya di area Boiler #20. Berikut pada tabel 3.7 menunjukkan bagaimana tingkat implementasi berdasarkan hasil penilaian/audit termasuk ke dalam kategori merah dengan nilai implementasi sebesar 56.42%.

Tabel 3.7 Hasil Penilaian Tingkat Implementasi KATEGORI PENILAIAN NILAI (%)

A. Kebijakan Manajemen dan Prosedur

55.36

B. Bangunan dan Fasilitas 56.51C. Perlindungan Personal (Pekerja) 57.40NILAI TINGKAT IMPLEMENTASI PROGRAM

56.42

Berdasarkan Tabel 3.7 diatas, maka hasil dari tiap kategori penilaian dapat terlihat pada gambar 3.5 radar chart dibawah ini.

55.36

56.5157.4

54

55

56

57

58

A. Kebijakan Manajemen dan 

Prosedur

B. Bangunan dan Fasilitas

C. Perlindungan Personal (Pekerja)

TINGKAT IMPLEMENTASI PROGRAM

Gambar 3.7 Radar chart Tingkat Implementasi

Dalam menentukan kategori level implementasi berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan pada area kerja Boiler #20 dilakukan dengan cara memetakan tingkat implementasi yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan kuisioner yang meliputi tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan prosedur, bangunan dan fasilitas serta perlindungan personal ke dalam Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan (TIK), dimana untuk tingkat kecelakaan kerja berada pada kategori merah dikarenakan terdapat 5 kecelakaan kerja yang terlihat pada tabel 3.1 sedangkan untuk tingkat implementasi juga berada pada kategori merah. Untuk itu, maka hasil dari pemetaan level implementasi masuk ke dalam level 6 (Kondisi Kritis). Gambaran lebih detail mengenai pencapaian tingkat implementasi dengan tingkat kecelakaan yang terjadi di area Boiler #20, terlihat pada gambar 3.8 di bawah ini.

Level 1(Aman & Nyaman)

Level 2(Cukup Aman)

Level 2 (Cukup Aman)

Level 6(Kondisi Kritis)

Level 3(Hati-Hati)

Level 4(Rawan)

Level 5(Berbahaya)

Level 4(Rawan)

Level 5(Berbahaya)

HIJAU MERAHKUNING

TINGKAT IMPLEMENTASI

PERBAIKAN PROGRAM IMPLEMENTASI (PROSES)

Gambar 3.8 Gambar Tabel Tingkat Implementasi

dengan Kecelakaan 4. Analisis dan Peningkatan

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil kuisioner dan kecelakaan kerja. 4.1. Analisis Penetuan Kategori

Nilai-nilai dari tiap sub kategori adalah untuk mendapatkan nilai dari per kategori yaitu dengan cara menjumlahkan nilai prosentase keseluruhan dari tiap sub kategori kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan dari tiap sub kategori. Agar perbaikan sistem kinerja akan terpenuhi pada sasaran yang akan dicapai sehingga nilai pencapaian dari tiap kategori dapat ditingkatkan, maka perlu dilihat lagi dari tiap sub-sub kategori apa saja yang masih berada dalam level membahayakan seperti level

9

kuning dan merah. Dimana nilai dari tiap-tiap kategori tersebut terlihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Nilai pada Tiap-tiap sub Kategori pada Tiap Kategori

No Sub kategori Nilai atau Kategori

(%)

Kategori

1 Proses safety 54.52 Merah 2 Kontrol terhadap

bahan mudah meledak/ terbakar

56.68 Merah

3 Kesiapan terhadap bahaya kebakaran

55.01 Merah

4 Sistem informasi K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

55.89 Merah

5 Kesiapan fasilitas bangunan dan fasilitas kerja

56.58 Merah

6 Kontrol terhadap lingkungan kerja

56.05 Merah

7 Prosedur terkait keselamatan kerja menggunakan alat dan mesin

55.96 Merah

8 Kesiapan terhadap bahaya atau kecelakaan kerja

57.60 Merah

9 Kesehatan pekerja bentuk antisipasi program safety

56.80 Merah

10 Ketersediaan APD (Alat Pelindung Diri)

57.02 Merah

11 Pertolongan apabila terjadi kecelakaan

60.03 Kuning

4.2 Analisis Tingkat Implementasi

Tujuan dilakukannya evaluasi pengukuran program K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)t adalah untuk mengevaluasi aspek ergonomi pada lini perusahaan, dimana hasil dari evaluasi tersebut akan diberikan suatu rekomendasi-rekomendasi dalam upaya mengambil kebijakan dalam perbaikan sistem kerja serta peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Evaluasi yang dilakukan adalah dengan membuat Root Cause Analysis (RCA) dari tiap kecelakaan kerja berdasarkan tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat untuk mencari akar penyebab kecelakaan tersebut terjadi, selain itu dalam melakukan evaluasi pengukuran menggunakan

kuisioner yang disebarkan kepada para pekerja di area Boiler #20. a.) Root Cause Analysis (RCA)

Kecelakaan kerja yang terjadi selama proses pembangunan Boiler #20 terbagi menjadi ke dalam tiga kategori yaitu kategori ringan sebanyak 46 kejadian, kategori sedang sebanyak 18 kali kejadian dan kategori berat sebanyak 5 kejadian. Dari data kecelakaan yang telah diperoleh, maka dibuatlah Root Cause Analysis (RCA) untuk melihat faktor-faktor yang menjadi akar penyebab terjadinya kecelakaan. Faktor kecelakaan dapat terjadi dikarenakan pekerja saat bekerja di lapangan berperilaku tidak aman seperti tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) ataupun dari kondisi area kerja yang tidak aman seperti lingkungan kerja yang berdebu. b.) Radar Chart

Berdasarkan rekapitulasi data pada bagian 3 yang terlihat pada tabel 3.6, dibuatlah radar chart dari tiap kategori. Nilai prosentase yang didapat dari tiap kategori adalah berdasarkan nilai prosentase tiap sub kategori. Nilai dari tiap kategori adalah untuk Kebijakan Manajemen dan Prosedur sebesar 55.36%, untuk Bangunan dan Fasilitas sebesar 56.51% dan untuk Perlindungan Personal sebesar 57.40%. Dari nilai prosentase berdasarkan tiga kategori akan dirata-rata dan didapatkan prosentase sebesar 56.42% dan dibuat radar chart pada gambar 3.7 c.) Tingkat Implementasi Program

Analisis tingkat implementasi kecelakaan (TIK) berdasarkan pada tingkat kecelakaan pada PLTU ”X”, dimana untuk kategori kecelakaan kerja berada pada level merah dikarenakan terdapat pekerja yang meninggal dunia dan mengalami cacat seumur hidup. Sedangkan menentukan kategori tingkat implementasi adalah berdasarkan nilai prosentase kuisioner yang telah disebar berdasarkan tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan prosedur, bangunan dan fasilitas dan perlindungan personal yang telah dirata-rata dengan nilai prosentase sebesar 56.42%, maka kategori tingkat implementasi berada pada level Merah (0-59%) seperti yang terlihat pada gambar 3.9 dibawah ini.

10

55.3656.51

57.4

49

51

53

55

5759

6163

65

Kebijakan Manajemen

Bangunan Fasilitas

Perlindungan Pekerja

Nilai Implementasi

Kategori Penilaian

Grafik Nilai Implementasi Program

Nilai Implementasi Program

Gambar 3.9 Grafik Nilai Implementasi Program

4.2 Analisis Perbandingan Kecelakaan Kerja

dari Tiap Kategori Kecelakaan Dalam pembangunan area Boiler #20

terdapat risiko-risiko yang cukup besar salah satunya adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi di kategorikan menjadi tiga yaitu kategori ringan, kategori sedang dan kategori berat, dimana dari jumlah keseluruhan kecelakaan kerja yang terjadi yaitu sebanyak 64 kejadian. Berikut adalah perbandingan dampak kecelakaan kerja kategori ringan untuk kecelakaan debu gram sedangkan kategori berat untuk pekerja yang meninggal dunia, apabila ditarik suatu analisis mengenai dampak yang terjadi akibat kecelakaan tersebut adalah yang ditampilkan pada tabel 3.9 dibawah ini.

Tabel 3.9 Perbandingan Dampak Kecelakaan dari Kategori ringan dan Kategori Berat

No Kategori Aspek Dampak 1

Ringan (debu gram)

Segi pertolo-ngan

Di bawa ke kantor untuk diobati (obat tetes), setelah itu kembali bekerja

Berat (meninggal

dunia)

Di bawa ke rumah sakit, untuk selanjutnya dibawa ke kampung halaman untuk dimakamkan (tidak dapat bekerja lagi).

2

Ringan (debu gram)

Biaya yang dikelua-rkan

Dari segi biaya pengobatan harga obat tetes mata adalah Rp 5.000 yang dapat digunakan sampai puluhan kali pengobatan.

Berat (meninggal

dunia)

Dari segi biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Biaya rumah sakit.

2. Biaya untuk asuransi kecelakaan kerja.

3. Biaya pemakaman.

4. Dan Sebagainya.

Jika dilihat dari semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan jauh lebih besar dari kategori ringan.

3

Ringan (debu gram)

Segi jam kerja

Dari segi jam kerja, pekerja dapat kembali bekerja dan aktivitas tidak terganggu

Berat (meninggal

dunia)

Tidak dapat bekerja lagi dan aktivitas menjadi terganggu akibat lokasi kejadian ditutup sementara waktu.

Berdasarkan ilustrasi yang terlihat pada tabel 3.9, maka dapat diambil kesimpulan apabila suatu perusahaan maupun proyek-proyek konstruksi menginginkan tingkat produktivitas tidak mengalami penurunan adalah dengan menghindari kecelakaan kerja berkategori berat dikarenakan banyak sekali kerugian yang terjadi baik dari segi waktu (pekerjaan menjadi ditutup sementara) yang berakibat proyek menjadi molor, dari segi biaya yang dikeluarkan untuk kategori berat sangat besar dibandingkan dengan kecelakaan kerja kategori ringan walaupun jumlah kecelakaan kerja ringan (debu gram) terjadi sampai 100 kali biaya yang dikeluarkan masih tetap jauh lebih besar kecelakan kerja yang mengakibatkan kematian. 5. Penutup 5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil identifikasi risiko-risiko

seperti kecelakaan kerja yang terjadi, didapatkan beberapa risiko yang terjadi di area Boiler #20, diantaranya:

11

• Bahaya Mekanis ledakan, tersetrum, terjepit, tuli.

• Bahaya Kimia kebakaran, iritasi. • Bahaya Ergonomis back injury, pegal. • Bahaya Lingkungan terpleset, terjepit,

tersengat arus listrik, tertimpa material, iritasi mata.

2. Berdasarkan hasil perhitungan kuisioner yang telah disebarkan kepada para pekerja didapatkan nilai prosentase sebesar 56.42%, dimana dalam kuisioner meliputi tiga kategori yaitu kebijakan manajemen dan prosedur, bangunan dan fasilitas serta perlindungan personal. Nilai prosentase dari tiap kategori adalah sebagai berikut:

Nilai untuk kategori kebijakan manajemen dan prosedur sebesar 55.36% menunjukkan pada kategori ini berada pada level merah.

Nilai kategori bangunan dan fasilitas sebesar 56.51% dan menunjukkan pada kategori ini berada pada level merah.

Nilai untuk kategori perlindungan personal sebesar 57.47% menunjukkan pada kategori ini berada pada level merah.

Dari nilai prosentase ke tiga kategori tersebut dan dirata-rata diperoleh nilai tingkat implementasi program sebesar 56.42%, maka berdasarkan standar keselamatan dan kesehatan kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 terkait masalah audit berada pada level atau kategori merah (dibawah 59%). Untuk itu pihak manajemen perusahaan dalam hal ini PT. PLN PERSERO harus dengan segera melakukan penanganan khusus dikarenakan indikator kinerja berada di bawah target. Selain itu hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan area Boiler #10 dan juga pada pembangunan PLTU lainnya di area kerja yang sama (Boiler). 3. Dari perhitungan kecelakaan kerja dan

tingkat implementasi didapatkan: Nilai loss rate berdasarkan tingkat

kecelakaan kerja, berada pada level merah.

Nilai pengukuran berdasarkan hasil perhitungan kuisioner, berada pada level merah dengan nilai prosentase sebesar 56.42%.

Hasil ploting keduanya pada tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan berada pada level 6 (kondisi kritis) yang menunjukkan bahwa kondisi area boiler #20 mengkhawatirkan dan

dengan segera harus melakukan perbaikan terhadap program implementasi agar kecelakaan kerja kategori berat tidak terjadi, sedangkan dari tingkat implementasi tingkat pengontrolan dan kesesuaian prosedur serta peranan supervisor di lapangan perlu untuk ditingkatkan lagi. 4. Rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil

perhitungan adalah: Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti: earplug, helm pelindung, sepatu pelindung, safety hardness untuk pekerjaan ketinggian, sarung tangan, masker atau kacamata, dan lain-lain. Selain itu tingkat pengontrolan dari supervisor lapangan perlu untuk ditingkatkan.

Program spanduk Demerit Sistem mengenai sangsi terhadap pelanggaran jangan hanya terpasang pada satu tempat yaitu kantin pegawai, sebaiknya disetiap area kerja juga dipasang.

Berdasarkan data kecelakaan kerja untuk kategori ringan yang sering terjadi yaitu pekerja terkena debu gram total sebanyak 28 kejadian. Faktor penyebab adalah selain tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) masker atau kacamata, juga tidak ada spanduk atau tulisan area menggrinda untuk diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) masker atau kacamata.

5.2 Saran Beberapa saran dan masukan yang dapat

diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pembenahan dan pengawasan di lapangan

mengenai K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) serta kedisiplinan para pekerja dalam menjalankan SOP (Standard Operation Procedur) lebih ditingkatkan, salah satunya dengan perbaikan kinerja dari supervisor di lapangan harus dilakukan secara lebih intensif baik dari segi pengawasan di lapangan maupun pemberian tindakan atau sangsi tegas bagi pekerja yang melanggar.

2 Untuk penelitian selanjutnya dari hasil pengukuran dan Root Cause Analysis (RCA) dapat dibuat bentuk punishment and reward, dikarenakan pada penelitian ini yang dilakukan pada pembangunan proyek bentuk reward hanya sebatas pemberian bonus uang diakhir bulan yang manfaatnya dapat langsung dirasakan, sedangkan untuk kenaikan jabatan tidak dapat dilakukan

12

dikarenakan pada pembangunan proyek hanya bersifat sementara.

3. Pada pengambilan data melalui kuisioner terhadap responden, dimana perlakuan yang diberikan baik untuk sampel pendahuluan maupun sampel secara keseluruhan harus sama.

6. Daftar Pustaka Artana, K., dan Hutabarat, J. (2008). “Medium

Design to Reduce Backbone Hurt Through Working Position Analysis and Biomechanics Analysis”. Proceeding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII. Surabaya, 2 Agustus. ISBN 978-979-99735-6-6.

Ashfal, R.C. (1999). Industrial Safety and Health Management. Fourth Edition. New Jersey : Prentice-Hall,Inc.

Astika. (2008). Ergonomi Pertumbuhan dan Peranannya Dalam Pembangunan, www.balihesg.orgbalihesg/ergonomipertumbuhanperanandalampembangunan.pdf, diakses pada tanggal 18 Februari 2009.Gaspersz, V. 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chamidah, N. (2004). Pengukuran Tingkat Implementasi Program K-3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta Perangkingan Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment. Tugas Akhir S1, Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Effendi, D.O. (2006). Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan Terhadap Bahaya di Tempat Kerja dan Hazard, Tugas Akhir S1, Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Idris, F. (1999). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tentang Nilai Ambang Batas IklimBasah.<URLhttp://www.safety4abipraya.files.wordpress.com/2008/03/kepmennaker/no181999/tentangunitpenanggulangankebakaran.pdf, diakses pada tanggal 4 Maret 2009.

Jawa Pos (Surabaya). 2009. 19 Januari. Krejcie, R.V., dan Morgan, D.W. (1970).

Ditermining Sample Size for Research Activities, Educationaland Psychological Measurement. Vol. 30.

Larasati, A.D. (2008). Evaluasi dan Perancangan Solusi Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Dalam Upaya Perbaikan Safety Behavior Pekerja. Tugas Akhir S1, Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Latief, A. (1993). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tentang Pemutusan Tenaga Kerja.<URL:http://www.asiamaya.com/undangundang/kepmen_phk/kepmen_phk_babI.htm, diakses pada tanggal 26 Desember 2008.

Latief, A. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tentang Sistem Manajemen K-3. <URL:http://www.digilib.petra.ac.id/viewer.phpFjiunkpe1_hilipslighting_appendices.pdf&submit.y=18, diakses pada tanggal 4 Maret 2009.

Olishifski, J.B. (1985). Fundamentals of Industrial Hygiene. National safety concil, Chicago.

Santosa, B. (2003). Manajemen Proyek. Guna Widya, Surabaya.

Santoso, G. (2004). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka, Surabaya.

Suara Merdeka (Semarang). 2008. 16 Desember. Suma’mur. (1986). Keselamatan Kerja dan

Pencegahan Kecelakaan. Depnaker, Surabaya.

Sulaksmono, M. (1997). Manajemen Keselamatan Kerja. Prestasi Pustaka, Surabaya.

Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya, Surabaya.

Yassierli. (2008). Ergonomics Solutions for More Effective Safety and Health Management.<URL:http://www.filebox.vt.edu/users/yayassie/BookletErgonomicsSolution.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2009.

www.iosh.gov.tw/materipelajarankeselamatandankesehatankerjabidangkonstruksi.pdf, diakses pada tanggal 7 Maret 2009.

www.dinasnakertrans.jakarta.go.id/website/pages/beranda.php, diakses pada tanggal 8 Maret 2009.