1. bab i pendahuluan 1.1. gambaran umum objek penelitian...memastikan bahwa semua informasi yang...
TRANSCRIPT
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Telkom Indonesia, Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bisnis Telkom serta merupakan penyelenggara layanan
Telecommunications, Information, Media, Edutainment, dan Services (TIMES)
terbesar di Indonesia. Dengan dukungan infrastruktur kabel, transmisi terestrial
digital, infrastruktur seluler, satelit, dan koneksi kabel laut yang tersebar, Telkom
memberi kepastian pemenuhan layanan di manapun di Indonesia dan koneksi
internasional. Dengan hal tersebut, Telkom juga berperan sebagai Indonesian Flag
Carrier di bidang telekomunikasi.
Untuk menjawab tantangan global market serta melaksanakan kedua peran
tersebut, Telkom menetapkan Program Utama yang disusun dengan kerangka 3S
(Sustaining – Scaling – Scoping). Program utama tersebut dilandasi oleh Great
Spirit Solid – Speed – Smart dan Grand Strategy serta melalui pemilihan
portofolio yang tepat dan alokasi sumber daya yang tepat.
Pengembangan infrastruktur true broadband Telkom secara end-to-end
mulai dari end user terminal, jaringan akses, jaringan transport hingga
layanannya, untuk mewujudkan perluasan jangkauan akses, peningkatan kualitas,
dan peningkatan kapasitas infrastruktur broadband. Pengembangan infrastruktur
didukung dengan pengembangkan layanan digital (digital services), melalui
berbagai content dan aplikasi yang mendukung gaya hidup digital pelanggan. Hal
ini merupakan bagian penting dari upaya Telkom untuk semakin memicu
peningkatan lalu lintas layanan data dan mempercepat adopsi penggunaan
perangkat pintar (smart devices).
International Expansion dilakukan melalui anak perusahaan, PT.
Telekomunikasi Indonesia International (Telin) di berbagai negara: Malaysia,
Hongkong, Macau, Arab Saudi, Timor Leste, Australia, New Zealand, Taiwan,
Myanmar, dan Amerika Serikat.
2
Telkom memperkuat kehadiran di kawasan regional dengan model bisnis yang
menguntungkan dan risiko yang terkelola dengan baik.
Untuk pengembangan portofolio masa depan tersebut, Telkom membentuk
Anak Perusahaan dan beberapa Proyek sehingga diharapkan pengelolaan
portofolio yang ada di dalamnya dapat lebih lincah/ dinamis. Selain untuk
memberikan layanan yang lebih luas kepada customer, pengelolaan portofolio
IME juga sebagai strategi untuk memperkuat atau menumbuhkan portofolio
produk legacy yang sudah mature (synergy value).
Telkom berkomitmen untuk memenuhi persyaratan regulasi yang berlaku
sesuai dengan semangat perusahaan dalam menjalankan praktik-praktik tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Komitmen tersebut
dibuktikan salah satunya dengan diraihnya penghargaan “Most Trusted Company”
untuk keenam kalinya berturut-turut, dalam ajang Corporate Governance
Perception Index oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), dan
penghargaan Best Managed Company dari majalah Finance Asia.
Selain kepatuhan terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah, Telkom sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masih
terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) sejak 14 November 1995, harus
tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Security Exchange
Comission (SEC). Telkom merancang bisnis proses dan menerapkan pengendalian
internal terutama untuk menjamin kehandalan Laporan Keuangan Perusahaan
sekaligus untuk mendorong kesuksesan bisnis dan kelangsungan hidup
perusahaan.
Integritas terhadap pelaporan keuangan mencakup penyediaan laporan
keuangan dan pengungkapan informasi yang bebas dari kesalahan dan
kecurangan. Semua transaksi dicatat dengan semestinya dan akurat serta semua
catatan keuangan dibukukan dengan semestinya. Integritas pelaporan keuangan
dan pengungkapan informasi sebagaimana diatur dengan kebijakan perusahaan
tentang Kebijakan Pengelolaan SOX Section 302 & Section 404. Telkom
diharuskan menyampaikan laporan berkala ke SEC dan harus mengungkapkan
dalam laporan tahunan tentang penerapan peraturan etika untuk pejabat keuangan
senior perusahaan.
3
Meskipun persyaratan mengenai isi peraturan etika sesuai peraturan SEC
tidak identik dengan yang ditetapkan dalam standar pencatatan NYSE, namun
terdapat kemiripan yang signifikan. Berdasarkan peraturan SEC, kode etik harus
dirancang untuk mendorong: (a) perbuatan yang jujur dan etis, termasuk
penanganan benturan kepentingan antara hubungan pribadi dan profesional; (b)
pengungkapan yang lengkap, wajar, tepat dan tepat waktu dalam laporan dan
dokumen yang diajukan kepada atau diserahkan kepada SEC; (c) kepatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku; (d) mempercepat pelaporan
internal mengenai pelanggaran terhadap peraturan; dan (e) pertanggungjawaban
atas kepatuhan terhadap peraturan.
Transparansi dan kehandalan pengungkapan kepada eksternal merupakan
kewajiban Telkom sebagai perusahaan terbuka. Kebijakan dan prosedur untuk
memenuhi ketentuan SOX 302 atas pedoman pengungkapan (disclosure) yang
signifikan diatur dalam kebijakan perusahaan. Aktivitas utama yang dilakukan
dalam menjamin kehandalan pengungkapan kepada eksternal meliputi:
a. Representation process
Merancang dan menjalankan bisnis proses pengungkapan.
b. Disclosure Committee Establishment
Membentuk Komite Disclosure diketuai oleh Direktur Keuangan dengan
anggota para senior leader perusahaan yang ditentukan sesuai jenis
pengungkapan (complex atau non complex disclosure).
c. Management Discussion & Analysis
Melakukan review, persetujuan, penilaian kecukupan informasi dan
memastikan bahwa semua informasi yang material telah diungkapkan secara
lengkap, akurat, konsisten dan sesuai dengan aturan yang berlaku
(compliance).
d. External review (Specialist review)
Untuk pengungkapan tertentu melibatkan konsultan untuk mengevaluasi
kecukupan ketentuan sebagaimana persyaratan ketentuan pengungkapan, hal
ini mengingat Telkom merupakan perusahaan multilisting di mana masing-
masing exchange securities memiliki ketentuan sendiri-sendiri.
4
e. Process/ Protocol for Director review
Evaluasi pengungkapan oleh Direksi terkait sebelum proses penandatanganan/
sertifikasi oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan.
f. Internal Audit
Atas implementasi kebijakan dan penerapan di operasional, maka proses
pengungkapan secara berkala diaudit efektivitasnya oleh Internal Auditor.
g. Linkage with Section 404 process
Senantiasa diselaraskan dengan proses pengendalian internal mengacu pada
perancangan dan penerapan SOX 404, berikut tindak lanjut defisiensi bilamana
akan berdampak pada kehandalan pengungkapan.
Di samping merancang kebijakan dan prosedur pengungkapan, maka
beberapa prinsip pengungkapan ditanamkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam pedoman pengungkapan perusahaan antara lain adalah prinsip
Akurat dan Tepat Waktu, Equal Treatment/ Fair, Kehati-hatian dan Keterbukaan
(full disclosure).
Telkom memiliki website yang berisi informasi-informasi mengenai
Perusahaan yang dapat diakses oleh publik luas yang merupakan kebijakan
perusahaan yang dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance. Beberapa informasi yang tertuang di dalam website di
antaranya adalah Annual Report, laporan implementasi GCG, dan laporan
pengendalian internal.
Telkom secara terbuka menyampaikan faktor-faktor risiko di dalam
Annual Report untuk memberikan gambaran kepada para pemangku kepentingan
(Stakeholders) tentang risiko yang dihadapi dalam operasional perusahaan.
Gambaran risiko ini dapat menjadi pertimbangan dan knowledge bagi para
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menilai kapabilitas Telkom dalam
menjaga kelangsungan bisnisnya. Penyampaian informasi terkait pengelolaan
GCG dan faktor-faktor risiko merupakan salah satu bentuk Transparansi
perusahaan dalam mewujudkan prinsip-prinsip GCG yang berbasis risiko dalam
upaya mewujudkan tata kelola bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan.
5
Terkait dengan akuntabilitas, Telkom bersungguh-sungguh dalam
mengintegrasikan berbagai kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ dan jajaran manajemen perusahaan dalam mengelola
pengetahuan perusahaan sebagai upaya mewujudkan tata kelola bisnis yang
tumbuh secara berkelanjutan.
Bentuk upaya menjaga akuntabilitas di lingkungan perusahaan antara lain:
a. Membangun Tata Kelola Pengelolaan Enterprise Risk Management.
b. Implementasi Prinsip Segregation of Duty (SoD).
c. Akuntabilitas dalam Performance Management System.
d. Akuntabilitas dalam Penyampaian Laporan Keuangan.
Pengaturan tata kelola manajemen risiko tersebut merupakan salah satu
perwujudan prinsip Akuntabilitas dalam mengelola risiko perusahaan sebagai
upaya mewujudkan tata kelola bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan. Praktik
yang dilakukan adalah mengintegrasikan berbagai pengetahuan dalam proses
analisis risiko untuk penyusunan strategi perusahaan.
Telkom merancang prosedur pengendalian internal dengan prinsip
segregation of duties. Prinsip ini adalah prinsip kehati-hatian proses transaksional
melalui pemisahan fungsi atau pemberian tugas dengan fungsi utama yang
berbeda kepada orang yang berbeda. Hal ini untuk menghindari risiko fraud
internal karena peran yang berlebihan. Prinsip segregation of duties dirancang dan
diterapkan di perusahaan untuk memastikan:
a. Perlindungan atas aset perusahaan meliputi akuntabilitas perolehan,
penggunaan dan penghapusan aset yang good governance (custody of asset).
b. Akuntabilitas transaksi di operasional dijalankan oleh orang yang sesuai
wewenang dan otoritasnya (authorization of transaction).
c. Terjaga/ terjaminnya keakuratan data atas hasil pencatatan, pemrosesan atau
pelaporan dari setiap transaksi yang berdampak pada validitas nilai aset dan
pelaporan keuangan perusahaan (record keeping).
d. Pengendalian internal dilaksanakan oleh pegawai sehingga terjaga/ terjamin
keakuratan, kesesuaian dan kelengkapan atas pencatatan transaksi yang
terjadi di operasional (activity control).
6
Telkom sebagai perusahaan dengan ukuran relatif besar, frekuensi
transaksi keuangan tinggi, nilai transaksi keuangan yang besar, kompleksitas
pemrosesan transaksi yang beragam, proses bisnis yang beragam dan tersebar di
berbagai lokasi perlu mengimplementasikan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan ini.
Pengaturan segregation of duty merupakan salah satu perwujudan prinsip
Akuntabilitas dalam mengelola risiko perusahaan sebagai upaya mewujudkan tata
kelola bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), merupakan sarana Direksi
Perusahaan untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan tahunan
perusahaan dan laporan tersebut telah disetujui oleh pemegang saham. Selain itu,
laporan-laporan Direksi kepada Dewan Komisaris mengenai rencana anggaran
tahunan periode berjalan serta pembahasan rutin antara Direksi dan Dewan
Komisaris mengenai evaluasi performasi keuangan triwulanan dan tahunan,
merupakan bentuk-bentuk penerapan GCG dan manajemen risiko.
Terkait dengan legal dan regulasi, dalam mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik, aspek Legal & Compliance merupakan faktor penting atas
aktivitas perusahaan. Pada aspek ini, perusahaan memastikan kepatuhan
mencakup:
a. Kepatuhan atas peraturan-peraturan pasar modal serta berpegang teguh pada
Etika Bisnis.
b. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya peraturan-peraturan yang
berlaku serta praktik-praktik international berkaitan dengan tata kelola
perusahaan yang baik.
c. Kepatuhan atas regulasi yang ditetapkan oleh pihak regulator.
d. Memastikan bahwa kebijakan atau aturan yang akan ditetapkan di internal
perusahaan tidak bertentangan dengan Regulasi dan peraturan eksternal yang
berlaku.
Upaya memastikan kepatuhan terhadap aspek-aspek Legal & Compliance
merupakan perwujudan Responsibilitas yang berorientasi risiko dalam upaya
mewujudkan tata kelola bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan.
7
Telkom memastikan pengelolaan perusahaan dan hubungan dengan
pemangku kepentingan (Stakeholders) telah dilakukan secara profesional,
berlandaskan integritas dan mampu mengelola konflik kepentingan serta tidak
adanya dominasi atau intervensi dari satu partisipan terhadap partisipan lainnya
dalam upaya mengelola risiko bisnis perusahaan guna mewujudkan tata kelola
bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan.
Bentuk upaya perusahaan mewujudkan prinsip Independensi tersebut
antara lain dengan selalu mengikuti pengetahuan yang relevan melalui:
a. Pemastian independensi di dalam Komite Audit.
b. Pemastian independensi Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan &
Risiko (KEMPR).
c. Pencegahan Benturan Kepentingan.
d. Pakta Integritas.
e. Pengungkapan kepemilikan saham Direksi dan Dewan Direksi.
Terkait dengan Pakta Integritas, konsistensi penerapan Pakta Integritas
telah dimulai sejak ditetapkan kebijakan Pakta Integritas pada tahun 2009. Dalam
konsepnya, kebijakan Pakta Integritas adalah mempertajam penerapan GCG di
perusahaan terutama berkaitan dengan 9 area implementasi GCG yaitu:
a. Kode Integritas.
b. Etika Bisnis.
c. Menghindari Benturan Kepentingan/ Konflik Kepentingan (conflict of
interest).
d. Larangan Melakukan Gratifikasi.
e. Larangan Melakukan Transaksi oleh Orang Dalam (insider trading).
f. Menjaga Kerahasiaan Informasi.
g. Pencegahan atas tindakan memperkaya diri atau pihak lain yang merugikan
keuangan Perusahaan pada Area Pengadaan dan Kemitraan.
h. Integritas Layanan, dan
i. Integritas Pelaporan Keuangan Perusahaan.
8
Meskipun Perusahaan telah menerapkan praktik GCG, namun masih
dipandang perlu untuk memberikan atensi khusus pada area-area tertentu untuk
mencegah potensi kerugian keuangan Perusahaan dan mewujudkan ‟island of
integrity‟ (salah satu alat atau instrumen reformasi birokrasi dan pencegahan KKN
dengan konsentrasi pada upaya penciptaan keterbukaan, akuntabilitas dan
partisipasi).
Di samping nilai-nilai budaya, Telkom juga mendeklarasikan nilai-nilai
etika (Ethical Values) yang meliputi 7 Nilai Etika: Kejujuran, Transparan,
Kerjasama, Komitmen, Disiplin, Peduli, dan Tanggung Jawab. Nilai-nilai budaya
diarahkan untuk meningkatkan efektivitas kerja agar lebih terarah dalam mencapai
keunggulan, sedang nilai-nilai etika diarahkan untuk meningkatkan kepatuhan
(compliance) yang diorientasikan untuk menjaga harmoni kerja dan kelangsungan
bisnis.
Dewan Komisaris dan Direksi bersungguh-sungguh dalam upaya menangkal
terjadinya risiko akibat pengelolaan perusahaan yang menyimpang dengan
mengembangkan perilaku etis dan menyelenggarakan organisasi yang etikal
sebagai upaya mewujudkan tata kelola bisnis yang tumbuh secara berkelanjutan.
1.2. Latar Belakang Penelitian
Sebagai emiten yang tercatat dan diperdagangkan di BEI dan NYSE, maka
penerapan GCG yang dilakukan oleh Telkom selain mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Telkom juga mematuhi Sarbanes
Oxley Act (“SOX”) tahun 2002 serta peraturan SEC lain. Sedikitnya, ada dua
peraturan SOX yang relevan dengan perusahaan. Pertama, SOX Section 404 yang
menyatakan manajemen bertanggung jawab dalam pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan, Internal Control over Financial Reporting (ICoFR), untuk
memastikan keandalan pelaporan keuangan dan persiapan penerbitan laporan
keuangan. Kedua, SOX Section 302 yang menghendaki tanggung jawab dari
manajemen terhadap pembuatan, pemeliharaan dan evaluasi terhadap efektivitas
prosedur untuk memastikan bahwa informasi dalam laporan telah sesuai dengan
ketentuan regulasi Pasar Modal AS. Namun demikian, pelaksanaan pengendalian
internal di Telkom masih diiringi dengan fenomena sebagai berikut:
9
1. Ditemukenali beberapa temuan atau finding dalam audit pengendalian
internal yang bersifat berulang.
Ini dapat mengindikasikan bahwa ‗management did not track whether
deficiencies are remediated on a timely basis‘. Early warning system
dari Auditor Eksternal yang mengingatkan unit-unit belum efektif
menjalankan fungsi dan tugasnya dalam penjaminan pengendalian
internal berlangsung dengan lebih efektif. Manajemen mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi akar masalah atas berbagai gap atau
temuan audit. Beberapa temuan audit pada tahun-tahun sebelumnya
tidak sempat tersolusi atau terremediasi.
2. Terdapat isu ketidakdisiplinan dan kurangnya dukungan/ tone at the top
atas integritas baik di level manajemen maupun staf.
3. Tidak tercapainya target Direksi maupun Dewan Komisaris yaitu Zero
Significant Deficiency dalam audit pengendalian internal selama
bertahun-tahun.
Tabel 1.1 Hasil Audit Pengendalian Internal Telkom
Siklus
Deficiency
2015 2016
Pendapatan SD SD
Beban CD CD
Pengadaan & Aset Tetap CD CD
Perpajakan CD CD
Perbendaharaan CD -
Investasi Divestasi CD -
Pelaporan Keuangan CD CD
Keterangan : SD=Significant Deficiency. CD=Control Deficiency. Karena
aturan pengungkapan, informasi berkaitan dengan hasil audit tidak dapat
dituliskan lebih detail.
10
Di lain sisi, Telkom telah menjalankan transisi kerangka kerja COSO
Internal Control dari sebelumnya versi 2006 ke versi 2013 yang telah efektif
diimplementasikan di tahun 2014/ 2015. Terkait dengan hal ini, penulis
ditugaskan untuk mempelajari kerangka kerja COSO Internal Control Integrated
Framework (ICIF) 2013 di Chicago, USA pada akhir 2014. Dalam kelas tersebut,
berdasar teori dan referensi, maka disarankan oleh pengajar agar perusahaan
melakukan pengujian atas komponen Lingkungan Pengendalian sebagai pondasi
dari keseluruhan implementasi pengendalian internal.
Pemahaman dan upaya mengingatkan kembali kepada pegawai tentang
tata nilai dan etika bisnis dilakukan melalui pengiriman materi sosialisasi dan
sekaligus assessment yang dilaksanakan setiap tahun. Materi tersebut berkaitan
dengan pemahaman GCG, etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen risiko,
pengendalian internal, whistleblowing, pelarangan gratifikasi, menjaga keamanan
informasi dan hal-hal lainnya yang terintegrasi terkait dengan praktik tatakelola
perusahaan. Pemahaman dan penerapan etika bisnis berikut hasil survei setiap
tahun diaudit secara internal maupun eksternal melalui proses audit SOX 404
terkait dengan penerapan control environment sesuai kerangka kerja pengendalian
internal COSO pada audit pengendalian internal tingkat entitas.
Sistem pengendalian internal merupakan elemen yang sangat penting
dalam pengelolaan suatu perusahaan dan merupakan dasar bagi kegiatan
operasional perusahaan yang aman, sehat dan dapat berkembang secara wajar.
Sistem pengendalian internal dapat membantu pengurus dan pengelola perusahaan
untuk menjaga aset perusahaan; menjamin tersajinya pelaporan keuangan,
manajerial yang akurat dan dapat dihandalkan; mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya secara ekonomis dan efisien; meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta mengurangi risiko terjadinya
penyimpangan dan pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian.
Terselenggaranya sistem pengendalian internal yang handal dan efektif
menjadi tanggung jawab dari pengurus dan pejabat eksekutif perusahaan.
Pengurus perusahaan juga berkewajiban untuk meningkatkan control culture
dalam organisasi perusahaan dan memastikan hal tersebut melekat (built-in) di
setiap jenjang organisasi. Salah satu unsur penyebab terjadinya kesulitan dalam
11
pengelolaan bisnis perusahaan karena adanya berbagai kelemahan dalam
mengimplementasikan sistem pengendalian internal, mekanisme pengawasan,
tercermin dari ketidakjelasan akuntabilitas dari pengurus perusahaan dan
kegagalan dalam mengembangkan kesadaran dan budaya pengendalian dalam
perusahaan, kurangnya komitmen manajemen perusahaan dalam melakukan
proses pengendalian dan menerapkan sanksi bagi yang melanggar ketentuan,
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan, kurangnya komunikasi dan informasi,
khususnya informasi di tingkat pengambilan keputusan, tidak berjalannya
aktivitas pengendalian pada level aktivitas fungsional perusahaan seperti
pemisahan fungsi, otorisasi, verifikasi, serta evaluasi atas risiko dan kinerja
perusahaan.
Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan menjadi salah satu
sarana untuk menerapkan sistem pengendalian internal perusahaan. Dengan sistem
pengendalian internal yang efektif perusahaan dapat terhindar dari malapetaka
kerugian besar, karena hal-hal yang sebelumnya tidak pernah disangka bakal
terjadi. Tanpa sistem pengendalian internal yang efektif, kendala atau risiko yang
dapat menyebabkan kerugian besar dapat berlangsung lama tanpa terdeteksi
pemilik perusahaan. Manajemen harus memiliki komitmen untuk melindungi
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri.
Pengendalian internal dapat membantu entitas mencapai target kinerja dan
profitabilitasnya, dan mencegah hilangnya sumber yang dimiliki. Ini dapat
membantu menjamin pelaporan keuangan yang handal. Hal ini dapat juga
membantu menjamin bahwa perusahaan mematuhi hukum dan regulasi,
menghindari rusaknya reputasi dan akibat lain. Pada pokoknya, pengendalian
internal dapat membantu perusahaan beraktivitas kemanapun yang ingin dituju
dan mencegah kelemahan dan hambatan sepanjang proses tersebut.
Salah satu komponen terpenting dalam ruang lingkup sistem pengendalian
internal perusahaan dan merupakan fondasi bagi komponen pengendalian internal
lainnya adalah lingkungan pengendalian (control environment), yang
mencerminkan keseluruhan komitmen, perilaku, kepedulian dan langkah-langkah
dalam melaksanakan kegiatan pengendalian operasional perusahaan.
12
Dalam konteks ini, lingkungan pengendalian ditempatkan sebagai faktor
utama bagi Telkom dalam mendukung sistem pengendalian internal yang efektif,
sesuai dengan pernyataan berikut:
1) Lingkungan pengendalian merupakan pondasi kedisiplinan dan struktur
dari semua komponen pengendalian internal lainnya (Guy et al, 2002).
2) Prinsip-prinsip yang melekat pada komponen lingkungan pengendalian
sangat penting untuk memastikan efektivitas keseluruhan sistem
pengendalian internal (The Institute of Internal Auditors, 2011).
3) Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses, dan
struktur yang memberikan dasar untuk melakukan pengendalian
internal di seluruh organisasi (COSO, 2013).
4) Lingkungan Pengendalian menunjukkan atmosfir atau suasana (sets the
tone) dalam suatu organisasi/ perusahaan yang mempengaruhi
kesadaran pengendalian (control consciousness) dari orang-orang dalam
organisasi tersebut, serta sangat dipengaruhi oleh suasana yang
diciptakan dari pimpinan perusahaan atau tone at the top (COSO, 2013).
5) Lingkungan pengendalian yang dihasilkan memiliki dampak yang luas
(pervasive impact) terhadap keseluruhan sistem pengendalian internal
(COSO, 2013).
Oleh karena itu pada penelitian ini, akan dilakukan pengujian terhadap
pengaruh prinsip Lingkungan Pengendalian terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom.
1.3. Perumusan Masalah
Implementasi pengendalian internal di Telkom yang telah berjalan sejak
2006 masih diidentifikasi berbagai defisiensi yang cukup signifikan serta tidak
mampu memenuhi target yang ditetapkan manajemen.
Dalam kerangka kerja COSO Internal Control Integrated Framework (ICIF)
2013, maka dipandang perlu meneliti Lingkungan Pengendalian sebagai pondasi
dari pengendalian internal.
Berdasarkan uraian sebelumnya, berikut pertanyaan penelitian yang
penulis ajukan sebagai berikut:
13
1. Apakah prinsip-prinsip Lingkungan Pengendalian berpengaruh secara
simultan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal di Telkom?
2. Apakah prinsip Komitmen terhadap Integritas dan Etika dalam
Lingkungan Pengendalian berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom?
3. Apakah prinsip Pengawasan yang Bertanggung Jawab dalam
Lingkungan Pengendalian berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom?
4. Apakah prinsip Penetapan Struktur, Wewenang, dan Tanggung Jawab
dalam Lingkungan Pengendalian berpengaruh terhadap efektivitas
sistem pengendalian internal di Telkom?
5. Apakah prinsip Komitmen pada Kompetensi dalam Lingkungan
Pengendalian berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian
internal di Telkom?
6. Apakah prinsip Penegakan Akuntabilitas dalam Lingkungan
Pengendalian berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian
internal di Telkom?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh prinsip-prinsip Lingkungan Pengendalian
secara simultan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal di
Telkom.
2. Untuk mengetahui pengaruh prinsip Komitmen terhadap Integritas
dan Etika dalam Lingkungan Pengendalian terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom.
3. Untuk mengetahui pengaruh prinsip Pengawasan yang Bertanggung
Jawab dalam Lingkungan Pengendalian terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom.
4. Untuk mengetahui pengaruh prinsip Penetapan Struktur, Wewenang,
dan Tanggung Jawab dalam Lingkungan Pengendalian terhadap
efektivitas sistem pengendalian internal di Telkom.
14
5. Untuk mengetahui pengaruh prinsip Komitmen pada Kompetensi
dalam Lingkungan Pengendalian terhadap efektivitas sistem
pengendalian internal di Telkom.
6. Untuk mengetahui pengaruh Penegakan Akuntabilitas dalam
Lingkungan Pengendalian terhadap efektivitas sistem pengendalian
internal di Telkom.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal dalam
hal pelaksanaan prinsip-prinsip Lingkungan Pengendalian.
1.5.2. Aspek Praktis
Implementasi Pengendalian Internal sebagai persyaratan SOX compliance
di Telkom memiliki persyaratan yang ketat untuk menjamin dan mendukung tata
kelola perusahan yang baik. Manfaat pengendalian internal tentunya seirama
dengan implementasi GCG dan etik, yaitu:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan.
2) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan perusahaan.
3) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan atau peraturan lainnya
yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
1.6. Sistematika Penulisan Tesis
Sistimatika dalam penulisan tesis ini disusun untuk memberikan gambaran
umum tentang penelitian yang dilakukan, sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat yang
menggambarkan dengan tepat isi penelitian, mencakup tinjauan umum objek
penelitian yaitu Telkom, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan sistimatika penulisan tesis.
15
BAB II. Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yaitu penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai berkaitan dengan Lingkungan Pengendalian, teori-teori dan
referensi yang berkaitan dengan topik, masalah, atau variabel penelitian.
BAB III. Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan, operasional
variabel, skala pengukuran, skala instrumen, tahapan pengumpulan data, populasi
dan sampel, serta teknik pengumpulan dan analisis data yang dapat menjawab
atau menjelaskan masalah penelitian.
BAB IV. Analisis dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya yang
diuraikan secara kronologis dan sistimatis sesuai dengan perumusan masalah serta
tujuan penelitian. Aspek pembahasan dimulai dari hasil analisis data, kemudian
diinterpretasikan dan selanjutnya diikuti oleh penarikan kesimpulan.
BAB V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan, memberikan
masukan atau saran yang bisa diimplementasikan oleh perusahaan.