07_ringkasan fr gks-isp_chapter 5.3, 5.4, 5.5, 5.6, 6, 7, 8

47
Bab 5 5 - 14 5.3 Skenario Urbanisasi dan Demand Penggunaan Lahan Perkotaan 5.3.1 Demand Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Wilayah Perkotaan (1) Populasi di Tahun 2030 Seiring dengan berjalannya proses urbanisasi, lahan akan dikonversi dari satu lahan ke lahan yang lain untuk perumahan, komersial dan industri. Perkembangan sosial dan ekonomi berjalan seiring dengan permintaan penggunaan lahan baru. Dengan demikian, perkiraan populasi di masa yang akan datang dapat diterjemahkan ke dalam demand penggunaan lahan di masa depan. Sebagaimana telah dibahas dalam Bab 3, kerangka kerja populasi pada tahun 2030 diusulkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3.1. Populasi pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 14.117.500, dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2008 sebanyak 9.345.655 di Kawasan GKS. Tambahan populasi hingga tahun 2030 adalah sekitar 4.770.000 jiwa, yang akan membutuhkan lahan perumahan baru di wilayah tersebut. Tabel 5.3.1 Perkiraan Populasi di Zone GKS tahun 2030 Kab/Kota 2008 2030 Kenaikan Sidoarjo 1,920,312 3,257,400 1,337,088 Mojokerto 1,074,879 1,653,100 578,221 Lamongan 1,302,605 1,795,100 492,495 Gresik 1,169,347 1,910,600 741,253 Bangkalan 990,711 1,586,500 595,789 Kota. Mojokerto 123,566 191,100 67,534 Kota. Surabaya 2,764,245 3,723,700 959,455 GKS 9,345,665 14,117,500 4,771,835 Sumber: Tim Studi JICA (2) Skenario Urbanisasi Diasumsikan bahwa sekitar 39% dari total penduduk akan tinggal di wilayah pedesaan, dan 61% dari mereka akan cenderung berada di daerah perkotaan dan sub-urban, hal tersebut berdasarkan pada analisa distribusi populasi saat ini. Oleh karena itu, diadopsi suatu asumsi penting, yaitu total wilayah perkotaan akan menampung 61% dari total jumlah penduduk, atau sejumlah 8.629.800 jiwa, dan desa-desa di wilayah pedesaan akan menampung penduduk yang tersisa, sejumlah 5.487.700 jiwa di Kawasan GKS. (3) Demand Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Pelayanan Perkotaan Dalam rangka untuk memproyeksikan demand penggunaan lahan, maka dibuat suatu analisa kepadatan hunian. Secara umum, kepadatan penduduk di daerah pedesaan lebih kurang 60 orang / ha, yang dianggap sebagai sebuah trend spontan pemukiman manusia. Di daerah perkotaan, terdapat tiga klasifikasi wilayah, yaitu wilayah dengan kepadatan tinggi; kepadatan menengah; dan daerah kepadatan rendah. Asumsi kepadatan diberikan kepada

Upload: andon-setyo-wibowo

Post on 16-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

GKS Exum7

TRANSCRIPT

  • Bab 5

    5 - 14

    5.3 Skenario Urbanisasi dan Demand Penggunaan Lahan Perkotaan

    5.3.1 Demand Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Wilayah Perkotaan

    (1) Populasi di Tahun 2030

    Seiring dengan berjalannya proses urbanisasi, lahan akan dikonversi dari satu lahan ke lahan yang lain untuk perumahan, komersial dan industri. Perkembangan sosial dan ekonomi berjalan seiring dengan permintaan penggunaan lahan baru. Dengan demikian, perkiraan populasi di masa yang akan datang dapat diterjemahkan ke dalam demand penggunaan lahan di masa depan.

    Sebagaimana telah dibahas dalam Bab 3, kerangka kerja populasi pada tahun 2030 diusulkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3.1. Populasi pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 14.117.500, dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2008 sebanyak 9.345.655 di Kawasan GKS. Tambahan populasi hingga tahun 2030 adalah sekitar 4.770.000 jiwa, yang akan membutuhkan lahan perumahan baru di wilayah tersebut.

    Tabel 5.3.1 Perkiraan Populasi di Zone GKS tahun 2030

    Kab/Kota 2008 2030 Kenaikan

    Sidoarjo 1,920,312 3,257,400 1,337,088

    Mojokerto 1,074,879 1,653,100 578,221

    Lamongan 1,302,605 1,795,100 492,495

    Gresik 1,169,347 1,910,600 741,253

    Bangkalan 990,711 1,586,500 595,789

    Kota. Mojokerto 123,566 191,100 67,534

    Kota. Surabaya 2,764,245 3,723,700 959,455

    GKS 9,345,665 14,117,500 4,771,835

    Sumber: Tim Studi JICA

    (2) Skenario Urbanisasi

    Diasumsikan bahwa sekitar 39% dari total penduduk akan tinggal di wilayah pedesaan, dan 61% dari mereka akan cenderung berada di daerah perkotaan dan sub-urban, hal tersebut berdasarkan pada analisa distribusi populasi saat ini. Oleh karena itu, diadopsi suatu asumsi penting, yaitu total wilayah perkotaan akan menampung 61% dari total jumlah penduduk, atau sejumlah 8.629.800 jiwa, dan desa-desa di wilayah pedesaan akan menampung penduduk yang tersisa, sejumlah 5.487.700 jiwa di Kawasan GKS.

    (3) Demand Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Pelayanan Perkotaan

    Dalam rangka untuk memproyeksikan demand penggunaan lahan, maka dibuat suatu analisa kepadatan hunian. Secara umum, kepadatan penduduk di daerah pedesaan lebih kurang 60 orang / ha, yang dianggap sebagai sebuah trend spontan pemukiman manusia.

    Di daerah perkotaan, terdapat tiga klasifikasi wilayah, yaitu wilayah dengan kepadatan tinggi; kepadatan menengah; dan daerah kepadatan rendah. Asumsi kepadatan diberikan kepada

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 15

    daerah-daerah dengan jumlah jiwa masing-masing adalah: 180, 120 dan 60 orang / ha. Meskipun daerah dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kepadatan yang sangat tinggi yaitu lebih dari 200 orang / ha, dan kadang-kadang 400 orang / ha di CBD dan wilayah sekitarnya, kepadatan dengan jumlah kurang lebih 180 orang / ha secara rata-rata adalah asumsi yang relevan untuk daerah dengan kepadatan yang tinggi. Daerah kepadatan rendah diberikan untuk wilayah dengan tingkat kepadatan yang sama yaitu sejumlah 60 orang / ha, sama dengan yang terdapat di wilayah pedesaan.

    Berdasarkan pada asumsi analitis tersebut, demand penggunaan lahan untuk perumahan dan wilayah pelayanan perkotaan pada tahun 2030 diproyeksikan pada Tabel 5.3.2. Sebagai hasilnya, total 170.590 ha akan dibutuhkan untuk mengakomodasi penduduk GKS di masa yang akan datang, 79.090 ha lahan harus didedikasikan untuk daerah perkotaan, sedangkan 91.500 ha untuk desa di wilayah pedesaan, seperti yang digambarkan pada Gambar 5.3. 1.

    Tabel 5.3.2 Demand Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Wilayah Pelayanan Perkotaan di GKS Tahun 2030

    Lahan yang Dibutuhkan Kepadatan Distribusi Populasi

    Wilayah Klasifikasi (ha) (%) (orang/ha) Penduduk (%)

    Kepadatan Tinggi 11,870 7.0% 180 2,136,600 15.1%

    Kepadatan Menengah 41,000 24.0% 120 4,920,000 34.9%

    Kepadatan Rendah 26,220 15.4% 60 1,573,200 11.1%

    Perkotaan

    Total Perkotaan 79,090 46.4% 109 8,629,800 61.1%

    Pedesaan Desa 91,500 53.6% 60 5,487,700 38.9%

    Total 170,590 100.0% 83 14,117,500 100.0% Sumber: Tim Studi JICA

    Gambar 5.3.1 Perkiraan Penggunaan Lahan untuk Perumahan dan Pelayanan Perkotaan di GKS Tahun 2030

    Urban Residential Area 2030 : 79,090 ha

    Total Population 2030: 14,118,000

    Urban Population 8,629,800 (61%)

    Rural Population 5,487,700 (39%)

    High Density2,136,600

    (11,870 ha)

    Middle Density4,920,000

    (41,000 ha)

    Low Density1,573,200

    (26,220 ha)

    Villages5,487,700

    (91,500 ha)

  • Bab 5

    5 - 16

    (4) Demand Penggunaan Lahan untuk Industri

    Persyaratan penggunaan lahan untuk menampung kegiatan industri seperti yang telah direncanakan, dihitung berdasarkan perkiraan proyeksi pekerjaan di sektor industri. Selama periode tahun 2007 dan 2030, total sekitar 777,000 pekerjaan tambahan akan diciptakan di sektor industri formal di Kawasan GKS. Dari mereka, 612,000 pekerjaan, atau 78,8%, akan disediakan oleh industri besar, dan 164 ribu atau 21,2%, akan disediakan oleh industri skala kecil, seperti terlihat pada Tabel 5.3.3. Dalam tabel ini, industri skala kecil diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu, usaha kecil (UK: dengan jumlah karyawan kurang dari 10 orang) dan usaha kecil-menengah (UKM: dengan jumlah karyawan kurang dari 30 orang).

    Usaha kecil mencakup industri cottage dan industri rumah tangga. Industri cottage (1~4 orang) dan sangat kecil (5~9 orang) tidak diikutkan dalam perhitungan demand untuk wilayah lahan industri, karena kebanyakan dari mereka biasanya beroperasi di luar kawasan industry khusus tetapi dalam sebuah bangunan serbaguna atau lainnya.

    Tabel 5.3.3 Kenaikan Jumlah Pekerjaan pada Industri Formal (2007-2030) Berdasarkan Ukuran Perusahaan Jumlah Pekerja Rasio Asumsi

    Kab/Kota UK UKM Besar Total UK+UKM Besar

    Bangkalan 17,483 23,462 10,236 51,181 80.0% 20.0%

    Gresik 1,477 37,387 220,231 259,095 15.0% 85.0%

    Lamongan 6,773 34,528 10,325 51,627 80.0% 20.0%

    Mojokerto 514 20,896 49,956 71,366 30.0% 70.0%

    Sidoarjo 2,991 9,470 236,755 249,216 5.0% 95.0%

    Kota Mojokerto 82 150 2,086 2,317 10.0% 90.0%

    Kota Surabaya 1,453 7,743 82,765 91,961 10.0% 90.0%

    GKS 30,773 133,636 612,354 776,763 21.2% 78.8% Sumber: Tim Studi JICA Catatan: Usaha Kecil didefinisikan sebagai industri dengan jumlah karyawan kurang dari 10 orang;

    UMK, dengan jumlah karyawan kurang dari 30 orang.

    Persyaratan lahan tambahan untuk mendukung kegiatan industri formal dapat dihitung berdasarkan pada sejumlah asumsi dari Kepadatan Pekerja berdasarkan ukuran perusahaan. Diidentifikasikan bahwa jumlah rata-rata kepadatan pekerja saat ini di sejumlah kawasan industry eksisting adalah 83 orang/ha, berdasarkan data dan statistik tahun 2007.

    Hasil dari proyeksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.4. Total tambahan lahan sejumlah 8,682 ha akan dibutuhkan untuk kegiatan industry pada periode antara tahun 2007 dan 2030. Di luar itu, wilayah dengan luas 7,654 ha akan dibutuhkan untuk industry berskala besar, yang akan berlokasi di kawasan industry dimana pendayagunaan lingkungan telah berkembang dengan baik. Sebagai tambhan, lahan dengan luas sekitar 1,000 ha akan dibutuhkan untuk mengakomodasi UKM di GKS secara keseluruhan.

    Dilihat dari distribusi demand, kawasan industri untuk perusahaan-perusahaan berskala besar sangat dibutuhkan di Sidoarjo (2.959 ha), Gresik (2.753 ha) dan Surabaya (1,035 ha). Sementara, kawasan industri untuk UKM diperlukan di Lamongan (258 ha), Bangkalan (256 ha) dan Gresik (243 ha).

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 17

    Prosedur proyeksi untuk demand penggunaan lahan industri diilustrasikan pada Gambar 5.3.2.

    Tabel 5.3.4 Demand untuk Penambahan Lahan yang dibutuhkan oleh Sektor Industri Sampai Tahun 2030

    Skala Besar (ha) (80 pax/ha) UKM (ha)

    (160 pax/ha) Total (ha)

    Bangkalan 128 256 384

    Gresik 2,753 243 2,996

    Lamongan 129 258 387

    Mojokerto 624 134 758

    Sidoarjo 2,959 78 3,037

    Kota Mojokerto 26 1 28

    Kota Surabaya 1,035 57 1,092

    GKS 7,654 1,028 8,682 Sumber: Tim Studi JICA

  • Bab 5

    5 - 18

    Gambar 5.3.2 Demand Penggunaan Lahan Tambahan untuk Lokasi Industri Baru antara 2009 dan 2030 di Kawasan GKS

    5.4 Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2030 untuk Kawasan GKS

    5.4.1 Metodologi

    Berdasarkan hal-hal yang berasal dari evaluasi potensi dan kendala penggunaan lahan (Bagian 5.1), pertimbangan terhadap analisa wilayah lingkungan sensitif (Bagian 5.2) dan urbanisasi dan analisa demand penggunaan lahan (Bagian 5.3), rencana penggunaan lahan jangka panjang telah diformulasikan untuk Kawasan GKS dengan target pada tahun 2030.

    (1) Usulan Kategori Zoning Penggunaan Lahan

    Sebuah kategorisasi untuk pemetaan penggunaan lahan dengan sistem kode warna telah ditetapkan oleh BAKOSURTANAL untuk perencanaan tata ruang. Namun demikian, rincian tentang kategori penggunaan lahan yang telah ditetapkan tersebut ternyata tidak relevan karena dua alasan, yaitu 1) skala pemetaan untuk perencanaan tata ruang GKS adalah 1 / 250,000, dan 2) pola penggunaan lahan yang digambarkan dalam rencana tata ruang wilayah GKS merupakan pedoman umum di tingkat makro yang seharusnya berguna untuk rencana tata ruang wilayah di tingkat kabupaten. Oleh karena itu, zoning penggunaan lahan yang terkonsolidasi dengan 10 kategori telah diusulkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4.1, dan sistem kategorisasi tersebut berhubungan dengan norma penggunaan lahan BAKOSURTANAL yang dilampirkan pada tabel tersebut.

    Required Industrial Estates by 2030 : 8,682 ha

    Incremental Employments in

    Industrial Sector 2009-2030:

    776,763

    Employments of Large-scale:

    612,354

    Employments of Micro-Enterprise:

    30,773

    Land forLarge-scale Ent.

    ( 7,654 ha)

    Land forSMEs

    (10,853 ha)

    Cottage & Household Industries(192 ha)

    Employments of SMEs:

    133,636

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 19

    (2) Arahan Dasar untuk Perencanaan Penggunaan Lahan

    Sejumlah arahan telah dipergunakan untuk perencanaan penggunaan lahan di Kawasan GKS. 7 arahan berikut ini merupakan pertimbangan utama:

    1) Hutan Lindung Resmi harus secara ketat tetap dilindungi dengan penegakan hukum. 2) Wilayah Lingkungan Sensitif/Environmentally Sensitive Areas (ESAs) akan

    diidentifikasi, dan wilayah ini lingkungannya harus dikelola dengan suatu kebijakan khusus.

    3) Wilayah Konservasi, termasuk rawa-rawa, daerah rawan banjir, daerah pantai, wilayah pertanian garam dan wilayah semburan lumpur Lapindo, harus dikendalikan terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan perkotaan.

    4) Konversi Lahan dari Wilayah Irigasi menjadi lahan untuk keperluan perkotaan harus diminimalisir terhadap adanya tekanan yang kuat untuk urbanisasi.

    5) Lahan Pertanian harus dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih beragam dan bermanfaat, seperti peternakan hewan dan peternakan yang menghasilkan susu di wilayah Bangkalan dan Mojokerto.

    6) Urbanisasi Hijau dengan jaringan harus dibentuk terutama di wilayah urbanisasi. 7) Industri yang Hemat Air dan Bebas Polusi harus dikembangkan untuk wilayah

    potensial pengembangan, tetapi tidak untuk ditempatkan pada ESA (Environmentally Sensitive Area).

    Tabel 5.4.1 Usulan Kategori Zoning Penggunaan Lahan untuk Perencanaan Tata ruang di Kawasan GKS

    Zona/Kategori Penggunaan Lahan Tujuan

    Catatan

    1 Zona Perlindungan

    y Secara resmi melindungi lingkungan dan sumber daya alam dan ekosistem yang terancam dari pembangunan yang tidak terencana dan konversi lahan; dan y Untuk mitigasi bencana, mempertahankan

    kondisi dan konfigurasi alam tetap terjaga

    Merujuk pada peta ESA

    2 Zona Konservasi

    y Untuk mengkonservasi sumber daya alam dan asset ekologi dengan langkah-langkah kelembagaan untuk pengendalian pengembangan dan pengelolaan penggunaan lahan, mengambil pertimbangan lingkungan

    Termasuk wilayah semburan lumpur, dan pertanian garam

    3 Zona Hutan y Untuk mengatur wilayah hutan dengan tiga kerangka hukun (3) Hutan kategori: 1) Hutan perlindungan; 2) Hutan konservasi; dan 3) hutan produksi.

    Mengacu pada peraturan dan penegakan hukum

    4 Zona Pertanian (Irigasi)

    y Untuk memfasilitasi kegiatan pertanian dan panen dengan pengelolaan penggunaan air yang baik.

    5 Zona Pertanian (Non-irigasi)

    y Untuk mendorong lebih banyak diversifikasi pertanian dan kegiatan panen, termasuk peternakan dan pngolahan agro.

    CATEGORY SUB CATEGORY

    PROTECTION ZONEA.1 Great Forest ParkA.2 Cultural Preservation and Science PreservationA.3 Spiritual Protected Areas and Local WisdomA.4 Coastal BoundaryA.5 River BankA.6 Area Around the Lake or ReservoirA.7 Water Catchment Area, and Water Spring AreaA.8 Landslide Zone

    CONSERVATION ZONEB.1 Mangrove Coastal ZoneB.2 Flood ZoneB.3 Mud Disaster Zone

    B.4 Flood Prone Zone; Water ReservoirForest Fire and Typhoon Prone Zone

    B.5 Coastal Abrasion Prone ZoneB.6 Salt-farming

    FOREST ZONEC.1 Protection ForestC.2 Production Forest ZoneC.3 Community Forest Zone

    AGRICULTURAL (Irrigated) ZONED.1 Irrigated Land

    AGRICULTURAL (Non-irrigated) ZONEE.1 Non-irrigated landE.2 Plantation Land ZoneE.3 Animal Husbandry ZoneE.4 Fishery Zone

    BUFFER ZONED.1 City ForestD.2 Green Open Area

    URBAN DEVELOPMENT AREAE.1 High Density Urban SettlementE.2 Medium Density Urban Settlement;E.3 Low density Rural SettlementE.4 Tourism ZoneE.5 Mainstay ZoneE.6 New Town and Waterfront CityE.7 City Park

    INDUSTRIAL ZONEF.1 Industrial Zone

    MINING ZONEG.1 Karst MiningG.2 Gas, Oil and Mineral Mining Zone

    SPECIAL ZONEH.1 Defense and Security Zone

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

    D.

    E.

    H.

    F.

    G.

  • Bab 5

    5 - 20

    6 Zona Penyangga

    y Tuntuk melestarikan ruang terbuka dan sumber daya lingkungan untuk membentuk jaringan hijau untuk lingkungan metropolitas yang nyaman untuk ditinggali;

    Termasuk untuk urbanisasi setelah tahun 2030.

    7 Zona Pemukiman & Pengembangan Perkotaan

    y Untuk memfasilitasi pengembangan perkotaan untuk perumahan dan layanan perkotaan dengan tiga (3) Fitur tata ruang dalam hal kepadatan penduduk: 1) kepadatan tinggi; 2) Kepadatan menengah; dan 3) Kepadatan rendah. y Untuk mengembangkan wilayah pedesaan

    sebagai wilayah pemukiman penduduk.

    Termasuk semualayana umum seperti taman, sekolah serta fasilitas pemerintahan dan kesehatan

    8 Zona Industri y Untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan industri dalam bentuk kawasan/taman industri atau zona industri khusus

    Selokan dan sistem drainase harus disediakan.

    9 Zona Pertambangan

    y Untuk memajukan pengelolaan lingkungan yang baik untuk ekploitasi minyak dan gas serta pertambangan mineral

    Tidak ada wilayah spesifik di Kawasan GKS

    10 Zona Khusus y Termasuk untuk keperluan militer, lahan pemakaman dan lainnya

    Sumber: Tim Studi JICA

    5.4.2 Usulan Rencana Penggunaan Lahan GKS 2030

    (1) Pola Keseluruhan Penggunaan Lahan dan Tata Ruang 2030

    Rencana jangka panjang penggunaan lahan untuk Kawasan GKS dengan target di tahun 2030 telah diusulkan seperti yang digambarkan pada Gambar 5.4.1, dan struktur zoning penggunaan lahan di tahun 2030 ditunjukkan pada Tabel 5.4.2. Dari Tabel tersebut, dapat dicatat beberapa hal sebagai berikut:

    x Zona Perlindungan, Zona Konservasi dan Zona hutan, termasuk tiga kategori hutan, masing-masing akan menyumbang 10.1%, 2.4% dan 10.3%, total 22.8% dari seluruh Kawasan GKS disebut sebagai wilayah sadar lingkungan.

    x Zona Irigasi akan menguasai 20% lahan, dan zona pertanian non-irigasi sejumlah 30.5%, dengan artian bahwa lahan pertanian meliputi setengah (50.5%) Kawasan GKS. Pertanian adalah/akan menjadi hal yang paling signifikan dalam penggunaan lahan.

    x Zona Pemukiman Penduduk & Pengembangan Perkotaan akan menempati lahan seluas 74,944 ha, 11.8% dari GKS, dan lahan untuk wilayah pedesaan adalah 58,540 ha, atau 9.2%. Sehingga, total dari 21% dari lahan akan digunakan untuk pemukiman penduduk dan wilayah kegiatan perkotaan.

    x Zona Industri, dengan total luas wilayah 13,328 ha di tahun 2030, menyumbang 2.1% dari keseluruhan luas Kawasan GKS.

    Secara umum, bahwa usulan rencana penggunaan lahan dinilai telah seimbang dalam hal keonservasi lingkungan dan pengembangan perkotaan.

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 21

    Tabel 5.4.2 Struktur Zoning Penggunaan Lahan di GKS Tahun 2030 Kategori Zoning Penggunaan Lahan Wilayah Pembagian (%)

    1 Zona Perlindungan 63,948 10.1%

    2 Zona Konservasi 15,472 2.4%

    Zona hutan 65,132 10.3%

    Hutan Lindung (1,292.0) (0.2%)

    Hutan Konservasi (11,108.0) (1.7%)

    3

    Hutan Produksi (52,732.0) (8.3%)

    4 Zona Pertanian (Irigasi) 126,880 20.0%

    5 Zona Pertanian (Non-irigasi) 193,448 30.5%

    6 Zona Penyangga 21,660 3.4%

    Pemukiman Penduduk & Zona Pengembangan Perkotaan 74,944 11.8%

    Kepadatan Tinggi (11,068.0) (1.7%)

    Kepadatan Menengah (38,936.0) (6.1%)

    Kepadatan Rendah (24,940.0) (3.9%)

    7

    Pedesaan 58,540 9.2%

    8 Zona Industri 13,328 2.1%

    9 Zona Pertambangan 0 0.0%

    10 Zona Khusus 1,548 0.2%

    Total 634,900 100.0% Sumber: Tim Studi JICA

    (2) Perubahan yang Terjadi pada Pola Penggunaan Lahan Antara Tahun 2009 dan 2030

    Analisa konversi lahan dari kondisi yang ada di tahun 2009 untuk target tahun 2030 telah dibuat, dan sebuah matriks perubahan pemanfaatan lahan itu digambarkan seperti terlihat pada Tabel 5.4.4. Tabel matriks ini menunjukkan hubungan mengenai pengunaan apa yang akan menggeser penggunaan lahan pada tahun 2030.

    Dari analisa ini, perubahan di wilayah irigasi pertanian perlu dicatat, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4.3. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu strategi perencanaan penggunaan lahan yang paling penting adalah dengan meminimalkan penurunan jumlah lahan pertanian irigasi oleh adanya tekanan urbanisasi. Seperti yang terlihat dalam Tabel, total luas lahan irigasi yang ada saat ini adalah 168.104 ha, dimana sejumlah 126.536 ha (75,3%), akan tetap berfungsi sebagai lahan irigasi, dan 14.680 ha (8,7%) akan dikonversi menjadi lahan berorientasi lingkungan, termasuk kawasan perlindungan dan konservasi. Sementara, 12.768 ha (7,6%), akan dikonversi menjadi wilayah pengembangan perkotaan, dan 2.520 ha (1,5%) akan dialihkan menjadi lahan untuk keperluan industri. Akibatnya, kurang lebih 9% dari lahan irigasi yang ada akan dikonversi menjadi lahan untuk keperluan perkotaan dan industri. Perubahan tersebut tampaknya masuk akal dan relevan, dengan mempertimbangkan tekanan urbanisasi yang kuat dapat diantisipasi pada dekade mendatang.

  • Bab 5

    5 - 22

    Tabel 5.4.3 Konversi Lahan Pertanian Irigasi dari Tahun 2009 sampai 2030

    Eksisting 2009

    Kategori Penggunaan Lahan Wilayah Pertanian Irigasi 2009 (ha) Komposisi

    (%)

    Wilayah Terlindung 10,144

    Wilayah Konservasi 736

    Hutan Produksi 3,800

    14,680 8.7%

    Pertanian (irigasi) 126,536 75.3%

    Wilayah Pertanian 2,376 1.4%

    Penyangga 9,224 5.5%

    Wilayah Pengembangan Perkotaan (Kepadatan Tinggi) 464

    Wilayah Pengembangan Perkotaan (Kepadatan Menengah) 5,080

    Wilayah Pengembangan Perkotaan (Kepadatan Rendah) 7,224

    12,768 7.6%

    Penggunaan Lahan 2030

    Wilayah Industri 2,520 1.5%

    Total 168,104 100.0%

    Sumber Tim Studi JICA

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 23

    Gambar 5.4.1 Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2030 di Kawasan GKS

  • Bab 5

    5 - 24

    Tabel 5.4.4 Perubahan Penggunaan lahan dari Pola Eksisting ke Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2030 di Kawasan GKS

    AgricultureAgriculture

    (Non-irrigated)Agriculture(Irrigated)

    CemetaryCommer-

    cialDumping

    SiteFish Pond

    GrasslandShrub

    Housing-Settlement

    Industry Mangrove MilitaryOpenSpace

    PorongMud

    Disaster

    PublicInstitution

    Recreation/Sports

    Sea Sand SwampTrans-

    portationVacantLand

    Water-body

    1 Protected area 63,948 10.1% 8,292 35,992 10,144 0 20 0 160 8,348 0 56 0 0 0 0 0 0 96 608 0 4 228

    2 Conservation area 15,472 2.4% 68 272 736 0 8 0 10,664 488 0 8 1,736 0 0 584 0 0 8 736 0 0 164

    3 Agriculture (Irrigated) 126,880 20.0% 92 108 126,536 0 0 0 0 124 0 0 8 0 0 0 0 0 4 8 0 0 0

    4 Agriculture area 193,448 30.5% 23,688 118,964 2,376 24 128 4 35,596 6,312 0 372 1,132 0 68 20 8 32 68 1,180 172 40 3,264

    5 Protected forest 1,292 0.2% 68 72 0 0 0 0 0 1,152 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    6 Production forest 52,732 8.3% 18,236 19,076 3,800 0 0 0 400 10,972 0 4 0 0 0 0 0 0 0 140 0 4 100

    7 Conservavtion Forest 11,108 1.7% 1,872 172 0 0 0 0 0 9,064 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    8 Buffer 21,660 3.4% 1,980 3,744 9,224 0 72 32 776 4,940 0 260 24 0 76 0 44 8 20 56 136 24 244

    9Urban development area(High Density)

    11,068 1.7% 76 72 464 0 896 0 28 476 6,944 768 0 0 376 0 400 48 0 0 52 336 132

    10Urban development area(Middle Dencity)

    38,936 6.1% 1,892 5,152 5,080 0 1,044 0 292 1,516 15,460 2,904 4 4 1,780 0 692 112 8 64 220 2,280 432

    11Urban development area(Low Dencity)

    24,940 3.9% 1,372 5,648 7,224 0 172 40 724 592 7,156 784 4 0 368 0 36 48 8 88 180 116 380

    12 Village (Kampung) 58,540 9.2% 0 0 0 0 0 0 0 0 58,540 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    13 Industrial area 13,328 2.1% 68 3,016 2,520 0 92 0 2,340 476 1,220 2,816 168 0 0 0 24 0 0 236 0 136 216

    14 Special zone 1,548 0.2% 0 8 0 0 0 0 0 0 12 0 0 1,528 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    57,704 192,296 168,104 24 2,432 76 50,980 44,460 89,332 7,972 3,076 1,532 2,668 604 1,204 248 212 3,116 760 2,940 5,160

    9.1% 30.3% 26.5% 0.0% 0.4% 0.0% 8.0% 7.0% 14.1% 1.3% 0.5% 0.2% 0.4% 0.1% 0.2% 0.0% 0.0% 0.5% 0.1% 0.5% 0.8%

    Exiting Land Use 2009 (ha)

    TotalLand Use Category

    634,900 100.0%Total

    Futu

    er L

    and

    Use 2

    030 (

    ha)

    Sumber: Tim Studi JICA

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 25

    5.5 Zona Pengembangan Strategis untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi

    5.5.1 Definisi dan Proyek Zona Pengembangan Strategis

    UU Perencanaan Tata Ruang menyiratkan bahwa zona pengembangan strategis harus diidentifikasi untuk mewujudkan visi dan misinya, yang digambarkan pada awal proses perencanaan tata ruang. Berdasarkan pada arahan tersebut, Kawasan Pengembangan Strategis (SDZ) dan proyek-proyek besar di SDZ difungsikan sebagai berikut:

    x Proyek Besar untuk mewujudkan visi-visi pembangunan x Proyek Besar untuk memajukan ekonomi daerah GKS dan Jawa Timur x Proyek Skala Besar/Sedang yang membutuhkan investasi umum dan/atau swasta yang

    besar x Proyek Prioritas yang diawali dengan adanya kebijakan khusus

    Proyek utama di SDZ ditandai dengan adanya kondisi-kondisi sebagai berikut:

    - Zona/kawasan Industri - Simpul-simpul transportasi dan bangkitan lalu-lintas seperti pelabuhan, bandara,stasiun

    KA, terminal bus dan terminal distribusi barang. - Pusat bisnis dan komersial - Tujuan-tujuan wisata untuk menarik turis asing dan domestik - Kota-kota baru, wilayah pusat perhiasan - Infrastruktur utama serbaguna seperti reservoir, resapan air, selokan dan drainase - Fasilitas pengolahan limbah padat (tempat pembuangan akhir, fasilitas transfer

    inter-mediate, pusat daur ulang, pabrik kompos, dsb.) - Fasilitas/layanan krusial lainnya yang berkaitan

    dengan pencapaian visi.

    5.5.2 Penilaian terhadap Usulan Proyek Strategis

    Setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota telah mengusulkan sejumlah proyek strategis dengan skala menengah dan skala besar. Proyek-proyek utama ditabulasi dalam Tabel 5.5.1. Semua proyek yang dikaji dan diprioritaskan dengan proses evaluasi seperti yang terlihat pada Gambar 5.5.1. Kriteria-kriteria tersebut adalah: 1) relevansi dengan visi dan tujuan pembangunan GKS secara keseluruhan, 2) Dampak yang timbul, efektivitas dan kelayakan implisit, dan 3) kebutuhan mendesak untuk segera dimulai..

    Semua kabupaten mengharapkan dapat mengembangkan kawasan industri berskala besar. Akan tetapi, demand tambahan dihitung untuk luas sekitar 8,680 ha sampai dengan tahun 2030. Sehingga, skema pengembangan sngat dibutuhkan dalam rangka menghindari investasi yang berlebihan demikian juga dengan pengembangan lahan yang

    Review of the Needs

    DecisionVision and Objectives

    Demand Projection

    Evaluation

    Impacts, Effectiveness; Feasibilities

    Urgent Necessity

    Priority Projects

    Fig. 5.5.1 Prioritization Procedure of Strategic Zones/Projects Proposed by Kota/Kabupaten

  • Bab 5

    5 - 26

    berlebihan. Sekali lahan pertanian dikonversikan menjadi lahan industri, maka lahan tersebut tidak dapat dikembalikan menjadi lahan pertanian kembali, karena bersifat tidak reversibel.

    Selain itu, setiap proyek yang telah direncanakan dalam Zona Perlindungan yang telah ditetapkan dalam rencana penggunaan lahan, telah dihilangkan, sebagian dipotong atau direlokasi, dengan pertimbangan lingkungan yang krusial.

    5.5.3 Usulan Zona Strategis sampai dengan tahun 2030 di GKS

    Setelah mengkaji dan memprioritaskan proyek strategis yang telah diusulkan oleh rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota, zona, dimana proyek strategis tersebut berada, dikenal sebagai Zona Strategis untuk ditargetkan pada 2030. Sebagai tambahan, sejumlah proyek strategis yang diusulkan, dilakukan melalui proses perencanaan tata ruang GKS pada sektor angkutan dan infrastruktur. Proyek tersebut juga dianggap sebagai zona strategis.

    Gambar 5.4.3 menunjukkan usulan zona pengembangan strategis sampai dengan tahun 2030, yang terdiri dari:

    - Zona Pengembangan Bisnis/Komersial yang terpusat; - Zona Pengembangan Hijau; - Zona Pengembangan Fasilitas Umum; - Zona Pengembangan Industri; - Zona Militer; - Lokasi Proyek Strategis lainnya; dan - Zona Pengembangan Fasilitas (diusulkan oleh Tim Studi JICA)

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 27

    Tabel 5.5.1 Proyek Pengembangan Strategis Skala Menengah Besar yang Diusulkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Prioritasnya

    Kota/Kab Ref. # 1) PROJECT NAME PROJECT SECTOR LOCATION AREA (Ha) STATUS SCALE PRIORITY 2)

    1 Ujung Pangkah Industry Industry Ujung Pangkah 4,984.38 Planned up to 2028 Large H3 Manyar Industry Industry Manyar 1,489.00 Planned up to 2028 Large M/L2 Sidayu Industry Industry Sidayu 1,000.00 Planned up to 2028 Large M/L

    15 ERP (Environment Recycling Park) Solid Waste Kedamean 120.00 Feasibility Study 2010 Medium H4 Housing & Settlement Human Settlement Driyorejo, Kedamean,

    Menganti, Cerme4,000 of total

    29,207.00Planned up to 2028 Large

    M/L

    25 Sembayat Barrage (water reservoir) Natural Resource Bungah 64.00 Start 2011 Medium H16 TOL road Legundi-Manyar Transportation 172.50 Medium M/L12 Suramadu Bridge Foot Tourism, Service Labang 600.00 Start 2011 Medium H5 Tanjung Bulupandan Port Hub Transportation Klampis 1,000.00 May be start in 2012 Large H

    13 Blega Reservoir Natural Resource Galis 966.30 Water supply Capacity: 0.39 m3/sec;Catchment Area: 122 Km2.

    Medium H

    14 MISI Port Transportation Socah ? Planned up to 2028 Medium M6 Ngoro Industrial Park Industry Ngoro 440.00 Operate since Medium H6 Mojoanyar Industrial Estate Industry Mojanyar Planned up to 2028 M6 Jetis Industrial Estate Industry Jetis Planned up to 2028 M7 Housing & Settlement Human Settlement Sooko, Gedek, Mojosari,

    Pacet18,807 of total

    31,058.1Planned up to 2028 Large

    M/L

    17 TOL road SUMOTransportation

    Waru-Driyorejo-Krian-Mojokerto

    311.20Start in 2009 Medium

    M

    21 Regional Main Market for Agrobussiness (PIA) Industry Jemundo 50.00 Construction started in 2010 Medium H20 JUANDA Airport II (Expansion) Transportation Sedati 10.00 Plan to be developed in 2012 Medium H8 Siborian Industrial Estate&Zone Industry Sidoarjo-Jabon-Krian 2,450.00 Plan to be developed Large L9 New Town Development Human Settlement Sukodono 1,716.80 Plan to be developed Large M

    18 Waterfront City Human Settlement Sedati N/A Plan to be developed Medium M/L22 Tarik Riverside City Human Settlement Tarik N/A Plan to be developed Medium M19 Gemopolis (Gem Industry) Industry Sedati 300.00 Plan to be developed Medium M26 Lamongan Integrated Shore-base Industry Paciran 100.00 Operating in 2010 Medium H25 Sembayat Barrage (water reservoir) Natural Resource Laren 10.00 Start 2011 (a part of Gresik location) Medium H27 TOL road Gresik-Lamongan-Tuban Transportation 375.00 Planned up to 2028 M/L

    Air Port Alternative for Juanda extension Transportation Discourse Medium LKOTA MOJOKERTO - - - - -

    12 Suramadu Bridge Foot Commercial Tambak Wedi 600.00 Start 2011 Medium H11 Lamong Bay Port for Container Transportation Lamong Bay 55.50 Start 2011 Medium M12 Waterfront Residential Settlement Human Settlement Lamong Bay, Suramadu

    Bridge Foot, East Coast400.00 Planned up to 2028 Medium

    M/L

    23 TOL road Transportation Eastern Ring Road 320.50 Planned up to 2028 Medium H10 Suramadu Bridge Transportation Tambak Wedi 5.40 Km Finish and Operate since 2009 Large Completed

    LAMONGAN

    KOTA SURABAYA

    1,555.00

    GRESIK

    BANGKALAN

    MOJOKERTOLarge

    SIDOARJO

    Sumber: dari RTRW Kabupaten/Kota Catatan: 1) Ref. # berhubungan dengan nomor-nomor pada Gambar 5.4.2.

    2) Skala prioritas (H: Prioritas Tinggi; M: Menengah; dan L: Rendah), dievaluasi oleh Tim studi JICA

  • Bab 5

    5 - 28

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    67

    7 7

    6

    10

    8

    8

    8 9

    11

    12

    12

    181920

    14

    15

    16

    17

    13

    21

    22

    24

    23

    26

    25

    27

    Location of Large and Medium Projects by Kabupaten /Kota RTRW:

    LARGE PROJECT:1. Ujung Pangkah Industrial Estate2. Sidayu Industrial Estate3. Manyar Industrial Estate4. Housing&Settlement in Driyorejo,

    Kedamean,Menganti, Cerme

    5. Tg. Bulupandan International Port Hub6. Mojoanyar, Jetis Industrial Estate7. Housing&Settlement in Sooko, Gedek,

    Mojosari, Pacet8. Siborian Industrial Estate&Zone9. Sukodono New Town Development10. Suramadu Bridge

    MEDIUM PROJECT:11. Lamong Bay Container Port Terminal&

    Waterfront City12. Surabaya-Bangkalan Suramadu Bridge

    Foot13. Blega Reservoir14. MISI Socah Port15. Environmental Recycling Park Kedamean16. Manyar-Legundi Toll Road17. Sumo Toll Road18. Waterfront City19. Gemopolis (Gem Industry)20. Juanda II Development21. PIA Regional Main Market for

    Agrobussiness22. Tarik Riverside City23. Surabaya Eastern Outer Ring Road24. Perak Toll Road25. Sembayat Barrage26. LIS (Integrated Port)27. Lamongan-Tuban Toll Road

    Gambar 5.5.2 Proyek Skala Menengah dan Besar Usulan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 29

    Gambar 5.5.3 Usulan Zona Pengembangan Strategis di GKS untuk Tahun 2030

  • Bab 5

    5 - 30

    5.6 Rencana Tata Ruang Tahun 2030 untuk Kawasan GKS

    Melalui bagian sebelumnya, serangkaian diskusi untuk menggambarkan rencana tata ruang telah dilaksanakaan adalah sebagai berikut:

    1) Visi, Kebijakan dan Strategi (Bagian 1.4 dan Bagian 2.5~2.7) 2) SWOT dari GKS (Bagian 2.4) 3) Kerangka Kerja Sosial-ekonomi Tahun 2030 (Bab 3) 4) Sistem Hirarki Pusat Perkotaan (Bagian 4.1) 5) Jaringan Angkutan (Bagian 4.2) 6) Jaringan Infrastruktur (Bagian 4.3~4.7) 7) Evaluasi Lahan: Potensi dan Kendala (Bagian 5.1) 8) Sistem Pengelolaan (Bagian 5.2) 9) Proyeksi Demand Penggunaan Lahan Tahun 2030 (Bagian 5.3) 10) Rencana Penggunaan Lahan (Bagian 5.3) 11) Zona Pengembangan Strategis (Bagian 5.4)

    Berdasarkan hal tersebut diatas, rencana tata ruang tahun 2030 di Kawasan GKS telah diusulkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6.2.

    Gambar 5.6.1 Proses Logika untuk Memformulasikan Rencana Tata Ruang Wilayah GKS

    Visions, Policies and Strategies

    SWOT of GKS

    Socio-economic Framework in 2030

    Urban Center Hierarchical System

    Transportation Network

    Infrastructure Network

    Land Evaluation: Potentials and Constraints

    Environmental Management System

    Land Use Demand Projection in 2030

    Land Use Plan

    Strategic Development Zones

    GKS Spatial Plan

    check

    check

    check

    Spatial StructureSpatial Pattern

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    5 - 31

    Gambar 5.6.2 Usulan Rencana Tata Ruang Wilayah GKS Tahun 2030

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 1

    6.1 Indikasi Program dan Proyek Pembangunan Kawasan GKS 2010-2030

    Proyek dan program utama yang akan dilaksanakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah GKS, hingga target tahun 2030, tertuang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.1.1. Daftar ini termasuk proyek / program yang dipilih dan yang diajukan oleh masing-masing Kabupaten / Kota di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (2008-2030) dan yang diusulkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah GKS. Indikasi Program ini masih bersifat indikatif, sesuai dengan klarifikasi lebih lanjut di bawah koordinasi antara otoritas terkait.

    6. Arah Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang

  • Chapter 6

    6 - 2

    Tabel 6.1.1 Indikasi Proyek Pengembangan Prasarana untuk Zona GKS Tahun 2010 - 2030

    No Program Utama Proyek lokasi Luas (Ha) /

    Panjang (Km)

    Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana Prioritas (Proyek Jangka Pendek)

    Proyek No. R1 ; Komponen:PA-04 GresikPaciranTuban 74.19 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X Proyek No. R1b ; Komponen:PA-06 PA-07 PA-14 KenjeranRajawaliGresik 9.27 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X

    Proyek No. R1t ; Komponen:TR-02 TR-06 GresikPaciranTuban (Toll) 80.58 20102015 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    X

    Proyek No. R2 ; Komponen:PA-05 PA-16 GresikLamonganBabat 22.72 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X Proyek No. R3a ; Komponen:SA-03 SA-15

    RungkutHR, MohammadLakarsantri 24.21 20102015 Pemerintah

    Kota Surabaya & Kabupaten Gresik X

    Proyek No. R4a ; Komponen:PA-10 PA-19 KrianMojokerto 28.00 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X

    Proyek No. R4b ; Komponen:PC-04 SA-08 SA-18

    Gunung SariMastrip Mojokerto 42.58 20102015 Pemerintah

    Pemerintah Propinsi & Kota Surabaya & Gresik X

    Proyek No. R4t ; Komponen:TR-03 SurabayaMojokerto (Toll) 40.98 20102015 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    X

    Proyek No. R5c ; Komponen:PA-11 PA-15 SA-20 SA-22 SA-23 SA-25SA-26 IndrapuraA YaniPorong 28.25 20102015 Pemerintah

    Pemerintah Pusat & Kota Surabaya X

    Proyek No. R5d ; Komponen:PA-09 SA-01 SA-13 MERRSawotratapSidoarjo 19.51 20102015 Pemerintah

    Pemerintah Pusat & Kota Surabaya & Kab. Sidoarjo X

    Proyek No. R5t ; Komponen:TR-01 TR-10 SurabayaGempol (Toll) 29.39 20102015 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    X

    Proyek No. R8 ; Komponen:PA-03 PA-08 PA-18 SERRPurabaya 22.35 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X

    Proyek No. R10b ; Komponen:PA-12 MojokertoGempol 28.10 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X

    Proyek No. R14 ; Komponen:PA-13 Romo KalisariBenowo Wringinanom 22.31 20102015 Pemerintah Pemerintah Pusat X

    Proyek No. R15 ; Komponen:SA-02 SA-17 SA-19 SA-21 BenowoBanyu UripITS 30.38 20102015 Pemerintah

    Kota Surabaya & Kabupaten Gresik X

    I Pengembangan Transportasi (Jaringan Jalan)

    Proyek No. R16 ; Komponen:SA-04 MargorejoWiyungMenganti 22.22 20102015 Pemerintah Kota Surabaya & Kabupaten Gresik X

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 3

    No Program Utama Proyek Lokasi Luas (Ha) / Panjang (Km)

    Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana Prioritas

    Proyek No. RB2 ; Komponen:PC-03 PC-12 BangkalanTrunojoyo 15.65 20102015 Pemerintah Pemerintah Propinsi X

    Proyek No. R1a ; Komponen:SA-24 NgaglikKapas Karampung 1.16 20152020 Pemerintah Kota Surabaya Proyek No. R3 ; Komponen:PC-02 PC-17 BenjengMantupNgimbang 63.12 20152020 Pemerintah Pemerintah Propinsi - Proyek No. R5a ; Komponen:SA-07 SA-16 SimogunungSidoarjo 20.38 20152020 Pemerintah

    Kota Surabaya & Kabupaten Sidoarjo -

    Proyek No. R6a ; Komponen:PA-17 SA-12

    Ngagel JayaPutro Agung WetanKedung Cowek 18.14 20152020 Pemerintah

    Pemerintah Pusat & Kota Surabaya -

    Proyek No. R6at ; Komponen:TR-11 LabangBurnehArosbaya 26.08 20152020 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Private Investor -

    Proyek No. R7 ; Komponen:PA-01 PC-01 KamalModungBlega 90.04 20152020 Pemerintah Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. R8st ; Komponen:TR-04 PerakSuramadu (Toll) 7.94 20152020 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Private Investor -

    Proyek No. R9 ; Komponen:SA-09 GresikKrian 27.03 20152020 Pemerintah Kabupaten Gresik & Kabupaten Sidoarjo -

    Proyek No. R11 ; Komponen:PC-08 PC-11 PC-18 MojokertoBabatPaciran 102.16 20152020 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. R12 ; Komponen:PC-14 SA-11

    MargomulyoTamanSidoarjo 21.90 20152020 Pemerintah

    Pemerintah Propinsi & Kota Surabaya & Kabupaten Sidoarjo

    -

    Proyek No. R13 ; Komponen:SA-10 Lamong BayLakarsantri Driyorejo 18.10 20152020 Pemerintah Kota Surabaya & Kabupaten Gresik & Kabupaten Sidoarjo -

    Proyek No. R17 ; Komponen:SA-05 SA-06

    RungkutSumur WelutMenganti 24.77 20152020 Pemerintah

    Kota Surabaya & Kabupaten Gresik -

    Proyek No. RG2 ; Komponen:SA-14 Gresik Ring Road 20.48 20152020 Pemerintah Kabupaten Gresik - Proyek No. R6 ; Komponen:PA-02 KamalBangkalanTg.Bumi 59.36 2020-2030 Pemerintah Pemerintah Pusat -

    Proyek No. R8at ; Komponen:TR-05 SERR 16.49 20202030 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    -

    I Pengembangan Transportasi (Jaringan Jalan)

    Proyek No. R8t ; Komponen:TR-12 Juanda Toll RoadWaru 8.28 20202030 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    -

  • Chapter 6

    6 - 4

    No Program Utama Proyek Lokasi Luas (Ha) / Panjang (Km)

    Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana Prioritas

    Proyek No. R9t ; Komponen:TR-07 TR-09 DriyorejoKrianPorong 56.99 20202030 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Pusat & Pemerintah Propinsi, Sektor Swasta

    -

    Proyek No. R10a ; Komponen:PC-07 PC-10

    SidayuLamonganMojokerto 64.96 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. RB1 ; Komponen:PC-05 PC-06

    Tanah MerahSepulu Tg.BumiBlega 53.08 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. RG1 ; Komponen:PC-21 PC-22

    SidayuUjung Pangkah-Panceng 26.95 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. RL1 ; Komponen:PC-19 PC-20 PucukPaciran 42.61 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. RM1 ; Komponen:PC-09 PC-23 MojosariTrawasSooko 47.24 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Proyek No. RS2 ; Komponen:PC-15 PC-16

    KrianWonoayuCemeng Kalang 18.49 20202030 Pemerintah Pemerintah Propinsi -

    Pembangunan Pelabuhan Hub Internasional Tanjung Bulupandan

    Klampis + surroundings, Bangkalan 1,000.00 20122015 Pemerintah & Swasta BPWS X

    Pembangunan Terminal Peti Kemas Taluk Lamong

    Lamong Bay, Surabaya 55.50 20102012 Pemerintah Badan Usaha Milik Pemerintah X

    Pengembangan Transportasi (Jaringan Jalan) Pengembangan Transportasi (Pelabuhan & Sermaga)

    Pembangunan Pelabuhan Industri Socah Socah, Bangkalan ? 20122015 Sektor Swasta Pemerintah Bangkalan, Sektor Swasta X

    (Bandara) Pembangunan Perluasan Bandara Internasional Juanda II

    Sedati, Sidoarjo 10.00 20112015 Pemerintah Pemerintah Propinsi X

    Studi Kelayakan untukOperator Kereta Komuter Ruas Surabaya-Mojokerto dan Surabaya-Krian GKS 2012 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan X

    Railway and Commuter Train Planning and Development connecting Waru to Juanda SawotratapJuanda 20122014 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan X

    Pengembangan Transportasi (Sistem KA)

    Perencanaan dan Pembangunan Rel dan Kereta Komuter Penghubung dari Waru ke Juanda

    WaruWonokromoGubeng 20152017 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan -

    Pembangunan Pusat Pintu Gerbang Antar Moda Penghubung Sidoarjo-Surabaya Waru, Surabaya 20152016 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan -

    I

    Pengembangan Transportasi (Sistem Antar Moda)

    Pembangunan Pusat Pintu Gerbang Antar Moda Penghubung Lamongan-Surabaya Benowo, Surabaya 20172018 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan -

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 5

    No Program Utama Proyek Lokasi Luas (Ha) / Panjang (Km) Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana

    Prioritas

    Pembangunan Pusat Pintu Gerbang Antar Moda Penghubung Mojokerto-Surabaya Sepanjang, Sidoarjo 20192020 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan -

    Pembangunan Pusat Pintu Gerbang Antar Moda Penghubung Gresik-Surabaya

    Tambak Oso Wilangun, Surabaya 20212022 Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan -

    Bungah, Gresik 64.00 20102012 Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsis Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten

    X

    Pembangunan Bendung Gerak Sembayat

    Laren, Lamongan 10.00 20102012 Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kab/Kota

    Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten

    X

    Pembangunan Waduk Blega Galis, Bangkalan 966.30 20122015 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kab/Kota

    Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten

    X

    Proyek pengalihan air antar propinsi (Proyek penyaluran air Umbulan & Proyek penyaluran air Sungai Solo)

    Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Bangkalan, Lamongan, Pasuruan

    - 2012-2015 Pemerintah-Sektor Swasta

    Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten

    X

    Perluasan Fasilitas Air Bersih & Pengurangan NRW Setiap PDAM - 2015-2020

    Pemerintah-Sektor Swasta

    Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, PDAM -

    II Pengembangan Prasarana Air

    Program Promosi Hemat Air Semua wilayah di GKS - 2012-2015 Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kab/Kota

    Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, PDAM X

    III Pembangunan Pengolahan Air Limbah dan Drainase Perkotaan

    Master Plan Drainase dan Pembuangan Air Limbah Perkotaan (Termasuk Program Pengembangan Kapasitas)

    Wilayah perkotaan terseleksi di Kawasan GKS 2012-2015

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi

    Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, PJT 1

    X

    Pembangunan ERP (Ecological Recycling Park) untuk Gresik-Sidoarjo-Surabaya Kedamean, Gresik 120.00 20112015

    Pemerintah-Sektor Swasta

    Pemerintah Provinsi dan Dinas PU Kabupaten, dan Sektor Swasta

    X

    Perbaikan dan Perluasan Fasilitas Persampahan Eksisting (Termasuk proyek penutupan lahan TPA) GKS - 2011-2015

    Pemerintah-Sektor Swasta

    Pemerintah Provinsi dan Dinas PU Kabupaten, dan Sektor Swasta X

    IV Pengembangan Prasarana Limbah Padat

    Program Pembangunan Kapasitas Pembuangan (Termasuk fasilitas 3R, Sistem Transfer Sementara, inovasi teknologi untuk pengelolaan persampahan)

    GKS - 2012-2015 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Provinsi dan Dinas PU Kabupaten, dan Sektor Swasta

    X

    V Tenaga Listrik Program Peningkatan Suplai Listrik hingga Tahun 2020 (termasuk: Peningkatan Kapasitas Beban Puncak, Jaringan Distribusi dan Transformer)

    GKS dan wilayah lain di Jawa Timur - 2010-2020 PLN Jawa Timur PLN Jawa Timur -

  • Chapter 6

    6 - 6

    No Program Utama Proyek Lokasi Luas (Ha) / Panjang (Km) Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana

    Prioritas

    Program Pengembangan Sistem Energi Alternatif dan Terbarukan

    Jawa Timur dan skala nasional - 2010-2030

    PLN, Sektor Swasta, Organisasi Internasional

    Pemerintah Pusat, PLN, Sektor Swasta X

    Pembangunan Kawasan Agroindustri Ujung Pangkah, Gresik 4,984 20102015 Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah Daerah- Swasta X

    Pembangunan Kawasan Industri Manyar, Gresik 1,489 20152020 Public and Private Enterprise Perusahaan Umum & Swasta -

    Taman Industri Sidayu Sidayu, Gresik 1,000 2020-2030 Public and Private Enterprise Perusahaan Umum & Swasta -

    Taman Industri Ngoro Ngoro, Mojokerto 440 2010-2015 Sektor Swasta Sektor Swasta X Pembangunan Pasar Induk Regional Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo 50 20102015

    Pemerintah-Sektor Swasta Perusahaan Umum & Swasta X

    Pembangunan Kawasan Industri Siborian SidoarjoKrian 1,500 20122025 Pemerintah-Sektor Swasta Perusahaan Umum & Swasta X

    Pengembangan Industri Gemopolis Sedati, Sidoarjo 300 20152017 Pemerintah-Sektor Swasta Perusahaan Umum & Swasta -

    Pembangunan Lamongan Integrated Shore-base (LIS) Paciran, Lamongan 100 20102012 Sektor Swasta Sektor Swasta X

    Pembangunan Kawasan Industri Mojoanyar Mojanyar, Mojokerto 555 20152020 Sektor Swasta Sektor Swasta -

    VI Pembangunan Kawasan Industri Terkendali

    Pembangunan Pasar dan Pusat Riset dan Pengembangan Agro-processing dan Produk Perikanan

    Mojokerto, Sidoarjo Each 50 2012-2015 Pemerintah-Sektor Swasta Perusahaan Umum & Swasta X

    Pengembangan Jalur Pariwisata GKS, Jaringan Sejarah dan Aset Alamiah (termasuk: pengembangan rekreasi olah raga, pusat informasi, dan wisata alam)

    Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik - 2012-2015

    Pemerintah-Sektor Swasta Perusahaan Umum & Swasta X

    VII Pariwisata

    Pembangunan Areal Wisata Baru di KKJS Surabaya, Bangkalan - 2015-200 Pemerintah-Sektor Swasta BPWS, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota -

    Kota BaruTarik Riverside Tarik, Sidoarjo 300 2015- Sektor Swasta Pemerintah Kab./Kota, Sektor Swasta -

    Pembangunan pemukiman perumahan Waterfront

    Teluk Lamong, Pantai Timur, Surabaya 400 2015- Sektor Swasta

    Pemerintah Kab./Kota, Sektor Swasta -

    VIII Pembangunan Permukiman Berskala Besar

    Pembangunan Kompleks Perumahan Baru Driyorejo, Kedamean, Menganti, Cerme 4,000 2020- Sektor Swasta Pemerintah Kab./Kota, Sektor Swasta -

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 7

    No Program Utama Proyek lokasi Luas (Ha) /

    Panjang (Km)

    Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana Prioritas (Proyek Jangka Pendek)

    Pembangunan KKJS Sisi Bangkalan Labang, Bangkalan 600 20112030 BPWS-Sektor Swasta BPWS, Provincial and Kab//Kota Pemerintahs X

    IX Pembangunan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Pembangunan KKJS Sisi Surabaya Tambak Wedi, Surabaya 600 20112030 BPWS-Sektor Swasta

    BPWS, Provincial and Kab//Kota Pemerintahs X

    X Manajemen Lingkungan

    Program Terpadu untuk Meningkatkan Kapasitas Bangun dan Penguatan Manajemen Lingkungan di Kawasan GKS, termasuk:1) Pembentukan Dewan Lingkungan GKS; 2) Pengembangan Kebijakan Lingkungan; 3) Penelitian Status Keanekaragaman Hayati; 4) Pembentukan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung GKS.

    GKS 2011-2020 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota

    Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota X

    Perluasan Implementatisi Program KIP Komprehensif

    Kabupaten/Kota terseleksi selain Surabaya 2012-2020

    Pemerintahs-Sektor Swasta

    Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota X

    Pembentukan Kelembagaan Lokal dan Mekanisme Pendanaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Perumahan, termasuk kegiatan swadaya masyarakat berbasis konsep Tridaya.

    GKS, Jawa Timur 2012-2015 Central and Pemerintah Propinsi-Sektor Swasta

    Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Sektor Swasta

    X

    XI Perumahan dan Pelayanan Sosial

    Pembangunan Sistem Hirarki Taman dan Jaringan RTH Setiap Kabupaten/Kota 2015-2030

    Provincial and Kab/Kota Pemerintahs, Sektor Swasta

    Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota -

    Pembentukan Badan Kerja Sama Pembangunan GKS, dan Kesepakatan Kerja Sama Antar Daerah

    GKS 20112012 BKSP GKS BKSP GKS, Pemerintah Propinsi X

    Pelatihan Pengelolaan Penataan Ruang dan Pembangunan Kawasan GKS GKS 20112015 BKSP GKS

    BKSP GKS, Province Pemerintah, University X

    Pelatihan Kapasitas SDM Pengelola Kelembagaan GKS untuk Meningkatkan Jenjang Karir

    GKS 20112030 BKSP GKS BKSP GKS, Pemerintah Propinsi, Perguruan Tinggi

    XII Pengembangan Kelembagaan

    Pelatihan untuk Kapasitas Pengembangan Kerja Sama (setiap 2 tahun) GKS 20112030 BKSP GKS BKSP GKS X

  • Chapter 6

    6 - 8

    No Program Utama Proyek lokasi Luas (Ha) /

    Panjang (Km)

    Kurun Waktu Sumber Dana Badan Pelaksana Prioritas (Proyek Jangka Pendek)

    Rehabilitasi Sosial-Budaya untuk masyarakat yang terkena dampak proyek

    Setiap Lokasi yang terkena dampak proyek 20112030

    Pemerintah-Sektor Swasta

    BKSP GKS; Central, Province and Kab/Kota Pemerintahs X

    XIII Pembangunan Ekonomi, Sosial dan Budaya berbasis kemasyarakatan

    Rehabilitasi ekonomi untuk masyarakat yang terkena dampak proyek

    Setiap Lokasi yang terkena dampak proyek 20112030

    Pemerintah-Sektor Swasta

    BKSP GKS; Pemerintah Pusat, Propinsi dan Daerah X

    Peningkatan Kapasitas Ekonomi untuk Pemerintah Daerah melalui Kerja Sama Setiap Kabupaten/Kota 20112030

    Pemerintah-Sektor Swasta Pemerintah-Sektor Swasta X

    XIV Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Monitoring, Evaluasi and Pengendalian

    Kegiatan Pembangunan Setiap Kabupaten/Kota 20112030 BKSP GKS Inspektur, Publik X

    Sumber: Dokumen RTRW tiap-tiap Kabupaten/Kota di Kawasan GKS (2008-2030) dan Studi RTR Kawasan GKS 2010-2030

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 9

    6.2 Upaya Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    6.2.1 Dasar Pemikiran

    Menurut UU No 26-2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Zonasi diformulasikan untuk pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, dan berdasarkan rencana detail dari setiap zona pemanfaatan ruang. Pada dasarnya, peraturan zonasi yang akan diterapkan untuk Kawasan GKS harus sejalan dengan "Peraturan Provinsi Jawa Timur", namun, beberapa peraturan yang unik perlu dieksplorasi untuk Rencana Tata Ruang Kawasan GKS, dengan memperhatikan persyaratan yang diberikan kepada Kawasan GKS sebagai berikut.

    x Meningkatkan pertumbuhan perkotaan yang diarahkan menuju "Compact City"; x Menegakkan "Peraturan Zonasi Penggunaan Lahan" untuk pengelolaan lahan yang

    digunakan di daerah perkotaan atau kawasan yang dijadikan perkotaan, penetapan pedoman penggunaan lahan, pengembangan lahan, dan kondisi fisik bangunan dan fasilitas yang akan dibangun baru..

    x "Peraturan Fisik" untuk pembangunan gedung harus disiapkan sejalan dengan peraturan membangun bangunan gedung pada konfigurasi bangunan seperti tinggi, rasio area lantai, koefisien lantai bangunan, sempadan bangunan, dll..

    6.2.2 Kerangka Pengembangan Manajemen

    Sistem Zonasi Penggunaan Lahan telah diusulkan dalam Rencana Tata Ruang Kawasan GKS, seperti yang ditunjukkan pada Bab 5, Bagian 5.4. Dalam sistem zonasi ini, dapat ditunjukkan 10 kategori penggunaan lahan, dan yang paling penting adalah pengelolaan yang efektif dari lingkungan daerah sensitif terhadap kegiatan pembangunan yang tidak terarah dan konversi lahan.. Untuk tujuan ini, tindakan khusus berikut ini adalah penting:

    1) Pembentukan sistem penegakan hukum untuk perlindungan "Kawasan Lindung" untuk memperketat tindakan pengawasanl yang tidak boleh dilakukan pada peruntukan kawasan ini;

    2) Penyediaan mekanisme manajemen yang rinci untuk "Kawasan Hutan", yang telah ditetapkan dengan Undang-undang, dalam hal kegiatan yang diizinkan untuk kegiatan sosial, komersial dan industri di hutan konservasi dan hutan produksi;;

    3) Penetapan pedoman untuk konversi penggunaan lahan pertanian irigasi yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, dengan memperhatikan peraturan/perundangan terkait yang berlaku;

    4) Penyediaan pedoman pembangunan perumahan yang harus dipatuhi dalam "Kawasan Pengembangan Kota", dalam hal kode bangunan, desain standar penggunaan lahan, utilitas prasarana pelayanan yang akan disediakan dan pengawasan teknis formal;

    5) Penyediaan arahan pembangunan industri untuk pabrik-pabrik yang berlokasi di "Kawasan Industri", termasuk standar mutu lingkungan untuk emisi udara, pembuangan limbah, sistem drainase, akses truk, getaran dan timbulan kebisingan dan ruang hijau dalam wilayah lokasi..

    Sebuah kerangka dasar perangkat administrasi untuk pengembangan tanah dan pengendalian pemanfaatan ruang ditunjukkan pada Tabel 6.2.1. Alat administrasi yang efektif adalah "pembatasan dua sisi", seperti halnya promosi dan pembatasan; insentif dan disinsentif; mendukung dan ketakutan; penghargaan dan hukuman, dan "tongkat dan wortel" pada umumnya. Dalam tabel ini, tiga aspek yang dibahas adalah dalam hal 1) petunjuk umum tentang penerbitan izin, 2) pemberian insentif / disinsentif dan 3) pengenaan sanksi untuk penggunaan lahan,

  • Chapter 6

    6 - 10

    pengembangan lahan dan penggunaan sumberdaya ruang.

    Tabel 6.2.1 Perangkat Administratif untuk Pengembangan Lahan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    Penerbitan Ijin Penyediaan Insentif / Disinsentif Pengenaan Sanksi

    y Semua pemanfaatan ruang harus memperoleh Ijin Pemanfaatan Ruang sesuai dengan Rencana Terinci Tata Ruang dan Izin Zoning oleh Pemerintah Daerah masing-masing. y Izin Pemanfaatan Ruang diatur

    oleh Provinsi dan Pemerintah Daerah sesuai dengan undang-undang terkait.

    y Insentif dan disinsentif yang harus disediakan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan untuk penggunaan ruang kegiatan yang sesuai dengan rencana tata ruang.. y insentif atau disinsentif dapat diberikan oleh:

    Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah; Pemerintah kepada Swasta / Kelompok

    Masyarakat; Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah; Pemerintah Daerah kepada Swasta / Kelompok

    Masyarakat y Insentif sejenis yaitu tax holiday, skema subsidi dan

    penggunaan khusus pelayanan publik, sementara, disinsentif untuk mengendalikan penggunaan lahan yang menyimpang melalui sistem perpajakan dan biaya tambahan yang dikenakan untuk pembatasan kegiatan fisik pada bangunan dan pembangunan

    y Arahan sanksi ditentukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah masing-masing, berdasarkan otoritas mereka dan tergantung pada nilai kerugian finansial yang disebabkan oleh aktivitas tersebut.. y Sanksi diterapkan untuk kegiatan

    pemanfaatan ruang yang sengaja melanggar Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang pada Kawasan GKS.

    Sumber: Tim Studi JICA

    6.3 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) / (Strategic Environment Assessment)

    6.3.1 Dasar Pemikiran KLHS

    UU No 32, 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan perlunya Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun kebijakan dan perencanaan berikut::

    x RTRW bersama dengan rencana terinci, RPJP dan RPJM yang disusun oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten / kota; dan

    x Kebijakan, rencana dan / atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan / atau risiko lingkungan.

    Kementerian Lingkungan Hidup memerlukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (SEA) sebagaimana diamanatkan dalam UU No 27 2009 yang memberikan Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dengan mengartikulasikan kebijakan untuk pemerintah dan / atau pemerintah daerah untuk melaksanakan studi dampak lingkungan baik sebagai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk proyek tertentu atau Kajian Lingkungan Hidup Strategis (SEA) untuk kebijakan, rencana dan program UU No 27 juga mendefinisikan KLHS sebagai:

    x Suatu proses yang mengintegrasikan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan dalam proses pengambilan keputusan dalam kebijakan, perencanaan dan program;

    x Serangkaian analisis yang sistematis, holistik dan partisipatif untuk menjamin prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan pembangunan daerah, rencana dan program;

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 11

    x Sebuah self-assessment untuk melihat tingkat kebijakan, rencana dan program yang diusulkan oleh pemerintah pusat dan / atau pemerintah daerah, berdasarkan isu-isu yang mempengaruhi kelestarian lingkungan ekonomi, sosial dan lainnya.

    Pedoman Pelaksanaan KLHS berdasarkan Undang-undang ini tidak menetapkan setiap detail proses dan metodologinya.

    Dalan rangka persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan uji coba pelaksanaan KLHS pada Rencana Tata Ruang Kawasan GKS, yang saat ini dilakukan oleh JICA. Untuk melakukan kegiatan ini sebuah Tim Gugus Tugas dibentuk dan bersama-sama dengan Tim Studi JICA mengembangkan metodologi dan kriteria penilaiannya. Serangkaian kegiatan lokakarya telah difasilitasi (oleh Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur dan Tim Studi JICA) untuk membahas KLHS GKS. Mengingat kendala dan keterbatasan yang ada, KLHS GKS tidak melakukan penilaian yang mendalam terhadap RTR Kawasan GKS 2030 melainkan membahas kebijakan khusus dan rencana proposal yang merupakan isu-isu penting dan mungkin kontroversial.

    6.3.2 Metodologi

    (1) Prosedur Keseluruhan

    Seperti disebutkan, pelaksanaan pedoman KLHS di Indonesia baru dirancang berdasarkan UU No 27 tahun 2009 dan pemerintah belum mengembangkan prosedur detail dan kriteria KLHS. Mengacu pada pengalaman negara lain, kegiatan KLHS GKS dilakukan melalui prosedur sebagai berikut::

    1) Penyaringan dan Pelingkupan: tahap ini menentukan konteks dan tujuan KLHS, dan mengidentifikasi isu-isu pokok lingkungan. Tahapan ini juga mengidentifikasi para pemangku kepentingan.

    2) Pelaksana KLHS: Tahap ini melibatkan pengumpulan dan penelaahan data dasar, identifikasi sumber dampak, dan penilaian efektivitas kebijakan dan encana Tata Ruang GKS.

    3) Mengukur Mitigasi: Tahap ini melibatkan identifikasi langkah-langkah mitigasi untuk memindahkan masalah lingkungan yang dinilai untuk Kebijakan dan Rencana Penggunaan Lahan GKS. Rekomendasi juga diintegrasikan dalam proses ini, dengan mengidentifikasi bagaimana meningkatkan peluang dan mengurangi dampak.

    (2) Prinsip Berkelanjutan

    Berdasarkan UU 32/2009, prinsip kelestarian harus diterjemahkan ke dalam aspek-aspek berikut dan yang juga ditaati dalam pelaksanaan KLHS GKS, yaitu:

    x Saling ketergantungan, menekankan hubungan antara sektor lokal, nasional dan global atau antara variabel biofisik;

    x Equilibrium, menekankan keseimbangan antara besarnya pembangunan dan daya dukung lingkungan, keseimbangan antara perlindungan dan pemulihan sumber daya alam, dan keseimbangan antara pemanfaatan ruang dan kapasitas manajemen dan

    x Keadilan, yang menekankan pada kebijakan yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol atas sumber daya alam hanya untuk sekelompok orang tertentu.

  • Chapter 6

    6 - 12

    (3) Pendekatan Partisipatif

    Untuk prinsip pendekatan partisipatif, Tim Gugus Tugas KLHS GKS dibentuk dengan beranggotakan sembilan (9) perwakilan dari berbagai instansi pemerintah dan instansi terkait yaitu:

    - Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, - Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur, - Bappeda Provinsi Jawa Timur, - Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, - Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, - ITS Surabaya (Perguruan Tinggi), - Dewan Kota (LSM).

    (4) Rangkaian Loka Karya dan FGD

    Serangkaian lokakarya dan diskusi kelompok kecil (FGD) yang diselenggarakan untuk menilai usulan dan kebijakan rencana tata ruang Kawasan GKS tahun 2030, dengan tujuan yang jelas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.3.1.

    Tabel 6.3.1 Jadwal serangkaian Loka Karya Tanggal Kegiatan Tujuan

    Maret 05 Penyiapan Seleksi dan Tujuan KLHS

    Untuk menentukan konteks, tujuan, kelayakan dan kesesuaian kegiatan KLHS dalam hubungannya dengan pengembangan Tata Ruang GKS

    Juni 15 Pelingkupan KLHS Untuk memperjelas sasaran, mengidentifikasi kriteria yang relevan dengan KLHS dan untuk mengidentifikasi para pemangku kepentingan.

    Juni 18 Analisis SWOT Untuk memperjelas dan mengumpulkan data dasar tambahan

    Juni 22 Penilaian Untuk mengidentifikasi dampak lingkungan dari Kebijakan Penggunaan Lahan di GKS tahun 2030 dan menentukan cara untuk mengurangi dampaknya

    Juni 29 Penilaian Untuk mengidentifikasi dampak lingkungan dari Rencana Penggunaan Lahan GKS tahun 2030 dan menentukan cara untuk mengurangi dampaknya

    Juli 05 Penilaian Untuk mengidentifikasi dampak lingkungan dari pengembangan pola pemanfaatan lahan khusus dan menentukan cara untuk mengurangi dampaknya

    Sumber: Tim Studi JICA

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 13

    Gambar 6.3.1 Proses KLHS Rencana Tata Ruang Kawasan GKS

    6.3.3 Hasil

    (1) Menetapkan Konteks KLHS GKS

    Dalam proses pelingkupan, dipilih proposal penggunaan lahan dan kebijakan yang kontroversial di Struktur Tata Ruang Kawasan GKS tahun 2030 yang dinilai berdasarkan keahlian Satuan Tugas anggota dan pengalaman profesionalnyaPenilaian ini melibatkan tidak ada analisa kuantitatif dan analisa kualitatif lebih pada dampak terhadap kelestarian lingkungan dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut:

    x Tujuan KLHS GKS - Untuk memberikan kontribusi integrasi awal isu-isu lingkungan ke dalam penyusunan

    Rencana Tata Ruang GKS; - Untuk menilai target Kebijakan dan Rencana Tata Ruang GKS terhadap dampak

    lingkungan yang ditimbulkannya - Untuk menunjukkan bagaimana perbaikan dapat dimasukkan ke dalam rencana untuk

    memperbaiki kinerja lingkungannya - Untuk memberikan tingkat perlindungan lingkungan dan memfasilitasi hasil

    pembangunan yang berkelanjutan untuk GKS

    x Target KLHS GKS KLHS GKS akan memberikan penilaian dampak lingkungan terhadap kebijakan penting dan kontroversial, dan rencana yang diusulkan oleh Rencana Tata Ruang Kawasan GKS tahun 2030, mengingat daerah sasaran sebagai berikut:

    Tahapan Kebijakan: Menilai konsep perencanaan yang diusulkan sebagai "Compact City", kebijakan tentang kenyamanan yang tinggi di daerah perkotaan, akses mobilitas yang tinggi dan harmonisasi daerah perkotaan dan pedesaan.

    Tahapan Rencana: Rasionalitas penduduk dan proyeksi ekonomi pada tahun 2030 dan perubahan dalam pola penggunaan lahannya (terutama konversi lahan dari lahan pertanian irigasi).

    Pola Ruang Pembangunan: Ada sejumlah besar-besaran dan / atau sekumpulan

  • Chapter 6

    6 - 14

    proyek-proyek pembangunan yang diusulkan oleh Kota / Kabupaten, yang pelaksanaannya diharapkan dalam 5-10 tahun mendatang KLHS GKS melihat kedalam dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek-proyek besar seperti: 1) pengembangan industri; 2) pengembangan pemukiman manusia, dan 3) pengembangan sumber daya alam (bendungan air).

    (2) Identifikasi Isu-isu Penting Lingkungan

    Ada dua proses yang dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi isu-isu lingkungan utamanya di GKS yaitu: a) review Laporan Studi JICA, dan b) melakukan analisis SWOT dari yang dilakukan secara partisipatif oleh anggota Tim Gugus Tugas KLHS GKS. Berdasarkan hal tersebut, berikut ini diidentifikasi sebagai isu strategis lingkungan:

    x Tekanan Penduduk di Surabaya meluber dan meluas ke wilayah Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto Pertumbuhan penduduk di Bangkalan sebesar 2,8% diperkirakan akan meningkat pesat dalam 2-5 tahun ke depan akibat pembukaan Jembatan Suramadu.

    x Meningkatkan kecenderungan kegiatan ilegal seperti konversi lahan yang tidak sesuai terutama lahan pertanian baik untuk penggunaan perkotaan ataupun permukiman.

    x Fenomena Urbanisasi mengakibatkan distribusi penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah GKS, meluasnya kekumuhan, kekurangan pemukiman penduduk dan kurangnya fasilitas publik termasuk transportasi umum dan jaringan jalan. Efek lainnya juga termasuk kemacetan lalu lintas dan persampahan yang meningkat.

    x Meningkatkan polusi industri yang mempengaruhi kualitas air dan udara di wilayah GKS.

    (3) Ringkasan Hasil Penilaian KLHS

    Sebagai ringkasan dari proses KLHS, poin-poin berikut ini telah menyoroti tiga isu sasaran, yaitu 1) kebijakan penggunaan lahan, 2) rencana penggunaan lahan, dan 3) pola pengembangan spasial. Hal ini harus diperhitungkan untuk finalisasi Penataan Ruang GKS.

    1) Kebijakan Penggunaan Lahan - Kebijakan yang diusulkan kemungkinan memiliki dampak dasar netral atau kecil yang

    merugikan pada parameter yang teridentifikasi. - Secara khusus, ini dapat mengakibatkan pengaruh positif yang signifikan pada

    peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya lahan. - Namun, konsep "compact city" mengarah pada intensifikasi pembangunan, sehingga

    menyebabkan distribusi kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan demikian, pertanyaan yang keluar adalah: apakah compact city akan menjadi bentuk kota alternatif yang sesuai untuk GKS? Dan akankah hal itu memberikan kontribusi kepada GKS untuk tujuan keberlanjutan?

    - Kebijakan ini berorientasi politik dan memiliki kerangka hukum lingkungan yang lemah di GKS yang selanjutnya akan memperparah kesenjangan politik antara Kota / Kabupaten. Sistem hukum yang tidak jelas juga dapat mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam dan tingkat pencemaran yang tinggi dalam jangka panjang.

    - Tindakan Mitigasi adalah: 1) untuk memastikan kerangka hukum dan kelembagaan, pemantauan lingkungan dan pengalihan kebijakan yang memadai; 2) meningkatkan keperdulian pada kebijakan; dan 3) melembagakan kemampuan membangun untuk memperkuat administrasi lokal dan regional..

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    6 - 15

    2) Rencana Penggunaan Lahan - Konversi lahan secara umum tidak konsisten dengan kebijakan Indonesia sebagaimana

    tercantum pada Undang-undang Pertanian. - Konversi lahan pertanian irigasi akan berdampak negatif terhadap ketahanan pangan. - Konversi daerah rawa dan tambak (42.000 ha) akan berdampak negatif terhadap

    habitat burung dan kawasan penyangga untuk banjir akan berdampak sangat parah. - Tindakan Mitigasinya adalah untuk memfasilitasi kampanye kesadaran yang layak dan

    memadai tentang rencana untuk mendapatkan dukungan dan kerja sama dari masyarakat.

    3) Pola Pembangunan Spasial

    - Empat pola pembangunan seperti pengembangan transportasi, pengembangan industri, pengembangan pemukiman manusia dan pengembangan sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua jenis pengembangan: yaitu pembangunan liner dan spasia. Dampak lingkungan yang disebabkan oleh pola perkembangan di atas tergantung pada lokasi dan ukuran lahannya. Namun, parameter lingkungan yang terkena dampak dapat dicirikan sebagai jenis pembangunan. Kemungkinan matriks lingkungannya dapat ditunjukkan pada Tabel 6.3.2.

    Tabel 6.3.2 Matrix Kemungkinan Dampak Lingkungan yang disebabkan oleh Pembangunan Spasial

    Sumber: Tim Studi JICA

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    7 - 1

    7.1 Mekanisme Koordinasi dan Kerjasama Organisasi

    7.1.1 Isu-isu Saat Ini

    Yang paling penting dalam kelembagaan GKS adalah untuk menerapkan rencana tata ruang dalam praktek seperti yang direncanakan, tidak harus untuk membangun sebuah rencana yang rasional.. Untuk pengembangannya, untuk menjamin pertumbuhan yang seimbang, sangat diperlukan upaya bersama yang substansial oleh baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, untuk berbagi visi yang sama. Selain koordinasi vertikal tersebut, kerjasama horizontal antara pemerintah daerah terkait juga penting untuk mewujudkan pembangunan yang adil di tingkat lokal. Namun, melihat dalam kenyataannya, hal-hal yang berikut masih jelas.

    x Dengan tidak adanya badan koordinasi, masing-masing kabupaten atau propinsi telah menciptakan tumpang tindih atau terjadi duplikasi peran dan tanggung jawab.

    x Kebijakan di tingkat nasional saat ini difokuskan pada pengembangan kebijakan, bantuan teknis, peningkatan kapasitas dan sosialisasi kebijakan dan promosi. Dalam konteks desentralisasi, hal ini sesuai. Tetapi bukti dari studi menunjukkan bahwa jenis kegiatan hanya bagian marjinal dari anggaran sektor nasional.

    x Akar masalah dalam koordinasi dan akuntabilitas adalah kurangnya kesepakatan sektor-luas di antara lembaga di daerah yang menangani berbagai program dan peran mereka yang akan menjadi tanggung jawabnya.

    x Batas-batas administrasi yang sempit dari pemerintah daerah dikombinasikan dengan peran terbatas propinsi telah menyebabkan keputusan investasi dari perspektif regional dan nasional menjadi tidak optimal.

    x Kurangnya fungsi koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) dalam hal perumusan proyek, prioritas anggaran dan waktu pelaksanaan.

    7.1.2 Dasar Hukum yang Ada untuk Koordinasi dan Kerjasama antar-Pemerintah

    Terdapat beberapa pernyataan hukum yang patut dicatat untuk koordinasi antar-pemerintah dalam pengembangan tata ruang. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 50 / 2007 yang mengartikulasikan prosedur pelaksanaan kerjasama regional dengan pemerintah lokal, dan lainnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 / 2010 yang mendefinisikan prosedur, tugas, wewenang dan otoritas keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Yang terakhir ini adalah sangat penting, ketika penguatan peran signifikan pemerintah propinsi dan tanggung jawabnya sangat dibutuhkan. Peraturan ini menyebutkan bahwa meskipun gubernur propinsi dipilih oleh warga setempat, tetapi ia harus menjadi agen pemerintah pusat. Ini berarti bahwa pemerintah provinsi akan menjadi titik silang pertemuan kebijakan top-down dan bottom-up.

    Selain dua peraturan di atas, sejumlah pernyataan hukum telah dikembangkan untuk kebutuhan koordinasi antar-pemerintah sebagai berikut:

    x Peraturan Pemerintah Nomor 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi;

    7. KELEMBAGAAN UNTUK PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN GKS

  • Bab 7

    7 - 2

    x Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota;

    x Peraturan Pemerintah Nomor 41/2007 tentang Organisasi Pemerintahan Daerah; x Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69/2007 tentang Kerjasama Pembangunan

    Perkotaan; x Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan No.22 / 2009 tentang Kerjasama Daerah; x Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/47/KPTS/2009 tentang Badan Koordinasi

    Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur.

    7.1.3 Pembentukan "Badan Kerjasama Pembangunan GKS

    (1) Dasar Pemikiran

    Setelah mengenal bahwa fungsi pemerintah provinsi adalah sangat penting untuk memfasilitasi pelaksanaan rencana tata ruang, diusulkan bahwa Badan Kerjasama Pembangunan GKS (BKSP-GKS) harus diselenggarakan di pemerintah provinsi.. BKSP-GKS merupakan "pertemuan" dari kedua kerjasama vertikal dan horizontal terhadap pembangunan yang seimbang pada Kawasan GKS, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.1.1. BKSP-GKS adalah sebuah organisasi kelembagaan yang harus terletak di bawah kerangka hukum yang ada saat ini atau di bawah Keputusan Gubernur, dan tidak berada di luar hukum-hukum / peraturan yang ada.

    TKKSDPermendagri.22/2009

    BKPRDKepgub.188/2009

    BKS(A)DPP.50/2007

    BKSP GKSPermendagri. 69/2007

    Central

    Provincial

    City and Regency

    Cooperation Board

    GOVERNOR

    CENTRAL GOVERNMENT

    BAKORWILKepgub.

    Gambar 7.1.1 Fungsi Badan Kerjasama Pembangunan GKS untuk Kerjasama antar-Pemerintah

    (2) Fungsi yang Diharapkan

    BKSP-GKS diharapkan berfungsi sebagai berikut:

    x Sebagai badan pembangunan Kawasan Strategis Nasional, BKSP-GKS melakukan program-program pembangunan strategis seperti yang disyaratkan oleh Pemerintah Pusat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional;

    x BKSP-GKS akan menjadi majelis perwakilan pejabat pemerintah daerah bertanggung jawab atas perencanaan dan penganggaran untuk pengembangan untuk berbagi kebijakan antar-pemerintah, prioritas penganggaran proyek, pelaksanaan kapasitas pembangunan dan sebagainya;

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    7 - 3

    x BKSP-GKS harus memiliki peranan penting untuk bekerja sama dengan Kabupaten / Kota dalam Kawasan GKS untuk merealisasikan program pengembangan lintas-batas, melakukan penanganan terhadap masalah infrastruktur regional yang belum terselesaikan seperti: - Pembangunan jalan antar kota; - Manajemen dan lingkungan sungai; - Sistem pengembangan pasokan air; - Sistem pengembangan drainase dan pembuangan air limbah; - Perbaikan sistem pengelolaan persampahan (untuk pengolahan limbah berbahaya /

    rumah sakit dan manajemen TPA pada khususnya); - Pengembangan sistem penanggulangan Kebakaran; - Sistem monitoring lingkungan; - Proyek-proyek perumahan dan industri baru yang berlokasi di lintas-batas kawasan; - Program pelatihan untuk pengembangan kapasitas para pejabat perencanaan.

    (3) Struktur Organisasi

    Struktur organisasi dari GKS-DCB digambarkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.1.2, dan dicirikan sebagai berikut:

    1) Sebuah Komite Pengarah (steering committee) akan dibentuk di luar BKSP-GKS untuk mengendalikan dan / atau mengarahkan proses pengambilan keputusan oleh BKSP-GKS. Komite Pengarah diselenggarakan dengan perwakilan dari BAPPENAS dan Departemen Pekerjaan Umum di tingkat pusat, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Walikota dari Kota / Kabupaten di Kawasan GKS di tingkat lokal.

    2) BKSP-GKS dipimpin oleh Kepala BAPPEDA Propinsi, dan wakil ketua oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Para anggota Sekretaris akan terdiri dari Biro Kerjasama, Biro Ekonomi, Biro Administrasi Pembangunan, Badan Lingkungan di tingkat provinsi, dan wakil-wakil dari asosiasi swasta dan bidang akademik.

    3) Fungsi BKSP-GKS akan didukung oleh tiga (3) Bidang Kerja yaitu: Bidang Fisik dan Lingkungan, Bidang Sosial Budaya dan Bidang Ekonomi. Ketiga Bidang ini bertanggung jawab untuk proyek-proyek dan program sektoral. Selain itu, sebuah Unit Inspeksi diatur dengan wewenang monitoring independen.

  • Bab 7

    7 - 4

    Steering CommitteeCentral Government: BAPPENAS, Ministry of Public WorksProvincial Government: Governor Secretary/Assistant IIKab/Kota Governments: Mayors (7), Secretary/Assistant II

    GKS Development Cooperation BoardChair: BappedaProvinceVice Chair: Public Works, Human Settlement & Spatial Planning Agency, East Java,Member: Cooperation Bureau, East Java

    Development Administration Bureau, East JavaFinance Bureau, East JavaEnvironmental Board, East JavaProfessionals/AcademicsPrivate Associations

    Inspection UnitInspector & Auditor

    Physical & Environment DivisionPlanning Coordination: Bappeda Kab/KotaImplementation: Public Works Kab/KotaMembers: Related Departments, Private Sector, rep. of Communities

    Social & Culture DivisionPlanning Coordination: BappedaKab/KotaImplementation: Social Welfare and Culture related Kab/KotaMembers: Related Departments, Private Sector, rep. of Communities

    Economic DivisionPlanning Coordination: Bappeda Kab/KotaImplementation: Economy-related Departments Kab/KotaMembers: Related Departments, Private Sector, rep. of Communities

    Sumber: Hasil Workshop Reformasi Kelembagaan yang diselenggarakan oleh Tim Studi JICA dan Tim Counterpart PU

    7.2 Isu-isu Keuangan dalam Penguatan Inisiatif Lokal

    7.2.1 Isu-isu Saat Ini

    Kebijakan desentralisasi telah lama ditempuh oleh Pemerintah Indonesia. Secara teori, desentralisasi telah memberikan pemerintah daerah otonomi keuangannya. Dalam prakteknya, bagaimanapun sebagian besar pemerintah daerah masih tetap sangat tergantung pada anggaran pemerintah pusat dan / atau alokasi subsidi. Sehubungan dengan masalah yang sangat penting ini, berikut ini adalah hal-hal yang dapat ditemui:

    x Meskipun banyak institusi memiliki wewenang untuk memantau hasil sektoral, tetapi sumber daya keuangan hanya sedikit yang tersedia untuk melaksanakannya.

    x Peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah sangat penting untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan mereka untuk memenuhi kebutuhan daerah, tetapi belum ada kebijakan substansial yang telah dilakukan untuk tujuan ini.

    x Sebuah agenda untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah harus lebih ditangani oleh pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi.

    Sementara, berbagai mekanisme pendanaan dapat tersedia untuk pembangunan prasarana dan penyediaan pelayanan publik, jika sektor swasta diperbolehkan untuk ambil bagian dalam sektor terkait melalui beberapa skema PPP (kemitraan publik-swasta).

    Gambar 7.1.2 Struktur Organisasi Badan Kerjasama Pembangunan GKS (usulan)

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    7 - 5

    7.2.2 Skema Pendanaan yang Ada

    (1) Pendanaan melalui Hutang Publik

    Investasi perdana pada pelayanan publik dapat dibuat melalui berbagai pinjaman, yang bersumber dari bank komersial, pasar modal dan / atau uang bantuan dari luar melalui Overseas Development Agency (ODA) (Bantuan Pembangunan Resmi).

    "Insentif Pajak Pembebasan" biasanya diterapkan untuk mengurangi beban biaya peminjam dari tingkat bunga dan jumlah angsuran.

    (2) Pendanaan Ekuitas Publik-Swasta

    Pendanaan melalui Kerjasama Publik-Swasta (PPP) bertujuan untuk menggabungkan manfaat dari sektor swasta (modal, teknologi, keterampilan manajemen) dengan keunggulan pemerintah (sumber daya, wewenang, kepercayaan publik). Skema PPP memiliki berbagai mekanisme dalam arti luas seperti:

    - Joint venture, berdasarkan sistem perusahaan bertujuan khusus (Special Purpose Company);

    - Concessionaire (HPH): Kontrak Jasa, Kontrak Manajemen dan / atau Kontrak Sewa; - Privatisasi: melalui BOT (Build-Operate-Transfer) dan / atau BOO (Build-Operate-Own); - Divestasi: sektor swasta mengambil alih kontrol seluruh badan dengan membeli seluruh

    aset pemerintah. (3) Pengadaan Modal di Pasar Obligasi

    Seiring dengan peningkatan kredibilitas negara, penerbitan "Obligasi Pembangunan Kota Surabaya" akan menjadi mungkin untuk mendapatkan modal proyek yang diperlukan di pasar obligasi. Pendekatan ini akan populer sebagai lembaga keuangan menjadi dewasa di Indonesia.1 Untuk tujuan ini, pemerintah pusat harus menjelajahi suatu kebijakan untuk mewujudkan semacam sistem penggalangan dana mandiri oleh pemerintah daerah.

    7.2.3 Usulan Langkah-langkah untuk Peningkatan Keuangan

    Masalah pada penguatan kapasitas bukan masalah lokal, tetapi isu nasional yang vital. Oleh karena itu, diskusi yang lebih serius diharapkan pada tingkat nasional. Berikut ini adalah langkah-langkah yang diusulkan untuk hal ini:

    Untuk memfasilitasi "reformasi perpajakan" untuk memperkuat kapasitas pembiayaan pemerintah daerah;;

    Untuk membentuk "Dana Pembangunan Daerah" yang akan dialokasikan untuk pelaksanaan proyek-proyek prioritas dan program-program dengan inisiatif lokal;;

    Untuk mengeksplorasi penerbitan "Obligasi Pembangunan Jawa Timur" di pasar obligasi internasional dengan dukungan pemerintah pusat khususnya untuk proyek-proyek PPP.

    1 Penerbitan obligasi kota yang ada di pasar obligasi internasional yang populer di Kota Kobe dan Yokohama, Jepang, agar mereka mendapatkan sejumlah besar modal untuk infrastruktur ekonomi skala besar dalam proses pertumbuhan mereka di tahun 1970-an.

  • Bab 7

    7 - 6

    7.3 Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

    7.3.1 Isu-isu Saat Ini

    Perubahan dalam sistem sosial membuat pelayanan publik dan pegawai negeri lebih mengarah ke permintaan dan responsif pada masyarakat, tetapi untuk melakukannya sistem administrasi yang ada masih lemah. Dinas instansi mempersiapkan anggaran dan Renstra (dokumen kebijakan) masing-masing dengan sedikit konsultasi dan bersaing satu sama lain untuk membagi sumber daya yang terbatas. Anggaran masih diputuskan di tingkat kabupaten melalui lobi instansi perencanaan (Bappeda), kantor bupati (Sekda) dan dewan daerah (DPRD). Untuk membangun sistem berbasis permintaan dan responsif terhadap masyarakat di sektor pemerintah, kapasitas manusia juga harus dibangun. Melihat situasi saat ini, isu-isu berikut ini pada umumnya masih terjadi:

    x Ada ketidakcocokan antara kemampuan yang diperlukan (untuk perencanaan program dan evaluasi) dan sumber daya manusia yang tersedia di kabupaten dan tingkat provinsi;

    x Sedikitnya pelatihan internal yang diberikan untuk staf pada semua tingkatan, terutama pada tingkat kabupaten dan provinsi; dan

    x Ada harapan besar dari staf teknis muda untuk menjadi lebih profesional dan berpengetahuan dalam perencanaan dan pengelolaan.

    7.3.2 Usulan Langkah-langkah untuk Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

    Sebuah program pengembangan carrier telah terorganisir dengan baik sampai batas cukup di Indonesia, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kapasitas profesional dan manajerial dalam perencanaan dan administrasi pembangunan. Ada dua tindakan yang diusulkan yaitu:

    x Untuk menyempurnakan Mekanisme Jenjang Karir yang ada dan mengalokasikan anggaran khusus untuk program pengembangan kapasitas untuk staf teknis muda di tingkat provinsi dan kabupaten;;

    x Untuk menyiapkan Kursus/Pelatihan Berkala untuk pejabat manajerial untuk dapat mengikuti perkembangan pengetahuan teknis dan administratif tentang isu-isu global maupun isu-isu penting yang terkini.

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    7 - 7

    Tabel 7.3.1 Modul Pelatihan Profesional untuk Administrasi Perencanaan Tata Ruang

    Modul Pelatihan Sub-Modul Lama Waktu

    1. Tinjauan Umum Penataan Ruang Pengenalan Rencana Tata Ruang 2 hari

    2. Rencana Struktur Ruang

    Sistem perencanaan perkotaan, sistem hubungan kota-desa, sistem jaringan prasarana, dll 3 hari

    3. Rencana Pola Ruang

    Kawasan-kawasan lindung, reservasi dan konservasi, pertanian dan budidaya, pemanfaatan lahan pembangunan perkotaan dan perdesaan

    5 hari

    4. Arahan Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Ruang

    Rencana proyek jangka menengah dan jangka panjang, arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, insentif dan disinsentif, dan arah sanksi

    5 hari

    5. Pengembangan kelembagaan

    Lembaga dan hubungan, struktur organisasi, pengembangan kapasitas, mekanisme pembiayaan, strategi kerjasama

    3 hari

    Sumber: Tim Studi JICA

    Tabel 7.3.2 Program Penyegaran untuk Tingkat Manajerial

    Tingkatan Pelatihan Fokus dan Substansi Lama Waktu

    Pimpinan Administrasi Seminar berorientasi Kebijakan, lokakarya tentang perkembangan baru dan bantuan manajerial

    3 hari

    Pegawai Senior Pelatihan lanjutan manajemen umum, kursus penyegaran perkembangan baru

    1-2 bulan

    Pegawai tingkat Menengah

    Program khusus dalam fungsi seperti keuangan, personalia, perangkat dan sistem manajemen baru, program pembangunan sektoral

    6 bulan to 18 bulan (program

    bergelar)

    Staf Yunior Pembekalan Umum, pelatihan dalam administrasi publik dan manajemen dengan penekanan pada lapangan kerja dan fungsi tertentu

    6 bulan

    Karyawan tingkat Bawah Pengenalan keterampilan dan pengetahuan prosedur dan fungsi 1 bulan Sumber: Tim Studi JICA

  • Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Ringkasan)

    8 - 1

    Kawasan GKS merupakan sebuah unit ekonomi daerah yang memiliki sumber daya alam yang memadai; lingkup tata ruangnya meliputi wilayah dengan radius 50 km. Surabaya Metropolitan Area (SMA), yang merupakan pusat dari Kawasan GKS, memiliki luas wilayah dengan luas radius 20 km dan disebut sebagai kota yang lengkap. SMA, yang menjadi wilayah kluster perkotaan terbesar kedua di Indonesia, memiliki potensi yang menjanjikan sebagai penggerak perekonomian di Indonesia

    Alokasi sumber daya yang strategis di SMA dan GKS dalam jangka menengah akan menjadi kebijakan yang layak dari sudut pandang pembangunan nasional. Untuk merealisasikan hal ini, peningkatan fungsi sebagai zona pintu gerbang melalui perluasan kapasitas pelabuhan-pelabuhan dan bandara-bandara menjadi suatua hal yang sangat penting untuk dilakukan.

    Dalam perencanaan tata ruang, terungkap bahwa Kawasan ini memiliki sumber daya alam dan lingkungan yang cukup banyak yang layak untuk dilindungi dan dilestarikan melalui langkah-langkah pengelolaan yang seksama. Demikian juga dengan wilayah pertaniannya memiliki potensi yang besar, dan apabila hal tersebut berlangsung secara berkelanjutan melalui pengelolaan air yang baik, konversi lahan yang dilakukan dengan cermat, dll, akan memberikan kontribusi yang besar terhadap program pengamanan pangan nasional. Tambahan lain merupakan potensi besar untuk sektor penolong lainnya, seperti pengolahan hasil pertanian, dan diversifikasi produk-produk pertanian, seperti contohnya peternakan, perikanan, dan usaha-usaha lainnya yang akan membuat zona ini menjadi kluster perekonomian, industri, dan pertanian yang baik dengan unit-unit agropolitan yang aktif, pusat-pusat perkotaan yang hidup, ruang-ruang hijau, modalitas transportasi yang tertata dengan baik, dll.

    Laporan Akhir ini merupakan ringkasan dari hasil utama dan rekomendasi dari rencana tat ruang, yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan melalui visi Green, Growing, Global GKS. Sebuah visi yang di hasilkan dalam strategi yang berpandangan