07 bab ii keselamatan kerja

21
BAB II MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) PADA PROSES PENGELASAN GTAW A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 2. Menjelaskan K3 di tempat kerja. 3. Menjelaskan bahaya-bahaya dalam pengelasan dan pencegahannya. B. Keselamatan & Kesehatan Kerja Bekerja dengan menggunakan media pengelasan semakin berkembang, sehingga disetiap kesempatan kerja selalu diikuti dengan potensi terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian manusia, cara penggunaan peralatan yang salah atau tidak semestinya, pemakaian pelindung diri yang kurang baik dan kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja bidang pengelasan. Keselamatan kesehatan kerja paling banyak membicarakan adanya kecelakaan dan perbuatan yang mengarah pada tindakan yang mengandung bahaya. Untuk menghindari atau mengeliminir terjadinya kecelakaan perlu penguasaan pengetahuan keselamatan kesehatan kerja dan mengetahui tindakan tindakan yang 11

Upload: dwi-perdana

Post on 27-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

K3

TRANSCRIPT

Page 1: 07 Bab II Keselamatan Kerja

BAB II

MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA

LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) PADA PROSES PENGELASAN GTAW

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2. Menjelaskan K3 di tempat kerja.

3. Menjelaskan bahaya-bahaya dalam pengelasan dan pencegahannya.

B. Keselamatan & Kesehatan Kerja

Bekerja dengan menggunakan media pengelasan semakin berkembang,

sehingga disetiap kesempatan kerja selalu diikuti dengan potensi terjadinya

kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian manusia, cara penggunaan

peralatan yang salah atau tidak semestinya, pemakaian pelindung diri yang

kurang baik dan kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja bidang

pengelasan. Keselamatan kesehatan kerja paling banyak membicarakan adanya

kecelakaan dan perbuatan yang mengarah pada tindakan yang mengandung

bahaya.

Untuk menghindari atau mengeliminir terjadinya kecelakaan perlu

penguasaan pengetahuan keselamatan kesehatan kerja dan mengetahui tindakan

tindakan yang harus diambil agar keselamatan kesehatan kerja dapat berperan

dengan baik. Untuk membahas hal tersebut faktor yang paling dominan adalah

kecelakaan, perbuatan yang tidak aman, dan kondisi yang tidak aman. Faktor

yang paling banyak terjadi dilingkungan kerja adalah adanya kecelakaan,

dimana kecelakaan merupakan :

1. Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cidera fisik

seseorang bahkan fatal sampai kematian/cacat seumur hidup dan kerusakan

harta milik.

2. Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi di atas nilai

ambang batas dari badan atau bangunan.

11

Page 2: 07 Bab II Keselamatan Kerja

12

3. Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menurunkan efisiensi

operasional suatu usaha.

Hal-hal dalam kecelakaan dapat meliputi :

1. Kecelakaan dapat terjadi setiap saat ( 80 % Kecelakaan akibat kelalaian).

2. Kecelakaan tidak memilih cara tertentu untuk terjadi.

3. Kecelakaan selalu dapat menimbulkan kerugian.

4. Kecelakaan selalu menimbulkan gangguan.

5. Kecelakaan selalu mempunyai sebab.

6. Kecelakaan dapat dicegah / dieliminir.

Perbuatan tidak aman (berbahaya), merupakan suatu pelanggaran

terhadap prosedur keselamatan kerja yang memberikan peluang terhadap

terjadinya kecelakaan. Yang termasuk perbuatan tidak aman diantaranya:

1. Tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) standard (Gambar 2.1) yaitu :

Auto Darkening Helmet (gambar 2.2), sabuk pengaman, stiwel dan Safety

shoes (2.5), leather apron (gambar 2.4), sarung tangan kerja (gambar 2.3)

dan APD sesuai kondisi bahaya kerja yang dihadapi saat bekerja

pengelasan.

2. Melakukan tindakan ceroboh / tidak mengikuti prosedur kerja yang berlaku

bidang pengelasan.

3. Pengetahuan dan ketrampilan pelaksana yang tidak sesuai dengan pekerjaan

yang dibebankan padanya.

4. Mental dan fisik yang belum siap untuk tugas-tugas yang diembannya

Tabel 2.1 Jenis-jenis alat pelindung diri (APD)

No Jenis APDJenis Pekerjaan

Welder Fitter BranderOp.

gerinda1. Helm pengaman/auto darkening

helmetX X X X

2. Keteplak kerja X X X X3. Sabuk pengaman untuk ketinggian

> 2 mX X X X

4. Stiwel X X X X5. Safety shoes X X X X6. Sarung tangan kulit panjang X X

Page 3: 07 Bab II Keselamatan Kerja

13

No Jenis APDJenis Pekerjaan

Welder Fitter BranderOp.

gerinda7. Sarung tangan kulit pendek X X8. Apron kulit X X X9. Jaket dan celana las X10. Welding Respirator X11. Selubung tangan X12. Toxid respirator X X X

(Sunaryo, 2009:37)

Gambar 2.1 Alat Pelindung Diri Welder(Sumber: http://www.millerwelds.com)

Page 4: 07 Bab II Keselamatan Kerja

14

Gambar 2.2 Auto-Darkening Helmet(Sumber: http://www.warborfreight.com)

Gambar 2.3 Welding gloves(Sumber: http://www.acklandgrainger.com)

Gambar 2.4 Leather Apron(Sumber: http://www.weldequip.com)

Page 5: 07 Bab II Keselamatan Kerja

15

Gambar 2.5 Safety Shoes(Sumber: http://envirosafetyproduct.com)

C. K3 di Tempat Kerja

Hal yang pertama harus ada di tempat kerja adalah poster-poster peringatan

keselamatan kerja. Poster-poster peringatan bahaya dibuat dan ditempatkan pada

lokasi yang sesuai. Dalam menempatkan poster harus juga memperhatikan faktor

kenyamanan pegawai jangan sampai poster malah merusak konsentrasi pegawai.

Suhu ruangan harus dijaga pada suhu normal. Suhu di atas 16°C dianjurkan

untuk pekerjaan ringan, sedangkan untuk pekerjaan berat dianjurkan suhu di atas

13°C. Suhu maksimum jangan sampai melebihi suhu yang membuat orang

kepanasan. Fasilitas sanitasi yang memadai harus disediakan, dengan fasilitas

untuk mencuci dan mengeringkan tangan. Suatu daerah harus dipisahkan dari area

kerja, di mana makanan dan minuman dapat dikonsumsi tanpa terkontaminasi

zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat orang jalan harus ditandai dengan

jelas, terbebas dari lubang, licin dan terjatuh. Harus ada pengaman pada tangga.

Jika pekerjaan dilakukan di malam hari harus tersedia pencahayaan yang baik.

Kondisi tidak aman (berbahaya), merupakan kondisi fisik atau keadaan

yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya

kecelakaan. Beberapa kondisi tidak aman diantaranya:

1. Lokasi kerja yang kumuh dan kotor

2. Alokasi personil / pekerja yang tidak terencana dengan baik, sehingga pada

satu lokasi dipenuhi oleh beberapa pekerja. Sangat berpotensi bahaya

Page 6: 07 Bab II Keselamatan Kerja

16

3. Fasilitas / sarana kerja yang tidak memenuhi standard minimal, seperti

scafolding tidak aman, pada proses pekerjaan dalam tangki tidak tersedia

exhaust blower

4. Terjadi pencemaran dan polusi pada lingkungan kerja, misal debu,

tumpahan oli, minyak dan B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Cara penggunaan, penyimpanan tabung gas dan tempat penyimpanannya:

1. Jangan meletakkan tabung gas yang mudah terbakar dan tabung yang

mendukung kebakaran di dalam ruangan yang sama.

2. Simpan atau jagalah tabung gas di dalam ruangan yang berventilasi baik,

yang dibangun dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar (gambar 2.6).

Gambar 2.6 Penempatan Tabung Gas(Sumber: Blunt & Balchin, 2002:30)

3. Ruangan tersebut tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung dan

temperatur tabung gas yang disimpan tidak boleh melebihi 400°C.

4. Pada waktu memindahkan tabung gas, jangan menarik, menumpahkan,

mendorong atau menggelindingkannya dengan kaki atau membiarkannya

bertabrakan dengan benda-benda lain yang dapat menyebabkan goncangan

pada tabung gas (gambar 2.7).

Page 7: 07 Bab II Keselamatan Kerja

17

Gambar 2.7 Troli pemindah tabung gas(Sumber: Blunt & Balchin, 2002:34)

5. Ketika menggunakan gas, gunakanlah gas tersebut di tempat yang

berventilasi baik, dan jagalah jangan sampai merobohkan tabung gas.

6. Ketika membuka katup tabung gas, lakukanlah perlahan-lahan untuk

mengindari desakan gas tiba-tiba dan usahakan agar kunci Inggris atau

kunci pas tetap melekat pada katup tabung gas.

7. Gunakanlah tabung gas yang sesuai untuk gas-gas yang mudah terbakar

seperti untuk gas-gas asetilin larut atau gas LP

8. Tutuplah katup tabung gas apabila gas tidak digunakan.

9. Gantilah tabung gas dengan tekanan tertentu yang masih tersisa.

10. Periksalah kebocoran yang mungkin ada sebelum mulai mengelas dan

pasangkan penahan tekanan balik pada tabung gas asetilin yang sesuai.

D. Bahaya-Bahaya dalam Pengelasan dan Pencegahannya

Bahaya-bahaya dalam pengelasan diantaranya:

1. Kejutan listrik selama pelaksanaan pengelasan dengan mesin las busur listrik

2. Ledakan karena adanya kebocoran pada gas-gas yang mudah terbakar seperti

gas asetilin

3. Cedera pada mata akibat penyinaran

4. Silau nyala api gas

5. Cedera karena asap dan gas yang dihasilkan selama proses pengelasan

6. Kebakaran, ledakan dan luka bakar akibat percikan terak pengelasan

7. Ledakan tabung asetilin, oksigen, gas CO2 dan gas argon

Page 8: 07 Bab II Keselamatan Kerja

18

8. Saat berada didalam ruang tertutup / tangki waspadailah gas hasil pengelasan.

9. Gas mulia / Inert gas : gas yang mendesak oksigen sehingga kadar oksigen

berkurang dibawah 19,5% sehingga berbahaya bagi pernapasan manusia. Gas

tersebut yaitu: Argon (Ar) hasil las GTAW, Co2 hasil las FCAW.

Letupan yang disebabkan oleh percikan selama pengelasan, serta terak

yang ditimbulkan oleh alat potong las atau alat ukur udara busur las

menimbulkan berbagai risiko antara lain : cedera pada mata, luka bakar,

kebakaran dan percikan. Cara untuk mengatasi letupan dan terak ialah:

a. Jangan menggulung lengan baju dan jangan mengeluarkan kulit lengan

Anda. Hindari pemakaian katelpak dari bahan campuran poliester, lebih baik

memakai katelpak dari bahan katun yang tidak terlalu mudah terbakar. Hal

ini juga penting untuk menghindari ledakan karena adanya letupan listrik

statis. Pastikan bahwa Anda memakai alat-alat pelindung seperti kaus tangan

kulit, penutup lengan, katelpak, penutup kaki (stiwel), dan kacamata

pelindung.

b. Jangan menaruh barang-barang yang mudah terbakar di dekat tempat kerja

pengelasan atau pemotongan. Misalnya, ketika bekerja menggunakan tabung

gas, jauhkan semua benda cair dari tabung itu dan cuci bersih serta bersihkan

udaranya sebelum mulai mengelas atau memotong tabung itu. Juga efektif

jika membilas gas di dalam tabung dengan nitrogen atau argon setelah bejana

itu diisi

1. Bahaya listrik

Sebab-sebab utama kejutan listrik selama pengelasan dengan busur listrik

diantaranya:

a. Karena perlu menyalakan kembali dan menjaga kestabilan busur las, maka

tegangan listrik AC pada mesin las busur listrik harus dijaga agar tetap tinggi.

b. Isolasi yang tidak efektif karena adanya kerusakan pada pembungkus kabel

las.

c. Isolasi yang tidak efektif dari mesin las busur listrik dan terbukanya bidang

pengisian pada terminal penghubung kabel mesin las.

Page 9: 07 Bab II Keselamatan Kerja

19

d. Isolasi yang tidak efektif pada gagang batang las.

e. Pengelasan busur listrik pada lokasi dikelilingi oleh material konduksi seperti

bejana tekan atau struktur dasar ganda dari kapal

Cara-cara mencegah bahaya kejutan listrik selama pengelasan dengan busur

listrik:

a. Pencegahan Arus Listrik Mengalir Ke Seluruh Tubuh Manusia

1) Pakaian kerja harus kering dan tidak boleh basah oleh keringat atau air.

2) Sarung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan tanpa lubang pada ujung

jari.

3) Harus memakai sepatu karet yang seluruhnya terisolasi.

4) Mesin las busur listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan otomatis

atau mesin las busur listrik DC tegangannya harus relatif rendah, sekitar

60V.

b. Memastikan Tidak Adanya Kebocoran Arus Listrik

1) Mesin-mesin las busur listrik itu sendiri, meja kerja las dan benda kerja

yang akan dilas harus benar-benar “membumi”.

2) Jika pembungkus kabel-kabel input atau output sobek dan kawatnya

terbuka, maka tutuplah dengan pita isolasi atau ganti seluruh kabelnya.

3) Isolasi terminal-terminal kabel pada sisi input/output, kabel pada gagang

elektroda dan sisi gagang elektroda, dan hubungan pada konektor kabel

harus sempurna.

4) Hubungan kabel-kabel yang ada di meja kerja las, lembar kerja yang akan

dilas dan logam dasar dengan benar menggunakan penjepit-penjepit

khusus.

5) Ketika meninggalkan bengkel pengelasan untuk beristirahat, pastikan

bahwa batang elektroda las telah dilepaskan dari gagang elektroda

(holder).

2. Bahaya Sinar las

Bahaya-bahaya sinar busur las dan nyala api gas diantaranya:

Page 10: 07 Bab II Keselamatan Kerja

20

a. Temperatur busur las sama tingginya dengan temperatur permukaan matahari,

kira-kira 5000-60000C, sedangkan temperatur nyala api gas asetilin adalah

kira-kira 31000C.

b. Keduanya menimbulkan radiasi sinar yang kuat sehingga berbahaya bagi

mata. Sinar-sinar tersebut meliputi, sinar-sinar yang kasat mata, juga sinar

ultraviolet (gelombang elektromagnetik) dan sinar inframerah (thermal) yang

tidak kasat mata.

c. Sinar yang ada pada las busur listrik kebanyakan adalah sinar ultraviolet,

sedangkan nyala api las memancarkan sinar infrared. Sinar ultraviolet dan

sinar infrared menimbulkan kerusakan pada mata dan kulit dapat terbakar

seperti terbakar sinar matahari.

Alat-alat pelindung dari sinar yang berbahaya

a. Kaus tangan atau masker pelindung wajah sejenis helm dengan plat-plat baja

anti-cahaya dilengkapi dengan jumlah penyaring yang cukup memadai serta

kacamata pelindung digunakan ketika mengerjakan las busur listrik atau las

gas

b. Pekerja las harus memakai pakaian kerja lengan panjang dan menutupi leher

dengan handuk sehingga kulit terlindung dari paparan sinar busur las

c. Pekerja harus merawat kedua matanya dengan meneteskan obat tetes mata dan

menggunakan kompres pendingin

d. Untuk melindungi lingkungan pekerja dari sinar-sinar yang berbahaya

tersebut, perlu digunakan layar pelindung cahaya

3. Bahaya asap las

Temperatur busur las tingginya kira-kira 5000-60000C, yang berarti sama

dengan temperatur permukaan matahari, sedangkan temperatur nyala api

oksiasetilin adalah kira-kira 32000C. Penguapan logam peleburan terjadi dari

ujung batang elektroda las atau kawat las, tetesan-tetesan kecil yang berpindah dan

permukaan genangan yang meleleh, sehingga uap air logam bertemperatur tinggi

disemburkan ke sekeliling titik pengelasan. Uap air itu cepat menjadi dingin dan

melebur di dalam partikel-partikel kecil berdiameter 0,1-10µm. Walaupun

kelihatannya seperti asap biasa, asap gas las ini sebenarnya mengandung partikel-

Page 11: 07 Bab II Keselamatan Kerja

21

partikel murni. Ukuran dan unsur-unsur di dalam partikel-partikel ini bergantung

pada material yang terkandung di dalam batang las, kawat las dan jenis material

dasarnya. Karena ukuran partikel-partikel ini memungkinkan untuk mudah masuk

ke dalam paru-paru, maka alat-alat perlindung harus digunakan.

Jika sejumlah besar volume asap las diisap, maka gejala penyakit akut

yang disebut “DEMAM LOGAM” dapat terjangkit, ditandai dengan : sakit

kepala, demam, menggigil dan kelelahan yang terjadi dalam waktu singkat.

Gejala-gejala ini terlihat apabila digunakan batang elektroda las hidrogen rendah.

Walaupun demikian, ini hanyalah gejala penyakit sesaat, dan pasien akan pulih

kembali kesehatannya setelah beberapa jam.

Namun apabila asap las itu diisap dalam waktu lama, maka partikel-

partikel murni akan terakumulasi di dalam paru-paru dan dapat menyebabkan

kondisi kronis yang disebut “PNEUMOKONIOSIS” (Radang paru-paru).

Radang paru-paru pada tahap awal hampir tidak menunjukkan gejala penyakit

yang subyektif, tetapi fungsi paru-paru semakin memburuk seiring dengan

berkembangnya gejala penyakit itu, ditandai dengan kesulitan bernapas. Sampai

sekarang masih belum ada pengobatan yang dapat mengembalikan paru-paru

seperti dalam kondisi kesehatan semula, selain itu dalam beberapa kasus pasien

meninggal dunia karena berbagai komplikasi. Selama pengelasan, gas-gas yang

beracun bagi tubuh manusia bisa timbul selain asap-asap las. Misalnya:

1. Bila 100% gas CO2 digunakan sebagai gas pelindung untuk las MAG, maka

gas CO2 yang dipanaskan dengan temperatur tinggi pada busur las akan

larut dengan formula sebagai berikut untuk menghasilkan CO (karbon

monoksida) 2CO2 à 2CO+O2

2. Kepadatan CO ini bergantung pada jarak dari titik kejadian, dan 700 ppm

diluar helm serta 50 ppm didalam helm pada titik 30 cm dari titik kejadian.

3. Oksigen dan nitrogen bereaksi dengan busur las panas terhadap oksigen dan

dikonversikan menjadi Nox (NO-NO2).

4. Sinar ultraviolet yang ditimbulkan dari reaksi busur las terhadap oksigen,

menghasilkan ozon (O2).

Page 12: 07 Bab II Keselamatan Kerja

22

5. Oli dan cat yang melekat pada daerah las-lasan, yang dilarutkan oleh busur

las dan nyala api gas, menghasilkan gas-gas organik.

Cara Mengatasi Asap Dan Gas Las ialah sebagai berikut:

1. Posisi tubuh pada saat pengelasan diatur sedemikian rupa sehingga

meminimalisir asap gas langsung mengarah ke welder (gambar 2.8)

Gambar 2.8 Posisi tubuh sewaktu mengelas (a) kurang tepat (b) tepat(Sumber: Blunt & Balchin, 2002:55)

2. Asap las harus dibuang dengan alat lebih dari sekadar ventilasi alami. Alat

penyedot asap las lokal (gambar 2.9) dan alat pembuang gas harus dipasang

untuk melenyapkan secara paksa gas dan asap las.

Gambar 2.9 Penyedot asap las lokal(Sumber: Blunt & Balchin, 2002:57)

3. Jika alat penyedot asap dan pembuang gas tidak dapat dipasang, maka

gunakanlah alat bantu pernapasan. Bila pengelasan dilakukan pada lokasi

Page 13: 07 Bab II Keselamatan Kerja

23

yang sempit dan kurang ventilasi, gunakanlah masker pengisi udara

(oksigen).

4. Gunakanlah metode pengelasan, elektroda las atau kawat las yang

menghasilkan sedikit asap las. Misalnya, jika campuran gas Ar+CO2

digunakan untuk las MAG sebagai las pelindung, maka jumlah asap lasnya

dapat dikurangi banyak.

5. Sedapat mungkin gunakanlah mesin las otomatis, sehingga operator mesin

dapat mengambil jarak lebih jauh dari daerah pengelasan.

Pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu

usaha dan / atau kegiatan dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Tabel 2.2 Pengaruh asap logam terhadap tubuh manusia

No Asap logam Pengaruhnya terhadap manusia

1. Oksida besi Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan

2. Mangan

Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan, terutama cabang tenggorokanGangguan syaraf sebagai akibat kronisPeningkatan refleks urat kulit, pengerasan otot dan tremor

3.Oksida kadmium

Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan, radang paru-paru, gangguan ginjal dan tumor paru-paru

4. Kobalt Radang paru-paru karena zat kimia

5. NikelRangsangan terhadap organ-organ pernapasan, penyakit kulit

6. KhromRangsangan terhadap organ-organ pernapasan, penyakit kulit, bisul-bisul di kulit, radang hidung, bisul-bisul pada sekat hidung

7. Tembaga

Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan, terutama cabang tenggorokan, radang selaput lendir pada hidung dan batang tenggorokan, diare dan demam

8. Oksida seng Demam akibat asapNo Asap logam Pengaruhnya terhadap manusia

Page 14: 07 Bab II Keselamatan Kerja

24

No Asap logam Pengaruhnya terhadap manusia

9.Molibdenum

Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan

10. Oksida besi Demam akibat asap

11. TimahKeracunan di seluruh tubuh, bisul-bisul di perut, kelumpuhan syaraf, anemia, tumor paru-paru, insomnia, sakit perut, sembelit dan nyeri persendian

12. FloridaRadang mata, hidung, tenggorokan selaput lendir mulut, masalah gigi, gangguan ginjal, masalah tulang, pendarahan berkepanjangan, dan gangguan liver

13. Titanium Enzim

14. AluminiumRangsangan terhadap organ-organ pernapasan, jaringan serabut paru-paru

(Sunaryo, 2009: 53)

E. Rangkuman

Untuk menghindari atau mengeliminir terjadinya kecelakaan perlu

penguasaan pengetahuan keselamatan kesehatan kerja. Keselamatan kesehatan

kerja paling banyak membahas adanya kecelakaan dan perbuatan yang

mengarah pada tindakan yang mengandung bahaya. Tempat kerja harus jauh

dari kondisi tidak aman (berbahaya), yang merupakan kondisi fisik atau

keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan

terjadinya kecelakaan. Bahaya dari pengelasan terdiri dari bahaya listrik, sinar

las dan asap las. Pemakaian APD dan pelaksanaan kerja sesuai prosedur dapat

mencegah dampak dari bahayan pengelasan. Setiap orang yang bekerja di

bidang las harus memahami dan melaksanakan K3 pada setiap kegiatannya.

F. Soal

1. Jelaskan pentingnya pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja di bidang

pengelasan!

2. Sebutkan Alat Pelindung Diri (APD) untuk seorang welder!

3. Sebutkan kondisi-kondisi tidak aman di tempat kerja!

4. Jelaskan bahaya apa saja yang diakibatkan sinar las!

Page 15: 07 Bab II Keselamatan Kerja

25