(0680-h-2004)

20
i FAKTOR-FAKTOR PROGNOSTIK YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN MISOPROSTOL PADA PREEKLAMSIA/EKLAMSIA Tesis/Karya Ilmiah Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi Diajukan ole h: Suroso 99/1383/V-SP/0229 Kepada BAGIAN / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA/ RS SARDJITO JOGJAKARTA 2003

Upload: joshua-steven

Post on 28-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: (0680-H-2004)

i

FAKTOR-FAKTOR PROGNOSTIK YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN INDUKSI PERSALINAN

DENGAN MISOPROSTOL PADA PREEKLAMSIA/EKLAMSIA

Tesis/Karya Ilmiah Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi

Diajukan oleh:

Suroso 99/1383/V-SP/0229

Kepada

BAGIAN / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA/ RS SARDJITO JOGJAKARTA

2003

Page 2: (0680-H-2004)

ii

Page 3: (0680-H-2004)

iii

Page 4: (0680-H-2004)

iv

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

atas pertolonganNya maka Karya Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan sebagai

salah satu syarat dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS Sardjito

Jogjakarta. Sholawat dan salam atas Rasulullah SAW.

Karya Ilmiah Akhir ini tidak akan menjadi kenyataan tanpa bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya

Karrya Ilmiah Akhir ini.

Kepada Kepala Bagian dan Ketua Program Studi Obstetri dan Ginekologi

FK UGM/RS Sardjito, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas

kesempatan, bimbingan dan fasilitas yang diberikan selama mengikuti pendidikan.

Secara khusus ucapan terima kasih penulis tujukan kepada dr H. Risanto

Siswosudarmo, SpOG selaku pembimbing metodologi dan dr Rukmono

Siswishanto, SpOG(K) selaku pembimbing materi, yang telah banyak

memberikan bimbingan, semangat dan kemudahan kepada penulis hingga Karya

Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan.

Kepada seluruh Staff Pengajar di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK

UGM/RS Sardjito serta RS Afiliasi Pendidikan, penulis mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan

selama penulis menempuh pendidikan.

Page 5: (0680-H-2004)

v

Terima kasih kepada Dekan FK UGM, Direktur RS Sardjito dan Direktur

RS Afiliasi Pendidikan beserta jajarannya, karyawan/paramedis, sejawat residen,

pasien dan semua pihak atas bantuan dan kerja samanya selama penulis mengikuti

pendidikan.

Penghargaan dan rasa terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua,

mertua, istri dan kedua anak tercinta, serta kakak dan adik atas doa, pengorbanan

dan bantuannya.

Tak lupa penulis mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan penulis

kepada semua pihak. Semoga Allah selalu memberi petunjuk , rahmat dan

pertolongan kepada kita semua. Amin.

Jogjakarta, November 2003

Suroso

Page 6: (0680-H-2004)

vi

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………..…. i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………...… ii

PRAKATA …………………………………………………………………...… iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vi

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………...… ix

INTISARI ………………………………………………………………………. x

ABSTRACT …………………………………………………………………… xi

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1

B. Permasalahan …………………………………………………….. 3

C. Keaslian Penelitian ……………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………...… 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 6

A. Pengelolaan Preeklamsia/eklamsia ………………………………. 6

B. Induksi Persalinan dengan Misoprostol ………………………….. 8

B.1. Prostaglandin dan Fisiologi kontraksi Miometrium …………. 8

B.2. Prostaglandin dan Hormonal ……………………………….. 11

B.3. Misoprostol …………………………………………………. 12

B.4. Farmakokinetika dan Farmakodinamika Misoprostol ……... 13

B.5. Mekanisme Kerja Misoprostol untuk Induksi Persalinan ...… 14

Page 7: (0680-H-2004)

vii

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kegagalan/keberhasilan

Induksi Persalinan ………………………………………….…… 15

D. Kerangka Konsep ……………………………………………….. 18

BAB III. RUANG LINGKUP PENELITIAN ………………………………... 19

A. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 19

B. Hipotesis ………………………………………………………… 19

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 20

A. Rancangan Penelitian …………………………………………… 20

B. Populasi dan Subyek Penelitian ………………………………… 21

C. Kriteria Kelayakan …………………………………………….... 21

D. Variabel Penelitian ……………………………………………… 22

E. Cara Pemilihan Kasus …………………………………………… 22

F. Kerangka Analisis ………………………………………………. 22

G. Besar Sampel ……………………………………………………. 22

H. Definisi Operasional …………………………………………….. 23

I. Cara Penelitian ………………………………………………...… 24

J. Analisis Data ……………………………………………………. 25

BAB V . HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN ……………………. 26

A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 26

B. Pembahasan ……………………………………………………... 30

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………... 33

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 34

Page 8: (0680-H-2004)

viii

DAFTAR SINGKATAN

PGE1 : Prostaglandin E1

PGE2 : Prostaglandin E2

PGE2a : Prostaglandin E2a

FDA : Food and Drug Administration

DJJ : Denyut Jantung Janin

Ca2+ : Ion Kalsium

ATP : Adenosine Triphosphate

SD : Standar Deviasi

HELLP : Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, and Low Platelats

RS : Rumah Sakit

OR : Odds Ratio

CI : Confidence Interval

Page 9: (0680-H-2004)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Efek Prostaglandin pada rahim …………………………………… 12

Gambar 2: Rumus molekul misoprostol ……………………………………... 13

Gambar 3: Rerata (± SD) kadar misoprostol setelah pemberian oral

dan vaginal ……………………………………………………….. 14

Page 10: (0680-H-2004)

x

DAFTAR TABEL

TABEL 1- Distribusi karakteristik subjek penelitian ………………………….. 27

TABEL 2a– Hubungan antara skor Bishop dengan kegagalan induksi

persalinan ………………………………………………………… 28

TABEL 2b– Hubungan antara paritas dengan kegagalan induksi persalinan …. 28

TABEL 2c– Hubungan antara umur ibu dengan kegagalan induksi persalinan…29

TABEL2d– Hubungan antara umur kehamilan dengan kegagalan induksi

persalinan …………………………………………………….… 29

TABEL 2e– Hubungan antara cara pemberian misoprostol dengan kegagalan

induksi persalinan …………………………………………….. 30

TABEL 3– Analisis multivariat antara faktor-faktor prognostik dengan induksi

gagal secara bersama-sama ………………………………...…… 30

Page 11: (0680-H-2004)

xi

INTISARI Latar belakang: Kejadian preeklamsia sekitar 5% dan terapi definitif adalah persalinan, persalinan pervaginam lebih dianjurkan. Misoprostol telah digunakan secara luas untuk induksi persalinan dengan hasil yang memuaskan. Kegagalan Induksi terjadi sekitar 7% - 33,3% tergantung faktor prognostiknya. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prognostik yang menjadi predisposisi kegagalan induksi persalinan pada preeklamsia/eklamsia, terutama skor Bishop dan paritas. Metode penelitian: Studi kasus kontrol. Bahan dan cara: Semua induksi persalinan pada preeklamsia/eklamsia di RS Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam kurun waktu lima tahun ( Agustus 1998-Juli 2003) dipilih sebagai subyek penelitian. Induksi menggunakan misoprostol yang gagal dimasukkan sebagai kelompok kasus, sedangkan kelompok kontrol adalah induksi tidak gagal. Induksi dianggap gagal bila persalinan fase aktif belum tercapai dalam 24 jam sejak pemberian misoprostol pertama. Skor Bishop dan paritas dipelajari sebagai faktor prognostik. Faktor prognostik lainnya yang ikut dipelajari adalah umur ibu, umur kehamilan dan cara pemberian misoprostol. Data diperoleh dari catatan medik rumah sakit dan dianalisis dengan program komputer. Analisis statistik menggunakan chi square, odds ratio, dan regresi logistik. Hasil: Didapatkan 112 induksi persalinan pada preeklamsia/eklamsia, 95 kasus diantaranya memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Induksi gagal terjadi pada 32 (33,68%) dari 95 kasus. Induksi gagal pada skor Bishop rendah (kurang dari 4) lebih tinggi 3,17 kali dibandingkan dengan skor Bishop tinggi, tetapi tidak berbeda bermakna secara statistik (OR = 3,17; CI 95% = 0,66-15,29; p= 0,13). Induksi gagal pada nullipara lebih tinggi 2,42 kali dibandingkan dengan wanita multipara (OR = 2,42; CI 95% = 0,99-5,93; p= 0,05). Pemberian misoprostol secara oral menunjukkan induksi gagal lebih tinggi 4,45 kali dibandingkan dengan pemberian secara vaginal (OR = 4,45; CI 95% = 1,58-12,54; p= 0,00). Umur ibu dan umur kehamilan tidak menunjukkan sebagai faktor prognostik. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa wanita nullipara dan pemberian misoprostol secara oral merupakan faktor prognostik yang menyumbang terjadinya induksi gagal. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa skor Bishop secara klinik meningkatkan kejadian induksi gagal walaupun secara statistik tidak berbeda bermakna. Nullipara dan pemberian misoprostol secara oral merupakan faktor prognostik terjadinya kegagalan induksi persalinan pada preeklamsia/eklamsia. Kata kunci: induksi gagal, preeklamsia/eklamsia, misoprostol, faktor prognostik.

Page 12: (0680-H-2004)

xii

ABSTRACT Background: The incidence of preeclampsia is about 5% and the definitive therapy is delivery of the fetus especially by vaginal route. Misoprostol has been widely used to induce labor with satisfying result. The incidence of failed induction was about 7% - 33% depending on some prognostic factors. Objectives: The purpose of the present study is to identify prognostic factors especially the Bishop’s score and parity that predispose to failed induction of labor on preeclamsia/eclampsia. Materials and method: All cases of labor induction using misoprostol on preeclampsia/eclampsia at Sardjito hospital that fit the inclusion and exclusion criteria during five years period (August 1998-Ju ly 2003) were used in the study. Failed induction stands for the case and unfailed induction as the control groups. The induction of labor is failed if the active phase of labor is not reached within 24 hours after first administration of misoprostol. Bishop’s score and parity are prognostic factors being studied. Maternal and gestational age, route of misoprostol administration are others prognostic factors studied. Data were obtained from the hospital medical record and analyzed using computer program. Chi square, odds ratio with a 95% confidence interval and logistic regression are used for statistical analysis. Result: There are 112 labor inductions on preeclampsia/eclampsia, and 95 labor inductions meeting the eligibility criteria. Among 95 cases, 32 (33.68%) undergo failed induction. The low Bishop’s score (less than 4) is 3.17 times higher to fail compared to high one but it is not statistically significant (OR = 3.17; 95% CI = 0.66-15.29; p= 0.13). Nulliparous women increase the failed induction 2.42 times compared to the multiparous women (OR = 2.42; 95% CI = 0.99-5.93; p= 0.05). Oral misoprostol route shows a failed induction 4.5 times higher compared to vaginal route (OR = 4.45; 95% CI = 1.58-12.54; p= 0.00). Maternal age and gestational age do not increase serve as prognostic factors. The logistic regression analysis shows that parity and route of misoprostol administration are important prognostic factors contributing to the failed induction. Conclusion: This study shows that although Bishop’s score is not statistically different, but clinically it is. Nulliparous women and oral administration of misoprostol are more important prognostic factor predisposing to the failed induction of labor in preeclampsia/eclampsia. Keywords: Failed induction, preeclampsia/eclampsia, misoprostol, prognostic factor

Page 13: (0680-H-2004)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklamsia merupakan kelainan multisistem yang dihubungankan dengan

kenaikan tekanan darah dan proteinuria dalam kehamilan.1,2,3 Kejadian

preeklamsia sekitar 5%.1 Lebih dari setengah juta wanita meninggal tiap tahun

karena preeklamsia/eklamsia dan 99% kematian terjadi di negara berkembang.3

Preeklamsia merupakan kelainan spesifik pada kehamilan. Terapi definitif

preeklamsia/eklamsia adalah persalinan. Persalinan vaginal lebih dianjurkan.4,5

Persalinan pada preeklamsia berat/eklamsia dengan umur kehamilan melebihi 34

minggu diterima secara universal.6 Cara persalinan yang optimal bagi penderita

preeklamsia/eklamsia belum dievaluasi secara seksama.7 Pasien perlu dievaluasi

secara individual untuk menetapkan cara persalinan yang optimal.4 Jika pasien

dalam persalinan atau jika persalinan dapat diinduksi dengan mudah, persalinan

vaginal dapat dikerjakan asal tidak ada komplikasi obstetrik lainnya. Induksi

persalinan pada preeklamsia mempunyai angka kegagalan 4 kali lipat dan

menaikkan risiko persalinan secara seksio sesaria 2 kali lipat dibandingkan wanita

normotensif.8 Diantara wanita dengan serviks belum matang, penderita

preeklamsia mempunyai kemungkinan 6,5 kali lebih besar untuk terjadinya

induksi gagal dibandingkan wanita bukan preeklamsia.9 Angka induksi gagal

lebih tinggi disebabkan karena serviks belum matang dan batasan waktu.3,8

Page 14: (0680-H-2004)

2

Induksi persalinan adalah usaha menginisiasi persalinan yang sebelumnya

belum terjadi. Induksi persalinan di rumah sakit meliputi 10% sampai 25,8%

persalinan. Indikasi induksi persalinan terbanyak adalah hamil postterm, ketuban

pecah dini dan preeklamsia. Kegagalan induksi persalinan (induksi gagal) terjadi

pada 7% - 33,3% kasus. Induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan

kejadian persalinan secara seksio sesaria.1,10-17

Banyak metoda induksi telah dilakukan. Induksi gagal sering terjadi bila

serviks belum matang. Usaha pematangan serviks sebelum memulai induksi

persalinan lazim dilakukan. Salah satu usaha memperbaiki kegagalan unduksi

dengan menggunakan prostaglandin, preparat ini berfungsi sebagai pematang

serviks dan induktor.18

Pada 1987 dilaporkan penggunaan analog prostaglandin E1 (PGE1) sintetis

(misoprostol) untuk induksi persalinan. Misoprostol lebih efektif dan efisien untuk

induksi persalinan dibandingkan prostaglandin lainnya maupun oksitosin.

Misoprostol dipercaya dapat menurunkan kemungkinan kegagalan induksi.

Misoprostol dapat diberikan secara oral maupun secara vaginal. Sampai sekarang

belum ada kesepakatan para ahli tentang cara pemberian, interval pemberial, dosis

misoprostol untuk induksi persalinan dan kriteria induksi gagal.16,18-21 Induksi

gagal setelah pemberian dosis adekuat harus membuat ahli obstetri berpikir ulang,

apakah induksi sesungguhnya tepat. Jika persalinan adalah indikasi, haruskah

seksio sesaria dilakukan? Jika indikasi persalinan adalah borderline, mungkinkah

induksi ditunda untuk satu hari (jika ketuban utuh)?13

Page 15: (0680-H-2004)

3

Pemakaian misoprostol untuk induksi persalinan tidak disetujui oleh

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug

Administration,FDA). 18,20 Pada bulan Agustus 2000, pabrikan misoprostol

(Cytotec®, Searle) memberi peringatan kepada klinisi terhadap penggunaan

misoprostol pada kehamilan. Pabrikan menyebutkan adanya ruptur uteri, kematian

maternal dan fetus ketika misoprostol digunakan untuk induksi persalinan. Efek

jangka panjang Cytotec® pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang lahir

dengan induksi dengan Cytotec® belum diketahui.20

Penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan masih kontroversial

untuk beberapa alasan. Ketidakmampuan menjawab pertanyaan, walaupun

misoprostol digunakan dalam dosis kecil untuk menginduksi persalinan, kurang

aman dibandingkan obat lainnya. Hasil buruk yang serius sangat jarang, dan

perbedaan absolut antara obat-obat induksi persalinan adalah kecil. Aborsi

medisinal dengan misoprostol berpotensi menaikkan akses pelayanan aborsi.

Luaran jelek yang serius, walaupun jarang, akibat misoprostol berpotensi tinggi

untuk terjadi pembeberan (exposure) mediko-legal. Misoprostol efektif untuk

induksi persalinan, tetapi keamanannya belum diketahui dengan pasti bila

dibandingkan dengan obat lainnya. Induksi persalinan dengan misoprostol

berhubungan dengan peningkatan kejadian hiperstimulasi, perubahan denyut

jantung janin dan meningkatnya kejadian meconeum staining.20

B. Permasalahan

Persalinan vaginal lebih dianjurkan pada preeklamsia/eklamsia. Masalah

timbul bila pasien datang belum dalam persalinan. Berdasarkan latar belakang

Page 16: (0680-H-2004)

4

maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi kegagalan induksi persalinan pada preeklamsia/eklamsia.

C. Keaslian Penelitian

Pemberian misoprostol 50 µg oral menunjukkan keefektifan yang

lebih rendah dibandingkan pemberian vaginal untuk induksi persalinan.

Keberhasilan persalinan vagina l dalam 24 jam lebih lama 3 jam pada kelompok

oral. Keberhasilan persalinan vagina l dalam 24 jam tidak berbeda, yaitu kelompok

oral 95,4% dan 98,5% pada kelompok vaginal.22

Keefektifan misoprostol vaginal dan oral tidak berbeda bermakna

bermakna (87,50% vs 80,70%) untuk induksi persalinan pada kehamilan a term

dengan ketuban pecah dini. Lama waktu induksi pada kelompok misoprostol

vagina lebih lama dibandingkan oral (10,00 ± 4,86 vs 9,76 ± 4,56 jam).23

Kegagalan induksi persalinan memakai misoprostol 50 µg tanpa

memandang indikasi adalah 15,9%. Skor Bishop merupakan faktor prognostik

terhadap kegagalan induksi. Induksi gagal didefinisikan lama induksi lebih dari 24

jam terhitung dari pemberian misoprostol yang pertama.24

Penelitian luaran preeklamsia berat pada kehamilan aterm telah dilakukan.

Dari 93 pasien preeklamsia berat hamil aterm, 34 pasien diantaranya menjalani

seksio sesaria sebelum persalinan dan 59 pasien menjalani induksi persalinan.

Dari 59 pasien yang menjalani induksi, 37 (63%) diantaranya terjadi persalinan

vaginal dan 22 (37%) diantaranya menjalani seksio sesaria. Indikasi seksio sesaria

setelah menjalani induksi adalah induksi gagal (67%) dan perubahan denyut

jantung janin (DJJ) (76%). Sepuluh (59%) diantara pasien dengan skor Bishop = 4

Page 17: (0680-H-2004)

5

berhasil melahirkan secara vaginal. Duapuluh tujuh (64%) diantara pasien dengan

skor Bishop < 4 berhasil melahirkan secara vaginal. Dalam kelompok pasien yang

diinduksi persalinannya, morbiditas maternal dan neonatal tidak berbeda secara

bermakna.7

Penelitian mengenai persalinan preeklamsia berat pada kehamilan preterm

(umur kehamilan 24 – 34 minggu) telah dilakukan. Dari 306 pasien yang diteliti,

161 diantaranya dilakukan seksio sesaria elektif. Indikasi seksio sesaria elektif

terbanyak adalah serviks belum matang (33,5%) dan malpresentasi (22,4%).

Seratus empat puluh lima pasien menjalani induksi persalinan. Tujuh puluh

(48,3%) diantara pasien yang diinduksi berhasil lahir secara vaginal dan 75

(51,7%) lainnya menjalani seksio sesaria. Indikasi seksio sesaria terbanyak setelah

induksi persalinan adalah perubahan DJJ (50,7%) dan persalinan tidak maju

(45,3%). Prediktor keberhasilan induksi persalinan secara signifikan adalah skor

Bishop (odds ratio 1,30, 95% confidence interval 1,11-1,71, P= 0,003).25

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, induksi gagal pada penelitian ini

adalah persalinan fase aktif belum terjadi dalam 24 jam setelah pemberian

misoprostol pertama. Diteliti skor Bishop dan paritas sebagai faktor prognostik

terjadinya induksi gagal pada pasien preeklamsia/eklamsia.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kegagalan induksi persalinan pada preeklamsia/ eklamsia. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

terminasi kehamilan pada preeklamsia/eklamsia.

Page 18: (0680-H-2004)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan preeklamsia/eklamsia

Preeklamsia merupakan penyakit pada kehamilan yang ditandai dengan

hipertensi disertai proteinuria dan atau edema. Eklamsia merupakan keadaan

kejang dan atau koma yang didahului oleh kondisi preeklamsia. Etiologi dan

patogenesis preeklamsia/eklamsia belum diketahui secara pasti.4 Vasospasme

merupakan dasar patofisiologi preeklamsia/eklamsia. Kontriksi vaskuler akan

menyebabkan resistensi aliran darah dan menyebabkan hipertensi arterial.

Vasospasme pembuluh darah itu sendiri akan menyebabkan kerusakan, sehingga

integritas endotel akan terganggu.24

Prinsip-prinsip penanganan preeklamsia/eklamsia adalah melindungi jalan

nafas ibu, mengontrol kejang, mengobati tekanan darah yang berat, neraca cairan,

persalinan yang aman dan sesegera mungkin dan menangani komplikasi yang

terjadi. Tujuan utama penanganan preeklamsia/eklamsia adalah menghambat

timbulnya kejang, mencegah perdarahan intrakranial serta kerusakan serius pada

organ vital dan melahirkan bayi sehat. Magnesium sulfat merupakan preparat

yang umum diberikan untuk mencegah kejang pada preeklamsia

berat/eklamsia.2,3,4,26

Secara tradisional, wanita dengan preeklamsia berat harus dilahirkan tanpa

penundaan, tanpa mempertimbangkan umur janin. Membiarkan kehamilan

berlanjut pada keadaan demikian merupakan tindakan yang membahayakan,

Page 19: (0680-H-2004)

7

paling tidak untuk ibu, dan juga bagi janin dengan asumsi bahwa viabilitas janin

telah tercapai. Pengelolaan preeklamsia berat secara konservatif, ibu berisiko

terjadi komplikasi solusio plasenta, eklamsia, gagal ginjal, hipertensi ensefalopati,

stroke serta ruptur hepar.4

Di Amerika Serikat, wanita hamil dengan hipertensi mengalami kenaikan

risiko untuk persalinan secara seksio sesaria. Karena beberapa wanita tersebut

mempunyai masalah sebelum persalinan alami terjadi, kemungkinan serviks

belum matang. Problem tersebut lebih lanjut tergabung dengan magnesium sulfat

yang diberikan untuk pencegahan kejang. Sebagian klinisi percaya bahwa

magnesium sulfat akan memperlambat onset persalinan pada wanita dengan

serviks belum matang yang menjalani induksi persalinan. Tetapi peneliti lain ada

yang menyimpulkan bahwa magnesium sulfat tidak berhubungan dengan lama

interval persalinan atau peningkatan persalinan secara seksio sesaria.9,27

Persalinan pada preeklamsia berat/eklamsia dengan umur kehamilan

melebihi 34 minggu diterima secara universal.6 Banyak metoda induksi telah

dilakukan. Induksi persalinan adalah tindakan secara kimiawi maupun mekanik

yang ditujukan untuk mematangkan serviks dan memicu timbulnya persalinan

pada seorang wanita hamil. Induksi gagal sering terjadi bila serviks belum

matang. Salah satu usaha memperbaiki kegagalan induksi dengan menggunakan

prostaglandin (misalnya PGE2 dan misoprostol), preparat ini berfungsi sebagai

pematang serviks dan induktor.18,28

Page 20: (0680-H-2004)

8

B. Induksi persalinan dengan misoprostol

Induksi persalinan adalah usaha menginisiasi persalinan yang sebelumnya

belum terjadi. Banyak metoda induksi telah dilakukan. Misoprostol digunakan di

bidang obstetri dan ginekologi karena menimbulkan kontraksi miometrium dan

pematangan serviks.

B.1. Prostaglandin dan fisiologi kontraksi miometrium

Suatu perubahan yang kompleks pada janin dan ibu terjadi menjelang

persalinan. Pada janin, sumbu hipotalamus – hipofise – adrenal tidak hanya

mempengaruhi produksi steroid di plasenta, tetapi juga mempengaruhi komposisi

cairan amnion yang disekresikan paru dan ginjal. Perubahan ini juga memberi

isyarat kepada uterus termasuk serviks dan miometrium. Membran janin

merupakan faktor biologis penting yang selama ini dianggap diam, membentuk

hubungan antar permukaan yang dinamis di dalam uterus yaitu antara amnion

(sumber utama prostaglandin E2), desidua (sumber utama prostaglandin F2a) dan

korion (sumber utama prostaglandin dehidrogenase).29,30

Sel-sel miometrium fundus tertanam di dalam matriks ekstraseluler yang

terutama terdiri dari serat kolagen. Matriks tersebut mempermudah transmisi

kekuatan kontraksi sel miometrium dan juga berfungsi mengintegrasikan daya

kontraksi sel miometrium. 29

Gap junction adalah hubungan sel ke sel yang tersusun dari bagian-bagian

simetrik membran plasma dua sel yang bersebelahan. Komunikasi antar sel

miometrium dilakukan melalui gap junction. Gap junction berkembang selama

persalinan. Gap junction tidak ada sepanjang kehamilan sampai cukup bulan.