04 pedoman pend jur kedokteran

78
Pedoman Pendidikan Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

Upload: andicotpreh

Post on 27-Jun-2015

652 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Pedoman Pendidikan

Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010

Page 2: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran
Page 3: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Visi

Menjadi Institusi Pendidikan Kedokteran Yang Terkemuka Dan Bertaraf

Internasional

Misi

Merintis Pendidikan , Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat di bidang

Kedokteran terkini serta bermutu

Nilai

1. Responsif

2. Efektif dan Efisien

3. Suportif

4. Inovatif

5. Komitmen

Page 4: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas ijinnya

sehingga Buku Pedoman Akademik T.A.2009/2010 ini bisa terselesaikan.

Pedoman Akademik 2009/2010 untuk Penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Dokter

Jurusan Kedokteran (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini diterbitkan berdasarkan Surat

Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 046/SK/J10.1.17/AK/2009 dalam

rangka memberikan acuan bagi seluruh sivitas akademika yang terlibat dalam penyelenggaraan

Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Tahun Akademik 2009/2010. Perubahan pada Buku Pedoman

Akademik 2009/2010 dimaksudkan untuk menyempurnakan Buku Pedoman Akademik 2007/2008

dan 2008/2009.

Pada Buku Pedoman Akademik ini telah disusun struktur kurikulum untuk seluruh Tahap

Akademik dari Semester I sampai dengan Semester VII, yang terdiri atas 2 semester Tahap Dasar

Kedokteran dan 5 semester Tahap Kompetensi Klinik. Berbeda dengan Pedoman Akademik tahun-

tahun sebelumnya, sejak Tahun Akademik 2009/2010 diberlakukan penapisan pada akhir Semester

II untuk bisa melanjutkan ke Semester diatasnya. Pemberian materi pembelajaran selain dalam

bentuk Blok, juga beberapa matakuliah diberikan dengan model Non-Blok. Disamping itu, juga

diberikan model pembelajaran Problem Based Learning pada setiap akhir Semester III sampai

dengan Semester VII untuk melatih mahasiswa melakukan self directed learning.

Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, serta komitmen seluruh sivitas akademika, semoga

Kurikulum Berbasis Kompetensi akan terselenggara dengan lebih baik di Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Dekan,

Ttd.

Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, MKes.

NIP. 19480724 198003 1 002

Page 5: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

DAFTAR ISI Halaman VISI, MISI, NILAI ............................................................. i

PENGANTAR ............................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................. iii

DAFTAR TABEL ............................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................. vi

Bab I KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER 1.1 Batasan Kompetensi …………………………….….

1.2 Jabaran Operasional Kompetensi ……………………………....

1.3 Elemen Kompetensi …..……………………….…...

1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter …………………………….……

1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter ..………………………….…….

1.6 Standar Kompetensi Dokter ….………………………….…..

1.6.1 Area Kompetensi .………………………….……..

1.6.2 Komponen Kompetensi …………………………….…..

1.6.3 Penjabaran Kompetensi ………………………...........

Bab II KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER (PSPD) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1 Sejarah ……………………………….

2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya ………….………….

2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB ………………………….…….

2.4 Struktur Kurikulum …………………….………….

2.4.1 Umum ……………………………….. 2.4.2 Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran ………….……………………

2.4.3 Tahap Pendidikan Kedokteran Klinik ……………………….……... 2.4.4 Tahap Kepaniteraan Klinik (Clerkship) …….………………………

2.5 Isi Kurikulum ………………………………..

2.5.1 Struktur Kurikulum ……………..………………… 2.5.2 Sebaran Matakuliah di Setiap Semester …………………………..

2.5.3 Tahap Pendidikan Profesi (Clerkship) ………………………….….

Bab III PERAN, FUNGSI, KOORDINASI, PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

3.1 Peran dan Fungsi dalam Penyelenggaraan Pembelajaran

3.1.1 Pimpinan Fakultas .......................................

3.1.2 Gugus Jaminan Mutu (GJM) …....................................

3.1.3 Unit Jaminan Mutu (UJM) .......................................

3.1.4 Medical Education Unit (MEU) .......................................

3.1.5 Jurusan .......................................

3.1.6 Laboratorium ...........................................

Page 6: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3.1.7 UPT Labskill & Laboratorium Sentral Biomedik ......................

3.1.8 Urusan Administrasi Akademik Jurusan ................................

3.1.9 Penanggungjawab Matakuliah (PJMK) .......................................

3.1.10 Kelompok Pengajar ...............................................

3.1.11 Mahasiswa ...........................................

3.2 Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran .......................................

Bab IV PEMBELAJARAN BLOK 4.1 Strategi Pembelajaran ...............................................

4.2 Struktur Materi …............................................

4.3 Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok..........................................

4.4 RancanganPembelajaran ...............................................

4.5 Implementasi Pembelajaran …………………………………..………..

Bab V PEMBELAJARAN NON-BLOK

5.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ……………………………………..……..

5.2 Metodologi …………………………………..………..

5.3 Tugas Akhir ……………………………………..……..

5.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM) …………………………………..………

Bab VI KETERAMPILAN DAN KETERAMPILAN KLINIK

6.1 Keterampilan dan Keterampilan Klinik ……………………………………….

6.2 Keterampilan Klinik (clinical skill) ………………………………………..

6.3 Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik ……………………….

Bab VII EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

7.1 Umum ………………………………………..

7.2 Tujuan ………………………………………..

7.3 Jenis Evaluasi ………………………………………..

7.4 Evaluasi Hasil Belajar ………………………………………..

7.5 Ujian Penunjang ………………………………………..

7.6 Konversi Skor menjadi Nilai Huruf ………………………………………..

7.7 Penilaian Kemampuan Akademik ………………………………………..

7.8 Evaluasi Pendidikan dan Lama Masa Studi …………………………………

7.9 Transkrip Kompetensi ………………………………………..

7.10 Sertifikat Kompetensi ………………………………………..

7.11 Yudisium ………………………………………..

Bab VIII BIMBINGAN KONSELING, KEPENASIHATAN AKADEMIK, SERTA KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER

8.1 Bimbingan Konseling …………………………………………

8.2 Kepenasehatan Akademik …………………………………………

8.3 Kegiatan Ekstrakurikuler …………………………………………

Bab IX PENGEMBANGAN

DAFTAR TABEL

Page 7: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Halaman

Tabel 2.1 Sebaran, Kodifikasi, dan Beban Studi Matakuliah ……………… …………….

Tabel 7.1 Konversi Skor ke dalam Nilai Huruf …………………………….……

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Struktur Kurikulum ………………………………..

Gambar 3.1 Bagan Pembelajaran KBK PS Pendidikan Dokter – FKUB ………………

Gambar 4.1 Bagan Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok …………………..

Gambar 4.2 Komponen Pembelajaran Blok ………………………………..

Gambar 4.3 Contoh “Topic & Topic Tree” Sistem Reproduksi …………………….

Gambar 6.1 Organisasi Pembelajaran Keterampilan ………………………………..

Gambar 7.1 Proses Evaluasi Komponen Blok ………………………………..

Page 8: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab I

KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER

1.1 Batasan Kompetensi

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang

Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap

mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

1.2 Jabaran Operasional Kompetensi

Batasan Kompetensi diatas dijabarkan sebagai berikut:

1.2.1 Kompetensi sebagai “seperangkat tindakan cerdas yang penuh tanggungjawab”

menunjukkan bahwa hakikat dasar Kompetensi adalah sebuah kemampuan yang

diperoleh dari integrasi 3 domain: a) cerdas, sebagai kemampuan kognitif yang

merupakan buah pikir intelektual, b) tindakan, sebagai kemampuan psikomotorik, dan c)

bertanggungjawab, merupakan kemampuan afektif sebagai buah perilaku dan sikap.

1.2.2 Dalam konteks profesi dokter, kompetensi ini mengandung makna sebagai integrasi

kemampuan berfikir, bertindak, dan berperilaku sebagai seorang dokter. Setiap tindakan

profesional seorang dokter harus didasarkan kepada hasil berfikir yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dilakukan sesuai dengan standar prosedur yang

ditetapkan, dan disertai dengan sikap dan perilaku sesuai dengan etika, kode etik, dan

tanggungjawab seorang dokter.

1.2.3 Penguasaan keilmuan (kognitif), keterampilan bertindak (psikomotorik), sikap dan perilaku

profesional (afektif), secara sendiri-sendiri tidak menggambarkan penguasa-an

kompetensi, melainkan harus dilakukan secara integratif diantara ketiganya. 1.2.4 Dengan kerangka berfikir diatas, maka pembelajaran kompetensi pada dasarnya adalah

pembelajaran dengan mengintegrasikan ketiga domain itu sekaligus. Tanpa

mengintegrasikan ketiganya, pembelajaran tidak dapat dikatakan sebagai bentuk

pembelajaran kompetensi.

1.2.5 “Dianggap mampu oleh masyarakat“ dalam definisi kompetensi mengindikasikan

beberapa hal: 1) bahwa lulusan Program Studi Pendidikan Dokter tidak otomatis

dipandang kompeten dalam menjalankan tugasnya melainkan telah dibekali dengan

kompetensi untuk mampu memerankan kompetensi itu di masyarakat (“competence

performer”), 2) kompetensi berbeda dengan ijazah yang merupakan bentuk pengakuan

resmi institusi pendidikan yang menghasilkannya, dan 3) dalam praktek, pengakuan

masyarakat atas kompetensi lulusan pendidikan dokter direpresentasikan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia dengan memberikan lisensi untuk berpraktek di masyarakat.

1.2.6 “Melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu“, mengindikasikan bahwa

kompetensi itu spesifik untuk setiap profesi, dan sebaliknya kompetensi itu tidak dapat

Page 9: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

dilaksanakan apabila yang bersangkutan bertugas di masyarakat di luar profesinya

tersebut.

1.3 Elemen Kompetensi Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya didalam kompetensi

terkandung beberapa elemen, masing-masing: a) kompetensi sebagai landasan kepribadian, b) kompetensi sebagai penguasaan ilmu dan keterampilan, c) kompetensi sebagai kemampuan

berkarya, dan d) kompetensi sebagai sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat

keahlian, berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) kompetensi juga merupakan pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.

1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter

Untuk mengukur kompetensi dokter perlu ditetapkan sejumlah parameter yang menjadi

acuan ketercapaiannya. Dalam konteks standar pendidikan dokter secara nasional, Standar

Kompetensi Dokter yang ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia merupakan parameter acuan

bagi Program Studi Pendidikan Dokter FKUB. Dalam konteks standar pendidikan internasional,

Program Studi Pendidikan Dokter FKUB menggunakan standar yang ditetapkan oleh World

Federation of Medical Education: WFME Global Standards Basic Medical Education for Quality

Improvement (WFME, Copenhagen, 2003).

Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang

bersangkutan akan mampu: a) mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya, b) mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan, c) segera tanggap

dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, d) menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang

profesinya, dan e) melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.

1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran

Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan

bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka

Standar Kompetensi Dokter merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Dengan demikian,

walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.

1.5.2 Bagi Pengguna

Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen

Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang baik. Dengan Standar Kompetensi, Depkes dan Dinas

Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh dokter dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai

dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Depkes dan Dinas Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum

memberikan Ijin Praktik.

1.5.3 Bagi Orang Tua Mahasiswa dan Penyandang Dana

Dengan standar kompetensi dokter, orang tua murid dan penyandang dana dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa. Hal ini sebagai

bentuk akuntabilitas publik.

Page 10: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

1.5.4 Bagi Mahasiswa

Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses belajarnya, karena mahasiswa mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di

akhir pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

1.5.5 Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional

Standar Kompetensi Dokter dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada

Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter.

1.5.6 Bagi Kolegium Dokter Indonesia

Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.

1.5.7 Bagi Kolegium-Kolegium Spesialis

Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam merumuskan kompetensi dokter

spesialis yang merupakan kelanjutan dari pendidikan dokter.

1.5.8 Untuk Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri

Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri.

1.6 Standar Kompetensi Dokter

Program Studi Pendidikan Dokter FKUB mengacu pada Standar Kompetensi Dokter yang

ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia sebagai berikut :

1.6.1 Area Kompetensi: a. Komunikasi efektif

b. Keterampilan klinis

c. Landasan ilmiah ilmu kedokteran d. Pengelolaan masalah kesehatan

e. Pengelolaan informasi f. Mawas diri dan pengembangan diri

g. Etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien.

1.6.2 Komponen Kompetensi: 1.6.2.1 Area Komunikasi Efektif

a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

b. Berkomunikasi dengan sejawat c. Berkomunikasi dengan masyarakat

d. Berkomunikasi dengan profesi lain.

1.6.2.2 Area Keterampilan Klinis a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan

keluarganya

b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.

1.6.2.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan

ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan

prosedur yang sesuai c. Menentukan efektivitas suatu tindakan.

1.6.2.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

b. Melakukan pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

Page 11: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan e. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien

dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan Kedokteran Keluarga.

1.6.2.5 Area Pengelolaan Informasi a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan

diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta

penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien c. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

d. Memanfaatkan informasi kesehatan.

1.6.2.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri a. Menerapkan mawas diri

b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

c. Mengembangkan pengetahuan baru.

1.6.2.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

a. Memiliki sikap profesional

b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

c. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional

d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

e. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

f. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.

1.6.3 Penjabaran Kompetensi

1.6.3.1 Area Komunikasi Efektif Kompetensi Inti:

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien

pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

1) Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya

Memberikan salam

Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien

Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya

Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup

pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan

pasien)

Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun harapannya

Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi, dan

kerahasiaan pasien sepanjang waktu

Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya

dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan.

2) Mengumpulkan Informasi

Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam menggali

informasi (move from open to closed question properly)

Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang kurang dimengerti

Page 12: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien

sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa lalu

Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien

Tidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih

mengumpulkan data.

3) Memahami Perspektif Pasien

Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut

penyakitnya

Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya, dan

harapannya

Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi pasien (marah,

takut, malu, sedih, bingung, eforia, maupun pasien dengan hambatan

komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)

Mampu merespon verbal maupun bahasa non-verbal dari pasien secara

profesional

Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk

menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter

pasien yang professional

Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pasien (termasuk

bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan

ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil

diagnosis, pilihan penanganan serta prognosis.

4) Memberi Penjelasan dan Informasi

Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres

sebelum melakukan pemeriksaan fisik

Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama

pemeriksaan fisik atau tindakannya

Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang tujuan,

keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi,

operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan

Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsultasi, atau menganjurkan

rujukan untuk permasalahan yang sulit.

Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien maupun

keluarganya

Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan

telah dipahami oleh pasien

Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merenungkan kembali

serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan

Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika

kedokteran

Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan disepakati.

b. Berkomunikasi dengan sejawat 1) Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara

lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien

maupun ilmu kedokteran

2) Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi

kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

Page 13: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3) Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan

pasien maupun ilmu kedokteran.

c. Berkomunikasi dengan masyarakat 1) Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat

2) Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat

3) Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat

memahami kesehatan sebagai kebutuhan

4) Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif ketika

melakukan promosi kesehatan

5) Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara

profesional.

d. Berkomunikasi dengan profesi lain

1) Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada

profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya

2) Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke

perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim

3) Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi

ahli di pengadilan (jika diperlukan)

4) Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah

kesehatan masyarakat. 1.6.3.2 Area Keterampilan Klinis

Kompetensi Inti:

Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai

kewenangannya.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang

pasien dan keluarganya Menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu

disertai gambar), riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial serta riwayat

lain yang relevan.

b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

1) Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan masalah pasien

2) Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan pasien dan

kewenangannya

3) Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang seminimal mungkin menimbul-

kan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien

4) Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien

5) Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas/ benar

6) Mengidentifikasi, memilih ,menentukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai

7) Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar

8) Membuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjang

9) Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit

10) Memilih dan melakukan keterampilan terapeutik, serta tindakan prevensi

sesuai dengan kewenangannya.

c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

1) Menentukan keadaan kedaruratan klinis

2) Memilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien atau menetapkan

rujukan

Page 14: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3) Melakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis, sesuai dengan

kewenangannya

4) Mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut.

1.6.3.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Inti:

Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara

ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum. Lulusan Dokter Mampu:

a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,

perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan

kesehatan tingkat primer

1) Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan

terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya

2) Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molekular maupun selular melalui

pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.

3) Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap masalah

kesehatan.

4) Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin-poin

patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta risiko spesifik

secara efektif

5) Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular15

6) Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien.

7) Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit

baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga, atau perubahan

perilaku

8) Menjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologi,

fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku

9) Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis, serta

penerapannya pada keadaan klinik

10) Menjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek samping

11) Menjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus tertentu

12) Menjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan.

13) Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola masalah

kesehatan.

b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji labora-torium dan prosedur yang sesuai

1) Menjelaskan (patofisiologi atau terminologi lainnya) data klinik dan laboratorium

untuk menentukan diagnosis pasti.

2) Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence- based

medicine.

c. Menentukan efektivitas suatu tindakan

1) Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan

2) Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.

3) Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan penyakit.

1.6.3.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

Kompetensi Inti:

Page 15: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara

komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu

yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

1) Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara

dan diagnosis banding

2) Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit

3) Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang sesuai penyakit pasien

4) Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan

prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat, dan keadaan pasien serta sesuai

pilihan pasien

5) Melakukan konsultasi mengenai pasien bila perlu

6) Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku,

tanpa atau sesudah terapi awal

7) Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai

dengan tingkat kewenangannya

8) Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih berdasarkan patofisiologi,

patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, dan faktor-faktor lain yang

sesuai

9) Membuat instruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca15

10) Menulis resep obat secara rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat

frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan

dapat dibaca

11) Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor

perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepat

12) Memprediksi, memantau, mengenali kemungkinan adanya interaksi obat dan

efek samping, memperbaiki atau mengubah terapi dengan tepat

13) Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik,

komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam mengelola

penyakit dan masalah pasien

14) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial

sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit serta sebagai

faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan terapi.

b. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit 1) Mengidentifikasi, memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi

pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien, keadaan sakit

atau perma-salahannya (pencegahan tertier adalah pencegahan yang digunakan

untuk memper-lambat progresi dari penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi,

misalnya diet pada penderita DM, olah raga dsb.)

2) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi

pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan keluarganya

(pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk mengidentifikasi faktor

risiko dari penyakit laten untuk memperlambat atau mencegah timbulnya

penyakit, contoh pap smear, mantoux test).

3) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan

strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota

keluarga dan masyarakat (Pencegahan primer adalah mencegah timbulnya

penyakit, misalnya imunisasi).

Page 16: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

4) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai

faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang mungkin berpengaruh

terhadap pencegahan penyakit.

5) Menunjukkan pemahaman bahwa upaya pencegahan penyakit sangat bergantung

pada kerja sama tim dan kolaborasi dengan professional di bidang lain.

c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit

1) Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk

promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan

budaya

2) Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi

kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat

3) Bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan program “Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS)”.

d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan 1) Memotivasi masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan

masyarakat

2) Menentukan insidensi dan prevalensi penyakit di masyarakat serta mengenali

keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial, ekonomi,

kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah

kesehatan

3) Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan solusi yang tepat bagi masalah

kesehatan masyarakat

4) Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam menyelesaikan masalah

kesehatan dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah,

termasuk antisipasi terhadap timbulnya penyakit-penyakit baru

5) Menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam intervensi kesehatan

6) Merencanakan dan mengimplementasikan intervensi kesehatan masyarakat, serta

menganalisis hasilnya

7) Melatih kader kesehatan dalam pendidikan kesehatan

8) Mengevaluasi efektivitas pendidikan kesehatan

9) Bekerja sama dengan masyarakat dalam menilai ketersediaan, pengadaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat.

e. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran

keluarga 1) Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi,

dan pengambil keputusan)

2) Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer

dengan pendekatan kedokteran keluarga

3) Mengelola sumber daya manusia

4) Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana. 1.6.3.5 Area Pengelolaan Informasi

1) Kompetensi Inti:

Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan

informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

2) Lulusan Dokter Mampu

Page 17: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu

penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan

promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan

pasien

1) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik

2) Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menila relevansi dan

validitasnya

3) Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah

4) Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data

relevan menjadi arsip pribadi

5) Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi

informasi ilmiah secara sistematik

6) Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan

menyimpan arsip.

b. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu

penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk

berkembang dan keterbatasannya. c. Memanfaatkan informasi kesehatan

1) Memasukkan dan menemukan kembali informasi dan database dalam praktik

kedokteran secara efisien

2) Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dengan

menganalisis arsipnya

3) Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. 1.6.3.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

Kompetensi Inti:

a. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan

keterbatasannya

b. Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat

mempengaruhi kemampuan profesinya

c. Belajar sepanjang hayat

d. Merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara

berkesinambungan.

Lulusan Dokter Mampu

a. Menerapkan mawas diri 1) Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik

kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan

2) Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang

berkaitan dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan

profesinya

3) Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik

kedokteran

4) Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi

5) Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang

membangun dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyelia

6) Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik

7) Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya

Page 18: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

8) Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.

9) Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan

(PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya

10) Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti (Evidence-

Based Medicine)

11) Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence

untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambil

12) Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap

pasiennya

13) Menyadari kinerja professionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan

belajarnya.

b. Mengembangkan pengetahuan baru 1) Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan

mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat

2) Merencanakan, merancang, dan mengimplementasikan penelitian untuk menemu-

kan jawaban dari pertanyaan penelitian.

3) Menuliskan hasil penelitian sesuai dengan kaidah artikel ilmiah

4) Membuat presentasi ilmiah dari hasil penelitiannya. 1.6.3.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan

Pasien Kompetensi Inti

a. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan

kesehatan

b. Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal

dalam praktik kedokteran

c. Menerapkan program keselamatan pasien. Lulusan Dokter Mampu

a. Memiliki Sikap profesional 1) Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia

2) Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien

3) Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter

pasien

4) Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh

5) Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan

pelayanan kesehatan serta dampaknya

6) Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi

7) Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit

8) Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam

pengobatan setiap individu pasien. b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

1) Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial

2) Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran

yang berharga, tanpa memandang status sosial

3) Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para

petugas kesehatan lainnya

4) Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik

5) Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain

6) Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas

kesehatan lain, serta bertindak secara professional

Page 19: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

7) Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan

yang tidak profesional.

c. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional 1) Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai

profesionalisme 2) Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif

3) Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan

4) Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem

pelayanan kesehatan

5) Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat

melakukan suatu perubahan

6) Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan

kesehatan lain. d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di

Indonesia 1) Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien

dan sejawat

2) Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender,

orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi. e. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran

Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :

1) Hak asasi manusia

2) Resep obat

3) Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual

4) Kode Etik Kedokteran Indonesia

5) Pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematian

6) Proses di pengadilan

7) Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

8) Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur

praktik kedokteran

9) Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan

kesehatan.

f. Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

Menerapkan standar keselamatan pasien :

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien :

1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2) Memimpin dan mendukung staf

3) Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko

4) Mengembangkan sistem pelaporan

Page 20: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7) Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Bab II

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1 Sejarah

Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada “Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia” atau KIPDI I yang menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu.

Sesuai dengan percepatan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, telah disepakati bahwa KIPDI akan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994, KIPDI II diterbitkan dan masih

menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sehingga gambaran dokter yang akan dihasilkan

belum terinci secara eksplisit. Standar Kompetesensi Dokter disusun untuk memperbarui KIPDI II tahun 1994 yang sudah

saatnya diganti. Format Standar Kompetensi Dokter berbeda dengan KIPDI sebelumnya, karena menyesuaikan dengan perkembangan peraturan terkini yang tercantum pada SK Mendiknas

No.045/U/2002, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-Undang RI

Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jauh sebelum ditetapkannya, sejak SK Mendiknas No.045/U/2002, melalui Tim Penataan Kurikulum yang dibentuk berdasarkan SK Dekan FKUB No. 86//ST/J.191.10/KP/1999, FKUB telah

berupaya mengembangkan kurikulum mengacu pada The Five Star Doctor (WHO-SEARO, 1995 ). Hasil kerja tim ini menjadi bahan Rapat Kerja Tahun 2000 yang menghasilkan Profil Lulusan dan

Kompetensi lulusan yang saat itu diputuskan mencacu pada Kompetensi Lulusan berdasarkan

The Australian Medical Council. Untuk tindak lanjutnya, melalui SK Dekan FKUB No. 036/SK/J10.1.1.17/KP/2002 dibentuk Komite Kurikulum. Produk Komite ini berupa Struktur

Kurikulum KBK yang pertama kali dibahas dan disetujui dalam Rapat Kerja Tahun 2004. Pada saat itu, banyak rumusan Kompetensi Lulusan Pendidikan Dokter digagaskan. Selain dari The Australian Medical Council, muncul pula Konsep Kompetensi Dokter dari Proyek Health Worker Service World Bank / DitjenDikTi dan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Acuan akhir adalah rumusan Kompetensi berdasarkan SK Mendiknas No 045/U/2002

pada pasal 2, sedang Standar Kompetensi mengacu pada rumusan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Untuk mempersiapkan pembelajaran KBK, Dekan FKUB membentuk Tim Persiapan

Pelaksanaan PBL dengan Surat Tugas No. 901/ST/J10.1.17/KP/2004. Tim ini mengadakan beberapa kali uji coba penyelenggaraan PBL, Training of Trainers untuk calon fasilitator PBL,

pelatihan penyusunan modul untuk mempersiapkan bahan ajar, sekaligus sosialisasi PBL/KBK bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Pada tahun itu pula dibuka labskill sebagai

prasarana dan sarana pembelajaran keterampilan klinis. Menjelang diawalinya implementasi KBK pada tahun ajaran 2007-2008, Dekan membentuk

Kelompok Kerja Substansi Kurikulum melalui SK No. 035/SK/J10.1.17/KP/2007 yang kemudian

dikembangkan menjadi Medical Education Unit berdasarkan SK Dekan FKUB No. 046/SK/J10.1.17/2007 yang bertugas mengembangkan kurikulum, SDM, infrastruktur, teknologi

informasi, dan monitoring evaluasi atas KBK. Unit ini telah merancang Struktur Kurikulum, Mekanisme Pengkoordinasian Pelaksanaan KBK, Proses Belajar Mengajar KBK, Penilaian Proses

dan Hasil Belajar KBK, yang dituangkan dalam Pedoman Akademik 2007-2008, yang

terus

Page 21: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

dikembangkan setiap tahunnya sampai kini. Untuk lebih mengefektifkan kinerja serta sinergi dengan Jurusan Kedokteran dalam melaksanakan proses pembelajaran di Program Studi

Pendidikan Dokter, pada tahun 2009 Medical Education Unit mengalami pengembangan personil dengan fungsi seperti sebelumnya, dan unit ini yang menyusun Pedoman Akademik ini.

2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya

Kurikulum, menurut David Pratt (1990) adalah: “An organized set of formal teaching and

learning intentions“. Mengacu kepada definisi tersebut, hakekat sebuah kurikulum adalah sebuah

dokumen tertulis tentang struktur pembelajaran yang memiliki manajerial yang jelas dan

terencana (organized), mengikat (formal) dosen maupun mahasiswa dalam sebuah proses belajar

mengajar yang mempunyai tujuan yang jelas (teaching-learning intentions). Sebagai sebuah

struktur, maka kurikulum harus terdiri dari: rumusan tujuan, materi ajar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan beserta distribusinya secara tepat ke dalam semester, distribusinya kedalam

matakuliah, dan distribusinya dalam beban belajar, proses belajar mengajar dengan model

pembelajaran yang sesuai, evaluasi proses (yang dapat diamati) dan hasil belajar yang

terstandarisasi (dapat diukur), untuk menghasilkan pengukuran (scoring) dan penilaian (grading)

serta pengambilan keputusan yang adil, objektif, dan jujur.

Dalam konteks kurikulum konvensional, ketercapaian tujuan kurikulum dinyatakan dengan

kelulusan atas seluruh matakuliah disiplin ilmu (discipline-based).

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), ketercapaian tujuan kurikulum

dinyatakan dengan telah dikuasainya kompetensi yang ditetapkan yang diukur berdasarkan

Standar Kompetensi yang digunakan, yaitu Standar Nasional yang mengacu Standar Kompetensi

Dokter dari Konsil Kedokteran Indonesia, dan Standar Internasional yang mengacu pada WFME

Global Standandarts of Basic Medical Education for Quality Improvement .

Kurikulum, menurut KepMenDikNas 045/U/2002 pasal 3 dan 5, terdiri dari Kurikulum Inti

sebagai penciri kompetensi utama yang ditetapkan secara nasional, dan Kurikulum Pendukung

yang berisi kompetensi pendukung atau kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan

kompetesi utama suatu program studi yang ditetapkan oleh program studi itu sendiri.

2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB

2.3.1 KBK Program Studi Pendidikan Dokter FKUB (PSPD FKUB), dirancang melalui sejarah yang

cukup panjang dengan pendalaman pada karakteristik dan kapasitas berkembang yang ada

(lihat Sejarah). Oleh karena itu, selain karakteristik KBK pada umumnya, KBK PSPD FKUB

mengamanatkan pula keinginan stakeholders terutama para senior untuk selain membekali

kompetensi bagi lulusannya, juga membekali penguasaan disiplin ilmu kedokteran, agar selain

mampu bekerja di sektor kesehatan masyarakat, lulusan juga berpeluang me-

ngembangkan diri sebagai ilmuwan atau melanjutkan diri sebagai pengembang Ilmu

Kedokteran (medical scientist). Dalam konteks operasional, hal ini memberikan tugas kepada

Laboratorium di lingkungan PSPD FKUB untuk selain wadah membelajarkan kompetensi, juga

menjadi pusat pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait disiplin

ilmu masing-masing.

2.3.2 Penekanan pada pembelajaran disiplin ilmu ini akan memperkuat pencapaian area kompetensi

“Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran” dalam implementasi tugas profesi.

2.3.3 PSPD FKUB menetapkan Kedaruratan Medik dan Biomedik sebagai unggulan institusinya.

Sehubungan dengan itu, secara institusional. unggulan ini dimasukkan ke dalam KBK sebagai

Kurikulum Pendukung sesuai ketetapan KepMenDikNas diatas.

Page 22: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

2.3.4 Bagi PSPD FKUB, masyarakat pengguna (stakeholders) bukan hanya masyarakat yang

membutuhkan layanan kesehatan dan atau kedokteran dari lulusannya. Masyarakat pengguna

lainnya, dimana lulusan juga dapat berkiprah, adalah komunitas ilmiah baik Lembaga Riset

dan Pengembangan, juga pendidikan jenjang akademik S2-S3. Implementasi Kebijakan ini

dalam KBK PSPD FKUB dinyatakan dengan pembelajaran Metodologi Riset, penelitian untuk

menyusun Tugas Akhir (TA) yang bersifat wajib, dan pembelajaran disiplin ilmu yang disebut

sebagai Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) secara sinergis pada setiap Blok KBK dengan

pembelajaran kompetensi yang disebut sebagai Matakuliah Kompetensi (MKK).

2.3.5 Evaluasi keberlanjutan studi dilaksanakan pada akhir Semester II dan Semester VII, agar

mahasiswa yang memang memiliki potensi akademik yang baik dapat melanjutkan

pendidikannya ke semester-semester berikutnya. Kebijakan ini bertujuan untuk menjamin

kualitas lulusan Uji Kompetensi Dokter tetap terjaga, selain menjamin kualitas PSPD FKUB

sendiri sebagai institusi pendidikan dokter yang unggul dan berkualitas.

2.3.6 Dengan dasar-dasar diatas serta penerapan otonomi pendidikan khususnya otonomi akademik,

maka selain karakteristik KBK pada umumnya, PSPD FKUB mengembangkan KBK-nya

dengan karakteristik berikut: a. Masa Studi adalah 5 tahun, terdiri dari Pendidikan Tahap Akademik 7 semester dan

Pendidikan Tahap Profesi Dokter Clerkship 3 semester. b. Curriculum content sepanjang 7 semester disusun sesuai dengan prinsip pembelajaran KBK.

Pada semester awal, pembelajaran keilmuan dibelajarkan lebih banyak dan semakin berkurang pada semester-semester diatasnya. Sebaliknya, penguasaan keterampilan klinik

(clinical skill) menjadi lebih banyak menjelang pendidikan tahap clerkship dilaksanakan. c.Pendidikan Tahap Akademik akan menghasilkan lulusan dengan gelar Sarjana Kedokteran

(SKed.). Sebagai Sarjana, selain dapat melanjutkan mengikuti Pendidikan Tahap Profesi

Dokter, lulusan dapat melanjutkan diri mengikuti pendidikan akademik S2 dan selanjutnya.

d. Pembelajaran pada dua semester awal dari Tahap Pendidikan Akademik dimaksudkan

untuk pencapaian dasar 7 Area Kompetensi KKI terutama “Area Komunikasi Efektif” dan

“Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran”. Tahap ini berujung pada evaluasi keberlanjutan studi

ke semester-semester barikutnya.

e. Pembelajaran pada lima semester berikutnya merupakan pembelajaran ilmu-ilmu klinik

berbasis pada Sistem (System-based Clinical Science). Pada setiap Sistem dibelajarkan:

Struktur dan Fungsi Normal serta Perubahan Patologis Sistem tersebut, Penyakit yang

menyangkut Sistem, Prinsip Terapi, Dampak Penyakit pada Individu, Keluarga, dan

Masyarakat, serta Kedaruratan Medik (sebagai konsekuensi menjadi Unggulan PSPD FKUB).

Acuan dalam penyusunan materi ini adalah United States Medical Licensing Examination

(USMLE) tahun 2008. Tahap ini diakhiri dengan evaluasi untuk memperoleh gelar SKed.

f. Pendidikan Tahap Akademik ditambah Pendidikan Tahap Profesi Clerkship akan

menghasilkan lulusan dengan sebutan Dokter (tanpa lisensi atau doctor without license)

yaitu dokter yang belum memiliki hak untuk berpraktik dan dengan sendirinya belum

memperoleh ijin untuk berpraktik (SIP).

g. Pembelajaran Kompetensi berlangsung sinergis dan integratif dengan Pembelajaran Disiplin

Ilmu. Pembelajaran sebagaimana diuraikan nanti pada bab-bab berikutnya, menggunakan

model Blok. Setiap Blok akan mengandung komponen Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) baik

dalam bentuk perkuliahan dengan atau tanpa praktikum, dan komponen

Matakuliah Kompetensi (MKK) yang terdiri dari modul dan keterampilan klinik dari MKDI

tersebut yang terintegrasi dalam pembelajarannya.

Page 23: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

h. Menyadari bahwa penyusunan modul dengan tema disease atau clinical skill tertentu tidak

dapat mengakomodasi seluruh materi disiplin ilmu, maka materi MKDI yang tidak terlibat

dalam modul dapat dibelajarkan tersendiri sepanjang pembelajaran setiap Blok

berlangsung, pada Semester III sampai dengan Semester VII.

i. Materi MKDI yang relevan dengan modul dan keterampilan klinik (clinical skill) tertentu,

diintegrasikan ke dalam dan menjadi komponen pendukung modul dan keterampilan klinik

tersebut. Setiap modul diberi nama yang menggambarkan isi modul terintegrasi.

j. Oleh karena itu sebuah Blok akan mengandung komponen penguasaan kompetensi dan

komponen penguasaan disiplin ilmu sekaligus.

k. Untuk meningkatkan mutu lulusan khususnya dalam area “Landasan Ilmiah Ilmu

Kedokteran” dan “Area Mawas Diri serta Pengembangan Diri”, PSPD FKUB membelajarkan

Metodologi Riset dan memberikan Tugas Akhir kepada mahasiswanya. Pembelajaran materi

ini menunjukkan berkorelasi positif dengan ketercapaian prestasi bergengsi dalam berbagai

lomba karya ilmiah nasional yang diadakan Dikti dan institusi lain. Materi ini mendorong

pula ketercapaian paradigma learning how to learn sebagai bekal pencapaian area

kompetensi “Belajar Sepanjang Hayat”.

l. PSPD FKUB menerapkan pula PBL-hybrid pada setiap semester kurikulumnya untuk

memperkuat pencapaian kompetensi “Belajar Sepanjang Hayat” dan memelihara

konsistensi pendekatan pembelajaran dengan pendekatan SPICES (Student Centered,

Problem-based, Intergrated, Community Oriented, Early Exposure to Clinic, and Systematic

) pada setiap Blok KBK.

m. Diujung Semester VII, sebelum tahap Clerkship, diberikan matakuliah kompetensi tentang

keamanan pasien sesuai dengan The WHO Patient Safety Curriculum Guides for Medical

Schools yang bertujuan memberikan kompetensi dalam penanganan/manajemen terhadap

kesalahan terapi atau timbulnya reaksi samping (adverse reactions) dan secara umum

untuk lebih meningkatkan komunikasi efektif, penggunanaan evidence-based medicine,

serta berpraktik dengan aman dan etis. n. Dengan melalui pembelajaran-pembelajaran diatas, maka lulusan PSPD FKUB akan

memperoleh: 1) Transkrip Kompetensi, 2) Sertifikat Penguasaan Kompetensi, dan 3)

Transkrip Akademik untuk digunakan memasuki pasar kerja dan atau komunitas ilmiah

lainnya.

2.4 Struktur Kurikulum

Rekapitulasi hal-hal karakteristik KBK PSPD FKUB diatas diatur dalam Struktur Kurikulum berikut.

2.4.1 Umum

a. Pendidikan Dokter di Program Studi Pendidikan Dokter FKUB ditempuh dalam 5 tahun.

Pendidikan ini dibagi menjadi 2 tahap pendidikan berturutan, masing-masing Tahap

Pendidikan Akademik berlangsung 7 semester dan Tahap Pendidikan Profesi 3 semester.

Tahap Pendidikan Akademik meliputi Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran selama 2 semester

yakni Semester I dan II, serta Tahap Pendidikan Kompetensi Klinik selama 5 semester.

Tahap Pendidikan Profesi terdiri dari Tahap Clerkship.

b. Implementasi Pendidikan dikaitkan dengan kekhususan Kurikulum Berbasis Kompetensi baik

kekhususan dalam penetapan beban studi maupun dalam proses belajar mengajarnya yang

berbeda bermakna terhadap pembelajaran konvensional.

c. Setiap semester terdiri dari: paruh pertama dan paruh kedua. Tiap paruh terdiri dari 1 atau

lebih Blok. Blok merupakan unit terkecil pembelajaran kompetensi. Disebut sebagai

Page 24: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Blok karena kompetensi yang diperoleh dalam Blok itu tidak akan dibelajarkan lagi dalam

Blok lain melainkan langsung diaplikasikan dalam praktik klinik.

d. Setiap Blok terdiri dari 4 komponen: 1) Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) yang terkait dengan

tema Blok, 2) Praktikum MKDI (kalau ada), 3) Modul terintegrasi (integrasi MKDI terkait

tema Blok), dan 4) Skill (pembelajaran keterampilan klinik terkait tema Blok). Pada Semester

I dan II, modul dan keterampilan klinik tidak selalu berkaitan.

e. Setiap Blok disebut sebagai Matakuliah Kompetensi (MKK).

f. Diluar struktur Blok, pada semester tertentu terdapat PBL- hybrid, Metodologi, Tugas Akhir,

dan Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM).

2.4.2 Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran

a. Pendidikan pada tahap ini bertujuan menghasilkan penguasaan Kompetensi Dasar

Kedokteran, khususnya dalam pencapaian kompetensi “Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran”

melalui Humaniora, Ilmu Dasar Kedokteran yang terintegrasi, Dasar Komunikasi Efektif dan

History Taking, Dasar Kedaruratan Medik, Pemeriksaan Fisik Diagnostik Umum, dan Tanda-

Tanda Vital, yang semuanya akan menjadi dasar bagi penguasaan keilmuan kedokteran

klinik dan keterampilan klinik pada tahap-tahap selanjutnya.

b. Tahap ini sekaligus merupakan tahap penapisan bagi mereka yang dapat atau tidak dapat

melanjutkan pendidikan KBK di Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran FKUB.

2.4.3 Tahap Pendidikan Kompetensi Klinik

a. Pendidikan pada tahap ini bertujuan mencapai seluruh area kompetensi dokter melalui

pembelajaran Blok-Blok Kompetensi Klinik (clinical sciences) berbasis Sistim. Pada tahap ini

terdapat 14 blok meliputi 11 sistim dan 3 Disiplin Ilmu Kedokteran Klinik yang tidak termasuk

dalam Sistim, yaitu: 1) Sistim Muskuloskeletal, 2) Sistim Hematologi dan Jaringan

Limforetikuler, 3) Sistim Kulit dan Jaringan Ikat, 4) Sistim Saraf dan Jiwa, 5) Sistim Mata dan

THT, 6) Sistim Kardiovaskuler, 7) Sistim Respirasi, 8) Sistim Gastro-Entero-Hepatologi, 9)

Sistim Reproduksi, 10) Sistim Ginjal dan Saluran Kemih, 11) Sistim Endokrin dan Metabolik,

12) Anestesi, 13) Penyakit Tropik & Infeksi, 14) Kedokteran Forensik, Etika dan Kode Etik

Kedokteran, serta Keamanan Pasien,.

b. Pada semeter diluar pembelajaran Blok, terdapat PBL-hybrid, Metodologi, Tugas Akhir dan PKMN.

c. Pada setiap Blok, beberapa matakuliah dasar kedokteran dan kedokteran klinik terintegrasi

baik horisontal maupun vertikal ke dalam Blok yang relevan.

d. Keterampilan klinik terkait dengan Blok/MKK tersebut juga diintegrasikan. Keterampilan klinik

dibelajarkan dalam “sistim Labskill”. Yang dimaksud “sistim Labskill” adalah sistim

pembelajaran keterampilan klinik yang dilaksanakan baik di Labskill, di lab sentral Biomedik,

dan di Laboratorium atau di Bagian/Departemen yang dipandang perlu. Pembelajaran

Keterampilan klinik dikoordinasikan oleh Tim Skill dibawah Jurusan Kedokteran.

e. Setelah menyelesaikan tahap pendidikan ini, diperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed.) dan

berhak mengikuti Wisuda Sarjana.

f. Tahap pendidikan ini merupakan tahap penapisan untuk mengikuti tahap pendidikan

selanjutnya. Gelar Sarjana Kedokteran yang diperoleh merupakan prasyarat otomatis untuk

melanjutkan pendidikan ke tahap clerkship atau untuk mendaftarkan diri mengikuti Program

Pascasarjana S2.

2.4.4 Tahap Kepaniteraan Klinik (Clerkship)

a. Lama Studi Pendidikan tahap ini adalah 76 minggu.

Page 25: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

b. Pada tahap ini lulusan Sarjana Kedokteran mengikuti pembelajaran klinik dalam bentuk

kepaniteraan klinik di Jejaring Lahan Pendidikan dibawah supervisi dan mengikuti dosen yang

kompeten.

c. Yang dimaksud Jejaring Lahan Pendidikan adalah sarana/prasarana pembelajaran klinik

terpadu dan dalam konteks pengelolaan pembelajaran dibawah koordinasi Jurusan

Kedokteran. Jejaring dapat meliputi: Rumahsakit Utama Pendidikan, Rumahsakit

afiliasi/satelit, dan Pusat Kesehatan Masyarakat yang dimanfaatkan bagi pendidikan klinik

PSPD FKUB.

d. Pembelajaran dilaksanakan oleh dosen tetap, dosen jejaring lahan pendidikan baik sebagai

dosen luar biasa maupun sebagai dosen kontrak. Legitimasi dalam pembelajaran dicapai

dengan Surat Tugas Dekan.

e. Rotasi pembelajaran clerkship didelegasikan kepada Koordinator Clerkship /Pembelajaran

Klinik dibawah Jurusan.

f. Setelah menyelesaikan tahap ini dengan baik, mahasiswa/Sarjana Kedokteran berhak

mendapatkan sebutan Dokter, akan tetapi tanpa lisensi sebagai pengakuan untuk

diperbolehkan melakukan praktik dokter.

2.5 Isi Kurikulum

2.5.1 Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum berbasis kompetensi Program Studi Pendidikan Dokter dapat dilihat pada Gambar 2.1 pada halaman berikut.

S

EM

ES

TE

R

TA

HA

P

ISI PEMBELAJARAN

XII

Ma

ga

ng

MAGANG XI

X

Ke

pa

nit

era

an

Kli

nik

ROTASI KLINIK BERBASIS LABORATORIUM IX

VIII

VII

KO

MP

ET

EN

SI

KLIN

IK

PKNM

(3)

Kedokteran

Tropik (2)

Kompetensi

Endokrin-Metabolik (6)

UJII

AN

BLO

K k

e-1

Keselamatan Pasien (3) Kedokteran Forensik (3)

Bahasa Inggris (2)

PBL5 (1)

UJIA

N B

LO

K k

e-2

PE

RB

AIK

AN

UJIA

N B

LO

K

VI

Tugas Akhir

(4)

Sistem

Gastro-Entero-Hepatologi (7)

Sistem

Reproduksi (4)

Sistem Ginjal & Saluran

Kemih (4)

PBL4 (1)

V

Metris (2)

Kewirausahaan (2)

Sistem Respirasi (5)

Anestesi-2 (1)

Sistem Kardiovaskuler (7)

Anestesi-1 (1)

PBL3 (1)

IV

Metodologi 2

(2)

Sistem Saraf (5)

Psikiatri (3)

Sistem Mata (3)

THT (3)

PBL2 (1)

Page 26: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

III

Sistem Muskuloskeletal (8)

Bedah, Onkologi, Radiologi Dasar (2)

Sistem

Hematologi (6)

Sistem Kulit & Jaringan

Ikat (6)

PBL1 (1)

II

DA

SA

R K

ED

OK

TE

RA

N

Biologi Mikroba

(3)

Dasar Infeksi Mikroba

(2) Imunologi

(2)

Farmakokinetik-Farmakodinamik

(3)

Basic

Communication & History Taking

(2)

IKM-KP 2

(3)

Siklus Hidup

& Nutrisi (4)

Basic Life

Support & Basic Physical Examina

tion (3)

I

Metod-1

(2)

Bioetika & Hk.Kedok-

teran (2)

Humaniora

(6)

Struktur, Fungsi, Patologi Umum

(4)

Biokim, Biomol, Biosel,

(3)

IKM- KP 1 (3)

Gambar 2.1 Bagan Struktur Kurikulum

2.5.2 Sebaran Matakuliah di Setiap Semester

Sebaran matakuliah berdasarkan tahap pendidikan dan semester dengan beban studi serta

kode matakuliah adalah seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sebaran, Kodifikasi dan Beban Studi Matakuliah

Tahap

Pendidikan

Semester Paruh

Semester

ke-

Matakuliah Kode

Matakuliah

Beban

studi

Dasar

Kedokteran

I

1

Humaniora:

Agama

Pancasila & Kewarganegaraan

Bahasa Indonesia

H1

H2

H3

H4

2

2

2

2 Bioetika & Hukum Kedokteran BHK 2

Metodologi 1, berisi: Metode Ilmiah & Perkembangan Ilmu, Keterampilan Belajar

Met1 2

2

Struktur, Fungsi, dan Patologi

Umum

DK1.1 4

Biokimia, Biologi Molekuler,

Biologi Seluler

DK1.2 3

Keterangan : 1 sks KBK adalah “satuan waktu efektif ” yang setara dengan tatap muka, tutorial, tugas modul mandiri selama 20 jam

Page 27: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Ilmu Kesehatan Masyarakat &

Kedokteran Pencegahan (IKM-KP) 1, berisi: Riwayat Alami Penyakit, Sehat- Sakit- Penyakit, Tingkat Pencegah An dan Faktor Resiko Lingkungan Sos-Bud, Gizi Komunitas, Epidemiologi

DK2.1 3

II

1

Biologi Mikroba DK1.3 3

Dasar Infeksi Mikroba DK1.4 2

Imunologi DK1.5 2

Farmakodinamika -

Farmakokinetika

DK1.6 3

2

Ilmu Kesehatan Masyarakat & Kedokteran Pencegahan (IKM-

KP) 2, berisi: Prinsip Dasar Manajemen Kesehatan Komunitas

DK2.2 3

Siklus Hidup & Nutrisi DK1.7 4

Basic Communication & History Taking

DK3.1 2

Basic Life Support, General Survay, Vital Sign

DK3.3

3

Kompetensi

Klinik

III

1

Kompetensi Klinik

Muskuloskeletal-Bedah-

Onkologi-Radiologi Dasar

KKMS 10

2

Kompetensi Klinik Hematologi

& Limforetikuler

KKHL 6

Kompetensi Klinik Kulit & Jaringan Ikat

KKKJI 6

Problem Based Learning 1 PBL1 1

IV

1 Kompetensi Klinik Saraf dan

Jiwa

KKSJ 8

2

Kompetensi Klinik Mata dan THT

KKMT 6

Metodologi 2, berisi: Critical appraisal Evidence Based Medicine

Met2 2

Problem Based Learning 2 PBL2 1

V

1

Kompetensi Klinik Respirasi KKRes 5

Kompetensi Klinik Anestesi-1 KKAn2 1

Metodologi 3, berisi: Dasar penulisan proposal penelitian: Pengembangan permasalahan & hipotesis, Disain penelitian (eksperimental & observasi), Pengolahan data, Statistik aplikatif

Met3 2

Kewirausahaan KWU 2

2

Kompetensi Klinik Kardiovaskuler

KKKV 7

Kompetensi Klinik Anestesi-2 KKAn1 1

Page 28: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Problem Based Learning 2 PBL2 1

VI

1

Kompetensi Klinik

Gastroenterohepatologi

KKGEH

7

Kompetensi Klinik Reproduksi

KKRep 4

2

Kompetensi Klinik Ginjal dan

Saluran Kemih

KKGSK

4

Pelaksanaan Tugas Akhir Met4

4

Problem Based Learning 4

PBL4 1

VII

1

Kompetensi Klinik Endokrin

dan Metabolik KKEM 6

Kompetensi Spesifik, berisi: Kedokteran Tropik

KSKT 2

2

Kompetensi Penunjang, berisi:

Keselamatan Pasien

Kedokteran Forensik

Bahasa Inggris

KPKP KPKF

H4

3 3

2

Program Kerja Nyata Mahasiswa

PKNM 3

Problem Based Learning 5 PBL5

1

2.5.3 Tahap Pendidikan Profesi (Clerkship)

Ketentuan menyangkut pendidikan, pembelajaran, rotasi, dan asesmen proses, serta hasil belajar

untuk Tahap Pendidikan Profesi (Kepaniteraan Klinik & Magang) akan ditentukan kemudian.

Page 29: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab III

PERAN, FUNGSI, KOORDINASI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Manajemen internal yang efektif, produktif, dan efisien merupakan salah satu indikator kualitas

sebuah institusi pendidikan. Manifestasi dari manajemen internal yang seperti itu akan tercipta

apabila terdapat deskripsi jelas tentang peran, fungsi, dan tugas masing-masing unsur

penyelenggaraan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Unsur yang dimaksud meliputi: Pimpinan Fakultas, Gugus Penjaminan Mutu (GJM), Unit

Penjaminan Mutu (UJM), Jurusan, Medical Education Unit (MEU), Laboratorium, Penanggung-jawab

Matakuliah dan Kelompok Pengajar, Staf Administrasi Akademik, Penasehat Akademik, Unit

Bimbingan dan Konseling, serta Mahasiswa.

3.1 Peran dan Fungsi dalam Penyelenggaraan Pembelajaran

3.1.1 Pimpinan Fakultas a. Pimpinan Fakultas terdiri dari Dekan, Pembantu Dekan I Urusan Akademik, Pembantu

Dekan II Urusan Personalia dan Keuangan, Pembantu Dekan III Urusan Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. b. Pimpinan Fakultas dalam Pedoman Akademik ini berfungsi sebagai Pimpinan Struktural

Fakultas dalam implementasi kurikulum.

c. Pimpinan Fakultas bertugas:

1) Menyelenggarakan tugas dan fungsi fakultas dalam memelihara penyelenggaraan

pendidikan oleh jurusan, khususnya dalam impementasi kurikulum

2) Merumuskan jabaran produk normatif Senat Fakultas menyangkut penyelenggaraan

Kurikulum Berbasis Kompetensi ke dalam program operasional

3) Merumuskan Kebijakan Operasional Fakultas terkait dengan penyelenggaraan dan

pengembangan Kurikulum.

3.1.2 Gugus Jaminan Mutu (GJM)

a. Gugus Jaminan Mutu Fakultas (GJM) adalah unit penunjang Fakultas, dibawah dan

bertanggungjawab kepada Dekan dalam hal pengendalian standar dan penjaminan mutu

Institusi Fakultas.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan dari Pusat Jaminan

Mutu (PJM) Universitas.

3.1.3 Unit Jaminan Mutu (UJM)

a. Unit Jaminan Mutu (UJM) adalah unit penunjang fakultas di bawah dan

bertanggungjawab kepada Dekan dalam hal pengendalian standar dan penjaminan mutu

Jurusan.

b. Unit Jaminan Mutu (UJM) bertugas:

Page 30: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

1) Menyusun Standar Penjaminan Mutu Jurusan dalam melaksanakan tugas dan fungsi

penyelenggaraan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Program Studi Pendidikan Dokter

2) Menyusun dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Monitoring dan

Evaluasi terhadap Jurusan dalam penyelenggaraan KBK Program Studi Pendidikan

Dokter

3) Bersama Medical Education Unit melakukan monitoring dan evaluasi penyelengga-raan

kurikulum dan proses belajar mengajar oleh Jurusan.

3.1.4 Medical Education Unit (MEU)

Medical Education Unit berfungsi sebagai unit penunjang fakultas dibawah dan

bertanggungjawab kepada Dekan dalam perencanaan, pengkajian, dan pengembangan, monitoring dan evaluasi internal terhadap kurikulum, proses belajar mengajar, keterampilan

instruksional dosen, dan infrastruktur Akademik Fakultas.

3.1.5 Jurusan

a. Jurusan dalam Pedoman Akademik ini adalah Jurusan Kedokteran yang

merupakan salah satu Jurusan diantara 3 jurusan yang ada di Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya atas nama Rektor Universitas Brawijaya.

b. Personalia Jurusan terdiri dari seorang Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dan

ditetapkan berdasarkan Keputusan Rektor No. 233/SK/2007 tentang Pemberhentian dan

Pengangkatan Ketua/Sekretaris Jurusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

c. Struktur dan Kedudukan Jurusan sesuai dengan Struktur Jurusan menurut Struktur dan

Kedudukan Organisasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

d. Jurusan berfungsi sebagai unit struktural dalam organisasi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya yang bertanggungjawab kepada Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya sebagai unit penyelenggara pendidikan dokter.

e. Jurusan dalam Pedoman Akademik ini membawahi Program Studi Pendidikan Dokter dan

Kelompok Pengajar terkait dengan Program Studi tersebut. f. Dalam menyelenggarakan pendidikan dokter, Jurusan bertugas:

1) Mengoperasionalkan Visi, Misi, dan Grand Strategy fakultas sesuai dengan fungsi dan

kedudukannya dibidang akademik, khususnya dalam penyelenggaraan Kurikulum

Berbasis Kompetensi di Fakultas

2) Menetapkan Silabus dan Isi Pengajaran

3) Menetapkan area, komponen, dan kompetensi bahan ajar tiap Matakuliah Kurikulum

Berbasis Kompetensi

4) Menjaga agar seluruh area kompetensi tersebar secara proporsional dalam seluruh

matakuliah dan keterampilan yang dibelajarkan

5) Menetapkan laboratorium yang akan menjadi host sebagai tempat utama

pembelajaran kompetensi terkait

6) Mengkoordinasikan Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK)

7) Mengkoordinasikan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar Program

Studi Pendidikan Dokter.

g. Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusan dibantu oleh:

1) Koordinator Pendidikan Dasar Kedokteran, untuk Semester I, II

2) Koordinator Pendidikan Kompetensi Kinik, untuk Semester III, IV, V, VI, dan VII 3) Koordinator Pendidikan Profesi, untuk Clerkship.

Page 31: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

h. Dalam penyelenggaraan pendidikan dokter berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi,

Jurusan berkoordinasi dengan:

1) Pimpinan Fakultas, dalam hal implementasi kebijakan akademik Fakultas, dan

penyelenggaraan ketetapan Fakultas terkait dengan tugas dan fungsi Jurusan.

2) Jurusan lain dilingkungan fakultas dalam hal resource sharing penggunaan

sumberdaya manusia, sarana, prasarana, dan unit-unit penyelenggara pendidikan

serta administrasi akademik fakultas.

3) Unit Jaminan Mutu dalam hal koordinasi pemantauan penjaminan mutu kurikulum dan

pelaksanaan proses belajar mengajar.

4) Medical Education Unit dalam hal koordinasi tentang:

Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan Konsep Kurikulum dan Evaluasi

Kurikulum

Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan Konsep Proses Belajar Mengajar dan

Evaluasi Hasil Belajar

Perencanaan, Pengkajian, serta Pengembangan Konsep Keterampilan

Instruksional Dosen dan Konsep Pengembangan Infrastruktur Jurusan.

5) Laboratorium dalam hal:

Penempatan dosen laboratorium dalam kelompok pengajar pengampu matakuliah

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Penetapan bahan ajar matakuliah laboratorium dalam matakuliah Kurikulum Berbasis

Kompetensi

Pemanfaatan sarana dan prasarana akademik yang dimiliki laboratorium dalam

pembelajaran terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Monitoring dan Evaluasi Proses dan Hasil pelaksanaan pembelajaran Kurikulum

Berbasis Kompetensi.

6) Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK), dalam hal:

Mengkooordinasikan penyusunan jadwal, materi pembelajaran, tutor/fasilitator dan

pengampu materi pembelajaran, serta pelaksanaan ujian dan penilaian matakuliah

kompetensi.

7) Sub bagian Administrasi Akademik Fakultas dalam hal:

Mengkoordinasikan unit administrasi khusus jurusan dalam jajaran

tata usaha, khususnya di bagian adminsitrasi akademik fakultas untuk tata laksana

administrasi pengajaran dan pelaksanaan pembelajaran di Jurusan

Mengusulkan kebutuhan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan

pengembangan sarana dan prasarana tata usaha dan bagian administrasi akademik

fakultas yang diperlukan bagi perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran.

8) Dosen Penasehat Akademik, melalui otoritas Pembantu Dekan I dalam hal:

pembimbingan rencana studi, cara belajar, dan pemantauan proses dan hasil belajar

mahasiswa.

9) Unit Bimbingan Konseling, melalui otoritas Pembantu Dekan III dalam hal bimbingan

non-akademik yang diperlukan mahasiswa.

10) Mahasiswa melalui perwakilannya, dalam hal: perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi proses belajar mengajar.

3.1.6 Laboratorium

a. Laboratorium adalah unit fakultas yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran,

sumber belajar, dan dosen dalam disiplin ilmu terkait dengan pembelajaran Kurikulum

Berbasis Kompetensi.

Page 32: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

b. Dalam Pedoman Akademik ini, Laboratorium bertugas:

1) Memfasilitasi Jurusan dalam penggunaan sarana dan prasarana belajar baik

sebagai host maupun sebagai wadah penunjang pembelajaran KBK

2) Memfasilitasi permintaan Jurusan dalam menunjuk dosen laboratorium yang

menjadi host MKK untuk menjadi Penanggungjawab Matakuliah dan atau anggota

kelompok pengajar matakuliah KBK

3) Memfasilitasi Jurusan dengan mengkontribusikan bahan ajar (course content)

matakuliah-nya yang relevan dengan kompetensi tertentu. c. Dalam hal memfasilitasi Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) diatas, Laboratorium

seyogyanya:

1) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga pemerataan

pendistribusian dosen laboratorium dalam kegiatan Jurusan agar seluruh dosen

laboratoriumnya berfungsi maksimal dalam memenuhi standar EWMP masing-masing

dosen

2) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga agar program

pengajaran Laboratorium (kuliah dan praktikum) tersebar dalam program pengajaran

Jurusan secara proporsional agar tujuan instruksional masing-masing matakuliah

laboratorium tetap dapat dicapai secara maksimal

3) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga agar isi matakuliah

(course content) laboratorium dapat terdistribusikan secara proporsional ke dalam

silabus Jurusan

4) Memelihara dan mengembangkan mutu isi matakuliah yang relevan dengan

kompetensi yang akan dicapai lulusan

5) Tetap mengembangkan potensi akademik, keterampilan instruksional, penelitian dan

pengembangan ilmu dosen dilingkungannya dalam menunjang pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi.

d. Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium yang bertanggungjawab kepada

Dekan dalam perancangan dan pelaksanaan tugas Laboratorium, yaitu:

1) Menjaga terdistribusinya pembelajaran ilmu di Laboratorium dalam MKK dan MKDI

untuk mencapai kompetensi dokter yang ditetapkan

2) Melaksanakan pengembangan ilmu di Laboratorium melalui penelitian & pengabdian

kepada masyarakat

3) Mengatur pengembangan staf dalam bidang akademik dan profesional

e. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Laboratorium dibantu oleh satu atau lebih

Penanggungjawab Pembelajaran (PJP) untuk mengkoordinasikan pembelajaran dengan

setiap Program Studi yang menggunakan Laboratorium terkait dalam proses belajar

mengajarnya.

f. Dalam hal pembelajaran Matakuliah Kurikulum Berbasis Kompetensi, PJP bertanggung-

jawab terhadap evaluasi hasil belajar MKDI dan atas sepengetahuan Kepala Laboratorium

menyerahkan nilai ujian MKDI kepada PJMK. 3.1.7 UPT Labskill & Laboratorium Sentral Biomedik

Page 33: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

UPT Labskill dan Laboratorium Sentral Biomedik dalam Pedoman Akademik ini adalah unit

penunjang teknis fakultas dibawah Dekan yang berfungsi menjadi tempat memfasilitasi

pembelajaran Keterampilan Klinis, Penelitian, dan Pembelajaran Biomedik Pendidikan Dokter.

3.1.8 Urusan Administrasi Akademik Jurusan

a. Urusan Administrasi Akademik Jurusan dalam Pedoman Akademik ini adalah staf

Tata Usaha Fakultas yang bertugas khusus menunjang administrasi pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dilaksanakan oleh Jurusan.

b. Sebagai staf penunjang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi, bertugas

membantu Jurusan dengan memberikan daya dukung dalam operasionalisasi akademik

serta melaksanakan registrasi akademik yang meliputi:

1) Registrasi mahasiswa baru dan daftar ulang mahasiswa lama

2) Registrasi keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan akademik khusus seperti Semester

Pendek dan lain-lain

3) Presensi dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar

4) Membantu penjadwalan kegiatan, tempat, dan waktu pembelajaran dengan

berkoordinasi dengan program studi lain

5) Administrasi Kartu Rencana Studi (KRS), Kartu Hasil Studi (KHS), Kartu Hasil Kemajuan

Belajar (KHKB) mahasiswa peserta Kurikulum Berbasis Kompetensi

6) Melaksanakan penyusunan, penyimpanan, dan pemanfaatan database akademik

dalam Sistim Informasi Akademik (SIAkad)

7) Melaksanakan pengisian berkala dan berkesinambungan borang akreditasi akademik

8) Melaksanakan penyiapan sarana/prasarana rapat-rapat akademik Jurusan. 3.1.9 Penanggungjawab Matakuliah (PJMK)

a. Penanggungjawab Matakuliah (PJMK) adalah dosen yang ditetapkan Dekan untuk

mengkoordinasikan sebuah Kelompok Pengajar dalam perancangan, pembelajaran dan

evaluasi Matakuliah Kompetensi (MKK) tertentu.

b. Dalam mengelola MKK dibawah koordinasinya, PJMK bertugas:

1) Mengkoordinasikan jadwal, pembelajaran, dan ujian MKK

2) Mengkoordinasikan tugas mengajar dosen dalam kelompok

3) Menetapkan model pembelajaran yang digunakan

4) Menyampaikan hasil belajar mahasiswa kepada Jurusan

c. Penanggungjawab Matakuliah bertanggung-jawab dan berada dibawah koordinasi

Jurusan.

3.1.10 Kelompok Pengajar

a. Kelompok Pengajar dalam Pedoman Akademik ini adalah sekelompok dosen yang

ditunjuk Jurusan dan mewakili Laboratorium dalam mengampu matakuliah Kurikulum

Berbasis Kompetensi terkait disiplin ilmu masing-masing.

b. Kelompok pengajar bertanggungjawab secara fungsional kepada Jurusan dan secara

struktural kepada Laboratorium. c. Kelompok Pengajar berfungsi sebagai pelaksana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar

Matakuliah Kompetensi atas nama Jurusan.

Page 34: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

d. Kelompok Pengajar merupakan kelompok dosen dari berbagai disiplin ilmu yang

diintegrasikan baik secara vertikal maupun horizontal.

3.1.11 Mahasiswa

a. Mahasiswa dalam Pedoman Akademik ini adalah mahasiswa yang berhak mengikuti

pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya apabila memenuhi kriteria

berikut:

1) Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya melalui berbagai seleksi resmi

penerimaan mahasiswa baru

2) Terdaftar pada tahun akademik bersangkutan

3) Memiliki Nomor Induk Mahasiswa (NIM)

4) Memenuhi dan atau tidak melakukan pelanggaran terhadap persyaratan

administratif yang ditentukan Universitas/Fakultas/Jurusan untuk mengikuti pendidikan

5) Mengisi dan memiliki Kartu Rencana Studi (KRS)

6) Bersedia mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku di

Universitas/Fakultas/ Jurusan. b. Mahasiswa berhak:

1) Memperoleh pendidikan yang sebaik-baiknya

2) Memperoleh informasi dan sosialisasi yang memadai atas segala sesuatu terkait

dengan program pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diikutinya

3) Ikut dan menyampaikan pendapat dan aspirasinya dalam perencanaan, pemantauan

dan evaluasi institusional program pendidikan yang diikuti

4) Memperoleh bantuan bimbingan,dan konseling, serta kepenasehatan akademik.

c. Mahasiswa berkewajiban:

Mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan akademik dan administratif Fakultas, Jurusan,

maupun Laboratorium yang berlaku.

d. Proses penyampaian pendapat/aspirasi dilakukan secara santun dan ber-etika

melalui Pembantu Dekan I Bidang Akademik dan Jurusan dalam segala

permasalahan menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, serta

kepenasehatan akademik.

e. Proses penyampaian pendapat/aspirasi dilakukan secara santun dan ber-etika

melalui Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Jurusan dalam segala

permasalahan menyangkut kemahasiswaan, minat, bakat, kesejahteraan, serta

pembinaan ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling.

Page 35: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3.2 Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran

Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Bagan Pembelajaran KBK PS Pendidikan Dokter – FKUB

Keterangan:

1) Dekan, dalam Pedoman Akademik ini, memimpin dan mengkoordinasikan Jurusan, MEU,

UJM, Laboratorium Mata Kuliah Dasar Ilmu (MKDI), UPT Labskill, Lab Sentral Biomedik untuk

keharmonisan.

2) Medical Education Unit menyusun rancangan kurikulum, silabus, model pembelajaran, model

evaluasi, bersama-sama Jurusan. Draft rancangan diserahkan kepada Dekan sebagai

pertimbangan pelaksanaan kurikulum setiap tahun ajar.

UJM

MK Non-Blok

MK Non-

Blok

PJMK

Keterampilan

Klinik

PJMK

Keterampilan

Klinik

PJP

PJP

Kepala Lab

Sentral Biomedik

o Ketua PS

o Sekretaris PS

Subag Akademik

Ka Ur Adm Akad

Jur Kedokteran

PJMK Keterampilan

Klinik

Kepala UPT

Labskill

Kepala

Laboratorium

Urusan

Pengelolaan

PBM

Urusan

Evaluasi

Hasil Belajar

Urusan

Sarana/Prasarana

Akademik

PJP

Medical

Education Unit

Sekretariat PSPD

Dekan

PD I,II,III

- Pend. Profesi

- Kompetensi

Klinik

Koordinator: - Dasar Kedok.

Tim PBL

Tim TA

GJM

Tim

PKNM

PJMK:

MKK dalam

Blok

Page 36: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3) Melalui rapat koordinasi dengan Jurusan, MEU, dan GJM, Dekan memutuskan menetapkan

Kurikulum dan Pelaksanaannya untuk satu tahun ajar. 4) Jurusan selaku pimpinan Program Studi Pendidikan Dokter memiliki sebuah sekretariat

dipimpin Sekretaris Jurusan dan mempunyai sekurang-kurangnya seorang staf sekretariat.

5) Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusan dibantu oleh:

Koordinator Pendidikan Dasar Kedokteran, untuk Semester I & II

Koordinator Pendidikan Kompetensi Kinik, untuk Semester III, IV, V, VI, dan VII

Koordinator Pendidikan Profesi, untuk Clerkship.

6) Sekretariat Jurusan mengadministrasikan database Jurusan, pengarsipan surat keluar masuk

Jurusan, dan berkoordinasi dengan Bagian Tata Usaha Fakultas terkait dengan tugas

Jurusan.

7) Dalam mengkoordinasikan pembelajaran, Jurusan membawahi PJMK dari masing-masing

Matakuliah Kompetensi, serta pejabat setara dengan PJMK untuk pembelajaran

Pengembangan Keterampilan. 8) Dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, PJMK melalui sekretaris Jurusan

berkoordinasi dengan staf Bagian Tata Usaha Subag Akademik Urusan Administrasi

Akademik Jurusan Kedokteran terkait urusan yang diperlukannya. 9) Dalam melaksanakan dukungan penunjang pembelajaran Jurusan, Urusan Administrasi

Jurusan Kedokteran terdiri dari sekurang-kurangnya seorang staf, masing-masing untuk:

urusan Sarana/Prasarana Akademik

urusan Pelaksanaan Pembelajaran

urusan Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Dokter. 10) Staf Urusan Sarana/Prasarana Akademik ditunjuk diantara staf Subag Umum Tata

Usaha berkoordinasi dengan Kepala Urusan Administrasi Akademik Jurusan bertugas:

menyediakan ruangan dan sarana pembelajaran serta fasilitas sumber belajar

yang diperlukan Jurusan

merawat serta menjaga sustainabilitas prasarana termasuk listrik agar

pembelajaran terlaksana tanpa gangguan.

11) Staf Urusan Pelaksanaan Pembelajaran bertugas:

mengadakan/ menggandakan modul, lembar-lembar observasi dan

perangkat lunak pembelajaran lainnya

bersama Kasubag Akademik mengatur pelaksanaan, tempat dan waktu ujian.

12) Staf Urusan Evaluasi Hasil Belajar bertugas:

membuat form ujian MKK, Pengembangan Keterampilan, dan perangkat lunak

evaluasi lainnya

mengolah nilai bekerja sama dengan TIK Fakultas dan Sekretariat Jurusan

melaksanakan administrasi KRS, KHS, KHKB

mengolah dan menyimpan data nilai untuk Transkrip Akademik, Transkrip

Kompetensi, dan Sertifikat Kompetensi. 13) Staf sekretariat MEU dan UJM dapat ditunjuk diantara Staf Urusan Akademik

Jurusan Kedokteran. 14) Nama-nama staf Urusan Akademik diatas diumumkan terutama kepada para

PJMK.

Page 37: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

15) Jurusan membawahi dan mengkoordinasikan semua PJMK dalam menjadwal

pembelajaran dan evaluasi MKK dan Pengembangan Keterampilan dengan menugaskan

Urusan Administrasi Akademik Jurusan Kedokteran untuk secara langsung membantu

kelancaran administrasi penyelenggaraan pembelajaran dan evaluasi.

16) Kepala Laboratorium berkoordinasi dengan Jurusan dalam hal:

penunjukan dosen PJMK

penunjukan dosen anggota kelompok pengajar MKK terkait

penggunaan prasarana/sarana laboratorium untuk pembelajaran MKK dan

pengembangan keterampilan

penetapan bahan ajar kompetensi terkait Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI)

pembuatan soal ujian.

17) Kepala Laboratorium berkoordinasi dengan Jurusan/Program Studi dilingkungan

FKUB melalui Penanggungjawab Pembelajaran (PJP) di Laboratoriumnya. 18) Jurusan bersama PJMK Pengembangan Keterampilan terkait berkoordinasi dengan

Kepala UPT Labskill dan Kepala Laboratorium Sentral Biomedik untuk pembelajaran

keterampilan, dan penelitian/ pengembangan pembelajaran Biomedik.

Jurusan, Medical Education Unit, Gugus Jaminan Mutu (GJM), Unit Jaminan Mutu (UJM), Kepala UPT

Labskill, Kepala Laboratorium Sentral Biomedik membuat laporan berkala kepada Dekan.

Page 38: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab IV

PEMBELAJARAN BLOK

Proses Belajar Mengajar terdiri dari:

Strategi Pembelajaran

Struktur Materi

Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok

Rancangan Pembelajaran

Implementasi Pembelajaran

4.1 Strategi Pembelajaran

4.1.1 Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES (Student-centered, Problem-

based, Integrated, Community-based, Elective/Early Cinical Exposure, Systematic).

4.1.2 Program pembelajaran harus diupayakan terpusat pada aktivitas mahasiswa misalnya diskusi,

belajar mandiri, self inquiry, seminar,dan cara belajar aktif lainnya sepanjang dimungkinkan.

4.1.3 Program pembelajaran diupayakan menggunakan atau mengetengahkan „Masalah‟ sebagai

titik masuk penguasaan ilmu, keterampilan, dan perilaku, serta pemicu (trigger) pembelajaran

aktif oleh mahasiswa. „Masalah‟ merujuk pada identifikasi yang ditetapkan Konsil Kedokteran

Indonesia dan berdasarkan Index Clinical Situation.

4.1.4 Untuk mendapatkan penguasaan holistik dan komprehensif, pembelajaran dilakukan dengan

mengintegrasikan matakuliah-matakuliah terkait baik vertikal maupun horizontal.

4.2 Struktur Materi

4.2.1 Tiap semester terdiri dari 1 atau lebih Blok. Blok merupakan unit terkecil dari pembelajaran

KBK untuk menghasilkan kompetensi tertentu. Pembelajaran akan dilanjutkan untuk Blok

berikutnya tanpa kembali lagi kepada Blok sebelumnya.

4.2.2 Tiap Blok mempunyai tema sendiri sebagai landasan berintegrasinya beberapa Matakuliah

Disiplin Ilmu kedalam Blok sesuai dengan tema tersebut. Seluruh matakuliah, praktikum, dan

keterampilan klinik dalam 1 Blok bersama-sama membentuk Matakuliah Kompetensi (MKK),

sehingga penamaan Blok identik dengan nama MKK yang bersangkutan.

4.2.3 Sehubungan dengan itu, pada setiap Blok terdapat 4 komponen pembelajaran yaitu:

a. Materi MKDI yang sesuai dengan tema Blok tetapi tidak ikut berintegrasi dalam Modul

Blok. Pemberian materi ini adalah dalam rangka memperoleh penguasaan disiplin imu yang

Page 39: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

nantinya menjadi bagian dari transkrip akademik matakuliah tersebut di akhir pendidikan.

Meskipun demikian, sebagian materi MKDI ini akan ikut berintegrasi ke dalam Modul MKK

dan menjadi bagian pembentukan kompetensi sesuai tema Blok. b. Komponen Praktikum MKDI (kalau ada) diadakan dengan maksud memperkaya

(enrichment) materi MKDI, sehingga praktikum tersebut tidak perlu dilaksanakan

sebagaimana praktikum konvensional karena tidak mengandung kegiatan psikomotorik.

Apabila praktikum MKDI terkait dengan hal-hal yang memang dilakukan oleh seorang

dokter dalam praktik, maka materi praktikum itu dinyatakan sebagai materi keterampilan

(skill) dan dibelajarkan dalam konteks pembelajaran keterampilan klinik.

c. Komponen Modul MKK, disusun dengan mengintegrasikan beberapa MKDI yang

relevan dengan tujuan modul. Oleh karena penguasaan modul MKK mengindikasikan

penguasaan kompetensi Blok terkait, maka modul MKK merupakan materi utama dalam

Blok yang membutuhkan alokasi waktu yang lebih banyak.

d. Komponen Skill (Keterampilan Klinik) merupakan materi pembelajaran keterampilan

terkait dengan tema Blok.

Keempat komponen dibelajarkan dan diujikan/dievaluasi sebagai suatu kesatuan pencapaian kompetensi Blok/Matakuliah Kompetensi (MKK).

4.2.4 Diluar Blok pada semester tertentu terdapat rangkaian pembelajaran matakuliah Kompetensi

Spesifik, Metodologi, Tugas Akhir, PBL, dan PKNM, serta matakuliah lain yang tidak terkait

dengan tema Blok.

4.3 Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok

KETUA PROGRAM STUDI

SEKRETARIS PROGRAM STUDI

KOORDINATOR BLOK

TIM SKILL

MKDI

KULIAH

PRAKTIKUM

MODUL MKK

SKILL

KEPALA

LABORATORIUM

SEKRETARIS

BLOK

KONTRIBUTOR BLOK

NON BLOK MetodoLogi, Tugas Akhir, PBL, PKNM, Lain-Lain

FASILITATOR

BLOK

MKK

Page 40: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Gambar 4.1 Bagan Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok

4.3.1 Ketua Jurusan

Dalam konteks pembelajaran KBK, Ketua Jurusan merupakan koordinator dan

penanggungjawab pengelolaan proses belajar mengajar di Jurusan Kedokteran

4.3.2 Sekretaris Jurusan

Sekretaris Jurusan merupakan pimpinan kesekretariatan Jurusan. Sekretaris Jurusan dapat

mewakili Ketua Jurusan dalam hal Ketua Jurusan berhalangan hadir atau mendelegasikan

wewenang kepadanya dalam berbagai kegiatan.

4.3.3 Kepala Laboratorium

Pimpinan struktural Laboratorium yang bertugas memimpin dan mengkoordinasikan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di Laboratorium masing-masing.

Dalam konteks pembelajaran Blok, Kepala Laboratorium menetapkan materi ajar

Laboratorium, dosen pengampu, dan beban studi yang akan diintegrasikan kedalam

pembelajaran Blok.

4.3.4 Blok dan Tim Blok

a. Blok merupakan unit pembelajaran terkecil dalam implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Dalam 1 semester terdapat sekurang-kurangnya 2 Blok.

b. Untuk kepentingan perancangan, pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar setiap Blok,

Jurusan menetapkan: tema Blok sesuai dengan kurikulum, Penanggung Jawab Matakuliah

Kompetensi (PJMK) yang akan menjadi Koordinator Blok, Sekretaris Blok, MKDI yang terkait

dengan pembelajaran Blok, Tim Skill terkait dengan pembelajaran keterampilan klinik

sesuai tema Blok, menetapkan jadwal dan alokasi waktu pembelajaran dan evaluasi satu

Blok, serta mengumumkan hasil belajar Blok termasuk hasil belajar MKDI yang berintegrasi

dalam Blok.

c. Diluar Blok, Jurusan menetapkan pembelajaran dalam semester terkait yaitu MetodoLogi

dan Tugas Akhir, serta mengkoordinasikan langsung penyelenggaraan Problem Based

Learning pada 1 minggu terakhir Semester III sampai dengan VII sebagai bagian

Pencapaian Kompetensi Belajar Sepanjang Hayat, serta PKNM untuk memberikan

pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam berinteraksi langsung dengan kelompok

masyarakat (masyarakat kampus atau di luar kampus).

d. Tim Blok adalah kelompok dosen yang bertugas merencanakan, membelajarkan, dan

mengevaluasi proses dan hasil belajar suatu Blok, terdiri dari :

1) Koordinator Blok

Juga menjadi Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK)

Mengkoordinasikan Perancangan, Pembelajaran, dan Evaluasi Hasil Belajar Blok

Mengkoordinasikan penyusunan Buku Blok (termasuk Modul MKK untuk mahasiswa)

dan Buku Pedoman Tutor dalam memfasilitasi tutorial dalam diskusi kelompok kecil

menggunakan Modul MKK

Menyelenggarakan training of trainer bagi fasilitator Blok untuk melaksanakan tugas

tutorial dalam Blok

Mengkoordinasikan evaluasi hasil belajar Blok

Page 41: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bertanggung jawab kepada Jurusan

PJMK merekomendasikan susunan nama dosen anggota Tim Blok kepada Jurusan agar

diusulkan kepada Dekan untuk penetapannya.

2) Sekretaris Tim Blok

Mendokumentasikan seluruh dokumen Blok, serta mewakili Koordinator Blok dalam hal

berhalangan hadir dalam suatu kegiatan Blok.

3) Kontributor Blok

adalah dosen yang ditunjuk oleh Kepala Laboratorium masing-masing dan ditetapkan

oleh Jurusan untuk menyusun Buku Blok dan Modul pembelajaran Blok. Secara

struktural, bertanggungjawab kepada Kepala Laboratorium masing-masing dalam hal

kesesuaian dan kedalaman materi yang dibutuhkan untuk Blok terkait serta hasil

evaluasinya.

4) Fasilitator Blok

adalah dosen yang ditunjuk oleh Kepala Laboratorium untuk ikut dalam suatu Blok

untuk membelajarkan MKDI terkait, baik dalam modul terintegrasi (Modul MKK) dan

modul yang tidak terintegrasi (Modul MKDI) dalam Blok terkait, maupun yang

dikuliahkan/ dipraktikumkan.

Secara struktural, fasilitator Blok bertanggungjawab kepada Kepala Laboratorium

masing-masing, terkait isi dan kedalaman MKDI.

Secara fungsional sebagai anggota Tim Blok, fasilitator berada dibawah koordinasi

PJMK.

Jurusan dapat menginstruksikan kepada Kepala Laboratorium untuk menunjuk staf

dosennya menjadi fasilitator dari suatu Blok sekalipun Laboratorium tersebut tidak ikut

berintegrasi didalamnya, misalnya dalam pembelajaran skill tertentu atau dimana

jumlah fasilitator Blok kurang memadai.

4.4 Rancangan Pembelajaran

Rancangan Pembelajaran dilaksanakan sesuai prosedur berikut: a. Pada awal semester yang berjalan, Jurusan mengumumkan kepada seluruh laboratorium

tentang tema Blok yang akan dibelajarkan pada semester berikutnya serta meminta Kepala

Laboratorium untuk mengirimkan nama dosen pengampu, materi/topik MKDI, dan beban serta alokasi waktu untuk membelajarkannya.

b. Sebagai respon terhadap pengumuman Jurusan, setiap Kepala Laboratorium mengirimkan

hal-hal diatas kepada Jurusan.

c. Jurusan menetapkan Ketua dan Sekretaris Blok sebagai Penanggung Jawab Matakuliah

Kompetensi (PJMK) dengan memperhatikan Matakuliah Disiplin Ilmu utama yang

berkontribusi dalam pembelajaran Blok terkait. d. Ketua dan Sekretaris Tim Blok membentuk rancangan Tim Blok dari nama-nama dosen yang

diajukan laboratorium untuk berintegrasi dalam Blok. Rancangan Tim Blok disampaikan

kepada Jurusan untuk nantinya ditetapkan oleh Dekan. e. Jurusan menetapkan besaran beban studi, jumlah jam dan alokasi waktu, serta rencana

ruang pembelajaran Blok dalam semester yang akan datang.

f. Tim Blok dipimpin koordinatornya mengadakan rangkaian pertemuan untuk menyusun Buku

Blok yang berisi: rancangan pembelajaran dan evaluasi proses serta evaluasi hasil belajar,

Page 42: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

rincian rencana/jadwal pembelajaran Blok, susunan dosen kontributor pengampuan kuliah,

kontributor penyusun dan pengampuan modul, kontributor pengampuan praktikum,

kontributor pengampu pembelajaran keterampilan klinik, dan mengajukannya kepada

Jurusan.

g. Jurusan kemudian:

1) Mengusulkan Tim Blok kepada Dekan untuk penetapannya

2) Menyiapkan dukungan Logistik untuk pembelajaran Blok

3) Mengkoordinasikan Tim Blok, Tim MetodoLogi, Tim Pengelola Tugas Akhir, Tim PBL, serta

PKNM untuk penetapan jadwal dan alokasi waktu pembelajaran dalam semester terkait

4) Meminta Koordinator Dasar Kedokteran (Semester I dan II), Pendidikan Keterampilan

Klinik (Semester III sampai dengan VII), dan Pendidikan Profesi (Clekship) untuk

mengkoordinasikan rancangan pembelajaran kepada Tim Blok, Staf Administrasi

Akademik,

unit TIK dalam hal memperoleh dukungan logistik pembelajaran Blok antara lain:

uploading Buku Blok, penggandaan Buku Blok, lembar observasi kinerja dosen oleh

mahasiswa, lembar observasi keterampilan belajar dan berkomunikasi dalam tutorial

5) Berkoordinasi dengan MEU dan laboratorium terkait untuk menyusun rancangan

monitoring dan umpan balik.

4.5 Implementasi Pembelajaran

4.5.1 Sesuai strategi SPICES, proses belajar mengajar dilaksanakan secara integratif (horizontal dan atau vertikal) baik integrasi tematis sesuai Tema Blok ataupun secara fungsional

dalam modul-modul yang disusun dalam Buku Blok. 4.5.2 Pembelajaran dalam satu Blok terdiri dari pembelajaran: Matakuliah Disiplin Ilmu

(termasuk tatap muka, diskusi kelompok kecil MKDI, serta praktikum MKDI), diskusi

kelompok kecil menggunakan Modul MKK, dan Pembelajaran Keterampilan Klinik (skill).

TE

MA

BL

OK

KULIAH (MKDI)

PRAKTIKUM (MKDI)

MODUL MKK

SKILL (Keterampilan Klinik)

Gambar 4.2 Komponen Pembelajaran Blok

a. Kuliah

1) Kuliah diselenggarakan dalam rangka integrasi tematis, untuk memberi

kesempatan semua laboratorium yang berintegrasi dalam suatu Blok

membelajarkan Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) masing-masing secara utuh

sesuai Tema Blok. Dalam hal ini, laboratorium dapat menggunakan modul MKDI

(tidak terintegrasi) yang didiskusikan dalam kelompok-kelompok kecil.

Page 43: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

2) Materi MKDI yang terkait dengan pembelajaran modul MKK yang tidak dikuliahkan,

melainkan dibelajarkan secara terpadu dalam diskusi kelompok kecil dibawah

koordinasi PJMK.

3) Alokasi waktu dan tempat diusulkan oleh Tim Blok dan diatur oleh Jurusan, dan

dilaksanakan oleh Laboratorium masing-masing.

b. Praktikum

1) Praktikum diselenggarakan oleh masing-masing Laboratorium dengan alokasi waktu

dan tempat ditentukan diusulkan oleh Tim Blok dan diatur oleh Jurusan, dan

dilaksanakan oleh Laboratorium masing-masing

2) Praktikum dimaksudkan untuk memberikan‟enrichment‟ atau pengayaan bagi

materi-materi dalam perkuliahan MKDI

3) Praktikum dari suatu Laboratorium yang merupakan pembelajaran untuk

memperoleh keterampilan klinik dalam praktek sehari-hari seorang dokter umum,

diulang dan dinilai dalam pembelajaran Keterampilan Klinik (skill).

c. Tutorial menggunakan Modul MKK

1) Modul MKK merupakan kumpulan materi MKDI yang secara fungsional saling

berintegrasi untuk memperoleh pemahaman holistik dan komprehensif atas

satu atau lebih topik klinis terhadap penyakit tertentu, sindroma/simptoma

tertentu, maupun kasus-kasus klinik terkait dengan tema

2) Karena integrasinya bersifat fungsional, maka pada prinsipnya, inti materi modul

MKK adalah terutama menyangkut penyakit, simptoma/sindroma klinik, dan kasus

klinik sesuai tema Blok dan terkait dengan penyakit, sindroma/simptoma klinis yang

ditentukan dalam Standar Kompetensi Dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia

3) Dosen dari MKDI/ Laboratorium yang terkait langsung dengan topik modul

merupakan Kontributor Utama yang memfasilitasi penyusunan modul MKK. Dosen

MKDI lain yang berintegrasi dalam penyusunan suatu Modul MKK merupakan Tutor

dalam diskusi kelompok pembelajaran modul MKK. Dalam hal jumlah tutor tidak

mencukupi, PJMK dapat meminta kepada Jurusan untuk menugaskan standby tutor

(sby tutor) dalam kegiatan diskusi kelompok

4) Modul MKK disusun oleh para Kontributor Modul dibawah koordinasi PJMK/

Koordinator Blok.

5) Buku Blok disampaikan kepada mahasiswa secara soft-copy uploading

6) Secara mandiri dirumah maupun terjadwal dalam silabus Blok, mahasiswa

mengerjakan Tugas Modul yang ada dalam Buku Blok, sebelum pembelajaran Blok

dimulai. Kegiatan mandiri ini merupakan upaya penyiapan prior knowledge

mahasiswa terutama sebelum mengikuti tutorial.

7) Pembelajaran modul MKK diselenggarakan dalam bentuk tutorial dalam diskusi

kelompok. Mahasiswa disarankan membawa buku teks, diktat, laptop sebagai

sumber belajar atau referensi selama ber-argumentasi dalam diskusi kelompok.

8) Proses tutorial dilaksanakan menggunakan Pedoman Tutorial yang terlampir dalam

Buku Pedoman ini.

Ruang kuliah, ruang praktikum, ruang diskusi, beserta perangkat alat bantu belajar

dipersiapkan Sub Bagian Akademik Fakultas atas instruksi Jurusan dan di koordinasikan dengan Koordinator Blok/PJMK.

4.5.3 Instrumen Pembelajaran

4.5.3.1 Buku Blok

Page 44: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Buku Blok adalah Buku yang menjadi pedoman penyelenggaraan suatu Blok (format

acuan Buku Blok terlampir). Buku Blok berisi:

a. Umum: Nama/tema Blok, Semester/beban studi, Tim Blok, Laboratorium yang

berintegrasi, dan Daftar Fasilitator/Tutor

b. Pendahuluan:

1) Overview: penjelasan ringkas tentang bagaimana Blok akan dibelajarkan dan

dievaluasi, MKDI apa saja yang akan dikuliahkan, praktikum apa

yang akan diadakan, berapa modul dan apa judul/tema modul,

keterampilan klinik apa yang akan dibelajarkan.

2) Hasil Pembelajaran (learning outcomes): sesuai dengan area kompetensi MKK

yang ingin dicapai

3) Tujuan Pembelajaran (learning objectives): merupakan kompetensi

Laboratorium yang terkait

c. Materi Blok: Matakuliah Disiplin Ilmu (non-modul), praktikum MKDI (jika ada),

Modul MKK d. Skill Station, berisi jenis skill (keterampilan klinik) yang dibelajarkan oleh masing-

masing Laboratorium yang berintegrasi

e. Hubungan dengan Blok Lain

f. Jadwal Pembelajaran Blok

g. Asesmen Blok: pedoman singkat penilaian, pembobotan masing-masing komponen

Blok yang dibelajarkan

4.5.3.2 Modul MKK

Modul MKK diberi nama sesuai Sistem yang dibelajarkan dan nama tersebut

menggambarkan suatu pembelajaran yang terintegrasi.

Modul MKK berisi:

A. Tujuan Pembelajaran Modul

B. „Topic and Topic Tree‟

C. „Module Overview‟

D. Tugas Modul

Penugasan kepada mahasiswa sebelum memasuki tutorial, dimaksudkan untuk

menyiapkan prior knowledge mahasiswa sebelum kegiatan belajar mengajar Blok.

Misalnya: Modul tentang „Icterus‟, maka tugas modul antara lain adalah

tentang

struktur normal sistim hepatobilier, mekanisme bilirubin dsb.

Mahasiswa akan mengerjakan tugas ini dalam Buku Log mahasiswa.

Pada saat dosen membelajarkan kuliah pakar tentang modul ini,

asumsinya adalah mahasiswa sudah mengetahui lebih dahulu tentang

struktur normal, mekanisme bilirubin dan sebagainya.

E. Referensi, berisi daftar buku teks/bahan bacaan wajib yang diacu mahasiswa untuk

mengerjakan tugas modul diatas.

Contoh „Topic & Topic Tree‟ dalam menyusun Modul MKK

Page 45: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Topic and Topic Tree

The Prevention

The Physiology of Woman Reproductive System

ThThe Pattern of Endocrinologic Changes in Certain Reproductive

System Diseases

Diagnosis of Certain Reproductive System Diseases

The Pathophysiology of Certain Reproductive System

Diseases

The Anatomy of Woman Reproductive System

Endocrinologic Aspect of Reproductive System

Technical Skills supporting the diagnosis of Reproductive System

Diseases

The Management of Disease

Rehabilitation

Gambar 4.3 Contoh „Topic & Topic Tree‟ Sistem Reproduksi

4.5.3.3 Buku Pedoman Tutorial (Teacher Guidance Book )

Buku Pedoman Tutorial adalah buku pegangan tutor ketika memfasilitasi kegiatan

tutorial/diskusi kelompok. Buku ini menjadi penting mengingat pembelajaran modul

adalah multidisipliner tergantung Matakuliah Disiplin Ilmu yang berintegrasi dalam

pembelajaran modul tersebut. Pada sisi lain, para tutor memiliki latar belakang satu

Disiplin Ilmu saja. Oleh karena itu, buku ini dapat digunakan untuk

menyamakan „jawaban‟ atau „penjelasan‟ yang diperlukan baik menyangkut fungsi-

fungsi tutor maupun isi diskusi agar isi diskusi tidak melenceng jauh dari Tujuan

Belajar yang ditentukan.

Buku ini memuat :

A. Tugas Modul yang sama dengan buku Log mahasiswa, hanya dalam buku pedoman

ini, jawaban atas Tugas Modul sudah ada dengan kata-kata kunci yang dicetak

miring untuk memudahkan tutor mengenal dengan cepat inti jawaban yang

didiskusikan mahasiswa. Jika setiap kata miring itu terucapkan dengan jelas saat

diskusi mahasiswa maka diskusi dipandang telah mencapai tujuan belajar yang

ditentukan. Jika ada kata kunci yang tidak didiskusikan, maka tutor mengetahui hal

apa yang menjadi tujuan belajar tetapi tidak dicapai dari diskusi tersebut. Pada

akhir pertemuan, dosen akan mengklarifikasi hasil diskusi. Pada saat inilah dosen

boleh memberi komentar atas isi diskusi baik menyangkut tugas modul yang sudah

dirumuskan dengan benar maupun hal-hal yang perlu dipelajari kembali oleh

amahsiswa atau untuk diusulkan kepada Koordinator Tim Blok agar di „Kuliah Pakar‟

kan secara khusus.

B. Pedoman penilaian atas observasi diskusi kelompok berisikan sejumlah parameter

penilaian, agar didapatkan penilaian yang relatif lebih objektif. Variabel dalam

lembar observasi tutorial menyangkut: keterampilan belajar, memimpin,

Page 46: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

berkolaborasi, perbedaan pendapat, hadir tepat waktu, berpartisipasi dalam diskusi,

dan sebagainya.

Pada dasarnya Buku Pedoman Tutorial tidak lain adalah Buku Blok dimana Tugas

Modul ditulis dan disediakan kotak jawaban yang sudah terisi.

4.5.3.4 Buku Log Mahasiswa

Buku Log mahasiswa adalah buku kerja mahasiswa dalam menjawab Tugas Modul

yang disampaikan dalam buku Blok. Buku ini seperti halnya Buku Pedoman Tutorial,

tetapi berisikan Tugas Modul dengan halaman jawaban yang dikosongkan. Kumpulan

dari buku Log setiap mahasiswa mencerminkan portofolio kegiatan belajar mahasiswa.

Pada dasarnya buku Log ini bisa berupa buku Blok yang pada halaman jawaban tugas

modul dikosongkan untuk diisi mahasiswa.

4.5.3.5 Lembar Observasi Tutorial Mahasiswa

Lembar Observasi mahasiswa adalah perangkat alat ukur untuk menilai aktivitas

tutorial mahasiswa yang diukur berdasarkan variabel parameter yang telah disebutkan

diatas.

4.5.3.6 Lembar Observasi Kinerja Dosen

Untuk mengamati kinerja dosen dalam proses belajar mengajar, perlu dibuat beberapa instrumen.

Salah satunya adalah penilaian berdasarkan hasil asesmen mahasiswa sebagai stakeholder

utama. Pada lembar ini mahasiswa per individu menilai dosennya dengan parameter yang

sama, antara lain sikap dan perilaku dosen, kejelasan penjelasan/kuliah dosen, sistimatika

pembelajaran yang runtut, waktu yang disediakan dosen untuk beinteraksi dan

mendengarkan pendapat mahasiswanya, objektivitas dosen dalam menilai mahasiswa.

Page 47: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab V

PEMBELAJARAN NON BLOK

Pembelajaran Non Blok adalah Proses Belajar Mengajar materi kurikulum yang tidak mengikuti Blok. Matakuliah yang termasuk dalam pembelajaran Non Blok adalah: a) materi kurikulum yang

dibelajarkan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi tertentu, yaitu Problem Based Learning (PBL), Metodologi, Tugas Akhir, Kewirausahaan, bahasa Inggris, dan Program Kerja Nyata

Mahasiswa (PKNM), b) topik2 spesifik dalam pengembangan ilmu kedokteran atau pemutakhiran

praktek kedokteran, meliputi Imunologi dan Kedokteran Tropik, c) kompetensi penunjang kompetensi klinik, meliputi Keselamatan Pasien, Kedokteran Forensik, Bioetika & Hukum Kedokteran.

Sebagaimana disebutkan dalam Bab IV, Proses Belajar Mengajar dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di PSPD FKUB menggunakan pendekatan pembelajaran SPICES

(Haarden, 2000). Metodologi (termasuk Tugas Akhir), dan PBL merupakan materi kurikulum yang akan mendasari serta mewarnai proses belajar mengajar seluruh pembelajaran Blok yang diuraikan

pada Bab IV. Kedua materi ini memberikan ekspos pembelajaran melatih keterampilan belajar dan

keterampilan mengembangkan ilmu sebagai dua sisi ilmu pengetahuan yakni pembelajaran dan pengembangannya, sedangkan PKNM dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada

mahasiswa dalam berinteraksi langsung dengan masyarakat.

5.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning / PBL)

5.1.1 Batasan Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan proses belajar mengajar yang

terpusat pada kegiatan diskusi dalam kelompok kecil dalam konteks Masalah dalam praktek

Klinis. Mahasiswa menggunakan “trigger” atau pemicu belajar dari kasus-kasus atau skenario

klinik untuk mereka kembangkan menjadi tujuan belajar masing-masing. Mahasiswa

melakukannya secara independen dan mendiskusikan hasil belajar masing-masing diantara

mereka. Dengan demikian, maka PBL pada dasarnya bukan dan tidak berorientasi kepada

Pemecahan Masalah (Problem-Solving). Maka dalam PBL, output belajar tidak merupakan

tujuan. Oleh karena bukan mengutamakan output , maka PBL lebih mengedepankan proses

belajar mahasiswa aktif, menggunakan “problem” sebagai pemicu belajar, mengintegrasikan

beberapa disiplin ilmu terkait baik horisontal maupun vertikal, dengan “problem” klinik dan

masyarakat senyatanya yang mereka identifikasi sendiri.

Diskusi dalam Kelompok Kecil dalam PBL akan mengembangkan kemampuan mahasiswa

melihat berbagai konsep dan prinsip ilmu kedokteran dibelakang “masalah” yang didiskusikan.

Waktu yang digunakan diluar diskusi memfasilitasi pengembangan keterampilan belajar seperti

literature retrieval, critical appraisal terhadap informasi yang tersedia, mencari informasi diluar

informasi dosen, menggunakan teknologi informasi, yang pada akhirnya mengembangkan

kemampuan belajar mandiri sebagai sendi dari Kompetensi Belajar Sepanjang Hayat yang

merupakan salah satu Kompetensi Dokter yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Setiap “masalah“ yang disampaikan sebagai “trigger” disusun sedemikian rupa dengan

mengintegrasikan mekanisme fisik, biologis, dan perilaku dalam setiap masalah kesehatan.

Dengan cara ini, mahasiswa akan membiasakan diri dalam proses analisis masalah,

membangun hipotesis, dan menyusun tujuan belajar, serta melakukan “self inquiry“ dalam

menggali informasi sesuai tujuan belajar masing-masing.

5.1.2 Kompetensi yang ingin dicapai melalui PBL

Kompetensi yang ingin dicapai melalui serangkaian pembelajaran PBL selama Semester III

sampai dengan VII adalah:

Page 48: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

a. Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah klinis dan kesehatan

melalui diskusi dan belajar mandiri dalam konteks skenario klinis yang diberikan

kepadanya sebagai “Masalah Pasien“.

b. Mengembangkan kemampuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan kedokteran dasar

maupun klinik secara holistik dan komprehensif

c. Mengembangkan kemampuan memahami dan mengatasi berbagai masalah kesehatan

baik di klinik maupun di masyarakat, berdasarkan kelimuan kedokteran.

d. Melatih mengembangkan proses “clinical reasoning” termasuk keterampilan: sintesis

masalah, menyusun hipotesis, berfikir kritis terhadap setiap informasi, analisis data, dan

pengambilan keputusan.

e. Mengembangkan keterampilan untuk menjadikan diri sebagai pembelajar mandiri,

mencari hal-hal yang belum diketahui, serta menggunakan secara efektif sumber-sumber

belajar.

f. Melalui diskusi berulang-ulang, melatih kemampuan: memimpin, bekerjasama dalam tim ,

berkolaborasi, menerima pendapat orang lain, dan memahami keterbatasan diri.

5.1.3 Proses Pembelajaran

a. Pembelajaran PBL dimulai setelah menyelesaikan pendidikan Semester I dan II karena

dipandang telah memahami dasar dari Ilmu Kedokteran, dasar berkomunikasi, dan

keterampilan dasar klinik.

b. Memperhatikan keterbatasan sumberdaya, khususnya tenaga khusus untuk menyiapkan

skenario dan memfasilitasi tutorial dalam jumlah mahasiswa yang cukup besar, PSPD

FKUB menggunakan PBL-hybrid sehingga pembelajaran PBL dilaksanakan pada Semester

III sampai dengan Semester VII, masing-masing hanya 1 minggu setiap akhir semester.

c. Manajemen PBL dikoordinasikan langsung oleh Jurusan.

d. Sebelum dipunyai “Bank Masalah“, maka setiap “Masalah/Skenario” disusun oleh tim

penyusun yang terdiri dari tim blok semester terkait.

e. Mahasiswa dikelompokkan dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 orang.

f. Jurusan memberikan Pedoman Tutorial beserta lembar observasi yang ditentukan kepada

tutor yang ditunjuk.

g. Proses Pembelajaran PBL mengikuti “The Seven Jumps“ (“7 Langkah PBL”) yang diadopsi

dari Model yang dikembangkan Maastricht Universiteit (Henk Schmidt, 1989), berturut-

turut :

1) Pemberian “Skenario” kepada setiap mahasiswa sebagai suatu “ill-structured

problem“

2) “Term Clarification“ atau “Que Recognition“ : setiap mahasiswa diminta secara

mandiri mencari kata-kata kunci dibalik skenario yang diberikan

3) “Problem Identification” : dari setiap kata kunci, mahasiswa secara mandiri

menggali “Masalah“ dibalik kata/terminologi tersebut

4) “Hypothesis Generation” : setiap “masalah” yang diidentifikasi, secara mandiri,

mahasiswa menyusun hipotesis tentang sebab atau dampak dari suatu masalah

klinis/komunitas tersebut

5) “Developing Learning-Objectives” : setiap mahasiswa menetapkan “Tujuan

Belajar” masing-masing. Tujuan Belajar yang dimaksud adalah mencari informasi

tentang sebab dan atau akibat dari “masalah “ yang disusunnya sebagai hipotesis

pada langkah sebelumnya

Page 49: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

6) “Self Inquiry” : Mahasiswa mencari informasi terhadap langkah kelima diatas secara

mandiri, baik dengan mencarinya melalui internet, perpustakaan, nara sumber, dosen

yang dipandangnya relevan untuk dimintai informasi, dan sebagainya

7) “Sharing the Result” : mahasiswa berdiskusi untuk saling memberi informasi

terhadap hasil pencariannya masing-masing.

h. Dari proses belajar pada butir f diatas, sangat jelas bahwa proses PBL yang

diselenggarakan PSPD FKUB sangat mengutamakan proses mencari, mengumpulkan,

menganalisis, mengintegrasikan, mengkomunikasikan informasi ilmu, sebagai proses

mengembangkan kompetensi kemandirian belajar sesuai paradigma “Learning How to

Learn“ yang menjadi proses dasar Belajar Sepanjang Hayat.

i. Selama 1 minggu PBL pada setiap semester itu, mahasiswa melakukan 2 proses: proses

mandiri dan proses berkelompok. Mandiri dalam mengerjakan Langkah 1 sampai dengan

5, kemudian berdiskusi kelompok untuk menyampaikan, mempertahankan, untuk

akhirnya menetapkan Tujuan Belajar bersama untuk mencari informasi atas

permasalahan baik masalah klinik atau masalah komunitas yang sesungguhnya dari

skenario yang diberikan. Selanjutnya, mahasiswa melakukan langkah 6 secara mandiri

untuk masuk kedalam langkah 7 bersama-sama.

5.1.4 Peran dan Fungsi Tutor

Tutor ditunjuk oleh Jurusan dari dosen-dosen dari Laboratorium yang terkait dengan

penyusunan Skenario PBL. Tutor dapat pula direkrut dari dosen Laboratorium lain atau

“stand by tutor” mengingat jumlah tutor harus mencukupi untuk memfasilitasi sesuai jumlah kelompok diskusi. Dalam diskusi kelompok, tutor berperan sebagai:

a. Membangkitkan partisipasi aktif seluruh peserta diskusi kelompok.

b. Membantu Ketua Kelompok menjaga waktu diskusi dan memelihara dinamika kelompok.

c. Memandu agar sekretaris kelompok mencatat hasil diskusi dengan tepat untuk

menghindarkan deviasi pencatatan hasil kelompok kepada kesimpulan sekretaris sendiri.

a. Mencegah terjadinya side tracking yaitu penyimpangan konteks diskusi keluar dari tujuan

belajar.

b. Menjaga agar Tujuan Belajar Kelompok dapat dicapai.

c. Memandu pemahaman dan pengertian yang benar atas materi diskusi, dan menyerahkan

hasil tutorial serta catatan tentang hal-hal yang kurang benar, kurang dipahami, kepada

koordinator PBL untuk bila perlu diberikan kuliah klarifikasi.

5.2 Metodologi

5.2.1 Batasan

Matakuliah Metodologi termasuk dalam kelompok pengembangan keterampilan non-

klinik sehingga pada struktur kurikulum ditempatkan diluar pembelajaran blok. Pembelajaran MK Metodologi dibagi dalam tiga tahap, yaitu Metodologi 1 yang dibelajarkan

pada Semester I, Metodologi-2 dibelajarkan pada Semester IV, dan Metodologi 3 pada

Semester V.

Metodologi 1 menggunakan tema “Metode Ilmiah & Keterampilan Belajar”, merupakan

rangkai pertama dari mata kuliah Metodologi secara keseluruhan. Dalam topik Metode Ilmiah, dibahas dasar-dasar filosofis ilmu pengetahuan kedokteran, konsep berpikir logis,

kritis dan etis dalam memahami fakta, fenomena ilmu dan teknologi kedokteran serta menerapkan Ilmu Kedokteran sebagai proses pembelajaran berkelanjutan. Keterampilan

Belajar dimaksudkan dapat membantu mahasiswa dalam hal memahami cara belajar efektif

masing-masing individu dan cara efektif mengakses informasi secara umum termasuk melalui situs internet.

Page 50: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Metodologi 2 merupakan proses pembelajaran teori dan praktikum tentang kritisi artikel ilmiah bidang kesehatan. Pembahasan difokuskan pada praktek kritisi konsep

kausalitas dalam artikel ilmiah yang banyak mendasari penemuan baru dalam keilmuan dan teknologi kedokteran (”Evidence-Based Medicine”).

Metodologi 3 atau Metodologi Riset, memberikan dasar kemampuan intelektual

yang terbentuk dari kemampuan berkomunikasi dan berpikir ilmiah sehingga mampu berpikir

kritis dan menemukan pemecahan permasalahan secara ilmiah. Fokus bahasan dari mata kuliah ini meliputi dasar ilmiah melakukan penelitian, penulisan perumusan masalah,

pengembangan kerangka konsep termasuk hipotesis penelitian, dan perancangan desain

penelitian guna menjawab permasalahan penelitian. Luaran MK Metodologi-3 adalah proposal penelitian yang diharapkan menjadi dasar penyusunan Tugas Akhir mahasiswa.

5.2.2 Tujuan Kompetensi

Setelah pembelajaran Metodologi 1 diharapkan mahasiswa mampu:

1) menjelaskan konsep dan ruang lingkup ilmu pengetahuan dan penelitian kedokteran

2) memahami etika dalam penelitian kedokteran

3) mengidentifikasi dan mengelaborasi sumber ilmu dan pengetahuan dalam praktek

kedokteran

4) memberikan analisis kritis, logis dan etis terhadap ilmu pengetahuan, permasalahan

kesehatan dan praktek profesi kedokteran

5) mengidentifikasi sumber-sumber pengetahuan dan informasi ilmiah

6) menjelaskan peran perpustakaan dan internet sebagai sumber informasi & permasa-lahan

ilmiah

7) menjelaskan strategi pencarian artikel ilmiah di perpustakaan dan internet, membaca

artikel secara kritis dan efektif

8) membuat tulisan dan presentasi yang baik dan benar. Setelah pembelajaran Metodologi 2 diharapkan mahasiswa mampu:

Melakukan kritisi dan mengevaluasi hubungan kausalitas terhadap artikel ilmiah dalam

bidang medis (informasi medis berdasarkan bukti) serta penggunaannya dalam

membantu pengambilan keputusan klinik.

Setelah pembelajaran Metodologi 3/Metodologi Riset diharapkan mahasiswa mampu:

1) mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan mampu merancang upaya pemecahan

permasalahan kesehatan tersebut ke dalam bentuk penulisan proposal penelitian dengan

menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang benar.

2) melakukan publikasi ilmiah.

5.2.3 Proses Pembelajaran

Metodologi 1 dibelajarkan dalam bentuk tatap muka dan secara berkelompok

mahasiswa diberi tugas menyusun karya ilmiah sederhana menggunakan metode ilmiah yang

berisi kritik etik terhadap masalah kesehatan di masyarakat. Tugas kelompok diseminarkan pada akhir pembelajaran. Evaluasi hasil belajar adalah gabungan antara nilai ujian, karya

ilmiah dan seminar.

Metodologi 2 dibelajarkan dalam bentuk tatap muka dan diskusi kelompok kecil dalam

menyelesaikan tugas-tugas modul. Mahasiswa secara individu membuat laporan tugas kritisi

Page 51: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

ilmiah terhadap laporan penelitian tentang bidang kesehatan klinik dan masyarakat (agen

etiologik/patomekanisme/diagnosis/terapi/prognosis). Evaluasi hasil belajar adalah gabungan antara nilai ujian, tugas dan diskusi.

Metodologi 3 difokuskan pada pengembangan proses berpikir ilmiah melalui proses

penelitian yang dituangkan dalam bentuk penulisan perencanaan kajian suatu permasalahan

atau proposal. Metodologi 3 dibelajarkan dalam bentuk kuliah dan bimbingan dalam penyusunan serta presentasi proposal penelitian. Evaluasi hasil belajar adalah gabungan

antara nilai ujian teori dan nilai proposal.

5.3 Tugas Akhir

5.3.1 Batasan Tugas Akhir merupakan karya ilmiah dalam bidang/cabang ilmu tertentu yang ditulis

berdasarkan hasil penelitian laboratorik maupun lapangan, studi kepustakaan, atau tugas lain

yang telah ditentukan oleh Fakultas. Pelaksanaan Tugas Akhir adalah wajib ditempuh mahasiswa PSPD FKUB sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.

5.3.2 Syarat-syarat melaksanakan Tugas Akhir a. Terdaftar sebagai mahasiswa pada tahun akademik yang bersangkutan

b. IP Kumulatif sekurang-kurangnya 2,00 c. Telah lulus matakuliah Metodologi Riset dengan nilai sekurang-kurangnya C.

5.3.3 Waktu penyelesaian Tugas Akhir

a. Tugas Akhir dilaksanakan pada Semester VI dan atau selambat-lambatnya selesai pada

akhir Semester VII.

b. Perpanjangan waktu harus mendapatkan persetujuan Dekan / Ketua Jurusan dengan tata

cara yang ditentukan oleh Fakultas.

5.3.4 Bimbingan Tugas Akhir

a. Jumlah Pembimbing Seorang mahasiswa yang melaksanakan Tugas Akhir, dibimbing oleh dua orang yang

terdiri dari 1 (satu) orang Pembimbing I dan 1 (satu) orang Pembimbing II. Penyimpangan persyaratan di atas ditentukan oleh Dekan atas usul Tim Tugas Akhir.

b. Penentuan Pembimbing

1) Dekan menentukan Pembimbing I dan Pembimbing II atas usul Tim Tugas Akhir.

2) Pembimbing II dapat berasal dari luar Fakultas selama diperlukan

3) Dosen luar biasa atau dosen tamu dapat diusulkan menjadi Pembimbing I atau Pembimbing II.

c. Syarat Pembimbing

1) Pembimbing I adalah dosen yang memiliki kepangkatan serendah-rendahnya Lektor bagi pemegang ijazah minimal S2 (Magister); atau Asisten Ahli bagi pemegang ijazah

S3 (Doktor); atau Spesialis; atau Spesialis Konsultan.

2) Pembimbing II adalah dosen dengan kepangkatan serendah-rendahnya Lektor bagi pemegang ijazah minimal S2 (Magister); atau Asisten Ahli bagi pemegang ijazah S3

(Doktor); atau Spesialis; atau Spesialis Konsultan .

d. Tugas dan Kewajiban Pembimbing

1) Tugas dan kewajiban Pembimbing I adalah:

Membantu mahasiswa dalam mencari permasalahan yang dijadikan dasar

penyusunan Tugas Akhir

Membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan Tugas Akhir

Membimbing mahasiswa dalam penulisan Tugas Akhir.

Page 52: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

2) Tugas dan kewajiban Pembimbing II adalah membantu Pembimbing I dan melengkapi

pembimbingan Tugas Akhir mahasiswa.

5.3.5 Proses penyusunan Tugas Akhir

a. Mahasiswa mengajukan judul penelitian pada saat pembelajaran Metodologi Riset,

kemudian melalui pembimbingan oleh 1 (satu) orang fasilitator akan disusun proposal

Tugas Akhir.

b. Fasilitator pada matakuliah Metodologi Riset tersebut selanjutnya akan bertindak sebagai

Pembimbing I dalam pelaksanaan Tugas Akhir.

c.Di dalam proses pelaksanaan Tugas Akhir, mahasiswa akan mendapatkan Pembimbing II

yang distribusinya diatur oleh Tim Pengelola Tugas Akhir.

d. Mahasiswa harus mendapatkan pernyataan layak etik dari Tim Kelayakan Etik Penelitian

apabila penelitian Tugas Akhir menyangkut manusia dan hewan coba.

e. Setelah selesai melaksanakan penelitian /penelusuran studi pustaka yang ditulis dalam

bentuk naskah Tugas Akhir, hasilnya akan diuji oleh Tim Penguji.

5.3.6 Ujian Tugas Akhir

a. Ujian Tugas Akhir program Sarjana bersifat komprehensif. Yang dimaksud komprehensif

adalah penguji boleh mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengingatkan kembali materi

pembelajaran Dasar Kedokteran.

b. Ujian Tugas Akhir dilaksanakan secara lisan dan bertujuan untuk mengevalasi mahasiswa

dalam penguasaan ilmu dan penerapan teknologi sesuai dengan bidang yang dikaji.

c.Majelis Penguji ditetapkan oleh Dekan atas usul Tim Pengelola Tugas Akhir.

d. Susunan Majelis Penguji terdiri dari Pembimbing I & II sebagai anggota, dan seorang

penguji di luar pembimbing merangkap sebagai Ketua.

e. Ketua Penguji adalah dosen / tenaga lain yang berkompeten dibidangnya yang ditentukan

oleh Dekan atas usul Tim Pengelola Tugas Akhir.

f. Tugas Majelis Penguji:

1) Ketua Penguji bertugas memimpin dan mengatur kelancaran pelaksanaan ujian

2) Majelis Penguji bertugas menguji dan memberikan penilaian pada kandidat Sarjana

Kedokteran

3) Menentukan kelulusan kandidat Sarjana Kedokteran dan menyampaikan hal-hal yang

terkait dengan penyelesaian pelaksanaan Tugas Akhir

4) Menentukan tugas-tugas/ ketentuan lain yang harus dipenuhi oleh kandidat yang

dinyatakan tidak lulus.

5.3.7 Waktu Ujian Tugas Akhir

a. Waktu yang disediakan untuk ujian Tugas Akhir Sarjana Kedokteran sebanyak-banyaknya

adalah 2 (dua) jam.

b. Mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam Berita Acara Ujian Tugas Akhir diperbolehkan

mendaftar yudisium Sarjana. 5.3.8 Penyusunan Tugas Akhir berbahasa Inggris

a. Bagi mahasiswa yang menyusun Tugas Akhir menggunakan bahasa Inggris, diberikan satu

pembimbing tambahan (Pembimbing III) dari Laboratoriunm Bahasa Inggris.

b. Pembimbing III bertugas memberikan bimbingan dalam hal penyusunan kalimat meng-

gunakan kaidah bahasa Inggris yang baik dan benar

c. Pembimbing III tidak menjadi penguji pada ujian Tugas Akhir.

Page 53: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

5.3.9 Karya Tulis Ilmiah pengganti Tugas Akhir

a. Karya tulis ilmiah yang berupa penelusuran studi pustaka yang dinyatakan menang di

tingkat Universitas Brawijaya dalam rangka mengikuti lomba karya tulis ilmiah dapat

diterima sebagai pengganti Tugas Akhir tanpa melalui ujian Tugas Akhir.

b. Karya ilmiah kreatif tertulis dalam bidang ilmu yang sesuai, yang disusun mahasiswa

dibawah pengawasan dan arahan dosen yang berkompeten, yang disajikan dalam suatu

seminar nasional/internasional dapat diakui setara dengan Tugas Akhir.

c. Karya tulis ilmiah berupa penelitian yang didanai dan dinyatakan layak mengikuti PIMNAS

yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dapat menggantikan karya tulis

ilmiah Tugas Akhir tanpa melalui ujian Tugas Akhir.

d. Karya tulis ilmiah pada butir a s/d c diatas diserahkan kepada Tim Pengelola Tugas Akhir

dalam bentuk format Tugas Akhir yang telah ditetapkan, dengan menyertakan SK Dekan.

5.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa(PKNM)

5.4.1 Batasan

PKNM merupakan bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan Pokmas (Kelompok Masyarakat) atau

Masyarakat Mitra Kegiatan (Masyarakat Kampus atau di luar kampus), dan secara langsung mengidentifikasi serta berupaya ikut menangani masalah-masalah yang dihadapi pokmas

tersebut. Kegiatan PKNM merupakan kegiatan intrakurikuler. PKNM merupakan bentuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Fakultas Kedokteran UB yang dimaksudkan untuk memberikan

pengalaman belajar dan pengalaman kerja nyata, serta mendewasakan kepribadian dan

memperluas wawasan mahasiswa.

5.4.2 Tujuan Kompetensi Melalui kegiatan PKNM mahasiswa diharapkan mampu menguasai:

Pemahaman pendekatan interdisiplin

Pemahaman manfaat IPTEK tepat guna dan keterampilan penerapannya

Pemahaman kehidupan masyarakat dan permasalahannya

Pemberdayaan cara berpikir profesional dan kepedulian sosial 5.4.3 Pelaksanaan Pembelajaran

Pada prinsipnya PKNM merupakan program yang banyak terkait dengan kegiatan pengabdian masyarakat namun termasuk dalam kegiatan akademis. Kegiatan pengabdian masyarakat

sendiri adalah semua kegiatan di luar kegiatan penelitian dan kegiatan penelitian. Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan bagian dari program Pengembangan Masyarakat

(community development). Kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat dimaksudkan untuk

tercapainya perilaku sehat yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dari PKNM yang berkesinambungan diharapkan dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku

masyarakat secara sustainable. 5.4.3.1 Unsur PKNM Kegiatan-kegiatan dalam PKNM hendaknya mengandung unsur kegiatan berikut:

a. Pelayanan Masyarakat (community services)

Pelayanan kepada masyarakat dimaksudkan sebagai kegiatan public outreach untuk lebih memperkenalkan keberadaan PKNM kepada masyarakat luas baik yang menjadi sasaran

langsung maupun bukan sasaran langsung dari kegiatan. Pelayanan masyarakat ini dapat berupa: pencegahan primer, pencegahan sekunder

(tindakan kuratif), pencegahan tersier (rehabilitatif).

b. Pemberdayaan Masyarakat (community empowering)

Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan ini meliputi: pelatihan untuk meningkatkan skill, wawasan, mengubah mindset, atau untuk meningkatkan penghasilan, pendampingan masyarakat secara berkala bagi

Page 54: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

keluarga rawan gizi, pembentukan kader dari kalangan masyarakat setempat, kunjungan

lapangan bagi masyarakat, studi banding bagi masyarakat.

c. Hubungan Masyarakat (community relation)

Kegiatan ini berkaitan dengan pengembangan kesepahaman yang dilakukan melalui komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak terkait.

Kegiatan ini meliputi: penyuluhan kesehatan secara langsung kepada masyarakat, dan penyelenggaraan konsultasi kesehatan di sekolah.

5.4.3.2 Bentuk Kegiatan PKNM

Kegiatan PKNM meliputi 2 kegiatan yaitu ”Pembekalan” dan ”Kegiatan Lapangan”. a. Pembekalan, terdiri dari:

Latihan pembekalan yang diberi beban 1 sks

Evaluasi pembekalan berupa ujian pembekalan yang akan diperhitungkan dalam nilai akhir pembekalan

Mahasiswa dengan SKK (satuan kredit kegiatan) lebih dari 3 tetap wajib mengikuti pembekalan dan ujian pembekalan.

b. Kegiatan Lapangan:

Beban kegiatan lapangan adalah 2 sks yang diselesaikan dalam 1 (satu) semester, dihitung

8 jam per hari yang setara dengan 10 hari per 1 sks. Bagi mahasiswa yang mengumpulkan SKK ≥ 3 dapat menggantikan 1 sks kegiatan lapangan. SKK sama dengan 3 adalah apabila

mengikuti PK2Maba dan Krida Mahasiswa (wajib hadir 80%), serta mengikuti 3 dari

kegiatan kemahasiswaan sebagai berikut: penalaran, bakat-minat, organisasi, olahraga, seni, bakti sosial/pengabdian masyarakat.

Kegiatan lapangan PKNM terdiri dari: 1) Diagnosis awal di komunitas

2) Pembuatan proposal

3) Kegiatan intervensi di komunitas

4) Pembuatan laporan

5) Presentasi di kampus.

Page 55: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab VI

KETERAMPILAN (SKILL) DAN KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL)

6.1 Keterampilan & Keterampilan Klinik

6.1.1 Batasan

a. Keterampilan Klinik, menurut Konsil Kedokteran Indonesia, adalah kegiatan mental dan

atau fisik yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung

dari awal hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter, lulusan dokter perlu

menguasai keterampilan klinik yang akan digunakan dalam membangun diagnosis maupun

menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinik ini perlu dilatihkan sejak awal

pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.

Keterampilan Klinik (clinical skill) merupakan bagian dari kompetensi dokter dalam hal

keterampilan mengaplikasikan Ilmu Kedokteran terhadap seorang pasien berdasarkan

prosedur kedokteran dalam setting praktik klinik (clinical procedure). b. Profesionalisme Dokter ditentukan dari kemampuannya mengintegrasikan ketiga

keterampilan tersebut bersama-sama dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai

dokter. c.Kompetensi Dokter menyiratkan integrasi 3 jenis keterampilan: 1) keterampilan menguasai

ilmu kedokteran, 2) keterampilan pelayanan untuk melakukan tindakan kedokteran sesuai

dengan ilmu kedokteran berdasarkan prosedur kedokteran terhadap pasien dalam praktik

klinik maupun terhadap komunitas dan keluarga dalam praktik di masyarakat, dan 3)

keterampilan bersikap serta beperilaku sebagai dokter dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dibidang kedokteran dan kesehatan.

1) Keterampilan menguasai Ilmu Kedokteran, disebut pula sebagai Keterampilan

Intelektual, adalah keterampilan mengakses, mengumpulkan, menganalisis, mensintesis,

menyimpulkan, menyampaikan kesimpulan mengenai Ilmu Kedokteran untuk

dimanfaatkan dalam praktik di klinik, praktik di masyarakat, maupun dalam konteks

pengembangan ilmu. 2) Keterampilan Pelayanan kepada Masyarakat dalam konteks individu, keluarga,

masyarakat tertentu, dan bangsa merupakan bagian dari kompetensi dokter dalam

mengaplikasikan ilmu kedokteran berdasarkan prosedur kedokteran dalam setting

kesehatan masyarakat (community health services). 3) Keterampilan Bersikap dan Berperilaku merupakan bagian dari profesionalisme dokter

dalam berkomunikasi dengan pasien dan komunitas dalam berbagai setting (anak,

dewasa, orangtua, situasi pasien/komunitas yang spesifik) dalam praktik klinik dan

pelayanan komunitas.

6.1.2 Tujuan Pembelajaran (Learning Objectives)

Pengembangan Keterampilan Klinik bertujuan mencapai kompetensi:

a. Belajar sepanjang hayat khususnya mampu belajar cara belajar

b. Berkomunikasi secara ilmiah khususnya berfikir kritis dan analitis

Page 56: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

c. Berkolaborasi, menyatakan pendapat, menghargai perbedaan pendapat, dan bekerja

dalam satu tim

d. Melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan

biomedik, kedokteran dan kesehatan

e. Berkomunikasi dengan efektif kepada pasien dan keluarganya, serta dengan sejawatnya

dalam mengidentifikasi permasalahan dan memberikan pelayanan yang efektif

f. Berperilaku dan bertindak profesional kepada pasien dan kepada sejawatrnya

g. Melakukan interview medis untuk mengumpulkan informasi/temuan klinis yang relevan

dan mengidentifikasi perspektif pasien

h. Melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penemuan-penemuan penting

sambil tetap memelihara dan menjaga harga diri (patient‟s dignity) pasien

i. Menganalisis informasi klinis menuju diagnosis dan rancangan terapi

j. Menyampaikan informasi klinis dan kesimpulan-kesimpulannya dengan tepat dalam

laporan lisan maupun tertulis

k. Mengembangkan „self-awareness‟ terkait sikap, kepercayaan, keyakinan, dan perilaku

seseorang yang dapat mempengaruhi prakteknya sebagai dokter.

6.1.3 Macam Keterampilan dan Pembelajarannya

6.1.3.1 Keterampilan menguasai Ilmu Kedokteran

Keterampilan ini merupakan akumulasi keterampilan: penguasaan teknologi informatika,

berfikir kritis, berfikir analitis, berfikir skeptis yang teratur, berfikir sistimatis,

mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

Dalam konteks implementasi KBK di Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, keterampilan

ini dibelajarkan melalui:

a. Modul Blok. Modul dalam sebuah blok disampaikan dan atau diakses mahasiswa

sebelum pembelajaran blok yang bersangkutan dimulai. Di dalam modul disampaikan

sejumlah tugas modul (modul task) yang harus dikerjakan mahasiswa sebelum

pembelajaran blok itu dimulai. Pemberian tugas modul ini merupakan bentuk

pembelajaran “student active learning” yang sekaligus bertujuan menyiapkan

mahasiswa sebelum pembelajaran melalui diskusi maupun kuliah (menyiapkan prior

knowledge).

b. Problem-based Learning (PBL). PBL-hybrid diberikan kepada mahasiswa untuk

berlatih keterampilan belajar (learning how to learn), belajar sistimatis,

mengidentifikasi masalah kedokteran dibalik fenomena yang timbul di lapangan,

menyusun hipotesis terhadap sebab maupun dampak suatu masalah kedokteran,

menetapkan tujuan belajar, merancang dan melakukan “self-inquiry” untuk

membuktikan hipotesis yang dibangun, mendiskusikan hasil pencarian sendiri (inquiry)

dengan sesama mahasiswa.

6.1.3.2 Keterampilan Klinis (Clinical Skill)

Dalam praktik klinik sehari-hari, seorang dokter mengaplikasikan macam keterampilan

klinik secara sistimatik, yaitu:

a. “History Taking “ dan Keterampilan Berkomunikasi

b. Pemeriksaan Fisik

c. Pemeriksaan Penunjang

d. Membuat Diagnosis

e. Merancang Terapi dan atau Tindakan Medis

f. Membuat Laporan Medik

Page 57: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Pembelajaran Keterampilan Klinik dilakukan bersamaan dan menjadi bagian dari

pembelajaran Blok yang relevan. Pembelajaran berlangsung dalam “Skill Laboratory

System”. Yang dimaksud dengan “Skill Laboratory System” adalah bahwa pembelajaran keterampilan klinis dilakukan secara terintegrasi baik di gedung Labskill, di ruang-ruang

praktikum Laboratorium terkait dengan proses pengayaan (enrichment) penguasaan Blok, di Laboratorium Sentral Biomedik FKUB, di Klinik dan Ruang Rawat Inap RS

Pendidikan dan RS afiliasi/satelit Lahan Pendidikan, dan di Masyarakat.

6.1.3.3 Keterampilan Pelayanan Kepada Masyarakat

Terdiri dari keterampilan memberikan informasi dan pelayanan kesehatan preventif,

kuratif, rehabilitatif, dan promotif kepada msyarakat dalam konteks individu, keluarga,

dan komunitas tertentu.

Pembelajaran Keterampilan Pelayanan Masyarakat dilaksanakan sesuai dengan blok-blok

yang terkait. Dapat pula dilaksanakan dalam kaitan dengan Program Elektif dan atau

Program “Community Placement” (termasuk Program Kerja Nyata Mahasiswa) oleh

Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Pencegahan (IKM-KP).

Dalam konteks Pencapaian “The Five Star Doctor” (WHO, 2000), pembelajaran ini

dimaksudkan juga sebagai pembelajaran untuk mencapai kompetensi: “Care Provider”,

“Decision Maker”, “Communicator”, “Community Leader”, dan “Manager”.

6.1.3.4 Keterampilan Bersikap dan Berperilaku

Terdiri dari keterampilan bersapa salam, berbicara sopan, berlaku santun, ber-etika,

memimpin, dipimpin, berkolaborasi, dalam ikatan sebagai sesama manusia, sesama

warga, dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.

Keterampilan ini dibelajarkan dalam konteks pembelajaran Humaniora, Bioetik, dan

Kode Etik Kedokteran, Komunikasi efektif, dan eksplisit dalam pembelajaran

Keterampilan Klinik.

6.2 Keterampilan Klinik (Clinical Skill)

6.2.1 Jenis Pembelajaran Keterampilan Klinik

Pembelajaran Keterampilan Klinik KBK PS Pendidikan Dokter FKUB meliputi:

a. Pada Semester I-II

1) Dasar-dasar Keterampilkan Berkomunikasi

2) Dasar-dasar Anamenesis (“General History Taking”)

3) Dasar-dasar Pemeriksaan Fisik

4) Pemeriksaan Fisik Dasar: “General Survey” dan “ Vital Sign”

5) Ketrampilan “ Basic Life Support”

b. Pada Semester III – VII

1) “History Taking” khusus pada setiap Sistim

2) Pemeriksaan Fisik khusus setiap Sistim

3) Pemeriksaan Penunjang / Prosedur Diagnostik pada setiap Sistim, meliputi:

Prosedur Teknis

Prosedur Laboratorik

4) Pelaporan (Reporting):

Oral

Tertulis

Page 58: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

6.2.2 Organisasi Pembelajaran Keterampilan

Pembelajaran keterampilan dilakukan dalam suatu “Skill Laboratory System” yaitu sistim

terpadu pemanfaatan seluruh sarana/prasarana pembelajaran untuk pembelajaran keterampil-

an klinik. “Skill Laboratory System” terdiri dari:

1) Gedung Laboratorium Keterampilan (Labskill) beserta seluruh fasilitas pembelajaran

didalamnya

2) Laboratorium untuk kegiatan praktikum

3) Laboratorium untuk kegiatan pelayanan publik

4) Rumahsakit Pendidikan dan atau RS afiliasi/satelit

5) Laboratorium Sentral Biomedik.

Organisasi pembelajaran keterampilan dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut.

Organisasi Pembelajaran

SKILL

Skill-Laboratory System

RANCANGANMateri - Tim Trainer – Jadwal

Sarana/prasarana – Instrumen PBM

Tim SkillTim Blok

Kepala

Laboratorium

Kontributor Skill Blok

Anggota Tim Skill

JURUSAN

PROSES PEMBELAJARANOverview - Training

EVALUASI HASIL TRAINING

Koordinasi SDM

Trainer

Koordinasi Pra/Sarana

Gambar 6.1 Organisasi Pembelajaran Keterampilan

a. Dalam konteks Pembelajaran Ketrerampilan Klinik, Jurusan mmembawahi dan

mengkoordinasikan kinerja 2 tim, masing-masing Tim Blok dan Tim Skill.

b. Tim Blok adalah tim yang berfungsi merancang, menyusun, dan mengimplemen-

tasikan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar pada setiap Blok. Dalam konteks

pembelajaran Keterampilan Klinik, tim Blok harus: 1) menyusun rancangan

pembelajaran keterampilan klinik menyangkut tema Blok, 2) melaksanakan,

menjelaskan, mendemonstrasikan dan mengevaluasi Keterampilan Klinik pada

Page 59: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

tingkat kemampuan Miller 1, 2, 3, 4; dan 3) bekerjasama dengan Tim Skill dan

Laboratorium Klinik dalam pembelajaran di Labskill maupun saat rotasi klinik.

c. Organisasi Tim Blok terdiri dari: seorang Ketua yang menjadi Koordinator Blok/

Penanggungjawab MKK (PJMK) yang bertanggung jawab kepada Jurusan; seorang

sekretaris Tim Blok, beberapa orang anggota Tim Kontributor Blok yang bertugas

menyusun dan mengembangkan buku Blok dan modul pembelajaran Blok

termasuk Modul Pembelajaran Keterampilan Klinik yang akan dibelajarkan dibawah

koordinasi Tim Skill (bila pembelajarannya di Labskill) atau dibawah Kepala

Laboratorium (bila dibelajarkan dalam konteks rotasi klinik).

d. Tim Skill adalah tim yang berfungsi: 1) merancang, mengalokasikan tempat dan

waktu, mengkoordinasikan pembelajaran keterampilan klinik di Labskill.

Pembelajaran keterampilan klinik dalam kerangka rotasi klinik tidak menjadi

tanggungjawab tim ini melainkan oleh Laboratorium Klinik yang bersangkutan, 2)

mengeluarkan Surat Keterangan tercapai atau belum tercapai nya kompetensi

keterampilan klinik mahasiswa saat belajar di Labskill.

e. Tim Blok dan Tim Skill menunjuk staf dosen sebagai Tim Pelatih (trainer) yang akan

membelajarkan dan mengevaluasi keterampilan klinik di Labskill. Kepala

Laboratorium Klinik menugaskan staf dosen di Laboratoriumnya untuk

membelajarkan keterampilan klinik dalam rangka rotasi di Laboratorium terkait.

f. Dalam konteks pembelajaran Keterampilan Klinik, Kepala laboratorium menugaskan

Penanggung Jawab Pembelajaran (PJP) untuk bergabung dengan Tim Skill dalam hal

merancang, melaksanakan, mengevaluasi keterampilan klinik dibawah koordinasi

Tim Blok.

g. Koordinator Labskill menyediakan pra/sarana pembelajaran sesuai dengan keperluan

Tim Skill. Sarana dimaksud adalah sarana pembelajaran yang dimiliki Labskill

termasuk instrumen observasi keterampilan.

h. Jika disimpulkan, koordinasi pembelajaran Keterampilan Klinik adalah sbb.:

1) Jurusan mengkoordinasikan Tim Blok dan Tim Skill

2) Kepala Laboratorium menyediakan staf dosen di Laboratoriumnya untuk

diusulkan/ditetapkan menjadi anggota tim pembelajaran keterampilan klinik di

Labskill melalui Surat Tugas Jurusan. Kepala Laboratorium menetapkan staf

dosen di laboratoriumnya untuk membelajarkan dan mengevaluasi keterampilan

klinik dalam rotasi klinik dibagiannya. Hasil evaluasi keterampilan klinik di

laboratorium/bagian bersama hasil evaluasi pembelajaran dalam rangka rotasi,

ditentukan oleh Kepala Laboratorium dan dinyatakan sebagai lulus atau tidak

lulus dalam rotasi dibagiannya.

3) Tim Blok bertanggungjawab akan isi materi pembelajaran keterampilan klinik

termasuk menyusun instrumen evaluasi proses dan luaran (output) pembelajaran

keterampilan klinik untuk disimpan dan digandakan oleh Koordinator Labskill.

4) Tim Skill bertanggungjawab atas koordinasi penyelenggaraan pembelajaran

Keterampilan klinik di Labskill.

5) Koordinator Labskill bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran

keterampilan klinik yang dijadwalkan Tim Skill termasuk sarana/prasarana dan

instrumen observasi dan evaluasi keterampilan klinik terkait.

6) Rancangan, pembelajaran, dan evaluasi keterampilan dilakukan oleh Tim Blok dan

anggota Tim Skill.

Page 60: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

7) Hasil evaluasi keterampilan klinik dalam bentuk skor disampaikan kepada Ketua

Tim Blok untuk bersama-sama dengan hasil pembelajaran Blok lainnya diukur dan

dikonservasikan kedalam Nilai Kompetensi Blok terkait.

8) Tim Skill mengevaluasi dan mengeluarkan Surat Keterangan tercapai atau tidak

tercapainya kompetensi keterampilan klinik.

6.2.3 Tingkat Kemampuan Keterampilan Klinik

Daftar keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau departemen terkait. Pada

setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat kemampuan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows, does) yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir

pendidikan. Pembelajaran keterampilan klinik disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang

harus dimiliki seorang dokter umum dalam praktik klinik. Tingkat kemampuan keterampilan klinik didasarkan pada konsep Piramida Miller, sebagai

berikut :

a. Tingkat Kemampuan 1: Mengetahui dan Menjelaskan

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat

menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.

Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah tanggungjawab tim blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul blok. Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).

b. Tingkat Kemampuan 2: Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu,

selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini. Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul blok. Demonstrasi dapat dilakukan oleh tim Blok di ruang kelas atau ruang Labskill (per Sistim). Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).

c. Tingkat kemampuan 3: Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah

supervisi

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,

teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama

pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.

Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul blok. Demonstrasi baik dalam bentuk simulasi manekin maupun simulasi pasien dilakukan oleh tim Blok di ruang kelas atau ruang Labskill (per Sistim) dibawah koordinasi Tim Blok. Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).

d. Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama

pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah

menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter

secara mandiri. Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul blok. Demonstrasi baik dalam bentuk simulasi manekin maupun pasien “volunteer” atau

Page 61: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

“standardized“ dilakukan oleh Tim Blok di ruang kelas, ruang Labskill (per Sistim) dibawah koordinasi Tim Blok, dan dibawah koordinasi Kepala Laboratorium Klinik yang bersangkutan apabila dalam rotasi klinik. Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (Blok). Skor skill digabungkan kedalam Nilai MKK dengan pembobotan tertentu untuk menjadi bagian dari Nilai Kompetensi, sedang Tim Skill memberikan keterangan tercapai atau tidak tercapainya kompetensi keterampilan klinik Miller 4 ini (lihat Bab Evaluasi).

6.2.4 Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi dibelajarkan dalam 2 fase pendidikan.

Fase pertama, yaitu pada paruh pertama Semester I diberikan Dasar Komunikasi.

Materi ini disampaikan dalam bentuk kuliah/tatap muka tentang Konsep & Prinsip

Komunikasi, dan praktik keterampilan di Labskill tentang komunikasi dokter-pasien.

Pembelajaran keterampilan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok didampingi Tutor

Komunikasi bertempat di Labskill atau tempat lain yang disediakan oleh Koordinator Labskill.

Selama proses pembelajaran, dilakukan observasi menggunakan instrumen observasi Praktik

Keterampilan Komunikasi. Setiap kali pembelajaran diakhiri dengan pemberian umpan-balik

(feedback). Tutor menuliskan skor dalam lembar obervasi, menandatangani dan

menyerahkannya kepada PJMK Komunikasi.

Fase kedua, keterampilan komunikasi diintegrasikan kedalam pembelajaran “History

Taking”. Pengintegrasian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang, bahwa pada dasarnya

“History Taking” menyangkut anamnesis tentang apa yang akan ditanyakan/ informasi yang

akan dicari, sedangkan “Communication Skill” menyangkut bagaimana menanyakan/mencari

informasinya. Keduanya akan bersinergi dalam membentuk kompetensi keterampilan

bertanya/menggali informasi. “History Taking” akan menjadi optimal bila dilakukan dengan

cara berkomunikasi yang efektif. Sebaliknya sangat sukar menggali informasi apabila cara

berkomunikasi tidak efektif apalagi sampai menimbulkan penolakan (rejection) pasien untuk

memberi informasi. Informasi yang disampaikan pasien umumnya dalam bentuk/istilah

keseharian, sepenggal-sepenggal, dan karena kultur kadang-kadang bahkan tidak

disampaikan meskipun sesungguhnya merupakan informasi vital yang ingin diperoleh dokter.

Sementara itu, dokter tentu tidak dapat menggunakan terlampau banyak istilah medis yang

tidak diketahui oleh pasien, sehingga “History Taking” tidak akan maksimal. Pada Semester

III dan selanjutnya, “History Taking” dan Komunikasi dibelajarkan sesuai dengan sistim

terkait.

6.2.5 Dasar-Dasar Anamnesis (“General History Taking” )

Materi integrasi antara “Communication Skill” dan “History Taking” harus merupakan

“milestone“ dalam melakukan anamnesis, terdiri dari:

a. Aspek Komunikasi

1) Persiapan Anamnesis

Relaksasi diri, mereview catatan medik sebelumnya, menyiapkan catatan

2) Menetapkan urutan anamnesis: dimulai dari membuka interview, bertutur dan bersikap

selama interview, menutup interview, dan mengkomunikasikan hasil interview dan

rancangan tindakan yang akan diambil kepada pasien

3) Membangun hubungan dengan pasien

Teknik anamnesis meliputi: menjadi pendengar aktif, pertanyaan terarah, komunikasi

non verbal, respons empati, validasi informasi, menyimpulkan, menguatkan hati

pasien.

4) Menyesuaikan interview pada kondisi spesifik

Page 62: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Keterampilan menghadapi pasien: diam tak mau berkomunikasi, bingung, kapasitas

berbicara terbatas, banyak bicara, marah, tersinggung, berbeda bahasa dasar,

kurang

cerdas, agak tuli, buta, intelegensi terbatas, atau membutuhkan nasihat pribadi

5) Mengkomunikasikan topik sensitif

Berkomunikasi tentang hal-hal sensitif seperti riwayat seksual, kesehatan mental,

pengguna alkohol dan narkoba, kekerasan dalam keluarga, kasus kritis menuju

kematian.

b. Aspek sosial dalam interview

Kemampuan menyikapi perbedaan budaya,gender, pasien baru/lama.

c. Tujuh (7) Aspek “History Taking”

1) Identifikasi data dan sumber anamnesis: usia, gender, pekerjaan, status perkawinan,

otoanamnesis / heteroanamnesis

2) Keluhan Utama

3) “Present Illness”

4) Riwayat Penyakit

5) Riwayat Keluarga

6) Riwayat Diri dan Sosial

7) Review Sistem

6.2.6 Pemeriksaan Fisik Dasar (Basic Physical Examination)

Pemeriksaan Fisik Dasar teridiri dari 3 kegiatan pembelajaran yaitu: “General Survey”,

Tanda-Tanda Vital, dan Pemeriksaan Fisik Dasar per Regional

a. “General Survey”

Pemeriksaan fisik dasar meliputi Pemeriksaan Dasar Neonatus, Anak, Remaja, Dewasa,

Wanita Hamil, dan Orangtua menyangkut penampilan umum pasien :

1) Status Mental: kesadaran, cara berjalan dan gerakan motorik, cara berpakaian,

kebersihan pribadi (bau badan dan mulut), ekspresi wajah, fungsi-fungsi kognitif

2) Tanda-tanda distress : cardiac - respiratory distress, nyeri, cemas, depresi

3) Warna dan Lesi pada kulit, rambut, dan kuku

4) Berat dan tinggi badan

5) Obese, cachexia

6) Pemeriksaan “Body Mass Index (BMI)”

Agar supaya keterampilan psikomotorik dapat dikembangkan menjadi kompetensi yang

komprehensif, maka interpretasi lebih lanjut dari “General Survey” yang diperoleh akan

dibelajarkan pada Sistim-Sistim yang terkait misalnya:

1) Status mental di belajarkan lebih lanjut pada Sistim Saraf dan Jiwa

2) Obese, cachexia, berat dan tinggi badan, pemeriksaan BMI dibelajarkan lebih lanjut

pada topik Nutrisi

3) Tanda-tanda distress dibelajarkan lebih lanjut pada Sistim Kardiovaskuler, Sistim

Respirasi, dan Psikiatri.

b. Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan darah

2) Irama dan frekuensi denyut jantung

3) Irama dan frekuensi pernapasan

4) Suhu badan

Page 63: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

5) Situasi khusus: melemah atau tidak terdengarnya suara Korotkoff, arrythmia,

“white coat hypertension “, obese, cachexia

c. Pemeriksaan fisik dasar per regional

Melalui teknik pemeriksaan kardinal (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) terhadap:

1) Kepala dan leher termasuk tiroid

2) Thorax, termasuk: jugular venous pressure, carotid upstrokes and bruits, PMI, suara

jantung ke tiga, murmur, mitral stenosis

3) Paru, payudara, axilla

4) Abdomen

5) Muskuloskeletal: extremitas superior dan inferior

6.2.7 “Clinical Judgement”

Dalam konteks membelajarkan keterampilan mengidentifikasi masalah dan menyusun

diagnosis setelah pembelajaran keterampilan klinis dasar diatas, perlu dibelajarkan langkah-

langkah keterampilan secara berurutan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi temuan abnormal

b. Melokalisasi temuan secara anatomis

c. Menginterpretasi temuan dalam kaitan mempelajari kemungkinan-kemungkinan proses

penyakit (masalah), dan menyusun daftar masalah

d. Menyusun hipotesis terhadap setiap masalah diatas

e. Menguji hipotesis dalam rangka menegakkan diagnosis kerja

f. Mengembangkan rencana tindakan yang disetujui pasien

Pembelajaran keterampilan “Clinical Judgement” dilakukan seusai pembelajaran keterampilan

“History Taking” dan Pemeriksaan Fisik, bersama-sama dengan pembobotan tertentu

menentukan Nilai Keterampilan Klinik Blok terkait (lihat Bab Evaluasi).

6.2.8 Prosedur Diagnostik

Prosedur Diagnostik adalah keterampilan klinis melakukan pemeriksaan penunjang untuk

mendukung penegakan diagnosis. Pembelajaran keterampilan Prosedur Diagnostik meliputi

Keterampilan Prosedural dan Keterampilan Laboratoris.

Daftar Prosedur Diagnostik yang dibelajarkan/dilatihkan sesuai dengan Daftar Prosedur

Diagnostik Konsil Kedokteran Indonesia. Keterampilan Prosedural adalah keterampilan memahami, menjelaskan, mengamati,

melakukan sendiri atau dibawah supervisi (tergantung tingkat kemampuan Miller yang

ditetapkan) mengenai pemeriksaan prosedural untuk mendukung diagnosis. Keterampilan Laboratoris adalah keterampilan melakukan pemeriksaan laboratoris

sederhana untuk mendukung penegakan diagnosis.

Pada Semester I dan II, keterampilan Prosedur Diagnostik dikaitkan dengan pembelajaran

Pemeriksaan Fisik Dasar; sedangkan pada Semester III dan seterusnya, dikaitkan sesuai

dengan keperluan menunjang penegakan diagnostik penyakit-penyakit yang terkait Sistim

yang dibelajarkan.

6.2.9 Pelaporan (“Reporting”)

Keterampilan Klinik membuat Laporan Medik terdiri dari 2 kegiatan:

Page 64: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

a. Laporan Medik Tertulis: menyusun dokumen Medico-legal yang digunakan dokter sehari-

hari dalam follow-up pasien dan rekam medik rumah sakit, maupun dalam praktik klinik.

Laporan ini memuat anamnesis, pemeriksaan fisik, garis besar differential diagnosis dan

rancangan pemeriksaan lanjutan serta pengobatan. Keterampilan ini dibelajarkan dalam

rotasi departemental di ruangan perawatan pasien.

b. Laporan Oral: Dibelajarkan melalui kegiatan rotasi departemental, misalnya dalam

“Morning Report”, dan “Case Presentation”.

6.2.10 “Basic Life Support”

Disebut juga sebagai “Cardio-Pulmonary Rescuscitation (CPR)”, dibelajarkan dalam kerangka

mengatasi kolaps mendadak akibat cardiac arrest dengan memelihara aliran nafas (airway)

dan memelihara perfusi jaringan sampai tindakan definitif dilakukan. Pembelajaran diberikan

pada Semester II di Labskill atau tempat yang ditentukan oleh Koordinator Labskill.

6.3 Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik

Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik, baik “Teacher‟s Guide”, “Students‟

Handbook”, maupun Buku Log (“Students‟work Book” ) disusun oleh tim khusus dibawah

koordinasi Medical Education Unit.

Sebagai rujukan dalam penyusunan tersebut, dapat digunakan buku berikut.

a. Untuk “History Taking”, “Communication Skill”, dan “Pemeriksaan Fisik”

Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking, Wolters

Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.

Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Queens‟s Physical Examination Manual, 6th

Ed.

Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The

Medical History.

AFMC National Clinical Skills Working Group, 2008. Evidence Based Clinical Skills

Document.

b. Untuk “Prosedur Diagnostik”

Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking, Wolters

Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.

AFMC National Clinical Skills Working Group, 2008. Evidence Based Clinical Skills

Document.

Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2A,B,C, Manual:

Clinical Skill.

a. Untuk “Reporting”

Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking, Wolters

Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.

Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills Practice, Phase 2B Manual:

The Case Write Up.

Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The Brief

Presentation.

Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The Oral

Case Presentation.

b. Untuk Pelatihan dengan standardized patient :

Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Clinical Skills, Phase 2B Manual:

Guidelines for Working with Standardized Patients.

Page 65: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab VII

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

7.1 Umum

a. Evaluasi Hasil Belajar Program Studi merupakan bagian dari siklus Manajemen Pembelajaran

Jurusan yang terdiri dari 6 proses, yaitu: Perancangan Pembelajaran, Penyelenggaraan

Pembelajaran, Monitoring Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Umpan Balik Pembelajaran,

dan Umpan Balik bagi Pengembangan Pembelajaran dalam Insitusi Jurusan.

b. Variabel Evaluasi Pembelajaran dalam siklus diatas meliputi: Kurikulum, Dosen, Mahasiswa,

Proses Interaksi Belajar Mengajar, Atmosfir Akademik, dan Sarana/ Prasarana serta Media

Pembelajaran. Variabel-variabel ini merupakan variabel institusional utama yang sangat

mempengaruhi hasil pembelajaran yang dilakukan institusi secara menyeluruh.

c. Evaluasi dalam Bab ini adalah menyangkut Evaluasi Hasil Belajar mahasiswa.

7.2 Tujuan

Evaluasi Hasil Belajar bertujuan untuk:

a. Menentukan keberhasilan belajar berdasarkan pencapaian kompetensi dokter sebagaimana

ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) secara komprehensif meliputi: aspek

kognitif, dan keterampilan bertindak serta bersikap/berperilaku sebagai seorang dokter.

Keberhasilan dinyatakan dengan diberikannya Transkrip Kompetensi dan Sertifikat

Kompetensi sebagai pengakuan atas dicapainya standar kompetensi profesi dokter.

b. Menentukan keberhasilan belajar setiap Disiplin Ilmu Kedokteran. Keberhasilan dinyatakan

dengan diberikannya Transkrip Akademik sebagai bentuk pengakuan kesarjanaan dibidang

kedokteran.

c. Menentukan boleh tidaknya mahasiswa peserta evaluasi melanjutkan pada tahap pendidikan

selanjutnya di Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran FKUB.

7.3 Jenis Evaluasi

a. Evaluasi Hasil Belajar (Evaluasi), untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi pada

masing-masing Blok (termasuk Matakuliah Non-Blok yaitu PBL, Metodologi, Tugas Akhir, dan

PKNM) dan Evaluasi Keberhasilan Studi untuk menentukan boleh tidaknya mahasiswa

peserta evaluasi melanjutkan pendidikannya pada tingkat berikutnya.

b. Sesuai dengan definisi kompetensi, maka evaluasi dilakukan secara integral atas komponen-

komponen kompetensi, masing-masing komponen kognitif dan komponen keterampilan

(psikomotor dan afektif).

c. Evaluasi komponen psikomotorik dan afektif dilakukan dengan evaluasi observasional

menggunakan instrumen observasi. Termasuk dalam evaluasi observasional adalah evaluasi

keterampilan klinik yang meliputi kemampuan psikomotorik dan berperilaku dalam

melakukan komunikasi, “history taking”, mempraktikkan keterampilan teknis dan prosedur

klinik baik dalam setting latihan,simulasi dalam Labskill maupun dalam setting di klinik dan

jejaring pendidikan lainnya.

d. Termasuk dalam evaluasi butir c diatas adalah “Objective Structured Clinical Examination

(OSCE)” dan ujian “Mini-CEX” di setiap Laboratorium klinik.

Page 66: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

e. Evaluasi komponen kognitif dilakukan dengan uji kompetensi secara tertulis dan atau lisan

dalam bentuk Ujian Mata Kuliah Disiplin Ilmu, Ujian Praktikum, dan Ujian Modul.

f. Hasil dari evaluasi seluruh komponen itu menunjukkan tingkat penguasaan atas kompetensi

yang diujikan.

7.4 Evaluasi Hasil Belajar

a. Evaluasi Hasil Belajar terdiri dari Evaluasi Blok, Evaluasi Non-Blok, dan Evaluasi Penunjang.

b. Evaluasi Blok terdiri dari evaluasi komponen Blok: 1) evaluasi Matakuliah Disiplin Ilmu

(Kuliah dan Praktikum) yang berintegrasi dalam Blok terkait, 2) evaluasi Modul Blok, dan 3)

evaluasi keterampilan.

c. Evaluasi Non-Blok terdiri dari Evaluasi PBL, Metodologi, Tugas Akhir, dan PKNM.

d. Evaluasi Penunjang terdiri dari: Perbaikan Ujian Blok, Semester Pendek, Ujian Khusus, dan

Ujian Kemajuan Belajar (Progress test).

e. Evaluasi Hasil Belajar dilakukan dalam 3 tahap: skoring (pemberian angka), grading

(transformasi angka kedalam Nilai), dan pengambilan keputusan (lulus/tidak lulus)

f. Kriteria pembuatan soal sesuai dengan kriteria yang diterapkan Unit Uji Kompetensi Dokter

Indonesia (UKDI) FKUB.

g. Proses Evaluasi masing-masing komponen Blok digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7.1 Proses Evaluasi Komponen Blok

(yang berkaitan dengan MKDI-A)

7.4.1 Evaluasi Hasil Belajar Blok

7.4.1.1 Evaluasi Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI)

a. Evaluasi MKDI meliputi ujian MKDI dan Ujian Praktikum MKDI.

b. Evaluasi MKDI dilakukan oleh Laboratorium terkait, dilaksanakan pada tempat dan

jadwal sesuai jadwal pembelajaran Blok yang disusun oleh Tim Blok dan ditetapkan

oleh Jurusan.

c. Jumlah soal, jenis ujian (MCQ), tingkat kedalaman soal, pembobotan, scoring,

grading dari ujian MKDI ditentukan oleh masing-masing Laboratorium, disusun dalam

bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

UJIAN MKDI-A (TERMASUK

PRAKTIKUM )

UJIAN MKDI-A PADA BLOK-

BLOK LAIN

UJIAN MODUL

MKK (BLOK-X)

ASESMEN SKILL

ASSESSMEN

SKILL

LAINNYA

TRANSKRIP

AKADEMIK

MKDI-A

TRANKRIP

AKADEMIK

MKK/BLOK-X

SERTIFIKAT

KOMPETENSI

Page 67: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

d. Evaluasi Praktikum dirancang dan dilaksanakan oleh Laboratorium terkait, alokasi

waktu di usulkan Laboratorium kepada Tim Blok yang selanjutnya ditetapkan oleh

Jurusan. Tempat pelaksanaan ujian praktikum di Laboratorium masing-masing.

e. Apabila di dalam MKDI dibelajarkan modul MKDI (yang sifatnya non-integrasi), maka

nilai modul tersebut merupakan bagian dari skor kognitif MKDI.

f. Skor Akhir MKDI dihitung dari skor kognitif dan skor praktikum yang pembobotannya

diserahkan kepada Laboratorium masing-masing.

g. Skor Akhir MKDI tidak dikonversikan ke dalam nilai dan menjadi sebagian dari skor

MKK/Blok.

h. Skor akhir MKDI ini juga menjadi bagian untuk diperhitungkan oleh Laboratorium

terkait sebagai bagian Nilai MKDI yang bersangkutan dalam Transkip Akademik.

i. Total skor MKDI baru dikonversikan ke dalam nilai pada Transkrip Akademik (pada

tahap akhir program Sarjana Kedokteran).

7.4.1.2 Evaluasi Modul MKK

a. Ujian Modul MKK (modul terintegrasi) dilakukan oleh Tim Blok/MKK, dilaksanakan

pada tempat dan jadwal sesuai jadwal pembelajaran Blok yang disusun oleh Tim

Blok dan ditetapkan oleh Jurusan.

b. Materi ujian adalah kontribusi materi dari MKDI yang berintegrasi dengan jumlah

soal masing-masing ditentukan oleh Tim Blok.

c. Jumlah soal, jenis ujian (MCQ), tingkat kedalaman soal, pembobotan, scoring,

grading ujian MKDI ditentukan oleh Tim Blok. Disusun dalam bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris.

d. Konstruksi Ujian Modul diharapkan menyesuaikan dengan konstruksi Ujian

Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).

e. Skor Ujian Modul MKK merupakan bagian dari skor Blok/MKK.

g. Skor Ujian Modul MKK tidak dikonversikan kedalam Nilai.

7.4.1.3 Evaluasi Keterampilan

a. Evaluasi untuk Keterampilan Klinik pada Semester I dan II yang umumnya tidak

termasuk dalam suatu Sistim tertentu dilakukan dengan lembar observasi.

1) Lembar observasi keterampilan klinik disusun berdasarkan variabel-variabel yang

diobservasi dengan menggunakan skor masing-masing pada skala Lickert.

2) Dikonversikan kedalam Nilai dengan pedoman:

Skor > 80 diberi sebutan “lulus (passed)”

Skor ≤ 80 diberi sebutan “gagal (failed)”

3) Nilai konversi digunakan sebagai dasar untuk memberikan Sertifikat Kompetensi.

4) Untuk nilai “gagal (failed)”, dilakukan perbaikan nilai keterampilan pada saat

pembelajaran keterampilan yang sama.

b. Evaluasi keterampilan pada Semester III dan selanjutnya yang berbasis pada Sistim,

merupakan evaluasi terhadap komponen-komponen keterampilan pada setiap

Sistim menggunakan lembar observasi.

1) Komponen evaluasi:

Anamnesis/Keterampilan Berkomunikasi

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

2) Evaluasi komponen diatas ditambah evaluasi Keterampilan Diagnosis, Merancang

Terapi, dan Pelaporan (reporting).

Page 68: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3) Skor keterampilan klinik dalam satu Blok diperhitungkan diantara skor-skor diatas

dengan pembobotan tertentu.

4) Skor keterampilan klinik:

Dikonversikan kedalam nilai “lulus (passed)” dan “gagal (failed)” sebagai dasar

untuk memberikan Sertifikat Kompetensi.

Tanpa konversi, skor ini akan menjadi bagian dari Skor Akhir Blok/MKK.

5) OSCE (Objective Structured Clinical Examination)

Pada akhir setiap Blok diadakan 1 kali OSCE. OSCE dirancang dalam sejumlah

“station” yang mewakili materi skill/Sistim dalam Blok terkait.

6) Skor Akhir Keterampilan pada Blok itu adalah:

Skor Akhir Keterampilan = Skor Keterampilan MKK/Blok + Skor OSCE

2

c. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pembelajaran skill tanpa alasan yang

dibenarkan fakultas, tidak diperbolehkan mengikuti OSCE.

7.4.1.4 Nilai Blok (Nilai MKK / Nilai Kompetensi)

Skor Akhir Keterampilan Klinik pada Semester III dan selanjutnya tersebut diatas

digabung dengan Skor Modul MKK (integrasi) dan MKDI untuk menjadi Skor Akhir Blok

yang ditentukan dengan rumus :

Nilai Blok = 1x Skor MKDI + 2x Skor Modul MKK+ 1x Skor Akhir Keterampilan 4

7.4.2 Evaluasi Hasil Belajar Non-Blok

Pembelajaran Non-Blok terdiri dari PBL, Metodologi, Tugas Akhir dan PKNM.

7.4.2.1 Penilaian PBL

Oleh karena tujuan utama pembelajaran PBL adalah mengembangkan keterampilan

belajar, maka proses pembelajaran diberikan pembobotan yang lebih besar dan

terhadap hasil ujian PBL tidak ada perbaikan.

Nilai PBL pada setiap semester dihitung sebagai berikut:

Nilai PBL = 2x Nilai Diskusi + 1x Ujian tulis PBL

3

7.4.2.2 Evaluasi Metodologi

Oleh karena pembelajaran MK Metodologi tidak menggunakan sistem end block, maka

disyaratkan kehadiran mahasiswa 80%.

a. Evaluasi Metodologi-1: 1) Ujian tulis

2) Tugas terstruktur

3) Seminar

Nilai Akhir = 60% Ujian Tulis (MCQ) + 40% Tugas Terstruktur (termasuk seminar)

Page 69: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

b. Evaluasi Metodologi-2: 1) Ujian tulis

2) Tugas modul

Nilai Akhir = 60% Ujian Tulis (MCQ) + 40% Tugas Modul

c. Evaluasi Metodologi-3 (Metodologi Riset):

1) Ujian tulis

2) Proposal

Nilai Akhir = 40% Ujian Tulis (MCQ) + 60% Nilai Proposal

7.4.2.3 Evaluasi Tugas Akhir

a. Penilaian ujian Tugas Akhir meliputi:

1) Penilaian Proses Penulisan Tugas Akhir dan Penilaian Selama Ujian dengan bobot masing-masing 50%

2) Penilaian Proses Penulisan oleh Pembimbing meliputi Sikap (40%), Pengetahuan keilmuan (40%), Kreativitas Keilmuan (20%)

3) Penilaian Selama Ujian oleh Majelis Penguji meliputi Naskah (40%), Penyajian

(40%), Pengetahuan keilmuan (20%).

b. Penentuan Nilai Akhir:

Nilai akhir ujian Tugas Akhir diputuskan melalui musyawarah Majelis Penguji. Nilai

akhir ujian dinyatakan dengan skor yang kemudian dikonversi ke dalam huruf A, B+,

B, C+, C, D+, D atau E. Atas kesepakatan Majelis Penguji, nilai (huruf) tersebut

dapat diumumkan kepada mahasiswa pada saat selesai ujian.

c. Mahasiswa dinyatakan “lulus” apabila sekurang-kurangnya memperoleh nilai C. Dalam

hal revisi dianggap cukup banyak, Ketua Penguji boleh mengumumkan dengan kata

“lulus” saja.

d. Mahasiswa yang dinyatakan belum lulus ujian harus melaksanakan keputusan Majelis Penguji.

7.4.2.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM)

a. Supervisi oleh Pembimbing dilakukan sebanyak 2 kali pada saat awal dan akhir kegiatan intervensi

b. Evaluasi kegiatan PKNM terdiri dari : Evaluasi “input” meliputi Ujian Pembekalan

Evaluasi “Proses” meliputi penilaian terhadap kinerja dan progress kegiatan

mahasiswa melalui Buku Log masing-masing

Evaluasi “Out put” meliputi Nilai Proposal, Nilai Laporan dan Nilai Presentasi

c. Nilai Akhir (NA) dihitung dengan menggunakan rumus :

(1x Nilai “Input”) + (2x rerata Nilai Proses) + (2x rerata Nilai “Output”)

Nilai Akhir PKNM = 5

Page 70: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

d. Bagi mahasiswa yang memiliki nilai SKK ≥3, maka rerata Nilai Evaluasi Proses

menggunakan kriteria:

SKK 3-10 setara dengan nilai skor 80

SKK >10 setara dengan nilai skor 85

7.5 Ujian Penunjang

Ujian Penunjang adalah ujian-ujian yang diadakan untuk memperbaiki hasil ujian sumatif,

meningkatkan indeks prestasi, dan mengukur perkembangan kemampuan retensi mahasiswa

terhadap penguasaan kompetensi.

7.5.1 Perbaikan Ujian Blok (Ujian Perbaikan/UP)

a. Perbaikan Skor Modul MKK dan MKDI dilakukan pada waktu Perbaikan Ujian Blok yang

dilaksanakan pada akhir semester (UAS). Hasil ujian perbaikan modul tersebut kemudian

diperbandingkan dengan skor modul sebelumnya untuk diambil yang tertinggi untuk

menjadi skor akhir Blok. Maksimum perolehan ujian perbaikan adalah 80 (B+).

b. Untuk mengikuti UP, mahasiswa wajib mendaftar pada Bagian Sub Akademik.

c. Setelah mengikuti Ujian Perbaikan, skor akhir Blok menjadi:

Skor Akhir Blok = 1x Skor MKDI + 2 Skor Modul MKK tertinggi + 1x Skor Keterampilan 4

7.5.2 Semester Pendek (SP)

a. Semester Pendek dilakukan pada setiap akhir semester (semester ganjil dan semester

genap).

b. Untuk mengikuti Semester Pendek, mahasiswa harus mendaftar pada Bagian Sub Akademik.

c. Semester Pendek merupakan tempat untuk perbaikan skor MKK maupun MKDI semester

terkait bagi mahasiswa yang akan memperbaikinya.

d. Semester Pendek diperuntukkan bagi mahasiswa yang sudah pernah mengikuti

pembelajaran Blok yang diperbaiki, dengan nilai perolehan maksimal 80 (B+).

d. Mahasiswa yang belum pernah mengikuti pembelajaran blok karena alasan yang

dibenarkan fakultas, diperbolehkan mengikuti SP dengan nilai perolehan maksimal 80

(B+).

e. Semester Pendek dilaksanakan oleh laboratorium masing-masing terkait dengan blok

yang dibelajarkan pada semester bersangkutan.

f. Skor Akhir MKK atau MKDI diambil dari skor tertinggi antara nilai SP dengan skor

sebelumnya. Skor Akhir MKDI ini merupakan bagian transkrip akademik MKDI

bersangkutan.

g. Setelah mengikuti SP, Skor Akhir (final) yang menjadi Nilai Kompetensi/Blok/MKK

menjadi:

Skor Akhir Semester = 1x Skor MKDI tertinggi + 2 x Skor Modul MKK tertinggi + 1x Skor Skill

4

Page 71: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

7.5.3 Ujian Khusus (UK)

a. Sebelum memasuki tahap pendidikan profesi (sebelum memasuki clerkship)

dimungkinkan diadakan Ujian Khusus bila dipandang perlu. Ujian ini diadakan apabila

terdapat forced majeur, misalnya mahasiswa belum lulus dari ujian MKDI tertentu dalam

blok tertentu setelah serangkaian Ujian Perbaikan dilalui dan mahasiswa tersebut hampir

mencapai terminasi lama masa studi yang ditentukan.

b. Untuk mengikuti Ujian Khusus, mahasiswa wajib mendaftar pada Bagian Sub Akademik.

c. Yang diperbaiki pada Ujian Khusus adalah MKDI, dengan nilai perolehan maksimum

adalah 75 (B).

7.5.4 Ujian Kemajuan Belajar (Progress Test)

a. Ujian kemajuan belajar merupakan ujian formatif dan dilaksanakan pada setiap akhir

tahun (Desember).

b. Ujian ini wajib diikuti oleh setiap mahasiswa, dan merupakan prasyarat untuk mengikuti

yudisium Sarjana Kedokteran (SKed.).

7.6 Konversi Skor Menjadi Nilai Huruf

Konversi skor ke dalam nilai huruf mengacu pada kriteria berikut.

Tabel 7.1 Konversi Skor ke dalam Nilai Huruf

Skor Nilai Huruf

>80 A

75,1 s/d 80 B+

70 s/d 75 B

60,1 s/d

<70

C+

56 s/d 60 C

50,1 s/d

<56

D+

45,1 s/d 50 D

≤ 45 E

7.7 Penilaian Kemampuan Akademik

7.7.1 Indeks Prestasi (IP) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu

mahasiswa berdasarkan hasil studi yang diperoleh pada semester sebelumnya.

7.7.1 Indeks Prestasi (IP) diukur sebagai berikut.

n

∑ Ki NAi I = 1

IP = ---------------

n

∑ Ki I = 1

Page 72: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

IP adalah Indeks Prestasi, dapat berupa IP semester atau IP Kumulatif K adalah jumlah satuan waktu efektif masing-masing Matakuliah Kompetensi NA adalah Nilai Akhir masing-masing Matakuliah Kompetensi (MKK) n adalah jumlah Matakuliah Kompetensi yang diambil dalam 1 semester terkait

7.7.2 Besarnya beban studi pada setiap semester ditentukan sama untuk setiap mahasiswa.

Hal ini disebabkan karena dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, digunakan sistim end block

dengan 2 blok dalam 1 semester. Tiap blok terdiri atas sejumlah Matakuliah Kompetensi

dengan beban studi masing-masing. Mahasiswa tidak dapat mengambil matakuliah tertentu

melainkan mengambil seluruh blok dalam 1 semester. Dengan perkataan lain, besarnya IP

tidak berpengaruh terhadap jumlah dan beban Matakuliah Kompetensi yang diambil.

7.7.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur

kemampuan individu mahasiswa berdasarkan hasil studi seluruh semester sebelumnya.

7.7.4 Besarnya Indeks Prestasi Kumulatif menjadi salah satu parameter penentuan dapat

tidaknya mahasiswa melanjutkan studinya pada Program Studi Pendidikan Dokter.

7.8 Evaluasi Pendidikan dan Lama Masa Studi

7.8.1 Evaluasi Pendidikan adalah Evaluasi untuk menentukan boleh tidaknya seorang mahasiswa

melanjutkan pendidikan dokter pada semester-semester berikutnya.

7.8.2 Evaluasi diadakan 3 kali, masing-masing :

7.8.2.1 Evaluasi pada akhir Semester II

a. Evaluasi disini adalah untuk menentukan apakah mahasiswa dipandang telah

menguasai dasar-dasar Ilmu Kedokteran untuk dapat melanjutkan diri pada tahap

pendidikan Kompetensi Klinik.

b. Mahasiswa yang lulus evaluasi ini dapat melanjutkan diri pada Semester III dan

selanjutnya. Mahasiswa dinyatakan lulus apabila Nilai semua matakuliah di Semester I

dan Semester II sekurang-kurangnya C.

c. Mahasiswa yang tidak lulus masih dapat memperbaiki diri dalam waktu selama-

lamanya 2 semester. Jika sesudah tenggang waktu tersebut belum juga lulus,

mahasiswa yang bersangkutan diminta mengundurkan diri dari pendidikan dokter.

7.8.2.2 Evaluasi pada akhir Semester VII

a. Evaluasi disini adalah untuk menentukan apakah mahasiswa dipandang telah

memenuhi syarat untuk menyandang gelar Sarjana Kedokteran (SKed.) dan dapat

melanjutkan diri ke tahap pendidikan profesi dan atau pendidikan pascasarjana.

b. Mahasiswa yang tidak lulus masih dapat memperbaiki diri dalam waktu selama-

lamanya 3 semester. Jika sesudah tenggang waktu tersebut belum juga lulus,

mahasiswa yang bersangkutan diminta mengundurkan diri dari pendidikan dokter.

7.8.2.3 Evaluasi pada akhir Semester X

a. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menentukan apakah seorang mahasiswa dapat

mengikuti program internship/magang.

b. Masa studi pendidikan tahap profesi dapat diikuti selama-lamanya 6 semester.

7.7.2.4 Ketetapan putus studi dikeluarkan oleh Rektor berdasarkan laporan fakultas sesuai

rekomendasi Jurusan Kedokteran.

Page 73: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

7.8 Transkrip Akademik

a. Transkrip akademik adalah lampiran Ijazah Kesarjanaan yang berisikan daftar nama

Matakuliah Disiplin Ilmu yang dibelajarkan sepanjang pendidikan dokter dari Semester I

sampai dengan VII termasuk nilai akhir masing-masing MKDI yang diperoleh mahasiswa

penerima ijazah.

b. Nilai-nilai merepresentasikan kemampuan akademik lulusan untuk dipergunakan mengikuti

pendidikan lanjutan Pascasarjana dan Spesialisasi serta untuk memenuhi persyaratan kerja

yang membutuhkannya.

7.9 Transkrip Kompetensi

a. Transkrip Kompetensi adalah Tanda lulus pendidikan dokter yang berisikan daftar

Matakuliah Kompetensi yang dibelajarkan sepanjang pendidikan dokter dari semester I

sampai VII dan Clerkship/Internship termasuk nilai akhir masing-masing MKK dan Nilai

Rotasi pada setiap bagian klinik. e. Nilai-Nilai merepresentasikan penguasaan standar kompetensi dokter yang dipersyaratkan

Konsil Kedokteran Indonesia untuk dipergunakan melakukan registrasi dokter pada Konsil

kedokteran Indonesia dan mendapatkan Tanda Registrasi. Tanda Registrasi menjadi

prasyarat untuk megajukan permohonan ijin praktik pribadi maupun ijin praktik dalam

sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.

7.10 Sertifikat Kompetensi

a. Sertifikat kompetensi adalah pernyataan Jurusan Kedokteran bahwa mahasiswa yang

bersangkutan telah mengikuti dan dinyatakan mencapai keterampilan klinik suatu blok

MKK.

b. Sertifikat Kompetensi digunakan sebagai bagian prasyarat untuk mengikuti rotasi klinik

terkait Sistim / Laboratorium tertentu yang membutuhkan kompetensi tersebut dalam

praktik klinik.

7.11 Yudisium

Nilai akhir kelulusan ditetapkan dalam proses yudisium. Yudisium diadakan pada akhir

pendidikan tahap akademik dan tahap profesi.

7.11.1 Sarjana Kedokteran

Dalam yudisium seorang mahasiswa dinyatakan lulus Pendidikan Tahap Akademik apabila

lulus dalam transkrip akademik dengan nilai sekurang-kurangnya C, lulus dalam tranksrip

kompetensi, dan memiliki sertifikat kompetensi.

a. Seorang mahasiswa dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran apabila telah

memenuhi seluruh ketentuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pedoman

Akademik ini dan tidak melampaui maksimum masa studi 11 (sebelas) semester.

b. Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat yaitu „Memuaskan‟, „Sangat Memuaskan‟, dan

„Dengan Pujian‟.

c. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai dasar menentukan predikat kelulusan:

IPK 2,00 – 2,75: Memuaskan (“Satisfy”)

IPK 2,76 – 3,50: Sangat Memuaskan (“Excellent”)

IPK 3,51 – 4.00: Dengan Pujian (“Cum laude”)

Page 74: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

d. Predikat kelulusan „Dengan Pujian‟ juga dengan memperhatikan ketepatan

lama studi yaitu 7 (tujuh) semester dan tidak ada nilai C+/C.

7.11.2 Profesi Dokter

a. Seorang mahasiswa dapat dinyatakan lulus sebagai Dokter apabila telah memenuhi

seluruh ketentuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pedoman Akademik ini dan

tidak melampaui maksimum masa studi profesi 6 (enam) semester.

b. Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat yaitu „Memuaskan‟, „Sangat Memuaskan‟, dan

„Dengan Pujian‟.

c. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai dasar menentukan predikat kelulusan:

IPK 2,00 – 2,75: Memuaskan (“Satisfy”)

IPK 2,76 – 3,50: Sangat Memuaskan (“Excellent”)

IPK 3,51 – 4.00: Dengan Pujian (“Cum laude”)

d. Predikat kelulusan „Dengan Pujian‟ juga dengan memperhatikan ketepatan lama studi yaitu 3

(tiga) semester dan tidak ada nilai C+/C.

Page 75: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab VIII

BIMBINGAN KONSELING, KEPENASEHATAN AKADEMIK, SERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Sesuai dengan Pedoman Akademik Universitas dan ketentuan minimal requirement dari Global Standard of Medical Education sebagaimana ditentukan oleh World Federation of Medical Education (

WFME ), dan untuk menunjang keberhasilan studi, maka kepada mahasiswa diberi hak untuk mendapatlan Bimbingan, Konseling, dan Kepenasihatan Akademik.

8.1 Bimbingan-Konseling

a. Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan secara sistimatis dan

intensif kepada mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, sosial, studi, dan karirnya

demi masa depannya.

b. Bimbingan Konseling diberikan oleh Konselor yang mempunyai keahlian

dibidangnya dalam satu unit Bimbingan Konseling Fakultas.

c. Pembimbingan dan Konseling dibawah koordinasi Pembantu Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

8.2 Kepenasehatan Akademik

a. Jurusan menetapkan sejumlah dosen sebagai Penasehat Akademik bagi mahasiswa.

b. Penasehat Akademik (PA) bertugas:

1) Memberi persetujuan dan memberi pertimbangan kepada mahasiswa tentang

rencana mahasiswa dalam pengambilan Mata Kuliah yang dituangkan dalam Kartu

Rencana Studi (KRS) nya.

2) Bertanggungjawab atas kebenaran isi KRS

c. Penasehat akademik harus benar-benar menguasai Peraturan Akademik, Sistim Pendidikan,

dan Sistim Evaluasi Hasil Belajar sehingga mampu membantu mahasiswa secara maksimal

agar efektif mengikuti pembelajaran pada setiap semester.

d. Administrasi kepenasehatan akademik diatur melalui sejumlah daftar dan kartu yang harus

dipahami Penasehat Akademik.

1) Daftar :

Daftar nama mahasiswa

Daftar Hadir mahasiswa

Daftar Nilai Ujian

2) Kartu :

Kartu Rencana Studi (KRS), dikeluarkan oleh Jurusan, mencatat semua

matakuliah yang diprogramkan mahasiswa pada masing-masing semester.

Kartu hasil Studi (KHS) dikeluarkan oleh Jurusan, mencatat Nilai yang

diperoleh mahasiswa bagi matakuliah yang di program dalam KRS.

Kartu Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) yang dikeluarkan oleh masing-masing

Laboratorium yang mencatat Nilai/ Skor Ujian Matakuliah Disiplin Ilmu yang diperoleh

sebagai bagian dari Ujian Matakuliah Kompetensi. Kartu Hasil Uji Kemajuan Belajar.

Page 76: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

3) Jurusan berhak mengesahkan Kartu Hasil Studi dan menetapkan Kartu Rencana Studi untuk semester berikutnya.

4) Kepenasehatan akademik dibawah koordinasi pembantu Dekan I Bidang Akademik.

8.3 Kegiatan Ekstrakurikuler (Ko-Kurikuler)

a. Selain kegiatan kemahasiswaan dibawah tanggungjawab dan pembinaan dari Pembantu

Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan untuk menunjang keberhasilan studi, Program Studi

perlu menyelenggarakan kegiatan bersifat ko-kurikuler.

b. Kegiatan Ko-Kurikuler berupa kegiatan yang dimaksudkan untuk:

1) Meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu dan belajar cara belajar (learning how to

learn ) yang merupakan paradigma baru pembelajaran.

2) Meningkatkan peran serta aktif mahasiswa dalam berbagai lomba penulisan karya ilmiah

dan kegiatan penalaran lainnya.

3) Meningkatkan kepekaan dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan sebagai bagian

pengembangan “Community Doctor”.

4) Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam penelitian yang diadakan dosen. Upaya

ini dimaksudkan untuk meningkatkan atmosfir akademik yang dibutuhkan mahasiswa

untuk belajar dengan baik di dalam kampus.

5) Meningkatkan kemampuan penghayatan cultural diversity untuk memahami dan

menghayati keberagaman sosial, budaya, agama antar bangsa. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk menyiapkan mahasiswa lebih baik dalam rangka cross-border medical education.

Page 77: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Bab IX

PENGEMBANGAN

9.1 Kompetensi dan Kurikulum adalah sesuatu yang dinamis dan berubah sesuai dengan

perkembangan teknologi dan pengetahuan serta dinamika kebutuhannya. Ke dalam,

pengembangan kurikulum juga dimungkinkan karena pengembangan kemampuan pengelolaan

Pendidikan Dokter di FKUB.

9.2 Pedoman kurikulum ini belum memuat Program Elektif yang diperlukan bagi pengembangan

Pendidikan Dokter dalam ranah yang diminati mahasiswa. Minat mahasiswa yang variatif

mengakibatkan perlunya pengembangan Program Elektif yang variatif pula. Selain untuk

memenuhi minat mahasiswa, mendatang program elektif akan dikembangkan sesuai dengan

konteks pengembangan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat.

9.3 Dengan demikian, Program Elektif yang akan dikembangkan selain bertujuan untuk mencapai

standar kompetensi dokter yang telah ditentukan, juga untuk mengembangkan kemampuan

lulusan terhadap berbagai macam masalah komunitas, baik komunitas ilmiah, maupun

pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat, antara lain: Keluarga Berencana,

Kesehatan Reproduksi, Gizi, Kesehatan Ibu & Anak dalam rangka menurunkan angka kematian

ibu dan angka kematian bayi, Diare dan penyakit infeksi lain seperti flu burung, flu babi, new

emerging disease, HIV AIDS, Imunisasi, Pelayanan Kesehatan seperti revitalisasi

Posyandu/Puskesmas, Polindes, Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan

akibat Bencana alam, sanitasi, bencana buatan manusia, pariwisata (travel medicine), serta

masalah kesehatan lain menyangkut medical error/malpractice/pengobatan tidak rasional,

infeksi nosokomial, medical neglicence, kejadian tak diharapkan ( KTD).

9.4 Pedoman Akademik ini belum memuat tentang ketentuan rotasi. Sedang difikirkan

kemungkinan rotasi di laboratorium siklus panjang (Interne, Pediatri, Obstetri/Ginekologi,

Bedah, Neuropsikiatri) untuk dilakukan 3 kali selama siklus, yaitu: a) siklus I untuk Kompetensi

Miller 1-2, melihat simulasi atau melakukan pengamatan terhadap “standardized patient”, b)

pada siklus II, melakukan praktik klinik dibawah supervisi dosen, c) pada siklus III

mempraktikkkan “shadowing” praktik dokter. Pada laboratorium siklus pendek (Mata,THT,

Anestesi, Radiologi, Kedokteran Forensik, Rehabilitasi Medik) akan dilakukan 2 kali yaitu

seperti pada siklus I dan II diatas.

9.5 Pada Pedoman Akademik ini disebutkan OSCE dilaksanakan pada akhir setiap Blok. Walaupun

demikian, dengan berbagai kendala teknis saat ini, OSCE baru terselenggara pada akhir setiap

semester. Oleh karena itu perlu pengembangan penyelenggaraan OSCE dan asesmen objektif

lainnya dikemudian hari.

9.6 Hal-hal lain yang belum dimuat atau belum diatur dalam Pedoman ini akan diatur kemudian,

sedangkan pedoman yang dipandang kurang sesuai akan diperbaiki dikemudian hari atau bila

dipandang perlu diperbaiki melalui kebijakan fakultas/jurusan sampai ditetapkannya pedoman

yang baru.

=======

Page 78: 04 Pedoman Pend Jur Kedokteran