04-makalah air undip

15
PENGELOLAAN AIR DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN Forita Dyah Arianti Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi pertanian Jawa Tengah Email : [email protected] Air dalam petanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya padi atau persawahan. Tanpa air, petani tak mungkin bercocok tanam. Jadi, air adalah faktor kunci untuk pertanian dan suplai pangan yang berkelanjutan. Selama ini kebutuhan air untuk pertanian bersaing dengan kebutuhan yang lain seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Disisi lain ketersediaan atau sumber dari air itu sendiri semakin berkurang karena adanya pendangkalan waduk ,durasi curah hujan semakin pendek akibat perubahan iklim, penggundulan hutan dan lain-lain sehingga semakin hari jumlah air yang dipasok untuk pertanian semakin berkurang. Tulisan ini merupakan gagasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perlunya pengelolaan air dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Metode Penulisan karya tulis ini dilakukan melalui penulusuran dan studi pustaka. Pengelolaan air pada lahan sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah persatuan luas dan volume air. Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, dapat dilakukan melalui 3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang. Pemilihan teknologi pengelolaan air didasarkan kepada jenis tanaman, musim tanam, dan ketersediaan airnya. Pengelolaan air yang baik dapat mendukung pengaturan pola tanam dan waktu tanam yang sesuai. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) tiap musim tanam sehingga produksi pertanian pertahun meningkat. Kata Kunci : Pengelolaan air, pertanian, berkelanjutan PENDAHULUAN

Upload: harisaryono

Post on 11-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah air undip yang disampaikan dalam pengumpulan makalah air di undip pada tahun terbaru

TRANSCRIPT

Page 1: 04-Makalah Air Undip

PENGELOLAAN AIR DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN

Forita Dyah AriantiPeneliti pada Balai Pengkajian Teknologi pertanian Jawa Tengah

Email : [email protected]

Air dalam petanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam budidaya padi atau persawahan. Tanpa air, petani tak mungkin bercocok tanam. Jadi, air adalah faktor kunci untuk pertanian dan suplai pangan yang berkelanjutan. Selama ini kebutuhan air untuk pertanian bersaing dengan kebutuhan yang lain seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Disisi lain ketersediaan atau sumber dari air itu sendiri semakin berkurang karena adanya pendangkalan waduk ,durasi curah hujan semakin pendek akibat perubahan iklim, penggundulan hutan dan lain-lain sehingga semakin hari jumlah air yang dipasok untuk pertanian semakin berkurang. Tulisan ini merupakan gagasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perlunya pengelolaan air dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Metode Penulisan karya tulis ini dilakukan melalui penulusuran dan studi pustaka. Pengelolaan air pada lahan sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air dipetakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah persatuan luas dan volume air. Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, dapat dilakukan melalui 3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang. Pemilihan teknologi pengelolaan air didasarkan kepada jenis tanaman, musim tanam, dan ketersediaan airnya. Pengelolaan air yang baik dapat mendukung  pengaturan pola tanam dan waktu tanam yang sesuai. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP)  tiap musim tanam sehingga produksi pertanian pertahun meningkat.  

Kata Kunci : Pengelolaan air, pertanian, berkelanjutan

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu input pertanian yang sangat penting. Sumber air permukaan

sampai saat ini menjadi andalan untuk penyediaan air irigasi. Namun tidak semua daerah

yang memiliki lahan pertanian dapat dilayani dengan irigasi teknis yang bersumber dari air

permukaan tersebut. Beberapa wilayah di Indonesia masih mengandalkan air hujan untuk

usaha pertanian seperti pada sawah tadah hujan. Produktifitas sektor tersebut bergantung pada

keberadaan air hujan sebagai input pertanian. Sawah tadah hujan mampu memiliki potensi

untuk menggantikan sawah beririgasi teknis yang berubah fungsi tata guna lahannya seiring

dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Potensi tersebut harus dikembangkan dalam

mendukung ketahanan pangan nasional.

Air memiliki multifungsi yang dapat menentukan kehidupan, selain memiliki fungsi

ekonomi, juga berperan sebagai fungsi sosial dan lingkungan. Khusus di bidang pertanian, air

Page 2: 04-Makalah Air Undip

memiliki peran yang penting, karena tanpa air hampir dipastikan kegiatan pertanian akan

sangat menurun atau tidak meghasilkan. Pada saat ini masih banyak aktifitas pertanian

masyarakat yang pemenuhan kebutuhan airnya masih bergantung pada siklus alam,

sedangkan kini dengan adanya berbagai anomali iklim (pemanasan global, El Nino) siklus

tersebut sudah tidak beraturan, yang berdampak pada produktivitas pertanian. Disisi lain

ketersediaan atau sumber dari air itu sendiri semakin berkurang karena adanya pendangkalan

waduk ,durasi curah hujan semakin pendek akibat perubahan iklim, penggundulan hutan dan

lain-lain sehingga semakin hari jumlah air yang dipasok untuk pertanian semakin berkurang

sebagai akibatnya produktivitas menurun.

Krisis dan kelangkaan air yang terjadi baik secara kualitas maupun kuantitas di

Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang terhadap air. Di masa

mendatang pengelolaan sumberdaya air tidak bisa dipandang hanya dari aspek kuantitas dan

kualitas saja, tetapi harus ditangani secara terintegrasi, komprehensif dan indepedency. Untuk

itu diperlukan reformasi pengelolaan sumberdaya air, yaitu pendekatan pengelolaan

sumberdaya air yang berwawasan lingkungan, mengakomodir perubahan peran pemerintah

sebagai fasilitator bukan penyedia (provider), desentralisasi kewenangan pengelolaan dan

pengembangan, mengakui HAM atas aksesbilitas air, demokrasi artinya semua stakeholder

mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dan selaras isu global yang tertuang dalam

Deklarasi Den Haag (Soenarno, 2004). Reformasi pengelolaan air di Indonesia, harus dilihat

dalam dua aspek, yaitu service manajement dan resources management. Service management

mengacu pada penyediaan infrastruktur seperti jaringan pipa distribusi, fasilitas pengolahan

air dan sumber pasokan air, sedangkan resources management mengacu pada pengalokasikan

air antara sektor pertanian, industri, rumah tangga dan lain sebagainya (Sutrisno, N dan

Psandaran, E. 2014).

Tulisan ini merupakan gagasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

perlunya pengelolaan air dalam mendukung pertanian berkelanjutan.

PENGELOLAAN AIR DI LAHAN SAWAH

Keberlanjutan penyediaan air dengan kualitas yang terjamin merupakan faktor

penting dalam upaya meingkatkan produktivitas dan produksi pertanian berkualitas baik dan

aman bagi petani dan konsumen. Air yang digunakan haruslah air yang tidak terkontaminasi

dan bebas dari perncemaran bahan/logam ataupun bahan kimia berbahaya terutama logam

berat seperti Cadmium (Cd), Arsenic (As), Mercury (Fe) dan lainnya. Air irigasi juga tidak

Page 3: 04-Makalah Air Undip

boleh tercemar oleh limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Untuk langkah awal perlu

diteliti seberapa jauh hubungan antara kandungan bahan berbahaya seperti logam berat pada

produk pangan dengan kandugan bahan berbahaya dalam tanah. Air haruslah dimanfaatkan

secara efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman . Untuk menjaga daya serap dan menahan air

di tanah, maka kadar bahan organik tanah harus dijaga dan ditingkatkan. Seperti halnya pada

tanaman padi faktor-faktor yang menentukan kebutuhan air adalah ; a) Macam tanah (struktur,

tekstur, tingkat kesuburan); b) Iklim (basah atau kering); c) Jenis padi (VUB, VUTB dan Hibrida); d)

Umur tanaman dan e) Kesuburan tanah.

Menurut Faisal dan Haryono (2014), dalam hal pemanfaatan sumber daya air ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a) Maksimalkan penyerapan air permukaan, dan hindari pengaliran air yang berlebihan

kedalam lahan usaha pertanian.

b) Kelola air tanah dengan baik dan pelihara tinggi muka air tanah pada tingkat aman

dan hindari draenasi air tanah berlebihan.

c) Kembangkan teknik menjaga keseimbangan dalam pola tanam yang baik,

d) Hindari penggunaan air irigasi berlebihan dan kehilangan air irigasi berlebihan,

e) Hindari kontaminasi sumber daya air dan air irigasi, dan jangan mencemari air irigasi

dengan bahan berbahaya dan limbah rumah tangga,

f) Jaga tingkat kestabilan permukaan air tanag dalam lahan pertanian yang diusahakan

dengan baik,

g) Pelihara dan tingkatkan kandungan bahan organik pada lahan usaha.

Fungsi air sebagai faktor produksi pada tanaman padi, bermanfaat untuk : a)

memelihara struktur tanah yang telah diperoleh selama pengolahan tanah; b) untuk

menghambat dan menekan pertumbuhan rerumputan (gulma); c) untuk mengatur tinggi

rendahnya suhu dalam tanah dan d) menetralkan/mencuci unsur-unsur yang bisa meracuni

tanaman.

Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, dapat dilakukan melalui 3

sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang.

Pada umumnya jaringan irigasi yang ada di Indonesia, menerapkan sistem irigasi terus

menerus (continous flow).

a. Sistem irigasi terus menerus (continuous flow) dilakukan dengan memberikan air

kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga

beberapa hari menjelang panen. Sistem ini digunakan, dengan mempertimbangkan :

penerimaan respon yang baik pada waktu dilakukan pemupukan, menekan

Page 4: 04-Makalah Air Undip

pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga untuk pengolahan tanah. Kebanyakan

petani di Indonesia menerapkan sistem pengairan ini. Namun demikian sistem irigasi

secara terus menerus selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi : (1) dapat

mengurangi efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke

atmosfer, (3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi

yang dibutuhkan.

b. Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air

dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut

menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.

c. Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam

kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara

lain untuk :

Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas

Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga

dapat berkembang lebih dalam

Mengurangi timbulnya keracunan besi

Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat

perkembangan akar

Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat

Mengurangi kerebahan

Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan

gabah)

Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen

Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)

Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaranhama

wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi

karena hama tikus

Dari ketiga sistem di atas, sistem irigasi berselang merupakan sistem yang dapat

diandalkan. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Khrisnasamyet al., (2003) dalam Las

(2007), irigasi berselang dapat meningkatkan hasil padi sebesar 7%, dibanding hasil pada

lahan yang digenangi terus menerus, sementara hasil padi dengan irigasi bergilir meningkat

2%. Kebutuhan air irigasi untuk sistem penggenangan terus-menerus mencapai 725 mm,

sedangkan untuk irigasi bergilir dan berselang masing-masing 659 mm dan 563 mm. Lebih

lanjut Khrisnasamy et al.,(2003) menyatakan bahwa, produktifitas lahan pada irigasi

Page 5: 04-Makalah Air Undip

berselang lebih tinggi 6,73 % dibandingkan penggenangan, dan dengan sistem tersebut

penggunaan air irigasi dapat dihemat hingga 21 % lebih tinggi dari sistem penggenangan.

Efisiensi irigasi dengan sistem irigasi berselang mencapai 77%, lebih tinggi dibanding pada

sistem penggenangan terus menerus (52%) dan sistem irigasi bergilir (68%). Pemilihan

teknologi pengelolaan air didasarkan kepada jenis tanaman, musim tanam, dan ketersediaan

airnya. Pengelolaan air yang baik dapat mendukung  pengaturan pola tanam dan waktu tanam

yang sesuai. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP)  tiap

musim tanam sehingga produksi pertanian pertahun meningkat.  

Pada waktu yang akan datang, produk pertanian akan dipengaruhi oleh gejolak

pasokan air yang menyebabkan terjadinya kekeringan dan banjir yang merupakan ancaman

terus menerus bagi usahatani akibat anomali dan ketidakpastian iklim serta degradasi lahan

yang semakin luas. Sehubungan dengan itu , cara pandang terhadap air harus berbeda dan

harus dilakukan perubahan khususnya dalam rangka mendukung pertaniaan berkelanjutan.

Atas pertimbangan akan terjadinya kekeringan dan banjir di masa-masa mendatang,

maka dalam penggunaan air irigasi ada hal –hal yang dapat dilakukan secara efesien dan

efektif sesuai dengan volume air yang ada, yaitu :

a. Pemeliharaan bendungan, saluran primer, sekunder dan tertier. Dengan pemeliharaan

bendungan dan saluran tersebut maka air yang ada benar-benar dapat dialirkan ke

persawahan para petani yang menanam padi. Dalam pemeliharaan saluran sekunder

dan tertier pada irigasi setengah teknis tentunya peran serta dan partisipasi

masyarakat/petani setempat sangat dibutuhkan baik dari segi tenaga maupun iuran

pembiayaan pemeliharaan saluran tersebut. Karena jika tidak dipelihara dengan baik

saluran sekunder dan tertier maka air yang ada sebagian akan terbuang akibat

perembesan air di saluran yang rusak.

b. Pemasukan air ke sawah sesuai kebutuhan. Air yang dialirkan ke persawahan para

petani harus disesuaikan debitnya sesuai kebutuhan padi yang sedang ditanam. Pada

saat air dibutuhkan padi misalnya pada persemaian dan pertumbuhan, sedangkan pada

saat musim hujan dan pengeringan butir malai maka debit air yang dimasukkan ke

sawah dikurangi/dibatasi,

c. Pengolahan tanah. Pada saat pengolahan tanah ada masa pelapukan/pengeringan tanah

maka saat itu pemasukan air ke sawah diberhentikan sehingga air dapat digunakan ke

lahan sawah lainnya yang dibutuhkan petani.

Pada prinsipnya para petani padi di lapangan disarankan dalam pengelolaan air yang

berhubungan dengan perubahan iklim harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut ; a)

Page 6: 04-Makalah Air Undip

bila iklim terjadi ekstrim kering maka usahakan menggunakan air irigasi sehemat mungkin

yaitu pada saat vegetatif pertumbuhan padi air disalurkan secara teratur sehingga air tidak

terbuang percuma, b) bila iklim terjadi ekstrim basah yaitu hujan berkepanjangan maka

saluran air dalam petakan sawah harus di kontrol setiap saat supaya air jangan berlebihan di

dalam petakan sawah yang dapat meningkatkan serangan hama penyakit yang terjadi. Dalam

hal ini para petani di lapangan harus lebih berhati-hati dan lebih bekerja keras dengan

terjadinya perubahan iklim.

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Upaya peningkatan produksi dalam rangka pencapaian kedaulatan pangan dihadapkan

kepada kemerosotan dukungan sumber daya bagi produksi pertanian seperti tanah, air

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, teknologi, kelembagaan dan lainnya. Untuk

itu dukungan ketersediaan sumber daya ini harus dikembalikan agar pelaksanaan

pembangunan pertaian selanjutnya dapat berjalan sebagaima mestinya. Peningkatan produksi

pertanian dilakukan melalui perluasan lahan usaha dan atau peningkatan produktivitas. Untuk

itu upaya untuk mengembalikan dan memperkuat lahan, ketersediaan air bagi usaha pertanian

dan memperkuat peningkatan produktivitas harus menjadi langkah awal. Disamping itu

diperlukan kebijakan terpadu pada banyak aspek dan dilaksanakan secara konsisten yang

mencakup : a) perlindungan lahan sawah produktif; b) penataan pemilikan lahan; c) perluasan

lahan pertanian/sawah; d) penyediaan infrastruktur; e) rehabilitasi lahan dan irigasi; f)

peningkatan nilai ekonomi usahatani; g) pengendalian laju penduduk dan distribusinya dan

h) semi intensif (Rachmat, M. 2014).

Lahan sawah irigasi di Indonesia memberikan kontribusi lebih dari 95% produksi

beras nasional dan tersebar pada type iklim, jenis tanah dan kesuburan tanah serta ketinggian

tempat yang beragam (Dudal dan Soepartohardjo 1957; Nugraha 2001; Sembiring 2007).

Menurut Sembiring (2007), peningkatan produktivitas memberikan kontribusi sekitar 56,1%

terhadap peningkatan produksi. Dilain pihak pada sawah irigasi tersebut juga terjadi

perubahan alih fungsi lahan. Pada kondisi yang demikian maka perlu dikembangkan sumber

pertumbuhan baru untuk budidaya tanaman padi.

Tabel 1. Perkembangan Luas Sawah di Jawa, Tahun 2005 – 2010 (ribu Ha)

Tipe Lahan Sawah 2005 2010 Growth % per Tahun

Page 7: 04-Makalah Air Undip

Irigasi 2.483,9 2.684,6 1,6

Jawa Barat 748,3 674 -2

Banten 116,7 156,9 6,9

Jawa Tengah 704,3 902,3 5,6

Yogyakarta 47,9 40,9 -2,9

Jawa Timur 866,7 910,5 1

Tadah Hujan 791,8 758,8 -0,8

Jawa Barat 177,6 251,6 8,3

Banten 79,5 34,1 -11,4

Jawa Tengah 291,6 199,5 -6,3

Yogyakarta 9,3 31 46,7

Jawa Timur 233,8 242,3 0,7

Sumber : BPS, Satistik Indonesia

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lahan sawah irigasi secara umum selama

kurun waktu 2005 – 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,6 % per tahun , meskipun di

Jawa barat dan Yogyakarta menurun 2 – 3 % per tahun. Pertumbuhan lahan sawah irigasi di

Jawa Tengah dan Banten yang relatif tinggi (5,6 % / tahun dan 6,9 % /tahun) dipertanyakan

banyak pihak. Kondisi Sebaliknya terjadi untuk lahan sawah tadah hujan yang selama

periode yang sama mengalami penurunan sebesar 0,8 % per tahun. Penurunan Lahan sawah

tadah hujan tertinggi terjadi di Banten yang mencapai 11,4 % per tahun, sementara di Jawa

Tengah turun sekitar 6,3 % per tahun. Pertumbuhan lahan sawah tadah hujan di DI

Yogyakarta yang mencapai 46,7% juga memicu pertanyaan sejumlah pihak.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini dan memperhatikan perkembangan global

yang dihadapinya, pembangunan petanian dimasa mendatang tidak dapat hanya

mengandalkan pada kebijakan dan program pembangunan yang pernah dilakukan. Dengan

didasarkan kepada potensi keragaman sumberdaya spesifik lokasi yang dimiliki maka

pembangunan pertanian kedepan harus dirubah dari pengembangan berbasis komoditi

menjadi pendekatan pembangunan wilayah dengan mengutamakan keunggulan potensi

wilayah sehingga akan berbasis polikultur komoditi pertanian.

Pembangunan pertanian kedepan juga dihadapkan kepada tuntutan pembangunan

yang menganut kaidah keberlanjutan atau membangun pertanian yang tidak merusak.

Menurut Rachmat,M (2014), pertanian berkelanjutan adalah usaha pertanian yang

menggabungkan secara integral antara usaha produksi dengan tindakan pelestarian

Page 8: 04-Makalah Air Undip

lingkungan, sumberdaya alam pertanian berkelanjutan. Dalam pola ini kegiatan pemanfaatan

sumberdaya lahan untuk kegiatan produksi secara produktif dibarengi oleh tindakan-tindakan

pelestarian sumber daya lahan pertanian dan penyehatan tanah serta sumberdaya air.

Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang sangat bermanfaat dan sebagai suatu

bidang bergantungnya kelangsungan hidup makhluk hidup. Pertanian berkelanjutan yang

dilaksanakan selalu memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak

dapat diperbaharui dengan visi misi memperkecil akibat buruk yang ditimbulkan bagi

makhluk hidup dan lingkungan serta memperbesar efek baik bagi kehidupan dan lingkungan.

Peran teknologi dalam pertanian berkelanjutan sangat penting karena teknologi bersifat

memperingan pekerjaan manusia. Teknologi dapat berupa mesin (traktor, mesin pengemas,

mesin pembersih sayuran maupun buah, dan mesin untuk menghasilkan produk secara instan

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keunggulan terkait dengan pertanian berkelanjutan

adalah: mempersingkat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, sehinga hasilnya cepat

dirasakan masyarakat, mempermudah pekerjaan, dan menghemat energi/tenaga.

Demi terujudnya pertanian berkelanjutan selain revitalisasi lahan, satu dari tujuh

gema revitalisasi pertanian guna mendukung empat target sukses pembangunan pertanian

yaitu revitalisasi infrastruktur dan sarana. Kalau revitalisasi lahan, antara lain diwujudkan

melalui program verifikasi, audit lahan, serta usaha pencetakan sawah dan lahan peertanian

baru. Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana, diwujudkan antara lain melalui program

perbaikan irigasi desa dan jalan usaha tani serta pengembangan pupuk organik dan

rasionalisasi pupuk an organik (Siswono, 2013).

PENUTUP

Air memiliki multifungsi yang dapat menentukan kehidupan, selain memiliki fungsi

ekonomi, juga berperan sebagai fungsi sosial dan lingkungan hidup. Sebagai fungsi ekonomi

air merupakan elemen utama bagi kegiatan produksi, baik di sektor pertanian maupun sektor

manufaktur. Tanpa air, maka sektor-sektor tersebut tidak akan berjalan dengan baik atau

bahkan tidak dapat berproduksi.

Seiring dengan jumlah penduduk yang semakin tinggi kebutuhan air semakin

bertambah untuk kebutuhan manusia. Untuk itu penghematan air harus dilakukan sedini

mungkin demi terjaganya ketersediaan air. Begitu pula di pertanian yang membutuhkan air

relatif tinggi. Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, dapat dilakukan melalui

3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi

Page 9: 04-Makalah Air Undip

berselang. Pemilihan teknologi pengelolaan air didasarkan kepada jenis tanaman, musim

tanam, dan ketersediaan airnya. Pengelolaan air yang baik dapat mendukung  pengaturan pola

tanam dan waktu tanam yang sesuai. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan indeks

pertanaman (IP)  tiap musim tanam sehingga produksi pertanian pertahun meningkat.  

DAFTAR PUSTAKA

Dudal, R. And M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classifi Cation In Indonesia. Cotr. Cen. Agr. Res Sta. No. 148. Bogor, Indonesia.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2007. Rencana Operasional Peningkatan Tambahan Produksi Beras 2 Juta Ton Tahun 2007. Makalah disampaikan pada Inovasi teknologi padi dan pendampingan P2BN di Balai Besar Padi Sukamandi, 7-8 Maret 2007.

Faizal K dan haryono, 2014. Praktek Pertanian Yang Baik Sebagai : Implementasi Politik Pertanian Indonesia. Dalam Buku Reformasi Kebijakan Menuju Trasnformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISBN: 978-602-344-018-4. IAARD Press, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Las, I dan Tim, 2008. Sumber Daya Lahan dan Iklim mendukung Sawa Sembada Beras Lestari.Memiograf, BBSDLP, Bogor..

Nugraha, U.S. 2001. Review Legislasi Kebijakan Dan Kelembagaan Pembangunan Perbenihan. Makalah Seminar Dan Peluncuran Buku Restrospeksi Perjalanan Industri Benih Di Indonesia, 22 Mei 2001.

Rachmat, M. 2014. Reposisi Perencanaan Pembangunan Pertanian. Dalam Buku Reformasi Kebijakan Menuju Trasnformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISBN: 978-602-344-018-4. IAARD Press, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Rejekiningrum, P.2011. Pengembangan Model Alokasi Air untuk Mendukung Optimal WatersHaring, Kasus DAS Citatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

Sembiring, H. 2007. Kebijakan Penelitian Dan Rangkuman Hasil Penelitian Bb Padi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional. Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Padi Tanam Sebatang. Bptpsumatera Barat.

Soenarno, 2004.. http://www1.pu.go.id/uplouds/berita/ppww161004cm.htm

Suswono, 2013. “Kebijakan Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi

Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan“. Makalah disampaikan Pada Seminar

Nasional Pekan Pertanian Spesifik Lokasi II.Kendari, 21 November 2013.

Sutrisno, N dan Pasandaran, E. 2014. Reformasi Kebijakan PengelolaanAir dalam mendukung Ketahanan Pangan. Dalam Buku Reformasi Kebijakan Menuju Trasnformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press. Badan Penelitian dan

Page 10: 04-Makalah Air Undip

Pengembangan Pertanian. ISBN: 978-602-344-018-4. IAARD Press, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.