03510025 ahmad-syahirul-a
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI
MADRASAH ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.
S K R I P S I
Oleh :
Achmad Syahirul Alim
NIM : 03510025
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
2
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI
MADRASAH ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.
S K R I P S I
Diajukan kepada : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)
Oleh :
Achmad Syahirul Alim
NIM : 03510025
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH
ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.
SKRIPSI
Oleh :
Achmad Syahirul Alim
NIM : 03510025
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I
NIP: 19760616 200501 1 005
Tanggal : 21 Juli 2010
Mengetahui,
Ketua Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Drs. Moh. Padil M. Pdi
NIP: 19651205 199403 1 003
4
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH
ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.
SEKRIPSI Oleh :
Achmad Syahirul Alim NIM : 03510025
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Sekripsi Dan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pdi)
Susunan Penguji
Ketua Sidang
Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I
NIP: 19760616 200501 1 005
Sekretaris Sidang
Muhammad Amin Nur. MA
NIP: 19750123 200312 1 003
Penguji Utama
M. Yunus. M. Si
NIP: 196903041996031002
Pembimbing
Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I
NIP: 19760616 200501 1 005
Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. H.M. Zainudin, MA
NIP: 19620507 199503 1 001
5
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Achmad Syahirul Alim
Nim : 03510025
Alamat : Jl. MT. Haryono Gg. 10 Dinoyo Malang
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang berjudul:
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH
ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG
adalah hasil karya saya sendiri dan
bukan duplikasi
dari karya orang lain, selanjutnya apabila dikemudian hari ada
claim dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab dosen pembimbing atau
Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tetapi menjadi tanggung
jawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun.
Malang, 9 Agustus 2010
Hormat Saya,
Achmad Syahirul Alim
6
Abdul. Malik Karim Amrullah, MPd. I Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Achmad Syahirul Alim
Kepada yth Dekan fakulatas Tarbiyah UIN Malang Malang, 21 Juli 2010 Di
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Achmad Syahirul Alim
Nim : 03510025
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pembimbing
Abdul Malik Karim Amrullah, MPd.I
NIP: 19760616 200501 1 005
7
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada
jalan-Nya. Supaya kamu mendapatkan keberuntungan .
(Al-Maidah :35)
8
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan setulus hati, karya tulis ini aku persembahkan untuk kedua orang
tuaku yang tercinta, terima kasih atas segala apapun yang telah diberikan
kepadaku selama ini. Kasih sayang, kesabaran, didikan, bimbingan dan dukungan,
baik moril, spirituil, maupun materiil. Semua itulah yang telah memberiku sebuah
ibrah dan membuatku tetap konsisten menjadi orang yang taat kepada Allah.
Untuk keluarga besarku, terima kasih atas segala dukungan, kepercayaan
serta motivasi yang selalu diberikan kepadaku, sehingga aku percaya dan mampu
menyelesaikan studi S1 ku ini.
Segenap kepada para guru dan dusenku yang selalu menjadi pelita dalam
perjalananku menggapai cita dan harapanku, karenamu aku dapat menyelesaikan
studi S1 ini dan dapat mewujudkan harapanku dan harapan kedua orang tuaku.
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW pembawa Risalah Islam. Tak lupa juga kepada keluarga dan
sahabat-sahabat beliau yang telah banyak berjasa demi tegaknya agama Allah
SWT di muka bumi.
Tiada terlupakan juga salam sejahtera berupa shalawat dan salam semoga
tetap Allah limpahkan kepada beliau nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil
alamin. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian syarat
dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak dalam rangka
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada:
1. Ayah dan ibu, yang telah tulus dan ikhlas memberikan cinta kasih yang tidak
pernah henti mendidik dan membesarkan penulis dengan sabar.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan
pelayanan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
10
3. Bapak Abdul Malik Karim Amrullah sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat
dengan sabar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang budiman yang telah mengukir jiwa penulis dengan
ilmu.
5. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangg beserta segenap
staf pegawai yang telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian yang menjadi wewenangnya serta banyak memberikan
informasi dalam penelitian ini.
6. Saudara
saudaraku terkasih, Kakak dan adik-adiku yang tak henti-hentinya
memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Atas semua jasa yang diberikan, penulis sampaikan semoga amal baik
yang telah dilakukan mendapat Ridlo dari Allah dan teriring do a Jazakumullah
akhsanal jaza .
Sebagai akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Selain itu
penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karenanya
segala saran dan kritik kearah perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Penulis,
Achmad Syahirul Alim
11
ABSTRAK
Syahirul A, Achmad. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang
Kata Kunci : KTSP dan Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada mutu pendidikan. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah, bagaimanakah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang dan Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang.
Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang adalah metode kualitatif. Untuk memperoleh data digunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidkan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang diimplementasikan dalam proses pembelajaran yakni: a) Persiapan pelaksanaan pembelajaran, b) Pelaksanaan Pembelajaran, c) Evaluasi hasil belajar. Sedangkan faktor pendukung implementasi KTSP meliputi Sarana prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara kuantitas maupun kualitas sudah cukup memadai. Adanya program-program sekolah dalam rangka implementasi KTSP antara lain : sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP, Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP, Setiap satu bulan sekali dilakukan evaluasi yang dikemas dalam briefeng atau rapat dinas sekolah. Adanya sistem penilaian kinerja terhadap guru dan siswa dengan menerapkan reward (penghargaan) serta punishment (hukuman). Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangantara lain : Lemahnya kemampuan guru dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, terbatasnya (dana, waktu, serta tenaga) dalam penggunaan metode pembelajaran dan kurangnya kesiapan siswa untuk belajar mandiri.
12
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ................................................................................... iii
Surat Pernyataan............................................................................................ iv
Nota Dinas Pembimbing ............................................................................... v
Halaman Motto.............................................................................................. vi
Halaman Persembahan ................................................................................. vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Abstrak .......................................................................................................... x
Daftar isi ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian.................................................................. 8
E. Batasan Masalah ........................................................................ 10
F. Definisi Operasional .................................................................. 11
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 14
13
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Mengenai KTSP........................................................ 17
1. Pengertian Kurikulum ........................................................ 17
2. Pengertian KTSP ................................................................ 18
3. Landasan Yuridis KTSP..................................................... 19
4. Tujuan KTSP .................................. 24
5. Karekterisrik KTSP ............................................................ 25
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP................................ 27
7. Acuan Oprasional Penyusunan KTSP................................ 30
8. Komponen-Komponen KTSP ............................................ 34
9. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KTSP .................................... 37
10. Manajemen Pelaksanaan KTSP ......................................... 39
B. Tinjauan Mengenai Mutu Pendidikan ...................................... 55
1. Pengertian Mutu Pendidikan .............................................. 60
2. Kriteria Pendidikan yang Bermutu..................................... 60
3. Kriteria Pendidikan yang Bermutu..................................... 61
4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan .................. 65
BAB III : Metode Penelitian ......................................................................
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................ 68
B. Kehadiran Peneliti ................................................................. 71
C. Kehadiran Peneliti ................................................................. 71
D. Sumber Data Penelitian .... 71
E. Prosedur Pengumpulan Data . 72
F. Analisis data .......................................................................... 75
G. Pengecekan Keabsahan Data................................................. 75
14
H. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................ 76
BAB IV : Laporan Hasil Penelitian............................................................... 78
A. Latar Belakang Obyek Penelitian.......................................... 78
1. Sejarah Singkat................................................................ 79
2. Visi .................................................................................. 79
3. Misi.................................................................................. 79
4. Tujuan.............................................................................. 79
5. Lingkungan Demografis.................................................. 80
B. Penyajian Data....................................................................... 81
C. Implementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang ........................ 103
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang..................................................... 120
BAB V :PEMBAHASAN
A. mplementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang........................ 125
B. aktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang .................................................... 133
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 137
B. Saran ...................................................................................... 138
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya
manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang
digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan,
melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu
menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari
pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia
produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses
dan mobilitas sosial dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.
Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung
pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu,
pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan suatu bangsa. Kemajuan Bangsa Indonesia hanya dapat dicapai
melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan
diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, sekarang pemerintah telah mempercepat
perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula
dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium Development
17
Goals (MDGS) adalah era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era
persaingan mutu kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan
mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, pembangunan
sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi.1
Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut
semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan
strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.
Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro,
meso, maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem
pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.2
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah
kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang
dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu,
sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.3
Masa depan Bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa
dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa
1 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 2. 2 Ibid. Hal, 4. 3 Ibid.
18
yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah tersebut.
Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang sangat vital bagi
perkembangan suatu bangsa. Dapat pula dipahami betapa pentingnya usaha
mengembangkan kurikulum tersebut.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum
yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan
dan kemajuan zaman. Dengan kurikulum yang sesuai dan tepat, maka dapat
diharapkan sasaran dan tujuan pendidikan akan dapat tercapai secara
maksimal.
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan pemerintah saat ini adalah
dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama, yaitu kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 (PP19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan
kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu kepada SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan).
Selain itu, juga berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta penyusunan KTSP juga harus
19
mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan
PP 19/2005.
Pada dasarnya kurikulum yang baru ini tidak ada perubahan dengan
kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
.kurikulum baru ini ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
mulai akrab disebut Kurikulum 2006 yang diolah berdasarkan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan produk Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah diresmikan pada tanggal 7
Juli 2006. Kurikulum tersebut mengakomodir kepentingan daerah. Guru dan
sekolah diberikan otonomi untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi sekolah, permasalahan sekolah dan kebutuhan sekolah. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya kesanggupan guru untuk
membuat kurikulum yang mendasarkan pada kebolehan, kemampuan dan
kebutuhan sekolah.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini berarti
satuan-satuan pendidikan harus mampu mengembangkan komponen-
komponen dalam kurikulum KTSP. Komponen yang dimaksud mencakup
visi, misi, dan tujuan tingkat satuan pendidikan; struktur dan muatan; kalender
pendidikan; silabus sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran.
KTSP memiliki beberapa karakteristik yang secara umum Yaitu,
adanya partisipasi guru; partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah;
rentang aktivitasnya mencakup seleksi (pilihan dari sejumlah alternatif
20
kurikulum), adaptasi (modifikasi kurikulum yang ada), dan kreasi (mendesain
kurikulum baru); perpindahan tanggung jawab dari pemerintah pusat (bukan
pemutusan tanggung jawab); proses berkelanjutan yang melibatkan
masyarakat; dan ketersediaan struktur pendukung (untuk membantu guru
maupun sekolah).
Pada dasarnya, tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah bagaimana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran.
Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar, guru juga harus
aktif dalam memancing kreativitas anak didiknya sehingga dialog dua arah
terjadi dengan sangat dinamis. Kelebihan lain KTSP adalah memberi alokasi
waktu pada kegiatan pengembangan diri siswa. Siswa tidak melulu mengenal
teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah proses pengalaman belajar.
Kurikulum yang baru ini nantinya menuntut setiap sekolah membuat
kurikulum yang berbeda-beda. Namun, dalam penyusunannya harus
memperhatikan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas). Dalam kurikulum baru ini guru diberi otonomi dalam
menjabarkan kurikulum, dan murid sebagai subyek dalam proses belajar
mengajar. Dari situlah diharapkan implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan dapat memenuhi standardisasi evaluasi belajar siswa.
Namun sebagai konsep baru dalam peningkatan kualitas kurikulum,
KTSP tidaklah mudah diterapkan secara universal dan instan. Bahkan
Pemerintah menargetkan empat tahun semua sekolah di Indonesia dapat
21
melaksanakan KTSP dengan menyeluruh. Apalagi selama ini, mayoritas
sekolah-sekolah masih berpusat dengan pemerintah pusat. Jadi untuk
menerapkan KTSP memerlukan soialisasi-sosialisasi dan proses pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas muncul suatu permasalahan bahwa suatu
proses belajar mengajar dan tujuan belajar dalam KTSP berbeda dengan
kurikulum sebelumnya untuk itu butuh kesiapan diri berbagai pihak termasuk
kesiapan kepala sekolah dan kesiapan guru sebagai objek pembelajaran yang
diharapkan mampu dalam mengajukan argumentasi dan rasionalisasi dan
berbagai sudut pandang untuk mendukung diterapkannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Salah satu Madrasah Aliyah yang menerapkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1
Malang. Di Madrasah Aliyah Muhammidyah 1 Malang, dalam proses belajar
mengajar para guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
sebagai acuan. Namun dalam penerapannya para guru masih mengalami
hambatan, seperti terbatasnya dana, waktu, dan tenaga pengajar, sehingga
penggunaan metode pembelajaran tersebut selama ini belum bias berlansung
secara optimal. Hal tersebut dapat mempengaruhi mutu pendidikan yang ada
di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang.
Penelitian tentang kurikulum relatif telah banyak dilakukan, seperti
yang dilakukan oleh Suci Ningsih yang berjudul Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 2 Batu. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah
22
suatu konsep kurikulum yang yang menekankan pada pengembangan
kemampuan dalam melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
perpormasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, yang berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Dalam penelitian tersebut, peneliti berusaha mengungkap faktor
pendukung dan penghambat dalam Implementasi KBK ini, terutama pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan dari pada penelitian
adalah untuk mengetahui Implementasi KBK ini dengan baik, untuk
mengetahui faktor yang telah menjadi pendukung dan penghambat dalam
Implementasi KBK, dan penulis juga ingin mengetahui persiapan pendidik
dengan adanya KBK ini, terutama Implementasi KBK yang terfokus pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.4
Melihat penelitian terdahulu di atas, tampaknya penelitian tentang
kurikulum adalah hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang. Karena, KTSP merupakan
penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yakni KBK.
B. Rumusan Masalah
4 Suci, Ningsih. 2006. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 2 Batu. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Tidak diterbitkan
23
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat di
rumuskan persoalan yang akan diteliti, yakni:
1. Bagaimanakah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah I Malang?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang?
C. Tujuan Penelitian
Untuk menghindari adanya ketidaksesuaian antara topik pembahasan
yang mungkin terjadi, maka berdasarkan rumusan diatas yang menjadi tujuan
penyusunan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah I Malang
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Secara teoritis
24
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta dapat menambah pemahaman
dan wawasan mengenai kurikulum baru yang menyempurnakan
kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
2. Secara praktis
a. Bagi Guru :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi untuk dapat :
1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
2) Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di
dalam pelaksanaan KTSP.
4) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang
profesinya sebagai guru.
b. Bagi Siswa
1) Menambah wawasan dan pemahaman mengenai KTSP.
2) Meningkatkan kepekaan siswa terhadap perkembangan IPTEK.
c. Bagi Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang
25
1) Sebagai studi banding pelaksanaan KTSP dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang
2) Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan
sekolah.
d. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai
salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dengan demikian, diharapkan peneliti sebagai
calon guru siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan
perkembangan Zaman.
E. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, pembatasan masalah pada Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standart
Isi (SI) dan Standart Kompetensi Lulusan (SKL) dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Di samping itu, peneliti membatasi penelitian ini pada faktor
pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah 1 Malang, dan membatasi ruang lingkup penelitiannya di
Madrasah Aliyah Muhamadiyah 1 Malang.
26
F. Defenisi Oprasional
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul skripsi ini dan agar tidak
meluas sehingga skripsi ini tetap pada pengertian yang dimaksud dalam judul
maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun penegasan istilah tersebut
sebagai berikut :
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah
pelaksanaan, penerapan. Sedangkan menurut Susilo (2007)
implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan
sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan
bahwa implementasi adalah put something into effect
(penerapan
sesuatu yang memberikan efek atau dampak).5
Berdasarkan definisi implementasi tersebut, implementasi
kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep,
dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Implementasi kurikulum tertulis (Written Curriculum) dalam bentuk
pembelajaran.6
5 Ibid. Hal, 174. 6 Ibid
27
Berdasarkan uraian tersebut, implementasi pembelajaran
berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,
konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga
dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam
bentuk pembelajaran.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Istilah kurikulum pada zaman Yunani kuno, berasal dari kata
Curere yang berarti tempat pertandingan . Kurir artinya pelari
yang bertugas menyampaikan berita dari suatu tempat ke tempat lain.
Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh dalam suatu
perlombaan lari atau rara cource . Analog dengan makna di atas,
kurikulum dalam pendidikan, diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran dan materi yang harus dikuasai peserta didik untuk
memperoleh ijazah tertentu.7
Selain itu para ahli kurikulum juga memberikan definisinya,
dalam bukunya Darsono (2006) ada beberapa pengertian kurikulum,
diantaranya menurut Mcdonal (1965) menyatakan bahwa kurikulum
sebagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran. Kurikulum juga
diartikan sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk
pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah (Beauchamp, 1981)
7 Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Hal, 126.
28
atau sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik (Hilda Taba,
1962).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah (1)
perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, (2)
perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.8
Ahli kurikulum lainnya Mauritz Johnson dalam bukunya
Sukmadinata, kurikulum Prescribes (or at least anticipates) the
result of in struction kurikulum merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup
dan urutan isi serta proses pendidikan. Jadi kurikulum adalah suatu
rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan
belajar mengajar.9
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.10
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Hal, 617. 9 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 4. 10 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hal, 5.
29
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan
dan silabus.11
3. Mutu Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki
pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus
pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa kata kunci
pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai
penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan
kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global
(fitness to global environmental requirements).
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi tentu ada sistematika pembahasannya.
Demikian pula dengan skripsi yang berjudul Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang . Penulis susun sistematika
pembahasannya sebagai berikut :
BAB I :
Merupakan kerangka dasar yang memuat orientasi pemahaman
dalam pengkajian, termasuk di dalamnya memuat pokok-pokok
pikiran yang menjadi persoalan sekaligus merupakan arah dalam
pembahasan penelitian ini. Sebagai pokok pikiran tentunya perlu
11 Ibid
30
sekali dijabarkan secara mendetail, pokok pikiran yang dimaksud
di sini adalah terdiri dari Pendahuluan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika pembahasan.
BAB II :
Menguraikan tentang kajian pustaka yang mengacu pada kriteria-
kriteria yang ada yaitu pmbahasan tentang tinjauan mengenai
Motivasi Belajar yang meliputi pengertian kurikulum, pengertian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), landasan yuridis
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karakteristik Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
acuan operasiomal penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), prinsip-prinsip Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), manajemen
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pengertian mutu, pengertian pendidikan, mutu pendidikan,
prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan
BAB III :
Bab ini berisi metode-metode yang sesuai yang digunakan penulis
untuk memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap dan
valid.
31
BAB IV :
Penulis berusaha memaparkan hasil penelitian tentang
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah I Malang yang meliputi: Deskripsi tempat
penilitian dan hasil penelitian.
BAB V Penulis berusaha memaparkan hasil analis data penelitian tentang
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah I Malang yang meliputi: Analisis data penelitian
dan pembahasan
VI Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis mengemukakan
kesimpulan hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan
realitas hasil penelitian, demi keberhasilan dan pencapaian tujuan
yang diharapkan
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Pengertian Kurikulum
Menurut Hilda Taba dalam Nasution (2003) mengemukakan
bahwa pada hakikatnya kurikulum merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang
berproduktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat komponen-
komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi
dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi hasil belajar.12
Sedangkan menurut Oliva dalam Hasan (2007) mengemukakan
bahwa kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban
terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Tantangan tersebut dapat
dikategorikan dalam berbagai jenjang seperti jenjang nasional, lokal dan
lingkungan terdekat (daerah). Tantangan tersebut tidak muncul begitu saja
tetapi direkonstruksi oleh sekelompok orang dan umumnya dilegalisasikan
oleh pengambil keputusan. Rekonstruksi tersebut menyangkut berbagai
dimensi kehidupan dalam jenjang-jenjang tersebut.13
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai
12 Nasution, S. MA.2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara. Hal, 7. 13 Hamid, Hasan. 2007. Pengembangan dan Implementasi KTSP, Konsep dan Substansi. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007. Hal, 1.
33
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu .
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan guru sebagai
pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan.
2. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Menurut Mulyasa (2006) menyatakan bahwa KTSP adalah suatu
ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang
paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan.
KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di
sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat.14
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
14 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal 20-21.
34
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus.15
3. Landasan Yuridis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :
a. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Ketentuan dalam UU
20/2003 yang mengatur KTSP adalah pasal 1 ayat (19); Pasal 18
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2);
Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38
ayat (1), (2).16
Dalam Undang-Undang tentang Sisdiknas dikemukakan
bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala. Selain itu juga
dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
15 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hal 5. 16 Ibid. Hal 4.
35
bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Menurut Mulyasa (2008) terdapat 8 Standar Nasional
Pendidikan yang harus diacu oleh sekolah dalam penyelenggaraan
kegiatannya. Ke 8 standar tersebut yaitu :
a) Standar isi (SI)
b) Standar proses
c) Standar kompetensi lulusan (SKL)
d) Standar pendidikan dan tenaga kependidikan
e) Standar sarana dan prasarana.
f) Standar pengelolaan
36
g) Standar pembiayaan
h) Standar penilaian pendidikan. 17
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP
adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal
6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8
ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2),
(3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3);
Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18
ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Selain itu, dalam peraturan tersebut juga
dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
dan Standar Isi (SI).
SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan
standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
17 Mulyasa. Op cit. Hal 20-21.
37
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
diorganisasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian;
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d) Kelompok mata pelajaran estetika;
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
mengatur tentang standar isi yang mencakup lingkup materi dan
tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar
isi mencakup sebagai berikut:
a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan
pedoman dalam penyusunan KTSP;
38
b) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan
dasar dan menengah;
c) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai
bagian tidak terpisahkan dari standar isi;
d) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan
pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006
mengatur tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan meliputi :
a) Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
dasar dan menengah;
b) Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran; dan
c) Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24
tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
39
satuan pendidikan dasar dan menengah serta peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Selain itu, dalam Permendiknas tersebut dikemukakan pula
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat
mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan
penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan menengah
yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Sementara bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang
belum atau tidak mampu mengembangkan kurikulum sendiri dapat
mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP,
ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah /
madrasah.
4. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
40
pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP
adalah :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.18
Sedangkan menurut Baedhowi (2007) menyatakan bahwa
tujuan KTSP adalah untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai
dengan kekhasan (karakteristik), kondisi, potensi daerah,
kebutuhan dan permasalahan daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional.19
5. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana
sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses
pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga
kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dalam
18 Ibid 19 Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007. Hal 7-8.
41
bukunya Mulyasa (2006) dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP
yaitu sebagai berikut :
a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.
Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan
kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan
masyarakat. Selain itu, sekolah dan satuan pendidikan juga
diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana
sesuai dengan prioritas kebutuhan.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi Dalam KTSP,
pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan
orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan
masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan
keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional Dalam KTSP,
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya
kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala
sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum
42
merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas
profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah
mengimplementasikan proses bottom-up secara demokratis,
sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
d. Tim Kerja yang Kompak dan Transparan Dalam KTSP,
keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan
pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat
bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-
masing untuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan
oleh semu pihak. Dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya
pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai
tujuan atau target yang telah disepakati bersama. Dengan demikian,
keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic effect) dari
kolaborasi team yang kompak dan transparan.20
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
20 Mulyasa. Op cit. Hal 29-32.
43
dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar
Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut (permendiknas, no 22 tahun 2006)
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta
didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
b. Beragam dan terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan
jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial,
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
44
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis.
Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena
itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan
memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan
spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill), kreatifitas sosial,
kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian kurikulum dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
45
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi
dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
7. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
46
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik. Pendidikan
merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif,
kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan
itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan
sosial, spiritual, dan kinestetik peserta didik.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah
memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan
pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan
keragaman dan mendorong pertisipasi masyarakat dengan tetap
mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus
ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
47
e. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik
memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan
pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang
membawa masyarakat berbasis pengetahuan, dimana IPTEK
sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan
harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian
perkembangan IPTEK sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan. Oleh karma itu, kurikulum harus dikembangkan
secara berkala dan kesinanambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung
peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia dengan tetap
memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena
itu, muatan kurikulum mata pelajaran harus ikut mendukung
meningkatkan iman, taqwa dan ahlak mulia.
48
h. Dinamika perkembangan gobal
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia
digerakan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin
dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing
serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan
suku dan bangsa lain.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan
wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting
bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong
berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada
budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
49
k. Kesetaraan jender
Kuirikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan
yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
l. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi,
tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
8. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) komponen-
komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut.
a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
50
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum.
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok
mata pelajaran sebagai berikut :
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknlogi.
d) Kelompok mata pelajaran estetika.
51
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan
dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban
belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu
materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke
dalam isi kurikulum.
c. Kalender Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan
jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan
pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah pengaturan
waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Kalender
pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-
masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada
dokumen standar isi dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah.21
21 Mulyasa. Hal 86.
52
9. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pelaksanaan
KTSP di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan
dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar,
yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/ atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan
53
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik
dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (dibelakang memberikan
daya dan kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa,
didepan memberikan contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi
strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Ketujuh prinsip diatas harus diperhatikan oleh para pelaksana
kurikulum (guru), dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, baik
menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
54
10. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Manajemen pelaksanaan kurikulum di sekolah merupakan bagian
dari program peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan pola
pengelolaan pelaksanaan kurikulum secara nasional. Menurut Caldwell &
Spinks dalam Susilo (2007) menyatakan bahwa manajemen pelaksanaan
kurikulum di sekolah mengatur kegiatan operasional dan hubungan kerja
personil sekolah dalam upaya melayani siswa mencapai kompetensi yang
sudah ditetapkan.22
Kegiatan sekolah tersebut terkait dengan kurikulum yang meliputi
perencanaan kegiatan belajar mengajar berdasar kurikulum yang berlaku
secara nasional dan lokal, penyampaian kurikulum, proses belajar
mengajar, dan evaluasi.
Berdasarkan konsep manajemen tersebut, menurut Susilo (2007)
menjelaskan bahwa manajemen pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) di sekolah meliputi antara lain :
a. Perencanaan
Perencanaan kurikulum secara nasional menjadi tugas
Depdiknas dan secara lokal menjadi tugas Dinas Pendidikan
Kabupaten. Namun dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh
untuk menyusun program-program perencanaan. Dalam menyusun
22 Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 154.
55
perencanaan program-program tersebut harus guru harus mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta
panduan penyusunan KTSP yang telah disusun oleh BSNP.
Adapun perencanaan program-program pengembangan KTSP
tersebut antara lain :
a) Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-
program berikutnya, yakni program semester, program
mingguan, dan program harian atau program
pembelajaran setiap kompetensi dasar.
b) Program semester
Program semester berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai
dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan
penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya
program semester ini berisikan tentang bulan, pokok
bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang
direncanakan, dan keterangan-keterangan.
56
c) Program mingguan dan harian
Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik,
disamping modul perlu dikembangkan program
mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran
dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah
dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap peserta didik.
Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar
setiap peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta
didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang
dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan
belajar diatas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang
cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang lambat
dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan
yang belum dicapai.
d) Program pengayaan dan remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran
dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil
analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-
tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh
tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil
analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada
pada program mingguan dan harian, untuk digunakan
57
sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi
modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib
mengikuti remedial, dan yang mengikuti program
pengayaan.
e) Program pengembangan diri.
Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban
memberikan program pengembangan diri melalui
bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang
menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain
guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi
kriteria pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan
memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh
karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa
berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan
konseling secara rutin dan berkesinambungan.
b. Pengorganisasian
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam KTSP dan
berbeda berbeda dari kurikulum sebelumnya adalah penerapan
pendekatan pembelajaran tuntas dan mengakui perbedaan
kecepatan belajar setiap siswa. Implikasinya adalah ada layanan
pembelajaran secara klasikal dan individual, seperti pengajaran
remedial bagi siswa yang belum kompeten, pengayaan bagi siswa
58
yang kompeten 75-85 %. Namun demikian pengorganisasian
kurikulum tingkat satuan pendidkan secara individual tersebut
perlu memperhatikan beban mengajar regular dan ketersediaan
SDM dan fasilitas.23
Gambar 2.1: Penyusunan Kegiatan Belajar Mengajar
(Sumber: Susilo 2007: 159)
c. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM)
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Dalam Mulyasa (2006:255-258)
pelaksanaan pembelajaraan berbasis KTSP mencakup tiga hal yaitu
: pre tes, pembentukan kompetensi, dan post-test. Ketiga hal
tersebut dijelaskan sebagai berikut ini:
a) Pre Tes (tes awal)
23 Ibid. Hal 155
59
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran
dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak
kegunaan dalam menajajagi proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre tes memegang
peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.
Fungsi pre tes antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses
belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka
akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka
kerjakan.
2. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
3. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah
dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar
yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran.
4. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses
pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang
telah dikuasai peserta didik, serta kompetensi dasar
60
mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian
khusus.
b) Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti
dari pelaksanaan proses pembelajaran yakni bagaimana
kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana
tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembentukan
kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosialnya.24 Kualitas pembentukan kompetensi dapat
dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.
Pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian
kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75 % oleh
karena itu setiap kegiatan belajar mengajar diakhiri
dengan penilaian pencapaian kompetensi siswa dan
diikuti rencana tindak lanjutnya. Hasil penilaian ada tiga
kemungkinan, yaitu kompetensi 75-85% dalam waktu
terjadwal, kompetensi lebih dari 85 % dalam waktu
kurang dari alokasi atau kompetensi dalam waktu
terjadwal, sebagaimana yang tergambar berikut :
Gamar 2.2: Tiga Kemungkinan Hasil Penelitian
24 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 256.
61
(Sumber: Susilo 2007: 160)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka tindak
lanjutnya ada tiga kemungkinan, yaitu pemberian remedi,
pemberian pengayaan, dan atau akselerasi. Perbedaan
tindak lanjut tersebut berdasarkan variasi pencapaian
kompetensi siswa sebagai berikut :
1. Melanjutkan ke KBM berikutnya secara klasikal bila
dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa
mencapai kompetensi minimal 85 %.
2. Pemberian remedi secara individual / kelompok
kepada siswa yang dalam waktu terjadwal belum
mencapai kompetensi minimal 75 %, sehingga siswa
tersebut belum diizinkan melanjutkan ke KBM
berikutnya.
3. Pemberian pengayaan kepada siswa yang sudah
mencapai kompetensi antara 75-85 % sedangkan
waktu terjadwal masih tersisa.
62
4. Pemberian izin akselerasi (percepatan) ke
pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) berikutnya
secara individual kepada siswa yang sudah kompeten
lebih dari 85 % sedangkan waktu terjadwal belum
habis.
Ilustrasi kegiatan di atas dapat diperjelas dengan
gambar sebagai berikut:
Gambar 2.2: Manajemen Kegiatan Pembelajaran Tuntas
(Sumber: Susilo, 2007:161)
c) Post test
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran
diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes,
post tes juga memiliki banyak kegunaan, teutama dalam
63
melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Fungsi post tes antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik
secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat
diketahui dengan membandingkan antara hasil pre
tes dan post tes.
2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan
yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta
kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum
dikuasainya.
3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu
mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu
mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk
mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.
4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan
terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
d. Penilaian hasil belajar / evaluasi
Evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi oleh pihak
dalam (guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut
64
evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak luar (badan independen atau
badan akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar
mencakup masukan (termasuk program), proses, dan hasil (Susilo
2007:162).
Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan
pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program.
Untuk lebih jelasnya di dalam Mulyasa (2006) dijelaskan sebagai
berikut :25
a) Penilaian kelas
Penilaian kelas dapat dilakuakan dengan ulangan
harian, ulangan umum, dan ujian akhir.
1. Ulangan harian
Ulangan harian dilakukan setiap selesai
proses pembelajaran dalam kompetensi dasar
tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat
soal yang harus dijawab para peserta didik, dan
tugas-tugas terstruktur yang berkaitan konsep yang
sedang dibahas, ulangan harian dilakukan tiga kali
dalam setiap semester.
2. Ulangan umum
25 Ibid. Hal, 258-261.
65
Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir
semester dengan bahan yang diujikan sebagai
berikut:
1) Ulangan umum semester pertama soalnya
diambil dari materi semester pertama.
2) Ulangan umum semester kedua soalnya
merupakan gabungan dari materi semester
pertama dan kedua, dengan penekanan pada
materi semester kedua. Ulangan umum
dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas
paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan
umum bersama, baik tingkat rayon, kecamatan,
kodya/kabupaten maupun provonsi.
3. Ujian akhir
Ujian akhir dilakukan pada akhir program
pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi
seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan,
dengan penekanan pada kompetensi dasar yang
dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian
akhir ini terutama digunakan untuk menentukan
kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak
tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat
atasnya.
66
b) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang
diperlukan dalam rangka memperbaiki program
pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar
dilakukan pada setiap tahun akhir kelas tiga.
c) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran
diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai
ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu
tertentu.
Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil
belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB) tidak semata-mata didasarkan atas hasil
penilaian akhir jenjang sekolah.
d) Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk
mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil
untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.
Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah,
daerah, atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara
berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai
67
satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan usaha dan keuletannya.
e) Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara
kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan
dasar, fungsi, dan mengetahui tujuan pendidikan nasional,
serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan
masyarakat, dan kemajuan zaman.
e. Pelaporan
Pelaporan mencakup laporan guru, laporan wali kelas, dan
laporan kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya Susilo (2007)
menjelaskan sebagai berikut : 26
a) Laporan guru
Memuat hasil pembelajaran (mencapai kompetensi
siswa) dan mata pelajaran yang menjadi
tanggungjawabnya. Laporan guru disampaikan kepada
wali kelas. Guru bisa melengkapi laporannya dengan
informasi tentang hambatan yang dihadapi, upaya yang
telah ditempuh, dan atau kegagalan yang terjadi karena
adanya hambatan yang tidak bisa diatasi. Informasi
26 Soesilo. Op cit. Hal 166-168.
68
tersebut merupakan bahan laporan wali kelas kepada
kepala sekolah dan sebagai bahan menyusun program
kerja tahun berikutnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.4: Pelaporan Guru
(Sumber: Susilo 2007: 166)
b) Laporan wali kelas
Memuat pretasi (pencapaian kompetensi) dari
kelas binaannya untuk disampaikan kepada orang tua
siswa dan siswa yang bersangkutan. Wali kelas juga
membuat laporan tentang profil kompetensi siswa dan
pembinaan yang pernah dilakukan atau kasus yang terjadi
dari kelas binaannya untuk disampaikan kepada kepala
sekolah. Laporan tersebut sebagai bahan kepala sekolah
membuat laporan sekolah.
69
Gambar 2.5: Laporan Wali Kelas
(Sumber: Susilo, 2007: 167)
c) Laporan Kepala Sekolah
Memuat hasil evaluasi kinerja sekolah secara
keseluruhan, profil kompetensi siswa di sekolah yang
dipimpinnya, serta pertanggungjawaban keuangan
sekolah. Laporan kinerja sekolah secara keseluruhan,
yang diharapkan dalam pedoman ini, lebih menekankan
pada laporan akuntabilitas, yaitu laporan
pertanggungjawaban berdasarkan kebenaran esensial dan
faktual disamping berdasarkan dokumen tertulis. Laporan
dibuat berdasarkan hasil evaluasi, akreditasi, dan hasil
analisis faktual.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut:
70
Gambar 2.6 : Pola laporan Kepala Sekolah
(Sumber : Susilo 2007:168)
B. Tinjauan Mengenai Mutu Pendidikan
1. Pengertian
Secara Etimologis, Mutu adalah Kualitas, derajat, tingkat, kadar dan
nilai.27 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mutu berarti karat, baik
buruknya sesuatu, kualitas, taraf (kepandaian, kecerdasan). 28 Istilah mutu
menurut Sanusi Uwes mengandung dua hal yaitu sifat dan taraf. Sifat
merupakan sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf
menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala.29 sedangkan pendidikan yang
diungkapkan oleh Marimba adalah bimbingan / pimpinan secara sadar oleh
27 M. Dahlan Al- Barry, Kamus Modern Bhs. Indonesia, Yogyakarta, Arkola, 1994, hal 432 28 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hal 735 29 Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hal 27
71
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. 30
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu, dalam hal ini mengacu
pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan"
yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau
psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya
serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas
berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua
komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa
dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler
maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun
yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.
Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)
dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta
atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu
cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya :
komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa
kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin,
keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb.
30 Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994 hal 24
72
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan.
Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam
artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus
jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya.
Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output)
yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school
based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab
akhirnya adalah pada hasil yang dicapai .
Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama
yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat
dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya :NEM
oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap
sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain
(kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi
diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan
tahun berikutnya.
Dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah keseluruhan
idealita yang ingin dicapai oleh lembaga-lembaga pendidikan dalam
merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan, secara umum maupun pendidikan
secara khusus. Dengan kata lain Mutu Pendidikan sangat ditentukan oleh
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan secara integral. Disisi lain mutu
pendidikan adalah satu bentuk keberhasilan yang dicapai baik berupa nilai,
73
kadar, derajat dan lain-lain yang juga berimplikasi pada pembentukan siswa
berkualitas.
Suryadi dan Tilaar menyebutkan bahwa Mutu pendidikan merupakan
kemampuan sistem pendidikan dasar baik dari segi pengelolaan maupun dari
segi proses pendidikan yang diarahkan secara efektifuntuk meningkatkan nilai
tambah dan faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.31
Jadi Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang memiliki prestasi
akademik dan non akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan
perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan
yang dihadapinya, baik itu di masa sekarang atau masa yang akan datang
(harapan bangsa)serta memiliki moral yang baik dan kuat . Mutu pendidikan
bukanlah suatu konsep yang berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dimana kebutuhan masyarakat dan
perubahan yang terjadi di masyarakat yang dinamis menuntut adanya tujuan
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Selain itu, menurut ajaran Islam pendidikan adalah perintah Tuhan dan
merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat-
ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain :
1. Dalam surat Al-Alaq 4 -5, yang berbunyi :
31 Ale Suryadi, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1993, Hal 108
74
Artinya:Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
2. Dalam surat An-Nahl 125 yang berbunyi :
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
3. Dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :
Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Ayat-ayat tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita
bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama.
Baik pada keluarganya maupun kepada orang lain sesuai dengan
kemampuannya.
75
2. Indikator Pendidikan yang Bermutu
Menurut Engkoswara bahwa produktivitas pendidikan yang efektif
dapat dilihat pada :
1) Proses atau efektifitasnya yang dilihat pada :
a) Masukan yang merata
b) Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
c) Keluaran atau lulusan serta yang diberikan relevan dengan
kebutuhan masyarakat
d) Pendapatan lulusan memadai 32
2) Proses suasana atau efisiensi yang dapat dilihat pada
a) Kegairahan atau motivasi yang tinggi
b) Semangat bekerja yang besar
c) Kepercayaan berbagai pihak
d) Pembiayaan , waktu dan tenaga yang sekecil mungkin dengan hasil
yang besar
Adapun Suryadi dan Tilaar mengindikator pendidikan yang bermutu
dengan :
1. Faktor input yang meliputi :
a) Besar kecilnya kelas sekolah
b) Faktor guru yang berkualitas
c) Faktor buku belajar
d) Faktor situasi belajar yang kondusif
32 Engkoswara, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta, Depdikbud, 1987, hal 42
76
e) Kurikulum yang memadai
f) Manajemen sekolah yang efektif
2. Faktor Output yang meliputi :
a) Partisipasi sekolah (dalam prestasi)
b) Efisiensi internal (proses belajar mengajar)
c) Prestasi belajar kognitif
d) Prestasi belajar afektif 33
3. Kriteria Pendidikan yang Bermutu
Penetapan kriteria tentang sekolah yang efektif masih belum ada
konsep yang tetap, karena terkait pada konsep mutu pendidikan yang masih
abstrak dimana konsepsi mutu pendidikan masih bergerak dari gagasan satu ke
gagasan lain diterjemahkan secara tepat kedalam ukuran dan tindakan yang
lebih nyata.
Maka dari itu untuk menetapkan kriteria pendidikan yang bermutu
terdapat beberapa pendekatan. Menurut Hoy Ferguson ada dua, namun
menurut Robbi ada tiga pendekatan, yaitu :
1). Pendekatan pencapaian tujuan
Maksudnya bahwa dalam menentukan kriteria pendidikan
difokuskan pada tujuan yang akan dicapai. Dalam perspektif ini tingkat
pencapaian mutu pendidikan ditandai dengan prestasi penguasaannya
dalam bidang ketrampilan dasar, kriteria tersebut meliputi :
33 Suryadi dan Tilaar, Op.Cit, Hal 34
77
a) Siswa mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar
b) Siswa dapat meraih prestasi akademik semaksimal mungkin pada
semua mata pelajaran
c) Adanya evaluasi yang sistematis yang menunjukkan adanya
keberhasilan
Penetapan kriteria pendidikan yang bermutu menggunakan perspektif
itu mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
a) Pendefinisian kriteria keefektifan yang diukur hanya pada satu dimensi
yaitu prestasi akademiknya saja
b) Pendekatan ini menekankan perhatiannya pada hasil yaitu murid dari
pada alat-alat atau proses pendidikan
c) Keberlangsungan terancam, dan mereka harus mampu mengukur
perkembangan pencapaian tujuannya.
2). Pendekatan proses
Keefektifan sekolah tidak hanya dilihat dari tingkat pencapaian tujuan
tetapi difokuskan pada proses dan kondisinya yang disebut dengan
karakteristik sekolah yang berupa :
a) Karakteristik internal yang meliputi daya kepemimpinan, proses
komunikasi sistem, sistem supervisi dan evaluasi sistem pembelajaran,
dan proses pembuatan keputusan
b) Karakteristik eksternal yaitu situasi yang berpengaruh pada pendidikan
yang diselenggarakan seperti kekayaan , tradisi sosio kultural, struktur
kekuatan politik dan demografi.
78
3). Pendekatan respon Lingkungan
Menurut pendekatan ini sekolah dikatakan sukses jika tujuannya
dinyatakan secara eksplisit, ditampilkan secara rasional dan bijaksana
diberi kesan teratur dan terkontrol, mempunyai struktur dan prosedur yang
pants, memberi pertanggung jawaban dan penampilan tindakan yang
menyakinkan.
Tilaar memberikan Kriteria sekolah yang efektif di Indonesia
dengan :
a) Sekolah yang memiliki kemampuan akademis yang diterapkan dalam
kurikulum nasional (kriteria ini disebut dengan kriteria akademik).
b) Sekolah yang mampu mendidik siswanya untuk berkepribadian yang
luhur, bermoral dan bertaqwa kepada Tuhan YME (kriteria ini
disebut juga dengan kriteria religio-moral)
c) Sekolah yang mampu menghasilkan tenaga pembangunan yang
tampil dalam jumlah memadai untuk berbagai sektor pembangunan
(kriteria ini disebut juga dengan kriteria relevansi atau
ketenagakerjaan) 34
Adapun kriteria pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan alam
indonesia, dengan menggunakan gabungan dari ketiga perspektif diatas
adalah sebagai berikut :
a) Sekolah yang mampu mendidik muridnya berkepribadian luhur,
bermoral, bertaqwa, berwawasan nasional dan kebangsaan
34 Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta , 2002,
79
b) Sekolah yang mampu menanamkan secara komprehensif atas
ketrampilan dasar untuk mencapai prestasi akademik berdasarkan
kurikulum nasional serta mengembangkan bakat dan minat individual
melalui pencapaian prestasi non akademik
c) Sekolah yang mampu menanamkan wawasan lingkungan dan sistem
nilai yang merefleksi sosio-kultural religius yang khas Indonesia yang
bermuatan pada pemahaman konsep diri atau percaya diri
d) Sekolah yang mampu menjalin kelangsungan hubungan kemitraan
yang harmonis dan sehat antar kepala sekolah, guru, orang tua murid
sehingga timbul pengakuan dan dukungan positif dari mereka
e) Sekolah yang mampu membuktikan kepemimpinan kepala sekolah
yang accountabel secara administratif dan akademik
f) Sekolah yang mampu menciptakan iklim yang sehat, bersemangat dan
bermotivasi tinggi pada semua komunitas sekolah
g) Sekolah mampu mengembangkan kreatifitas guru dalammengajar
secara kontinu, melakukan evaluasi, perubahan dan perbaikan
pengajaran
h) Sekolah yang mampu membangkitkan murid untuk berpartisipasi dan
memanfaatkan kompetisi akademik dan non akademik sebagai sarana
menumbuhkan motivasi dan belajar teman-teman sebaya.
80
4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan
Ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu dilaksanakan dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Seperti yang dijelaskan oleh
Sukmadinata, Jami at, dan Ahman dalam buku Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah Menengah (2006). Prinsip-prinsip peningkatan mutu
pendidikan tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesioanl
dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan
alat yang dapat digunakan oleh para professional pendidikan dalam
memperbaiki sistem pendidikan bangsa.
b. Kesulitan yang dihadapi oleh para profesional pendidikan adalah
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kegagalan sistem yang
mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses
baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncata-loncatan.
Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar
bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional
pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia
gelobal.
d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu
pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas,
dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada
81
kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.
Uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.
e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada
perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen
pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka
menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan
kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan yang baru atau
model-model mengajar, membimbing, dan melatih dalam membantu
perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia akan
menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, meyelesaikan
masalah, dan mengembangkan program baru.
f. Banyak profesional dibidang pendidikan yang kurang memiliki
pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki
pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau
takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan
bagaiman mengatasi tuntutan-tuntutan baru.
g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat
dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan
penyesuaian-penyesuaian dan peneyempurnaan. Budaya, lingkungan,
dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesinal pendidikan
harus dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang
pendidikan.
82
h. Masyarakat dan manejemen pendidikan harus menjauhkan diri dari
kebiasaan menggunakan program singkat, peningkatan mutu dapat
dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-
program singkat.35
35 Sukmadinata, Jami at, dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung. Hal, 9-10.
83
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan
dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Pada
bab ini akan diuraikan secara berturut-turut pokok bahasan dalam metode
penelitian yang berhubungan dengan jalannya penelitian: Pendekatan dan Jenis
penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data prosedur
pengumpulan data, analisisi data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap
penelitian. Uraian metode penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang
adalah metode kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor (1975) penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu kebutuhan.
84
Sedangkan menurut Sugiyono (2006) penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara Purposive dan Snowball, teknik pengumpulan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.36
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural) (setting) Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme
sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).
Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah, obyek yang alamiah adalah
obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek
tersebut.37
Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena
pada umumnya permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh
makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh
36 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Hal, 14 37 Ibid. Hal, 15
85
dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner,
pedoman wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial
secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.38
Selain alasan tersebut, peneliti juga mempunyai beberapa
pertimbangan-pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 39
Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu
pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti peristiwa
dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu
Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual
para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar
peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah
diharapkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhamadiyah I Malang dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan
mendalam.
38 Ibid. Hal, 399 39 Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 10.
86
B. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini kedudukan peneliti sebagai intrumen dalam
penelitian kualitatif memiliki peran ganda. Peneliti merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya
menjadi pelapor hasil penelitian.40 Dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan alat instrumen lain seperti dokumen resmi, tape recorder dan
kamera sebagai pendukung sesuai dengan metode pengumpulan data.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut
karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang telah
menerapkan KTSP.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan, apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya
bisa berupa benda, gerak, atau proses seuatu, dan apabila peneliti
40 Ibid. Hal, 121
87
menggunakan dokumentasi, maka dokumen catatanlah yang menjadi sumber
data, sedang isi catatan adalah objek penelitian atau variabel penelitian.41
Dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diklasifikasikan maupun analisis untuk mempermudah dalam menghadapkan
pada pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berhasil dari:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam
(indept interview) dan observasi partisipasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Sekolah, waka kurikulum,
dan sarana prasarana.
2. Sumber Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari informan di lapangan, seperti dokumen dan
sebagainya. Dokumen tersebut dapat berupa buku-buku dan literature
lainnya yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa
dokumen sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk menentukan data yang diperlukan maka, perlu adanya
prosedur atau teknik pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta-fakta yang
41 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Hal, 102.
88
diperoleh sebagai data-data objektif, valid serta tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya. Dalam pengumpulan data
skipsi ini, penulis menggunakan teknik atau metode sebgai berikut:
a) Metode Penggamatan (Observasi)
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki atau yang
sedang diteliti. Data-data dari metode ini adalah situasi umum, secara
mengajar, sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pembelajaran.
Dalam hak ini penulis menggunakan metode observasi
langsung, yaitu akan mengadakan pengamatan dan pencatatan dan
dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan peneliti untuk
memperoleh informasi tentang keadaan objek peneliti, keadaan saran
dan prasarana, keadaan fasilitas pendukung proses penerapan
implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
b) Metode Wawancara (Interview)
Yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu proses
untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penannya atau
pewancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan panduan wawancara.
89
Dalam penelitian ini jenis wawancara yang peneliti gunakan
adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan, untuk itu pertanyaan disusun dengan ketat.42
Metode ini sesuai digunakan untuk mengetahui implementasi
KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah
dan para guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang.
c) Metode Dokumentasi
Metode dekumentasi adalah metode pengumpulan data
dengan cara mencari data atau informasi yang sudah dicatat,
dipublikasikan dalam beberapa dokumen yang ada. Dalam hal ini
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa metode dekumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip
buku, surat kabar, majalah, prasasti, rapot, agenda, dan sebagainya.43
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengenai
keadaan dan lokasi guru ditinjau dari segi pengalaman-pengalaman
menggimplementasikan KTSP saat ini dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
42 Lexy J. Moleong. Op cit, 138. 43 Arikunto. Op cit, 236.
90
F. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya penataan secara sistematis catatan
hasil observasi, interview, dokumentasi, serta studi pustaka dan yang lainnya
untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang implementasi KTSP
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik analisis
data kualitatif, karena dalam penelitian ini terdapat data yang bersifat
kualitatif yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, kemudian
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan proses berfikir induktif,
yaitu, proses berfikir yang bertolak dari pengertian data yang bersifat khusus
ditarik kesimpulan yang bersifat umum, dan juga menerapkan proses berfikir
deduktif, yaitu proses berfikir yang bertolak dari pengertian yang bersifat
umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.44
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menerapkan keabsahan (trustwortinees) data atau temuan
diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan data
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam hal ini ada empat kriteria
yang digunakan yaitu:
a) Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) yang berfungsi: pertama,
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuan dapat dicapai: kedua, mempertunjukkan derajat
44 Sutrisno. Op cit, 136.
91
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
b) Kriteria keraliahan (transferibilitas), yaitu kriteria untuk mengetahui
apakah ada kesamaan antara konteks pengiriman dan penerima.
c) kriteria kebergantungan (dependebilitas), yaitu kriteria yang
digunakan untuk menilai apakah tehnik penelitian ini bermutu dari
segi prosesnya.
d) kriteria kepastian (konfirmabilitas), yaitu kriteria ini berasal dari
objektivitas non kualitatif. Dan sesuatu itu bisa dikatakan objektif
atau tidak bergantung pada pandangan, pendapat, dan penemuan
seseorang. Menurut Scriven (1971), objektif itu berarti dapat
dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.45
H. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Bogdan (1972), ada tiga tahapan dalam penelitian, yaitu:
a) Tahap pra lapangan, di antaranya:
1. Menyusun rancangan atau desain penelitian, seperti yang
sudah dijelaskan di depan.
2. Memilih lapangan penelitian. Penelitian ini berlokasi di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
3. Mengurus perizinan. Peneliti harus menghubungi dan
meminta izin, selain itu peneliti harus meghubungi dan
45 Lexy J. Moleong. Op cit,173-174.
92
meminta izin, selain itu peneliti juga harus menyiapkan: surat
tugas, surat izin instansi di atasnya, identitas diri (KTP, foto,
dan lain-lain), perlengkapan penelitian (foto, tape recorder,
vodeo recorder, dan lain-lain). Peneliti memaparkan tujuan
penelitian terhadap orang yang berwenang di wilayah
penelitian.
4. Menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti sudah mempunyai
orientasi terhadap lapangan penelitian.
5. Memilih dan memanfaatkan informasi. Informasi adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar serta subjek penelitian.
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Seperti yang telah
dijelaskan di atas.
b) Tahap pekerjaan lapangan
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
2. Memasuki lapangan. Dalam hal ini hubungan peneliti dengan
subjek penelitian harus benar-benar akrab sehingga tidak ada
lagi dinding pemisah di antara keduanya.
3. Berperan aktif sambil mengumpulkan data.
4. Tahap analisa data.
93
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejerah singkat
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang merupakan lembaga
pendidikan menengah tingkat atas yang diselenggarakan oleh yayasan
Muhammadiyah dalam hal ini Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (Majlis
Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang dan
secara koordinatif berafiliasi pada sistem pendidikan nasional yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama RI.
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berlokasi di Tlogomas,
tepatnya di Jalan Baiduri Sepah 27 Tlogomas, di atas area tanah seluas 3000 m²
yang meliputi bangunan (kantor, ruang kelas, masjid, dan laboratorium) seluas
804 m², lapangan olahraga 150 m², kebun 125 m², dan lain-lain seluas 221m².
Madrasah ini telah berdiri sejak 1978 dengan nama semula Sekolah Guru
Bawah (SGB) dan telah mengalami pasang surut hingga saat ini.
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang letaknya dikelilingi oleh
perguruan tinggi yaitu, Unibra, UIN Malang, UM, Unisma, Unmuh, ITN,
sehingga anak-anak yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi akan lebih
mudah menyesuaikan dalam melanjutkan ke perguruan tinggi. Hanya satu
yang menjadi kendala yaitu lokasi madrasah tidak tepat menghadap jalan raya
94
tetapi agak masuk sedikit, sehingga banyak orang belum mengenal kalau ada
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
Mungkin perkembangan akademik yang bagus menjadi penyebab para
peminat semakin menigkat. Jika pada tahun 2007
2008 para peminat
madrasah ini berasal dari masyarakat desa atau Kelurahan Tlogomas
Kecamatan Lowokwaru dengan radius 5 km, maka pada tahun 2008
2009
terjadi peningkatan hingga luar kota dan luar pulau.
2. Visi
Mewujudkan insan yang unggul dalam sains dan keimanan dengan dasar
bahasa Arab, bahasa Inggris serta Berketerampilan.
3. Misi
a. Memupuk minat dan bakat siswa, sehingga setiap siswa dapat berkembang
sesuai degan potensi yang dimiliki.
b. Membentuk siswa untuk berakhlaqul karimah.
c. Menciptakan lingkungan bersih dan agamis.
d. Membentuk pola pikir kritis dan ilmiah.
e. Menumbuhkan dan menjaga sikap disiplin serta bertanggung jawab dalam
bermasyarakat.
f. Menciptakan suasana belajar siswa aktif.
4. Tujuan
a. Tujuan Akademik
a) Meningkatkan nilai rata-rata Ujian Nasional, Standart minimal + 0,5.
95
b) Meningkatkan penerimaan lulusan di PTN minimal 50% dari jumlah
pendaftar.
c) Mewujudkan siswa yang terampil dalam berbahasa Arab dan bahasa
Inggris sehingga minimal siswa jurusan Bahasa mampu mengaplikasikan
dalam percakapan.
d) Meningkatkan SDM, dengan mengikuti pelatihan, lokakarya, seminar,
MGMP dan lain-lain.
e) Menciptakan suasana kompetisi keilmuan dan keagamaan.
b. Tujuan Non Akademik
a) Mampu menjuarai KIR tingkat Nasional dan mampu menjadi juara dalam
berbagai even lomba
b) Mampu mengoperasikan komputer baik Software maupun Hardware
c) Mampu mengaplikasikan Life Skill di masyarakat.
5. Lingkungan Demografis
Jumlah penduduk di Kota Malang atau Kabupaten Malang hampir 90 %
beragama Islam, sehingga hal ini merupakan modal dasar bagi pengembangan
madrasah ini di masa mendatang. Dalam kaitannya dengan pendidikan
pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan cenderung tak terkendali,
menjadikan masalah tersendiri dalam pengembangan proses pendidikan di
Malang raya baik menyengkut angka partisipasi kotor maupun angka
partisipasi murni.
Jumlah anak usia Madrasah Aliah di Malang Raya sebanyak 25 %.
Sedangkan jumlah madrasah jenjang Madrasah Aliah Swasta sebanyak empat,
96
yang terdiri atas : Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, MA Mubtadiin
Malang, MA Al-Amin Malang, dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2
Malang. Masalah pendidikan Malang raya menjadi masalah yang sangat
penting baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Penuntasan
wajib belajar 9 tahun masih menjadi suatu hal yang harus dicapai. Data
tersebut menjadikan kita lebih memiliki perhatian yang khusus dalam
menangani masalah-masalah pendidikan di daerah tersebut.
B. Penyajian Data
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum pendidikan merupakan satusatunya faktor penentu
keberhasilan proses belajar-mengajar (PBM), karena di dalam kurikulum
terdapat perangkat kurikulum yang cukup lengkap mulai dari struktur dan
beberapa mata pelajaran hingga incian bahan pelajaran yang dipelajari siswa,
dan juga mencakup kegiatan pembelajaran, bentuk-bentuk, serta penilaiannya.
Salah satu kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) atau bisa dikatakan kurikulum 2006. Hal ini sesuai dengan
apa yang dituturkan oleh ibu Muzainah. Sag selaku kepala sekolah, bahwa:
Lembaga ini sudah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) satuan pendidikan sejak tahun 2007 dan sudah dilaksanakan dengan baik hal ini dibuktikan dengan kemampuan guru dalam membuat rencana proses pembelajaran (RPP) dan silabus sesuai dengan kurikulum sekarang dan untuk
97
meningkatkan profesionalismenya para guru mengikuti kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kelompok kerja guru (KKG) . 46
Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan
tindak lanjut dari pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh satuan
pendidikan merupakan acuan bagi pelaksana pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor)
khususnya pada jalur pendidikan di sekolah, dan yang berperan besar dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang adalah guru, karena guru merupakan pelaksana
proses pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan penuturan ibu Muzainah. SAg selaku kepala
sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang bahwa,
Dalam proses perumusan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengikuti kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan setiap minggunya dalam 1 semester, oleh tim diantaranya komite, kepala sekolah, wakil kepala kurikulum, dan guru. Dan yang berperan adalah guru .47
Kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang diikuti oleh
para tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berguna
untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para tenaga pendidikan
46 Wawancara dengan Muzainah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang, pada 22 Juni 2010 47 Wawancara dengan Muzainah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang, pada 22 Juni 2010
98
dalam rangka memecahkan masalah, menemukan variasi metode belajar bagi
siswa, variasi media untuk meningkatkan proses belajar-mengajar (PBM) dan
kualitas pendidikan.
Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah dimulai sejak tahun 2007 dan
diberlakukan pada kelas X dan kelas XI, sedangkan untuk kelas XII masih
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) karena dari pihak
sekolah menyesuaikan dengan peraturan menteri nomor 24 pasal 2 ayat 2 tahun
2006 tentang pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
dilaksanakan secara bertahap dalam waktu paling lama tiga tahun dengan
tahapan tahun pertama (2007/2008) kelas I, tahun kedua (2008/2009) kelas X
dan XI, dan tahun ketiga (2009/2010) kelas X, XI dan XII.
Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
sekolah di tuntut untuk merencanakan kurikulum sendiri dan guru sebagai
salah satu pihak pelaksana kurikulum juga di tuntut untuk bisa menyiapkan
program pengajaran dan menciptakan suasana belajar di kelas. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).
99
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu
pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian
tujuan pendidikan Nasional yang terdiri dari: standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan
tujuan pendidikan khususnya Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah yang berada dibawah naungan
Departemen Agama berupaya mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Melalui KTSP ini Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berharap
dapat melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi
dan kondisi peserta didik. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) sebagai acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dapat di jelaskan
sebagai berikut:
1. Standar Isi
Profil standar isi madrasah dapat diungkapkan data sebagai berikut:
1) Dokumen Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
(Dokumen I dan II) lengkap dan siap diimplementasikan.
100
2) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang sudah menerapakan
dokumen Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
mulai tahun 2007.
3) Semua guru dan warga madrasah memiliki kesiapan dan kemampuan
untuk menerapakan kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1
Malang
a. Memahami Implikasi penerapan kurikulum Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang
b. Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang dipegang
c. Menggunakan silabus dan RPP untuk meningkatkan PBM
d. Memiliki dokumen pelaksanaan PBM (jurnal dan hasil evaluasi)
e. Memiliki komitmen untuk menerapkan kurikulum Madrasah
Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
4) Upaya-upaya yang dilakukan madrasah dalam menerapkan kurikulum
Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
a) Sosialisasi kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
b) Pembinaan, work shop, pelatihan pengembangan kurikulum
Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
c) Pengawasan/supervise/monitoring kurikulum Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang
d) Evaluasi Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
5) Madrasah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan
101
a) SKL-MP dan SK KD ada yang sama dengan permendiknas
b) SKL-MP dan SK KD ada yang lebih tinggi dari permendiknas.
Tabel 4.1
Data Pendukung Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran.48
Kondisi Nama mata pelajaran SKL_Mp dan SK-KD Peningkatan
dari standar Permendiknas
Tetap (sesuai standar permendiknas)
A. Agama dan Akhlak mulia x 1. Al Qur an Hadist x 2. Aqidah Akhlak x 3. Fiqh 4. SKI x 5. B. Arab x
B. Kewarganegaraan dan Kepribadian x 1. PKn x 2. Bhs. Indonesia x 3. Bhs. Inggris x
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknollogi x 1. Matematika x 2. Biologi x 3. Fisika x 4. Kimia x 5. Sosiologi x 6. Geografi x 7. SNU/Sejarah x 8. Ekonomi/Akuntansi x
D. Estetika x 1. SeniBudaya x 2. Ketrampilan/TIK x 3. Ketrampilan Bahasa Asing x
E. Pendidikan Jamani x 1. Penjaskes x 2. Muatan Lokal x
G. Pengembangan Diri x
6) Struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang
a) Mengembangakan 5 kelompok mata pelajaran
b) Mengembangkan 3 komponen mata pelajaran yaitu :
48 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
102
Mata pelajaran sesuai standar nasional pendidikan
Komponen muatan lokal komponen pengembangan diri
Data Pendukung Pengembangan Kelompok Mata Pelajaran
Dalam Struktur kurikulum madrasah kelompok mata pelajaran yang
dikembangkan dalam struktur kurikulum di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang.
Tabel 4.2
Kelompok Mata Pelajaran.49
NO KELOMPOK MATA PELAJARAN
NAMA MATA PELAJARAN
1 Agama dan Akhlak Mulia ( ) Pendidikan Agama Islam ( ) Al Qur an Hadist ( ) Aqidah Akhlak ( ) Fiqih ( ) SKI
( ) Bahasa Arab ( ) Munlok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan
kecakapan Hidup (PKH) 2 Kewarganegaraan dan kepribadian
( ) PPKN (x) Bhs Indonesia (x) Munlok, pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan kewarganegaraan dan kepribadian.
3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (x) matematika (x) Biologi (x) Fisiska (x) Kimia (x) Sosiologi (x) Geografi ( ) Sejarah (x) Ekonomi/Akuntansi (x) Bahasa Inggris (x) mulok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan IPTEK
4 Estetika ( ) pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan ( ) Mulok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan Estetika.
5 Jasmani, Olahraga dan Kesenian ( ) Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan (Penjaskes) ( ) Mulok, Pengembangan Diri (Pd) Dan Pendidikan Kecakapan Hidup (Pkh) Yang Berwawasan Jasmani, Olahrag Dan Kesehatan
Kesimpulan
Keterangan beriklah tanda silang ( x )
49 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
103
Berdasarkan table di atas, maka struktur kurikulum yang
dikembangkan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang adalah
sebagai berikut :
Komponen struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang
Table 4.3.
Struktur Kurikulum MAM 1 Malang Kelas X.50
Komponen Sem 1 Sem 2 1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur an Hadist 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 5. Bahasa inggris 4 4 6. Matematika (4) 5 5 7. Fisika (2) 3 3 8. Biologi 2 2 9. Kimia 2 2 10. Sejarah 1 1 11. Geografi 1 1 12. Ekonomi 2 2 13. Sosiologi 2 2 14. Seni Budaya 2 2 15. Pendidikan Jasmani, Olah Raga,dan Kesehatan 2 2 16. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 17. Pengembangan Diri 2 2 Jumlah 44 44
7) Kurikilum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang Kelas XI dan
XII
a) Kurikulum MAM 1 MALANG Kelas XI dan Kelas XII Program
IPS , dan Program Bahasa, terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan
local dan pengembangan diri Kurikulum tersebut secara berturut-
turut disajikan pada Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6.
50 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
104
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan cirri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansinya muatan lokal ditentukan tersendiri oleh satuan
pendidikan Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolahnya. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan social, belajar dan
pengembangan karir peserta didik.
b) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
c) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 dan 45 menit.
105
d) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu.
Table 4.4
Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang Kelas XI dan XII Program IPA.51
Komponen XI XII IPA Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 4 4 4 4 6. Matematika (4) 5 5 5 5 7. Fisika (4) 5 5 5 5 8. Kimia 4 4 4 4 9. Biologi (4) 5 5 5 5 10. Sejarah 1 1 1 1 11. seni budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan
2 2 2 2
13. teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2 14. Ketrampilan/Bahasa Asing B. Muatan Lokal *0 Biologi 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri **) 2 2 2 2
47 47 47 47
RESPONSI IPA XI XI XI XI Fisika 2 2 2 2 Kimia 1 1 1 1 Biologi 1 1 1 1 Matematika 1 1 1 1 Bahasa Inggris 1 1 1 1 JUMLAH 6 6 6 6
Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53
51 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
106
Tabel 4.5
Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah
I Malang Kelas XI dan XII IPS.52
Komponen XI XII IPS Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 4 4 4 4 6. Matematika (4) 5 5 5 5 7. Sejarah 5 5 5 5 8. Geografi (3) 4 4 4 4 9. Ekonomi (4) 5 5 5 5 10. Sosiologi (3) 1 1 1 1 11. seni budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan
2 2 2 2
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2 2
14. Ketrampilan/sablon B. Muatan Lokal *) Akuntansi 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri **) (2) 2 2 2 2
47 47 47 47
RESPONSI IPS XI XI XI XI Matematika 2 2 2 2 Geografi 1 1 1 1 Ekonomi 2 2 2 2 Bahasa Inggris 1 1 1 1
JUMLAH 6 6 6 6
Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53
52 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
107
Tabel 4.6
Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang Kelas XI dan XII Bahasa.53
Komponen XI XII BAHASA Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 - - c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan
Islam - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 5 5 5 5 6. Bahasa Asing *) (Arab) 4 4 4 4 7. Matematika (3) 4 4 4 4 8. Sastra Indonesia 4 4 4 4 9. Antropologi 2 2 2 2 10. Sejarah 2 2 2 2 11. Seni Budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan
2 2 2 2
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2 2
14. Bahasa Jerman (2) 4 4 4 4 B. Muatan Lokal **) C. Pengembangan Diri **) (2)
2 2 2 2
Jumlah 47 47 47 47
RESPONSI BAHASA XI XI XII XII Matematika 2 2 2 2 Bahasa Inggris 2 2 2 2 Bahasa Arab 2 2 2 2
Jumlah 6 6 6 6
Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (1 jam ttap muka PBM)
8) Pengaturan beban belajar siswa
53 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
108
MAM 1 Malang menyelenggarakan program pendidikan
dengan menggunakan sistem paket. Sistem paket adalah sistem
penyelenggaran program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban
belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang berlaku pada MAM 1 Malang. Beban belajar
setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam
pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik unuk mengikuti program pembelajaran
melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban
belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada MAM 1
Malang ditetapkan berlangsung selama 45 dan 40 menit. Beban
belajar kegiatan tatap muka per minggu pada MAM 1 Malang adalah
jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu adalah 52 jam
pembelajaran. Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk
setiap satuan pendidikan adlah sebagaimana tertera pada table berikut
ini.
109
Table 4.7.
Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan.54
Satuan Pendidikan
Kelas
Satu jam pem. Tatap muka
(menit)
Satu jam pem. Per minggu
Minggu Efektif
per tahun ajaran
Waktu pembelajar
an per tahun
Jumlah jam per tahun (@60 menit)
SMA/MA/
SMALB*)
X s.d.
XII
45 38-39 34-38 1292-1482
jam
pembelajar
an (58140-
66690
menit
969-
1111,5
MAM 1
Malang
X s.d.
XII
40 52 38 2014 jam
pembelajar
an (80560
menit )
1342.667
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pe,nelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelesaian penugasan ditentukan oleh pendidik.
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh
peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
54 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
110
kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terrstruktur terdiri dari :
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur bagi peserta didik pada MAM 1 Malang maksimum 60 %
dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan. Penyelesaian program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket adalah tiga tahun untuk MAM 1 Malang.
Program percepatan (Akselerasi) diselenggarakan untuk
mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
111
Berikut rincian masuk seperti tabel 4.8 di bawah ini :
Dengan rincian masuk jam 07.00 dan pulang jam 13.20 untuk
hari Senin s.d Kamis (hari Senin jam pertama Upacara Bendera), hari
Jum at masuk jam 07.0 dan pulang 12.40 setelah Sholat Jum at
berjama ah (1 jam pelajaran) Setelah Sholat dan diadakan
pembelajaran membaca Al Qur an bagi siswa yang nilainya kurang
dalam membaca Al Qur an, sedang hari Sabtu masuk jam 07.00 dan
pulang jam 10.30 (2 jam pelajaran kegiatan life skill).
Jam Ke- Senin s/d Kamis Jumat Sabtu 1 07.00 07.50 07.00 07.50 07.00
07.50 2 07.50 08.30 07.50 08.30 07.50
08.30 Sholat Dhuha Sholat Dhuha 08.30 - 09.10 3 09.00
09.40 09.00 09.40 09.10
10.30 (Life Skill) 4 09.40 10.20 09.40 10.20
5 10.20 11.00 10.20 11.00
6 11.00 11.40 Sholat Jum at
Sholat Dhuhur 7 12.00 12.40 12.15 12.40
8 12.40
13.20
112
9) Beban Belajar Siswa Per Minggu
TM = 52 JP x 40 = 2080 + 60% TM (TS dan TMTS) = 3328
(540 /hari atau 9Jam/hari)
Keterangan :
TM = Tatap Muka
TMTS = Tugas Mandiri Terstruktur
Beban belajar siswa TM = 40 x 42 JP = 1.680
TS & MTS = 50% x 1.680
= 840
Jumlah = 2.520 (4207 hari atau 7
jam/hari)
Table 4.9.
Data pendukung pengaturan beban belajar siswa MAM Malang Kelas X.55
Kegiatan Pembelajaran Penugasan No.
Komponen Kurikulum
Kls Jml. jam
belajar
Jml. Tatap muka
Terstruktur
Mandiri/tidak terstruktur
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan
Agama
a. Qur an Hadist 42 42 21
b. Aqidah Akhlaq 28 28 14
c. Fiqih 42 42 21
d. Sejarah & Kebud. Islam
14 14 7
2. Kewarganegaraan 42 42 21 3. Bahasa Indonesia 86 86 43 4. Bahasa Inggris 106 106 53 5. Matematika 119 119 60 6. Fisika 63 63 32 7. Biologi 50 50 25 8. Kimia 44 44 22 9. Sejarah 35 35 18 10. Geografi 34 34 17 11. Ekonomi 58 58 29 12. Sosiologi 35 35 18 13. Seni Budaya 28 28 14
55 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
113
14. Penjasorkes 42 42 21 15. TIK 56 56 28 16. Keterampilan /
Bahasa 21 21 11
B. Muatan Lokal 38 38 19 C. Pengembangan
Diri 49 49 25
Kurikulum madrasah telah menggunakan sistem penilaian dan
ketuntasan belajar tetapi kurikulum madrasah belum melaksanakan
monitoring, evalusi, revisi dan pengembangan kurikulum madrasah.
Peran atau bentuk keterlibatan komite madrasah dalam upaya
pemenuhan standar isi, adalah memberikan bantuan dalam bentuk
pembiayaan dan suport maupun kritik yang sangat membangun.
2. Standar Kompetensi Kelulusan
Tujuan diselenggarahkannya pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang adalah meningkatkan kecerdasan, mutu
pendidikan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia serta keterampilan
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan di atas
selanjutnya diterjemahkan dalam standar kompetesi lulusan (SKL) yang
ingin dicapai oleh pendidikan Aliyah ini. Sebagaimana disinggung di
depan, SKL ini juga tidak berbeda dengan sekolah menengah lainnya
karena memang sama-sama merujuk pada Permen Diknas No. 23 tahun
2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) untuk satuan dasar dan
menengah, yaitu:
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut, sesuai dengn
perkembangan remaja
114
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memnfaatkan
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas
perilaku, perbuatan dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara
logis, kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
dalam pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil
yang terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
115
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan
di masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap
orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan
berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan tinggi.
Kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan
oleh BNSP sebagai berikut :
1) Diharapkan dapat membentuk menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa serta berakhlaq mulia yang didasari pada Al Qur'an dan
Hadist
2) Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status,
hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
116
dan bernegara serta peningkatan kwalitas diri sebagai manusia.
3) Memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan
mandiri.
4) Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan
individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan kebersamaan yang harmonis.
5) Meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif,
disiplin kerja sama dan hidup sehat.
Untuk mencapai tujuan dan SKL di atas, Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang membuat kelompok matapelajaran dengan
mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa kurikulum
untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas 5 kelompok mata pelajaran,
yaitu: Agama dan Akhlaq Mulia; Kewarganegaraan dan Kepribadian; Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi; Estetika; dan jasmani, Olahraga dan
Kesehatan dengan cakupan sebagai berikut:
Tabel 4.10.
117
Kelompok Mata Pelajaran.56
No KELOMPOK MATA
PELAJARAN
CAKUPAN
1
Agama dan Akhaq Mulia
Kelompok mata pelajaran agama dan akhaq mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Alloh SWT serta berakhaqul karimah. Akhaq mulia mencakup etika, budi
pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
2
Kewarganegaraan dan Kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam hidup ermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kwalitas diri sebagai manusia.
3
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan ini mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan individual sehingga mampu mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
5
Jasmani, Olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerjasama dan hidup sehat.
Penyusunan Struktur kurikulum didasarkan atas standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetpkan oleh
BSNP. Madrasah atas persetujuan Komite Madrasah dan
mempertimbangkan sarana belajar dan kondisi sosial ekonomi serta minat
siswa, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut :
1) Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah
diprogramkan dalam struktur kurikulum.
2) Kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh siswa
3) Kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri dari :
a. Program Ilmu Pengetahuan Sosial
b. Program Bahasa, dengan mengambil spesialisasi bahasa Arab
56 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012
118
C. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Dalam peningkatan mutu sistem pendidikan nasional kurikulum
mempunyai peran sangat besar dan penting. Kurikulum adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pembaharuan sistem pendidikan akan membawa
arti jika dilakukan dengan melakukan penataan kurikulum. Dengan kurikulum
idealisasi tentang wujud penyelenggaraan pendidikan dapat diperkirakan, baik
dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Dapatlah dikatakan bahwa kurikulum
seperti digambarkan itu sebagai sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang
pendidikan.
Sebagaimana diketahui, bahwa setiap cita-cita merupakan sesuatu
harapan. Jadi apa yang direncanakan dalam kurikulum yang bersifat formal
(resmi) pada dasarnya mencerminkan cita-cita (idealisasi) tentang wujud hasil
pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum semacam ini dapat
dipandang sebagai kurikulum formal atau kurikulum ideal. Kurikulum itu pada
prinsipnya di dalam ilmunya ada dua bentuk, yaitu formal kurikulum atau
kurikulum resmi, atau kurikulum ideal dan informal kurikulum.
Kurikulum resmi adalah kurikulum yang disusun secara resmi oleh
pemerintah seperti Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan
segala macamnya, oleh karena itu kurikulum formal sering pula disebut
kurikulum yang tertulis. Sedangkan kurikulum informal atau kurikulum tidak
resmi, atau kurikulum tidak nyata adalah pelaksanaan kurikulum dalam praktek
pembelajaran. Pengertian kurikulum ini sangat fundamental dan
119
menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses
pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh/dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Di dalam KTSP memuat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik.
Oleh karena itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah. Sekolah diminta untuk mengembangkan kurikulum
sekolah yang nantinya dijabarkan oleh guru-guru dengan mengacu pada
standar-standar nasional pendidikan. Standar-standar nasional yang menjadi
acuan dalam mengembangkan kurikulum diantaranya Standar Isi dan Standar
Kompetensi Kelulusan.
1) Persiapan Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara, observasi atau pengamatan serta
studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui
implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
120
dilakukan oleh guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang . Secara
garis besarnya meliputi sebagai berikut :
a. Pengembangan Program
Langkah pertama persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh
para guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah
melakukan pengembangan program. Dalam KTSP pengembangan
program mencakup program tahunan, program semester, program
mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial serta program
bimbingan dan konseling.
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk jangka waktu satu tahun dalam rangka mengefektifkan
program pembelajaran. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan
oleh guru sebelum tahun ajaran baru, karena merupakan pedoman bagi
pengembangan program-program berikutnya yaitu program semester,
program mingguan dan harian, dan program harian atau program
pembelajaran setiap kompetensi dasar. Program tahunan yang disusun
oleh guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang diantaranya
memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa setelah mempelajari pokok bahasan tertentu, alokasi
waktu serta keterangan.
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.
121
Program semester yang disusun oleh guru Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang berisikan tentang bulan, pokok bahasan
yang hendak disampaikan, alokasi waktu serta keterangan-keterangan.
Program mingguan dan harian merupakan penjabaran dari
program semester dan program modul. Dari program ini dapat
teridentifikasi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
dilayani melalui kegiatan remedial, sedangkan untuk siswa yang
cemerlang akan dilayani melalui kegiatan pengayaan agar siswa
tersebut tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.
Program pengayaan dan remedial merupakan pelengkap dan
penjabaran dari program mingguan dan harian. Program ini
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan
terhadap tugas-tugas, hasil tes, dan ulangan. Hal ini berdasarkan
pernyataan Adi Farman, Spsi selaku guru Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :
Saya melaksanakan program remidi diberlakukan untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan, siswa tersebut diberi kesempatan untuk menuntaskan kompetensi-kompetensi dasar yang belum tuntas. Siswa yang belum tuntas dalam kompetensi dasarnya nilainya tidak dicantumkan dalam raport, siswa tersebut hanya menerima raport bayangan. Setelah siswa mengikuti program remidi, serta dievaluasi ternyata sudah tuntas kompetensi dasarnya maka siswa tersebut baru berhak menerima raport 57
Sedangkan program pengayaan diberlakukan bagi siswa yang
nilainya diatas nilai standar ketuntasan, program pengayaan tersebut
57 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
122
seperti pemberian tugas-tugas atau dalam bentuk soal-soal yang bisa
dikerjakan secara individu maupun kelompok
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nadia Af'idati, SS
selaku guru mata pelajaran bahasa arab di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :
Setiap ada siswa yang nilainya masih kurang, siswa akan dipanggil oleh pihak sekolah untuk diberi pengarahan agar mengikuti program remedial 58
Program pengembangan diri di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang sebagian besar melalui kegiatan
ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling melalui konselor, hal ini
berdasarkan pernyataan Syaiful Arif, Sag selaku bagian kesiswaan di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :
Program pengembangan diri di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagian besar melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling/konselor. Kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu pramuka, sedangkan yang tidak wajib seperti Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR), Paskibraka, kepemimpinan, jurnalistik dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut mampu berprestasi baik di tingkat lokal maupun nasional 59
b. Penyusunan persiapan mengajar
Sebagai persiapan mengajar guru mata pelajaran di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang menyusun silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
58 Wawancara dengan Nadia Af'idati, SS di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010 59 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010
123
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu. Silabus yang disusun mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Dalam KTSP pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya
kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu
melaksanakannya. Berkaitan dengan hal tersebut guru Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang belum mampu menyusun silabus
sendiri. Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang masih
mengadopsi model silabus dari Depdiknas, selanjutnya model silabus
tersebut ditelaah dan disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Berikut adalah hasil wawancara dengan guru-guru Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang mengenai penyusunan silabus pada
mata pelajaran: Ainul Hayatin, Spd selaku guru mata pelajaran Bahasa
Inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
mengemukakan :
Pada saat ini penyusunan silabus secara terpadu, penyusunan silabus dibahas dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kota Malang , selanjutnya model silabus tersebut dibawa ke sekolah untuk ditelaah dalam MGMP tingkat sekolah, kemudian silabus tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah. Silabus tersebut dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Didalam silabus dijelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, media pembelajaran, metode pembelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam RPP 60
60 Wawancara dengan Ainul Hayatin, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010
124
Uraian serupa dikemukakan oleh Titis Sari Handayani, Spd
selaku guru mata pelajaran ekonomi sebagai berikut :
Secara jujur, saya mendapatkan contoh-contoh model silabus dari Depdiknas, selanjutnya model-model tersebut dievaluasi sesuai dengan karakteristik siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang. Apabila model tersebut sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah maka digunakan, namun sebaliknya apabila model tersebut tidak sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah maka model tersebut tidak akan digunakan atau direvisi terlebih dahulu 61
Pernyataan guru-guru tersebut diperkuat dengan pernyataan
Wakil Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang,
Drs. Achmad Romli sebagai berikut:
Penyusunan silabus disusun secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), selanjutnya model silabus tersebut disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa-siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 62
Penyusunan silabus oleh guru mata pelajaran di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang tidak mengalami hambatan yang
berarti. Hal ini berdasarkan pernyataan Wakil Kepala Sekolah
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, Drs. Achmad Romli.
Selanjutnya mengenai manfaat dari silabus, berikut hasil wawancara
dengan Titis Sari Handayani, Spd selaku guru mata pelajaran ekonomi
Madrasah Aliyah Muhammadiyah sebagai berikut :
Manfaat dari silabus adalah sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan
61 Wawancara dengan Titis Sari Handayani, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 12 Januari 2010 62 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010
125
Pembelajaran (RPP), pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem nilai 63
Persiapan pembelajaran berikutnya yang disusun oleh guru mata
pelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan
perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi tentang : alokasi
waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, materi pokok atau pembelajaran, metode, strategi
pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian.
Dari hasil wawancara secara mendalam serta studi dokumentasi
yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa penyusunan RPP
yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang telah sesuai dengan acuan dalam KTSP.
Guru telah diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan
menyesuaikan silabus sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah serta
dengan karakteristik peserta didik.
Berikut hasil wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd
selaku guru mata pelajaran Penjaskes di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang :
63 Wawancara dengan Titis Sari Handayani, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang pada 12 Januari 2010
126
Dalam penyusunan RPP, saya membuatnya menjadi satu untuk
beberapa kali pertemuan tatap muka, hal ini dikarenakan adanya kesibukan-kesibukan yang harus diselesaikan 64
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh
guru mata pelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
sebagai persipan pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak mengalami
hambatan yang berarti. Hal ini berdasarkan pernyataan Bambang
Hermanto, SPd selaku guru mata pelajaran Penjaskes di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :
Secara umum dalam penyusunan RPP berbasis KTSP, saya tidak mengalami hambatan yang berarti, hal ini disebabkan telah adanya panduan dalam penyusunan RPP yang mengacu pada silabus
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Adi Farman, Spsi
selaku guru mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :
Berkaitan dengan penyusunan RPP, saya tidak merasa mengalami hambatan, akan tetapi karena sekarang mata pelajaran IPS telah terintegrasi, maka saya harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengajar mata pelajaran yang bukan basic saya 65
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
a) Kegiatan awal atau pembukaan
Dari hasil observasi atau pengamatan dan wawancara secara
mendalam dapat diketahui bahwa kegiatan awal atau pembukaan
pembelajaran selalu dimulai dengan kegiatan apersepsi serta persiapan
bahan pembelajaran baik oleh guru atau siswa. Berikut hasil
64 Wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 65 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 22 Juni 2010
127
wawancara dengan guru-guru mata pelajaran di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang berkaitan dengan kegiatan awal
pembelajaran sebagai berikut :
Bambang Hermanto, SPd selaku guru mata pelajaran Penjaskes di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai
berikut :
Sebelum proses pembelajaran dimulai, saya absensi siswa terlebih dahulu, selanjutnya saya selalu berusaha untuk mengkondisikan siswa supaya tenang terlebih dahulu, serta menanyakan materi-materi pada pertemuan sebelumnya, setelah itu saya baru memulai materi pelajaran 66
Sementara itu, Adi Farman, Spsi selaku guru mata pelajaran PPKn
di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menyatakan sebagai
berikut :
Pada kegiatan awal pembelajaran, saya melakukan apersepsi selama kurang lebih lima menit seperti absensi, mempersiapkan kondisi siswa supaya tenang dan menuntun siswa untuk memperhatikan terhadap materi pelajaran, selanjutnya saya baru memulai meteri pelajaran. Selain itu, saya juga harus mempersiapkan strategi pembelajaran dengan sebaik-baiknya misal membuat pedoman dalam menilai kemampuan siswa pada saat diskusi antara lain dinilai bagaimana siswa menyampaikan materi, keluasan materinya, keaktifan, kekompakan serta membuat soal-soal evaluasi dan sebagainya 67
Uraian serupa dikemukakan oleh Riyono, SPd selaku guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang sebagai berikut :
66 Wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 67 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 22 Juni 2010
128
Biasanya saya sebelum mengajar melakukan hal-hal sebagai berikut
mempersiapkan kondisi siswa di kelas, absensi, selanjutnya siswa dituntun untuk memperhatikan materi yang akan disampaikan. Selain itu saya juga mencoba mereview (mengulang) kembali materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya 68
Selanjutnya mengenai kegiatan pre-test, guru selama ini jarang
melakukannya, hal ini karena waktu yang tersedia terbatas. Berikut
hasil wawancara dengan Riyono, SPd di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :
Dalam kegiatan pembelajaran, saya tidak melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, hal ini disebabkan waktu yang tersedia sangat terbatas sedangkan kompetensi yang harus dicapai banyak
b) Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi
Dari hasil wawancara secara mendalam, observasi atau
pengamatan serta studi dokumentasi dapat diketahui kegiatan yang
dilakukan pada proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag dapat
dijelaskan sebagai berikut :
(1) Metode atau strategi pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
dalam proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malanag menerapkan metode ceramah bervariasi, diskusi, tanya jawab,
observasi serta penugasan. Pemilihan metode pembelajaran
68 Wawancara dengan Riyono, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
129
disesuaikan dengan kompetensi atau materi yang harus dikuasai siswa
dan waktu yang tersedia.
Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan penggunaan
metode atau strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag.
Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata pelajaran bahasa
inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag
mengemukakan sebagai berikut :
Dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berbasis KTSP, keaktifan siswa sangat diprioritaskan. Sekarang metode ceramah sudah jarang digunakan, kalau digunakan pun menggunakan metode ceramah bervariasi. Saya tetap menggunakan ceramah karena untuk mengantarkan siswa, seandainya tidak berceramah siswa akan mengalami kesulitan. Dulu saya selalu menggunakan ceramah, jadi saya sebagai pusatnya sedangkan siswa hanya pasif, sekarang pembelajaran lebih enak karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran 69
Lebih lanjut Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata pelajaran
Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag
mengemukakan bahwa:
Selain ceramah bervariasi, saya juga menggunakan metode diskusi. Dengan diskusi siswa dilatih untuk berani tampil, siswa juga dilatih untuk memecahkan masalah sendiri. Selain itu, dengan adanya diskusi siswa akan lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selama ini proses pembelajaran hanya dilakukan di ruang kelas dan perpustakaan. Sebenarnya ada program untuk melakukan kegiatan belajar di luar ruang kelas, namun karena terbatasnya waktu yang tersedia sehingga program tersebut tidak dapat dilaksanakan secara optimal 70
69 Wawancara dengan Donna Sita Andriani di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
130
Uraian serupa juga dikemukakan oleh Syaiful Arif, Sag selaku
guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang sebagai berikut :
Saya selama ini masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sebenarnya ada keinginan untuk melaksanakan model-model pembelajaran yang lainnya seperti CTL, problem solving, dan sebagainya, namun dalam prakteknya mengalami beberapa hambatan misal dana serta waktu dan sebagainya, sehingga saya pun kembali lagi menggunakan metode ceramah tersebut. Seandainya saya tidak kretif dalam berceramah, maka siswa tidak akan berantusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini yang menyebabkan sampai sekarang menjadi permasalahan yang belum dapat terselesaikan 71
Selanjutnya Syaiful Arif, Sag menambahkan bahwa:
Hal-hal yang sudah saya usahakan agar pelajaran tersebut menarik bagi siswa antara lain saya memberikan motivasi-motivasi, selalu mengaitkan materi dengan peristiwa-peristiwa factual, memberikan guyonan-guyonan yang membuat Susana kelas menjadi menyenangkan
Pernyataan-pernyataan para guru tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari beberapa siswa-siswi di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang. Berikut hasil wawancaranya.
Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang mengatakan sebagai berikut :
Saya dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran, misal dalam diskusi saya dituntut untuk selalu bertanya. Para guru dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah dan diskusi. Selaian itu, para guru juga selalu mengaitkan materi dengan peristiwa faktual yang sedang terjadi serta dalam kegiatan pembelajaran, saya
71 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010
131
harus dituntut aktif, misal kalau diberi tugas kelompok, saya disuruh untuk aktif bekerja tidak boleh pasif 72
(2) Sumber belajar
Dari hasil observasi atau pengamatan dapat diketahui bahwa
selama proses pembelajaran para guru Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang menggunakan berbagai sumber belajar,
antara lain : Buku paket dari Pemkot Malang, buku-buku penunjang
dari beberapa penerbit, Lembar Kerja Siswa (LKS), media-media
pemberitaan dan sebagainya. Sedangkan data dari hasil wawancara
dengan para guru sebagai berikut :
Muzainah, Sag selaku kepala sekolah di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran, saya selalu menggunakan buku paket dari Pemkot, buku-buku penunjang lainnya serta LKS dalam hal ini diwajibkan bagi siswa. Sedangkan untuk buku penunjang sifatnya tidak wajib hanya sebagai tambahan saja 73
Sementara itu, Muhammad Subkhi, SPd selaku guru mata pelajaran
seni budaya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
mengatakan bahwa :
Sumber-sumber belajar yang saya gunakan antara lain buku-buku paket, buku-buku penunjang lainnya yang ada di perpustakaan,
72 Wawancara dengan Rani siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
73 Wawwancara dengan Muzainah. Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
132
lingkungan sekitar (misal museum), serta dari media-media pemberitaan dari televisi, surat kabar dan sebagainya 74
(3) Media Pembelajaran
Media pada dasarnya merupakan alat bantu pembelajaran yang
digunakan dalam rangka untuk mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
pelaksanaan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang telah menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk
menunjang pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran.
Berikut hasil wawancara dengan Syaiful Arif, Sag selaku guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Muzainah, Sag selaku
kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.
Syaiful Arif, Sag mengungkapkan bahwa:
Berkaitan dengan penggunaan media, saya sering menggunakan peta dan peta tersebut dibuat oleh saya sendiri. Petanya khusus bukan peta umum seperti peta penyebaran agama Hindu-Budha, peta perkembangan Islam dan sebagainya. Pembuatan peta kadang-kadang dibantu juga oleh siswa 75
Lebih lanjut, Syaiful Arif, Sag menambahkan:
Saya dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering menggunakan Televisi, LCD, OHP, dan sebagainya. Di sekolah ini terdapat pengaturan penggunaan media tersebut yaitu diatur
74 Wawancara dengan Muhammad Subkhi, SPd. di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
75 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010
133
penggunaannya serta dibuat jadwal di ruang media. Selain itu, saya juga menggunakan media di lingkungan sekitar
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Muzainah, Sag selaku
kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai
berikut :
Media pembelajaran di sekolah ini secara umum sudah baik, guru telah memanfaatkan media yang telah tersedia seperti OHP, peta, peta konsep dari kertas manila, gambar, laptop dan masih banyak lagi .
c) Kegiatan akhir atau penutup
Berdasarkan observasi atau pengamatan pada kegiatan akhir atau
penutup dapat diketahui bahwa guru selalu memberitahukan materi
yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, karena dalam KTSP
siswa dituntut untuk tidak hanya diam, oleh karena itu siswa harus
mengetahui terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Selain itu,
guru memberikan tugas untuk mengerjakan soal dari buku maupun
dari LKS.
3) Evaluasi Hasil Belajar atau Penilaian
Berikut hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berkaitan dengan kegiatan
evaluasi hasil belajar :
Syaiful Arif, Sag selaku guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :
Saya dalam melakukan evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas seperti model test berupa uraian, pilihan ganda, kemudian pada saat diskusi, saya juga melihat dan melakukan penilaian melalui keaktifan
134
siswa. Selain itu juga melalui tugas-tugas, dalam KTSP nilai tugas itu sama dengan nilai test atau ulangan, sehingga apabila ada siswa yang nilai ulangannya jelek, namun nilai tugasnya baik, hal itu akan sangat membantu siswa 76
Selanjutnya Syaiful Arif, Sag menambahkan:
Saya juga selalu mengadakan program remidi untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan. Selanjutnya untuk siswa yang nilainya sudah diatas rata-rata akan diberi tugas-tugas (program pengayaan). Dalam aturannya, penilaian dilakukan setiap selesai satu kompetensi dasar (KD), akan tetapi dalam pelaksanaannya penilaian dilakukan rata-rata tiga (3) kali dalam satu semester, kemudian penilaian diambil dari tugas-tugas, pengamatan dalam diskusi, laporan-laporan
Sementara itu, Nursiyah Tanjung, SPd selaku guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
mengatakan :
Saya dalam evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas yaitu saya melakukan penilaian pada saat siswa melakukan proses pembelajaran, misal dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa, kemampuan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan, kekompakan, keluasan materi dan sebagainya. Selain itu, saya juga menggunakan model penilaian hasil yaitu melakukan evaluasi setelah menyelesaikan satu materi bentuknya seperti test tertulis (pilihan ganda dan uraian) dan test lisan 77
Selanjutnya Nursiyah Tanjung, SPd menambahkan
Berkaitan dengan pelaksanaan penilaian kelas, saya biasa melakukannya sesuai dengan kompetensi dasar (KD), rata-rata satu semester dilakukan sebanyak 5 (lima) kali yaitu misal KD-nya ada 3 (tiga) kemudian ditambah dengan ulangan med semester dan ulangan akhir semester sehingga menjadi 5 (lima) kali, selain itu ada penilaian dari tugas-tugas
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan
76 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010 77 Wawancara dengan Nursiyah Tanjung, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010
135
1). Faktor pendukung
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai
karakteristik yaitu memberi keleluasaan penuh pada setiap sekolah untuk
mengembangkan potensi sekolah dan potensi daerah, sehingga akan
mendorong sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil
observasi dan dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana prasarana
pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara
kuantitatif (jumlah) maupun kulitatif (kualitas) sudah memadai, bahkan
pembangunan gedung-gedung penunjang terus dilakukan. Selain itu, setiap
tahun ada program perbaikan serta penambahan terhadap sarana prasarana
tersebut.
Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan faktor
pendukung dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menurut para
guru dan waka kurikulum dapat diketahui sebagai berikut:
Slamet Riyadi, SPd selaku guru mata pelajaran sejarah dan Waka
Kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengatakan
sebagai berikut :
Menurut saya, yang mendukung implementasi KTSP di sekolah ini adalah sarana prasarananya sudah memadai dibandingkan sekolah lain, misalnya sudah tersedia komputer, internet, peta-peta, OHP, LCD, Globe. Setiap tahun ada penambahan terhadap sarana prasarana tersebut. Selain itu di sekolah ini ada tim pengembang dan penyusun KTSP 78
78 Wawancara dengan Selamaet Riyadi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010
136
Sementara itu, Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata
pelajaran Bahasa Inggris dan bagian Humas serta sarana prasarana di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan :
Secara singkat faktor yang mendukung implementasi KTSP pada pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangyaitu sarana dan prasaranya lengkap misal tersedianya LCD, CD pembelajaran, Perpustakaan yang lengkap, OHP, gambar-gambar dan sebagainya. Selain itu, adanya daya dukung dari siswa terhadap program-program sekolah, semua itu bisa dilakukan karena tersedianya biaya. Untuk kedepannya rencananya akan dilakukan penambahan-penambahan sarana prasarana di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang 79
2). Faktor Penghambat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dalam pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai
kendala atau hambatan. Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan
hambatan yang dihadapi dalam imlementasi KTSP pada pembelajaran
menurut para siswa, guru dan wakil kepala sekolah.
Hj. Udhiyah, BA selaku guru mata pelajaran Aqidah di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang mengatakan sebagai berikut :
Dalam hal penilaian berbasis kelas. Guru merasa kesulitan dalam mengadakan penilaian kelas secara mandiri, hal ini dikarenakan guru harus mengadakan penilaian terhadap setiap siswa, padahal setiap siswa notabennya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengidentifikasi atau menghafal semua siswa.Dan
79 Wawancara dengan Donna Sita Andriani di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
137
hal ini dianggap oleh guru akan menghambat dalam proses pembelajaran berbasis KTSP .80
Hambatan selanjutnya yaitu dalam hal pelaksanaan model-model
pembelajaran. Misalnya dalam metode diskusi, pada saat ada siswa yang
sedang melakukan presentasi di depan kelas yang jumlah siswanya banyak
dan siswa yang sedang presentasi mempunyai suara yang lemah, maka hal
ini akan menyebabkan diskusi tidak dapat berjalan secara efektif, karena
siswa lainnya tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas. Selain itu,
dalam hal pengerjaan tugas-tugas kelompok juga mengalami hambatan
yaitu ada beberapa siswa yang malas untuk bekerjasama atau egois.
Mereka saling melempar tugas antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya
Sementara itu, Basnah, Spt selaku guru Matematika di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan bahwa :
Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti : Inquiry, discovery, contextual, problem solving, dan sebagainya. Namun dalam pelaksanannya guru mengalami beberapa hambatan yang serius seperti keterbatasan dana, waktu serta tenaga dan sebagainya. Dengan adanya hal ini, maka penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung secara efektif 81
Slamet Riyadi, SPd selaku Waka Kurikulum di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang mengemukakan :
80 Wawancara dengan Hj. Udhiyah, BA di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010
81 Wawancara dengan Basnah, Spt di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010
138
Secara umum hambatan yang dialami hampir tidak ada, namun kadang-
kadang muncul permasalahan walaupun ini tidak menjadi masalah yang serius yaitu motivasi orang tua siswa kepada anaknya agar rajin belajar, seperti respon orang tua apabila dipanggil ke sekolah dalam rangka konsultasi yang berkaitan dengan pendidikan anaknya, kadang-kadang tidak hadir dengan mewakilkan adiknya, keponakannya atau bahkan pembantunya. Hal inilah yang sedikit menjadi hambatan
82
Rani siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
mengatakan bahwa :
Saya sedikit mengalami hambatan yaitu harus dituntut lebih mandiri dalam belajar, tidak seperti waktu di SMP, pada saat itu guru yang menerangkan kemudian siswa bertanya, sedangkan sekarang siswa bertanya telebih dahulu baru nanti dijelaskan oleh gurunya 83
82 Wawancara dengan Selamaet Riyadi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 83 Wawancara dengan Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 83 Wawancara dengan Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 7 Januari 2010
139
BAB V
PEMBAHASAN
A. Implementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah atau daerah,
karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan
karakteristik para peserta didik. Selain itu, dalam pengembangan KTSP harus
memperhatikan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas).
Dalam KTSP, guru merupakan the key person dalam keberhasilan
pembelajaran. Guru adalah orang yang diberi tanggungjawab untuk
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum hingga mengevaluasi
ketercapaiannya. Guru adalah figur yang sangat berperan dalam proses dan
hasil belajar siswa. Karakter guru perlu dibangun sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Dengan tanggung jawab yang sedemikian besar, guru
harus memahami dengan benar mengenai KTSP dan selanjutnya memainkan
peranannya secara profesional. Adapun implementasi KTSP dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang
secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
140
1). Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pengembangan Program
Dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh untuk menyusun dan
mengembangkan program. Pengembangan program tersebut mencakup
antara lain : pertama, program tahunan. Program ini dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yaitu
program semester, program mingguan, dan program harian atau
program pembelajaran setiap kompetensi dasar.
Kedua, program semester. Program ini berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan akan dicapai dalam
semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari
program tahunan.
Ketiga, program mingguan dan harian. Program ini merupakan
penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang
perlu diulang bagi setiap peserta didik.
Keempat, program pengayaan dan remidial. Program ini
merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan
harian. Dari program ini dapat teridentifikasi siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan dilayani dengan kegiatan remidial,
sedangkan untuk siswa yang cemerlang akan dilayani dengan kegiatan
pengayaan agar tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.
141
Kelima, Program pengembangan diri. Program ini sebagian besar
diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun melalui bimbingan
dan konseling atau konselor kepada para siswa yang menyangkut
pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Adapun pengembangan program tahunan, program semester,
program mingguan dan harian yang disusun oleh guru-guru di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah disusun sesuai
dengan acuan dalam KTSP. Para guru menyusunnya secara bersama-
sama dalam satu tim. Biasanya program tersebut disusun pada awal
tahun pelajaran. Setiap guru mempunyai tugas-tugas masing-masing,
sehingga dalam penyusunannya tidak mengalami hambatan yang
berarti.
Pelaksanaan program pengayaan dan remedial oleh guru-guru di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 % dari seluruh tujuan
pembelajaran. di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang harus dicapai adalah 70 untuk
penguasaan konsep, sedangkan 71 untuk penerapan konsep.
Dalam konsep KTSP sekolah berkewajiban memberikan program
pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta
didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Konsep ini
sudah diterapkan di di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, di
sekolah ini pengembangan diri sebagian besar melalui kegiatan
142
ekstrakurikuler dan bimbingan konseling melalui konselor. Kegiatan
ekstrakurikuler tersebut bahkan telah mampu berprestasi di tingkat
lokal maupun nasional.
b. Penyusunan persiapan mengajar
Dalam prinsip pengembangan silabus berbasis KTSP, setiap
satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam
mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing sekolah. Prinsip ini belum dilaksanakan oleh guru-guru di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dalam mengembangkan
silabus tersebut.
Dalam pengembangan silabus, guru di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang masih mengadopsi model silabus dari
Depdiknas, selanjutnya model silabus tersebut ditelaah dan disesuaikan
dengan kondisi sekolah. Apabila silabus dari Depdiknas tidak sesuai
dengan kondisi sekolah, maka silabus tersebut akan direvisi atau
disesuaikan dengan kondisi sekolah yang ada. Namun sebaliknya
apabila silabus dari Depdiknas ternyata sesuai dengan kondisi sekolah,
maka silabus tersebut akan digunakan oleh guru tersebut.
Secara umum dalam penyusunan silabus, para guru tidak
mengalami hambatan yang berarti, karena guru-guru tersebut dalam
penyusunan silabus dilaksanakan secara bersama-sama dalam sebuah
tim yaitu dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat
sekolah.
143
Sedangkan dalam hal penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), guru-guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang sudah melaksanakan sesuai dengan konsep KTSP. Dalam
konsep KTSP guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi,
dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta
dengan karakteristik peserta didik.
Secara umum guru tidak mengalami kesulitan dalam menyusun
RPP tersebut, karena guru sudah mendapat acuan atau pedoman dalam
penyusunan RPP tersebut. Dalam penyusunan RPP guru diberi
kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan menyesuaikan silabus
dengan kondisi sekolah serta dengan karakteristik peserta didik.
2). Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti
prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada
kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dalam
KBM guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar
tetap berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk
menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung
jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sapanjang hayat.
a. Penggunaan metode atau strategi pembelajaran
Pemilihan dan penggunaan strategi atau metode pembelajaran di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah mengarah pada
144
pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang dianjurkan dalam
KTSP. Dalam konsep KTSP, guru harus mampu menciptakan kondisi
kelas yang menyenangkan, menantang, dan konstekstual. Untuk
menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan, menantang dan
konstekstual, guru telah mengurangi metode ceramah dalam
pembelajaran. Meskipun, guru menggunakan metode ceramah itupun
hanya sekedar untuk mengantarkan siswa dalam memahami materi.
Para guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dalam
pembelajaran telah menerapkan metode ceramah bervariasi, diskusi,
tanya jawab, observasi serta penugasan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi atau materi yang harus
dikuasai siswa dan waktu yang tersedia.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan KTSP di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang keaktifan siswa sangat
diprioritaskan. Dalam proses pembelajaran siswa merupakan sentral
kegiatan, pelaku utama dan guru hanya menciptakan suasana yang
dapat mendorong timbulnya motivasi belajar pada siswa. Reorientasi
pembelajaran tidak hanya sebatas istilah teaching menjadi
learning , namun harus sampai pada operasional pelaksanaan
pembelajaran.
b. Penggunaan Sumber Belajar
Dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang telah menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk
145
menunjang pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran. Sumber
belajar tersebut antara lain buku paket dari Pemkot Malang, buku-buku
penunjang dari beberapa penerbit, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta
dari lingkungan sekitar misal perpustakaan serta dari media-media
pemberitaan dari televisi, surat kabar dan sebagainya
c. Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam konsep KTSP proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal
tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam pelaksanaan belajar
mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang para guru telah
berusaha menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Guru-guru telah menggunakan media-media pembelajaran untuk
menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran seperti peta
sejarah, gambar-gambar, peta konsep dari kertas manila, OHP, LCD,
Powerpoint, televisi dan sebagainya. Namun kadang-kadang guru tidak
selalu menggunakan media dalam pembelajaran, penggunaan media
disesuaikan dengan materi dan waktu yang tersedia.
d. Evaluasi Hasil Belajar
Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan
dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Penilaian hasil belajar
146
dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking,
dan penilaian program.
Adapun penilaian yang dilakukan oleh para guru Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah mengikuti penilaian yang
disyaratkan dalam KTSP. Pendekatan penilaian menggunakan Penilaian
Berbasis Kelas (PBK). Prinsip penilaian berbasis kelas yaitu penilaian
dilakukan oleh guru dan siswa, tidak terpisahkan dari KBM,
menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian
(tes dan non tes), mencerminkan kompetensi siswa secara
komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil, terbuka,
berkesinambungan, bermakna, dan mendidik.
Evaluasi hasil belajar dengan menggunakan KTSP di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malang menyangkut dua ranah yaitu ranah
kognitif (pemahaman konsep) dan ranah afektif (penerapan konsep). Di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah ditentukan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 untuk penguasaan konsep
sedangkan 71 untuk penerapan konsep.
Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah diterapkan
sistem belajar tuntas yaitu seorang siswa dianggap tuntas belajar jika
siswa tersebut mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran yaitu mampu memperoleh nilai 70 dan
71 . Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut maka
147
siswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya. Untuk keperluan
tersebut, sekolah dalam hal ini guru memberikan perlakuan khusus
terhadap siswa yang masih mendapat kesulitan belajar melalui program
remedial.
Sedangkan bagi siswa yang cemerlang dan telah tuntas belajarnya
diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan
belajarnya melalui program pengayaan. Program pengayaan tersebut
seperti pemberian tugas-tugas atau soal-soal kepada siswa yang bisa
dikerjakan secara individu maupun kelompok.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
1). Faktor Pendukung
Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat disimpulkan bahwa faktor
pendukung dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan
di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang antara lain :
a. Sarana prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang secara kuantitatif maupun kualitatif sudah cukup memadai.
Sarana prasarana tersebut seperti tersedianya fasilitas internet,
laboratorium komputer, OHP, LCD, Laptop, peta sejarah, gambar-
gambar, perpustakaan yang lengkap, selain itu pembangunan gedung-
gedung penunjang juga terus dilakukan.
148
b. Adanya program-program sekolah dalam rangka implementasi KTSP
antara lain :
a) Mengadakan sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP dengan
melibatkan dari unsur lembaga perguruan tinggi, LPMP Dinas
Pendidikan dan istruktur Dinas Pendidikan tingkat propinsi.
b) Pembentukan kepanitiaan KTSP, hal ini melibatkan stakeholder antara
lain kepala sekolah, guru, konselor, komite sekolah.
c) Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP yang kinerjanya sangat
solid. Tim ini bertugas antara lain menjadi koordinator penyusunan
dan pengembangan KTSP, membuat struktur program KTSP untuk
satu tahun ajaran, menjadi motor penggerak bagi terlaksananya KTSP.
d) Setiap satu bulan sekali dilakukan evaluasi yang dikemas dalam
briefeng atau rapat dinas sekolah.
e) Adanya sistem penilaian kinerja (performance appraisal) terhadap
guru dan siswa dengan mengembangkan sistem penghargaan (reward)
dan hukuman (punishment).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendorong guru, pimpinan
maupun karyawan untuk senantiasa profesional, maka perlu adanya sistem
penilaian kerja untuk dapat mengukur hal tersebut. Sistem penilaian kinerja
merupakan alat yang sangat bermanfaat tidak hanya untuk mengevaluasi
kinerja guru, pimpinan maupun karyawan, namun juga untuk mengembangkan
dan memotivasi kinerja guru, karyawan serta pimpinan. Sistem penilaian
kinerja diberlakukan untuk satu tahun ajaran.
149
2). Faktor Penghambat
Dari hasil deskripsi dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa
faktor penghambat dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah sebagai
berikut :
a. Dalam KTSP guru dituntut untuk melaksanakan sistem penilaian
secara mandiri atau berkelanjutan, namun dalam pelaksanaannya para
guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang belum mampu
memenuhi tuntutan tersebut. Adapun faktor yang menjadi penghambat
dalam proses penilaian tersebut antara lain adanya perbedaan
karakteristik setiap peserta didik, sehingga guru merasa kesulitan
untuk mengidentifikasi atau menghafal satu per satu peserta didik
tersebut.
b. Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran
yang variatif dan menyenangkan seperti : metode inquiry, discovery,
contextual, problem solving dan sebagainya. Namun dalam
pelaksanaannya guru mengalami beberapa hambatan yang cukup
serius seperti terbatasnya dana, waktu, serta tenaga, sehingga
penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung
secara optimal.
c. Banyak siswa yang kurang siap untuk mandiri dalam belajar, hal ini
karena siswa masih terbiasa dengan sistem konvensional yaitu siswa
selalu pasif dalam pembelajaran. Hal ini jelas sangat berbeda dengan
150
KTSP, saat ini siswa menjadi sentral dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar.
151
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah I Malang dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Melalui KTSP Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berharap dapat
melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi
dan kondisi peserta didik. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) sebagai acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I
Malang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pelaksanaan KTSP
dalam meningkatkan mutu pendidikan diimplementasikan dalam proses
pembelajaran yakni: a) Persiapan pelaksanaan pembelajaran, b)
Pelaksanaan Pembelajaran, c) Evaluasi hasil belajar.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang yakni: Sarana prasarana
pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara
kuantitas maupun kualitas sudah cukup memadai. Adanya program-
program sekolah dalam rangka implementasi KTSP antara lain : sosialisasi
mengenai konsep-konsep dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP,
Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP, Setiap satu bulan sekali
dilakukan evaluasi yang dikemas dalam briefeng atau rapat dinas sekolah.
152
Adanya sistem penilaian kinerja terhadap guru dan siswa dengan
menerapkan reward (penghargaan) serta punishment (hukuman).
Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah I Malangantara lain : Lemahnya kemampuan guru
dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, terbatasnya
(dana, waktu, serta tenaga) dalam penggunaan metode pembelajaran dan
kurangnya kesiapan siswa untuk belajar mandiri.
B. Saran
Untuk meningkatkan mutu pemdidikan maka para guru harus meningkatkan
kualitas pembelajaran sesuai dengan prinsip Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), maka peneliti menyarankan sebagai berikut :
1. Guru
a. Selalu meningkatkan pemahaman mengenai KTSP dengan mengikuti
seminar, workshop, rapat kerja KTSP atau mempelajari buku-buku
KTSP, selian itu guru hendaknya menerapkan KTSP secara
profesional sehingga proses pembelajaran akan semakin berkualitas.
b. Berkaitan dengan penyusunan silabus, guru hendaknya dapat
mengembangkan kreatifitasnya sendiri dalam menyusun silabus
dengan menyesuaikan kondisi dan potensi sekolah.
c. Berkaitan dengan penyusunan RPP, guru hendaknya tidak menyusun
secara sekaligus, akan tetapi disusun setiap satu kali pertemuan.
153
d. Berkaitan dengan proses pembelajaran guru hendaknya melakukan
pre-test selain itu, guru dituntut harus lebih inovatif dan kreatif dalam
penggunaan metode pembelajaran.
e. Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar, guru hendaknya
meningkatkan kemampuannya dalam proses penilaian secara mandiri
atau berkelanjutan.
2. Bagi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang
a. Pihak sekolah secara berkala melakukan kegiatan seminar, workshop
serta rapat kerja mengenai KTSP, sehingga pemahaman guru-guru
tentang KTSP akan semakin meningkat.
154
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisi
Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota;
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum . Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional KTSP. Semarang, 15 Maret 2007.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang
Press.
Hadi, Sutrisno MA. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : ANDI.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Miles, Manthew B dan A. Michael Huberman. 1994. Terjemahan Tjejep Rohendi.
Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan
Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar
Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Bagi Pengelola Lembaga
Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah,
Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta : PT Bumi Aksara.
----------. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual
Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Nasution, S. MA.2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan
Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
155
Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Widya, I Gede. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.