03510025 ahmad-syahirul-a

155
1 IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG. S K R I P S I Oleh : Achmad Syahirul Alim NIM : 03510025 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

Upload: 085646355944

Post on 23-Jul-2015

297 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI

MADRASAH ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.

S K R I P S I

Oleh :

Achmad Syahirul Alim

NIM : 03510025

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

2

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI

MADRASAH ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.

S K R I P S I

Diajukan kepada : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

Oleh :

Achmad Syahirul Alim

NIM : 03510025

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

3

HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH

ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.

SKRIPSI

Oleh :

Achmad Syahirul Alim

NIM : 03510025

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I

NIP: 19760616 200501 1 005

Tanggal : 21 Juli 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Drs. Moh. Padil M. Pdi

NIP: 19651205 199403 1 003

4

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH

ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG.

SEKRIPSI Oleh :

Achmad Syahirul Alim NIM : 03510025

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Sekripsi Dan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pdi)

Susunan Penguji

Ketua Sidang

Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I

NIP: 19760616 200501 1 005

Sekretaris Sidang

Muhammad Amin Nur. MA

NIP: 19750123 200312 1 003

Penguji Utama

M. Yunus. M. Si

NIP: 196903041996031002

Pembimbing

Abdul Malik Karim Amrullah MPd.I

NIP: 19760616 200501 1 005

Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Dr. H.M. Zainudin, MA

NIP: 19620507 199503 1 001

5

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Achmad Syahirul Alim

Nim : 03510025

Alamat : Jl. MT. Haryono Gg. 10 Dinoyo Malang

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat untuk memenuhi persyaratan

kelulusan pada Fakultas Tarbiyah UIN Malang yang berjudul:

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KTSP) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH

ALIYAH MUHAMADIYAH I MALANG

adalah hasil karya saya sendiri dan

bukan duplikasi

dari karya orang lain, selanjutnya apabila dikemudian hari ada

claim dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab dosen pembimbing atau

Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, tetapi menjadi tanggung

jawab saya sendiri.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa

ada paksaan dari pihak manapun.

Malang, 9 Agustus 2010

Hormat Saya,

Achmad Syahirul Alim

6

Abdul. Malik Karim Amrullah, MPd. I Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Achmad Syahirul Alim

Kepada yth Dekan fakulatas Tarbiyah UIN Malang Malang, 21 Juli 2010 Di

Malang

Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Achmad Syahirul Alim

Nim : 03510025

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak. Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing

Abdul Malik Karim Amrullah, MPd.I

NIP: 19760616 200501 1 005

7

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan

carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada

jalan-Nya. Supaya kamu mendapatkan keberuntungan .

(Al-Maidah :35)

8

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan setulus hati, karya tulis ini aku persembahkan untuk kedua orang

tuaku yang tercinta, terima kasih atas segala apapun yang telah diberikan

kepadaku selama ini. Kasih sayang, kesabaran, didikan, bimbingan dan dukungan,

baik moril, spirituil, maupun materiil. Semua itulah yang telah memberiku sebuah

ibrah dan membuatku tetap konsisten menjadi orang yang taat kepada Allah.

Untuk keluarga besarku, terima kasih atas segala dukungan, kepercayaan

serta motivasi yang selalu diberikan kepadaku, sehingga aku percaya dan mampu

menyelesaikan studi S1 ku ini.

Segenap kepada para guru dan dusenku yang selalu menjadi pelita dalam

perjalananku menggapai cita dan harapanku, karenamu aku dapat menyelesaikan

studi S1 ini dan dapat mewujudkan harapanku dan harapan kedua orang tuaku.

9

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW pembawa Risalah Islam. Tak lupa juga kepada keluarga dan

sahabat-sahabat beliau yang telah banyak berjasa demi tegaknya agama Allah

SWT di muka bumi.

Tiada terlupakan juga salam sejahtera berupa shalawat dan salam semoga

tetap Allah limpahkan kepada beliau nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil

alamin. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian syarat

dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan

Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak dalam rangka

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada:

1. Ayah dan ibu, yang telah tulus dan ikhlas memberikan cinta kasih yang tidak

pernah henti mendidik dan membesarkan penulis dengan sabar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan

pelayanan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

10

3. Bapak Abdul Malik Karim Amrullah sebagai pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat

dengan sabar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen yang budiman yang telah mengukir jiwa penulis dengan

ilmu.

5. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangg beserta segenap

staf pegawai yang telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk

mengadakan penelitian yang menjadi wewenangnya serta banyak memberikan

informasi dalam penelitian ini.

6. Saudara

saudaraku terkasih, Kakak dan adik-adiku yang tak henti-hentinya

memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Atas semua jasa yang diberikan, penulis sampaikan semoga amal baik

yang telah dilakukan mendapat Ridlo dari Allah dan teriring do a Jazakumullah

akhsanal jaza .

Sebagai akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Selain itu

penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karenanya

segala saran dan kritik kearah perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Penulis,

Achmad Syahirul Alim

11

ABSTRAK

Syahirul A, Achmad. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang

Kata Kunci : KTSP dan Mutu Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada mutu pendidikan. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah, bagaimanakah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang dan Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang.

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang adalah metode kualitatif. Untuk memperoleh data digunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidkan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang diimplementasikan dalam proses pembelajaran yakni: a) Persiapan pelaksanaan pembelajaran, b) Pelaksanaan Pembelajaran, c) Evaluasi hasil belajar. Sedangkan faktor pendukung implementasi KTSP meliputi Sarana prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara kuantitas maupun kualitas sudah cukup memadai. Adanya program-program sekolah dalam rangka implementasi KTSP antara lain : sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP, Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP, Setiap satu bulan sekali dilakukan evaluasi yang dikemas dalam briefeng atau rapat dinas sekolah. Adanya sistem penilaian kinerja terhadap guru dan siswa dengan menerapkan reward (penghargaan) serta punishment (hukuman). Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangantara lain : Lemahnya kemampuan guru dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, terbatasnya (dana, waktu, serta tenaga) dalam penggunaan metode pembelajaran dan kurangnya kesiapan siswa untuk belajar mandiri.

12

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Persetujuan .................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................... iii

Surat Pernyataan............................................................................................ iv

Nota Dinas Pembimbing ............................................................................... v

Halaman Motto.............................................................................................. vi

Halaman Persembahan ................................................................................. vii

Kata Pengantar .............................................................................................. viii

Abstrak .......................................................................................................... x

Daftar isi ........................................................................................................ xi

Daftar Tabel................................................................................................... xi

Daftar Lampiran ............................................................................................ xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian.................................................................. 8

E. Batasan Masalah ........................................................................ 10

F. Definisi Operasional .................................................................. 11

G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 14

13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai KTSP........................................................ 17

1. Pengertian Kurikulum ........................................................ 17

2. Pengertian KTSP ................................................................ 18

3. Landasan Yuridis KTSP..................................................... 19

4. Tujuan KTSP .................................. 24

5. Karekterisrik KTSP ............................................................ 25

6. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP................................ 27

7. Acuan Oprasional Penyusunan KTSP................................ 30

8. Komponen-Komponen KTSP ............................................ 34

9. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KTSP .................................... 37

10. Manajemen Pelaksanaan KTSP ......................................... 39

B. Tinjauan Mengenai Mutu Pendidikan ...................................... 55

1. Pengertian Mutu Pendidikan .............................................. 60

2. Kriteria Pendidikan yang Bermutu..................................... 60

3. Kriteria Pendidikan yang Bermutu..................................... 61

4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan .................. 65

BAB III : Metode Penelitian ......................................................................

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................ 68

B. Kehadiran Peneliti ................................................................. 71

C. Kehadiran Peneliti ................................................................. 71

D. Sumber Data Penelitian .... 71

E. Prosedur Pengumpulan Data . 72

F. Analisis data .......................................................................... 75

G. Pengecekan Keabsahan Data................................................. 75

14

H. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................ 76

BAB IV : Laporan Hasil Penelitian............................................................... 78

A. Latar Belakang Obyek Penelitian.......................................... 78

1. Sejarah Singkat................................................................ 79

2. Visi .................................................................................. 79

3. Misi.................................................................................. 79

4. Tujuan.............................................................................. 79

5. Lingkungan Demografis.................................................. 80

B. Penyajian Data....................................................................... 81

C. Implementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang ........................ 103

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 1 Malang..................................................... 120

BAB V :PEMBAHASAN

A. mplementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang........................ 125

B. aktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 1 Malang .................................................... 133

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 137

B. Saran ...................................................................................... 138

15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang

digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan,

melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu

menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari

pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses

dan mobilitas sosial dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung

pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu,

pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan suatu bangsa. Kemajuan Bangsa Indonesia hanya dapat dicapai

melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan

diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, sekarang pemerintah telah mempercepat

perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula

dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium Development

17

Goals (MDGS) adalah era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era

persaingan mutu kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan

mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, pembangunan

sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang

tidak dapat ditawar-tawar lagi.1

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut

semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan

strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.

Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro,

meso, maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem

pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.2

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah

kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang

dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun

penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu,

sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi

anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.3

Masa depan Bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa

dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak

sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa

1 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 2. 2 Ibid. Hal, 4. 3 Ibid.

18

yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah tersebut.

Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang sangat vital bagi

perkembangan suatu bangsa. Dapat pula dipahami betapa pentingnya usaha

mengembangkan kurikulum tersebut.

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai

tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di

Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum

yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan

dan kemajuan zaman. Dengan kurikulum yang sesuai dan tepat, maka dapat

diharapkan sasaran dan tujuan pendidikan akan dapat tercapai secara

maksimal.

Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan pemerintah saat ini adalah

dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama, yaitu kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 (PP19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan

kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang

pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan pendidikan dengan

mengacu kepada SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan).

Selain itu, juga berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta penyusunan KTSP juga harus

19

mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan

PP 19/2005.

Pada dasarnya kurikulum yang baru ini tidak ada perubahan dengan

kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

.kurikulum baru ini ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

mulai akrab disebut Kurikulum 2006 yang diolah berdasarkan Standar Isi dan

Standar Kompetensi Lulusan produk Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah diresmikan pada tanggal 7

Juli 2006. Kurikulum tersebut mengakomodir kepentingan daerah. Guru dan

sekolah diberikan otonomi untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan

potensi sekolah, permasalahan sekolah dan kebutuhan sekolah. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya kesanggupan guru untuk

membuat kurikulum yang mendasarkan pada kebolehan, kemampuan dan

kebutuhan sekolah.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini berarti

satuan-satuan pendidikan harus mampu mengembangkan komponen-

komponen dalam kurikulum KTSP. Komponen yang dimaksud mencakup

visi, misi, dan tujuan tingkat satuan pendidikan; struktur dan muatan; kalender

pendidikan; silabus sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran.

KTSP memiliki beberapa karakteristik yang secara umum Yaitu,

adanya partisipasi guru; partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah;

rentang aktivitasnya mencakup seleksi (pilihan dari sejumlah alternatif

20

kurikulum), adaptasi (modifikasi kurikulum yang ada), dan kreasi (mendesain

kurikulum baru); perpindahan tanggung jawab dari pemerintah pusat (bukan

pemutusan tanggung jawab); proses berkelanjutan yang melibatkan

masyarakat; dan ketersediaan struktur pendukung (untuk membantu guru

maupun sekolah).

Pada dasarnya, tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

adalah bagaimana membuat siswa dan guru lebih aktif dalam pembelajaran.

Selain murid harus aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar, guru juga harus

aktif dalam memancing kreativitas anak didiknya sehingga dialog dua arah

terjadi dengan sangat dinamis. Kelebihan lain KTSP adalah memberi alokasi

waktu pada kegiatan pengembangan diri siswa. Siswa tidak melulu mengenal

teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah proses pengalaman belajar.

Kurikulum yang baru ini nantinya menuntut setiap sekolah membuat

kurikulum yang berbeda-beda. Namun, dalam penyusunannya harus

memperhatikan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)

yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas). Dalam kurikulum baru ini guru diberi otonomi dalam

menjabarkan kurikulum, dan murid sebagai subyek dalam proses belajar

mengajar. Dari situlah diharapkan implementasi kurikulum tingkat satuan

pendidikan dapat memenuhi standardisasi evaluasi belajar siswa.

Namun sebagai konsep baru dalam peningkatan kualitas kurikulum,

KTSP tidaklah mudah diterapkan secara universal dan instan. Bahkan

Pemerintah menargetkan empat tahun semua sekolah di Indonesia dapat

21

melaksanakan KTSP dengan menyeluruh. Apalagi selama ini, mayoritas

sekolah-sekolah masih berpusat dengan pemerintah pusat. Jadi untuk

menerapkan KTSP memerlukan soialisasi-sosialisasi dan proses pengalaman.

Berdasarkan uraian di atas muncul suatu permasalahan bahwa suatu

proses belajar mengajar dan tujuan belajar dalam KTSP berbeda dengan

kurikulum sebelumnya untuk itu butuh kesiapan diri berbagai pihak termasuk

kesiapan kepala sekolah dan kesiapan guru sebagai objek pembelajaran yang

diharapkan mampu dalam mengajukan argumentasi dan rasionalisasi dan

berbagai sudut pandang untuk mendukung diterapkannya Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.

Salah satu Madrasah Aliyah yang menerapkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1

Malang. Di Madrasah Aliyah Muhammidyah 1 Malang, dalam proses belajar

mengajar para guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

sebagai acuan. Namun dalam penerapannya para guru masih mengalami

hambatan, seperti terbatasnya dana, waktu, dan tenaga pengajar, sehingga

penggunaan metode pembelajaran tersebut selama ini belum bias berlansung

secara optimal. Hal tersebut dapat mempengaruhi mutu pendidikan yang ada

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang.

Penelitian tentang kurikulum relatif telah banyak dilakukan, seperti

yang dilakukan oleh Suci Ningsih yang berjudul Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 2 Batu. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah

22

suatu konsep kurikulum yang yang menekankan pada pengembangan

kemampuan dalam melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar

perpormasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, yang berupa

penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Dalam penelitian tersebut, peneliti berusaha mengungkap faktor

pendukung dan penghambat dalam Implementasi KBK ini, terutama pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan dari pada penelitian

adalah untuk mengetahui Implementasi KBK ini dengan baik, untuk

mengetahui faktor yang telah menjadi pendukung dan penghambat dalam

Implementasi KBK, dan penulis juga ingin mengetahui persiapan pendidik

dengan adanya KBK ini, terutama Implementasi KBK yang terfokus pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.4

Melihat penelitian terdahulu di atas, tampaknya penelitian tentang

kurikulum adalah hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di

Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang. Karena, KTSP merupakan

penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yakni KBK.

B. Rumusan Masalah

4 Suci, Ningsih. 2006. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 2 Batu. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Tidak diterbitkan

23

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat di

rumuskan persoalan yang akan diteliti, yakni:

1. Bagaimanakah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah I Malang?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menghindari adanya ketidaksesuaian antara topik pembahasan

yang mungkin terjadi, maka berdasarkan rumusan diatas yang menjadi tujuan

penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah I Malang

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Secara teoritis

24

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta dapat menambah pemahaman

dan wawasan mengenai kurikulum baru yang menyempurnakan

kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

2. Secara praktis

a. Bagi Guru :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi untuk dapat :

1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses

belajar mengajar.

2) Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di

dalam pelaksanaan KTSP.

4) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman

dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang

profesinya sebagai guru.

b. Bagi Siswa

1) Menambah wawasan dan pemahaman mengenai KTSP.

2) Meningkatkan kepekaan siswa terhadap perkembangan IPTEK.

c. Bagi Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang

25

1) Sebagai studi banding pelaksanaan KTSP dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang

2) Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan

sekolah.

d. Bagi Peneliti

Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai

salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dengan demikian, diharapkan peneliti sebagai

calon guru siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan

perkembangan Zaman.

E. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, pembatasan masalah pada Implementasi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standart

Isi (SI) dan Standart Kompetensi Lulusan (SKL) dalam meningkatkan mutu

pendidikan. Di samping itu, peneliti membatasi penelitian ini pada faktor

pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah 1 Malang, dan membatasi ruang lingkup penelitiannya di

Madrasah Aliyah Muhamadiyah 1 Malang.

26

F. Defenisi Oprasional

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul skripsi ini dan agar tidak

meluas sehingga skripsi ini tetap pada pengertian yang dimaksud dalam judul

maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun penegasan istilah tersebut

sebagai berikut :

1. Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah

pelaksanaan, penerapan. Sedangkan menurut Susilo (2007)

implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,

baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan

sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan

bahwa implementasi adalah put something into effect

(penerapan

sesuatu yang memberikan efek atau dampak).5

Berdasarkan definisi implementasi tersebut, implementasi

kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep,

dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas

pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat

kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Implementasi kurikulum tertulis (Written Curriculum) dalam bentuk

pembelajaran.6

5 Ibid. Hal, 174. 6 Ibid

27

Berdasarkan uraian tersebut, implementasi pembelajaran

berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,

konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,

sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu,

sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga

dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam

bentuk pembelajaran.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Istilah kurikulum pada zaman Yunani kuno, berasal dari kata

Curere yang berarti tempat pertandingan . Kurir artinya pelari

yang bertugas menyampaikan berita dari suatu tempat ke tempat lain.

Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh dalam suatu

perlombaan lari atau rara cource . Analog dengan makna di atas,

kurikulum dalam pendidikan, diartikan sebagai sejumlah mata

pelajaran dan materi yang harus dikuasai peserta didik untuk

memperoleh ijazah tertentu.7

Selain itu para ahli kurikulum juga memberikan definisinya,

dalam bukunya Darsono (2006) ada beberapa pengertian kurikulum,

diantaranya menurut Mcdonal (1965) menyatakan bahwa kurikulum

sebagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran. Kurikulum juga

diartikan sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk

pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah (Beauchamp, 1981)

7 Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Hal, 126.

28

atau sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik (Hilda Taba,

1962).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah (1)

perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, (2)

perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.8

Ahli kurikulum lainnya Mauritz Johnson dalam bukunya

Sukmadinata, kurikulum Prescribes (or at least anticipates) the

result of in struction kurikulum merupakan suatu rencana

pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup

dan urutan isi serta proses pendidikan. Jadi kurikulum adalah suatu

rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan

belajar mengajar.9

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.10

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Hal, 617. 9 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 4. 10 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hal, 5.

29

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur

dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan

dan silabus.11

3. Mutu Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki

pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus

pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa kata kunci

pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai

penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan

kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global

(fitness to global environmental requirements).

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi tentu ada sistematika pembahasannya.

Demikian pula dengan skripsi yang berjudul Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang . Penulis susun sistematika

pembahasannya sebagai berikut :

BAB I :

Merupakan kerangka dasar yang memuat orientasi pemahaman

dalam pengkajian, termasuk di dalamnya memuat pokok-pokok

pikiran yang menjadi persoalan sekaligus merupakan arah dalam

pembahasan penelitian ini. Sebagai pokok pikiran tentunya perlu

11 Ibid

30

sekali dijabarkan secara mendetail, pokok pikiran yang dimaksud

di sini adalah terdiri dari Pendahuluan yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika pembahasan.

BAB II :

Menguraikan tentang kajian pustaka yang mengacu pada kriteria-

kriteria yang ada yaitu pmbahasan tentang tinjauan mengenai

Motivasi Belajar yang meliputi pengertian kurikulum, pengertian

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), landasan yuridis

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karakteristik Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prinsip-Prinsip

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

acuan operasiomal penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), prinsip-prinsip Pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), manajemen

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

pengertian mutu, pengertian pendidikan, mutu pendidikan,

prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan

BAB III :

Bab ini berisi metode-metode yang sesuai yang digunakan penulis

untuk memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap dan

valid.

31

BAB IV :

Penulis berusaha memaparkan hasil penelitian tentang

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah I Malang yang meliputi: Deskripsi tempat

penilitian dan hasil penelitian.

BAB V Penulis berusaha memaparkan hasil analis data penelitian tentang

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah I Malang yang meliputi: Analisis data penelitian

dan pembahasan

VI Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis mengemukakan

kesimpulan hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan

realitas hasil penelitian, demi keberhasilan dan pencapaian tujuan

yang diharapkan

32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Hilda Taba dalam Nasution (2003) mengemukakan

bahwa pada hakikatnya kurikulum merupakan suatu cara untuk

mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang

berproduktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat komponen-

komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi

dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar

mengajar dan evaluasi hasil belajar.12

Sedangkan menurut Oliva dalam Hasan (2007) mengemukakan

bahwa kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban

terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Tantangan tersebut dapat

dikategorikan dalam berbagai jenjang seperti jenjang nasional, lokal dan

lingkungan terdekat (daerah). Tantangan tersebut tidak muncul begitu saja

tetapi direkonstruksi oleh sekelompok orang dan umumnya dilegalisasikan

oleh pengambil keputusan. Rekonstruksi tersebut menyangkut berbagai

dimensi kehidupan dalam jenjang-jenjang tersebut.13

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah

nomor 19 tahun 2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai

12 Nasution, S. MA.2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara. Hal, 7. 13 Hamid, Hasan. 2007. Pengembangan dan Implementasi KTSP, Konsep dan Substansi. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007. Hal, 1.

33

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu .

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan guru sebagai

pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai

tujuan pendidikan.

2. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Mulyasa (2006) menyatakan bahwa KTSP adalah suatu

ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang

paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan.

KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang

memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan

masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di

sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah

memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber

belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih

tanggap terhadap kebutuhan setempat.14

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP

14 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal 20-21.

34

terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan

silabus.15

3. Landasan Yuridis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :

a. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Ketentuan dalam UU

20/2003 yang mengatur KTSP adalah pasal 1 ayat (19); Pasal 18

ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2);

Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38

ayat (1), (2).16

Dalam Undang-Undang tentang Sisdiknas dikemukakan

bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi,

proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian yang harus

ditingkatkan secara berencana dan berkala. Selain itu juga

dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah

wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,

15 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hal 5. 16 Ibid. Hal 4.

35

bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan

jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan

pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan

supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama

kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk

pendidikan menengah.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Menurut Mulyasa (2008) terdapat 8 Standar Nasional

Pendidikan yang harus diacu oleh sekolah dalam penyelenggaraan

kegiatannya. Ke 8 standar tersebut yaitu :

a) Standar isi (SI)

b) Standar proses

c) Standar kompetensi lulusan (SKL)

d) Standar pendidikan dan tenaga kependidikan

e) Standar sarana dan prasarana.

f) Standar pengelolaan

36

g) Standar pembiayaan

h) Standar penilaian pendidikan. 17

Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP

adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal

6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8

ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2),

(3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3);

Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18

ayat (1), (2), (3); Pasal 20.

Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Selain itu, dalam peraturan tersebut juga

dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang

dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),

dan Standar Isi (SI).

SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan

standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi

yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,

kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus

17 Mulyasa. Op cit. Hal 20-21.

37

yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.

Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,

beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender

pendidikan/akademik. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

diorganisasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian;

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d) Kelompok mata pelajaran estetika;

e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan

kesehatan.

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006

mengatur tentang standar isi yang mencakup lingkup materi dan

tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar

isi mencakup sebagai berikut:

a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan

pedoman dalam penyusunan KTSP;

38

b) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan

dasar dan menengah;

c) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan

berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai

bagian tidak terpisahkan dari standar isi;

d) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan

pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006

mengatur tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman

penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.

Standar Kompetensi Lulusan meliputi :

a) Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan

dasar dan menengah;

b) Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata

pelajaran; dan

c) Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24

tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri

pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

39

satuan pendidikan dasar dan menengah serta peraturan menteri

pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar

kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Selain itu, dalam Permendiknas tersebut dikemukakan pula

bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat

mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari

yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan

penyusunan KTSP pada satuan pendidikan dasar dan menengah

yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Sementara bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang

belum atau tidak mampu mengembangkan kurikulum sendiri dapat

mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan

pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP,

ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah

setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah /

madrasah.

4. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong

sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

40

pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP

adalah :

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan

bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan

tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.18

Sedangkan menurut Baedhowi (2007) menyatakan bahwa

tujuan KTSP adalah untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai

dengan kekhasan (karakteristik), kondisi, potensi daerah,

kebutuhan dan permasalahan daerah, satuan pendidikan dan peserta

didik dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional.19

5. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana

sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses

pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga

kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dalam

18 Ibid 19 Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007. Hal 7-8.

41

bukunya Mulyasa (2006) dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP

yaitu sebagai berikut :

a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan

pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.

Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan

kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan

masyarakat. Selain itu, sekolah dan satuan pendidikan juga

diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana

sesuai dengan prioritas kebutuhan.

b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi Dalam KTSP,

pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan

orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan

masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan

keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan

merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional Dalam KTSP,

pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya

kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala

sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum

42

merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas

profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah

mengimplementasikan proses bottom-up secara demokratis,

sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap

keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.

d. Tim Kerja yang Kompak dan Transparan Dalam KTSP,

keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran

didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari

berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan

pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat

bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-

masing untuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan

oleh semu pihak. Dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya

pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai

tujuan atau target yang telah disepakati bersama. Dengan demikian,

keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic effect) dari

kolaborasi team yang kompak dan transparan.20

6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan

dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah

20 Mulyasa. Op cit. Hal 29-32.

43

dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar

Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut (permendiknas, no 22 tahun 2006)

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta

didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan

prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk

mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi

peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran

berpusat pada peserta didik.

b. Beragam dan terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan

jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap

perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial,

ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen

muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri

44

secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan

yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis.

Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan

pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan

memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi

pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena

itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan

memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan

spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill), kreatifitas sosial,

kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi

kompetensi, bidang kajian kurikulum dan mata pelajaran yang

direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua

jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

45

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,

pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara

unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan

global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan

memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi

dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

7. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

a. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia Keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang

46

memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang

peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didik. Pendidikan

merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat

manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif,

kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan

itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat

perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan

sosial, spiritual, dan kinestetik peserta didik.

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan

keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah

memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan

pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus

memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang

relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan

pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan

keragaman dan mendorong pertisipasi masyarakat dengan tetap

mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus

ditampung secara berimbang dan saling mengisi.

47

e. Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh

kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan

mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu

memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik

memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan

pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang

membawa masyarakat berbasis pengetahuan, dimana IPTEK

sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan

harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian

perkembangan IPTEK sehingga tetap relevan dan kontekstual

dengan perubahan. Oleh karma itu, kurikulum harus dikembangkan

secara berkala dan kesinanambungan sejalan dengan

perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan seni.

g. Agama

Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung

peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia dengan tetap

memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena

itu, muatan kurikulum mata pelajaran harus ikut mendukung

meningkatkan iman, taqwa dan ahlak mulia.

48

h. Dinamika perkembangan gobal

Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada

individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia

digerakan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin

dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing

serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan

suku dan bangsa lain.

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan

wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting

bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam

kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong

berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan

nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah

NKRI.

j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang

kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada

budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum

mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

49

k. Kesetaraan jender

Kuirikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan

yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.

l. Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi,

tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

8. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) komponen-

komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut :

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan

menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan

berikut.

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

50

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

kejuruannya.

b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata

pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran

pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang

harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang

tercantum dalam struktur kurikulum.

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok

mata pelajaran sebagai berikut :

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian.

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknlogi.

d) Kelompok mata pelajaran estetika.

51

e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan

kesehatan.

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui

muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan

dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata

pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban

belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu

materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke

dalam isi kurikulum.

c. Kalender Pendidikan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan

jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan

pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah pengaturan

waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun

ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif

belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Kalender

pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-

masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada

dokumen standar isi dengan memperhatikan ketentuan dari

pemerintah.21

21 Mulyasa. Hal 86.

52

9. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pelaksanaan

KTSP di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar,

yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar

untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar

untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/ atau

percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan

kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan

53

pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia

mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (dibelakang memberikan

daya dan kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa,

didepan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi

strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Ketujuh prinsip diatas harus diperhatikan oleh para pelaksana

kurikulum (guru), dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, baik

menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

54

10. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Manajemen pelaksanaan kurikulum di sekolah merupakan bagian

dari program peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan pola

pengelolaan pelaksanaan kurikulum secara nasional. Menurut Caldwell &

Spinks dalam Susilo (2007) menyatakan bahwa manajemen pelaksanaan

kurikulum di sekolah mengatur kegiatan operasional dan hubungan kerja

personil sekolah dalam upaya melayani siswa mencapai kompetensi yang

sudah ditetapkan.22

Kegiatan sekolah tersebut terkait dengan kurikulum yang meliputi

perencanaan kegiatan belajar mengajar berdasar kurikulum yang berlaku

secara nasional dan lokal, penyampaian kurikulum, proses belajar

mengajar, dan evaluasi.

Berdasarkan konsep manajemen tersebut, menurut Susilo (2007)

menjelaskan bahwa manajemen pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) di sekolah meliputi antara lain :

a. Perencanaan

Perencanaan kurikulum secara nasional menjadi tugas

Depdiknas dan secara lokal menjadi tugas Dinas Pendidikan

Kabupaten. Namun dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh

untuk menyusun program-program perencanaan. Dalam menyusun

22 Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 154.

55

perencanaan program-program tersebut harus guru harus mengacu

pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta

panduan penyusunan KTSP yang telah disusun oleh BSNP.

Adapun perencanaan program-program pengembangan KTSP

tersebut antara lain :

a) Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum

setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang

dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang

bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan

dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena

merupakan pedoman bagi pengembangan program-

program berikutnya, yakni program semester, program

mingguan, dan program harian atau program

pembelajaran setiap kompetensi dasar.

b) Program semester

Program semester berisikan garis-garis besar

mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai

dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan

penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya

program semester ini berisikan tentang bulan, pokok

bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang

direncanakan, dan keterangan-keterangan.

56

c) Program mingguan dan harian

Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik,

disamping modul perlu dikembangkan program

mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran

dari program semester dan program modul. Melalui

program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah

dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap peserta didik.

Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar

setiap peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta

didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang

dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan

belajar diatas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang

cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang lambat

dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan

yang belum dicapai.

d) Program pengayaan dan remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran

dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil

analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-

tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh

tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil

analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada

pada program mingguan dan harian, untuk digunakan

57

sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi

modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib

mengikuti remedial, dan yang mengikuti program

pengayaan.

e) Program pengembangan diri.

Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban

memberikan program pengembangan diri melalui

bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang

menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain

guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi

kriteria pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan

memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh

karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa

berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan

konseling secara rutin dan berkesinambungan.

b. Pengorganisasian

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam KTSP dan

berbeda berbeda dari kurikulum sebelumnya adalah penerapan

pendekatan pembelajaran tuntas dan mengakui perbedaan

kecepatan belajar setiap siswa. Implikasinya adalah ada layanan

pembelajaran secara klasikal dan individual, seperti pengajaran

remedial bagi siswa yang belum kompeten, pengayaan bagi siswa

58

yang kompeten 75-85 %. Namun demikian pengorganisasian

kurikulum tingkat satuan pendidkan secara individual tersebut

perlu memperhatikan beban mengajar regular dan ketersediaan

SDM dan fasilitas.23

Gambar 2.1: Penyusunan Kegiatan Belajar Mengajar

(Sumber: Susilo 2007: 159)

c. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM)

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku bagi peserta didik. Dalam Mulyasa (2006:255-258)

pelaksanaan pembelajaraan berbasis KTSP mencakup tiga hal yaitu

: pre tes, pembentukan kompetensi, dan post-test. Ketiga hal

tersebut dijelaskan sebagai berikut ini:

a) Pre Tes (tes awal)

23 Ibid. Hal 155

59

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran

dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak

kegunaan dalam menajajagi proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre tes memegang

peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

Fungsi pre tes antara lain dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses

belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka

akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka

kerjakan.

2. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

sehubungan dengan proses pembelajaran yang

dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan

membandingkan hasil pre tes dengan post tes.

3. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah

dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar

yang akan dijadikan topik dalam proses

pembelajaran.

4. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses

pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang

telah dikuasai peserta didik, serta kompetensi dasar

60

mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian

khusus.

b) Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti

dari pelaksanaan proses pembelajaran yakni bagaimana

kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana

tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembentukan

kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta

didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun

sosialnya.24 Kualitas pembentukan kompetensi dapat

dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.

Pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian

kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75 % oleh

karena itu setiap kegiatan belajar mengajar diakhiri

dengan penilaian pencapaian kompetensi siswa dan

diikuti rencana tindak lanjutnya. Hasil penilaian ada tiga

kemungkinan, yaitu kompetensi 75-85% dalam waktu

terjadwal, kompetensi lebih dari 85 % dalam waktu

kurang dari alokasi atau kompetensi dalam waktu

terjadwal, sebagaimana yang tergambar berikut :

Gamar 2.2: Tiga Kemungkinan Hasil Penelitian

24 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 256.

61

(Sumber: Susilo 2007: 160)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka tindak

lanjutnya ada tiga kemungkinan, yaitu pemberian remedi,

pemberian pengayaan, dan atau akselerasi. Perbedaan

tindak lanjut tersebut berdasarkan variasi pencapaian

kompetensi siswa sebagai berikut :

1. Melanjutkan ke KBM berikutnya secara klasikal bila

dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa

mencapai kompetensi minimal 85 %.

2. Pemberian remedi secara individual / kelompok

kepada siswa yang dalam waktu terjadwal belum

mencapai kompetensi minimal 75 %, sehingga siswa

tersebut belum diizinkan melanjutkan ke KBM

berikutnya.

3. Pemberian pengayaan kepada siswa yang sudah

mencapai kompetensi antara 75-85 % sedangkan

waktu terjadwal masih tersisa.

62

4. Pemberian izin akselerasi (percepatan) ke

pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) berikutnya

secara individual kepada siswa yang sudah kompeten

lebih dari 85 % sedangkan waktu terjadwal belum

habis.

Ilustrasi kegiatan di atas dapat diperjelas dengan

gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2: Manajemen Kegiatan Pembelajaran Tuntas

(Sumber: Susilo, 2007:161)

c) Post test

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran

diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes,

post tes juga memiliki banyak kegunaan, teutama dalam

63

melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi. Fungsi post tes antara lain dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik

secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat

diketahui dengan membandingkan antara hasil pre

tes dan post tes.

2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan

yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta

kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum

dikuasainya.

3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu

mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu

mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk

mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.

4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan

terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap

perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

d. Penilaian hasil belajar / evaluasi

Evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi oleh pihak

dalam (guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut

64

evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak luar (badan independen atau

badan akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar

mencakup masukan (termasuk program), proses, dan hasil (Susilo

2007:162).

Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan

penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan

pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program.

Untuk lebih jelasnya di dalam Mulyasa (2006) dijelaskan sebagai

berikut :25

a) Penilaian kelas

Penilaian kelas dapat dilakuakan dengan ulangan

harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

1. Ulangan harian

Ulangan harian dilakukan setiap selesai

proses pembelajaran dalam kompetensi dasar

tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat

soal yang harus dijawab para peserta didik, dan

tugas-tugas terstruktur yang berkaitan konsep yang

sedang dibahas, ulangan harian dilakukan tiga kali

dalam setiap semester.

2. Ulangan umum

25 Ibid. Hal, 258-261.

65

Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir

semester dengan bahan yang diujikan sebagai

berikut:

1) Ulangan umum semester pertama soalnya

diambil dari materi semester pertama.

2) Ulangan umum semester kedua soalnya

merupakan gabungan dari materi semester

pertama dan kedua, dengan penekanan pada

materi semester kedua. Ulangan umum

dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas

paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan

umum bersama, baik tingkat rayon, kecamatan,

kodya/kabupaten maupun provonsi.

3. Ujian akhir

Ujian akhir dilakukan pada akhir program

pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi

seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan,

dengan penekanan pada kompetensi dasar yang

dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian

akhir ini terutama digunakan untuk menentukan

kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak

tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat

atasnya.

66

b) Tes kemampuan dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui

kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang

diperlukan dalam rangka memperbaiki program

pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar

dilakukan pada setiap tahun akhir kelas tiga.

c) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran

diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan

gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai

ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu

tertentu.

Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil

belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat

Belajar (STTB) tidak semata-mata didasarkan atas hasil

penilaian akhir jenjang sekolah.

d) Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk

mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil

untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.

Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah,

daerah, atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara

berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai

67

satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai

dengan kemampuan usaha dan keuletannya.

e) Penilaian program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen

Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara

kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program

dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan

dasar, fungsi, dan mengetahui tujuan pendidikan nasional,

serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan

masyarakat, dan kemajuan zaman.

e. Pelaporan

Pelaporan mencakup laporan guru, laporan wali kelas, dan

laporan kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya Susilo (2007)

menjelaskan sebagai berikut : 26

a) Laporan guru

Memuat hasil pembelajaran (mencapai kompetensi

siswa) dan mata pelajaran yang menjadi

tanggungjawabnya. Laporan guru disampaikan kepada

wali kelas. Guru bisa melengkapi laporannya dengan

informasi tentang hambatan yang dihadapi, upaya yang

telah ditempuh, dan atau kegagalan yang terjadi karena

adanya hambatan yang tidak bisa diatasi. Informasi

26 Soesilo. Op cit. Hal 166-168.

68

tersebut merupakan bahan laporan wali kelas kepada

kepala sekolah dan sebagai bahan menyusun program

kerja tahun berikutnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.4: Pelaporan Guru

(Sumber: Susilo 2007: 166)

b) Laporan wali kelas

Memuat pretasi (pencapaian kompetensi) dari

kelas binaannya untuk disampaikan kepada orang tua

siswa dan siswa yang bersangkutan. Wali kelas juga

membuat laporan tentang profil kompetensi siswa dan

pembinaan yang pernah dilakukan atau kasus yang terjadi

dari kelas binaannya untuk disampaikan kepada kepala

sekolah. Laporan tersebut sebagai bahan kepala sekolah

membuat laporan sekolah.

69

Gambar 2.5: Laporan Wali Kelas

(Sumber: Susilo, 2007: 167)

c) Laporan Kepala Sekolah

Memuat hasil evaluasi kinerja sekolah secara

keseluruhan, profil kompetensi siswa di sekolah yang

dipimpinnya, serta pertanggungjawaban keuangan

sekolah. Laporan kinerja sekolah secara keseluruhan,

yang diharapkan dalam pedoman ini, lebih menekankan

pada laporan akuntabilitas, yaitu laporan

pertanggungjawaban berdasarkan kebenaran esensial dan

faktual disamping berdasarkan dokumen tertulis. Laporan

dibuat berdasarkan hasil evaluasi, akreditasi, dan hasil

analisis faktual.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut:

70

Gambar 2.6 : Pola laporan Kepala Sekolah

(Sumber : Susilo 2007:168)

B. Tinjauan Mengenai Mutu Pendidikan

1. Pengertian

Secara Etimologis, Mutu adalah Kualitas, derajat, tingkat, kadar dan

nilai.27 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mutu berarti karat, baik

buruknya sesuatu, kualitas, taraf (kepandaian, kecerdasan). 28 Istilah mutu

menurut Sanusi Uwes mengandung dua hal yaitu sifat dan taraf. Sifat

merupakan sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf

menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala.29 sedangkan pendidikan yang

diungkapkan oleh Marimba adalah bimbingan / pimpinan secara sadar oleh

27 M. Dahlan Al- Barry, Kamus Modern Bhs. Indonesia, Yogyakarta, Arkola, 1994, hal 432 28 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hal 735 29 Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hal 27

71

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama. 30

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu, dalam hal ini mengacu

pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan"

yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau

psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana

sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya

serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas

berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua

komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa

dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler

maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun

yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai

oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)

dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta

atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu

cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya :

komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa

kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin,

keakraban, saling menghormati, kebersihan, dsb.

30 Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994 hal 24

72

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan.

Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam

artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus

jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya.

Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output)

yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school

based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab

akhirnya adalah pada hasil yang dicapai .

Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama

yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat

dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya :NEM

oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap

sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain

(kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi

diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan

tahun berikutnya.

Dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah keseluruhan

idealita yang ingin dicapai oleh lembaga-lembaga pendidikan dalam

merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan, secara umum maupun pendidikan

secara khusus. Dengan kata lain Mutu Pendidikan sangat ditentukan oleh

tercapainya tujuan-tujuan pendidikan secara integral. Disisi lain mutu

pendidikan adalah satu bentuk keberhasilan yang dicapai baik berupa nilai,

73

kadar, derajat dan lain-lain yang juga berimplikasi pada pembentukan siswa

berkualitas.

Suryadi dan Tilaar menyebutkan bahwa Mutu pendidikan merupakan

kemampuan sistem pendidikan dasar baik dari segi pengelolaan maupun dari

segi proses pendidikan yang diarahkan secara efektifuntuk meningkatkan nilai

tambah dan faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.31

Jadi Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat

menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang memiliki prestasi

akademik dan non akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan

perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

yang dihadapinya, baik itu di masa sekarang atau masa yang akan datang

(harapan bangsa)serta memiliki moral yang baik dan kuat . Mutu pendidikan

bukanlah suatu konsep yang berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dimana kebutuhan masyarakat dan

perubahan yang terjadi di masyarakat yang dinamis menuntut adanya tujuan

pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Selain itu, menurut ajaran Islam pendidikan adalah perintah Tuhan dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat-

ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain :

1. Dalam surat Al-Alaq 4 -5, yang berbunyi :

31 Ale Suryadi, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1993, Hal 108

74

Artinya:Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

2. Dalam surat An-Nahl 125 yang berbunyi :

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

3. Dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :

Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Ayat-ayat tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita

bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama.

Baik pada keluarganya maupun kepada orang lain sesuai dengan

kemampuannya.

75

2. Indikator Pendidikan yang Bermutu

Menurut Engkoswara bahwa produktivitas pendidikan yang efektif

dapat dilihat pada :

1) Proses atau efektifitasnya yang dilihat pada :

a) Masukan yang merata

b) Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi

c) Keluaran atau lulusan serta yang diberikan relevan dengan

kebutuhan masyarakat

d) Pendapatan lulusan memadai 32

2) Proses suasana atau efisiensi yang dapat dilihat pada

a) Kegairahan atau motivasi yang tinggi

b) Semangat bekerja yang besar

c) Kepercayaan berbagai pihak

d) Pembiayaan , waktu dan tenaga yang sekecil mungkin dengan hasil

yang besar

Adapun Suryadi dan Tilaar mengindikator pendidikan yang bermutu

dengan :

1. Faktor input yang meliputi :

a) Besar kecilnya kelas sekolah

b) Faktor guru yang berkualitas

c) Faktor buku belajar

d) Faktor situasi belajar yang kondusif

32 Engkoswara, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta, Depdikbud, 1987, hal 42

76

e) Kurikulum yang memadai

f) Manajemen sekolah yang efektif

2. Faktor Output yang meliputi :

a) Partisipasi sekolah (dalam prestasi)

b) Efisiensi internal (proses belajar mengajar)

c) Prestasi belajar kognitif

d) Prestasi belajar afektif 33

3. Kriteria Pendidikan yang Bermutu

Penetapan kriteria tentang sekolah yang efektif masih belum ada

konsep yang tetap, karena terkait pada konsep mutu pendidikan yang masih

abstrak dimana konsepsi mutu pendidikan masih bergerak dari gagasan satu ke

gagasan lain diterjemahkan secara tepat kedalam ukuran dan tindakan yang

lebih nyata.

Maka dari itu untuk menetapkan kriteria pendidikan yang bermutu

terdapat beberapa pendekatan. Menurut Hoy Ferguson ada dua, namun

menurut Robbi ada tiga pendekatan, yaitu :

1). Pendekatan pencapaian tujuan

Maksudnya bahwa dalam menentukan kriteria pendidikan

difokuskan pada tujuan yang akan dicapai. Dalam perspektif ini tingkat

pencapaian mutu pendidikan ditandai dengan prestasi penguasaannya

dalam bidang ketrampilan dasar, kriteria tersebut meliputi :

33 Suryadi dan Tilaar, Op.Cit, Hal 34

77

a) Siswa mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar

b) Siswa dapat meraih prestasi akademik semaksimal mungkin pada

semua mata pelajaran

c) Adanya evaluasi yang sistematis yang menunjukkan adanya

keberhasilan

Penetapan kriteria pendidikan yang bermutu menggunakan perspektif

itu mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

a) Pendefinisian kriteria keefektifan yang diukur hanya pada satu dimensi

yaitu prestasi akademiknya saja

b) Pendekatan ini menekankan perhatiannya pada hasil yaitu murid dari

pada alat-alat atau proses pendidikan

c) Keberlangsungan terancam, dan mereka harus mampu mengukur

perkembangan pencapaian tujuannya.

2). Pendekatan proses

Keefektifan sekolah tidak hanya dilihat dari tingkat pencapaian tujuan

tetapi difokuskan pada proses dan kondisinya yang disebut dengan

karakteristik sekolah yang berupa :

a) Karakteristik internal yang meliputi daya kepemimpinan, proses

komunikasi sistem, sistem supervisi dan evaluasi sistem pembelajaran,

dan proses pembuatan keputusan

b) Karakteristik eksternal yaitu situasi yang berpengaruh pada pendidikan

yang diselenggarakan seperti kekayaan , tradisi sosio kultural, struktur

kekuatan politik dan demografi.

78

3). Pendekatan respon Lingkungan

Menurut pendekatan ini sekolah dikatakan sukses jika tujuannya

dinyatakan secara eksplisit, ditampilkan secara rasional dan bijaksana

diberi kesan teratur dan terkontrol, mempunyai struktur dan prosedur yang

pants, memberi pertanggung jawaban dan penampilan tindakan yang

menyakinkan.

Tilaar memberikan Kriteria sekolah yang efektif di Indonesia

dengan :

a) Sekolah yang memiliki kemampuan akademis yang diterapkan dalam

kurikulum nasional (kriteria ini disebut dengan kriteria akademik).

b) Sekolah yang mampu mendidik siswanya untuk berkepribadian yang

luhur, bermoral dan bertaqwa kepada Tuhan YME (kriteria ini

disebut juga dengan kriteria religio-moral)

c) Sekolah yang mampu menghasilkan tenaga pembangunan yang

tampil dalam jumlah memadai untuk berbagai sektor pembangunan

(kriteria ini disebut juga dengan kriteria relevansi atau

ketenagakerjaan) 34

Adapun kriteria pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan alam

indonesia, dengan menggunakan gabungan dari ketiga perspektif diatas

adalah sebagai berikut :

a) Sekolah yang mampu mendidik muridnya berkepribadian luhur,

bermoral, bertaqwa, berwawasan nasional dan kebangsaan

34 Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta , 2002,

79

b) Sekolah yang mampu menanamkan secara komprehensif atas

ketrampilan dasar untuk mencapai prestasi akademik berdasarkan

kurikulum nasional serta mengembangkan bakat dan minat individual

melalui pencapaian prestasi non akademik

c) Sekolah yang mampu menanamkan wawasan lingkungan dan sistem

nilai yang merefleksi sosio-kultural religius yang khas Indonesia yang

bermuatan pada pemahaman konsep diri atau percaya diri

d) Sekolah yang mampu menjalin kelangsungan hubungan kemitraan

yang harmonis dan sehat antar kepala sekolah, guru, orang tua murid

sehingga timbul pengakuan dan dukungan positif dari mereka

e) Sekolah yang mampu membuktikan kepemimpinan kepala sekolah

yang accountabel secara administratif dan akademik

f) Sekolah yang mampu menciptakan iklim yang sehat, bersemangat dan

bermotivasi tinggi pada semua komunitas sekolah

g) Sekolah mampu mengembangkan kreatifitas guru dalammengajar

secara kontinu, melakukan evaluasi, perubahan dan perbaikan

pengajaran

h) Sekolah yang mampu membangkitkan murid untuk berpartisipasi dan

memanfaatkan kompetisi akademik dan non akademik sebagai sarana

menumbuhkan motivasi dan belajar teman-teman sebaya.

80

4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

Ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu dilaksanakan dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Seperti yang dijelaskan oleh

Sukmadinata, Jami at, dan Ahman dalam buku Pengendalian Mutu

Pendidikan Sekolah Menengah (2006). Prinsip-prinsip peningkatan mutu

pendidikan tersebut di antaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesioanl

dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan

alat yang dapat digunakan oleh para professional pendidikan dalam

memperbaiki sistem pendidikan bangsa.

b. Kesulitan yang dihadapi oleh para profesional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kegagalan sistem yang

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses

baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncata-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar

bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional

pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan

kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia

gelobal.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu

pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas,

dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada

81

kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.

Uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.

e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada

perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen

pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka

menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan

kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan yang baru atau

model-model mengajar, membimbing, dan melatih dalam membantu

perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia akan

menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, meyelesaikan

masalah, dan mengembangkan program baru.

f. Banyak profesional dibidang pendidikan yang kurang memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki

pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau

takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan

bagaiman mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat

dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan

penyesuaian-penyesuaian dan peneyempurnaan. Budaya, lingkungan,

dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesinal pendidikan

harus dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang

pendidikan.

82

h. Masyarakat dan manejemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan program singkat, peningkatan mutu dapat

dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-

program singkat.35

35 Sukmadinata, Jami at, dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung. Hal, 9-10.

83

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan

dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Pada

bab ini akan diuraikan secara berturut-turut pokok bahasan dalam metode

penelitian yang berhubungan dengan jalannya penelitian: Pendekatan dan Jenis

penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data prosedur

pengumpulan data, analisisi data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap

penelitian. Uraian metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai

implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang

adalah metode kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor (1975) penelitian

kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu kebutuhan.

84

Sedangkan menurut Sugiyono (2006) penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara Purposive dan Snowball, teknik pengumpulan

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.36

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural) (setting) Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme

sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang

memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,

dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).

Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah, obyek yang alamiah adalah

obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek

tersebut.37

Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena

pada umumnya permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh

makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh

36 Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Hal, 14 37 Ibid. Hal, 15

85

dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner,

pedoman wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial

secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.38

Selain alasan tersebut, peneliti juga mempunyai beberapa

pertimbangan-pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih

mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.

Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 39

Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu

pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti peristiwa

dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu

Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual

para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah

diharapkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhamadiyah I Malang dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan

mendalam.

38 Ibid. Hal, 399 39 Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal, 10.

86

B. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini kedudukan peneliti sebagai intrumen dalam

penelitian kualitatif memiliki peran ganda. Peneliti merupakan perencana,

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya

menjadi pelapor hasil penelitian.40 Dalam penelitian ini peneliti juga

menggunakan alat instrumen lain seperti dokumen resmi, tape recorder dan

kamera sebagai pendukung sesuai dengan metode pengumpulan data.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut

karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang telah

menerapkan KTSP.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana diperoleh.

Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan

data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan, apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya

bisa berupa benda, gerak, atau proses seuatu, dan apabila peneliti

40 Ibid. Hal, 121

87

menggunakan dokumentasi, maka dokumen catatanlah yang menjadi sumber

data, sedang isi catatan adalah objek penelitian atau variabel penelitian.41

Dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

diklasifikasikan maupun analisis untuk mempermudah dalam menghadapkan

pada pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berhasil dari:

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam

(indept interview) dan observasi partisipasi. Berkaitan dengan hal tersebut,

wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Sekolah, waka kurikulum,

dan sarana prasarana.

2. Sumber Data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara

tidak langsung dari informan di lapangan, seperti dokumen dan

sebagainya. Dokumen tersebut dapat berupa buku-buku dan literature

lainnya yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang sedang

diteliti. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa

dokumen sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk menentukan data yang diperlukan maka, perlu adanya

prosedur atau teknik pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta-fakta yang

41 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Hal, 102.

88

diperoleh sebagai data-data objektif, valid serta tidak terjadi penyimpangan-

penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya. Dalam pengumpulan data

skipsi ini, penulis menggunakan teknik atau metode sebgai berikut:

a) Metode Penggamatan (Observasi)

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki atau yang

sedang diteliti. Data-data dari metode ini adalah situasi umum, secara

mengajar, sarana dan prasarana yang mendukung dalam

pembelajaran.

Dalam hak ini penulis menggunakan metode observasi

langsung, yaitu akan mengadakan pengamatan dan pencatatan dan

dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan peneliti untuk

memperoleh informasi tentang keadaan objek peneliti, keadaan saran

dan prasarana, keadaan fasilitas pendukung proses penerapan

implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

b) Metode Wawancara (Interview)

Yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu proses

untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penannya atau

pewancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan

alat yang dinamakan panduan wawancara.

89

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang peneliti gunakan

adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan, untuk itu pertanyaan disusun dengan ketat.42

Metode ini sesuai digunakan untuk mengetahui implementasi

KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah

dan para guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang.

c) Metode Dokumentasi

Metode dekumentasi adalah metode pengumpulan data

dengan cara mencari data atau informasi yang sudah dicatat,

dipublikasikan dalam beberapa dokumen yang ada. Dalam hal ini

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa metode dekumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip

buku, surat kabar, majalah, prasasti, rapot, agenda, dan sebagainya.43

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengenai

keadaan dan lokasi guru ditinjau dari segi pengalaman-pengalaman

menggimplementasikan KTSP saat ini dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

42 Lexy J. Moleong. Op cit, 138. 43 Arikunto. Op cit, 236.

90

F. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya penataan secara sistematis catatan

hasil observasi, interview, dokumentasi, serta studi pustaka dan yang lainnya

untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang implementasi KTSP

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik analisis

data kualitatif, karena dalam penelitian ini terdapat data yang bersifat

kualitatif yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, kemudian

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan proses berfikir induktif,

yaitu, proses berfikir yang bertolak dari pengertian data yang bersifat khusus

ditarik kesimpulan yang bersifat umum, dan juga menerapkan proses berfikir

deduktif, yaitu proses berfikir yang bertolak dari pengertian yang bersifat

umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.44

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menerapkan keabsahan (trustwortinees) data atau temuan

diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan data

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam hal ini ada empat kriteria

yang digunakan yaitu:

a) Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) yang berfungsi: pertama,

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

penemuan dapat dicapai: kedua, mempertunjukkan derajat

44 Sutrisno. Op cit, 136.

91

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh

peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

b) Kriteria keraliahan (transferibilitas), yaitu kriteria untuk mengetahui

apakah ada kesamaan antara konteks pengiriman dan penerima.

c) kriteria kebergantungan (dependebilitas), yaitu kriteria yang

digunakan untuk menilai apakah tehnik penelitian ini bermutu dari

segi prosesnya.

d) kriteria kepastian (konfirmabilitas), yaitu kriteria ini berasal dari

objektivitas non kualitatif. Dan sesuatu itu bisa dikatakan objektif

atau tidak bergantung pada pandangan, pendapat, dan penemuan

seseorang. Menurut Scriven (1971), objektif itu berarti dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan.45

H. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Bogdan (1972), ada tiga tahapan dalam penelitian, yaitu:

a) Tahap pra lapangan, di antaranya:

1. Menyusun rancangan atau desain penelitian, seperti yang

sudah dijelaskan di depan.

2. Memilih lapangan penelitian. Penelitian ini berlokasi di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

3. Mengurus perizinan. Peneliti harus menghubungi dan

meminta izin, selain itu peneliti harus meghubungi dan

45 Lexy J. Moleong. Op cit,173-174.

92

meminta izin, selain itu peneliti juga harus menyiapkan: surat

tugas, surat izin instansi di atasnya, identitas diri (KTP, foto,

dan lain-lain), perlengkapan penelitian (foto, tape recorder,

vodeo recorder, dan lain-lain). Peneliti memaparkan tujuan

penelitian terhadap orang yang berwenang di wilayah

penelitian.

4. Menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti sudah mempunyai

orientasi terhadap lapangan penelitian.

5. Memilih dan memanfaatkan informasi. Informasi adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar serta subjek penelitian.

6. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Seperti yang telah

dijelaskan di atas.

b) Tahap pekerjaan lapangan

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.

2. Memasuki lapangan. Dalam hal ini hubungan peneliti dengan

subjek penelitian harus benar-benar akrab sehingga tidak ada

lagi dinding pemisah di antara keduanya.

3. Berperan aktif sambil mengumpulkan data.

4. Tahap analisa data.

93

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejerah singkat

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang merupakan lembaga

pendidikan menengah tingkat atas yang diselenggarakan oleh yayasan

Muhammadiyah dalam hal ini Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (Majlis

Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang dan

secara koordinatif berafiliasi pada sistem pendidikan nasional yang

diselenggarakan oleh Departemen Agama RI.

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berlokasi di Tlogomas,

tepatnya di Jalan Baiduri Sepah 27 Tlogomas, di atas area tanah seluas 3000 m²

yang meliputi bangunan (kantor, ruang kelas, masjid, dan laboratorium) seluas

804 m², lapangan olahraga 150 m², kebun 125 m², dan lain-lain seluas 221m².

Madrasah ini telah berdiri sejak 1978 dengan nama semula Sekolah Guru

Bawah (SGB) dan telah mengalami pasang surut hingga saat ini.

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang letaknya dikelilingi oleh

perguruan tinggi yaitu, Unibra, UIN Malang, UM, Unisma, Unmuh, ITN,

sehingga anak-anak yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi akan lebih

mudah menyesuaikan dalam melanjutkan ke perguruan tinggi. Hanya satu

yang menjadi kendala yaitu lokasi madrasah tidak tepat menghadap jalan raya

94

tetapi agak masuk sedikit, sehingga banyak orang belum mengenal kalau ada

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

Mungkin perkembangan akademik yang bagus menjadi penyebab para

peminat semakin menigkat. Jika pada tahun 2007

2008 para peminat

madrasah ini berasal dari masyarakat desa atau Kelurahan Tlogomas

Kecamatan Lowokwaru dengan radius 5 km, maka pada tahun 2008

2009

terjadi peningkatan hingga luar kota dan luar pulau.

2. Visi

Mewujudkan insan yang unggul dalam sains dan keimanan dengan dasar

bahasa Arab, bahasa Inggris serta Berketerampilan.

3. Misi

a. Memupuk minat dan bakat siswa, sehingga setiap siswa dapat berkembang

sesuai degan potensi yang dimiliki.

b. Membentuk siswa untuk berakhlaqul karimah.

c. Menciptakan lingkungan bersih dan agamis.

d. Membentuk pola pikir kritis dan ilmiah.

e. Menumbuhkan dan menjaga sikap disiplin serta bertanggung jawab dalam

bermasyarakat.

f. Menciptakan suasana belajar siswa aktif.

4. Tujuan

a. Tujuan Akademik

a) Meningkatkan nilai rata-rata Ujian Nasional, Standart minimal + 0,5.

95

b) Meningkatkan penerimaan lulusan di PTN minimal 50% dari jumlah

pendaftar.

c) Mewujudkan siswa yang terampil dalam berbahasa Arab dan bahasa

Inggris sehingga minimal siswa jurusan Bahasa mampu mengaplikasikan

dalam percakapan.

d) Meningkatkan SDM, dengan mengikuti pelatihan, lokakarya, seminar,

MGMP dan lain-lain.

e) Menciptakan suasana kompetisi keilmuan dan keagamaan.

b. Tujuan Non Akademik

a) Mampu menjuarai KIR tingkat Nasional dan mampu menjadi juara dalam

berbagai even lomba

b) Mampu mengoperasikan komputer baik Software maupun Hardware

c) Mampu mengaplikasikan Life Skill di masyarakat.

5. Lingkungan Demografis

Jumlah penduduk di Kota Malang atau Kabupaten Malang hampir 90 %

beragama Islam, sehingga hal ini merupakan modal dasar bagi pengembangan

madrasah ini di masa mendatang. Dalam kaitannya dengan pendidikan

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan cenderung tak terkendali,

menjadikan masalah tersendiri dalam pengembangan proses pendidikan di

Malang raya baik menyengkut angka partisipasi kotor maupun angka

partisipasi murni.

Jumlah anak usia Madrasah Aliah di Malang Raya sebanyak 25 %.

Sedangkan jumlah madrasah jenjang Madrasah Aliah Swasta sebanyak empat,

96

yang terdiri atas : Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, MA Mubtadiin

Malang, MA Al-Amin Malang, dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2

Malang. Masalah pendidikan Malang raya menjadi masalah yang sangat

penting baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Penuntasan

wajib belajar 9 tahun masih menjadi suatu hal yang harus dicapai. Data

tersebut menjadikan kita lebih memiliki perhatian yang khusus dalam

menangani masalah-masalah pendidikan di daerah tersebut.

B. Penyajian Data

1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum pendidikan merupakan satusatunya faktor penentu

keberhasilan proses belajar-mengajar (PBM), karena di dalam kurikulum

terdapat perangkat kurikulum yang cukup lengkap mulai dari struktur dan

beberapa mata pelajaran hingga incian bahan pelajaran yang dipelajari siswa,

dan juga mencakup kegiatan pembelajaran, bentuk-bentuk, serta penilaiannya.

Salah satu kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) atau bisa dikatakan kurikulum 2006. Hal ini sesuai dengan

apa yang dituturkan oleh ibu Muzainah. Sag selaku kepala sekolah, bahwa:

Lembaga ini sudah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) satuan pendidikan sejak tahun 2007 dan sudah dilaksanakan dengan baik hal ini dibuktikan dengan kemampuan guru dalam membuat rencana proses pembelajaran (RPP) dan silabus sesuai dengan kurikulum sekarang dan untuk

97

meningkatkan profesionalismenya para guru mengikuti kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kelompok kerja guru (KKG) . 46

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan

tindak lanjut dari pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh satuan

pendidikan merupakan acuan bagi pelaksana pendidikan untuk

mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor)

khususnya pada jalur pendidikan di sekolah, dan yang berperan besar dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang adalah guru, karena guru merupakan pelaksana

proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan penuturan ibu Muzainah. SAg selaku kepala

sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang bahwa,

Dalam proses perumusan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengikuti kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan setiap minggunya dalam 1 semester, oleh tim diantaranya komite, kepala sekolah, wakil kepala kurikulum, dan guru. Dan yang berperan adalah guru .47

Kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang diikuti oleh

para tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berguna

untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para tenaga pendidikan

46 Wawancara dengan Muzainah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang, pada 22 Juni 2010 47 Wawancara dengan Muzainah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang, pada 22 Juni 2010

98

dalam rangka memecahkan masalah, menemukan variasi metode belajar bagi

siswa, variasi media untuk meningkatkan proses belajar-mengajar (PBM) dan

kualitas pendidikan.

Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah dimulai sejak tahun 2007 dan

diberlakukan pada kelas X dan kelas XI, sedangkan untuk kelas XII masih

menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) karena dari pihak

sekolah menyesuaikan dengan peraturan menteri nomor 24 pasal 2 ayat 2 tahun

2006 tentang pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang

dilaksanakan secara bertahap dalam waktu paling lama tiga tahun dengan

tahapan tahun pertama (2007/2008) kelas I, tahun kedua (2008/2009) kelas X

dan XI, dan tahun ketiga (2009/2010) kelas X, XI dan XII.

Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),

sekolah di tuntut untuk merencanakan kurikulum sendiri dan guru sebagai

salah satu pihak pelaksana kurikulum juga di tuntut untuk bisa menyiapkan

program pengajaran dan menciptakan suasana belajar di kelas. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang standar

Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh

satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).

99

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu

pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian

tujuan pendidikan Nasional yang terdiri dari: standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar

penilaian pendidikan. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan

kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan

tujuan pendidikan khususnya Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah yang berada dibawah naungan

Departemen Agama berupaya mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Melalui KTSP ini Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berharap

dapat melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi

dan kondisi peserta didik. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) sebagai acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan

kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dapat di jelaskan

sebagai berikut:

1. Standar Isi

Profil standar isi madrasah dapat diungkapkan data sebagai berikut:

1) Dokumen Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

(Dokumen I dan II) lengkap dan siap diimplementasikan.

100

2) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang sudah menerapakan

dokumen Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

mulai tahun 2007.

3) Semua guru dan warga madrasah memiliki kesiapan dan kemampuan

untuk menerapakan kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1

Malang

a. Memahami Implikasi penerapan kurikulum Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 1 Malang

b. Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang dipegang

c. Menggunakan silabus dan RPP untuk meningkatkan PBM

d. Memiliki dokumen pelaksanaan PBM (jurnal dan hasil evaluasi)

e. Memiliki komitmen untuk menerapkan kurikulum Madrasah

Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

4) Upaya-upaya yang dilakukan madrasah dalam menerapkan kurikulum

Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

a) Sosialisasi kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

b) Pembinaan, work shop, pelatihan pengembangan kurikulum

Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

c) Pengawasan/supervise/monitoring kurikulum Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang

d) Evaluasi Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

5) Madrasah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan

101

a) SKL-MP dan SK KD ada yang sama dengan permendiknas

b) SKL-MP dan SK KD ada yang lebih tinggi dari permendiknas.

Tabel 4.1

Data Pendukung Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran.48

Kondisi Nama mata pelajaran SKL_Mp dan SK-KD Peningkatan

dari standar Permendiknas

Tetap (sesuai standar permendiknas)

A. Agama dan Akhlak mulia x 1. Al Qur an Hadist x 2. Aqidah Akhlak x 3. Fiqh 4. SKI x 5. B. Arab x

B. Kewarganegaraan dan Kepribadian x 1. PKn x 2. Bhs. Indonesia x 3. Bhs. Inggris x

C. Ilmu Pengetahuan dan Teknollogi x 1. Matematika x 2. Biologi x 3. Fisika x 4. Kimia x 5. Sosiologi x 6. Geografi x 7. SNU/Sejarah x 8. Ekonomi/Akuntansi x

D. Estetika x 1. SeniBudaya x 2. Ketrampilan/TIK x 3. Ketrampilan Bahasa Asing x

E. Pendidikan Jamani x 1. Penjaskes x 2. Muatan Lokal x

G. Pengembangan Diri x

6) Struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 1 Malang

a) Mengembangakan 5 kelompok mata pelajaran

b) Mengembangkan 3 komponen mata pelajaran yaitu :

48 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

102

Mata pelajaran sesuai standar nasional pendidikan

Komponen muatan lokal komponen pengembangan diri

Data Pendukung Pengembangan Kelompok Mata Pelajaran

Dalam Struktur kurikulum madrasah kelompok mata pelajaran yang

dikembangkan dalam struktur kurikulum di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah 1 Malang.

Tabel 4.2

Kelompok Mata Pelajaran.49

NO KELOMPOK MATA PELAJARAN

NAMA MATA PELAJARAN

1 Agama dan Akhlak Mulia ( ) Pendidikan Agama Islam ( ) Al Qur an Hadist ( ) Aqidah Akhlak ( ) Fiqih ( ) SKI

( ) Bahasa Arab ( ) Munlok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan

kecakapan Hidup (PKH) 2 Kewarganegaraan dan kepribadian

( ) PPKN (x) Bhs Indonesia (x) Munlok, pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan kewarganegaraan dan kepribadian.

3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (x) matematika (x) Biologi (x) Fisiska (x) Kimia (x) Sosiologi (x) Geografi ( ) Sejarah (x) Ekonomi/Akuntansi (x) Bahasa Inggris (x) mulok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan IPTEK

4 Estetika ( ) pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan ( ) Mulok, Pengembangan Diri (PD) dan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang berwawasan Estetika.

5 Jasmani, Olahraga dan Kesenian ( ) Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan (Penjaskes) ( ) Mulok, Pengembangan Diri (Pd) Dan Pendidikan Kecakapan Hidup (Pkh) Yang Berwawasan Jasmani, Olahrag Dan Kesehatan

Kesimpulan

Keterangan beriklah tanda silang ( x )

49 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

103

Berdasarkan table di atas, maka struktur kurikulum yang

dikembangkan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang adalah

sebagai berikut :

Komponen struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang

Table 4.3.

Struktur Kurikulum MAM 1 Malang Kelas X.50

Komponen Sem 1 Sem 2 1. Pendidikan Agama Islam

a. Al Qur an Hadist 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 5. Bahasa inggris 4 4 6. Matematika (4) 5 5 7. Fisika (2) 3 3 8. Biologi 2 2 9. Kimia 2 2 10. Sejarah 1 1 11. Geografi 1 1 12. Ekonomi 2 2 13. Sosiologi 2 2 14. Seni Budaya 2 2 15. Pendidikan Jasmani, Olah Raga,dan Kesehatan 2 2 16. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 17. Pengembangan Diri 2 2 Jumlah 44 44

7) Kurikilum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang Kelas XI dan

XII

a) Kurikulum MAM 1 MALANG Kelas XI dan Kelas XII Program

IPS , dan Program Bahasa, terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan

local dan pengembangan diri Kurikulum tersebut secara berturut-

turut disajikan pada Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6.

50 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

104

Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan cirri khas dan

potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak

dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansinya muatan lokal ditentukan tersendiri oleh satuan

pendidikan Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus

diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat

setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolahnya. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,

guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan

melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan

masalah diri pribadi dan kehidupan social, belajar dan

pengembangan karir peserta didik.

b) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan

dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

minggu secara keseluruhan.

c) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 dan 45 menit.

105

d) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah

34-38 minggu.

Table 4.4

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang Kelas XI dan XII Program IPA.51

Komponen XI XII IPA Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2

1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 4 4 4 4 6. Matematika (4) 5 5 5 5 7. Fisika (4) 5 5 5 5 8. Kimia 4 4 4 4 9. Biologi (4) 5 5 5 5 10. Sejarah 1 1 1 1 11. seni budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan

2 2 2 2

13. teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2 14. Ketrampilan/Bahasa Asing B. Muatan Lokal *0 Biologi 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri **) 2 2 2 2

47 47 47 47

RESPONSI IPA XI XI XI XI Fisika 2 2 2 2 Kimia 1 1 1 1 Biologi 1 1 1 1 Matematika 1 1 1 1 Bahasa Inggris 1 1 1 1 JUMLAH 6 6 6 6

Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53

51 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

106

Tabel 4.5

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah

I Malang Kelas XI dan XII IPS.52

Komponen XI XII IPS Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2

1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 4 4 4 4 6. Matematika (4) 5 5 5 5 7. Sejarah 5 5 5 5 8. Geografi (3) 4 4 4 4 9. Ekonomi (4) 5 5 5 5 10. Sosiologi (3) 1 1 1 1 11. seni budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan

2 2 2 2

13. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

14. Ketrampilan/sablon B. Muatan Lokal *) Akuntansi 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri **) (2) 2 2 2 2

47 47 47 47

RESPONSI IPS XI XI XI XI Matematika 2 2 2 2 Geografi 1 1 1 1 Ekonomi 2 2 2 2 Bahasa Inggris 1 1 1 1

JUMLAH 6 6 6 6

Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53

52 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

107

Tabel 4.6

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang Kelas XI dan XII Bahasa.53

Komponen XI XII BAHASA Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2

1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur an-Hadist 2 2 2 2 b. Akidah-Akhlak 2 2 - - c. Fikih 2 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan

Islam - - 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan

2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 4. Bahasa Arab 2 2 2 2 5. Bahasa Inggris 5 5 5 5 6. Bahasa Asing *) (Arab) 4 4 4 4 7. Matematika (3) 4 4 4 4 8. Sastra Indonesia 4 4 4 4 9. Antropologi 2 2 2 2 10. Sejarah 2 2 2 2 11. Seni Budaya 1 1 1 1 12. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan kesehatan

2 2 2 2

13. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

14. Bahasa Jerman (2) 4 4 4 4 B. Muatan Lokal **) C. Pengembangan Diri **) (2)

2 2 2 2

Jumlah 47 47 47 47

RESPONSI BAHASA XI XI XII XII Matematika 2 2 2 2 Bahasa Inggris 2 2 2 2 Bahasa Arab 2 2 2 2

Jumlah 6 6 6 6

Jumlah Keseluruhan 53 53 53 53 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (1 jam ttap muka PBM)

8) Pengaturan beban belajar siswa

53 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

108

MAM 1 Malang menyelenggarakan program pendidikan

dengan menggunakan sistem paket. Sistem paket adalah sistem

penyelenggaran program pendidikan yang peserta didiknya

diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban

belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan

struktur kurikulum yang berlaku pada MAM 1 Malang. Beban belajar

setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam

pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang

dibutuhkan oleh peserta didik unuk mengikuti program pembelajaran

melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat

perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban

belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada MAM 1

Malang ditetapkan berlangsung selama 45 dan 40 menit. Beban

belajar kegiatan tatap muka per minggu pada MAM 1 Malang adalah

jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu adalah 52 jam

pembelajaran. Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk

setiap satuan pendidikan adlah sebagaimana tertera pada table berikut

ini.

109

Table 4.7.

Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan.54

Satuan Pendidikan

Kelas

Satu jam pem. Tatap muka

(menit)

Satu jam pem. Per minggu

Minggu Efektif

per tahun ajaran

Waktu pembelajar

an per tahun

Jumlah jam per tahun (@60 menit)

SMA/MA/

SMALB*)

X s.d.

XII

45 38-39 34-38 1292-1482

jam

pembelajar

an (58140-

66690

menit

969-

1111,5

MAM 1

Malang

X s.d.

XII

40 52 38 2014 jam

pembelajar

an (80560

menit )

1342.667

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa pendalaman materi pe,nelajaran oleh peserta didik yang

dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu

penyelesaian penugasan ditentukan oleh pendidik.

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang

berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang

dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu

penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh

peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar

54 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

110

kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terrstruktur terdiri dari :

Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur bagi peserta didik pada MAM 1 Malang maksimum 60 %

dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang

bersangkutan. Penyelesaian program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket adalah tiga tahun untuk MAM 1 Malang.

Program percepatan (Akselerasi) diselenggarakan untuk

mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa.

111

Berikut rincian masuk seperti tabel 4.8 di bawah ini :

Dengan rincian masuk jam 07.00 dan pulang jam 13.20 untuk

hari Senin s.d Kamis (hari Senin jam pertama Upacara Bendera), hari

Jum at masuk jam 07.0 dan pulang 12.40 setelah Sholat Jum at

berjama ah (1 jam pelajaran) Setelah Sholat dan diadakan

pembelajaran membaca Al Qur an bagi siswa yang nilainya kurang

dalam membaca Al Qur an, sedang hari Sabtu masuk jam 07.00 dan

pulang jam 10.30 (2 jam pelajaran kegiatan life skill).

Jam Ke- Senin s/d Kamis Jumat Sabtu 1 07.00 07.50 07.00 07.50 07.00

07.50 2 07.50 08.30 07.50 08.30 07.50

08.30 Sholat Dhuha Sholat Dhuha 08.30 - 09.10 3 09.00

09.40 09.00 09.40 09.10

10.30 (Life Skill) 4 09.40 10.20 09.40 10.20

5 10.20 11.00 10.20 11.00

6 11.00 11.40 Sholat Jum at

Sholat Dhuhur 7 12.00 12.40 12.15 12.40

8 12.40

13.20

112

9) Beban Belajar Siswa Per Minggu

TM = 52 JP x 40 = 2080 + 60% TM (TS dan TMTS) = 3328

(540 /hari atau 9Jam/hari)

Keterangan :

TM = Tatap Muka

TMTS = Tugas Mandiri Terstruktur

Beban belajar siswa TM = 40 x 42 JP = 1.680

TS & MTS = 50% x 1.680

= 840

Jumlah = 2.520 (4207 hari atau 7

jam/hari)

Table 4.9.

Data pendukung pengaturan beban belajar siswa MAM Malang Kelas X.55

Kegiatan Pembelajaran Penugasan No.

Komponen Kurikulum

Kls Jml. jam

belajar

Jml. Tatap muka

Terstruktur

Mandiri/tidak terstruktur

A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan

Agama

a. Qur an Hadist 42 42 21

b. Aqidah Akhlaq 28 28 14

c. Fiqih 42 42 21

d. Sejarah & Kebud. Islam

14 14 7

2. Kewarganegaraan 42 42 21 3. Bahasa Indonesia 86 86 43 4. Bahasa Inggris 106 106 53 5. Matematika 119 119 60 6. Fisika 63 63 32 7. Biologi 50 50 25 8. Kimia 44 44 22 9. Sejarah 35 35 18 10. Geografi 34 34 17 11. Ekonomi 58 58 29 12. Sosiologi 35 35 18 13. Seni Budaya 28 28 14

55 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

113

14. Penjasorkes 42 42 21 15. TIK 56 56 28 16. Keterampilan /

Bahasa 21 21 11

B. Muatan Lokal 38 38 19 C. Pengembangan

Diri 49 49 25

Kurikulum madrasah telah menggunakan sistem penilaian dan

ketuntasan belajar tetapi kurikulum madrasah belum melaksanakan

monitoring, evalusi, revisi dan pengembangan kurikulum madrasah.

Peran atau bentuk keterlibatan komite madrasah dalam upaya

pemenuhan standar isi, adalah memberikan bantuan dalam bentuk

pembiayaan dan suport maupun kritik yang sangat membangun.

2. Standar Kompetensi Kelulusan

Tujuan diselenggarahkannya pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang adalah meningkatkan kecerdasan, mutu

pendidikan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia serta keterampilan

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan di atas

selanjutnya diterjemahkan dalam standar kompetesi lulusan (SKL) yang

ingin dicapai oleh pendidikan Aliyah ini. Sebagaimana disinggung di

depan, SKL ini juga tidak berbeda dengan sekolah menengah lainnya

karena memang sama-sama merujuk pada Permen Diknas No. 23 tahun

2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) untuk satuan dasar dan

menengah, yaitu:

1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut, sesuai dengn

perkembangan remaja

114

2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memnfaatkan

kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya

3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas

perilaku, perbuatan dan pekerjaannya

4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial

5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup global

6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara

logis, kritis, kreatif, dan inovatif

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif

dalam pengambilan keputusan

8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk

pemberdayaan diri

9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil

yang terbaik

10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

kompleks

11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial

12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab

13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya

115

15. Mengapresiasi karya seni dan budaya

16. Menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok

17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta

kebersihan lingkungan

18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun

19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan

di masyarakat

20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap

orang lain

21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara

sistematis dan estetis

22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan

berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris

23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan tinggi.

Kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan

oleh BNSP sebagai berikut :

1) Diharapkan dapat membentuk menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa serta berakhlaq mulia yang didasari pada Al Qur'an dan

Hadist

2) Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status,

hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

116

dan bernegara serta peningkatan kwalitas diri sebagai manusia.

3) Memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi

serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan

mandiri.

4) Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta

harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan

individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup,

maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu

menciptakan kebersamaan yang harmonis.

5) Meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif,

disiplin kerja sama dan hidup sehat.

Untuk mencapai tujuan dan SKL di atas, Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang membuat kelompok matapelajaran dengan

mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa kurikulum

untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah terdiri atas 5 kelompok mata pelajaran,

yaitu: Agama dan Akhlaq Mulia; Kewarganegaraan dan Kepribadian; Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi; Estetika; dan jasmani, Olahraga dan

Kesehatan dengan cakupan sebagai berikut:

Tabel 4.10.

117

Kelompok Mata Pelajaran.56

No KELOMPOK MATA

PELAJARAN

CAKUPAN

1

Agama dan Akhaq Mulia

Kelompok mata pelajaran agama dan akhaq mulia dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Alloh SWT serta berakhaqul karimah. Akhaq mulia mencakup etika, budi

pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

2

Kewarganegaraan dan Kepribadian

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam hidup ermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kwalitas diri sebagai manusia.

3

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan ini mencakup apresiasi dan ekspresi baik dalam kehidupan individual sehingga mampu mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

5

Jasmani, Olahraga dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada

Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerjasama dan hidup sehat.

Penyusunan Struktur kurikulum didasarkan atas standar kompetensi

lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetpkan oleh

BSNP. Madrasah atas persetujuan Komite Madrasah dan

mempertimbangkan sarana belajar dan kondisi sosial ekonomi serta minat

siswa, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut :

1) Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah

diprogramkan dalam struktur kurikulum.

2) Kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh siswa

3) Kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri dari :

a. Program Ilmu Pengetahuan Sosial

b. Program Bahasa, dengan mengambil spesialisasi bahasa Arab

56 Dokumen Rencana Kerja Madrasah (RKM) Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang tahun 2009 2012

118

C. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan

Dalam peningkatan mutu sistem pendidikan nasional kurikulum

mempunyai peran sangat besar dan penting. Kurikulum adalah alat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Pembaharuan sistem pendidikan akan membawa

arti jika dilakukan dengan melakukan penataan kurikulum. Dengan kurikulum

idealisasi tentang wujud penyelenggaraan pendidikan dapat diperkirakan, baik

dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Dapatlah dikatakan bahwa kurikulum

seperti digambarkan itu sebagai sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang

pendidikan.

Sebagaimana diketahui, bahwa setiap cita-cita merupakan sesuatu

harapan. Jadi apa yang direncanakan dalam kurikulum yang bersifat formal

(resmi) pada dasarnya mencerminkan cita-cita (idealisasi) tentang wujud hasil

pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum semacam ini dapat

dipandang sebagai kurikulum formal atau kurikulum ideal. Kurikulum itu pada

prinsipnya di dalam ilmunya ada dua bentuk, yaitu formal kurikulum atau

kurikulum resmi, atau kurikulum ideal dan informal kurikulum.

Kurikulum resmi adalah kurikulum yang disusun secara resmi oleh

pemerintah seperti Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan

segala macamnya, oleh karena itu kurikulum formal sering pula disebut

kurikulum yang tertulis. Sedangkan kurikulum informal atau kurikulum tidak

resmi, atau kurikulum tidak nyata adalah pelaksanaan kurikulum dalam praktek

pembelajaran. Pengertian kurikulum ini sangat fundamental dan

119

menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses

pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh/dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Di dalam KTSP memuat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta

kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan

dan peserta didik.

Oleh karena itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan

potensi yang ada di daerah. Sekolah diminta untuk mengembangkan kurikulum

sekolah yang nantinya dijabarkan oleh guru-guru dengan mengacu pada

standar-standar nasional pendidikan. Standar-standar nasional yang menjadi

acuan dalam mengembangkan kurikulum diantaranya Standar Isi dan Standar

Kompetensi Kelulusan.

1) Persiapan Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi atau pengamatan serta

studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui

implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan yang

120

dilakukan oleh guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang . Secara

garis besarnya meliputi sebagai berikut :

a. Pengembangan Program

Langkah pertama persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh

para guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah

melakukan pengembangan program. Dalam KTSP pengembangan

program mencakup program tahunan, program semester, program

mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial serta program

bimbingan dan konseling.

Program tahunan merupakan program umum setiap mata

pelajaran untuk jangka waktu satu tahun dalam rangka mengefektifkan

program pembelajaran. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan

oleh guru sebelum tahun ajaran baru, karena merupakan pedoman bagi

pengembangan program-program berikutnya yaitu program semester,

program mingguan dan harian, dan program harian atau program

pembelajaran setiap kompetensi dasar. Program tahunan yang disusun

oleh guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang diantaranya

memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa setelah mempelajari pokok bahasan tertentu, alokasi

waktu serta keterangan.

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal

yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.

Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.

121

Program semester yang disusun oleh guru Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang berisikan tentang bulan, pokok bahasan

yang hendak disampaikan, alokasi waktu serta keterangan-keterangan.

Program mingguan dan harian merupakan penjabaran dari

program semester dan program modul. Dari program ini dapat

teridentifikasi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan

dilayani melalui kegiatan remedial, sedangkan untuk siswa yang

cemerlang akan dilayani melalui kegiatan pengayaan agar siswa

tersebut tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.

Program pengayaan dan remedial merupakan pelengkap dan

penjabaran dari program mingguan dan harian. Program ini

dilaksanakan berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan

terhadap tugas-tugas, hasil tes, dan ulangan. Hal ini berdasarkan

pernyataan Adi Farman, Spsi selaku guru Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :

Saya melaksanakan program remidi diberlakukan untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan, siswa tersebut diberi kesempatan untuk menuntaskan kompetensi-kompetensi dasar yang belum tuntas. Siswa yang belum tuntas dalam kompetensi dasarnya nilainya tidak dicantumkan dalam raport, siswa tersebut hanya menerima raport bayangan. Setelah siswa mengikuti program remidi, serta dievaluasi ternyata sudah tuntas kompetensi dasarnya maka siswa tersebut baru berhak menerima raport 57

Sedangkan program pengayaan diberlakukan bagi siswa yang

nilainya diatas nilai standar ketuntasan, program pengayaan tersebut

57 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

122

seperti pemberian tugas-tugas atau dalam bentuk soal-soal yang bisa

dikerjakan secara individu maupun kelompok

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nadia Af'idati, SS

selaku guru mata pelajaran bahasa arab di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :

Setiap ada siswa yang nilainya masih kurang, siswa akan dipanggil oleh pihak sekolah untuk diberi pengarahan agar mengikuti program remedial 58

Program pengembangan diri di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang sebagian besar melalui kegiatan

ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling melalui konselor, hal ini

berdasarkan pernyataan Syaiful Arif, Sag selaku bagian kesiswaan di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :

Program pengembangan diri di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagian besar melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling/konselor. Kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan yaitu pramuka, sedangkan yang tidak wajib seperti Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR), Paskibraka, kepemimpinan, jurnalistik dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut mampu berprestasi baik di tingkat lokal maupun nasional 59

b. Penyusunan persiapan mengajar

Sebagai persiapan mengajar guru mata pelajaran di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang menyusun silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

58 Wawancara dengan Nadia Af'idati, SS di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010 59 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010

123

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran dengan tema tertentu. Silabus yang disusun mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar

yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Dalam KTSP pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya

kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu

melaksanakannya. Berkaitan dengan hal tersebut guru Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang belum mampu menyusun silabus

sendiri. Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang masih

mengadopsi model silabus dari Depdiknas, selanjutnya model silabus

tersebut ditelaah dan disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru-guru Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang mengenai penyusunan silabus pada

mata pelajaran: Ainul Hayatin, Spd selaku guru mata pelajaran Bahasa

Inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

mengemukakan :

Pada saat ini penyusunan silabus secara terpadu, penyusunan silabus dibahas dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kota Malang , selanjutnya model silabus tersebut dibawa ke sekolah untuk ditelaah dalam MGMP tingkat sekolah, kemudian silabus tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah. Silabus tersebut dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Didalam silabus dijelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, media pembelajaran, metode pembelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam RPP 60

60 Wawancara dengan Ainul Hayatin, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010

124

Uraian serupa dikemukakan oleh Titis Sari Handayani, Spd

selaku guru mata pelajaran ekonomi sebagai berikut :

Secara jujur, saya mendapatkan contoh-contoh model silabus dari Depdiknas, selanjutnya model-model tersebut dievaluasi sesuai dengan karakteristik siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang. Apabila model tersebut sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah maka digunakan, namun sebaliknya apabila model tersebut tidak sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah maka model tersebut tidak akan digunakan atau direvisi terlebih dahulu 61

Pernyataan guru-guru tersebut diperkuat dengan pernyataan

Wakil Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang,

Drs. Achmad Romli sebagai berikut:

Penyusunan silabus disusun secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), selanjutnya model silabus tersebut disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa-siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 62

Penyusunan silabus oleh guru mata pelajaran di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang tidak mengalami hambatan yang

berarti. Hal ini berdasarkan pernyataan Wakil Kepala Sekolah

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, Drs. Achmad Romli.

Selanjutnya mengenai manfaat dari silabus, berikut hasil wawancara

dengan Titis Sari Handayani, Spd selaku guru mata pelajaran ekonomi

Madrasah Aliyah Muhammadiyah sebagai berikut :

Manfaat dari silabus adalah sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan

61 Wawancara dengan Titis Sari Handayani, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 12 Januari 2010 62 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010

125

Pembelajaran (RPP), pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem nilai 63

Persiapan pembelajaran berikutnya yang disusun oleh guru mata

pelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan

perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau

memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi tentang : alokasi

waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, materi pokok atau pembelajaran, metode, strategi

pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian.

Dari hasil wawancara secara mendalam serta studi dokumentasi

yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa penyusunan RPP

yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang telah sesuai dengan acuan dalam KTSP.

Guru telah diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan

menyesuaikan silabus sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah serta

dengan karakteristik peserta didik.

Berikut hasil wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd

selaku guru mata pelajaran Penjaskes di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang :

63 Wawancara dengan Titis Sari Handayani, Spd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang pada 12 Januari 2010

126

Dalam penyusunan RPP, saya membuatnya menjadi satu untuk

beberapa kali pertemuan tatap muka, hal ini dikarenakan adanya kesibukan-kesibukan yang harus diselesaikan 64

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh

guru mata pelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

sebagai persipan pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak mengalami

hambatan yang berarti. Hal ini berdasarkan pernyataan Bambang

Hermanto, SPd selaku guru mata pelajaran Penjaskes di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :

Secara umum dalam penyusunan RPP berbasis KTSP, saya tidak mengalami hambatan yang berarti, hal ini disebabkan telah adanya panduan dalam penyusunan RPP yang mengacu pada silabus

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Adi Farman, Spsi

selaku guru mata pelajaran PPKn di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :

Berkaitan dengan penyusunan RPP, saya tidak merasa mengalami hambatan, akan tetapi karena sekarang mata pelajaran IPS telah terintegrasi, maka saya harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengajar mata pelajaran yang bukan basic saya 65

2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

a) Kegiatan awal atau pembukaan

Dari hasil observasi atau pengamatan dan wawancara secara

mendalam dapat diketahui bahwa kegiatan awal atau pembukaan

pembelajaran selalu dimulai dengan kegiatan apersepsi serta persiapan

bahan pembelajaran baik oleh guru atau siswa. Berikut hasil

64 Wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 65 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 22 Juni 2010

127

wawancara dengan guru-guru mata pelajaran di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang berkaitan dengan kegiatan awal

pembelajaran sebagai berikut :

Bambang Hermanto, SPd selaku guru mata pelajaran Penjaskes di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai

berikut :

Sebelum proses pembelajaran dimulai, saya absensi siswa terlebih dahulu, selanjutnya saya selalu berusaha untuk mengkondisikan siswa supaya tenang terlebih dahulu, serta menanyakan materi-materi pada pertemuan sebelumnya, setelah itu saya baru memulai materi pelajaran 66

Sementara itu, Adi Farman, Spsi selaku guru mata pelajaran PPKn

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menyatakan sebagai

berikut :

Pada kegiatan awal pembelajaran, saya melakukan apersepsi selama kurang lebih lima menit seperti absensi, mempersiapkan kondisi siswa supaya tenang dan menuntun siswa untuk memperhatikan terhadap materi pelajaran, selanjutnya saya baru memulai meteri pelajaran. Selain itu, saya juga harus mempersiapkan strategi pembelajaran dengan sebaik-baiknya misal membuat pedoman dalam menilai kemampuan siswa pada saat diskusi antara lain dinilai bagaimana siswa menyampaikan materi, keluasan materinya, keaktifan, kekompakan serta membuat soal-soal evaluasi dan sebagainya 67

Uraian serupa dikemukakan oleh Riyono, SPd selaku guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang sebagai berikut :

66 Wawancara dengan Bambang Hermanto, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 67 Wawancara dengan Adi Farman, Spsi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang 22 Juni 2010

128

Biasanya saya sebelum mengajar melakukan hal-hal sebagai berikut

mempersiapkan kondisi siswa di kelas, absensi, selanjutnya siswa dituntun untuk memperhatikan materi yang akan disampaikan. Selain itu saya juga mencoba mereview (mengulang) kembali materi-materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya 68

Selanjutnya mengenai kegiatan pre-test, guru selama ini jarang

melakukannya, hal ini karena waktu yang tersedia terbatas. Berikut

hasil wawancara dengan Riyono, SPd di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang sebagai berikut :

Dalam kegiatan pembelajaran, saya tidak melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, hal ini disebabkan waktu yang tersedia sangat terbatas sedangkan kompetensi yang harus dicapai banyak

b) Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi

Dari hasil wawancara secara mendalam, observasi atau

pengamatan serta studi dokumentasi dapat diketahui kegiatan yang

dilakukan pada proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag dapat

dijelaskan sebagai berikut :

(1) Metode atau strategi pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa

dalam proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malanag menerapkan metode ceramah bervariasi, diskusi, tanya jawab,

observasi serta penugasan. Pemilihan metode pembelajaran

68 Wawancara dengan Riyono, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

129

disesuaikan dengan kompetensi atau materi yang harus dikuasai siswa

dan waktu yang tersedia.

Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan penggunaan

metode atau strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag.

Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata pelajaran bahasa

inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag

mengemukakan sebagai berikut :

Dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berbasis KTSP, keaktifan siswa sangat diprioritaskan. Sekarang metode ceramah sudah jarang digunakan, kalau digunakan pun menggunakan metode ceramah bervariasi. Saya tetap menggunakan ceramah karena untuk mengantarkan siswa, seandainya tidak berceramah siswa akan mengalami kesulitan. Dulu saya selalu menggunakan ceramah, jadi saya sebagai pusatnya sedangkan siswa hanya pasif, sekarang pembelajaran lebih enak karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran 69

Lebih lanjut Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata pelajaran

Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malanag

mengemukakan bahwa:

Selain ceramah bervariasi, saya juga menggunakan metode diskusi. Dengan diskusi siswa dilatih untuk berani tampil, siswa juga dilatih untuk memecahkan masalah sendiri. Selain itu, dengan adanya diskusi siswa akan lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selama ini proses pembelajaran hanya dilakukan di ruang kelas dan perpustakaan. Sebenarnya ada program untuk melakukan kegiatan belajar di luar ruang kelas, namun karena terbatasnya waktu yang tersedia sehingga program tersebut tidak dapat dilaksanakan secara optimal 70

69 Wawancara dengan Donna Sita Andriani di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

130

Uraian serupa juga dikemukakan oleh Syaiful Arif, Sag selaku

guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang sebagai berikut :

Saya selama ini masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sebenarnya ada keinginan untuk melaksanakan model-model pembelajaran yang lainnya seperti CTL, problem solving, dan sebagainya, namun dalam prakteknya mengalami beberapa hambatan misal dana serta waktu dan sebagainya, sehingga saya pun kembali lagi menggunakan metode ceramah tersebut. Seandainya saya tidak kretif dalam berceramah, maka siswa tidak akan berantusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini yang menyebabkan sampai sekarang menjadi permasalahan yang belum dapat terselesaikan 71

Selanjutnya Syaiful Arif, Sag menambahkan bahwa:

Hal-hal yang sudah saya usahakan agar pelajaran tersebut menarik bagi siswa antara lain saya memberikan motivasi-motivasi, selalu mengaitkan materi dengan peristiwa-peristiwa factual, memberikan guyonan-guyonan yang membuat Susana kelas menjadi menyenangkan

Pernyataan-pernyataan para guru tersebut diperkuat dengan

pernyataan dari beberapa siswa-siswi di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang. Berikut hasil wawancaranya.

Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang mengatakan sebagai berikut :

Saya dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran, misal dalam diskusi saya dituntut untuk selalu bertanya. Para guru dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah dan diskusi. Selaian itu, para guru juga selalu mengaitkan materi dengan peristiwa faktual yang sedang terjadi serta dalam kegiatan pembelajaran, saya

71 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010

131

harus dituntut aktif, misal kalau diberi tugas kelompok, saya disuruh untuk aktif bekerja tidak boleh pasif 72

(2) Sumber belajar

Dari hasil observasi atau pengamatan dapat diketahui bahwa

selama proses pembelajaran para guru Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang menggunakan berbagai sumber belajar,

antara lain : Buku paket dari Pemkot Malang, buku-buku penunjang

dari beberapa penerbit, Lembar Kerja Siswa (LKS), media-media

pemberitaan dan sebagainya. Sedangkan data dari hasil wawancara

dengan para guru sebagai berikut :

Muzainah, Sag selaku kepala sekolah di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :

Dalam proses pembelajaran, saya selalu menggunakan buku paket dari Pemkot, buku-buku penunjang lainnya serta LKS dalam hal ini diwajibkan bagi siswa. Sedangkan untuk buku penunjang sifatnya tidak wajib hanya sebagai tambahan saja 73

Sementara itu, Muhammad Subkhi, SPd selaku guru mata pelajaran

seni budaya di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

mengatakan bahwa :

Sumber-sumber belajar yang saya gunakan antara lain buku-buku paket, buku-buku penunjang lainnya yang ada di perpustakaan,

72 Wawancara dengan Rani siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

73 Wawwancara dengan Muzainah. Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

132

lingkungan sekitar (misal museum), serta dari media-media pemberitaan dari televisi, surat kabar dan sebagainya 74

(3) Media Pembelajaran

Media pada dasarnya merupakan alat bantu pembelajaran yang

digunakan dalam rangka untuk mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa

pelaksanaan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang telah menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk

menunjang pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran.

Berikut hasil wawancara dengan Syaiful Arif, Sag selaku guru

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Muzainah, Sag selaku

kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang.

Syaiful Arif, Sag mengungkapkan bahwa:

Berkaitan dengan penggunaan media, saya sering menggunakan peta dan peta tersebut dibuat oleh saya sendiri. Petanya khusus bukan peta umum seperti peta penyebaran agama Hindu-Budha, peta perkembangan Islam dan sebagainya. Pembuatan peta kadang-kadang dibantu juga oleh siswa 75

Lebih lanjut, Syaiful Arif, Sag menambahkan:

Saya dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering menggunakan Televisi, LCD, OHP, dan sebagainya. Di sekolah ini terdapat pengaturan penggunaan media tersebut yaitu diatur

74 Wawancara dengan Muhammad Subkhi, SPd. di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

75 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010

133

penggunaannya serta dibuat jadwal di ruang media. Selain itu, saya juga menggunakan media di lingkungan sekitar

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Muzainah, Sag selaku

kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sebagai

berikut :

Media pembelajaran di sekolah ini secara umum sudah baik, guru telah memanfaatkan media yang telah tersedia seperti OHP, peta, peta konsep dari kertas manila, gambar, laptop dan masih banyak lagi .

c) Kegiatan akhir atau penutup

Berdasarkan observasi atau pengamatan pada kegiatan akhir atau

penutup dapat diketahui bahwa guru selalu memberitahukan materi

yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, karena dalam KTSP

siswa dituntut untuk tidak hanya diam, oleh karena itu siswa harus

mengetahui terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Selain itu,

guru memberikan tugas untuk mengerjakan soal dari buku maupun

dari LKS.

3) Evaluasi Hasil Belajar atau Penilaian

Berikut hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berkaitan dengan kegiatan

evaluasi hasil belajar :

Syaiful Arif, Sag selaku guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang mengemukakan sebagai berikut :

Saya dalam melakukan evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas seperti model test berupa uraian, pilihan ganda, kemudian pada saat diskusi, saya juga melihat dan melakukan penilaian melalui keaktifan

134

siswa. Selain itu juga melalui tugas-tugas, dalam KTSP nilai tugas itu sama dengan nilai test atau ulangan, sehingga apabila ada siswa yang nilai ulangannya jelek, namun nilai tugasnya baik, hal itu akan sangat membantu siswa 76

Selanjutnya Syaiful Arif, Sag menambahkan:

Saya juga selalu mengadakan program remidi untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan. Selanjutnya untuk siswa yang nilainya sudah diatas rata-rata akan diberi tugas-tugas (program pengayaan). Dalam aturannya, penilaian dilakukan setiap selesai satu kompetensi dasar (KD), akan tetapi dalam pelaksanaannya penilaian dilakukan rata-rata tiga (3) kali dalam satu semester, kemudian penilaian diambil dari tugas-tugas, pengamatan dalam diskusi, laporan-laporan

Sementara itu, Nursiyah Tanjung, SPd selaku guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

mengatakan :

Saya dalam evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas yaitu saya melakukan penilaian pada saat siswa melakukan proses pembelajaran, misal dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa, kemampuan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan, kekompakan, keluasan materi dan sebagainya. Selain itu, saya juga menggunakan model penilaian hasil yaitu melakukan evaluasi setelah menyelesaikan satu materi bentuknya seperti test tertulis (pilihan ganda dan uraian) dan test lisan 77

Selanjutnya Nursiyah Tanjung, SPd menambahkan

Berkaitan dengan pelaksanaan penilaian kelas, saya biasa melakukannya sesuai dengan kompetensi dasar (KD), rata-rata satu semester dilakukan sebanyak 5 (lima) kali yaitu misal KD-nya ada 3 (tiga) kemudian ditambah dengan ulangan med semester dan ulangan akhir semester sehingga menjadi 5 (lima) kali, selain itu ada penilaian dari tugas-tugas

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi KTSP dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan

76 Wawancara dengan Syaiful Arif, Sag di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 24 Juni 2010 77 Wawancara dengan Nursiyah Tanjung, SPd di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010

135

1). Faktor pendukung

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai

karakteristik yaitu memberi keleluasaan penuh pada setiap sekolah untuk

mengembangkan potensi sekolah dan potensi daerah, sehingga akan

mendorong sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil

observasi dan dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana prasarana

pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara

kuantitatif (jumlah) maupun kulitatif (kualitas) sudah memadai, bahkan

pembangunan gedung-gedung penunjang terus dilakukan. Selain itu, setiap

tahun ada program perbaikan serta penambahan terhadap sarana prasarana

tersebut.

Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan faktor

pendukung dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menurut para

guru dan waka kurikulum dapat diketahui sebagai berikut:

Slamet Riyadi, SPd selaku guru mata pelajaran sejarah dan Waka

Kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengatakan

sebagai berikut :

Menurut saya, yang mendukung implementasi KTSP di sekolah ini adalah sarana prasarananya sudah memadai dibandingkan sekolah lain, misalnya sudah tersedia komputer, internet, peta-peta, OHP, LCD, Globe. Setiap tahun ada penambahan terhadap sarana prasarana tersebut. Selain itu di sekolah ini ada tim pengembang dan penyusun KTSP 78

78 Wawancara dengan Selamaet Riyadi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010

136

Sementara itu, Donna Sita Andriani,SPd selaku guru mata

pelajaran Bahasa Inggris dan bagian Humas serta sarana prasarana di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan :

Secara singkat faktor yang mendukung implementasi KTSP pada pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malangyaitu sarana dan prasaranya lengkap misal tersedianya LCD, CD pembelajaran, Perpustakaan yang lengkap, OHP, gambar-gambar dan sebagainya. Selain itu, adanya daya dukung dari siswa terhadap program-program sekolah, semua itu bisa dilakukan karena tersedianya biaya. Untuk kedepannya rencananya akan dilakukan penambahan-penambahan sarana prasarana di Madrasah Aliyah Muhamadiyah I Malang 79

2). Faktor Penghambat

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan

penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) dalam pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai

kendala atau hambatan. Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan

hambatan yang dihadapi dalam imlementasi KTSP pada pembelajaran

menurut para siswa, guru dan wakil kepala sekolah.

Hj. Udhiyah, BA selaku guru mata pelajaran Aqidah di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang mengatakan sebagai berikut :

Dalam hal penilaian berbasis kelas. Guru merasa kesulitan dalam mengadakan penilaian kelas secara mandiri, hal ini dikarenakan guru harus mengadakan penilaian terhadap setiap siswa, padahal setiap siswa notabennya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengidentifikasi atau menghafal semua siswa.Dan

79 Wawancara dengan Donna Sita Andriani di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

137

hal ini dianggap oleh guru akan menghambat dalam proses pembelajaran berbasis KTSP .80

Hambatan selanjutnya yaitu dalam hal pelaksanaan model-model

pembelajaran. Misalnya dalam metode diskusi, pada saat ada siswa yang

sedang melakukan presentasi di depan kelas yang jumlah siswanya banyak

dan siswa yang sedang presentasi mempunyai suara yang lemah, maka hal

ini akan menyebabkan diskusi tidak dapat berjalan secara efektif, karena

siswa lainnya tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas. Selain itu,

dalam hal pengerjaan tugas-tugas kelompok juga mengalami hambatan

yaitu ada beberapa siswa yang malas untuk bekerjasama atau egois.

Mereka saling melempar tugas antara siswa yang satu dengan siswa yang

lainnya

Sementara itu, Basnah, Spt selaku guru Matematika di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang mengemukakan bahwa :

Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti : Inquiry, discovery, contextual, problem solving, dan sebagainya. Namun dalam pelaksanannya guru mengalami beberapa hambatan yang serius seperti keterbatasan dana, waktu serta tenaga dan sebagainya. Dengan adanya hal ini, maka penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung secara efektif 81

Slamet Riyadi, SPd selaku Waka Kurikulum di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang mengemukakan :

80 Wawancara dengan Hj. Udhiyah, BA di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 22 Juni 2010

81 Wawancara dengan Basnah, Spt di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010

138

Secara umum hambatan yang dialami hampir tidak ada, namun kadang-

kadang muncul permasalahan walaupun ini tidak menjadi masalah yang serius yaitu motivasi orang tua siswa kepada anaknya agar rajin belajar, seperti respon orang tua apabila dipanggil ke sekolah dalam rangka konsultasi yang berkaitan dengan pendidikan anaknya, kadang-kadang tidak hadir dengan mewakilkan adiknya, keponakannya atau bahkan pembantunya. Hal inilah yang sedikit menjadi hambatan

82

Rani siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

mengatakan bahwa :

Saya sedikit mengalami hambatan yaitu harus dituntut lebih mandiri dalam belajar, tidak seperti waktu di SMP, pada saat itu guru yang menerangkan kemudian siswa bertanya, sedangkan sekarang siswa bertanya telebih dahulu baru nanti dijelaskan oleh gurunya 83

82 Wawancara dengan Selamaet Riyadi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 83 Wawancara dengan Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 26 Juni 2010 83 Wawancara dengan Rani, siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, pada 7 Januari 2010

139

BAB V

PEMBAHASAN

A. Implementasi KTSP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah atau daerah,

karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan

karakteristik para peserta didik. Selain itu, dalam pengembangan KTSP harus

memperhatikan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)

yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas).

Dalam KTSP, guru merupakan the key person dalam keberhasilan

pembelajaran. Guru adalah orang yang diberi tanggungjawab untuk

mengembangkan dan melaksanakan kurikulum hingga mengevaluasi

ketercapaiannya. Guru adalah figur yang sangat berperan dalam proses dan

hasil belajar siswa. Karakter guru perlu dibangun sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan zaman. Dengan tanggung jawab yang sedemikian besar, guru

harus memahami dengan benar mengenai KTSP dan selanjutnya memainkan

peranannya secara profesional. Adapun implementasi KTSP dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Malang

secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

140

1). Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengembangan Program

Dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh untuk menyusun dan

mengembangkan program. Pengembangan program tersebut mencakup

antara lain : pertama, program tahunan. Program ini dipersiapkan dan

dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan

pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yaitu

program semester, program mingguan, dan program harian atau

program pembelajaran setiap kompetensi dasar.

Kedua, program semester. Program ini berisikan garis-garis besar

mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan akan dicapai dalam

semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari

program tahunan.

Ketiga, program mingguan dan harian. Program ini merupakan

penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui

program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang

perlu diulang bagi setiap peserta didik.

Keempat, program pengayaan dan remidial. Program ini

merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan

harian. Dari program ini dapat teridentifikasi siswa-siswa yang

mengalami kesulitan belajar akan dilayani dengan kegiatan remidial,

sedangkan untuk siswa yang cemerlang akan dilayani dengan kegiatan

pengayaan agar tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.

141

Kelima, Program pengembangan diri. Program ini sebagian besar

diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun melalui bimbingan

dan konseling atau konselor kepada para siswa yang menyangkut

pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Adapun pengembangan program tahunan, program semester,

program mingguan dan harian yang disusun oleh guru-guru di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah disusun sesuai

dengan acuan dalam KTSP. Para guru menyusunnya secara bersama-

sama dalam satu tim. Biasanya program tersebut disusun pada awal

tahun pelajaran. Setiap guru mempunyai tugas-tugas masing-masing,

sehingga dalam penyusunannya tidak mengalami hambatan yang

berarti.

Pelaksanaan program pengayaan dan remedial oleh guru-guru di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang menguasai kompetensi atau

mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 % dari seluruh tujuan

pembelajaran. di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) yang harus dicapai adalah 70 untuk

penguasaan konsep, sedangkan 71 untuk penerapan konsep.

Dalam konsep KTSP sekolah berkewajiban memberikan program

pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta

didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier. Konsep ini

sudah diterapkan di di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang, di

sekolah ini pengembangan diri sebagian besar melalui kegiatan

142

ekstrakurikuler dan bimbingan konseling melalui konselor. Kegiatan

ekstrakurikuler tersebut bahkan telah mampu berprestasi di tingkat

lokal maupun nasional.

b. Penyusunan persiapan mengajar

Dalam prinsip pengembangan silabus berbasis KTSP, setiap

satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam

mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-

masing sekolah. Prinsip ini belum dilaksanakan oleh guru-guru di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dalam mengembangkan

silabus tersebut.

Dalam pengembangan silabus, guru di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang masih mengadopsi model silabus dari

Depdiknas, selanjutnya model silabus tersebut ditelaah dan disesuaikan

dengan kondisi sekolah. Apabila silabus dari Depdiknas tidak sesuai

dengan kondisi sekolah, maka silabus tersebut akan direvisi atau

disesuaikan dengan kondisi sekolah yang ada. Namun sebaliknya

apabila silabus dari Depdiknas ternyata sesuai dengan kondisi sekolah,

maka silabus tersebut akan digunakan oleh guru tersebut.

Secara umum dalam penyusunan silabus, para guru tidak

mengalami hambatan yang berarti, karena guru-guru tersebut dalam

penyusunan silabus dilaksanakan secara bersama-sama dalam sebuah

tim yaitu dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat

sekolah.

143

Sedangkan dalam hal penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), guru-guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang sudah melaksanakan sesuai dengan konsep KTSP. Dalam

konsep KTSP guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi,

dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta

dengan karakteristik peserta didik.

Secara umum guru tidak mengalami kesulitan dalam menyusun

RPP tersebut, karena guru sudah mendapat acuan atau pedoman dalam

penyusunan RPP tersebut. Dalam penyusunan RPP guru diberi

kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan menyesuaikan silabus

dengan kondisi sekolah serta dengan karakteristik peserta didik.

2). Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti

prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada

kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dalam

KBM guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan

otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar

tetap berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk

menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung

jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sapanjang hayat.

a. Penggunaan metode atau strategi pembelajaran

Pemilihan dan penggunaan strategi atau metode pembelajaran di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah mengarah pada

144

pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang dianjurkan dalam

KTSP. Dalam konsep KTSP, guru harus mampu menciptakan kondisi

kelas yang menyenangkan, menantang, dan konstekstual. Untuk

menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan, menantang dan

konstekstual, guru telah mengurangi metode ceramah dalam

pembelajaran. Meskipun, guru menggunakan metode ceramah itupun

hanya sekedar untuk mengantarkan siswa dalam memahami materi.

Para guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang dalam

pembelajaran telah menerapkan metode ceramah bervariasi, diskusi,

tanya jawab, observasi serta penugasan. Pemilihan metode

pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi atau materi yang harus

dikuasai siswa dan waktu yang tersedia.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan KTSP di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang keaktifan siswa sangat

diprioritaskan. Dalam proses pembelajaran siswa merupakan sentral

kegiatan, pelaku utama dan guru hanya menciptakan suasana yang

dapat mendorong timbulnya motivasi belajar pada siswa. Reorientasi

pembelajaran tidak hanya sebatas istilah teaching menjadi

learning , namun harus sampai pada operasional pelaksanaan

pembelajaran.

b. Penggunaan Sumber Belajar

Dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang telah menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk

145

menunjang pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran. Sumber

belajar tersebut antara lain buku paket dari Pemkot Malang, buku-buku

penunjang dari beberapa penerbit, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta

dari lingkungan sekitar misal perpustakaan serta dari media-media

pemberitaan dari televisi, surat kabar dan sebagainya

c. Penggunaan Media Pembelajaran

Dalam konsep KTSP proses pembelajaran dan pembentukan

kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal

tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam

menciptakan lingkungan yang kondusif. Dalam pelaksanaan belajar

mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang para guru telah

berusaha menggunakan media pembelajaran yang variatif untuk

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan.

Guru-guru telah menggunakan media-media pembelajaran untuk

menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran seperti peta

sejarah, gambar-gambar, peta konsep dari kertas manila, OHP, LCD,

Powerpoint, televisi dan sebagainya. Namun kadang-kadang guru tidak

selalu menggunakan media dalam pembelajaran, penggunaan media

disesuaikan dengan materi dan waktu yang tersedia.

d. Evaluasi Hasil Belajar

Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan

dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk

belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Penilaian hasil belajar

146

dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan

dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking,

dan penilaian program.

Adapun penilaian yang dilakukan oleh para guru Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang sudah mengikuti penilaian yang

disyaratkan dalam KTSP. Pendekatan penilaian menggunakan Penilaian

Berbasis Kelas (PBK). Prinsip penilaian berbasis kelas yaitu penilaian

dilakukan oleh guru dan siswa, tidak terpisahkan dari KBM,

menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian

(tes dan non tes), mencerminkan kompetensi siswa secara

komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil, terbuka,

berkesinambungan, bermakna, dan mendidik.

Evaluasi hasil belajar dengan menggunakan KTSP di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malang menyangkut dua ranah yaitu ranah

kognitif (pemahaman konsep) dan ranah afektif (penerapan konsep). Di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah ditentukan Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 untuk penguasaan konsep

sedangkan 71 untuk penerapan konsep.

Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang telah diterapkan

sistem belajar tuntas yaitu seorang siswa dianggap tuntas belajar jika

siswa tersebut mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau

mencapai tujuan pembelajaran yaitu mampu memperoleh nilai 70 dan

71 . Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut maka

147

siswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya. Untuk keperluan

tersebut, sekolah dalam hal ini guru memberikan perlakuan khusus

terhadap siswa yang masih mendapat kesulitan belajar melalui program

remedial.

Sedangkan bagi siswa yang cemerlang dan telah tuntas belajarnya

diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan

belajarnya melalui program pengayaan. Program pengayaan tersebut

seperti pemberian tugas-tugas atau soal-soal kepada siswa yang bisa

dikerjakan secara individu maupun kelompok.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

1). Faktor Pendukung

Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu pendidikan

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang antara lain :

a. Sarana prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang secara kuantitatif maupun kualitatif sudah cukup memadai.

Sarana prasarana tersebut seperti tersedianya fasilitas internet,

laboratorium komputer, OHP, LCD, Laptop, peta sejarah, gambar-

gambar, perpustakaan yang lengkap, selain itu pembangunan gedung-

gedung penunjang juga terus dilakukan.

148

b. Adanya program-program sekolah dalam rangka implementasi KTSP

antara lain :

a) Mengadakan sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP dengan

melibatkan dari unsur lembaga perguruan tinggi, LPMP Dinas

Pendidikan dan istruktur Dinas Pendidikan tingkat propinsi.

b) Pembentukan kepanitiaan KTSP, hal ini melibatkan stakeholder antara

lain kepala sekolah, guru, konselor, komite sekolah.

c) Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP yang kinerjanya sangat

solid. Tim ini bertugas antara lain menjadi koordinator penyusunan

dan pengembangan KTSP, membuat struktur program KTSP untuk

satu tahun ajaran, menjadi motor penggerak bagi terlaksananya KTSP.

d) Setiap satu bulan sekali dilakukan evaluasi yang dikemas dalam

briefeng atau rapat dinas sekolah.

e) Adanya sistem penilaian kinerja (performance appraisal) terhadap

guru dan siswa dengan mengembangkan sistem penghargaan (reward)

dan hukuman (punishment).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendorong guru, pimpinan

maupun karyawan untuk senantiasa profesional, maka perlu adanya sistem

penilaian kerja untuk dapat mengukur hal tersebut. Sistem penilaian kinerja

merupakan alat yang sangat bermanfaat tidak hanya untuk mengevaluasi

kinerja guru, pimpinan maupun karyawan, namun juga untuk mengembangkan

dan memotivasi kinerja guru, karyawan serta pimpinan. Sistem penilaian

kinerja diberlakukan untuk satu tahun ajaran.

149

2). Faktor Penghambat

Dari hasil deskripsi dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa

faktor penghambat dalam implementasi KTSP dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang adalah sebagai

berikut :

a. Dalam KTSP guru dituntut untuk melaksanakan sistem penilaian

secara mandiri atau berkelanjutan, namun dalam pelaksanaannya para

guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang belum mampu

memenuhi tuntutan tersebut. Adapun faktor yang menjadi penghambat

dalam proses penilaian tersebut antara lain adanya perbedaan

karakteristik setiap peserta didik, sehingga guru merasa kesulitan

untuk mengidentifikasi atau menghafal satu per satu peserta didik

tersebut.

b. Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran

yang variatif dan menyenangkan seperti : metode inquiry, discovery,

contextual, problem solving dan sebagainya. Namun dalam

pelaksanaannya guru mengalami beberapa hambatan yang cukup

serius seperti terbatasnya dana, waktu, serta tenaga, sehingga

penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung

secara optimal.

c. Banyak siswa yang kurang siap untuk mandiri dalam belajar, hal ini

karena siswa masih terbiasa dengan sistem konvensional yaitu siswa

selalu pasif dalam pembelajaran. Hal ini jelas sangat berbeda dengan

150

KTSP, saat ini siswa menjadi sentral dalam proses pembelajaran,

sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam menciptakan suasana

kelas yang menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar.

151

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Malang dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Melalui KTSP Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang berharap dapat

melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi

dan kondisi peserta didik. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) sebagai acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I

Malang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pelaksanaan KTSP

dalam meningkatkan mutu pendidikan diimplementasikan dalam proses

pembelajaran yakni: a) Persiapan pelaksanaan pembelajaran, b)

Pelaksanaan Pembelajaran, c) Evaluasi hasil belajar.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang yakni: Sarana prasarana

pembelajaran di Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang secara

kuantitas maupun kualitas sudah cukup memadai. Adanya program-

program sekolah dalam rangka implementasi KTSP antara lain : sosialisasi

mengenai konsep-konsep dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP,

Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP, Setiap satu bulan sekali

dilakukan evaluasi yang dikemas dalam briefeng atau rapat dinas sekolah.

152

Adanya sistem penilaian kinerja terhadap guru dan siswa dengan

menerapkan reward (penghargaan) serta punishment (hukuman).

Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah I Malangantara lain : Lemahnya kemampuan guru

dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, terbatasnya

(dana, waktu, serta tenaga) dalam penggunaan metode pembelajaran dan

kurangnya kesiapan siswa untuk belajar mandiri.

B. Saran

Untuk meningkatkan mutu pemdidikan maka para guru harus meningkatkan

kualitas pembelajaran sesuai dengan prinsip Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), maka peneliti menyarankan sebagai berikut :

1. Guru

a. Selalu meningkatkan pemahaman mengenai KTSP dengan mengikuti

seminar, workshop, rapat kerja KTSP atau mempelajari buku-buku

KTSP, selian itu guru hendaknya menerapkan KTSP secara

profesional sehingga proses pembelajaran akan semakin berkualitas.

b. Berkaitan dengan penyusunan silabus, guru hendaknya dapat

mengembangkan kreatifitasnya sendiri dalam menyusun silabus

dengan menyesuaikan kondisi dan potensi sekolah.

c. Berkaitan dengan penyusunan RPP, guru hendaknya tidak menyusun

secara sekaligus, akan tetapi disusun setiap satu kali pertemuan.

153

d. Berkaitan dengan proses pembelajaran guru hendaknya melakukan

pre-test selain itu, guru dituntut harus lebih inovatif dan kreatif dalam

penggunaan metode pembelajaran.

e. Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar, guru hendaknya

meningkatkan kemampuannya dalam proses penilaian secara mandiri

atau berkelanjutan.

2. Bagi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Malang

a. Pihak sekolah secara berkala melakukan kegiatan seminar, workshop

serta rapat kerja mengenai KTSP, sehingga pemahaman guru-guru

tentang KTSP akan semakin meningkat.

154

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisi

Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota;

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional.

Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum . Makalah disajikan

dalam Seminar Nasional KTSP. Semarang, 15 Maret 2007.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang

Press.

Hadi, Sutrisno MA. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : ANDI.

Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Miles, Manthew B dan A. Michael Huberman. 1994. Terjemahan Tjejep Rohendi.

Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan

Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar

Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Bagi Pengelola Lembaga

Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah,

Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta : PT Bumi Aksara.

----------. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual

Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta

: PT Bumi Aksara.

Nasution, S. MA.2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan

Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

155

Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Widya, I Gede. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.