03 pendidikan kemandirian di pondok pesantren-uci sanusi
DESCRIPTION
psikologi pendidikanTRANSCRIPT
-
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 123
PENDIDIKAN KEMANDIRIAN DI PONDOK PESANTREN(Studi Mengenai Realitas Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal
Cianjur dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tasikmalaya)
Oleh: Uci Sanusi
AbstractThis research has several backgrounds. The first, the self reliance is one of the formulas inthe goals of national education. The second, it is the character of nation that must be built.The third, the self reliance crisis appears in formal education. The forth, school education isnot as a guarantee in building the self reliance in accordance with the goal of nationaleducation. The fifth, Islamic pondok pesantren is considered as the foundation that can createthe self reliance for students (called as santri).The formulas of the issues proposed are how the self reliance in students in pondok pesantrenis practiced, how the pondok pesantren creates the self reliance habit to the students, what isthe supporting factor in creating the self reliance students, what is the inhibitor factor increating the self reliance students, and how is a developing model of the self reliance instudents.The approach used is qualitative approach by means of analytic descriptive method. Aresearch locus is focused on al-Istiqlal, Cianjur and Bahrul Ulum, Tasikmalaya. Datacollecting used by using observational technique and deep-interview on research object.The research produces some conclusions. The first, the students researched at the schoolindicate the good self reliance level. The good indicators are reflected with self-confident,trust, self-control, problem solver, responsible, helping others, hoping success, creative andinnovative thinking; the awareness in study; and capability in managing their life. Thesecond, the efforts of the school in creating self reliance students are; (a) the mature and theimmature students are in the same place; (b) peer teaching; (c) good facilities; (d) creatingorganizations; and (e) entrepreneurship with agriculture. The third, supporting factors are; (a)the school uses available means in fulfillment the students needs; (b) strong wishes forsuccess with the self reliance life; (c) guidance in higher to lower level of students; (d) theinstruction motivating students in the self reliance. The forth, the inhibitor factors are; (a) afraction of students cant stand the Islamic Boarding Schools condition (b) they (students)dislike the regulations of the school; (c) the development of science and informationtechnology; and (d) indulgent parenting, in serving the new students. The fifth, independencedevelopment model begins from internalizing values created with the dynamic process in thefirst time of attending in the school, peer teaching, assignment of management activities, andgiving life skills in building self reliance character and self-entrepreneurship.
Keywords : self-reliance, Islamic boarding school, model
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
124 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
A. PENDAHULUAN.
Pada perfektif pendidikan Nasional, pondok pesantren merupakan salah satusubsistem pendidikan yang memiliki karakteristik khusus. Secara legalitas, eksistensipondok pesantren diakui oleh semangat Undang Undang RI No.20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu ciri khas kehidupan di pondokpesantren adalah kemandirian santri, sebagai subjek yang memperdalam ilmukeagamaan di pondok pesantren. Kemandirian tersebut koheren dengan tujuanpendidikan nasional. Pada Undang-Undang RI No. 20 tentang Sistem PendidikanNasional pasal 3 disebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab1
Berdasarkan pernyataan di atas, kemandirian merupakan salah satu tujuan yanghendak dicapai dalam proses pendidikan. Pendidikan nasional tidak hanya bertujuanberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, akan tetapibertujuan pula membentuk peserta didik yang mandiri.
Tujuan pendidikan nasional di atas merupakan rumusan mengenai kualitasmanusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Olehkarena itu, jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, rumusan tujuanpendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dankarakter bangsa.2
Di antara lembaga pendidikan yang berkembang, pondok pondok pesantrenmemiliki karakteristik yang kuat dalam rangka pembentukan peserta didik (santri)yang mandiri. Hal ini terbukti secara empiris di beberapa pondok pesantren terutamapada pondok pesantren yang berkategori tradisional.
Kemandirian santri terlihat dalam kehidupan di pondok pesantren yangberhubungan dengan bagaimana santri mandiri untuk makan, minum, mencuci
1 Anonimous, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, (Jakarta: Grafika, 2008), hlm. 4
2 Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:Penguatan Metodologi PembelajaranBerdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa),(Jakarta: Kemendiknas, 2010), hlm. 2
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 125
pakaian, sampai kemandirian dalam belajar. Kemandirian seperti ini kurang nampakpada peserta didik di lembaga pendidikan formal (sekolah).
Pada perjalanan lembaga pendidikan terdapat masalah yang berhubungandengan kemandirian peserta didik. Pertama, munculnya krisis kemandirian pesertadidik, khususnya di lembaga pendidikan formal. Kedua, pendidikan sekolah tidakmenjamin pembentukan kemandirian peserta didik sesuai dengan semangat tujuanpendidikan nasional.
Berkaitan dengan hal ini, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal,pondok pesantren dipandang mampu untuk membentuk peserta didik (santri) untukhidup mandiri. Sistem asrama pada kehidupan pondok pesantren dan karakteristikkehidupan di dalamnya mendorong peserta didik agar mampu memenuhi danmenjalani tugas kehidupan sehari-hari dengan mandiri.
Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi pengaruhyang cukup besar dalam dunia pendidikan, baik jasmani, ruhani, maupun intelegensi,karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan kerangka acuan danberfikir serta sikap ideal para santri. Sehingga pondok pesantren sering disebutsebagai alat tranformasi kultural. Fungsi pokok pondok pesantren adalah mencetakulama dan ahli agama. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren tidaksekedar pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu tetapi yangterpenting adalah penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri.Tiga aspek pendidikan yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitifdiberikan secara stimulan dan seimbang kepada peserta didik.3
Di antara cita-cita pendidikan pondok pesantren adalah menghasilkan anakdidik (santri) yang mandiri dan membina diri agar tidak menggantungkan hidupnyakepada orang lain.4 Sebagai salah satu lembaga pendidikan, pondok pesantren telahmembuktikan bahwa dirinya telah berhasil mencetak santri-santri yang mandiri,minimal tidak selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain. Hal ini disebabkanselama di pondok pesantren para santri tinggal jauh dari orang tua. Para santridituntut untuk dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Kemandirian dalambelajar maupun bekerja didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri, santri dituntutuntuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif.
Studi pendahuluan dan observasi terhadap Pondok Pesantren al-Istiqlal CicantuCianjur terdapat fenomena yang berhubungan dengan kemandirian santri dalammenjalani kehidupan di pondok pesantren. Pondok Pesantren al-Istiqlal yang dikenaldengan Pondok Pesantren Cicantu merupakan pondok pesantren yang cukup lamaberdiri di wilayah Cianjur (berdiri sekitar tahun 1949). Pondok pesantren yang masihmempunyai pendiri sekaligus pimpinan ini, yaitu KH Jalaludin Mahalli, sudahbanyak mengeluarkan lulusan, menyebar ke berbagai daerah, dan banyak pulaalumni yang mendirikan pondok pesantren di daerahnya masing-masing. Pondok
3 Diunduh dari www.uns.co.id4 Ibid.
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
126 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
pesantren yang mempertahankan sisi tradisionalitasnya ini masih tetap eksis dalamrangka mendidik santri dalam pendalaman ilmu agama Islam dan pembentukankemandirian santri.
Di pondok pesantren tersebut masih dikenal nama tungku sebagai sebuahtempat memasak santri dengan kayu bakar yang diambil sendiri oleh mereka. Ditungku ini, mereka saling berbagi tugas dan berbagi bahan makanan yang akandimasak. Satu kali memasak mereka patungan 1 (sat) gelas beras dan beberapapeser rupiah untuk membeli lauk pauknya. Media yang biasa mereka gunakan adalahkastrol sejenis wajan tertentu.
Selain masak, mereka mencuci pakaian sendiri di sungai atau di kolam sekitarpondok pesantren. Dalam proses pembelajaran, yang dalam istilah teknis pondokpesantren disebut pengajian, santri yang senior dapat mendidik santri yang junior,terutama pada santri yang baru masuk pondok pesantren pada beberapa minggupertama. Fenomena dan kenyataan empiris seperti ini memiliki sisi signifikan dalamrangka pengembangan kemandirian peserta, jika diteliti lebih mendalam.5
Begitu pula dengan salah satu pondok pesantren terbesar di Tasikmalaya,Pondok Pesantren Bahrul Ulum Awipari, fenomena seperti di Pondok Pesantren al-Istiqlal dapat dilihat. Pondok pesantren yang berkembang pesat di bawahkepemimpinan KH Busthomi memiliki banyak santri. Pada tahun 2011, tercatatbahwa jumlah santri yang belajar di pondok pesantren ini mencapai 250 oranglebih.6 Pola pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren ini mendorong santriuntuk mandiri baik dalam pemenuhan kebutuhan hidup, merapikan diri, merapikanlingkungan sekitar, serta kemandirian belajar.
Pengamatan pendahuluan di pondok pesantren ini terlihat bahwa kehidupansantri dijalankan secara sederhana, pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan secarasederhana dengan masak sendiri di tungku (istilah dapur bagi santri), dan polakehidupan serta belajar lainnya. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa santri dipondok pesantren ini memperlihatkan secara deskriptif pola kemandirian dalamkehidupan yang dijalankan.
Secara konseptual, kemandirian peserta didik sebagai orientasi pencapaiantujuan pendidikan itu penting dalam rangka mempersiapkan generasi yang siap dantangguh menghadapi kompleksitas hidup yang tidak terelakkan pada abad modernseperti ini. Berdasarkan pemaparan di atas, kemandirian peserta didik dan tradisisantri di pondok pesantren memiliki karakteristik khusus yang jika dikonseptualkandari empiris menjadi sebuah asumsi, muncul sebuah asumsi bahwa kemandirian itumemiliki aspek urgen dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, yang pada tataranempiris diwakili oleh pola kehidupan santri di pondok pesantren.
Berdasarkan pemaparan di atas, fokus masalah penelitian ini adalah modelpendidikan kemandirian dalam persfektif pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini
5 Hasil pengamatan pendahuluan pada tanggal 1 Oktober 20116 Hasil wawancara dengan alumni pondok pesantren pada tanggal 1 November 2011
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 127
didasari oleh asumsi bahwa pencapaian tujuan pendidikan lebih mengarah padakecerdasan intelektual dan keterampilan, sementara kemandirian belum diperhatikansecara serius. Dengan memotret pola kehidupan santri di pondok pesantren,penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi dan mendeskripsikan secara analitismengenai kemandirian santri di pondok pesantren.
Dalam penelitian ini, model yang dikembangkan adalah model deskriptif. Modelini digunakan didasari oleh sebuah pertimbangan bahwa peneliti menempatkanposisi tidak untuk menerapkan model yang dibuatnya lalu diterapkan pada lokuspenelitian, melainkan menelaah, memahami, dan mendekripsikan proses yangterdapat dalam model pada lokus penelitian. Akhirnya, dapat dipahami secaramenyeluruh point-point penting dalam kerangka pengembangan model tersebutdalam situasi yang terjadi pada lokus penelitian.
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:1. Mengeskplorasi dan mendeskripsikan kemandirian santri di pondok pesantren.2. Mendeskripsikan secara mendalam upaya pondok pesantren dalam membentuk
tradisi kemandirian pada santri.3. Menganalisis faktor pendukung pembentukan santri yang mandiri.4. Menganalisis faktor penghambat pembentukan santri yang mandiri.5. Menganalisis model pengembangan kemandirian santri.
C. ASUMSI PENTINGNYA KEMANDIRIAN
Penelitian ini mempunyai kecenderungan fokus pada wilayah kajian ilmupendidikan. Fokus tersebut memberikan indikasi bahwa tema dan kondisi yangditeliti berkaitan dengan kemandirian merupakan salah satu indikator atau pointtertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini didasarkan padabeberapa asumsi, yaitu:1. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan yang hendak dicapaiadalah peserta didik yang mandiri.
2. Kebijakan pendidikan nasional tahun 2010 yang memfokuskan pada penguatandan internalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kemandirianmerupakan salah satu nilai internalisasi karakter yang diharapkan dalamdelapan belas (18) nilai pendidikan karakter.
3. Pondok pesantren tradisional sebagai lembaga pendidikan yang memilikikarakteristik khas menunjukkan kondisi yang tetap eksis mengenai polakehidupan santri yang mandiri.
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
128 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
Ketiga asumsi yang digunakan oleh peneliti sebagaimana disebutkan di atasmenguatkan dasar penelitian bahwa pendidikan kemandirian penting untukdikembangkan. Pondok pesantren, sebagai lokus penelitian, dipandang memilikikekuatan tertentu untuk membentuk kemandirian santri dibandingkan denganlembaga pendidikan sekolah.
Beberapa asumsi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1Asumsi Kemandirian dalam Persfektif Pendidikan
Berkaitan dengan pondok pesantren, lembaga ini tetap dipandang sebagai sebuahlembaga pendidikan yang mampu menerapkan kemandirian pada santrinya sebagaisebuah bekal kehidupan baik dalam situasi kehidupan pondok pesantren maupunsetelah santri tersebut menjadi alumni. Kemandirian santri di pondok pesantrensetidaknya dikuatkan oleh beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:1. Pondok pesantren menanamkan prinsip kemandirian dalam proses pembelajaran
(pengajian) dan kurikulum;
Asumsi Kemandirian dalam Persfektif
Pendidikan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa salah satu tujuan pendidikan yang hendak
dicapai adalah peserta didik yang mandiri
Kebijakan pendidikan nasional tahun 2010 yang
memfokuskan pada penguatan dan internalisasi
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Kemandirian merupakan salah satu nilai
internalisasi karakter yang diharapkan dalam
delapan belas (18) nilai pendidikan karakter
Pondok pesantren tradisional sebagai lembaga
pendidikan yang memiliki karakteristik khas
menunjukkan kondisi yang tetap eksis mengenai
pola kehidupan santri yang mandiri
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 129
2. Pondok pesantren memberikan bekal berbagai macam life skill keterampilanpada santri sehingga mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari;
3. Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan leadership (kepemimpinan)dan mengarahkan aplikasinya pada saat santri masih di pondok pesantren atausudah terjun ke masyarakat;
4. Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan entrepreneursip(kewirausahaan) kepada santri agar mereka mampu meningkatkan tarafekonomi dan lingkungan sosialnya;
5. Pondok pesantren tetap mempertahankan cara hidup yang penuh ikhtiar, tidakmengandalkan cara hidup yang instan.
Beberapa asumsi mengenai kemandirian santri di pondok pesantrendigambarkan sebagai berikut:
Gambar 2Asumsi Kemandirian Santri di Pondok pesantren
Pondok pesantren menanamkan prinsip kemandirian dalamproses pembelajaran (pengajian) dan kurikulum
Pondok pesantren memberikan bekal berbagai macam life skillketerampilan pada santri sehingga mereka mampumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan leadership(kepemimpinan) dan mengarahkan aplikasinya pada saat santrimasih di pondok pesantren atau sudah terjun ke masyarakat
Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuanentrepreneursip (kewirausahaan) kepada santri agar merekamampu meningkatkan taraf ekonomi dan lingkungan sosialnya
Pondok pesantren mempertahankan cara hidup yang penuhikhtiar tidak mengandalkan cara hidup yang instan
Asumsi KemandirianSantri
di Pondok pesantren
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
130 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
Kemandirian tidak hanya dibentuk oleh dorongan pribadi. Faktor luar dapatmempengaruhi individu atau komunitas tertentu untuk mandiri. Dikaitkan denganpondok pesantren, lingkungan sosial pondok pesantren, peranan dan konsep kyaimengenai hidup, dan sarana yang dimiliki oleh pondok pesantren dapat mendorongsantri untuk berperilaku mandiri. Sebagai sebuah contoh, dalam pemenuhankebutuhan pangan, santri melakukan proses masak sendiri, mencari bahan sendiri,mengolah penganan makanan sendiri; dalam pemenuhan kerapian berpenampilan,mereka mencuci dan mensetrika sendiri; merapikan tempat tidur sendiri;pembelajaran mandiri (seperti dalam penerapan metode sorogan); dan perilakulainnya. Hal ini semakin menunjukkan sebuah asumsi bahwa pondok pesantrenkhususnya pondok pesantren tradisional masih tetap mempertahankan penerapanpendidikan yang berbasis pada kemandirian diri.
Pada pemaparan di atas terdapat sebuah penjelasan bahwa pondok pesantrenlebih memberikan kesempatan kepada santri untuk hidup mandiri. Pondok pesantrenyang dimaksud adalah pondok pesantren salafi, bukan pondok pesantren khalafi(modern). Pondok pesantren salafi memiliki karakter yang dapat mendorong santriuntuk hidup mandiri dengan indikator minimal dalam pemenuhan kebutuhankehidupan di pondok.
D. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif analitik.Lokus penelitian diarahkan pada Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan PondokPesantren Bahrul Ulum Tasikmalaya. Pengumpulan data menggunakan teknikobservasi dan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian.
E. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, berikut ini adalah hasil penelitian:1. Santri pada pondok pesantren yang diteliti menunjukkan tingkat kemandirian
yang baik. Kemandirian santri tersebut dapat dicirikan pada beberapa indikatorsebagai berikut, yaitu: a) tingkat kepercayaan diri santri yang tinggi menjadimodal utama dalam membentuk kemandirian; b) santri yang diteliti memilikitingkat amanah yang cukup tinggi baik amanah pada diri sendiri maupunlembaga; c) santri dapat mengontrol diri baik dalam kemarahan maupunlarangan pondok pesantren; d) santri dapat menyelesaikan masalah yangdihadapi baik dalam menjalani kehidupan maupun belajar di pondok pesantren;e) santri memiliki tanggungjawab yang baik terhadap diri sendiri dan pondokpesantren; f) santri menolong teman yang sedang dalam kesusahan; g) santrimemiliki harapan yang tinggi mengenai kesuksesan dan perwujudan diri dimasa depan; h) kreatifitas dan inovasi santri terlihat pada kegiatan di luar
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 131
pengajian; i) santri menunjukkan tingkat kemandirian belajar mandiri yangbaik; j) santri memiliki keterampilan tertentu dalam mengelola kehidupan; dank) motivasi belajar santri paling banyak berasal dari dorongan diri sendiri.
2. Upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam membentuk kemandiriansantri yaitu: a) santri yang muda terutama yang baru masuk ke pondokpesantren, tempat tidurnya disatukan dengan santri yang dewasa; b)pembelajaran teman sebaya (peer teaching); c) penyediaan fasilitas pondokpesantren yang sederhana; d) pondok pesantren memberikan kebebasan padasantri untuk membentuk kemandirian dalam berorganisasi; dan e)menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan tugas pengelolaan lahan pertanian,pemeliharaan ternak dan budidaya walet.
3. Faktor pendukung pembentukan kemandirian santri yaitu: a) penggunaanpiranti-piranti sederhana untuk pemenuhan kebutuhan santri di pondokpesantren; b) keinginan yang kuat dari para santri untuk hidup mandiri dandorongan untuk sukses; c) bimbingan santri dewasa ke santri yang lebih muda;dan d) pelajaran pondok pesantren yang mendorong santri untuk hidup mandiri.
4. Faktor penghambat pembentukan kemandirian santri yaitu: a) sebagian kecilsantri yang tidak tahan dengan kondisi lingkungan di pondok pesantren; b)sebagian kecil santri yang tidak senang dengan aturan pondok pesantren; c)perkembangan dunia modern terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan informasi turut mewarnai kemandirian santri di pondokpesantren; dan d) pola asuh orang tua yang memanjakan anak, khususnya padasantri muda yang baru datang ke pondok pesantren.
5. Model pengembangan kemandirian santri berawal dari sebuah prosesinternalisasi nilai yang dibentuk oleh proses-proses yang dinamis mulai darisantri masuk pondok pesantren, pembelajaran teman sebaya, penugasanpengelolaan kegiatan, penugasan pengelolaan beberapa kegiatan, danpemberian keterampilan hidup untuk menumbuhkan karakter mandiri danmemiliki jiwa kewirausahaan.
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
132 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
Gambar 3Model Pengembangan Kemandirian
Pada gambar di atas terdapat beberapa hal yang dapat dijelaskan. Bagian Aadalah mekanisme pembentukan kemandirian. Ini adalah titik awal bagian daribagan. Bagian B adalah beberapa faktor pembentukan kemandirian. Bagian C adalahproses pembentukan kemandirian santri. Alur bagan bagian A, B, dan C dapatdijelaskan bahwa mekanisme proses pembentukan kemandirian santri berawal daripembahasan mengenai faktor-faktor pembentukan (B) lalu dilanjutkan pada prosespembentukannya (C). Secara simbolik hubungan A, B, dan C dapat digambarkansebagai berikut: A= B --- C.
Setelah bagian C dilaksanakan, yaitu bagian proses pembentukan, makakemandirian akan terwujud (bagian D). Artinya, kemandirian akan terwujud (D)setelah proses pembentukan dengan beberapa tahapannya terlaksana (C).Kemandirian santri di pondok pesantren akan lebih menguat dengan upaya pesantrenpada pembentukan etos kerja santri dan kewirausahaan, bagian E.
Gambar model di atas termasuk model deskriptif jika dilihat dari fungsinya.Model deskriptif merupakan pola dan alur yang menggambarkan dan menjelaskan
Faktor Pembentukan:1. Ajaran agama;2. Kesederhanaan;3. Pendirian pesantren
yang mandiri;4. Pengelolaan yang
mandiri;5. penggunaan piranti
fasilitas yangsederhana,
A BC
D
E
Mekanisme internalisasikemandirian Mulai dari pengelolaan
kehidupan sehari-hari
Diserahi tanggungjawabmengurus satu kegiatan
Membimbing junior
Diberi tanggungjawabmemimpin program pesantren
Kemandirian Santri
entrepreneurship
Mulai dari mengelolakehidupan sehari-hari
Etos Kerja
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 133
sebuah fakta yang terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Dalam konteks penelitianini, model deskriptif menjelaskan proses dan tahapan-tahapan mengenaipembentukan kemandirian santri.
Gambar di atas menunjukkan bahwa proses pembentukan kemandirian santrimerupakan sebuah internalisasi nilai dan kebiasaan yang membentuk kemandirian.Faktor yang membentuk kemandirian santri yang ditemukan di lapangan diantaranya adalah faktor ajaran agama, figur kyai yang sederhana, piranti dan fasilitaskehidupan yang sederhana, pendirian pesantren yang tidak mengandalkan pihak lain,dan proses pembelajaran teman sebaya (peer teaching). Alur proses yang dilakukanoleh pondok pesantren yang diteliti untuk membentuk kemandirian santri berawaldari pengelolaan kehidupan sehari-hari seperti makan dan mencuci; sebagian santridiserahi tanggungjawab untuk mengelola satu kegiatan; santri yang dewasamembimbing santri yang muda; santri yang dewasa diberi tugas untuk mengelolabeberapa kegiatan di pesantren; dan santri yang dewasa diberi tanggungjawab untukmengelola lahan pertanian, kegiatan ternak unggas dan ikan, dan diperbantukan padakegiatan membangun gedung dan fasilitas pesantren. Proses tersebut dilakukansecara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan santri di pesantren.
Kegiatan-kegiatan yang dibebankan pengelolaannya pada santri akhirnyamembentuk sebuah etos kerja dan jiwa kewirausahaan santri. Kedua nilai yangmenjadi kebiasaan santri di pesantren ini menjadi bekal mereka di masyarakat.
F. PENUTUP
Setelah dipaparkan hasil penelitian di atas terdapat beberapa informasi pentinghasil kajian lapangan (broadfield research) yang dapat disampaikan:1. Pondok pesantren yang dihubungkan dengan terma kemandirian santri termasuk
pada tipe pondok pesantren tradisional.2. Pondok Pesantren al-Istiqlal, walaupun menyelenggarakan Paket B dan C,
masih dikategorikan pondok pesantren tradisional. Program Paket B dan C lebihbersifat suplemen pembelajaran pondok; dilaksanakan oleh pihak luarbertempat di pondok pesantren; pengajian dilakukan dengan model yangsederhana; dan masih terlihat mempergunakan piranti sederhana. Penjelasanmengenai Paket B dan C bersifat mendeskripsikan kondisi objektif lapangan,tidak mengubah fokus dan arah penelitian.
3. Kemandirian santri yang ditemukan di lapangan dimulai dari perilakupengelolaan kehidupan yang sederhana, misalnya makan, mencuci, dansebagainya. Walaupun sederhana, kalau dilakukan secara berulang dan dijalaniapa adanya, akan membuahkan perilaku kemandirian yang mantap. Ciriminimal yang akan terbentuk adalah pada urusan sederhana, santri tidakmengandalkan orang lain. Ini menjadi indikator penting dalam kemandirian.
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
134 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
4. Kurikulum yang dikembangkan pada kedua pondok pesantren yang ditelitimasih sederhana, tidak terstruktur dengan rapi, dan tidak terdokumentasikandengan baik. Kurikulum dan pembelajaran berjalan menurut jadwal hasilinisiatif kyai dan dewan ustadz.
5. Penelitian ini tidak pula mengarah pada tipologi kekhasan pengajian, apakahtermasuk pondok pesantren alat (nahwu dan sharaf), pondok pesantrentawhid, atau pondok pesantren lainnya. Pada kedua pondok pesantren yangditeliti, hampir setiap disiplin ilmu keislaman dikaji, meskipun dalam porsiyang berbeda. Pemahaman mengenai tipologi kekhasan pengajian lebih baikditeliti dalam konteks penelitian mengenai kurikulum pondok pesantren. Hal inidilakukan untuk kehati-hatian dalam justifikasi tipe.
Proses penelitian di lapangan menghasilkan beberapa temuan, yaitu sebagaiberikut:1. Kreatifitas santri sebagai indikator kemandirian tidak ditemukan pada proses
pembelajaran atau pengajian. Kreatifitas muncul pada kegiatan di luarpengajian, seperti membuat kaligrafi untuk hiasan dinding dan panggungpengajian ceramah umum.
2. Pengelolaan diri untuk hidup bersih tidak semuanya dilakukan oleh santri.Fenomena ketidakrapian dan ketidakbersihan masih terlihat di lokus penelitian.Namun, secara umum indikator kemandirian yang diajukan menunjukkan hasilyang cukup baik terutama dalam proses yang dijalankan di pondok pesantren.
3. Fasilitas yang sederhana mendorong santri untuk mengelola kehidupan olehdirinya sendiri tanpa mengandalkan orang lain.
4. Penyerahan tugas pengelolaan lahan pertanian kyai memberikan bekalpengetahuan bagi santri untuk menjalani kehidupan di masa depan.
5. Ketergantungan pada pemerintah dan lembaga lain relatif rendah
G. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Taufik.1974. Islam di Indonesia.Jakarta: Tinta MasAhmadi, Abu. 2001. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka CiptaAl-Bukhary.t.t. Shahih al-Bukhary.Beirut: Dar al-FikrAli,Atabik.2003. Kamus Inggris Indonesia Arab.Yogyakarta: Multi Karya GrafikaAl-Istanbuli, Mahmud Mahdi.2006. Parenting Guide: Dialog Imajiner tentang Cara
Mendidik Anak Berdasarkan al-Quran, Sunnah, dan Psikologi.Jakarta:Hikmah
Al-Khuli,Muhammad Amin.1981. Qms al-Tarbiyah.Lebanon: Dar al-Ilm li al-Malayin
Al-Khuly.t.t. Al-Adab al-Nabawy. Beirut: Dar al-Fikr
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 135
Anany, Ashifatul.2010.Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan (Skripsi).Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim
Anonimous.2008.Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Jakarta: Grafika
-----.2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 tentangPetunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun Anggaran 2011.Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasional
Arifin,HM. 1999.Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum).Jakarta: RinekaCipta
Arikunto, Suharsimi.2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka CiptaAsrohah, Hanun.2000. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Logos Wacana IlmuAzra, Azyumardi.2000.Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana ImuBachtiar,Wardi.1998. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Gunung Djati PressBadan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.2010 Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:PenguatanMetodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk MembentukDaya Saing dan Karakter Bangsa).Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
----.2010.Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: KementerianPendidikan Nasional
Baharudin dan Makin.2009. Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, danBarizi, Ahmad dan Tolkhah, Imam. 2004. Membuka Jendela Pendidikan:Mengurai
Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta : RajawaliPress
Barnadib, Imam.1996. Beberapa Aspek Susbtansial Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Andi Offset
----.1982.Arti dan Metode Sejarah Pendidikan.Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP-IKIP Yogyakarta
Bastow et.al.1986. Another 20 Investigational Work. Perth: The MathematicalAssociation of Western Australia (MAWA)
Bridges, David. Education, Autonomy, and Democratic Citizenship.London:Routledge
Bruissen, Martin Van.1995. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: MizanChirzin,M Habib.1995. Ilmu dan Agama dalam Pesantren.Jakarta : LP3SDahar,Ratna Wilis.1999. Teori-Teori Belajar. Jakarta: ErlanggaDahlan,Zaini.1995. Dunia Pemikiran Kaum Santri.Yogyakarta :LPKSMDepartemen Agama.2004. Grand Design Pendidikan Keagamaan dan Pondok
Pesantren 2004-2009. Jakarta: Departemen Agama----.2004.Membiasakan Tradisi Keagamaan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama
Islam
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
136 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
----.2004.Pengembangan Metodologi Pembelajaran di Salafiyah.Jakarta : DirjenKelembagaan Agama Islam
----.2004.Pengembangan Metodologi Pembelajaran di Salafiyah.Jakarta: DirjenKelembagaan Agama Islam
Dewey, John.1964. Democracy and Education.New York: Macmillan CompanyDhofier,Zamakhsyari.1982 Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai.Jakarta: LP3ESDjamaludin.1998.Kapita Selekta Pendidikan Islam.Bandung : Pustaka SetiaDjumransyah, Pendidikan Pesantren dan Kemandirian Santri, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan Volume 8 Nomor 1 tahun 2001Duhao,Ibtisham Abu.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Jakarta: Logos Wacana
IlmuDurkheim.1990.Pendidikan Moral: Suatu Suatu Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan.Jakarta: ErlanggaDworkin.1988.The Theory and Practice of Autonomy.Cambridge: Cambridge
University PressFatah, Nanang.2004.Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan.Bandung: RosdakaryaFathiya,Anna, Analisis Teori Belajar Orang Dewasa dan Penerapannya dalam
Pengembangan Kemandirian Pengadaan Energi Alternatif pada MasyarakatNelayan, dalam Buletin Ekonomi Perikanan IPB Volume VII Nomor 5 tahun2007.
Flavel.1970.Charmichaels Manual of Child Psychology.New York: WileyGeertz, Clifford.1982. Islam Observed. New York: McMillanGoble, Frank G.1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, terj.
A Supratinya.Yogyakarta: KanisiusHaedari,Amin.2004. Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren.Jakarta: Departemen
AgamaHaningsih,Sri. Peran Strategis Pesantren, Madrasah, dan Sekolah Islam, dalam al-
Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam Nomor 1 volume 1 tahun 2008, hlm. 1Harbison and Mayers.1974.Education, Manpower, and Economic Growth:
Strategies of Human Resource Development.New Delhi: Oxford IBHPublishing
Hasbullah.2000.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali PressIsmail,Faisal.1998. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi
Historis.Yogyakarta: Titian Ilahi PressLanggulung, Hasan.1987. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: al-HusnaMadjid,Nurcholish.1997. Bilik-Bilik Pesantren.Jakarta: ParamadinaMahmud dan Priatna,Tedi.2007. Pemikiran Pendidikan Islam.Bandung: SahifaMajah,Ibn. t.t. Sunan Ibn Majah.Beirut: Dar al-FikrMaksum.1999.Sejarah Madrasah dan Perkembangannya.Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 137
Mardiyah, Irma.2007. Pelaksanaan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun diPesantren, (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati
Marzuki.2002. Metodologi Riset. Yogyakarta : FE UGMMasud,Abdurrahman.2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah.Yogyakarta:
Pustaka PelajaraMaslow,Abraham.1988.Motivation and Personality.New York: Harper and RowMasrun, dkk.1986. Studi Mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku
Bangsa (Jawa, Batak, Bugis).Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGMMastuhu.1998.Dinamika Pesantren.Jakarta : LP3SMastuki dan El-Saha, Isham (ed).2004. Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan
Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren.Jakarta: Diva PustakaMill,J.S.1971.Representative Government. London: Oxford University PressMoeloeng, Lexy J.2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RosdakaryaMuhadjir, Noeng.1993.Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial.Yogyakarta: Rake
SarasinMuhtadi, Asep S dan Syafei, Agus Ahmad (ed).2006.Pengembangan Pendidikan
Berbasis Umat.Bandung: LPTQ JabarMulyasa,E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya----.2004. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah.Jakarta: Departemen AgamaMunadi, Imam.2007. Super Muslim: Positif-Semangat-Visioner.Jakarta: Hikmah
PopulerMunawwir,Ahmad Warson.1997. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia.Yogyakarta:
Pustaka ProgressifMussen, dkk.1989. Perkembangan dan Kepribadian Anak..Jakarta: ArcanNasri dan Sundarini.2004. Kewirausahaan Santri.Jakarta: CitrayudhaNata, Abudin.2000. Metodologi Studi Islam.Jakarta : Raja GrafindoNawawi, Hadari.1993.Pendidikan dalam Islam. Surabaya: al-IshlahNawawi.2009. Sejarah Perkembangan Pesantren dalam Jurnal Ibda: Jurnal Studi
Islam dan Budaya. Purwokerto: STAIN PurwokertoNazir,Moh.1985. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia IndonesiaNuryoto.1993. Hubungan Antara Peran Jenis dengan Kemandirian Siswa SMU.
(Disertasi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGMParry (ed.).1972.Participation in Politics. Manchester: Manchester University PressPatriana,Pradnya.2007. Hubungan antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja
sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa di Semarang (Skripsi).Semarang: Fakultas Psikologi Uiniversitas Diponegoro.
Pidarta, Made.1997. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan BercorakIndonesia.Jakarta: Rineka Cipta
Poerwadarminta,WJS.2009.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
-
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren
138 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012
Purwoko, Dwi dkk, Hubungan Karakteristik Santri dengan Persepsi Mereka tentangKemandirian di Pondok Pesantren, dalam Jurnal Penyuluhan Institut PertanianBogor (IPB) September 2007 Volume 3 Nomor 2, hlm. 71
Purwoko, Dwi, Interaksi Santri Kyai dengan Kemandirian Santri di PondokPesantren, dalam Jurnal Universitas Nasional tahun 2007
Rachbini,Didik.2001.Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia.Jakarta:Grasindo
Rahadjo, M Dawam.1988 Pesantren dan Pembaharuan.Jakarta: LP3ESRamayulis.2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka HikmahRosser.1984. Educational Psychology.Boston: Little BrownSaid,Muhammad.1987 Pendidikan dari Zaman ke Zaman.Bandung: TarsitoSantrock.1999.Life Span Development.New York: The McGraw-HillSaridjo,Marwan.1999. Bunga Rampai Pendidikan Islam.Jakarta: Dirjen Binbaga
IslamSteinberg.2002. Adolescence.New York: McGraw-HillStenbrink, Karel A.1994. Pesantren, Madrasah, dan Sekolah: Pendidikan Islam
dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ESSuci, Nurjanah.2010. Peran Pendidikan Pesantren dalam Membentuk Kemandirian
Belajar Santri (Skripsi). Surakarta:Fakultas Agama IslamSugiyono.2004. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : AlpabetaSukadji.1998. Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan.Depok: Fakultas Psikologi
Universitas IndonesiaSukarjo dan Komarudin.2010.Landasan Kependidikan.Jakarta: Raja Grafindo
PersadaSullivan, Carol et.al,.1998.The Cyclopedic Education Dictionary.Washington:
Delmars PublishersSurakhmad.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: TarsitoSuryadi, Rudi Ahmad.2010. Diskursus Pemikiran Pendidikan Islam. Cianjur: STIT
NH----.2011.Tujuan Pendidikan dalam Persfektif al-Quran, (Disertasi). Bandung:
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung DjatiSyaodih,Nana.2005. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: RosdakaryaTafsir, Ahmad.2000.Ilmu Pendidikan dan Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya----.2005. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam.Bandung:RosdakaryaTaqiyuddin.2008.Sejarah Pendidikan Islam: Melacak Geneologi Pendidikan Islam
di Indonesia.Bandung: Mulia PressTilaar,HAR.1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional:Dalam
Persfektif Abad 21. Magelang: Indonesia TeraTim Penyusun.2010. Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan
Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah.Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasionaldan Kementerian Agama
-
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Talim Vol. 10 No. 2 - 2012 139
-----.2010.Desain Induk Pendidikan Karakter.Jakarta: Kementerian PendidikanNasional RI
-----.2010.Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter.Jakarta: KementerianPendidikan Nasional RI-----.2010.Pedoman Pendidikan Karakter di SMP.Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional Dirjen Manajemen Pendidkan Dasar dan MenegahTobroni.2008.Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas.
Malang: UMM PressUtari Sumarmo, Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik, dalam Jurnal Matematika SekolahPascasarjana UPI tahun 2010, hlm.1
Wahab, Rochidin.2004. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: AlfabetaWahid,Marzuki dkk. 2001. Pesantren Masa Depan.Jakarta: Pustaka al-HusnaWahyudin, Dinn dkk.2008. Pengantar Pendidikan.Jakarta: Universitas TerbukaWidyastuti dan Andriyanti, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Dasar
Linguistik dalam Mata Kuliah Introduction To Linguistics,www.staffuny.ac.id, tahun 2010, hlm. 5
Yunus,Mahmud.1990. Sejarah Pendidikan di Indonesia.Jakarta: HidakaryaYusuf, Syamsu dan Juntika.2007. Psikologi Kepribadian. Bandung: Rosda Karya
Sumber Internetwww.pendidikan.comhttp:/tugasayan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.htmlwww.artikata.com/arti-118392-model.html.http;/www.damandiri.or.idfileabdwahidchairulahunairbab2.pdfhttp://www.citcat.comhttp://www.kamus-online.com/index.php?lang=idhttp://id.wikipedia.org/wiki/Konsepwww.damandiri.or.id
http://www.staffuny.ac.id/http://www.pendidikan.com/http://www.artikata.com/arti-118392-model.htmlhttp://www.citcat.com/http://www.kamus-online.com/index.php?lang=idhttp://id.wikipedia.org/wiki/Konsephttp://www.damandiri.or.id/