03-3 pompa jet

29
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03 JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet Halaman : 1 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003 Manajemen Produksi Hulu PERENCANAAN DAN TROUBLESHOOTING POMPA JET 1. TUJUAN Memilih pompa jet, berdasarkan jenis pompa, merek dagang, kombinasi ukuran nozzel dan throat serta konfigurasi instalasinya, agar diperoleh produksi maksimum tanpa membentuk kavitasi. Catatan : Pompa yang digunakan pada saat ini yang ada hanya merk NATIONAL, sedang merk yang lain tidak ada di catalog mulai tahun 2000. 2. METODE DAN PERSYARATAN 2. 1. Metode Metode Analitis. 2. 2. Persyaratan Tidak ada persyaratan khusus. 3. LANGKAH KERJA 1. Siapkan data pendukung : Laju aliran di lubang masuk (Q s ) Tekanan di lubang masuk (P s ) Gas-Oil Ratio (GOR) Water cut (WC) Gradien fluida produksi (G s ) Panjang tubing (L) Viskositas (µ d , µ o , µ w ) Gradien fluida (G d , G o , G s , G w ) Diameter dalam casing atau tubing (D 1 ) Diameter luar tubing (D 2 ) Tekanan permukaan power fluid (P t ) 2. Dari data laju produksi Q s , tekanan isap P s dan GOR, hitung luas anulus minimum A sm agar tak terjadi kavitasi.

Upload: anggy-wulansari

Post on 05-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Memilih pompa jet, berdasarkan jenis pompa, merek dagang, kombinasi ukuran nozzel dan throatserta konfigurasi instalasinya, agar diperoleh produksi maksimum tanpa membentuk kavitasi.Catatan : Pompa yang digunakan pada saat ini yang ada hanya merk NATIONAL, sedang merk yanglain tidak ada di catalog mulai tahun 2000.

TRANSCRIPT

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 1 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    PERENCANAAN DAN TROUBLESHOOTING POMPA JET

    1. TUJUAN Memilih pompa jet, berdasarkan jenis pompa, merek dagang, kombinasi ukuran nozzel dan throat

    serta konfigurasi instalasinya, agar diperoleh produksi maksimum tanpa membentuk kavitasi.

    Catatan : Pompa yang digunakan pada saat ini yang ada hanya merk NATIONAL, sedang merk yang

    lain tidak ada di catalog mulai tahun 2000.

    2. METODE DAN PERSYARATAN 2. 1. Metode

    Metode Analitis.

    2. 2. Persyaratan

    Tidak ada persyaratan khusus.

    3. LANGKAH KERJA 1. Siapkan data pendukung :

    Laju aliran di lubang masuk (Qs)

    Tekanan di lubang masuk (Ps)

    Gas-Oil Ratio (GOR)

    Water cut (WC)

    Gradien fluida produksi (Gs)

    Panjang tubing (L)

    Viskositas (d, o, w)

    Gradien fluida (Gd, Go, Gs, Gw)

    Diameter dalam casing atau tubing (D1)

    Diameter luar tubing (D2)

    Tekanan permukaan power fluid (Pt)

    2. Dari data laju produksi Qs, tekanan isap Ps dan GOR, hitung luas anulus minimum Asm agar tak

    terjadi kavitasi.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 2 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    ( ) ( ) ( )

    +=

    sss

    ssm PGORWC

    PGQA 24650

    1691

    1 (1)

    3. Dari Tabel "Throat Annulus Area" Tabel 2, 3 atau 4 pilih suatu kombinasi nozzle dan throat yang

    luas anulusnya lebih besar, yang terdekat dengan harga Asm.

    4. Anggap tekanan kerja pompa di atas permukaan Pt, yang minimum besarnya antara 2000 - 4000

    psi.

    5. Hitung tekanan di nozzle (Pn)

    Pn = Pt + Gn (D) Pfn (D) (2)

    Menurut Coberly kehilangan tekanan di anulus atau tubing Pf dapat dihitung dengan persamaan :

    ( )( ) ( )79.1

    21.0

    21

    22

    21

    1.0

    211

    222

    2121

    8

    21.010202 QGGU

    DDDD

    DDDDDDD

    LP no

    of

    =

    (3)

    dimana Q = Qn (ambil sembarang Qn) dan Pf = Pfn (D)

    Selain dengan menggunakan persamaan (3), harga Pf dapat ditentukan dari Grafik 1.

    6. Hitung laju power fluida Qn menggunakan persamaan (4). Apabila Qn tidak sama dengan

    anggapan Qn di langkah 4, maka ulangi perhitungan Pfn sampai mendapat harga Qn yang sesuai.

    n

    snn G

    PPAQn = 832 (4)

    7. Hitung laju alir fluida (campuran fluida produksi dan power fluid) yang kembali ke permukaan,

    Qd, dengan menggunakan persamaan berikut:

    Qd = Qn + Qs (5)

    8. Hitung gradien suction pompa (gradien fluida produksi)

    Gs = (Gw x WC) + (1-WC)Go (6)

    9. Hitung gradien fluida campuran yang kembali ke permukaan

    Gd = (Gs X Qs + Gn x Qn)/Qd (7)

    10. Hitung persen kadar air fluida campuran WCD.

    WCD = Qs x WC / Qd (8)

    Apabila power fluida adalah air, maka

    WCD = (Qn + Qs x WC) / Qd (9)

    11. Hitung GLR (gas liquid ratio, perbandingan gas-cairan) fluida yang kembali :

    GLR = Qs (1 WC) GOR/Qd (10)

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 3 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    12. Jika GLR lebih besar dari 10 SCF/STB, tentukan kehilangan tekanan fluida yang kembali Pfd

    dengan menggunakan korelasi aliran multifasa vertikal seperti pada buku The Technology of

    Artificial Methods, Brown K.E. (Ref. 4) dan lanjutkan ke langkah 13.

    13. Jika GLR kurang dari 10 SCF/STB, tentukan viskositas fluida campuran yang kembali ke

    permukaan (d) menggunakan persamaan (11) dan selanjutnya hitung kehilangan tekanan fluida

    yang kembali (Pfd) menggunakan persamaan (3). Dalam hal ini Pf = Pfd x D dan Q = Qd.

    d = Wcd x w + (1 - Wcd) o (11)

    Harga viskositas campuran (d) yang dihitung persamaan (11), dengan anggapan bahwa

    campuran minyak - air tidak menghasilkan emulsi dan, bila power fluid digunakan adalah minyak

    maka viskositasnya sama dengan viskositas minyak yang diproduksi.

    14. Tentukan tekanan discharge pompa (Pd), yaitu jumlah dari tekanan hidrostatika di pipa balik,

    kehilangan tekanan karena friksi (Pfd) dan tekanan kepala sumur (THP atau Pwh).

    Pd = Gd (D) + Pfd (D) + Pwh (12)

    15. Hitung M dengan menggunakan persamaan (13), berikut ini:

    ( ) ( )nnss GQGsWCWCP

    GORQM

    +

    += 18.21

    2.1

    (13)

    16. Hitung N dari persamaan (14)

    ( )( )CKCN

    n +=

    1 (14)

    ( )( ) ( ) ( )222

    22

    111212

    MKRRMRRC

    td +++= (15)

    Pada persamaan (14) dan (15) harga Ktd dan Kn didapat secara empiris. Guiberson menggunakan

    angka Kn = 0,03, untuk National Kn = 0,06 dan untuk Kobe Kn = 0,07 dalam PK ini digunakan

    angka Kn = 0,03 (dengan anggapan bahwa pipa nozzle sangat licin). Selain itu harga Ktd = 0,20.

    Gambar 2 digunakan untuk mencari harga N untuk pompa National. Untuk pompa lain lakukan

    interpolasi.

    17. Hitung N dari persamaan (16) dan bandingkan dengan harga N dari langkah 14. Jika perbedaan

    harga N kurang dari 0,5 %, lanjutkan ke langkah 18. Bila lebih dari 0,57 hitung tekanan di nozzle

    Pn yang baru menggunakan persamaan (17) dan ulangi langkah 6 sampai dengan 17 hingga

    didapat perbedaan harga N kurang dari 0,5 %.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 4 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    dn

    sd

    PPPPN

    = (16)

    18. Hitung tekanan nozzle Pn yang baru.

    NPPPP sddn

    += (17)

    19. Tentukan tekanan pompa permukaan Pt yang baru.

    ( ) ( )DPDGPP fnnnt += (18)

    20. Hitung laju aliran maksimum Qsc tanpa terjadi kavitasi:

    ( )sm

    ntssc A

    AAQQ = (19)

    21. Hitung daya kuda pompa permukaan, HP, dengan menganggap bahwa efisiensi sebesar 90 %.

    52910tn PQHP = (20)

    4. DAFTAR PUSTAKA 1. ARCO Super School, Dallas, Texas, 1981.

    2. ARMCO: Hydraulic Pumping System. California, 1979.

    3. Bleakley, W.B., Design Consideration in Choosing a Hydraulic System. Pet. Eng. International,

    Jul. 78.

    4. Brown K.E.et al.: The Technology of Artificial Lift Methods Vol. 2b, Pet. Publ. Co., Tulsa, 1980.

    5. Frick, T.C., Petroleum Production Handbook. Vol. 1, McGraw Hill Book Co., New York, 1962.

    6. Personal Communication with Mr. R. B. Gaul, ARII.

    7. Petrie, H., Wilson, P.M. & Smart, E, E.: Jet Pumping Oil Veils - Design Theory. Hardware

    Options and Application Considerations, part 1-3, World Oil, Nov. 83-Jan. 84.

    8. Petrie, H., Wilson, P.M. & Smart, E. E., The Theory, Hardware and Application of the Current

    Generation of Oil Well Jet Pumps. Southwestern Petroleum Course, Dept. of P. E., Texas Tech.

    Univ., Lubbock, 1983.

    9. Wilson, P.M., Introduction to Hydraulic Pumping, Kobe Inc., 1976.

    10. Winkler, H. W., Design of Artificial Lift for High Rate Production. OGCI, 1980.

    11. Zaba, J. & Doherty, W. T., Practical Petroleum Engineers Handbook. 5th. Ed., Gulf Publ. Co.,

    Houston, 1970.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 5 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    5. DAFTAR SIMBOL An = Luas nozzle, in2

    As = Luas annulus throat (At - An), in2

    Asm = Luas annulus throat agar tak terjadi cavitasi, in2

    At = Luas throat, in2

    D = Kedalaman vertikal sumur, ft

    D1 = Diameter dalam casing atau tubing, in

    D2 = OD pipa tubing didalam pipa lain untuk aliran annulus

    Eff = Effisiensi pompa jet

    Gd = Gradient fluida campuran yang kembali, psi/ft

    GLR = Gas liquid ratio pada aliran kembali, SCF/STB

    Gn = Gradient power fluid, psi/ft

    Go = Gradient minyak produksi, psi/ft

    GOR = Gas-oil ratio, SCF/STB

    Gs = Gradient fluida produksi (suction), psi/ft

    Gw = Gradient air, psi/ft

    HP = Daya kuda (horse power), hp

    Kn = Koeffisien geser pada nozzle

    Ktd = Koeffisien geser pada Throat-diffuser

    L = Panjang tubing, ft

    M = Dimensionless mass flow ratio

    N = Dimensionless pressure recovery ratio

    Pd = Tekanan discharge pompa, psi

    Pf = Kehilangan tekanan karena friksi di anulus atau tubing, psi/ft

    Pfn = Kehilangan tekanan karena friksi power fluid, psi/ft

    Pf = Kehilangan tekanan karena friksi didischarge (pipa kembali), psi/ft

    Pn = Tekanan pada lubang masuk nozzle, psi

    Ps = Tekanan lubang masuk (suction) fluida produksi, psi

    Pt = Tekanan pemukaan power fluid (triplex), psi

    Pwh = WHP = THP = tekanan kepala sumur dipipa produksi, psi

    Qd = Laju aliran pada discharge pompa, B/D

    Qg = Laju aliran gas melalui pompa, B/D

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 6 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Qn = Laju aliran di nozzle, B/D

    Qs = Laju aliran di suction (lubang masuk pompa, B/D)

    Qsc = Laju aliran produksi maksimum tanpa kavitasi, B/D

    R = perbandingan luas nozzle terhadap luas throat, tanpa dimensi

    WC = Kadar air, fraksi

    WCD = Water cut pada aliran balik kepermukaan, fraksi

    d = Viskositas f luida campuran, cp

    o = Viskositas minyak, cp

    w = Viskositas air, cp

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 7 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    6. LAMPIRAN 6.1 LATAR BELAKANG

    Pompa Jet (Jet Pump = JP) telah dikembangkan sejak tahun 1930-an. Jet Pump cukup

    populer akhir-akhir ini untuk pompa air di rumah-rumah atau industri kecil maupun besar. Di

    dalam industri perminyakan penggunaan pompa jet dimulai sejak tahun 70-an, yaitu setelah

    dilakukan percobaan penggunaan secara serentak di California, West Texas dan New Mexico. Di

    Indonesia pompa jet telah digunakan di Kalimantan. Ada tiga pabrik pembuat pompa jet untuk

    industri perminyakan yaitu Armco Packed Pump (National), Kobe, dan Guiberson, namun yang

    bertahan hingga kini adalah Armco Packed Pump (National).

    Untuk operasi Jet Pump, tersedia 2 jenis sistem power fluid, yaitu:

    a. CPF (close power fluid), di mana power fluid yang mengalir kembali ke permukaan terpisah

    dari fluida produksi. Sistim ini hanya bisa dilakukan untuk pompa piston hidrolik.

    b. OPF (open power fluid), di mana power fluid bercampur dengan fluida produksi dan

    sebagian dari campuran ini akan diproses dan dibersihkan dan sebagian kembali ke tanki

    penyimpan power fluid untuk diinjeksikan kembali ke sumur-sumur. Sistem OFF dapat

    untuk pompa piston hidrolik maupun jet.

    JP mempunyai waktu operasi yang cukup lama bila dirancang dengan tepat, selain itu

    biaya operasinya rendah dan tidak mudah rusak karena tidak ada bagian-bagian yang bergerak.

    Oleh karena itu dapat digunakan pada sumur-sumur yang sedikit mengalami masalah pasir. Pada

    beberapa keadaan, pompa jet digunakan untuk sumur yang baru diproduksikan, dan setelah

    produksi bersih dari padatan-padatan, pompa jet diganti ke pompa piston hidrolik. Pompa Jet

    umumnya merupakan free pump sehingga mudah diangkat ke permukaan untuk perbaikan atau

    penggantian.

    Adanya gas bahkan dapat membantu aliran fluida ke permukaan, karena dapat

    memperkecil kehilangan tekanan aliran pada waktu fluida kembali ke permukaan. GOR

    maksimal yang diharapkan sekitar 400 - 500 SCF/STB, tanpa mengurangi efisiensi pompanya.

    Laju produksi yang dihasilkan biasanya antara 100 - 600 B/D (Armco akhir-akhir ini telah

    merancang pompa berukuran 12000 B/D). Daya kuda pompa di permukaan adalah 6 - 20 HP dan

    kedalaman pemasangan pompa dibawah permukaan sampai kedalaman 8000 ft. Pada beberapa

    instalasi jet pump, penggunaannya dapat dipertukarkan dengan PHP (pompa piston hidrolik).

    Pompa jet mempunyai dua kekurangan, yaitu membutuhkan daya kuda yang relatif lebih

    besar dari pada pompa lainnya, sehingga efisiensi rendah (hanya 25 - 35 %) dan untuk

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 8 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    menghindari terjadinya kavitasi dibutuhkan penenggelaman pompa yang cukup dalam atau

    diupayakan tekanan isap cukup besar.

    Prinsip kerja pompa ini adalah berdasarkan transfer momentum antara dua fluida, dimana

    fluida bertekanan tinggi dipompakan (dengan menggunakan pompa di permukaan) melewati

    nozzle, dan akan bercampur dengan fluida produksi di pipa pencampur, throat, seperti

    ditunjukkan pada Gambar 4, sehingga pada titik keluar nozzle dihasilkan kecepatan yang tinggi

    (Jet), yang akan merubah energi potensial menjadi energi kinetis. Dengan bercampurnya power

    fluid dengan fluida produksi maka momentum dipindahkan ke fluida produksi sehingga

    energinya akan meningkat. Dengan melewatkan campuran tersebut melalui diffuser (pipa melebar

    dengan sudut sekitar 6) maka akan terjadi penurunan kecepatan dan sebagian diubah kembali

    menjadi energi potential (tekanan) yang cukup untuk mengalirkan campuran fluida tersebut ke

    permukaan.

    Ukuran dan bentuk nozzle dan throat mempengaruhi laju alir, sedangkan luas nozzle dan

    luas throat mempengaruhi head yang terjadi. Makin besar perbandingan luas nozzle terhadap

    throat maka makin besar head yang bisa didapat karena laju produksi yang didapat berkurang,

    dan ini berarti makin besar energi (momentum) yang bisa diserap oleh sejumlah fluida produksi

    tadi. Keadaan ini cocok untuk kedalaman pompa yang relatif dalam dengan laju produksi rendah.

    Apabila perbandingan nozzle terhadap throat berkurang, maka luas daerah masuknya fluida

    produksi lebih besar, dan ini berarti relatif lebih sedikit momentum yang bisa dipindahkan, yang

    berarti pula laju produksi besar tetapi head kecll. Pompa jet ini sesuai untuk sumur dengan

    dangkal dengan laju produksi relatif besar.

    Memproduksikan dengan laju besar tetapi nozzle besar akan menyebabkan kehilangan

    tekanan akibat geseran di lubang masuk sangat besar, dan sebaliknya memproduksikan dengan

    laju kecil tetapi lubang masuk besar (suction besar, nozzle kecil) dapat menyebabkan turbulensi

    pada throat karena jet yang sangat cepat, sehingga keadaan ini tidak effisien.

    Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan pengangkatan buatan

    menggunakan pompa jet. Selain hal tersebut di atas, faktor lain yang harus diperhatikan pula

    adalah kavitasi (cavitation), yaitu keadaan di mana kecepatan fluida yang masuk terlalu cepat,

    sehingga tekanan turun di bawah tekanan titik gelembung (bubble point pressure), sehingga

    gelembung gas yang keluar dari larutan akan mengakibatkan getaran (shock wave) yang dapat

    mengikis dinding throat. Kerusakan pompa dapat terjadi dalam waktu relatif singkat (beberapa

    jam atau beberapa hari saja setelah kejadian tersebut).

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 9 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Karena ukuran throat dan nozzle bermacam-macam, maka diperlukan grafik ulah

    (performance curves) pompa jet dalam jumlah yang banyak. Untuk mengatasi hal ini Gosline dan

    O'Brien telah menurunkan beberapa persamaan untuk kelakuan jet pump, yang selanjutnya

    dikembangkan oleh Cunningham. Dengan persamaan-persamaan ini, dan dengan mengetahui

    geometri pompanya, maka kelakuan jet pump tersebut dapat ditentukan. Persamaan-persamaan

    yang diturunkan tanpa dimensi, dapat digunakan untuk setiap ukuran pompa. Oleh karena selama

    operasi harga Reynold Number cukup besar, maka pengaruh viskositas dapat diabaikan.

    Atas dasar persamaan energi dan momentum untuk nozzle, suction throat dan diffuser,

    diturunkan persamaan-persamaan (13) dan (14). Gambar 2 menunjukkan suatu kurva

    performance tak berdimensi N terhadap M, dimana M dari persamaan (13) dan N dari persamaan

    (15). Grafik ini adalah untuk pompa National, dengan jumlah ratio untuk 6 kemungkinan,

    sehingga terdapat 6 grafik. Untuk Kobe terdapat 6 grafik dan untuk Guiberson 50 grafik. Untuk

    Kobe dan Guiberson grafik dapat digambarkan sendiri dengan bantuan persamaan-persamaan

    tersebut di atas. Harga N dapat juga diperoleh dengan cara perhitungan, apabila diketahui harga

    Ktd, Kn, M dan R. Pada grafik Gambar 2, harga harga Ktd sebesar 0,20 dan Kn 0,03.

    Untuk effisiensi maksimum 33% pada gambar tersebut diperoleh produksi sekitar 700

    B/D. Sesuai dengan gambar tersebut, setiap ukuran pompa atau setiap viskositas fluida dapat

    menghasilkan efisiensi besar atau kecil. Harga N terhadap M pada gambar tersebut diberikan

    bersama-sama efisiensinya, yaitu Ef terhadap M. Setiap harga R mempunyai efisiensi maksimum.

    Setiap grafik menyatakan keadaan tanpa kavitasi untuk pompa National.

    Jet pump mempunyai ukuran antara 4' - 20'. Kobe, National dan Guiberson mempunyai

    banyak kombinasi ukuran nozzle dan throat. Kenaikan luas nozzle dan throat untuk pompa Kobe

    dan National mengikuti perbandingan yang meningkat secara geometris.

    Faktor peningkatan ini untuk pompa Kobe adalah 1,29155 dan untuk National adalah 4/

    = 1,27324. Pada pompa Guiberson peningkatan ukuran luas nozzle dan throat mengikuti faktor

    geometris tertentu sehingga mempunyai lebih banyak pilihan. Tabel 1 memperlihatkan

    bermacam-macam ukuran luas nozzle dan throat untuk ketiga perusahan tersebut. Pada pompa

    National dan Kobe kombinasi nozzle dan throat mempunyai perbandingan luas R yang tetap,

    yaitu luas nozzle terhadap throat untuk pompa National adalah tetap 0,380 dan untuk pompa

    Kobe 0,4. Perbandingan ini disebut 'A'. Untuk throat yang lebih besar berikutnya, perbandingan

    ini disebut B, C, D dan E sedang yang lebih kecil dari A disebut X atau - A.

    Misalnya kombinasi 11-B untuk National berarti luas nozzle 0,0271 in2 dan luas throat

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 10 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    0,0910 in2. Sedang kombinasi 6 - X berarti luas nozzle 0,0081 dan throat 0,0167. Perbandingan

    luasnya adalah 0,483 (lihat Tabel 1).

    Perbandingan luas untuk pompa Guiberson dapat dilihat pada Tabel 2. Perbandingan ini

    tidak tetap yaitu, 0,20 - 0,40, 0,42, 0,44 - 0,48, 0,59, 0,61 - 0,63 - 0,66, 0,68 - 0,69, 0,71 - 0,72,

    0,74, 0,77, 0,86, 0,92, sehingga sulit untuk mendapatkan rumus untuk k yang ringkas. Pada

    Giuberson kombinasi E-10 berarti luas nozzle 0,0241 in2 dan throat 0,0962 in2 (lihat Tabel 1).

    Selisih luas 0,0721 in* dan perbandingan luas R = 0,0241/0,0962 = 0,25 (lihat Tabel 2).

    Untuk Kobe dan National, perbandingan luas R untuk bermacam-macam kombinasi luas

    nozzle dan throat masing-masing ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4. Harga R yang paling umum

    adalah antara 0,235 - 0,4. Pompa dengan R lebih besar dari 0,4 kadang-kadang digunakan untuk

    sumur dalam dengan net lift besar atau untuk keadaan di mana tekanan kerja pompa atas tanah

    (triplex) relatif kecil. Pompa dengan R lebih kecil dari 0,235 diperuntukan bagi sumur-sumur

    dangkal atau untuk keadaan di mana tekanan dasar alir sumur, Pwf, kecil dan laju produksi besar.

    Kombinasi dengan R kecil ini diperlukan agar tak terjadi kavitasi.

    Pada Gambar 2 terlihat bahwa grafik karakteristik untuk perbandingan luas R yang lebih

    besar juga menunjukkan harga N, yang lebih besar pula daerah efisiensi maksimumnya. Karena N

    adalah ukuran kenaikan tekanan fluida produksi, maka R yang lebih besar adalah untuk

    kebutuhan net lift besar tetapi laju produksi lebih kecil dari laju alir power fluid (M < L) dan R

    yang kecil untuk kebutuhan head kecil tetapi laju produksi lebih besar dari laju alir power

    fluidanya (M > 1).

    Konstruksi pompa dapat didisain sedemikian sehingga sebelum masuk ke suction, fluida

    produksi dapat mengalir langsung masuk pompa (Type A) atau di luar pompa (Type B). Ukuran

    type B lebih besar dari type A.

    6.2 CONTOH PERHITUNGAN

    Diketahui :

    Dari suatu sumur diketahui data sebagai berikut:

    Casing 7" (26 lb/ft)

    Tubing 2 1/2 in nominal

    Kedalaman pompa = 7000 ft

    Tekanan statik = 1600 psi

    Tekanan aliran (intake) pompa = 800 psig @ 7000 ft (dari IPR).

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 11 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Laju produksi = 800 STBPD

    WC = 0 %

    GOR = 7 SCF/STB

    WHP = 100 psi

    Tekanan triplex = 3500 psi

    SG minyak produksi = SG minyak power fluid = 0,85

    Viskositas minyak = 45 SSU

    Pompa bawan permukaan yang diambil adalah pompa National dengan kombinasi 9-A

    dan tekanan triplex 3500 psi.

    Ditanyakan :

    Lakukan perencanaan pompa jet untuk sumur tersebut (tentukan Pt, Qsc dan HP).

    Jawab:

    1. Hitung Asm (pers. 1)

    368.085.0433.0433.0 === gs SftpsiG

    ( )s

    c

    s

    sssm P

    GORWPGQA

    246501

    6911

    +=

    in 243.0800368.0

    6911

    =

    2. Untuk National 9-A, diperoleh. :

    As = 0,0274 dari Tabel 4

    An = 0,0167 dari Tabel 1

    At = 0,0441

    3. Pt = 3500 psi

    4. Qn diandaikan = 0,0 yaitu untuk memudahkan memperkirakan harga Pn.

    Pfn = 0

    07000433.085.03500 +=+= DPDGPP fnntn

    ftpsiPn 7000@6076=

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 12 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    5. BPDG

    PPAQn

    snnn 1663368.0

    80060760167.0832832 ===

    Tentukan Pfn, grafik A-l diperoleh Pfn = 12 psi/1000 ft

    368.080059920167.0832 =nQ = 1650 BPD

    (Dibandingkan dengan Qn = 1663 BPD harga Qn ini cukup dekat, sehingga langkah kerja

    dapat diteruskan ke langkan 6).

    6. Qd = Qn + Qs = 1650 + 800 = 2450 BPD

    7. Gs = 0,433 X 0 + (1-0) 0.433 x 0,85

    Gs = 0.368

    8. Gd = 0,368 karena Gs = Gn = 0,368

    9. WCD = 0 (data)

    10. GLR = 800 (1-0) x 7/2450 = 2,2

    11. Langkah ini tidak dilakukan karena GLR < 10

    12. d = o = 45 SSU (anggap = 1 cp untuk memudahkan perhitungan).

    GLR = 2,2 < 10

    13. Pd = Gd x D + Pfd x D + Pwh

    Pfd untuk anulus 7 x 2 adalah 0.5 psi/1000 (gambar 1).Pfd untuk anulus 7" x 21/2 adalah

    0,5 psi /1000 ft (Gambar 1).

    Pd = 0,368 (7000) + 0,5/1000 (7000) +100 = 2680 psi

    14. ( )nn

    s

    ss GQ

    GWCWCP

    GORQM

    +

    += 12.18.21

    485.01650800

    ===

    n

    s

    nn

    ss

    QQ

    GQGQ

    15. N dari grafik Gambar 2 = 0.632

    16. 567.0=

    =dn

    sd

    PPPPN tak sama dengan N = 0.632 (langkah 15)

    Sehingga hitung Pn menggunakan persamaan 17 dan ulangi kembali langkah 5 sampai

    dengan 16.

    ( ) ( ) psiPN

    PPP dsdn 56552680632.08002680

    =+

    =+

    =

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 13 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    - Ulangi langkah 5 sampai dengan 16:

    5. ( ) 1595368.0

    80056550167.0832832 ===n

    snnn G

    PPAQ

    6. Qd = Qn + Qs = 1595 + 800 = 2395 BPD

    Gambar 1. Pfd = 0.5 psi/1000 ft

    13. Pd = Gd x D + Pfd + Pwh = 0, 369 x 7000 + 0, 5 x 7 + 100 = 2680 psi

    14. 502.01595800

    ===n

    s

    QQM

    15. Dari gambar 2 diperoleh N = 0.614

    16. 632.0268056558002680

    =

    =

    =dn

    sd

    PPPPN

    Ternyata perbedaan harga N dari langkah 16 dan 17 masih jauh, sehingga perlu dihitung

    kembali langkah 5 sampai dengan 16.

    57412680614.0

    8002680=+

    =nP

    - Ulangi langkah 5 sampai dengan 16.

    5. 1610368.0

    80057410167.0832 ==nQ

    6. Qd = 1616 + 800 = 2410

    13. Pd = 2680

    14. M = 800/1610 = 0.496

    15. Dari Gambar 2 diperoleh. N = 0,619

    16. 614.0268057418002680

    =

    =N

    Perbedaan antara N langkah 15 dan N langkah 16 adalah = 0,8 %, hitung kembali Pn dan

    ulangi langkah 5 sampai dengan 16.

    57172680619.0

    8002680=+

    =nP

    - Ulangi langkah 5 sampai dengan 16:

    5. 1606368.0

    80057170167.0832 ==nQ

    6. Qd = 1606 + 800 = 2406

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 14 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    13. Pd = 2680

    14. M = 800 / 1606 = 0.498

    15. Dari Gambar 2 diperoleli N = 0.618

    16. 619.0268057418002680

    =

    =N

    N langkah 15 dan 16 hanya brbeda 0.16 % yaitu < 0.5 %, lanjutkan ke langkan 17.

    17. 57172680619.0

    8002680=+

    =nP

    18. Pt = Pn - (Gn x D) + Pfn x D = 5717 - 0,386 x 7000 + 11,5 x 7 = 3222 psi (tekanan

    pompa atas tanan (triplex) yang diperlukan < 3500 psi, dengan demikian pompa yang

    dipilih telah sesuai dengan kebutuhan.

    19. ( ) dbA

    AAQQam

    ntssc /8008840248.0

    0167.00441.0800)( >===

    Dengan demikian laju produksi masih di bawan laju kritis, seningga persyaratan terpenuni.

    20. HPPRQHP n 7.9752910

    3222160652910

    =

    =

    =

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 15 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    6.3 GAMBAR DAN TABEL YANG DIGUNAKAN

    Gambar 1. KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA DAN ANULUS

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 16 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Gambar 2. DIMENSIONLESS CHARACTERISTICS CURVES (pompa National)

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 17 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Gambar 3. INSTALASI PERMUKAAN POMPA JET

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 18 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Gambar 4. POMPA JET DAN ALAT BAWAH PERMUKAAN

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 19 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 1

    NOZZLE dan THROAT

    KOBE NATIONAL GUIBERSON

    Nozzle Throat Nozzle Throat Nozzle Throat

    # Area # Area # Area # Area # Area # Area

    1. 0.0024. 1. 0. 0060 1. 0. 0024 1. 0. 0064 DD 0. 0016 000 0.0048

    2. 0.0031 2. 0. 0077 2. 0. 0031 2. 0. 0081 CC 0. 0028 00 0.0071

    3. 0.0040 3. 0. 0100 3. 0. 0039 3. 0. 0104 BB 0. 0038 0 0.0104

    4. 0.0052 4. 0. 0129 4. 0. 0050 4. 0. 0131 A 0. 0055 1. 0.0143

    5. 0.0067 5. 0. 0167 5. 0. 0064 5. 0. 0167 B 0. 0095 2. 0.0189

    6. 0.0086 6. 0. 0215 6. 0. 0081 6. 0. 0212 C 0. 0123 3. 0.0241

    7. 0.0111 7. 0. 0278 7. 0. 0103 7. 0. 0271 D 0. 0177 4. 0.0314

    8. 0.0144 8. 0. 0359 8. 0. 0131 8. 0. 0346 E 0. 0241 5. 0.0380

    9. 0.0186 9. 0. 0464 9. 0. 0167 9. 0. 0441 F 0. 0314 6. 0.0452

    10. 0.0240 10. 0. 0599 10. 0. 0212 10. 0. 0562 G 0. 0452 7. 0.0531

    11. 0.0310 11. 0. 0774 11. 0. 0271 11. 0. 0715 H 0. 0661 8. 0.0661

    12. 0.0400 12. 0. 1000 12. 0. 0344 12. 0. 0910 I 0. 0855 9. 0.0804

    13. 0.0517 13. 0. 1292 13. 0. 0441 13. 0. 1159 J 0. 1257 10. 0.0962

    14. 0.0668 14. 0. 1668 14. 0. 0562 14. 0. 1476 K 0. 1590 11. 0.1195

    15. 0.0863 15. 0. 2154 15. 0. 0715 15. 0. 1879 L 0. 1963 12. 0.1452

    16. 0.1114 16. 0. 2783 16. 0. 0910 16. 0. 2392 M 0. 2463 13. 0.1772

    17. 0.1439 17. 0. 3594 17. 0. 1159 17. 0. 3046 N 0. 3117 14. 0.2165

    18. 0.1858 18. 0. 4642 18. 0. 1476 18. 0. 3878 P 0. 3848 15. 0.2606

    19. 0.2400 19. 0. 5995 19. 0. 1879 19. 0. 4938 16. 0.3127

    20. 0.3100 20. 0. 7743 20. 0. 2392 20. 0. 6287 17. 0.3750

    21. 1. 0000 18. 0.4513

    22. 1. 2916 19. 0.5424

    23. 1. 6681 20. 0.6518

    24. 2. 1544

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 20 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Nozzle Throat R Nozzle Throat R

    N N-l 0.517 A- N N-l 0.483 X

    N N 0.400 A N N 0.380 A

    N N+l 0.310 B N N+l 0.299 B

    N N+2 0.240 C N N+2 0.235 C

    N N+3 0.186 D N N+3 0.184 D

    N N+4 0.144 E N N+4 0.145 E

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 21 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 2

    GUIBERSON RATIOS THROAT ANNULUS AREAS (IN)

    Nozzle DD Throats

    R AS

    000 0.36 0.0028

    00 0.22 0.0056

    CC Throats R AS

    000 0.64 0.0016

    00 0.40 0.0043

    0 0.27 0.0076

    1 0.20 0.0115

    BB Throats R AS

    00 0.54 0.0032

    0 0.37 0.0065

    1 0.27 0.0105

    2 0.20 0.0150

    A Throats R AS

    0 0.53 0.0048

    1 0.39 0.0088

    2 0.29 0.133

    3 0.23 0.0185

    B Throats R AS

    0 0.92 0.0009

    1 0.66 0.0048

    2 0.50 0.0094

    3 0.40 0.0145

    4 0.30 0.0219

    5 0.25 0.0285

    6 0.21 0.357

    C Throats R AS

    1 0.86 0.0020

    2 0.65 0.0066

    3 0.51 0.0118

    4 0.39 0.191

    5 0.32 0.0257

    6 0.27 0.0330

    7 0.23 0.0406

    D Throats R AS

    3 0.74 0.0064

    4 0.56 0.0137

    5 0.46 0.0203

    6 0.39 0.0276

    7 0.33 0.0354

    8 0.27 0.0484

    9 0.22 0.0628

    E Throats R AS

    4 0.77 0.0074

    5 0.63 0.0140

    6 0.53 0.0212

    7 0.45 0.0290

    8 0.36 0.0420

    9 0.30 0.0564

    10 0.25 0.0722

    11 0.20 0.0954

    F Throats R AS

    6 0.69 0.0138

    7 0.59 0.0217

    8 0.46 0.0346

    9 0.39 0.0490

    10 0.33 0.648

    11 0.26 0.0880

    12 0.22 0.1138

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 22 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 2 (lanjutan)

    GUIBERSON RATIOS THROAT ANNULUS AREAS (IN)

    Nozzle G Throats

    R AS

    8 0.58 0.0208

    9 0.56 0.0352

    10 0.47 0.0510

    11 0.38 0.0742

    12 0.31 0.1000

    13 0.26 0.1320

    14 0.21 0.712

    H Throats R AS

    10 0.69 0.0302

    11 0.55 0.0534

    12 0.45 0.0792

    13 0.37 0.1112

    14 0.30 0.1504

    15 0.25 0.1945

    16 0.21 0.2467

    I Throats R AS

    11 0.72 0.0339

    12 0.59 0.0597

    13 0.48 0.0917

    14 0.40 0.1309

    15 0.33 0.1750

    16 0.27 0.2271

    17 0.23 0.2895

    J Throats R AS

    13 0.71 0.0515

    14 0.58 0.0908

    15 0.48 0.1349

    16 0.40 0.1871

    17 0.34 0.2493

    18 0.28 0.3256

    19 0.23 0.4167

    K Throats R AS

    15 0.61 0.1015

    16 0.51 0.1537

    17 0.42 0.2160

    18 0.35 0.2922

    19 0.29 0.3833

    20 0.24 0.4928

    L Throats R AS

    16 0.63 0.1164

    17 0.52 0.1787

    18 0.44 0.2549

    19 0.36 0.3460

    20 0.30 0.4555

    M Throats R AS

    17 0.66 0.1287

    18 0.55 0.2050

    19 0.45 0.2961

    20 0.38 0.4055

    N Throats R AS

    18 0.69 0.1395

    19 0.57 0.2306

    20 0.48 0.3401

    P Throats R AS

    19 0.71 0.1575

    20 0.59 0.26703

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 23 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 3

    KOBE

    NOZZLE THROAT ANNULUS AREA (IN2)

    A- A B C D E

    1 0. 0036 0. 0053 0. 0076 0. 0105 0. 0143

    2 0. 0029 0. 0046 0. 0069 0. 0098 0. 0136 0. 0184

    3 0. 0037 0. 0060 0. 0089 0. 0127 0. 0175 0. 0231

    4 0. 0048 0. 0077 0. 0115 0. 0164 0. 0227 0. 0308

    5 0. 0062 0. 0100 0. 0149 0. 0211 0. 0293 0. 0397

    6 0. 0080 0. 0129 0. 0192 0. 0273 0. 0378 0. 0515

    7 0. 0104 0. 0167 0. 0248 0. 0353 0. 0488 0. 0663

    8 0. 0134 0. 0216 0. 0320 0. 0456 0. 0631 0. 0856

    9 0. 0174 0. 0278 0. 0414 0. 0589 0. 0814 0. 1106

    10 0. 0224 0. 0360 0. 0534 0. 0760 0. 1051 0. 1428

    11 0. 0289 0. 0464 0. 0690 0. 0981 0. 1358 0. 1840

    12 0. 0374 0. 0599 0. 0891 0. 1268 0. 1749 0. 2382

    13 0. 0483 0. 0774 0. 1151 0. 1633 0. 2265 0. 3076

    14 0. 0624 0. 1001 0. 1482 0. 2115 0. 2926 0. 3974

    15 0. 0806 0. 1287 0. 1920 0. 2731 0. 3780 0. 5133

    16 0. 1036 0. 1668 0. 2479 0. 3528 0. 4881 0. 6629

    17 0. 1344 0. 2155 0. 3203 0.4557 0. 6304 0. 8562

    18 0. 1735 0. 2784 0. 4137 0. 5885 0. 8142 1. 1058

    19 0. 2242 0. 3595 0. 5343 0. 7600 1. 0516 1. 4282

    20 0. 2896 0. 4643 0. 6901 0. 9817 1. 3583 1. 8444

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 24 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 4

    NATIONAL

    NOZZLE THROAT ANNULUS AREA (IN2)

    X A B C D E

    1 0.0040 0.0057 0.0080 0.0108 0.0144

    2 0.0033 0.0050 0.0073 0.0101 0.0137 0.0183

    3 0.0042 0.0065 0.0093 0.0129 0.0175 0.0233

    4 0.0054 0.0082 0.0118 0.0164 0.0222 0.0296

    5 0.0068 0.0104 0.0150 0.0208 0.0282 0.0277

    6 0.0087 0.0133 0.0191 0.0265 0.0360 0.0481

    7 0.0111 0.0169 0.0243 0.0338 0.459 0.0612

    8 0.0141 0.0215 0.0310 0.0431 0.0584 0.0779

    9 0.0179 0.0274 0.0395 0.0543 0.743 0.0992

    10 0.0229 0.0350 0.0503 0.0698 0.0947 0.1264

    11 0.0291 0.0444 0.0639 0.0888 0.1205 0.1608

    12 0.0369 0.0564 0.0813 0.1130 0.1533 0.2046

    13 0.0469 0.0718 0.1035 0.1438 0.1951 0.2605

    14 0.0597 0.0914 0.1317 0.1830 0.2484 0.3316

    15 0.0761 0.1164 0.1677 0.2331 0.3163 0.4223

    16 0.0969 0.1482 0.2136 0.2968 0.4028 0.5377

    17 0.1234 0.1888 0.2720 0.3779 0.5128

    18 0.1571 0.2403 0.3463 0.4812

    19 0.2000 0.3060 0.4409

    20 0.2546

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 25 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 5

    ANALISIS GEJALA KERUSAKAN DAN TINDAKAN TRIPLEX DI PERMUKAAN

    GEJALA PENYEBAB

    TINDAKAN

    1. Triplek bekerja, getaran

    atau pukulan di pipa dan

    aliran bergelombang di

    dalam pipa masuk ke

    triplek.

    a. Lubang masuk terhalang

    oleh kotoran, endapan

    scale dan lain-lain.

    b. Klep masuk tertutup

    sebagian.

    c. Pengukur, filter, check

    valve dan lain-lain tidak

    terbuka penuh atau agak

    buntu.

    d. Pipa belok-90o atau aliran

    bertelok-900 di cabang

    pipa.

    e. Udara masuk ke aliran

    melalui gasket yang

    bocor atau stem-klep.

    f. Udara atau uap terjebak

    di lubang masuk.

    g. Aras cairan di tanki isap

    a. Hilangkan halangan

    tersebut.

    b. Periksa dan buka lebar-

    lebar.

    c. Bersihkan/buka

    sepenuhnya.

    d. Usahakan perubahan bila

    mungin.

    e. Keraskan sambungan

    atau ganti gasket dan

    klep.

    f. Usahakan untuk

    menghilangkan pipa

    bengkok menonjol ke

    atas dan beris kesempatan

    agar udara/gas bisa bebas

    mengalir.

    g. Tingkatnya suplai dan

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 26 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    triplex terlalu rendah.

    h. Penahan getaran (suction

    dampener) tidak bekerja.

    i. Rusaknya klep triplex

    dan putusnya pir.

    j. Masuknya gas/udara di

    lubang masuk.

    k. Pipa isap tidak cukup

    besar.

    l. Bocor pada klep relief

    (klep pengaman) ke arah

    aliran balik ke lubang isap

    triplex.

    m. Adanya by pass ke pipa

    masuk.

    n. Plunger patah.

    o. Rusaknya penyambung

    pasang switch untuk

    menghentikan pompa

    secara otomatis.

    h. Periksa dan betulkan.

    i. Periksa dan

    betulkan/ganti.

    j. Pasang pemisah gas (gas

    booth/scruber). Lubang

    masuk Harus bertekanan

    minimal 5 psi.

    k. Ganti dengan pipa yang

    lebih besar dari pada

    lubang masuk triplex.

    l. Aliran balik harus

    dikembalikan ke bak

    pengumpul, bukan ke

    pipa lobang isap.

    m. Pindahkan by pass ke

    tanki suplai, bukan pipa

    masuk.

    n. Putar plunger pompa

    dengan tangan dan ganti

    bila terbukti patah.

    o. Periksa dan ganti, cek

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 27 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    2. Triplex bekerja,

    getaran/pukulan di lubang

    keluar triplex.

    3. Triplex bekerja, klep cepat

    aus.

    (cross -headpin) batang

    isap triplex.

    a. Rusaknya penyambung

    batang isap triplex.

    b. Rusaknya lager (bearing)

    utama.

    c. Sambungan ke plunger

    terlepas baik di baik di

    pipanya atau

    crossheadpin.

    a. Kavitasi (masuknya gas

    dan gelembung pecah di

    dalam triplex).

    b. Fluida (power fluid)

    membawa penyebab karat.

    c. Fluida abrasif, sehingga

    menggores dinding

    minyak pelumas yang di

    dipakai.

    a. Periksa dan ganti

    seperlunya isap triplex.

    Cek minyak pelumas

    yang dipakai dan aras

    cairan.

    b. Periksa dan ganti

    seperlunya. Cek minyak

    pelumas dan aras

    cairannya.

    c. Periksa dan

    keraskan/ganti.

    a. Perlu diberi suplai cukup

    pada lubang masuk

    triplex.

    b. Beri zat kimia.

    c. Hilangkan padatan di

    cairan.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 28 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    4. Triplex bekerja, gasket

    (seal) di plunger rusak.

    5. Triplex berhenti, ulir

    pengikat dari plunger sle-

    eve ke mandrel patah.

    6. Triplex bekerja, turunnya

    tekanan atau volune power

    fluid yang nenuju sumur.

    pipa/triplex.

    a. Adanya cairan di power

    fluid.

    b. Salah pasang

    Adanya beban berlebihan

    karena kotoran, atau salah

    ukuran dan salah pasang.

    (Patahnya ulir adalah

    otomatis agar tidak terjadi

    kerusakan lebih jauh).

    a. Tercemari fluida produksi

    (Di By-pass).

    b. Ada udara di pipa.

    c. Meteran tidak teliti.

    a. Periksa dan analisa kadar

    padatan dan jenisnya.

    (Maksimum padatan 15

    mikron untuk minyak dan

    10 mikron untuk air

    sebagai power-fluid)

    b. Perlu diikuti cara

    pemasangan yang benar.

    Plunger dan Liner Harus

    pas untuk pelumasan dan

    bebas udara.

    Periksa dan betulkan, periksa

    juga pelumasan dan padatan

    di power fluid.

    a. Perbaiki

    b. Lepaskan udara

    tersebut (bleed-off).

    c. Periksa dan betulkan atau

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet

    Halaman : 29 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    d. Kavitasi karena

    penyambung pipa masuk

    tidak benar, penyempitan

    pipa masuk dan

    masuknya gas.

    e. Klep rusak dan bocor.

    f. Rusaknya plunger dan

    liner.

    g. Penurunan kecepatan

    penggerak mula (prime-

    mover).

    ganti.

    d. Periksa dan perbaiki.

    e. Ganti

    f. Ganti

    g. Periksa apakah ada

    kenaikan keperluan daya

    atau persoalan di bahan

    bakar atau naiknya

    temperatur dan lain-lain,

    Pertaiki kondisi di atas.