01_bab 1 pendahuluan fa.doc

11
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis CV. CIPTA PERSADA NUSANTARA BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan merupakan wadah/ruang untuk mengakomodasikan kegiatan perkotaan yang selalu berkembang dengan kedinamisan-nya. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup permukiman dan perumahan, jasa dan perdagangan, perkantoran pemerintah dan swasta, industri, pendidikan dan fasilitas sosial dan umum lainnya. Seluruh kegiatan perkotaan yang berkembang secara terus menerus ini bersifat kompetitf dalam penggunaan ruang yang ada, sehingga seringkali terjadi konversi guna lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya, seperti lahan pertanian dan perkebunan menjadi permukiman dan perumahan penduduk, menjadi ruang fasilitas sosial dan umum, menjadi kawasan industri dan seterusnya akan menjadi dan menjadi. Sementara itu, kebutuhan ruang untuk kegiatan perkotaan cenderung terus meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk dan aktivitas-nya, pesatnya perkembangan daerah terbangun termasuk utilitas serta transportasi kota, dan sementara ketersediaan ruang kota tersebut relatif terbatas. Gejala perkembangan dan pertumbuhan kawasan perkotaan seperti ini I - 1

Upload: ecendobe

Post on 16-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

BAGIAN PERTAMA

LAPORAN FAKTA DAN ANALISARevisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis AgrobisnisCV. CIPTA PERSADA NUSANTARA

BAB IP E N D A H U L U A N

1.1 Latar BelakangKawasan perkotaan merupakan wadah/ruang untuk mengakomodasikan kegiatan perkotaan yang selalu berkembang dengan kedinamisan-nya. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup permukiman dan perumahan, jasa dan perdagangan, perkantoran pemerintah dan swasta, industri, pendidikan dan fasilitas sosial dan umum lainnya. Seluruh kegiatan perkotaan yang berkembang secara terus menerus ini bersifat kompetitf dalam penggunaan ruang yang ada, sehingga seringkali terjadi konversi guna lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya, seperti lahan pertanian dan perkebunan menjadi permukiman dan perumahan penduduk, menjadi ruang fasilitas sosial dan umum, menjadi kawasan industri dan seterusnya akan menjadi dan menjadi. Sementara itu, kebutuhan ruang untuk kegiatan perkotaan cenderung terus meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk dan aktivitas-nya, pesatnya perkembangan daerah terbangun termasuk utilitas serta transportasi kota, dan sementara ketersediaan ruang kota tersebut relatif terbatas. Gejala perkembangan dan pertumbuhan kawasan perkotaan seperti ini banyak ditemukan di kawasan perkotaan Indonesia dan salah satunya adalah kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang Berbasis Agribosnis di Kabupaten Morowali.Implikasi kondisi di atas adalah semakin banyaknya kawasan perkotaan dewasa ini (dengan tata jenjangnya) tumbuh dengan tidak teratur dan terencana, sejalan dengan semakin meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan sosial - ekonomi penduduk kawasan tersebut serta adanya kendala dan limitasi fisik lahan kawasan yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, dalam menghadapi persoalan tersebut, maka pengelola kota (pemerintah, swasta dan masyarakat) dapat bertindak lebih arif dan bijaksana dalam memandang serta merencanakan suatu kawasan perkotaan secara komprehensif dan terpadu. Secara ideal perkembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang membutuhkan ruang tersebut perlu diarahkan pada optimasi tata ruangnya dalam interaksi antar elemen-elemen pengisi ruang kawasan, sehingga dapat dicegah adanya benturan-benturan dan overlapping dalam pembangunan maupun hasil-hasilnya yang berimplikasi pada inefisiensi alokasi sumberdaya. Dalam mekanisme perencanaan dan pembangunan perkotaan, aturan kebijaksanaan pemanfaatan ruang selalu berlandaskan pada rencana struktur dan pola tata ruang di atasnya, baik regional maupun nasional (UU No. 26 Tahun 2007; Permendagri No. 1 Tahun 2008; Kepmen Kimpraswil 327/KPTS/M/2002) yang mangharuskan penyusunan rencana dilakukan secara bertahap sesuai dengan esensi dan kedalaman substansi tertentu (misalnya RTRW Nasional, RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten/Kota, RDTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, RTRK Kawasan). Dengan adanya jenjang rencana tersebut diharapkan dapat menjembatani tahap pelaksanaan pembangunan kawasan perkota aan dan kebijaksanaan yang diambil. Komprehensif dan keterpaduan perencanaan melalui koordinasi, sinkronisasi dan integrasi multisektoral, multiaktor dengan menitikberatkan pada pengelolaan aspek keruangan bagi pencapaian keserasian dan optimasi pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi yang tertuang dalam suatu dokumen perencanaan dan telah mendapatkan legalisasi melalui Peraturan Daerah sehingga sifatnya mengikat bagi para pengelola kawasan perkotaan.Penataan ruang kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang berbasis agrobisnis Kabupaten Morowali diharapkan mampu mendorong pemanfaatan ruang yang optimal, lugas, dan tegas dalam pembentukan struktur kawasan perkotaan, serta dinamika kegiatan pembangunan perkotaan bersifat global yang berwawasan lingkungan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat secara menyeluruh, berkeadilan, pelestarian nilai-nilai sosial budaya dan transparansi sebagai salah satu prinsip penting dalam konsep Good Governance (Tata Pemerintahan yang Baik) (UNDP, 2002; UN ESCAP, 2003; TUGI, 2003) yang perlu disepakati sejak tahap awal pada suatu proses penyusunan tata ruang. Tanpa transparansi, maka prinsip-prinsip Good Gevernance lainnya akan sulit diterapkan dengan baik.Sebagai prasyarat untuk menumbuhkan dan meningkatkan peran serta, maka transparansi proses penyusunan rencana tata ruang akan mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam proses tersebut. Dengan adanya peran serta dari masyarakat, maka aspirasi dan kebutuhan masyarakat dapat ditampung dalam penyusunan rencana. Proses ini memberikan pendidikan dan kesadaran kepada masyarakat bahwa mereka perlu turut bertanggung jawab terhadap masa depan lingkungan tempat tinggalnya (kawasan perkotaan) dengan berupaya meningkatkan kualitas rencana tata ruang menjadi lebih baik dan tingkat penerimaan masyarakat (acceptibility) yang lebih tinggi. Peran serta masyarakat yang tinggi perlu disertai dengan diterapkannya prinsip ketanggapan (responsiveness) dari penyusun rencana tata ruang terhadap berbagai masukan. Pihak penyusun rencana bersikap dan bertindak lebih profesional dalam pekerjaannya, karena proses yang mereka lakukan dapat dipantau oleh masyarakat. Proses yang transparan, partisipatif dan tanggap ini akan lebih mudah dipertanggung jawabkan kepada masyarakat, sehingga dengan sendirinya prinsip akuntabilitas juga dapat diterapkan.Jika urutan di atas berjalan sebagaimana diharapkan, maka dengan diawali prinsip transparansi di awal proses penyusunan rencana, pihak penyusun rencana tata ruang dapat menyatakan kepada masyarakat bahwa proses penyusunan rencana telah menerapkan prinsip-prinsip utama Good Governance. Prinsip transparansi juga akan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran, memberdayakan serta meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang. Pada proses penyusunan rencana tata ruang, transparansi diartikan sebagai keterbukaan pihak penyusun (Pemerintah dan Konsultan) kepada masyarakat, baik selama proses penyusunan dan juga kemudahan pihak-pihak yang berminat untuk mengetahui dan memperoleh informasi menganai proses dan produk perencanaannya.Berdasarkan uraian konsep di atas, bagi kami Konsultan menjadi sorotan penting sebagai penilaian dan tanggapan terhadap keseluruhan meteri Kerangka Acuan Kerja (KAK) penyusunan Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis Kabupaten Morowali yang belum menyinggung secara jelas kedudukan tata ruang yang direncanakan, bagaimana bentuk pemanfaatan dan pengendalian tata ruang di dalam kerangka transparansi perlibatan masyarakat di dalam penyusunan rencana tata ruang tersebut.Kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang berbasis agrobisnis sebagai salah satu kawasan strategis di Kabupaten Morowali dalam satu dasa warsa terakhir telah mengalami pertumbuhan relatif cukup pesat, sehingga mendorong terjadinya perubahan fungsi penggunaan lahan yang sering kali tidak dapat terantisipasi dan tidak sejalan dengan pola penggunaan ruang yang telah direncanakan baik di dalam RTRW Kabupaten Morowali. Dalam lingkup internal, kawasan perkotaan Bungku dan KTM diperhadapkan pada berbagai permasalahan yang secara langsung berpengaruh pada upaya perwujudan kawasan perkotaan yang diharapkan, antara lain: urbanisasi, penyediaan lapangan kerja, konflik pemanfaatan ruang (budidaya dan non budidaya), permukiman kumuh dan sanitasi lingkungan. Oleh karena itu, pertumbuhan kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang berbasis agrobisnis diarahkan dengan berpedoman pada rencana rinci yang integral dan terpadu ini, sehingga kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang berbasis agrobisnis akan tumbuh dan berkembang dengan pengawasan dan pengendalian yang lebih manusiawi. Oleh karena itu, kegiatan penyusunan rencana tata ruang dalam bentuk Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis Kabupaten Morowali 2009-2029 diharapkan mampu memenuhi dinamika perkembangan kawasan dan Kabupaten Morowali, sehingga memerlukan pengkajian serta penelahan yang mendalam yang mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development) dan kelestarian lingkungan, berkeadilan dan transparansi menuju terwujudnya Visi dan Misi Kabupaten Morowali.

1.2 Sasaran, Tujuan Dan ManfaatPengembangan ruang kota yang berkaitan dengan penyusunan Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis Kabupaten Morowali didasari pada prinsip menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang dalam bagian-bagian wilayah kota dengan pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan-kegiatan kota dan sistem jaringan jalan kota. Selain itu juga bertujuan untuk membantu penetapan prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan memudahkan penyusunan RTRK pada kawasan tertentu untuk dijadikan pedoman bagi tertib pengaturan ruang secara rinci.

1.2.1 SasaranSasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini, antara lain :a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di kawasan perkotaan;b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antarkawasan perkotaan, serta keserasian pembangunan antarsektor pembangunan;c. Menetapkan tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi kawasan;d. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat di wilayah perkotaan;e. Menyusunan rencana rinci tata ruang kawasan berdasarkan zona-zona peruntukan;f. Penyiapan rencana program, aturan pelaksanaan pembangunan dalam memantapkan ruang bagi kegiatan pembangunan.

1.2.2 TujuanSedangkan tujuan dari penyusunan Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis, meliputi :a. Untuk meningkatkan fungsi dan peranan kawasan perkotaan dalam perimbangan wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan bagian kawasan perkotaan Bungku dan KTM yang ditujukan untuk mendukung fungsi Kota Bungku sebagai pusat pengembangan ibukota Kabupaten Morowali dan sistem pengembangan yang lebih luas Kabupaten Morowali. b. Untuk dapat menciptakan pola tata ruang yang serasi dan optimal, penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tanpa mengabaikan usaha peningkatan kualitas lingkungan kehidupan kota sesuai dengan norma-norma yang berlaku.c. Untuk memberikan kapasitas hukum dalam hal ini pemanfaatan ruang, dengan demikian akan merangsang masyarakat dan pihak swasta (investor) menanamkan modal atau investasi di kawasan perkotaan Bungku dan KTM.

1.2.3 ManfaatManfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penyusunan Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnisa. Sebagai bahan rujukan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan jangka pendek,menengah dan jangka panjang sesuai dengan Visi, Misi, RPJM/P Kabupaten Morowali;b. Sebagai bahan rujukan penyusunan perencanaan kawasan perkotaan yang lebih rinci yakni RTBL/RTR dan Zoning Regulation;c. Sebagai bahan rujukan penetapan alokasi investasi;d. Sebagai bahan rujukan penertiban perijinan lokasi pembangunan;e. Sebagai bahan rujukan kriteria peraturan bangunan setempat;

1.3 Wilayah PerencanaanKawasan perkotaan Bungku dan KTM yang berbasis agrobisnis secara administratif berada di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali. Wilayah perencanaan meliputi beberapa kelurahan dengan luas kawasan perencanaan secara riil akan ditentukan setelah dilaksanakan pengukuran dan kesepakatan dengan pemerintah Kabupaten Morowali.

1.4 Pengertian Revisi RDTR Kota Bungku Dan KTMa. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis merupakan rencana keruangan kawasan perkotaan strategis dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali.b. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kota/kawasan perkotaan secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan.c. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis adalah suatu rencana pemanfaatan ruang wilayah kota yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang dalam rentang waktu 20 tahun ke depan.d. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku dan KTM yang berbasis Agrobisnis merupakan penjabaran yang menetapkan blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.e. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku dan KTM ang berbasis Agrobisnis merupakan kebijaksanaan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.

1.5 DASAR HUKUM Pelaksanaan kegiatan penyusunan Revisi RDTR Kota Bungku dan KTM yang Berbasis Agrobisnis Kabupaten Morowali mengacu kepada peraturan perundangan dan ketentuan teknis tentang penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan, yang antara lain:

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria;2. Undang-undang No. 13 Tahun 1980, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Jalan;3. Undang-undang No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan; 4. Undang-undang No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman;5. Undang-undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;6. Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah;7. Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah;8. Undang-undang No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan;9. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985, tentang Jalan;10. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;11. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000, tentang Tingkat Ketelitian Peta Tata Ruang;12. Permendagri No. 1 Tahun 2008, tentang Penyusunan Rencana Kota;13. Kepmendagri No. 650-658, tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum;14. Kepmendagri No. 147 tahun 2004 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;15. Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan; 16. Inmendagri No. 14 Tahun 1998, tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau;17. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah, Direktorat Pembinaan Program, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tahun 1999; 18. Ketentuan-Ketentuan teknis diterbitkan oleh Dept. Kimpraswil dan Instansi Terkait;19. Rencana Pembangunan Jangka Panjang/Menengah (RPJP/M) Kabupaten Morowali;20. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bungku Tahun 200621. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Tahun 2006

I - 8