00. tarikan napas penghabisan

Upload: sinyalam

Post on 13-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 00. Tarikan Napas Penghabisan

    1/2

    Tarikan Napas Penghabisan

    Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

    Kalau seekor ayam disembelih dan akan mati,ketika dilepas ia akan lari kiankemari sebelum pada akhirnya benar-benar mati. Beberapa waktu yang lalu,penulis mendapat laporan tentang berbagai aktivitas perkumpulan-perkumpulanfundamentalis/ radikal di banyak daerah negeri kita.

    Terutama dalam hal ini apa yang dinamakan Front Pembela Islam (FPI),yangdipimpin orang yang penulis anggap sebagai sesama muslim, Habib MuhammadRizieq. Karena tidak merasa memiliki musuh politik, penulis tidak pernahmenganggap Habib Muhammad Rizieq sebagai musuh politik. Namun,tindakantindakan kelompoknya yang harus ditolak karena membawa senjata danmerusak barang milik orang lain, penulis menilainya melanggar undangundang.

    Karena mengganggu keamanan dan masyarakat, seharusnya organisasi itudibubarkan. Di Semarang, Solo, Tasikmalaya, Tegal, Bogor, Lombok, Padang,dan DKI Jakarta telah terjadi tindak kekerasan atas nama Islam. Inimenunjukkan maraknya langkah-langkah berbagai pihak untuk menghadirkan Islamdalam bentuk yang keras dan brutal.Ini adalah kenyataan yang pahit. Padahal,agama Islam justru seharusnya menentang kekerasan itu sendiri dan menghargaiperbedaan. Kitab Suci Alquran menyatakan "sesungguhnya kalian Ku-Ciptakandalam bentuk lelakiperempuan, dan Ku-jadikan berbangsabangsa dan

    bersuku-suku bangsa untuk saling mengenal" (Inna khalaqnakum min dzakarin wauntsa wa ja'alnakum syu'uban wa qabaila lita'arafu).

    Bahkan fiqh (hukum Islam) menetapkan kaum muslimin diperkenankan menggunakankekerasan hanya kalau terjadi sebuah tindakan saja terhadap dirimereka.Yaitu kalau diusir dari rumah tinggal mereka (idza ukhriju mindiyyarihim). Inilah yang tidak pernah diingat oleh umat yang hanyamengandalkan emosi belaka. Selain itu, jika perkumpulan tersebut tidakdibubarkan, ia menjadi alat ampuh bagi pejabat yang memanfaatkannya.Keberadaan kelompok-kelompok keras yang dipertahankan pihakpihak elitepolitik, akhirnya membuat mereka seolah-olah dibutuhkan masyarakat kita.

    Padahal pada kenyataannya, justru merupakan perkumpulan yang membawa

    pengaruh buruk bagi bangsa kita pada saat ini. Tapi kenyataannya, tidaksetiap pemerintah dan pemimpin politik di negeri kita saat ini memilikikeberanian untuk melawan dan menindaknya. Kalau hal sekecil ini saja sudahtidak dapat kita tegakkan,janganlah bermimpi kita dapat mencapai statussebagai negara besar dan bangsa kuat. Kenyataan inilah yang seharusnya kitaingat dan bukannya ketakutan kita sendiri.

    Namun, tidak lama lagi akan ada orang yang berani mengambil tindakan tegasterhadapnya. Ini hanyalah soal waktu belaka.Jadi kelompok-kelompok tersebutsaat ini seperti sedang "menarik napas penghabisan" yang ujungnya adalah"kematian" kelompok-kelompok keras itu. Tindakan tegas yang diambil bagikelompok itu, selayaknya bukan didasarkan pada rasa benci dan sebagainya,tapi karena undang-undang menghendakinya.

    Di sinilah sebenarnya terlihat perbedaan antara seorang pemimpin dan merekayang tidak memiliki kepemimpinan. Bagi orang yang tidak memahamikepemimpinan, masalah keprihatinan masyarakat bukanlah sesuatu yang harusdiperhitungkan. Inilah sebabnya mengapa penulis artikel ini tidak pernah maumerasa dipimpin orang-orang yang penakut. Tentu saja, bagi sementara pihak,perasaan penulis artikel ini dapat dianggap terlalu subjektif. Namun,penulis beranggapan bahwa subjektivitas itu lahir dari sebuah keprihatinan,dan tidak perlu diganti dengan apa pun. Bukankah ini bagian kecil saja darisebuah proses besar yang sedang berjalan? (*)

  • 7/27/2019 00. Tarikan Napas Penghabisan

    2/2

    Abdurrahman Wahid

    Ketua Dewan Syura DPP PKB