00 pergub tata cara perencanaan 12 desember 2011

23
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. Bahwa dalam rangka perencanaan pembangunan daerah yang transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan guna terselenggaranya tata kelola kepemrintahan yang baik, telah ditetapkan Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat; b. Bahwa untuk pelaksanaan Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli Tahun 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Upload: alex-fauzy

Post on 19-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pergub_Tata_Cara_Perencanaan_12_desember_2011

TRANSCRIPT

  • 1

    Gubernur Jawa Barat

    PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR :

    TENTANG

    PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

    PROVINSI JAWA BARAT

    GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. Bahwa dalam rangka perencanaan pembangunan daerah yang

    transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan guna terselenggaranya tata kelola kepemrintahan yang baik, telah ditetapkan Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat;

    b. Bahwa untuk pelaksanaan Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli Tahun 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

    2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

    3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

    4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

  • 2

    5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

    6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4570);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerinttah Daerah Provinsi dan Pemerrinttah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107;

    16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

  • 3

    Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

    17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);

    18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);

    19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah no. 64))

    M E M U T U S K A N :

    Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah

    sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

    3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

    4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

    5. Organisasi Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah perangkat Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah.

    6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, yang selanjutnya disebut Bappeda adalah OPD yang memiliki tugas pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis perencanaan pembangunan dan penyusunan, serta pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan Daerah.

    7. Kepala Bappeda adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat.

    8. Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah yang selanjutnya disebut Biro Administrasi Pembangunan, adalah OPD yang memiliki tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi fasilitasi, pelaporan, evaluasi dan pengendalian administrasi pembangunan fisik, perekonomian, sosial budaya dan pemerintahan.

  • 4

    9. Perencanaan pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam jangka waktu tertentu.

    10. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

    11. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah daerah dan masyarakat di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

    12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan Daerah dan mengacu kepada RPJP Nasional.

    13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program gubernur dan penyusunannya berpedoman pada RPJPD dengan memperhatikan RPJM Nasional.

    14. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut dengan RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

    15. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan atau tidak.

    16. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang selanjutnya disebut RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah rencana struktur tata ruang provinsi dan kabupaten/kota yang mengatur struktur dan pola tata ruang provinsi dan kabupaten/kota.

    17. Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra OPD, adalah dokumen perencanaan Organisasi Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi OPD serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.

    18. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renja OPD, adalah dokumen perencanaan Organisasi Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

  • 5

    19. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

    20. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

    21. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

    22. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah dan atau Kabupaten/Kota untuk mencapai tujuan.

    23. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh perangkat daerah.

    24. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut Musrenbangda adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan Daerah.

    25. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut Musrenbang Jangka Panjang Daerah adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun RPJP Daerah.

    26. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut Musrenbang Jangka Menengah Daerah adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun RPJM Daerah.

    27. Musyawarah Perencanaan Pembangunan RKPD yang selanjutnya disebut Musrenbang RKPD adalah forum antarpemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun RKPD.

    28. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

    29. Forum Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Forum OPD adalah wadah bersama antarpelaku pembangunan Daerah untuk menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kabupaten/Kota dengan OPD atau gabungan OPD, serta menyusun dan menyempurnakan Renja OPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh OPD yang bersangkutan.

  • 6

    BAB II MAKSUD DA TUJUAN

    Pasal 2 (1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai petunjuk

    pelaksanaan dalam perencanaan pembangunan Daerah sesuai Peraturan daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat.

    (2) Tujuan Peraturan Gubernur ini adalah untuk mewujudkan perencanaan pembangunan Daerah yang dilaksanakan secara : a. Terkoordinasi, terintegrasi, sinkron dan sinergi dalam

    perencanaan pembangunan, baik antarpemangku kepentingan pembangunan, antar daerah, antar ruang, antar waktu, antarfungsi pemerintah dan antar susunan pemerintahan;

    b. Memiliki keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan; dan

    c. Menjamin tercapainya pemanfaatan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

    BAB III PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

    Bagian Kesatu Umum Pasal 3

    (1) Penyusunan perencanaan pembangunanDaerah meliputi : a. RPJP Daerah, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; b. RTRW Provinsi, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. RPJM Daerah, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. Renip Bidang/Sektoral, yang ditetapkan dengan Peraturan

    Gubernur; e. Renstra OPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur; f. RKPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur; g. Renja OPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur;

    (2) Bappeda menyusun RPJP Daerah, RTRW Provinsi, RPJM Daerah, Renip dan RKPD, berkoordinasi dengan OPD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

    (3) OPD menyusun Renstra OPD dan Renja OPD, berkoordinasi dengan Bappeda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 4 (1) Penyusunan perencanaan pembangunan Daerah sebagaimana

    dimaksud pada Pasal 3, dilaksanakan dengan tahapan : a. penyusunan rancangan awal; b. pembahasan atas rancangan awal; dan c. penyusunan rancangan akhir.

    (2) Pembahasan atas rancangan awal RPJP Daerah, RPJMD daerah dan RKPD dilaksanakan melalui : a. Pra Musrenbang dan Musrenbang RPJP Daerah, RPJM Daerah

    dan RKPD; dan b. Forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi

    pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.

  • 7

    (3) Pembahasan atas rancangan awal RTRW Provinsi, renip, renstra OPD dan renja OPD dilaksanakan melalui Forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.

    BAB IV

    TATACARA PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL Bagian Kesatu RPJP Daerah

    Pasal 5 Bappeda Menyusun Rancangan Awal RPJP Daerah dengan tahapan sebagai berikut : a. penyiapan Bahan Masukan bagi penyusun rancangan awal RPJP

    Daerah yang bersumber dari RPJP Nasional dan hasil kajian evaluasi pembangunan selama satu periode sebelumnya serta proyeksi pembangunan selama 20 (dua puluh) tahun;

    b. perumusan visi, misi, arah, tahapan dan prioritas RPJP Daerah; c. perumusan rancangan RPJP Daerah; dan d. penyempurnaan rancangan awal RPJP Daerah.

    Bagian Kedua RTRW Provinsi

    Pasal 6 (1) Bappeda menyusun rancangan awal RTRW Provinsi yang

    dilaksanakan berdasarkan masukan dari OPD dan pemangku kepentingan pembangunan di Daerah, dengan tahap kegiatan meliputi : a. persiapan; dan ; b. pelaksanaan

    (2) Kegiatan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, : a. penyusunan Kerangka Acuan Kerja atau Terms of Reference

    dan penyiapan Rencana Anggaran Biaya; b. pelaksanaan kajian awal atas data sekunder dan evaluasi

    RTRW Provinsi periode sebelumnya serta kajian kebijakan terkait lainnya ;

    c. persiapan ternis pelaksanaa, meliputi ; 1. penyimpulan data awal; 2. penyiapan metodelogi pendekatan pelaksanaan

    pekerjaan 3. penyusunan rencana detail kerja; dan 4. penyiapan perangkat survey, mobilisasi peralatan dan

    personil yang dibutuhkan d. penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai

    rencana penyusunan RTRW Provinsi. (3) Pelaksanaan penyusunan rancangan awal RTRW Provinsi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi : a. pengumpulan data ; b. pengolahan dan analisis data c. penyususnan konsepsi RTRW Provinsi d. penyusunan arah pemanfaatan ruang; dan e. penyusunan arah pengendalian pemanfaatan ruang

  • 8

    Pasal 7 (1) Pengumpulan data untuk penyusunan rancangan awal RTRW

    Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) huruf a, dilaksanakan dengan memperhatikan tingkat keakuratan jenis data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya, meliputi : a. data primer; dan b. data sekunder

    (2) Pengumpulan data primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat dilaksanakan melalui : a. penjaringan aspirasi masyarakat melalui penyebaran angket,

    temu wicara, dan wawancara; dan b. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara

    langsung melalui kunjungan ke seluruh wilayah di daerah (3) Pengumpulan data sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) huruf b, paling sedikit meliputi : a. Peta yang terdiri dari :

    1. rupa bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 : 250.000;

    2. citra satelit 3. batas wilayah administrasi; 4. batas kawasan hutan 5. analisis kebencanaan; dan 6. identifikasi potensi sumberdaya alam.

    b. Data dan informasi, yang terdiri dari : 1. kependudukan 2. sarana dan prasarana ; 3. pertumbuhan ekonomi ; 4. kemampuan keuangan dan kelembagaan Daerah ; 5. kebijakan penataan ruang periode sebelumnya; 6. kebijakan pembangunan sektoral; dan 7. peraturan perundangn-undangan terkait.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan data primer dan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

    Pasal 8

    (1) Pengelolaan dan analisa sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (3) huruf b, meliputi : a. karakteristik tata ruang wilayah; dan b. rencana stuktur ruang dan bencana pola ruang wilayah

    (2) pengolahan dan analisis karakter tata ruang wilayah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) a, paling sedikit meliputi : a. karekteristik umum fisik wilayah, meliputi

    1. karakteristik tata ruang wilayah; dan 2. potensi rawan bencana alam ; 3. potensi sumberdaya alam ; dan 4. kesesuian lahan pertanian

    b. karakteristik soaial kependudukan, meliputi ; 1. sebaran kepadatan penduduk saat ini dan 20 (dua puluh)

    tahun ke depan; 2. proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan saat ini dan

    20 (dua puluh) tahun ke depan; 3. kualitas sumberdaya manusia dalam mendapatkan

    kesempatan kerja.

  • 9

    c. Karakteristik ekonomi wilayah, meliputi : 1. basis ekonomi Daerah ; 2. prospek pertumbuhan ekonomi Daerah 3. prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan

    ekonomi. d. Kemampuan keuangan pembangunan Daerah, meliputi ;

    1. sumber penerimaan Daerah dan Alokasi pembiayaan pembangunan ; dan

    2. prediksi peningkatan kemampuan keuangan pembangunan daerah

    e. Kedudukan daerah, meliputi ; 1. kedudukan daerah dalam kebijakan strategi struktur

    ruang nasional ; 2. kedudukan Daerah di dalam sistem perekonomian

    regional; dan 3. kedudukan Kabupaten/Kota dalam kebijakan trategis

    struktur ruang Daerah. (3) Pengolahan dan analisis rencana struktur ruang dan rencana

    pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit meliputi : a. identifikasi daerah fungsiaonal perkotaan (functional urban

    area) di Daerah ; b. analisis sistem pusat-pusat permukimana atau sistem

    perkotaan yang didasarkan pada sebaran daerag fungsional perkotaan yang ada di daerah; dan

    c. analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan wilayah serta optimasi pemanfaatan ruang.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengolahan dan analisa data sebgaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3), ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

    Pasal 9

    (1) Penyusunan konsepsi RTRW Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) huruf c, meliputi perumusan konsep pengembangan wilayah dan perumusan RTRW Provinsi.

    (2) Konsep pengembangan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan alternatif konsep pengembangan wilayah, yang memuat : a. rumusan tentang tujuan, kebijakan dan strategi

    pengembangan wilayah Daerah; dan b. konsep pengembangan wilayah daerah.

    (3) Perumusan RTRW Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pilihan alternatif sesuai konsep pembangunan wilayah.

    (4) Hasil kegiatan perumusan konsepsi RTRW, meliputi : a. tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah ; b. rencana pola ruang wilayah; dan c. penetapan kawasan-kawasan strategis.

    Pasal 10 Penyusunan arah pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) huruf d didasarkan pada rencana struktur ruang rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis Daerah, kemampuan keuangan Daerah dan standar teknis perencanaan tata ruang, yang dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • 10

    Bagian Ketiga RPJM Daerah

    Pasal 11 Bappeda menyusun Rancangan awal RPJM Daerah, dengan tahapan sebagai berikut : a. penyiapan bahan masukan bagi penyusunan rancangan awal

    RPJM Daerah yang bersumber dari RPJM Nasional dan hasil kajian evaluasi pemabngunan jangka menengah sebalumnya serta proyeksi pembangunan selama 5 (lima) tahun;

    b. penyusunan rancangan/sistematika RPJM Daerah; dan c. penyempurnaan rancangan awal RPJM Daerah.

    Bagian Keempat Renstra OPD

    Pasal 12 OPD menyusun rancangan awal Renstra OPD, dengan tahapan sebagai berikut : a. perumusan rancangan awal Resntra OPD; dan b. penyiapan forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi

    Rentra OPD.

    Bagian Kelima

    Renip Pasal 13

    1) Renip di susun dalam kerangka kebijakan internal Bappeda untuk mengendalikan kebijakan pembangunan sektoral :

    2) Tata cara penyusunan rancangan awal Renip, meliputi : a. pelaksanaan kajian awal penyusunan Renip berdasarkan

    kondisi perkembangan pembangunan untuk setiap bidang atau sektor dengan memperhatikan dokumen perencanaan terkait

    b. penngumpulan data dan informasi terkait.

    Bagian Keenam RKPD

    Pasal 14 1) RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah: 2) Bappeda menyusun rancangan awal RKPD dengan kegiatan ,

    meliputi : a. pembentukan Tim penyusunan RKPD; b. penjadualan atau pengagendaan kegiatan; c. penyusunan sistematika RKPD; d. perumusan capaian target kinerja program, isu dan amsalah

    yang dihadapai dan isndikasi prioritas program pada tahun rencana;

    e. penghimpunan atau kompilasi prakiraan penambahan alokasi anggaran; dan

    f. pembahasan rancangan awal RKPD

  • 11

    Pasal 15 (1) Kepala OPD menyusun rancangan renja OPD sesuai rancangan

    awal RKPD. (2) Rancangan Renja OPD disampaikan oleh Kepala OPD kepada

    Bappeda (3) Bappeda menyempurnakan rancangan awal RKPD menjadi

    rancangan RKPD dengan menggunakan rancangan Renja OPD sebagai masukan.

    Pasal 16 (1) Penyempurnaan rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud

    pada pasal 15 ayat (3), dilaksanakan melalui tahaoan sebagai berikut : a. penilaian dan pembahasan atas konsistensi rancangan renja

    IPD terkait dengan tugas dan fungsi OPD dan lintas wilayah, khususnya yang terkait dengan penanganan isu strategis Daerah;

    b. pengidentifikasian program dan kegiatan lintas OPD dan lintas wilayah, khususnya yang terkait dengan penanganan isu strategis Daerah;

    c. pengevaluasian program, anggaran yang dibutuhkan, indikator kinerja, dan target kinerja yang hendak dicapai dari setiap program dan kegaitan

    d. pengintregasian rancangan Renja OPD ke dalam rancangan awal RKPD, dengan memeprhatikan prioritas daerah maupun nasional, prioritas program dan kegiatan OPD, serta ketersediaan dana pembangunan.

    e. pembahasan para pemangku kepentingan terkait dalam rangka memperoleh masukan dan pertimbangan terhadap naskah rancangan RKPD; dan

    f. Penyelesaian dokumen rancangan RKPD serta menyiapkan ringkasan (summary) atau pokok-pokok materi sebagai bahan pembahasan dalam kegiatan Musrenbang Tahunan Daerah.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penyusunan rancangan RKPD, ditetapkan oleh Kepala Bappeda

    Bagian Ketujuh RENJA OPD

    Pasal 14 OPD Menyusun rancangan awal Renja OPD dengan tahapan sebagai berikut : a. penyiapan bahan, materi, dan dokumen yang dibutuhkan dalam

    penyusunan rancangan awal renja OPD; b. evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode

    tahun sebelumnya; c. penyusunan rancangan awal renja OPD d. penyiapan forum OPD dan/atau forum gabungan OPD; dan e. penyampaian rancangan renja OPD kepada Bappeda sebagai

    bahan informasi pelaksanaan forum OPD dan/atau forum gabungan OPD

  • 12

    BAB V TATA CARA PELAKSANAAN PRA MUSRENBANG DAN

    MUSRENBANG Bagian Kesatu

    Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Pasal 18

    (1) Pra Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan untuk menbahas dan menyempurnakan rancangan awal RPJP daeah sbagaimana dimaksud pada pasal 5a, serta untuk menyerap aspirasi masyarakat di Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanan untuk membahas

    rancangan awal RPJP Daerah, dengan memeprhatikan hasil Pra Musrenbang Jangka Pankang Daerah seabgaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

    (3) Kegiatan Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan oleh Bappeda dalam bentuk rapat pleno dengan agenda penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJP Daerah.

    (4) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan dengan ketentuan : a. penyampaian rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Pleno Awal; b. pembahasan rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Kelommpok; dan c. kesepakatan rancangan RPJP Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Peno Akhr, yang terdiri dari : 1. Evaluasi dan proyeksi kondisi umum pembangunan 2. Visi dan misi Daerah; dan 3. Arah pembangunan Daerah.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyamapain pembahsan dan kesepakatan rancangan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

    Bagian Kedua Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Menengah Daerah

    Pasal 18 (1) Pra Musrenbang Menengah Panjang Daerah dilaksanakan untuk

    menbahas dan menyempurnakan rancangan awal RPJM daeah sbagaimana dimaksud pada pasal 11, serta untuk menyerap aspirasi masyarakat di Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilaksanan untuk membahas rancangan awal RPJM Daerah, dengan memperhatikan hasil-hasil Pra Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

    (3) Kegiatan Pra Musrenbang dan Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilaksanakan oleh Bappeda dalam bentuk rapat pleno dengan agenda penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJM Daerah.

  • 13

    (4) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan dengan ketentuan : a. penyampaian rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Pleno Awal; b. pembahasan rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Kelommpok; dan c. kesepakatan rancangan RPJM Daerah, dilaksanakan pada

    Sidang Peno Akhr, yang terdiri dari : 1. Evaluasi dan proyeksi kondisi umum pembangunan 2. Visi dan misi Daerah; dan 3. Arah pembangunan Daerah.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyampaian pembahasan dan kesepakatan rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

    Bagian Ketiga Pra Musrenbang dan Musrenbang RKPD

    Pasal 20 (1) Pra Musrenbang RKPD dilaksanakan untuk membahas rancangan

    awal RKPD sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dan pasal 16 serta untuk menyerap aspirasi masyarakat di Daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Musrenbang RKPD bertujuan untuk membahas rancangan awal RKPD, dengan memperhatikan hasil Pra Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Pelaksanaan Pra Musrenbang dan Murenbang RKPD dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dengan desa/kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Wilayah Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan, Provinsi, Serta Forum OPD dan Forum Gabungan OPD.

    (4) Kegiatan Pra Musrenbang RKPD dilaksanakan Bappeda dalam bentuk rapat pleno dengan agenda meliputi penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD.

    (5) Penyampaian, pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD sebagai mana dimaksud ayat (4) dilaksanakan dengan ketentuan : a. penyampaian rancangan RKPD, dilaksanakan pada Sidang

    Pleno Awal ; dan b. pembahasan rancangan RKPD, dilaksanakan pada Sidang

    Kelompok. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat pleno serta penyampaian

    pembahasan dan kesepakatan rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), ditetapkan oleh Kepala Bappeda.

  • 14

    BAB VI TATA CARA PELAKSANAAN FORUM DENGAR PENDAPAT PUBLIK

    DAN PENJARINGAN ASPIRASI Pasal 21 (1) Pelaksanaan Forum dengar pendapat publik rancangan awal

    RPJP Daerah, RTRW Provinsi, RPJM Daerah, Renstra OPD, renip dan Renja OPD, dilakukan dengan tahapan, meliputi : a. persiapan ; b. pelaksanaan ; dan c. pasca pelaksanaan.

    (2) Untuk mendukung pelaksanaan Forum Dengar Pendapat Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk Tim penyelanggara Forum Dengar pendapat Publik RPJP Daerah, RTRW Provinsi, RPJM Daerah, renip dan RKPD, yang ditetapkan oleh Kepala Bappeda dan Tim Penyelenggara Forum Dengar Pendapat Publik Penyusunan Renstra OPD dan Renja OPD, yang ditetapkan oleh Kepala OPD.

    (3) Keluaran Forum Dengar Pendapat Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. rangkuman pendapat umum; b. rekomdasi; dan c. Berita Acara Forum Dengar Pendapat Publik

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan pelaksanaan Forum Dengar Pendapat Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ditetapkan oleh Kepala Bappeda sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VII

    TATA CARA PENYUSUNAN RANCANGAN AKHIR Bagian Kesatu

    Rancangan Akhir RPJP Daerah Pasal 22

    (1) Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Daerah.

    (2) Rancangan Akhir RPJP Daerah hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagaimana kepada Publik untuk penyempurnaan akhir.

    (3) Bappeda menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepada Gubernur disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah.

    Bagian kedua

    Rancangan Akhir RPJP Daerah Pasal 23

    (1) Bappeda menyusun rancangan akhir RTRW Provinsi berdasarkan hasil forum dengar pendapat publik dan penjaringan aspirasi pemangku kepentingan pembangunan di Daerah.

    (2) Rancangan RTRW provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disam-paikan kepada Gubernur disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi.

  • 15

    Bagian ketiga Rancangan Akhir RPJM Daerah

    Pasal 24 (1) Bappeda menyusun rancangan ahir RPJM Daerah berdasarkan

    hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah. (2) Rancangan Akhir RPJM Daerah hasil Musrenbang Jangka

    Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disosialisasikan dan dikonsultasikan kepada publik untuk penyempurnaan akhir.

    (3) Bappeda menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepada Gubernur disertai Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah.

    Bagian keempat

    Rancangan Akhir Renip Pasal 25

    Rancangan Akhir Renip disusun berdasarkan hasil Forum Dengar Pencapat Publik dan penjaringan aspirasi Renip.

    Bagian kelima

    Rancangan Akhir Rentra OPD Pasal 26

    (1) OPD menyusun rancangan akhir Rentra OPD didasrkan hasil Forum dengar Pendapat Publik dan penjaringan aspirasi Renstra OPD.

    (2) Kepala OPD menyampaikan rancangan akhir Rentra OPD kepada Kepala Bappeda sebagai bahan kajian untuk dilakukan penyempurnaan.

    (3) Penyempurnaan Renstra OPD sebagimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan memperhatikan : a. Penjabaran sasaran prioritas RPJM Daerah dalam sasaran

    strategis OPD; b. Konsistensi penjabaran kebijakan OPD dengan RPJM Daerah; c. Konsistensi program dan kegiatan OPD sebagai penjabaran

    operasional RPJM Daerah; d. Sinergi antara sasaran hasil program OPD dengan program

    prioritas Gubernur; e. Sinergi antara sasaran keluaran kegiatan OPD dengan sasaran

    hasil program OPD; dan f. Sumberdaya yang diperlukan.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyempurnaan Renstra OPD, ditetapkan oleh Kepala Bappeda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Bagian keenam Rancangan Akhir Rentra OPD

    Pasal 27 (1) Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil

    Musrenbang RKPD. (2) Rancangan akhir RKPD hasil Musrenbang sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dikunsultasikan kepada Publik untuk penyempurnaan akhir.

  • 16

    (3) Bappeda menyampaikan hasil penyempurnaan rancangan akhir

    RKPD sebagaimana disertai rancangan Peraturan Gubernur tentang RKPD.

    Bagian ketujuh Rancangan Akhir Rentra OPD

    Pasal 28 (1) OPD Menyusun rancangan akhir Renja OPD dengan

    memperhatikan hasil dari Forum OPD dan/atau Forum Gabungan OPD.

    (2) Penyusunan rancangan akhir Renca OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada Bappeda.

    BAB VIII SISTEMATIKA

    Bagian Kesatu Umum

    Pasal 29 Sistematika dokumen perencanaan pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 3, meliputi : a. Rancangan awal dan Rancangan akhir RPJP Daerah; b. Rancangan awal dan Rancangan akhir RTRW Provinsi; c. Rancangan awal dan Rancangan akhir RPJM Daerah; d. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renip; e. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renstra OPD; f. Rancangan awal dan Rancangan akhir RKPD; dan g. Rancangan awal dan Rancangan akhir Renja OPD.

    Bagian Kedua

    Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RPJP Daerah Pasal 30

    Sistematikan rancangan awal dan rancangan akhir RPJP Daerah, meliputi :

    BAB I. PENDAHULUAN, memuat latar belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya, Sistematika Penulisan serta Maksud dan Tujuan

    BABII GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, memuat gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

    BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS, memuat permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis

    BAB IV VISI DAN MISI, memuat visi dan misi pembangunan Daerah serta indikator perwujudan visi dan misi.

    BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH.

    BAB IV. KAIDAH PELAKSANAAN

    BAB V. PENUTUP

  • 17

    Bagian Ketiga Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RTRW Provinsi

    Pasal 31 Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RTRW Provinsi, meliputi : BAB I : PENDAHULUAN, memuat uraian mengenai :

    A Dasar Hukum penyusunan RTRW Provinsi; B Profil Daerah, mencakup 1. Gambaran Umum daerah yang dilengkapi : a. Peta orientasi;

    b. Peta tutupan lahan; c. Peta rawan bencana; d. Peta kepadatan penduduk eksisting; e. Peta lainnya; dan f. Pembangian Wilayah administrasi

    2. Kependudukan dan sumberdaya manusia; 3. Potensi bencana alam; 4. Potensi sumberdaya alam; dan 5. Potensi ekonomi wilayah; C Isu Strategis BAB II : TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI, memuat

    uraian mengenai A. Tujuan penataan runagn wilayah daerah; dan B. Rencana sistem jaringan prasarana daerah,

    mencakup: 1. Rencana pengembangan sistem prasarana

    Transportasi, meliputi : a. Rencana jaringan ajalan; b. Terminal tipe A dan B; c. Jringan rel KA, stasiun antarkota; d. Pelabuhan dalam fungsi dan cakupan

    layanan pusat penyebaran dan bukan pusat penyebaran;dan

    e. Bandara dalam fungsi dan cakupan wilayah.

    2. Rencana pengembangan sistem Prasarana Energi, Meliputi : a. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ultra

    Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Saluran Udara Tegangan Tinggi, Dan Saluran Udara Tegangan Menengah.

    b. Pusat-Pusat Pembangkit Listrik;Dan c. Pusat-Pusat Distribusi Tegangan

    Menengah Ke Atas. 3. Rencana pengembangan prasarana

    sumberdaya air, meliputi; a. Sumber-sumber air baku untuk kegiatan

    permukiman perkotaan; dan b. Jaringan air baku wilayah.

    4. Rencana Pengembangan Prasaran Telekomunikasi , meliputi ; a. Jaringan terestrial skala wilayah dan

    nasional yang ada di Daerah, seperti mikro digital, serat optik, mikro analog, dan kabel laut;

    b. Jaringan internasional; dan c. Jaringan satelit atau stasiun bumi.

    5. Rencana Pengembangan Prasarana lainnya, meliputi;

  • 18

    a. Prasarana ekonomi seperti pasar induk wilayah;

    b. Pusat perbelanjaan modern-tradisional; c. Prasarana kesehatan seperti Rumah Sakit

    Umum tipe A dan Rumah Sakit Umum tipe B

    d. Prasarana pendidikan seperti perguran tinggi skala wilayah;

    e. Prasarana pengelolaan lingkungan seperti TPA regional;

    f. Prasarana sosial budaya seperti rekreasi dan pusat kesenian-kebudayaan Daerah;

    g. Prasarana olahraga seperti stadion dan pusat olahraga Daerah; dan

    h. Pusat kegiatan keagamaan Daerah. C Peta Rencana Struktur Ruang, yang

    menggambarkan sistem perkotaan dan jaringan prasarana Daerah.

    BAB III : RENCANA POLA TATARUANG, memuat uraian meliputi :

    A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung, meliputi : 1. Kawasan hutan lindung; 2. Kawasan yang memebrikan perlindungan

    terhadap kawasan bawahanya; 3. Kawasan perlindungan setempat; 4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan

    cagar budaya; 5. Kawasan rawan bencana alam; B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya, meliputi

    : 1. Kawasan peruntukan hutan produksi; 2. Kawasan peruntukan hutan Rakyat; 3. Kawasan peruntukan hutan Pertanian; 4. Kawasan peruntukan hutan Perkebunan; 5. Kawasan peruntukan hutan Perikanan; 6. Kawasan peruntukan hutan Pertambangan; 7. Kawasan peruntukan hutan Industri; 8. Kawasan peruntukan hutan Pariwisata; 9. Kawasan peruntukan hutan Permukiman;

    dan 10. Kawasan peruntukan lainnya. C Peta Rencana Pola Ruang, yang menggambarkan

    semua delineasi peruntukan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Daerah.

    BAB V : PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI, memuat uraian mengenai : A. Lokasi dan jenis kawasan strategis Daerah B. Peta kawasan strategis Daerah, yang menunjukan

    delineasi kawasan strategis Daerah dan kawasan strategis nasional yanga da di daerah.

    BAB VI : ARAHAN PEMANFAATAN RUANG, memuat tabel indikasi program utam jangka panjang yang dirinci pada program jangka menengah lima tahunan Daerah, yang mencakup indikasi program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, perkiraan pembiayaan, sumberdana, kelembagaan, dan OPD pelaksana yang distrukturkan dalam :

  • 19

    a. Indikasi program perwujudan rencana struktur

    wilayah Daerah, meliputi indikasi program utama perwujudan pusat-pusat kegiatan, dan program utama perwujudan sistem prasarana Daerah.

    b. Indikasi program perwujudan pola ruang wilayah Daerah, meliputi indikasi program perwujudan kawasan lindung dan indikasi program perwujudan kawasan budaya; dan

    c. Indikasi program perwujudan kawasan strategis Daerah.

    BAB VII : ARAHAN PENGENDALIAN PEMNAFAATAN RUANG, memuat uraian meliputi :

    A. Indikasi Arahan Parturan Zonasi, meliputi : 1. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola

    ruang wilayah Daerah; 2. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk ruang

    disektar sistem jaringan prasaran wilayah Daerah.

    B. Arahan Perizinan, meliputi: 1. Bentuk-bentuk izin pemanfaatan ruang di daerah

    baik eksisting maupun rencana; 2. Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang

    yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah; 3. Arahan pengambilan keputusan terkait dengan

    perizinan yang diterbitkan. C. Arahan Intensif dan desinfensif, meliputi:

    1. Intensif-disintensif kepada provinsi lainnya; 2. Intensif-disintensif kepada Kabupaten/Kota; 3. Intensif-disintensif dari Pemerintah Daerah

    kepada masyarakat. D. Arahan Pengenaan Sanksi administratif:

    Bagian Keempat Rancangan Awal dan Rancangan Akhir RPJM Daerah

    Pasal 32 Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RPJM Daerah, meliputi :

    Bab I. PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika Penulisan serta Maksud dan Tujuan

    Bab II. GAMBARAN UMUM DAN KONDISI DAERAH, memuat

    evaluasi pembangunan daerah dan kondisi eksisting sampai dengan awal penyusunan RPJMD yang diuraikan menurut sektor atau bidang pembangunan di daerah. Disamping itu juga diuraikan tentang aspek-aspek pembangunan daerah.

    Bab III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH,

    memuat kinerja keuangan masa lalu sebagai gambaran pelaksanaan kinerja keuangan daerah dan neraca daerah serta kerangka pendanaan daerah.

    Bab IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS, memuat permasalahan

    pembangunan dan isu-isu strategis pembangunan daerah.

  • 20

    Bab V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, memuat visi dan

    misi Pemerintah Daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran serta indikator kinerja setiap misi pembangunan.

    Bab VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, memuat dan

    menjelaskan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi yang dipilih.

    Bab VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

    DAERAH, memuat arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja.

    Bab VIII. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH, memuat

    hubungan urusan pemerintah dengan OPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.

    Bab IX. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN,

    memuat indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditujukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

    Bab X. PENUTUP, memuat hal-hal pokok yang termuat dalam

    keseluruhan dokumen RPJMD, sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan RPJMD sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Lampiran-Lampiran

    Bagian Kelima

    Rancangan Awal dan Rancangan Akhir Renip Pasal 33

    Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir Renip, meliputi : BAB I : PENDAHULUAN, memuat uraian meliputi :

    A. Latar belakang, meliputi : 1. visi dan Misi jangka menengah Daerah; dan 2. kondisi umum pembangunan sektoral daerah.

    B. Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Bappeda. C. Sistematika Penyusunan Renip.

    BAB II : EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTORAL, memuat uraian meliputi :

    A. B. C

    Evaluasi Pembangunan sektoral; Pendekatan pembangunan sektoral; dan Arah kebijakan pembangunan sektoral.

    BAB III : KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN RENCANA,

  • 21

    memuat uraian meliputi : A. Program/kegiatan sektoral lima tahunan; B. Capaian kinerja pada periode sebelumnya dan

    target 5 tahun ke depan; C. Permasalahan yang dihadapi dan upaya

    penanganannya; dan D. Kebijakan sektoral tahun rencana.

    BAB IV : PRIORITAS PEMBANGUANN TAHUN RENCANA, memuat uraian meliputi : A. Prioritas Progran dan kegiatabn Pembangunan

    Tahun Rencana (Road Map); B. Rencana Kegiatan Tahun Rencana; dan C. Rencana Kegiatan Lintas OPD, Lintas Pelaku dan

    Lintas Wilayah Tahun Rencana. BAB VI

    : PENUTUP, menjelaskan kaidah pelaksanaan Renip, penegasan komitmen terhadap pencapaian target implementasi program dan kegiatan sektoral pada tahun rencana, serta penegasan Renip sebagai acuan pelaksanaan kebijakan program dan kegiatan bagi lintas OPD pada rumpun sektoral.

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

    Bagian Keenam Rancangan Awal dan Rancangan akhir Renstra OPD

    Pasal 34 Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir Renstra OPD, meliputi :

    BAB I PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan serta Sistematika Penulisan

    BAB II GAMBARAN PELAYANAN OPD, memuat Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi OPD, Sumber Daya OPD, Kinerja Pelayanan OPD serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan OPD

    BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI, memuat Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD, Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih, Telaahan Renstra K/L dan Renstra,Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis serta Penentuan Isu-isu Strategis

    BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN, memuat Visi Dan Misi Jangka Menengah OPD, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah OPD serta Strategi dan Kebijakan OPD

    BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF, memuat rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif, sebagaimana tabel Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif OPD

    BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA

  • 22

    TUJUAN DAN SASARAN RPJMD, memuat indikator kinerja OPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai OPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJM, dengan dilengkapi tabel Indikator Kinerja OPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

    BAB VII PENUTUP, memuat kaidah pelaksanaan kegiatan serta penegasan komitmen OPD terhadap pelaksanaan Renstra maupun RPJMD

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Bagian Ketujuh Rancangan Awal dan Rancangan RKPD

    Pasal 35 Sistematika rancangan awal dan rancangan akhir RKPD, meliputi :

    BAB I. PENDAHULUAN, memuat Latar belakang, dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika Dokumen RKPD, maksud dan Tujuan.

    BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

    DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN, MEMUAT evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu, menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan.

    BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

    KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH, memuat kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

    BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

    DAERAH, memuat prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang disusun berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan tahunan daerah dengan target capaian kinerja tahunan RPJMD, serta hasil Musrenbang Tahunan Daerah.

    BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS

    DAERAH, memuat rincian program dan kegiatan prioritas daerah berdasarkan hasil evaluasi pembangunan, isu strategis, rumusan arah kebijakan, program, sasaran program, indikasi kegiatan, sumber dana dan penanggung jawabnya sesuai dengan capaian indikator kinerja program tahunan RPJMD.

    BAB VI PENUTUP, memuat kaidah pelaksanaan dan penegasan dalam menerapkan RKPD serta tindak lanjut

  • 23

    yang perlu dilaksanakan oleh OPD dan pelaku pembangunan lainnya.

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

    BAB IX KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 37 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis penyelenggaraannya, ditetapkan oleh Kepala Bappeda

    Pasal 38

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.

    Ditetapkan : di Bandung

    pada tangga l: 2010

    GUBERNUR JAWA BARAT,

    AHMAD HERYAWAN. Diundangkan di Bandung pada tanggal 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, LEX LAKSAMANA BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 NOMOR SERI