0 profil tpttt
DESCRIPTION
wertiTRANSCRIPT
PROFIL PERUSAHAAN
I. SEJARAH PERUSAHAAN
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret
1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14
Februari 1996, merupakan peleburan dari PT Perkebunan XV-XVI (Persero) dan
PT Perkebunan XVIII (Persero). Pendirian PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
tersebut tertuang pada Akta Notaris Harun Kamil, S.H. nomor 42 tanggal 11
Maret 1996, yang disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-
8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, diubah dengan Akta Notaris Sri
Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. No.1 tanggal 9 Agustus 2002 dan disyahkan oleh
Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor: C-19302
HT.01.04.TH.2002 tanggal 7 Oktober 2002.
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) memiliki dua Divisi.Pertama, Divisi
Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari
tanaman karet, kopi, kakao, dan teh. Kedua, Divisi Tanaman Semusim (Pabrik
Gula) yang menghasilkan produk-produk dari tanaman tebu. Produk-produk PT
Perkebunan Nusantara IX (Persero) dipasarkan di pasar domestik maupun pasar
luar negeri sebagian besar dalam bentuk bulk. PT Perkebunan Nusantara IX
(Persero) juga memproduksi dan memasarkan produk-produk hilir berupa teh
kemasan, teh celup, serta gula pasir dan kopi bubuk dalam kemasan.
Selain usaha pokok tersebut di atas, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
juga mengelola komoditi sampingan seperti pala, kapok, dan kelapa dalam luasan
1
areal yang terbatas serta agrowisata di Kebun Banaran dan Kebun Kaligua.
Agrowisata Kebun Banaran di lengkapi dengan Coffee Shop ”Kampoeng Kopi
Banaran”. Coffee Shop dengan bahan baku kopi Banaran juga didirikan di
Cikukun, di PG GondangBaru, dan diperluas di tempat-tempat lain yang
potensial; Wisata Loco Antik di PG Pangka serta wisata sejarah dan Museum
Gula di PG Gondang Barudan PG Tasikmadu.
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang saat ini memiliki wilayah kerja
di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kebun 15 unit kebun dan jumlah
PabrikGula (PG) 8 unit, saat ini mengelola empat komoditi utama antara lain
karet, gula, teh, dan kopi. Di samping itu, perusahaan juga telah mengembangkan
beberapa produk hilir sebagai produk konsumsi seperti Kopi Luwak, Banaran
Kopi Premium, TehKaligua, TehSemugih, Gula 9, danSirup Pala.
Unit Usaha yang memiliki lokasi berpemandangan indah, sejuk atau
berpotensi wisata karena keunikannya, juga telah dikembangkan sebagai daerah
agrowisata, seperti Wisata Agro Kebun Kaligua, Kampoeng Kopi Banaran,
Banaran 9 Resort, Wisata Agro KebunSemugih, Wisata Agro Sondokoro, Pabrik
Gula Pangka, Pabrik Gula Gondangan Winangoen, dan Banaran 9 Coffee & Tea.
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) di masa yang akan datang akan
dikembangkan menjadi perusahaan perkebunan dengan bisnis karet sebagai tulang
punggung (keluasan mendekati 50.000 Ha), dan bisnis Gula sebagai salah satu
penopang pendapatan perusahaan.
2
II. VISI DAN MISI
A. Visi
Visi PTPN IX Krumput adalah menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya
saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.
B. Misi
1. Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, gula dan tetes ke
pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan
pertumbuhan laba (profit growth).
2. Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai (delivery value)
yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang ramah lingkungan.
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang
sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi karyawan
dalam upaya mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya
untuk mendukung kinerja perusahaan.
4. Membangun sinergi dengan mitra usaha strategi dan masyarakat lingkungan
usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
5. Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dakam pemenuhan
kebutuhan gula nasional.
3
6. Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan
guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan
lapangan kerja.
7. Melaksanakan program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud
kepedulian dan tanggungjawab sosial terhadap kesejahteraan masyarakat di
sekitar lokasi perusahaan.
8. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan
peningkatan kesuburan tanah.
4
III. GEOGRAFI, TOPOGRAFI, DAN IKLIM
NO AFDELING TYPE IKLIM
TINGGI TEMPAT
TOPOGRAFI
JENIS TANAH
KESUBURAN
1 Krumput B 175-250 Kemiringan 5’ s/d 45’
Latosol Sedang
2 Tumiyang B 175-250 Kemiringan 5’ s/d 45’
Regosol Sedang
3 Kub. Utara B 10-60 Datar Pedsolik Grumosol
Kurang (kedap air)
4 Kub. selatan B 10-60 Datar Gley Kurang (kedap air)
GEOGRAFI
1. Krumput/ Tumiyang
Desa : karangrau, Pesinggangan
Kecamatan : Banyumas
Desa : Pagelarang, Krangsalam
Kecamatan : Kemranjen
Desa : Adisana, Bangsa, Kaliwedi, Kranagsari
Kabupaten : Banyumas
Propinsi : Jawa Temgah
Letak : 7’-35’ – 7’-40’ Lintang Selatan
109’ – 10’ – 109’ - 20’ Meridian Timur
Jarak : 22 km dari Purwokerto
5 km dari Banyumas
5
202 km dari Semarang
2. Kubakangkung
Desa : Kub. Kangkung, Sidaurip, Ujungmanik dan Bojong
Kecamatan : Kawungaten
Kabupaten : Cilacap
Propinsi : Jawa Tengah
Letak : 7’-45’ – 7’-40’ Lintang Selatan
108’ – 35’ – 109’ - 05’ Meridian Timur
Jarak : 9 km dari Kawungaten
26 km dari Cilacap
63 km dari Krumput - Banyumas
273 km dari Semarang
6
IV. STRUKTUR ORGANISASI
7
V. ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu langkah evaluasi terhadap situasi,
kondisi, organisasi, dan kegiatan perusahaan untuk merumuskan strategi dalam
perbaikan dan pengembangan usaha. Melalui analisis SWOT tersebut perusahaan
diharapkan dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity)
yang dimiliki, namun di waktu yang sama perusahaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat) yang dihadapi. Berdasarkan situasi,
kondisi, organisasi, dan kegiatan produksi karet, maka dapat disusun analisis
SWOT sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
Analisis kekuatan merupakan bagian dari analisis faktor internal yang
dapat dimanfaatkan oleh kelompok dalam perencanaan strategi. Kekuatan yang
dimiliki PTPN IX Krumput adalah :
a. PTPN IX Krumput berada di daerah perbukitan yang sesuai untuk budidaya
tanaman karet.
b. PTPN IX Krumput memiliki area yang luas dan telah mendapatkan nomor
registrasi kebun.
c. Klon tanaman karet telah memiliki nomor registrasi dan bersertifikat. Klon-
klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah PB260,BPN24,BPN1, dan
RRIC 100.
d. PTPN IX Krumput mengekspor hasil produk karet mentah ke beberapa
negara.
8
e. PTPN IX tersebar dibeberapa daerah di pulau Jawa.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan segala keterbatasan atau kekurangan yang
dimiliki oleh PTPN IX. Kelemahan yang masih dimiliki oleh PTPN IX adalah:
a. Lokasi PTPN IX yang cukup jauh dari kota serta beberapa fasilitas umum
seperti rumah sakit dan stasiun.
b. Keamanan PTPN IX tergolong kurang, karena kebun karet jauh dari warga
dan hanya dijaga oleh beberapa orang sehingga keamanannya tidak
terjamin.
c. Kurangnya sarana produksi di dalam usaha budidaya tanaman karet
sehingga membatasi proses produksi.
d. Sumber daya manusia di PTPN IX yang masih terbilang rendah. Hal ini
terlihat dari anggota kelompok yang pada umumnya hanya lulusan Sekolah
Menengah Atas.
e. Pemeliharaan yang kurang baik sehingga banyak tanaman karet tidak
tumbuh sebagaimana mestinya. Pada saat praktikum ditemukan pohon karet
yang harus diremajakan sebelum waktunya.
3. Peluang (Oppportunity)
Yaitu faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang dapat dan mampu
mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya. Misalnya kebutuhan lingkungan
sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat lagi membutuhkan perubahan,
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi yang bagus, belum adanya
organisasi lain yang melihat peluang tersebut, banyak pemberi dana yang
9
berkaitan dengan isu yang dibawa oleh organisasi dan lainnya. Peluang
(Opportunity) yang ada di PTPN IX Krumput, Banyumas adalah harga karet
dunia cenderung naik sehingga membuka peluang untuk memproduksi karet
sebayak-banyaknya, bantuan yang diterima dari pemerintah sangat membantu
berkembangnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di PTPN IX Krumput,
membuka/menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, pasar karet
merupakan pasar komoditas ekspor dunia dimana hampir semua kebutuhan
sehari-hari baik di bidang kesehatan, otomotif, industri memanfaatkan karet
sebagai bahan utama, terbentuknya industri karet di sekitar wilayah tersebut
4. Ancaman
Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu
menghambat pergerakan organisasi. Misalnya : masyarakat sedang dalam
kondisi apatis dan pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi
seperti itu lagi banyak dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak
competitor atau pesaing, isu yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan
lainnya. Ancaman yang dimiliki PTPN IX Krumput adalah koordinasi dan
sinkronisasi antar dinas/instansi/lembaga kurang optimal, infrastruktur jalan
pengangkutan hasil karet belum memadai, rawan penyelewengan dana oleh
pengurus koperasi, sulitnya pencairan kredit dari perbankan dan desakan
peralihan kepemilikan tanah kebun karet kepada pihak lain.
10
LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN
ACARA IPENGELOLAAN TANAH
Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2015
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu
komoditi pertanian (khususnya perkebunan) yang penting, baik untuk lingkup
internasional maupun bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-
migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber
devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan
optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi
yang tersedia.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
dan sering disebut dengan nama lain, seperti rambung, getah, gota, kejai ataupun
hapea. Supaya tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan
lateks yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan
lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman ini. Produksi tanaman karet yang
ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan
terhambat dan tidak maksimal. Lingkungan yang kurang baik juga sering
mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan produksi lateks menjadi rendah.
Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya
karet. Pengolahan tanah untuk tanaman karet juga harus diperhatikan agar
tanaman dapat tumbuh dan produksi lateksnya maksimal. Mulai dari pembukaan
lahan untuk penanaman, pengolahan tanah, saluran irigasi dan drainase, serta
pengelolaan gulma yang ada pada lahan tersebut.
12
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara I mengenai pengelolaan tanah pada tanaman
karet adalah:
1. Untuk mengetahui teknik pengolahan lahan yang baik bagi pertanaman karet
2. Untuk mengetahui kondisi lahan yang baik bagi pertanaman karet
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai
30-40 m. Sistem perakarannya padat atau kompak akar tunggangnya dapat
menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat
menyebar sejauh 10 m. Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata,
berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Damanik, 2010).
Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan
tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan
tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya
terdapat tiga helai anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau
merah (Sutardi, 1981).
Satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.
Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga
betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon
bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat
mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah
malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar
dari pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam
satu pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina. Biji karet
terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam,
sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya
cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Moraes, 1977).
14
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi
iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
1. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150oLS
dan 150oLU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.
2. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.
Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
3. Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan
laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan
berkisar antara 25ºC sampai 35ºC.
4. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet, karena dapat menyebabkan bibit tanaman karet dapat roboh
atau terbang terbawa oleh angin.
15
5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,
tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat
kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah
alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ 8,0 tetapi tidak
sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Penyiapan lahan karet dikenal dua jenis
penyiapan lahan tanaman yaitu; penanaman ulang (replanting) dan penanaman
bukaan baru (new planting). Penyiapan lahan bertujuan untuk memberikan
kondisi pertumbuhan yang baik bagi tanaman dan mengurangi infeksi Jamur
Akar Putih, JAP, Rigidophorus liginosa (Dirjen Perkebunan, 2006).
Saat persiapan penanaman tanaman karet, kecuali penyediaan bibit perlu
juga melaksanakan berbagai pekerjaan lainnya, yaitu pembukaan hutan atau
pembongkaran tanaman tua, pembersihan sisa – sisa tanaman, pembersihan
gulma, pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan jalan dan sebagainya
(Soetedjo, 1979).
16
Dewasa ini dalam budidaya karet dikenal beberapa istilah teknis yang
berhubungan dengan pembukaan lahan yang perlu diketahui, yakni :
1. New Planting (bukaan baru), yaitu penanaman karet yang dilaksanakan pada
lahan yang sebelumnya tidak ada tanaman karet yang diusahakan pada areal
tersebut. Bukan baru dilaksanakan pada tanah hutan, tanah peladangan, dan
sebagainya.
2. Replanting (bukaan ulangan), yaitu penanaman karet pada lahan yang
sebelumnya telah ditanami tanaman karet.
3. Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis
tanaman keras/perkebunan lain. Misalnya senula ditanami kopi, kemudian
diganti karet (Setyamidjaja, 2000).
Penyiapan lahan dapat dilakukan secara mekanis maupun khemis.
Penyiapan lahan secara mekanis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut :
Penebangan Pohon. Penebangan dilaksanakan dengan gergaji (chain saw) dan
penumbangan dilakukan secara teratur agar tidak terganggu kegiatan selanjutnya.
Tunggul yang tersisa dibongkar dengan buldozer dan dikumpul pada tempat yang
banyak sinar matahari dengan jarak yang teratur agar tidak mengganggu kegiatan
pegolahan tanah (Sunarwidi, 1982).
Tahapan pengolahan tanah, adalah:
1. Ripper
Ripper dimaksudkan untuk mengangkat tunggul dan sisa-sisa tanaman
yang tetinggal menggunakan traktor rantai dengan kedalaman garpu sekitar 45
cm.
17
2. Luku
Meluku dilakukan dua kali dengan arah menyilang saling tegak lurus
sedalam 40 cm menggunakan taktor luku. Interval waktu luku I dan luku II
adalah 21 hari.
3. Ayap Akar
Semua sisa akar dan potongan karet yang masih tertinggal diayap secara
manual dan dikumpulkan ditempat tertentu untuk memudahkan
pemusnahannya.
4. Rajang
Rajang dilakukan untuk meratakan bongkahan – bongkahan tanah sebagai
akibat luku (Tirtoboma, 1981).
Penyiapan lahan secara khemis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:
Penumbangan dan Pengumpulan pohon. Penumbangan pohon dilakukan dengan
arah teratur menggunakan kapak atau chain saw pada ketinggian 50 cm.
Peracunan tanggul. Peracunan dilakukan dengan menggunakan 2,4,5 T yang
dilarutkan dalam minyak solar dengan dosis 5 % dengan atau garlon.Larutan 2,4,5
T dalam minyak solar dioleskan pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm
dengan lebar 20 cm. Bila menggunakan garlon, terlebih dahulu kulit dikupas pada
ketinggian 10 cm dari permukaan tanah lalu diracuni dengan garlon yang telah
dilarutkan dalam solar dngan dosis 10 % (Sunarwidi, 1982).
18
Pembangunan penutup tanah: Penutupan lahan karet siap olah dengan
kacang-kacangan (LCC) sangat diperlukan dan memberi keuntungan.
Keutungannya antara lain : meningkatkan kesuburan tanah, melindungi
permukaan tanah dari erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah, meningkatkan
pertumbuhan tanaman karet, menekan jamur akar putih dan menekan biaya
pengendalian gulma (Williams, 1982).
Ada beberapa macam komposisi benih kacangan yang sudah diketahui.
Macam-macam komposisi ini berkembang sesuai dengan penelitian dan
pengalaman bertahun-tahu di lapangan. Beberapa jenis kacangan yang dapat
digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet diantaranya :
1. Kacangan campuran konvensional
Kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria phaseoloides,
Calopogonium mucunoides, dan Centrosena pubescens merupakan penutup
tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan
bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan
dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan
memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP. Dapat dibangun dengan
teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia
maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana
ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk
tanaman karet menutup permukaan tanah.
19
2. Serelum (Calopogonium caeruleum)
Serelium memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan
kacangan konvensional dan melindungio permukaan tanah dari erosi setaraf
atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional. Secara kumulatif
serelium mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf atau ada kalanya lebih
baik dibandingkan campuran kacangan konvensional. Juga berperan menekan
secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, serelium
lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama;
selama masa TM serelium dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.
Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah deibanding
dengan kacangan konvensional.
3. Mucuna bracteata
Mucuna bracteata merupakan jenis kacangan baru yang diintroduksi dari
negara India. Penggunaannya di perkebunan karet baru dilakukan selama 3
tahun terakhir. Meskipun demikian jenis kacangan ini banyak diminati pekebun
karet karena dapat secara efektif menutup permukaan tanah pada masa TBM.
Secara visual penggunaan Mucuna bracteata pada areal TBM karet dapat
mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf dengan kacangan campuran
konvensional maupun serelium. Jenis kacangan ini menghasilkan bahan
organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di
lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm
setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan
20
karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah
dengan sempurna.
Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan mukana sangat efektif melindungi
permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM. Dibanding dengan
kacangan lainnya, Mucuna bracteata lebih toleran terhadap suasana ternaung
dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis
kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial
mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna
bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya
karena pertumbuhan Mucuna bracteata sangat cepat, konsekuensinya frekuensi
rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila
pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.
(Tirtoboma, 1981).
Pengimasan dan penyemprotan gulma. Pengimasan dan penyemprotan
menggunakan herbisida sistemik atau kontak diperlukan pada areal yang
gulmanya cukup tinggi atau pada areal vegetasi alang-alang. Untuk mencapai
efectivitas terbaik, pada areal yang gulma atau alang-alang sudah berdaun tua
sebaiknya diadakan pembabatan terlebih dahulu (Tjitrosoedirdjo, 1984).
21
III.METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara I ini yaitu perkebunan karet
PTPN IX Krumput Banyumas. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum
acara I ini yaitu kantong plastik, kamera, dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam
setiap rombongan
2. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati keadaan perkebunan dan
mendengarkan materi yang disampaikan oleh pihak dari kebun karet PTPN IX
Krumput
3. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar kegiatan
4. Hasil pengamatan dikumpulkan untuk dinilai oleh asisten sebagai accan.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan
usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman
karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut:
1. Penyiapan Lahan
a. Penebangan Pohon
b. Pemberantasa Gulma
c. Pembuatan atau pemeliharaan jalan
d. Pembuatan saluran air
2. Pencegahan Erosi
a. Cara Mekanik dengan pembuatan teras bangku, rorak, dan gondang-
gondang
b. Pola Tanam
3. Penanaman tanaman penutup tanah
B. Pembahasan
23
Stacking merupakan kegiatan pembuatan patok yang dilakukan dalam
budidaya karet ketika akan dilakukan peremajaan. Patok yang dibuat difungsikan
sebagai penunjuk lokasi lahan yang akan ditebang.
Hal ini dimaksudkan agar mempermudah petugas perkebuanan dalam menentukan
lokasi lahan mana yang nantinya dilakukan upaya peremajaan. Didalam kegiatan
perkebunan dikenal istilah stacking. Stacking adalah membuka areal hutan
dengan mengunakan alat berat dan menyusun potongan-potongan kayu sesuai
pancang tumpukan yang telah ditentukan. Pembukaan lahan di kebun Karet PTPN
IX Krumput ini mengunakan zero burning, yaitu kegiatan pembukaan lahan
mengunakan system buka lahan dengan mengunakan alat berat (stacking).
Namun bila terdapat pohon yang besar dan susah di tumbang maka pohon tersebut
dapat disusul dengan tumbang manual (sinso) sehingga areal dapat benar-benar
terbuka. Team senso kayu biasanya ada dari kontraktor alat berat tersebut. Selain
itu juga dapat menggunakan traktor berlengan. Manfaat atau tujuan stacking yaitu
menghemat biaya dan mempercepat pekerjaan buka lahan.
Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang
merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh menurut Vijaykumar
(1981) diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150oLS dan 150oLU, dengan
suhu harian 25 – 30oC.
2. Curah hujan
24
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000 - 2.500
mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi
jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet
membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.
3. Tinggi tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200
m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu
harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh
dengan baik.
4. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
5. Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi
dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-
tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini
dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan
25
menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Pada pada lapisan
olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah
terganggu.
Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling
cocok adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah
yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah
remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan
lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm.
Krumput adalah salah satu daerah yang berada diwilayah kecamatan
Banyumas. Krumput termasuk dalam satu wilayah PT Perkebunan Nusantara IX
(persero) Provinsi Jawa Tengah. Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki
bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %.
Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl dengan perbedaan ketinggian
15 – 50 meter.
Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini
memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter.
Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan
organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu
dari asam sampai agak asam. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan
strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada
lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik
dan agak tahan terhadap erosi.
26
Kondisi iklim di daerah Krumput menurut Schamidt dan Ferguson (1951)
berdasarkan tabel pemantauan curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2001 sampai
2005) wilayah kebun Krumput Banyumas memiliki tipe iklim B, artinya bulan
basah dengan nilai rata-rata Q sebesar 38,23 dan curah hujan tertinggi terjadi pada
tahun 2002. Iklim yang ada secara umum tidak menentu dan dapat berubah-ubah
setiap waktunya, kemungkinan kondisi iklim saat ini sudah berbeda.
Menurut Rosyid (2005), Teras merupakan metode konservasi yang
ditunjukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan
air oleh tanah. Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian
di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench terrace) dan teras gulud
(ridge terrace). Teras kredit dapat dikembangkan untuk menanggulangi tingginya
biaya pembangunan gteras bangku. Bentuk teras lainnya, seperti teras kebun dan
teras individu.
Menurut Rosyid (2005), berikut ini terdapat beberapa jenis teras yang
terdapat di Indonesia:
1. Teras bangku atau teras tangga (bench terrace)
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya, sehingga terjadi suatu deretan
bangunan yang berbentuk seperti tangga.
27
Gambar 1. Teras Bangku
2. Teras gulud (contour ridges/ridges terrace)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air
dibagian belakang guludnya. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan
bersalur. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan
bidang olah.
Gambar 2. Teras Gulud
3. Teras kredit (gradual terrace)
28
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman yang
ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang ditanam
secara kontur.
Gambar 3. Teras Kredit4. Teras Individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman
terutama tanman tahunan. Jenis teras ini biasa diaplikasikan pada areal
perkebunan atau tanaman buah-buahan.
Gambar 4. Teras Individu
29
5. Teras kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakanjenis teras lain, yang dirancang untuk tanaman
tahunan khususnya tanman buah-buahan. Teras ini dibuat dwngan interval
yang bervariasi menurut jarak tanam.
Gambar 5. Teras Kebun
PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan
usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman
karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut :
1. Persiapan Lahan
a. Penebangan pohon
Penebangan pohon dilakukan terhadap tanaman yang sudah tidak
menghasilkan, yaitu dengan cara pohon ditebang, tunggul dibersihkan
(didongkel) beserta akar-akarnya. Tujuan dari pembersihan tersebut
adalah untuk mencegah berkembangnya jamur akar putih.
b. Pemberantasan gulma
Pemberantasan gulma secara dilakukan secara mekanik dan kimiawi.
Secara mekanik pembersihan gulma biasanya dilakukan menggunakan
30
alat-alat seperti: sabit, cangkul, mesin pemotong rumput dan lainnya.
Sedangkan secara kimiawi pemberantasan gulma di kebun karet krumput
menggunakan herbisida sistemik seperti: round up dan lainnya.
c. Pembuatan atau pemiliharaan jalan
Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
pengawasan kebun dan transportasi produksi.
d. Pembuatan saluran air
Pembuatan saluran air pada tanaman baru ataupun tanaman ulangan,
dimaksudkan untuk mengendalikan air pada waktu musim hujan, agar
tidak terjadi erosi sebagai akibat terbukanya lahan.
Di kebun Krumput dilakukan pembuatan selokan buntu (rorak), selokan
pengurus (drainase) dan selokan tepi jalan.
2. Pencegahan Erosi
Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang
bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun
krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis
kontur).
a. Cara mekanik
Pencegahan erosi yang diterapkan diperkebunan Karet Krumput secara
mekanik yaitu pembuatan teras, pembuatan rorak dan pembuatan gondang-
gandung (lubang). Selain mencegah erosi pembuatan teras, rorak dan
gondang-gandung (lubang) ditujukan sebagai kegiatan konservasi tanah dan
air pada perkebunan tersebut. Pembuatan Rorak pada perkebunan karet
31
Krumput memiliki ukuran lebar 40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan
kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet
di Krumput yang meliputi kebun Entres, kebun TBM dan kebun TM. Untuk
gondang-gandung (lubang) dibuat dengan lebar 40 cm, panjang 1 meter
dengan kedalaman 60 cm, gundang-gandung biasanya dibuat diantara
tanaman-tanaman karet.
Rorak merupakan tempat/lubang penampungan atau peresapan air,
dibuat dibidang olah atau saluran peresapan. Pembuatan rorak ditunjukan
untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah
yang tererosi.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, seperti yang disarankan
oleh Arsyad (2006) adalah dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar
400-500 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng,
jarak kesamping antara satu rorak dengan rorak lain berkisar antara 1-1,5
meter, sedangkan jarak horizontal berkisar antara 20 m pada lereng yang
landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam.
b. Pola tanam
Pada perkebunan karet Krumput pola tanam yang dipakai yaitu pola tanam
menurut kontur. Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu
garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang
sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan. Tujuan
dari pola tanam ini yaitu:
1) Menghambat kecepatan aliran permukaan
32
2) Memperbesar peresapan air permukaan ke dalam tanah
3) Menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Persyaratan Teknis pada penanaman secara kontur sebagai berikut :
1) Pada tanah yang mempunyai kemiringan 3 – 6% penanaman secara
kontur yang dianjurkan sebaiknya tidak melebihi panjang 100 m, saluran
pembuangan penting diperhatikan
2) Pada tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 8 % dianjurkan agar
panjangnya tidak melebihi 65 m, saluran pembuangan penting untuk
diperhatikan
3) Penanaman secara kontur tidak efektif dilaksanakan pada tanah yang
mempunyai kemiringan kurang dari 3% dan lebih dari 8% sampai 25%.
Hasil Penelitian mengemukakan penanaman searah kontur pada
kelerengan 4 – 6% dapat mengurani erosi dan run-off 50% (FAO, 1976).
Keadaan lahan pada kebun karet PT. Perkebunan Nusantara IX Krumput telah
dibuat teras bangku atau tangga sesuai kontur dengan lebar 1 meter dan tinggi
60 cm pembuatan teras ini dengan cara dikecrut dan digacruk (pengolahan
menggunakan cangkul alat sederhana lainnya untuk pengolahan tanah). Selain
pembuatan teras mereka juga melakukan pola tanam atau penanaman secara
kontur dan membuat rorak. Pengolahan lahan di kebun Krumput tidak perlu
dilakukan langkah konservasi karena mereka sudah menerapkan pengolahan
tanah sesuai dengan aturan-aturan yang ada.
3. Penanaman tanaman penutup tanah
33
Di kebun Krumput mereka juga menerapkan penanaman tanaman
penutup tanah dengan tanaman jenis leguminose (legume cover crops) pada
pertanaman karetnya yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi erosi dan
sebagai kegiatan konservasi. Menurut Setyamidjaja (1993), Manfaat dari
tanaman penutup tanah ini:
a. Melindungi permukaan tanah terhadap erosi
b. Melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari
yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah,
c. Menolong menyimpan air dalam tanah untuk keperluan tanaman karet,
d. Menyuburkan tanah dengan lapukan bahan organik dan fiksasi nitrogen,
e. Menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi biaya pemeliharaan,
f. Memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok, memperlama masa lama
peremajaan, meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum acara I mengenai pengolahan lahan ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengolahan lahan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IX adalah
penyiapan lahan, penanggulangan erosi, pembuatan lubang tanam dan
penanaman tanaman penutup tanah (LCC). Penyiapan lahan meliputi
peremajaan replanting, pengolahan tanah, dan pembuatan jalan.
Penanggulangan erosi yang dilakukan dengan membuat teras, rorak, dan
melakukan pola tanam yang sesuai.
35
2. Pengolahan lahan di kebun Krumput tidak perlu dilakukan langkah konservasi
karena mereka sudah menerapkan pengolahan tanah yang sesuai dengan
aturan-aturan dalam pengolahan tanah yang baik.
3. Kondisi lahan pada perkebunan karet krumput sangat baik dan sesuai dengan
kaidah-kaidah pengelolaan tanaman perkebunan.
B. Saran
Praktikum ini sudah berjalan dengan baik dan penjelasan sudah jelas hanya
mungkin sebaiknya saat melakukan kunjungan praktikum ke perkebunan
dilakukan pembagian per rombongan kelompok supaya lebih efektif dan tidak
secara bersama sama yang membuat praktikan menjadi bingung dan tidak focus
karena kehilangan konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. 86 hlm.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Ditjen Perkebunan, Jakarta.
Rosyid MJ, Arief Budiman dan Sigit Ismayanto. 2005. Petunjuk Teknik Budidaya Karet Bagi Pola Peremajaan Karet Model Pastisipatif di Kabupaten Sarolangon dan Merangin Provinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Schmidt, F.H. and Ferguson, J.H.A. (1951). Rainfall Types Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia and Western New Guinea. Verh. Djawatan Mety. Dan Geofisik, Jakarta 42
36
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius: Yogyakarta.
Soetedjo, R. 1979. Karet. PT. Soeroengan, Jakarta
Sunarwidi. 1987. Penyiapan/Pemukaan Lahan dan Penanaman Karet. Warta Perkaretan.
Tirtoboma. 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian, Bogor.
Tjitrosoedirjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.
Williams, C. W. 1982. The Agronomy of Major Tropical Crops. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
LAMPIRAN
37
LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN
ACARA IIPEMBIBITAN TANAMAN KARET
38
Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2015I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga memiliki prospek yang cerah. Produksi karet secara nasional pada tahun
2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan
lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan
kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet ( Anwar, 2001).
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan
39
ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Sebagai negara dengan luas areal
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi
beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang
merupakan mayoritas areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih
terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya
produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan
tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang
menyerupai hutan.
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam
(bibit), baik yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun
vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu
mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi,
pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk
penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan
areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus
umur ekonomis tanaman (20 – 25 tahun).
Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah,
pengecambahan,pembibitan batang bawah,pelaksanaan okulasi, pemilihan entres
sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah
ditetapkan.Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling
mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan
dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik.
40
B. Tujuan
Mengetahui pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput,
mempraktekan cara perbanyakan bibit karet dengan mengokulasi tanaman karet
dan mengetahui pemeliharaan pada pembibitan tanaman karet di PTPN IX
Krumput.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian di Indonesia karena banyak penduduk yang hidupnya
mengandalkan komoditas ini. Komoditas karet Indonesia pada tahun 2010
hanya mampu memberikan konstribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak
2,41 ton karet alam sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151
juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton
(Hero dan Purba, 2010).
41
Saat ini luas areal pertanaman karet di Sumatera Utara tahun 2010
adalah 463.851 ha dengan produksi 413.597 ton serta produktivitasnya 1.015
ton per ha. Untuk total luas arealIndonesia adalah 3.445.121 ha dengan produksi
2.591.935 ton serta produktivitas 935 kg per ha(Badan Pusat Statistik, 2011).
Lahan karet yang luas itu hanya 15% merupakan perkebunan besar, sedangkan 85
% adalah perkebunan rakyat yangdikelolaseadanya saja, bahkan ada yang hanya
mengandalkan pertumbuhan alami. Indonesipada tahun 2025 diharapkan menjadi
negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3,8 – 4,0 juta
ton per tahun. Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi
yang besar dalam meningkatkan produktifitas kebun (Boerhendhry, 2009).
Masalah utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktifitas
rendah, hanya 685 kg/ha/tahun, jauh dari produktifitas perkebunan besar yang
rata-rata sudah di atas 1000 kg/ha/tahun.
Selain itu masalah yang dihadapi para pekebun jika menggunakan stum okulasi
mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stum di
lapangan. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh
terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Sinaga, 2013).
Mengingat amat pentingnya bibit dalam menentukan perbaikan
pembangunan perkebunan karet, maka usahatani pembibitan perlu dikelola
dengan baik. Bibit karet berkualitas yang digunakan akan menghasilkan tanaman
karet yang berkualitas pula. Untuk mendapatkan tanaman karet yang berkualitas,
dalam hal ini menghasilkan lateks yang banyak, tahan terhadap penyakit dan
42
pertumbuhan yang seragam diperlukan bibit yang berasal dari klon unggul
(Purwanta, 2008).
Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan tanaman yang baik
dan dapat meningkatkan produksi. Selain itu dengan bibit atau bahan tanam yang
unggul akan dapat mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan produksi (Tim Penulis PS,
2008).Pembibitan merupakan hal yang sangat penting dilakukan berkaitan untuk
mendapatkan bibit yang bermutu baik dan unggul. Pembibitan akan berpengaruh
pada produk yang dihasilkan oleh tanaman karet itu sendiri (Lasminingsih,2006).
Jenis klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah GT I. Okulasi
merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan
menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan
mendapatkan sifat yang unggul.
Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata
tidur, stum mini, bibit dalam polibag, atau stum tinggi (Anwar,2001).
43
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cangkul, pisau okulasi, ,
plastik untuk membalut batang, kain lap dan gunting. Bahan yang digunakan
adalah bibit batang bawah, biji, mata entres dan tanah.
B. Prosedur Kerja
44
1. Pemberangkatan
- Peserta praktikan berkumpul di depan pendopo auditorium kemudian
diberikan penjelasan singkat oleh dosen dan asisten praktikum
- Praktikan berangkat menuju PTPN IX Krumput Banyumas dengan
menggunakan bus yang telah disediakan.
2. Pelaksanaan
- Pembibitan Okulasi : batang bawah dibersihkan dengan menggunakan kain
lap, kemudian dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm panjang 10
cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan, dikupas
dari kayu batang entres lalu ditempelkan dijendela okulasi yang telah
disiapkan, kemudian dibalut dengan plastik yang rapat dan tidak kendor
agar tidak kena air jika hujan, setelah beberapa hari pembalut plastik
dibuka kemudian lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari
pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan kedua untuk mengecek mati
dan tidaknya, setelah 15 hari dari pemeriksaan kedua, lakukanlah
pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag ( pembibitan lapangan II )
untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil okulasi. Bibit yang
sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I kemudian di potong
batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4 s.d 10 hari atau mata sudah
meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel dengan hati – hati
agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm akar
tunggang, bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi
media tanam yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan
45
disisakan 3 – 4 cm dari pangkal akar, bibit siap di tanam dalam polibag
setelah ditugal terlebih dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan
kulit akar tunggang tidak luka atau terkelupas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Terlampir.
B. Pembahasan
Okulasi adalah salah satui teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang
46
dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang
baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang
baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet
dari klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan
dan Andoko, 2010). Tujuan utama okulasi adalah untuk mendapatkan jenis
tanaman baru dengan sifat yang menguntungkan seperti tahan penyakit serta
keunggulan – keunggualan sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Sedangkan
untuk tunas yang ditempelkan harus merupakan tunas yang yang produktif atau
kualitas yang tinggi. Sehingga dapat diperoleh produktivitas karet yang maksmial
baik dalam produk lateks maupun kayu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi karet antara
lain:
1. Faktor lingkungan
a. Waktu penempelan; pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu
cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
b. Temperatur dan kelembaban; Temperatur dan kelembaban yang optimal
akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan
untuk berhasilnya suatu tempelan. Temperatur yang diperlukan dalam
penempelan berkisar antara 7,2-32,0°C, bila temperatur kurang dari 7,2 C
pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih dari 32°C pembentukan kalus
juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur
optimum pada penyambungan adalah 25-30°C. Penempelan memerlukan
kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan mengalami
47
kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada
sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati. Keadaan iklim
pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun, kurang baik
untuk pengokulasian karena adanya gangguan visiologis. Yang baik
adalah pada awal dan akhir musim penghujan, pada musim hujan juga
tidak baik, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat
mengakibatkan busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan
jasad renik pada sisa-sisa latex dari luka okulasi, ini dapat dapat
menyebabkan kegagalan pengokulasian.
c. Cahaya; Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan
penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat
memancar dan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi
daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium
pada daerah sambungan.
2. Faktor tanaman
- Kompatibilitas dan inkompatibilitas; Batang atas dan batang bawah dari
varietas yang sama akan menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan
biasanya gabungan tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup
lama, produktif dan kuat. Lawan dari kompatibel adalah inkompatibel.
Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang di tempel antara
lain :
48
- Gabungan antara species, varietas atau klou-klou yang tidak pernah
membentuk sambungan.
- Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan
sambungan sangat kecil.
- Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.
- Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam
pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.
- Adanya petumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.
- Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman
menjadi kerdil).
- Keadaan fisiologi tanaman; Beberapa tanaman mengalami kesukaran
untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit
membentuk kalus.
- Pengelupasan kulit kayu; Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh
pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium
pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.
- Penyatuan kambium; Agar persentuhan kambium batang atas dan batang
bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan
batang atas dipilih yang hampir sama.
3. Faktor pelaksana
- Keahlian; Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik
terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
49
- Kesempurnaan alat; Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan
kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur. Keterampilan,
kebersihan dan kecepatan mengokulasi (Setyamidjaja, 1993).
Pembibitan yang di lakukan di PTPN Krumput Banyumas dilakukan
dengan beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
1. Seleksi biji
Dilakukan untuk menentukan biji yang baik yang nantinya akan
dijadikan bibit tanaman karet. Seleksi biji dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain:
a. Lenting. Dilakukan dengan melemparkan ke dalam kotak berukuran 40
cm x40 cm x 40 cm. Jika biji dapat melenting dan melewati kotak
tersebut maka dikatakan biji tersebt memiliki kualitas yang bagus.
b. Perendaman. Dilakukan dengan merendam ke dalam air. Jika 23
bagian
biji terendam maka dikatakan biji tersebt memiliki kualitas yang bagus.
2. Kecambah
Dilakukan dalam bedengan berukuran 120 cm x90 cm dengan
mengarahkan posisi biji dari timur ke barat.
Hal ini dilakukan agar biji memperoleh sinar matahari. Bedengan tersebut
diisi dengan pasir setebal 10-15 cm. Biji tumbuh dalam 3-4 hari. Jika dalam
usia 14 hari biji belum tumbuh maka sebaiknya biji dibuang karena tidak
layak pakai lagi.
3. Penanaman
Stadia dalam pembibitan terdiri dari
50
- Stadia bintang. Stadia ini menghasilkan bibit yang kurang sesuai untuk
ditanam karena usia masih muda.
- Stadia pancing. Disebut dengan stadia tengah di mana bibit mulai bisa di
tanam
- Stadia jarum. Bibit pada stadia ini kurang layak lagi untuk ditanam,
karena sudah terlalu panjang sehingga mudah patah.
Usia pembibitan 3-4 minggu benih yang tidak tumbuh dapat dilakukan
penyulaman.
4. Pemindahan benih ke dalam polibag
Dalam proses ini bibit perlu dibuat krakap yang dapat berfungsi sebagai
pelindung tanaman dari penguapan dan berperan sebagai pupuk.
5. Okulasi
Okulasi ada dua macam, yaitu:
- Green budding. Usia bibit antara 5-6 bulan. Bibit yang siap diokulasi
ukurannya seperti diameter pensil.
- Brown budding. Usia bibit berkisar 1 tahun.
Okulasi yang bagus berkisar 8-10 mata, jika lebih dari 10 mata kurang baik
untuk digunakan dalam okulasi. Macam macam mata okulasi terdiri dari mata
prima yang merupakan mata yang dibutuhkan dalam okulasi, mata sisik
merupakan mata bekas mata prima, dan mata burung.
Daerah disekitar okulasi sebaiknya dibungkus dengan pelepah daun pisang.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban dan agar daerah okulasi tidak
menjadi lecet. Warna okulasi terdiri dari BBM (biru), PB (kuning), RRIC
51
(putih), RRIM (Hijau, dan GT (merah). Cara pengambilan entres dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
- Menentukan mata yang akan diambil. Jika terdapat getah disekitar batang
dibersihkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi
- Mata entres disayat
- Bagian kulit luar batang (kayu) dilepas, ambil bagian yang terdapat mata
manik
- Dilakukan jait 10-15 cm dari pangkal batang
- Dililit plastik daerah yang ditempelkan dengan mata entres
- Setelah 21 hari lilitanplastik dibuka, jika hasil okulasi berwarna hijau
artinya mata entres tersebut hidup. Sebaliknya jika mata entres berwarna
coklat maka dikatakan tidak berhasil atau mati.
- Dipotong dengan jarak 5-10 cm dari jendela okulasi teratas. Pemotongan
dilakukan secara serong.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemandu praktikum lapang di
PTPN Krumput Banyumas, jenis tanaman okulasi yang digunakan berupa
tanaman karet GT I. Beberapa kelebihan klon GT I (GondangTapen I) antara lain
getah Karet lebih banyak, Umur karet lebih lama + 40 th, Tahan Angin ( 3 Akar
tunjang) dan Pertumbuhan lebih cepat.Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer
yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:
- Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai
agak pipih.
52
- Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa
berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.
- Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol.
- Paying: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak
jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang.
- Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak
kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai
daun agak besar dan bagian atasnya agak rata.
- Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (ke atas),
membentuk sudut sempit (< 60o).
- Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips,
panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis
tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang
cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai
daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir,
daun pinggir tidak simetris.
- Warna lateks: putih.
Mata tunas yang baik adalah yang berasal dari kebun entres yang sehat,
umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata untuk
okulasi coklat (umur batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) adalah
mata ketiak daun. Standar mutu mata okulasi atau entres ialah (Siagian, 2012):
a. Berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai anjuran
53
b. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan
masih segar
c. Berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%
d. Mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat
(umur batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang
berasal dari daun yang rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman
muda (3-4 bulan).
Kendala yang di dalam kebun pembibitan tanaman karet PTPN IX Kebun
Krumput Banyumas antara lain:
1. Perubahan iklim.
Seperti halnya tanaman-tanaman lainnya dalam proses pembibitan
tanaman karet juga memerlukan kondisis iklim yang optimum. Rata–rata suhu
minimum 23,12°C dan maksimum adalah 32,06 °C. Sedangkan kele mbaban
udara relatif 83,64 %. Suhu udara berkisar 82,8 –84,5 °C dan rata-rata curah
hujan 2.067 – 2.777 mm/thn. Sesuai dengan kondisi suhu udara dan curah
hujan dan kriteria untuk pewilayaha n agroklimat tanaman karet, maka
wilayah Provinsi Jambi tergolong sangat sesuai dan sesuai bagi
pertumbuhan tanaman karet. Berdasarkan kebutuhan agroklimat untuk
pengembangan karet di Jambi dapat direkomendasikan untuk wilayah
sedang dan kering. Sedangkan daerah beriklim basah curah hujan diatas
4000 mm/thn dan suhu rendah <25 °C atau setara dengan ketinggian 500 m
dpl, penaman karet tidak dianjurkan karena tingginya faktor pembatas.
2. Klon
54
Klon yang digunakan harus tahan terhadap penyakit. Penggunaan klon
yang tidak sesuai dengan harapan dapat mempengaruhi hasil lateks karet yang
nantinya akan dihasilkan ketika tanaman menjadi tanaman menghasilkan.
3. Keahlian pekerja
Pengetahuan pekerja dalam melakukan okulasi bibit dapat mempengaruhi
hasil okulasi yang nanti akan dihasilkan. Seorang peekerja dalam pembibitan
dibutuhkan seseorang yang teliti dan tidak ceroboh dalam melakukan okulasi
karena dalam melakukan okulasi pembibitan tanaman karet dibutuhkan
keadaan yang steril baik dari pekerja maupun dari alat dan bahan yang
digunakan.
Okulasi ada dua macam, yaitu:
- Green budding.
Usia bibit antara 5-6 bulan. Bibit yang siap diokulasi ukurannya
seperti diameter pensil. okulasi hijau kalau dalam okulasi konvensional
digunakan batang bawah yang sudah berwarna coklat maka dalam
okulasi hijau digunakan mata okulasi dari entres yang masih berwarna
hijau(green budwood). Berdasarkan warna komponen tersebut
dikatakanlah okulasi hijau. Syarat-syarat batang bawah okulasi hijau
adalah sebagai berikut:
a. Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS
2037 dan LBC1320.
55
b. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya
berumur 5nulan yang leh mudah dapt juga digunakan asal
pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar.
c. Diamer batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm
diukur pada pangkal batang
d. Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada
stadia daun tua.
Entres atau kayu okulasi hijau digunakan tunas-tunas atau taruk-taruk
hijau yang ujungnya berdaun yang telah mempunyai diameter 1-1,5 cm
dan daun-daun pada karangan daun diujung telah berwarna hijau dan
masih lemah. Untuk memproleh taruk-taruk hijau pohon batang atas atau
pohon entres dipangkas beberapa cm diatas karangan mata, karena
pemangkasan tersebut akan tumbuh sejumlah tunas-tunas dari karangan
mata yang dibiarkan tumbuh hingga 5-6minggu. Tunas-tunas ini segera
dipanen sebagai kayu okulasi hijau.
- Brown budding.
Usia bibit berkisar 1 tahun. Batang bawah yang di anjurkan adalah
semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan LBC1320 Bibit Semaian telah
berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah berwarna coklat dan
mempnuyai 4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang berumur 6-9
bulan asal sudah berbatang coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun
Diameter batang telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal
56
Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun
stadia daun tua
Okulasi dilakukan dengan cara batang bawah dibersihkan dengan
menggunakan kain lap, kemudian dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm
panjang 10 cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan,
dikupas dari kayu batang entres lalu ditempelkan dijendela okulasi yang telah
disiapkan, kemudian dibalut dengan plastik yang rapat dan tidak kendor agar tidak
kena air jika hujan, setelah beberapa hari pembalut plastik dibuka kemudian
lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari pemeriksaan pertama dilakukan
pemeriksaan kedua untuk mengecek mati dan tidaknya, setelah 15 hari dari
pemeriksaan kedua, lakukanlah pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag
( pembibitan lapangan II ) untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil
okulasi. Bibit yang sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I kemudian
di potong batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4 s.d 10 hari atau mata
sudah meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel dengan hati – hati
agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm akar tunggang,
bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi media tanam
yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan disisakan 3 – 4 cm
dari pangkal akar, bibit siap di tanam dalam polibag setelah ditugal terlebih
dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan kulit akar tunggang tidak luka
atau terkelupas.
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
58
1. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain
yang dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-
sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan
produksi yang baik.
2. Tanaman karet di perbanyak dengan cara mengokulasi antara batang bawah
dan batang untuk memperoleh stum mata tidur yang bermutu
3. Jenis atau varietas yang digunakan oleh PTPN IX Krumput ini adalah klon
GT I.
B. Saran
Sarana praktikum sebaliknya disediakan dan wakttu praktikum
diperpanjang sehingga setiap acara dapat terlaksana dengan baik di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
59
Badan Pusat Statistik. 2011. Karet Menurut Provinsi Di Seluruh Indonesia. Buku Statistik Perkebunan 2009-2011 Direktorat Jendral Perkebunan. http://www.deptan.go.id, diakses pada 14 Desember 2014.
Boerhendhry, I., 2009. Pengelolaan biji karet untuk bibit. WartaPenelitian danPengembangan Pertanian Indonesia Vol. 31 No. 5.
Hero F. dan K. Purba, 2010. Potensi dan perkembangan pasar ekspor karet indonesia di pasar dunia. http://pphp.deptan.go.id , diakses padda 14 Desember 2014.
Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Purwanta, H.J. dkk. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian
Sinaga, R. 2013. Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon. Skrips. FMIPA,.Unimed. Medan.
Setiawan, D. H. dan A. Andoko. 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet Edisi Revisi. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius.Yogyakarta.
Siagian, H. (2012). Pengembangan dan Standarisasi Penuntun Praktikum KimiaSesuai dengan Tuntutan KTSP. Skripsi. FMIPA. Unimed. Medan. Tim Penulis PS., 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN
60
ACARA IIIPEMELIHARAAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DAN
TANAMAN KARET MENGHASILKAN
Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
61
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk
Indonesia danlingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu
hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang
diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi
karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal
tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan.
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya
Brasil. Karenanya, nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan
sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis
tanaman penghasilan getah. Karena lebih dari 80% dikelola oleh rakyat,
perkebunan juga merupakan sumber mata pencaharian dan pendapatan sebagian
besar penduduk Indonesia. Sebagai sumber pertumbuhan bahan baku industri,
lapangan kerja, pendapatan, devisa, maupun pelestarian alam, perkebunan masih
akan tetap memegang peranan penting. Oleh karena itu, pemeliharaan tanaman
karet dilakukan untuk menjaga kualitas hasilnya. Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma,
pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Areal pertanaman karet, baik
tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)
harus bebas dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan Mikania
micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik.
B. Tujuan
62
Tujuan praktikum pemeliharaan TBM dan TM karet ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengenal usaha apa saja yang dilakukan dalam memelihara tanaman karet
2. Mengetahui tujuan pemeliharaan dan langkah-langkahnya
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan
diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan
63
percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal
dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat.
Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun bertangkai
pendek dan berbentuk lonjong oblong (Sianturi, 2001). Tanaman karet adalah
tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk
bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Setyamidjaja, 1999).
Produksi karet dipengaruhi oleh beberapa hal seperti iklim dan cuaca. Pada
musim rontok produktivitas pohon karet menurun, dan dengan asumsi harga pasar
luar negeri stabil, harga di tingkat petani pun menjadi lebih baik. Cuaca juga
berpengaruh terhadap produksi karet. Pada musim hujan petani tidak bisa
menyadap karena lateks yang keluar tidak bisa ditampung karena lateks
mengencer dan jatuh di sekeliling batang. Begitu juga hujan pada waktu dinihari
karena batang masih dalam kondisi basah, sehingga pada musim hujan produksi
karet petani turun (Suswatiningsih, 2008).
Produksi lateks dari tanaman karet selain ditentukan oleh keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan
tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130
cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi
tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap
dipanen (Anwar, 2001). Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu
64
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan,
kesesuaian lahan, agro-klimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan,
sistem dan manajemen sadap. Asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat
memenuhi seluruh kriteria yang telah dikemukakan dalam kultur teknis karet di
atas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian
Perkebunan yang bersangkutan (Anwar, 2001).
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet
meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun
tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang
(Imperata cylindrica), Mikania micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001). Pemberian pupuk tidak
dilakukan pada waktu hujan karena akan cepat tercuci oleh air hujan. Pemberian
pupuk dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Cara
pemupukan tanaman karet ada dua macam yaitu dengan cara manual circle dan
chemical strip weeding. Pemupukan dengan cara manual dilakukan dengan
membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan jarak disesuaikan dengan
umur tanaman. Umur 3-5 bulan saluran dibuat melingkar dengan jarak 20-30 cm
dari tanaman. Umur 6-10 bulan jarak dari tanaman 20-45 cm. Pemupukan dengan
cara chemical strip dilakukan dengan cara meletakkan pupuk diluar jarak 1-1,5
meter dari barisan tanaman ( Sugito, 2007).
65
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet.
Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan,
tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh
karena itu, langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna
memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih dari 25
jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut
dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkan
(Anwar, 2001).
Tanaman kacangan merupakan tanaman penutup tanah (Cover Crop) yang
sangat berguna untuk mencegah erosi dan melindungi tanah dari sinar matahari
yang terlalu terik dan dapat juga melindungi permukaan tanah dari air hujan dan
mengurangi erosi terutama pada tanaman yang permukaannya miring, curam, atau
bergelombang sehingga mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian, serta
berfungsi mengembalikan unsur hara yang tercuci dari lapisan dalam dan
permukaan tanah. Tanaman kacangan yang telah menutup tanah juga dapat
menekan pertumbuhan gulma sehingga biaya untuk pengendalian gulma dapat
ditekan (Arsyad, 2006).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
66
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lahan
perkebunan karet PT Perkebunan Nusantara IX (Persero Tanaman Tahunan
Krumput Kabupaten Banyumas), alat perekam, alat pengeras suara, alat
penyemprot, alat pemangkasan atau topping, alat untuk penyulaman, fungisida,
Pupuk organik, pupuk kandang 10 kg/pohon. Pupuk anorganik: KCl, SP36 dan
Urea (45-15-15).
B. Prosedur Kerja
1. Mendengarkan dan mencatat penjelasan dari pihak PTPN IX Krumput
tentang teknik-teknik pemeliharaan tanaman, melakukan diskusi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
67
Hasil pengamatan pada pemeliharaan TBM dan TM karet di PTPN IX,
Krumput, Banyumas diantaranya penyulaman, penunasan, pemotongan,
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman karet.
Pemeliharaan tanaman belum mengahasilkan (TBM):
1. Penyulaman
2. Wiwil
3. Perangsangan cabang setelah tinggi 2,7-3 m
4. Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong, rorak
5. Pengolahan tanah
6. Pengendalian gulma
7. Pemupukan
8. Inventarisasi pohon
9. Pengendalian HPT
10. Pengukuran lilit batang.
B. Pembahasan
Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM) yaitu Setelah menginjak umur
lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II.
Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman
dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur
tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik,
kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun,
68
dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini
hanya meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan.
Sedangkan pada pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM
dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman
terutama lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang sadap serta
menyeragamkan pertumbuhan tanaman.
Sedangkan menurut literatur (Anwar, 2001) Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma,
pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Areal pertanaman karet, baik
tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)
harus bebas dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica), Mikania
micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang
baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas TM dan TBM pada lateks,
sebagai berikut.
1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
5. Kualitas air dalam pengolahan.
69
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
7. Komposisi lateks.
Untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam lateks
dapat dilihat pada tabel Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar
masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinase.
Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0 mg tiap 100 gram lateks
kering.
1. Penyisipan/penyulaman
Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan
bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan
tingkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali
dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam
dengan bahan tanam dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua
dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanaman yang seumur,
haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg sebanyak maksimal 10% ketika
menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibeg, bahan tanam yang
dapat digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core stump
(CS). Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman
utama. Jika tidak tersedia tanaman dalam polibeg, bahan tanaman disediakan di
pembibitan dan disulamkan sebagai stum mini. Stum mini adalah bibit hasil
okulasi yang tunas okulasinya ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 dibongkar.
Stum mini memilki persentase kematian lebih rendah bila disbanding stum mata
tidur. Stum mini hanya dapat disulamkan pada tahun pertama. Jika penyulaman
70
masih harus dilakukan pada tahun kedua dan merupakan penyulaman terakhir,
maka bahan penyulaman menggunakan stum tinggi atau bibit core stump (CS).
(Siagian, 2005)
2. Penunasan/Pewiwilan
Penunasan adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas
cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini
banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg
tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman
dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat
tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat
tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas
berkayu. Tujuan utama dari penunasan ini adalah untuk mendapatkan bidang
sadap yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak. Sehingga prinsip
pelaksanaan penunasan atau pewiwilan ini adalah dengan membuang tunas-tunas
yang muncul pada ketinggian 2,5 – 3 meter diatas tanah. Karena pada ketinggian
tersebut merupakan daerah bidang sapad yang harus dipelihara agar mendapatkan
bidang sadap yang baik sesuai dengan tujuan utama dari penunasan.
Dalam pelaksanaannya pembuangan tunas harus dilakukan secepat
mungkin jangan menunggu sampai berkayu karena dalam pemotongan akan
menimbulkan bekas yang akan merusak bidang sadap. Untuk rotasi yang biasa
dilakukan adalah 12 x pertahun, namun tidak menutup kemungkinan jika memang
sudah ada tunas yang tumbuh pada daerah bidang sadap maka harus segera
71
dilakukan penunasan, jadi rotasi tersebut tidak menjadi patotakan waktu
pelaksanaan penunasan
3. Induksi cabang (Branch Induction)
Induksi percabangan adalah suatu kegiatan pemeliharaan TBM karet yang
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman sehingga waktu
matang sadap bisa lebih cepat. Cara yang dilakukan adalahmelakukan
perangsangan percabangan dan memodifikasi bentuk tajuk tanaman sehingga
dengan demikian maka pertumbuhan tajuk tanaman akan semakin baik
dan rimbun yang akan mengoptimalkan laju fotosintesis, dengan demikian
pertumbuhan tanaman akan lebih optimal. Prinsip pelaksanaan dalam kegiata
induksi percabangan ini adalah melakukan perangsangan percabangan
katika pada TBM karet tersebut pada Ketinggian 2.5-3 m dari pertautan
okulasi tidak terdapat cabang. Jadi daerah perangsangan cabang dilakukan
pada ketinggian 2,5-3 m dari pertautan okulasi. Untuk merangsang
pertumbuhan cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
a. Clipping
Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,5–2
tahun) dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian
daun yang letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang
akan tumbuh. Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap
angin kencang dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang
efisien, sebab cabang yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat
keberhasilannya hanya 55% saja
72
b. Melipat Daun Pucuk (folding)
Bila sampai ketinggan 175cm tidak terbentuk cabang, maka titik tumbuh
batang ditutup dengan cabang meliputi daun bagian atas dan mengikatnya dengan
karet. Pelipatan dilakukan bila semua daun pada paying teratas tersebut telah
mengeras. Lipatan diperiksa setiap minggu pada musim penghujan atau setiap dua
miggu pada musim kemarau. Bila tunas-tunas telah tumbuh, maka lipatan dibuka.
Apabila tunas tidak tumbuh, penutupan titik tumbuh diulangi lagi pada payung
berikutnya.
c. Pemotongan Batang (topping)
Apabila sampai pada ketinggian 3m tidak terbentuk cabang, maka
dilakukan pemotongan batang tanam (topping) pada ketinggian 310cm. Cabang
yang dihasilkan dibiarkan tumbuh dan tidak bertunas. Topping agar dilakukan
pada musim penghujan. Jangan dilakukan pada musim kemarau. Selain system
folding tersebut diatas, ada juga yang lebih baik, yaitu system utrimuing, yaitu
daun muda yang baru muncul pada ketinggian diatas 175cm agar
dipotong daunnya dengan setengah, kecuali pucuknya. Dengan system pruning
dan branch induction maka pertambahan girth (lingkar batang) akan cepat,
sehingga dapat cepat dideres, yang berarti mempersingkat masa TBM
(tanaman belum menghasilkan) selain itu mencegah pokok doyong atau tumbang.
Hal tersebut berarti penghematan biaya dan cepat mendapatkan produksi.
Biasanya untuk budgraft umur 4 - 4,5 tahun sudah dapat dideres.
4. Pengendalian gulma TBM
73
Masalah gulma di perkebunan karet merupakan masalah serius karena
mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara. Di samping
itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat
penghambat pertumbuhan seperti zat alelopati pada gulma alang-alang (Imperata
cylindrica, sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan
produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari
hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan.
Jenis-jenis gulma pada TBM karet adalah sebagai berikut:
1. Cyperus spp
2. Ageratum conyzoides
3. Imperata cylindrica
4. Otochloa nodosa,
Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun
pertama sampai tahun ketiga, tanah masih terbuka sehingga
gulma, seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dan lain-lain,
tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu, gulma harus
dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur
dan dapat mencapai produksi optimal. Untuk mencapai hal
tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan
berdasarkan umur tanaman. Pengendalian gulma pada
tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan
tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal
batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur
74
tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah
daerah satu meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman.
Dengan cara demikian, maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya
dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada
masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan
cara manual, yaitu dengan mencabut atau membersihkan
gulma secara langsung dengan tangan atau kored. Pada saat
yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup
tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan
menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.
Selain itu, Pengendalian gulma pada tanaman yang belum
menghasilkan juga dilakukan dengan cara penanaman tanaman
penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan
pemeliharaan gawangan tanaman (Mangoensoekarjo, 1983)
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan
akhir musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan
dibuat larikan melingkar selama – 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10
Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk. . Selain
pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan
secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang
seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I
yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu
75
sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman
dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari
Urea dan KCl.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama penyakit mutlak diperlukan agar produktivitas karet
tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya. Sebab tanaman karet yang dirusak oleh
hama akan terganggu produktivitasnya dan hal ini bisa menyebabkan menurunnya
harga jual dari lateks yang dihasilkan oleh karet. Pada akhhirnya akan merugikan
petani ataupun perusahaan yang membudidayakan karet sebagai sebuah
komoditas unggulan pertanian. Sedangkan pada fase TM (tanaman
menghasilkan), terdapat beberapa kegiatan pemeliharaan yang tidak jauh berbeda
dari kegiatan pemeliharaan TBM di atas. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1. Pemeliharaan saluran air
2. Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong dan rorak
3. Pengendalian gulma
4. Pemupukan
5. Inventarisasi pohon
6. Pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Legume cover crop atau tanaman penutup umumnya adalah tanaman yang
berasal dari famili legumineceae (tanaman legume/ kacang-kacangan). Cover crop
atau tanaman penutup tanah berperan sebagai penahan kelembaban tanah di
daerah perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain
76
berfungsi menjaga kelembaban tanah di areal sekitar perkebunan, cover crop juga
memiliki peran sebagai penggembur tanah (Arsyad, 2006).
Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak
butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah
bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)
melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman
penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,
mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi
air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi (Syamsulbahri, 1996).
Pembangunan penutup tanah: Penutupan lahan karet siap olah dengan
kacangkacangan (LCC) sangat diperlukan dan memberi keuntungan.
Keutungannya antara lain : meningkatkan kesuburan tanah, melindungi
permukaan tanah dari erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah, meningkatkan
pertumbuhan tanaman karet, menekan jamur akar putih dan menekan biaya
pengendalian gulma (Williams, 1982).
Tanaman penutup tanah dapat dipilih dari 3 ( tiga ) jenis tanaman, yaitu
tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon. Tanaman merayap terdiri
atas rumput dan jenis leguminosa seperti Pueraria javanica, Centrosema
pubescens dan Calopogonium mucunoides. Tanaman merayap, tanaman semak
yang biasa digunakan adalah crotalaria usara moensis, C juncea, C anagyrroides,
Tephorosia Candida dan T. Vogelili. Beberapa jenis LCC yang dianjurkan sebagai
tanaman penutup tanah ada tanaman karet adalah sebagai berikut :
1. Centrosema pubescens Benth.
77
2. Calopogonium mucunoides Desv. (Roxb.)
3. Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.
4. Pueraria javanica.
5. Calopogonium cearuleum Hemsl.
6. Centrosema plumeri (Turp. Ex Pers.) Benth.
7. Psophocarpus palustris Desv.
8. Pueraria thunbergiana (S & Z.) Benth.
9. Mucuna cochinchinensis.
10. Mucunabracteata.
Tanaman penutup tanah yang ditanam pada kebun Krumput ini yaitu Mukuna
(Mucuna bracteata). Tanaman ini dipilih sebagai LCC pada kebun karet tersebut
karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Mucuna Bracteata (MB) berasal dari
India. Kacangan MB ini tahan terhadap kekeringan dan naungan. Kapasitas
Fiksasi nitrogen MB ini tinggi. Dia tumbuh sangat cepat dan menutup lahan
sangat cepat, karena itu dia menekan pertumbuhan gulma-gulma lainnya. MB
sebagai kacang-kacangan akan menyediakan mulsa organic yang tebal yang mana
dapat membantu untuk mengurangi pupuk yang hilang mengalir, karena hujan
deras. Lapisan tebal dari sampah daunnya juga akan membantu untuk mengurangi
erosi tanah sehingga kondisi tanah tidak akan memburuk dari waktu ke waktu.
Pemeliharaan pada fase TM berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produksi
tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada fase TM diantaranya : 1) manajemen tajuk,
2) pengendalian gulma, 3) pemupukan, dan 4) pengendalian hama penyakit
(Junaidi, 2008).
78
Pemupukan merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk menaikkan
produktivitas tanaman. Pemupukan dilakukan secara intensif pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan pupuk
urea, TSP, dan KCL. Tujuan pemupukan adalah untuk menambah hara mineral
dalam tanah agar tanaman dapat menyerap sebanyak mungkin yang diperlukan.
Dosis pemupukan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada keadaan tanah.
Berdasarkan usia pohon pemupukan tanaman karet dibagi dalam tiga golongan
yaitu:
1. Pemupukan bibit dalam persemaian, termasuk tanaman untuk bahan
penempelan (okulasi).
2. Pemupukan pada tanaman muda yang belum menghasilkan.
3. Pemupukan pada tanaman dewasa yang sudah menghasilkan.
Jarak dari tanaman pada waktu pemupukan pertama kira-kira 10 cm, dan
semakin bertambah umur tanaman makin menjauh. Pada waktu tanaman berumur
4-5 tahun jarak pemupukan 1-1,5 m, dan mengelilingi tanaman. Seminggu
sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman
dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari
Urea dan KCl.
Pengendalian hama dan penyakit adalah perusak tanamam yang berupa
hewan seperti serangga, mamalia dan nematoda. Penyakit adalah gangguan yang
terus menerus pada tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan
jasad renix lain. Sedangkan gulma adalah tanaman liar yang pertumbuhannya
tidak dikehendaki karena bersifat merugikan.
79
Gulma yang tumbuh diantara tanaman karet dapat menimbulkan berbagai
kerugian yaitu:
1. Menurunkan produksi dan menurunkan hasil.
2. Dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
3. Mepersulit pengelolaan dan mempertinggi biaya-biaya.
4. Dapat menghambat atau merusak kerjanya peralatan
5. Dapat menimbulkan keracunan ternak maupun manusia
Pengendaliaan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara:
1. Preventif: cara ini digunakan dengan maksud untuk mengurangi pertumbuhan
gulma supaya usaha pemberantasan dapat dikurangi atau ditiadakan.
Kegiatannya meliputi pengelolaan tanah atau pertanaman itu secara
keseluruhan sehingga mengurangi biaya operasional dalam pemberantasan.
2. Mekanis: cara ini menggunakan alat-alat mulai dari alat yang paling
sederhana sampai yang modern.
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan
penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan
gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara
manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya. Cara manual atau mekanis adalah
pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit.
Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan
karet tidak terlalu luas. Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang
paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia
pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas
80
gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya. Sedangkan herbisida
sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma.
Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan
frekuensi yang telah ditetapkan.
Peremajaan adalah Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman
karet akan memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi
lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan
menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Kegiatan
peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua.
81
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan
diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas
dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang
lebih terkenal dengan nama lateks.
2. Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM) yaitu Setelah menginjak umur
lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan
komposisi II.
3. Sedangkan pada pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM
dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif
tanaman terutama lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang
sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman.
B. Saran
82
Waktu praktikum kurang lama dan tidak secara keseluruhan membahas
semua budidaya tanaman karet yang dilakaukan. Sebaiknya dalam praktikum
lapang ini kita dijelaskan semua hal secara terperinci agar praktikan dapat
memahami semua aspek tm dan tbmnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Pusat penelitian karet, Mig Crop: MedanBPPP, 1997. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1992-1996. Departemen Pertanian, Jakarta.
Arsyad S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet.
Deptan, 2010. Budidaya Tanaman Karet. Http://pustaka-deptan.go.id . Diakses 2 Desember 2015.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Ditjen Perkebunan, Jakarta
Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 86 hlm.
Setiawan, D. H. dan A. Andoko, 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. AgromediaPustaka,Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1999. Karet. Kanisius, Yogyakarta.
83
Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera UtaraPress,Medan.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. GadjahMadaUniversityPress,Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
84
85