0 profil tpttt

123
PROFIL PERUSAHAAN I. SEJARAH PERUSAHAAN PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, merupakan peleburan dari PT Perkebunan XV-XVI (Persero) dan PT Perkebunan XVIII (Persero). Pendirian PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) tersebut tertuang pada Akta Notaris Harun Kamil, S.H. nomor 42 tanggal 11 Maret 1996, yang disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, diubah dengan Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. No.1 tanggal 9 Agustus 2002 dan disyahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor: C-19302 HT.01.04.TH.2002 tanggal 7 Oktober 2002. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) memiliki dua Divisi.Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari 1

Upload: danny-mohammad

Post on 28-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

werti

TRANSCRIPT

Page 1: 0 Profil Tpttt

PROFIL PERUSAHAAN

I. SEJARAH PERUSAHAAN

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret

1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14

Februari 1996, merupakan peleburan dari PT Perkebunan XV-XVI (Persero) dan

PT Perkebunan XVIII (Persero). Pendirian PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

tersebut tertuang pada Akta Notaris Harun Kamil, S.H. nomor 42 tanggal 11

Maret 1996, yang disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-

8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, diubah dengan Akta Notaris Sri

Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. No.1 tanggal 9 Agustus 2002 dan disyahkan oleh

Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor: C-19302

HT.01.04.TH.2002 tanggal 7 Oktober 2002.

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) memiliki dua Divisi.Pertama, Divisi

Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari

tanaman karet, kopi, kakao, dan teh. Kedua, Divisi Tanaman Semusim (Pabrik

Gula) yang menghasilkan produk-produk dari tanaman tebu. Produk-produk PT

Perkebunan Nusantara IX (Persero) dipasarkan di pasar domestik maupun pasar

luar negeri sebagian besar dalam bentuk bulk. PT Perkebunan Nusantara IX

(Persero) juga memproduksi dan memasarkan produk-produk hilir berupa teh

kemasan, teh celup, serta gula pasir dan kopi bubuk dalam kemasan.

Selain usaha pokok tersebut di atas, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

juga mengelola komoditi sampingan seperti pala, kapok, dan kelapa dalam luasan

1

Page 2: 0 Profil Tpttt

areal yang terbatas serta agrowisata di Kebun Banaran dan Kebun Kaligua.

Agrowisata Kebun Banaran di lengkapi dengan Coffee Shop ”Kampoeng Kopi

Banaran”. Coffee Shop dengan bahan baku kopi Banaran juga didirikan di

Cikukun, di PG GondangBaru, dan diperluas di tempat-tempat lain yang

potensial; Wisata Loco Antik di PG Pangka serta wisata sejarah dan Museum

Gula di PG Gondang Barudan PG Tasikmadu.

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang saat ini memiliki wilayah kerja

di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kebun 15 unit kebun dan jumlah

PabrikGula (PG) 8 unit, saat ini mengelola empat komoditi utama antara lain

karet, gula, teh, dan kopi. Di samping itu, perusahaan juga telah mengembangkan

beberapa produk hilir sebagai produk konsumsi seperti Kopi Luwak, Banaran

Kopi Premium, TehKaligua, TehSemugih, Gula 9, danSirup Pala.

Unit Usaha yang memiliki lokasi berpemandangan indah, sejuk atau

berpotensi wisata karena keunikannya, juga telah dikembangkan sebagai daerah

agrowisata, seperti Wisata Agro Kebun Kaligua, Kampoeng Kopi Banaran,

Banaran 9 Resort, Wisata Agro KebunSemugih, Wisata Agro Sondokoro, Pabrik

Gula Pangka, Pabrik Gula Gondangan Winangoen, dan Banaran 9 Coffee & Tea.

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) di masa yang akan datang akan

dikembangkan menjadi perusahaan perkebunan dengan bisnis karet sebagai tulang

punggung (keluasan mendekati 50.000 Ha), dan bisnis Gula sebagai salah satu

penopang pendapatan perusahaan.

2

Page 3: 0 Profil Tpttt

II. VISI DAN MISI

A. Visi

Visi PTPN IX Krumput adalah menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya

saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.

B. Misi

1. Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, gula dan tetes ke

pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan

pertumbuhan laba (profit growth).

2. Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai (delivery value)

yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang ramah lingkungan.

3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang

sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi karyawan

dalam upaya mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya

untuk mendukung kinerja perusahaan.

4. Membangun sinergi dengan mitra usaha strategi dan masyarakat lingkungan

usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

5. Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dakam pemenuhan

kebutuhan gula nasional.

3

Page 4: 0 Profil Tpttt

6. Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan

guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan

lapangan kerja.

7. Melaksanakan program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud

kepedulian dan tanggungjawab sosial terhadap kesejahteraan masyarakat di

sekitar lokasi perusahaan.

8. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan

peningkatan kesuburan tanah.

4

Page 5: 0 Profil Tpttt

III. GEOGRAFI, TOPOGRAFI, DAN IKLIM

NO AFDELING TYPE IKLIM

TINGGI TEMPAT

TOPOGRAFI

JENIS TANAH

KESUBURAN

1 Krumput B 175-250 Kemiringan 5’ s/d 45’

Latosol Sedang

2 Tumiyang B 175-250 Kemiringan 5’ s/d 45’

Regosol Sedang

3 Kub. Utara B 10-60 Datar Pedsolik Grumosol

Kurang (kedap air)

4 Kub. selatan B 10-60 Datar Gley Kurang (kedap air)

GEOGRAFI

1. Krumput/ Tumiyang

Desa : karangrau, Pesinggangan

Kecamatan : Banyumas

Desa : Pagelarang, Krangsalam

Kecamatan : Kemranjen

Desa : Adisana, Bangsa, Kaliwedi, Kranagsari

Kabupaten : Banyumas

Propinsi : Jawa Temgah

Letak : 7’-35’ – 7’-40’ Lintang Selatan

109’ – 10’ – 109’ - 20’ Meridian Timur

Jarak : 22 km dari Purwokerto

5 km dari Banyumas

5

Page 6: 0 Profil Tpttt

202 km dari Semarang

2. Kubakangkung

Desa : Kub. Kangkung, Sidaurip, Ujungmanik dan Bojong

Kecamatan : Kawungaten

Kabupaten : Cilacap

Propinsi : Jawa Tengah

Letak : 7’-45’ – 7’-40’ Lintang Selatan

108’ – 35’ – 109’ - 05’ Meridian Timur

Jarak : 9 km dari Kawungaten

26 km dari Cilacap

63 km dari Krumput - Banyumas

273 km dari Semarang

6

Page 7: 0 Profil Tpttt

IV. STRUKTUR ORGANISASI

7

Page 8: 0 Profil Tpttt

V. ANALISIS SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu langkah evaluasi terhadap situasi,

kondisi, organisasi, dan kegiatan perusahaan untuk merumuskan strategi dalam

perbaikan dan pengembangan usaha. Melalui analisis SWOT tersebut perusahaan

diharapkan dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity)

yang dimiliki, namun di waktu yang sama perusahaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat) yang dihadapi. Berdasarkan situasi,

kondisi, organisasi, dan kegiatan produksi karet, maka dapat disusun analisis

SWOT sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength)

Analisis kekuatan merupakan bagian dari analisis faktor internal yang

dapat dimanfaatkan oleh kelompok dalam perencanaan strategi. Kekuatan yang

dimiliki PTPN IX Krumput adalah :

a. PTPN IX Krumput berada di daerah perbukitan yang sesuai untuk budidaya

tanaman karet.

b. PTPN IX Krumput memiliki area yang luas dan telah mendapatkan nomor

registrasi kebun.

c. Klon tanaman karet telah memiliki nomor registrasi dan bersertifikat. Klon-

klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah PB260,BPN24,BPN1, dan

RRIC 100.

d. PTPN IX Krumput mengekspor hasil produk karet mentah ke beberapa

negara.

8

Page 9: 0 Profil Tpttt

e. PTPN IX tersebar dibeberapa daerah di pulau Jawa.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan merupakan segala keterbatasan atau kekurangan yang

dimiliki oleh PTPN IX. Kelemahan yang masih dimiliki oleh PTPN IX adalah:

a. Lokasi PTPN IX yang cukup jauh dari kota serta beberapa fasilitas umum

seperti rumah sakit dan stasiun.

b. Keamanan PTPN IX tergolong kurang, karena kebun karet jauh dari warga

dan hanya dijaga oleh beberapa orang sehingga keamanannya tidak

terjamin.

c. Kurangnya sarana produksi di dalam usaha budidaya tanaman karet

sehingga membatasi proses produksi.

d. Sumber daya manusia di PTPN IX yang masih terbilang rendah. Hal ini

terlihat dari anggota kelompok yang pada umumnya hanya lulusan Sekolah

Menengah Atas.

e. Pemeliharaan yang kurang baik sehingga banyak tanaman karet tidak

tumbuh sebagaimana mestinya. Pada saat praktikum ditemukan pohon karet

yang harus diremajakan sebelum waktunya.

3. Peluang (Oppportunity)

Yaitu faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang dapat dan mampu

mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya. Misalnya kebutuhan lingkungan

sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat lagi membutuhkan perubahan,

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi yang bagus, belum adanya

organisasi lain yang melihat peluang tersebut, banyak pemberi dana yang

9

Page 10: 0 Profil Tpttt

berkaitan dengan isu yang dibawa oleh organisasi dan lainnya. Peluang

(Opportunity) yang ada di PTPN IX Krumput, Banyumas adalah harga karet

dunia cenderung naik sehingga membuka peluang untuk memproduksi karet

sebayak-banyaknya, bantuan yang diterima dari pemerintah sangat membantu

berkembangnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di PTPN IX Krumput,

membuka/menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, pasar karet

merupakan pasar komoditas ekspor dunia dimana hampir semua kebutuhan

sehari-hari baik di bidang kesehatan, otomotif, industri memanfaatkan karet

sebagai bahan utama, terbentuknya industri karet di sekitar wilayah tersebut

4. Ancaman

Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu

menghambat pergerakan organisasi. Misalnya : masyarakat sedang dalam

kondisi apatis dan pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi

seperti itu lagi banyak dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak

competitor atau pesaing, isu yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan

lainnya. Ancaman yang dimiliki PTPN IX Krumput adalah koordinasi dan

sinkronisasi antar dinas/instansi/lembaga kurang optimal, infrastruktur jalan

pengangkutan hasil karet belum memadai, rawan penyelewengan dana oleh

pengurus koperasi, sulitnya pencairan kredit dari perbankan dan desakan

peralihan kepemilikan tanah kebun karet kepada pihak lain.

10

Page 11: 0 Profil Tpttt

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA IPENGELOLAAN TANAH

Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015

11

Page 12: 0 Profil Tpttt

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu

komoditi pertanian (khususnya perkebunan) yang penting, baik untuk lingkup

internasional maupun bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-

migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber

devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan

optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi

yang tersedia.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,

dan sering disebut dengan nama lain, seperti rambung, getah, gota, kejai ataupun

hapea. Supaya tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan

lateks yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan

lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman ini. Produksi tanaman karet yang

ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan

terhambat dan tidak maksimal. Lingkungan yang kurang baik juga sering

mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan produksi lateks menjadi rendah.

Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam budidaya

karet. Pengolahan tanah untuk tanaman karet juga harus diperhatikan agar

tanaman dapat tumbuh dan produksi lateksnya maksimal. Mulai dari pembukaan

lahan untuk penanaman, pengolahan tanah, saluran irigasi dan drainase, serta

pengelolaan gulma yang ada pada lahan tersebut.

12

Page 13: 0 Profil Tpttt

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara I mengenai pengelolaan tanah pada tanaman

karet adalah:

1. Untuk mengetahui teknik pengolahan lahan yang baik bagi pertanaman karet

2. Untuk mengetahui kondisi lahan yang baik bagi pertanaman karet

13

Page 14: 0 Profil Tpttt

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai

30-40 m. Sistem perakarannya padat atau kompak akar tunggangnya dapat

menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat

menyebar sejauh 10 m. Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata,

berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Damanik, 2010).

Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan

tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan

tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya

terdapat tiga helai anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau

merah (Sutardi, 1981).

Satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.

Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga

betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon

bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat

mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah

malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar

dari pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam

satu pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina. Biji karet

terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam,

sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya

cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Moraes, 1977).

14

Page 15: 0 Profil Tpttt

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi

iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media

tumbuhnya.

1. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150oLS

dan 150oLU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga

memulai produksinya juga terlambat.

2. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.

Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

3. Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan

laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan

berkisar antara 25ºC sampai 35ºC.

4. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet, karena dapat menyebabkan bibit tanaman karet dapat roboh

atau terbang terbawa oleh angin.

15

Page 16: 0 Profil Tpttt

5. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan

sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,

tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat

kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah

alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan

aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ 8,0 tetapi tidak

sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Penyiapan lahan karet dikenal dua jenis

penyiapan lahan tanaman yaitu; penanaman ulang (replanting) dan penanaman

bukaan baru (new planting). Penyiapan lahan bertujuan untuk memberikan

kondisi pertumbuhan yang baik bagi tanaman dan mengurangi infeksi Jamur

Akar Putih, JAP, Rigidophorus liginosa (Dirjen Perkebunan, 2006).

Saat persiapan penanaman tanaman karet, kecuali penyediaan bibit perlu

juga melaksanakan berbagai pekerjaan lainnya, yaitu pembukaan hutan atau

pembongkaran tanaman tua, pembersihan sisa – sisa tanaman, pembersihan

gulma, pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan jalan dan sebagainya

(Soetedjo, 1979).

16

Page 17: 0 Profil Tpttt

Dewasa ini dalam budidaya karet dikenal beberapa istilah teknis yang

berhubungan dengan pembukaan lahan yang perlu diketahui, yakni :

1. New Planting (bukaan baru), yaitu penanaman karet yang dilaksanakan pada

lahan yang sebelumnya tidak ada tanaman karet yang diusahakan pada areal

tersebut. Bukan baru dilaksanakan pada tanah hutan, tanah peladangan, dan

sebagainya.

2. Replanting (bukaan ulangan), yaitu penanaman karet pada lahan yang

sebelumnya telah ditanami tanaman karet.

3. Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis

tanaman keras/perkebunan lain. Misalnya senula ditanami kopi, kemudian

diganti karet (Setyamidjaja, 2000).

Penyiapan lahan dapat dilakukan secara mekanis maupun khemis.

Penyiapan lahan secara mekanis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut :

Penebangan Pohon. Penebangan dilaksanakan dengan gergaji (chain saw) dan

penumbangan dilakukan secara teratur agar tidak terganggu kegiatan selanjutnya.

Tunggul yang tersisa dibongkar dengan buldozer dan dikumpul pada tempat yang

banyak sinar matahari dengan jarak yang teratur agar tidak mengganggu kegiatan

pegolahan tanah (Sunarwidi, 1982).

Tahapan pengolahan tanah, adalah:

1. Ripper

Ripper dimaksudkan untuk mengangkat tunggul dan sisa-sisa tanaman

yang tetinggal menggunakan traktor rantai dengan kedalaman garpu sekitar 45

cm.

17

Page 18: 0 Profil Tpttt

2. Luku

Meluku dilakukan dua kali dengan arah menyilang saling tegak lurus

sedalam 40 cm menggunakan taktor luku. Interval waktu luku I dan luku II

adalah 21 hari.

3. Ayap Akar

Semua sisa akar dan potongan karet yang masih tertinggal diayap secara

manual dan dikumpulkan ditempat tertentu untuk memudahkan

pemusnahannya.

4. Rajang

Rajang dilakukan untuk meratakan bongkahan – bongkahan tanah sebagai

akibat luku (Tirtoboma, 1981).

Penyiapan lahan secara khemis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:

Penumbangan dan Pengumpulan pohon. Penumbangan pohon dilakukan dengan

arah teratur menggunakan kapak atau chain saw pada ketinggian 50 cm.

Peracunan tanggul. Peracunan dilakukan dengan menggunakan 2,4,5 T yang

dilarutkan dalam minyak solar dengan dosis 5 % dengan atau garlon.Larutan 2,4,5

T dalam minyak solar dioleskan pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm

dengan lebar 20 cm. Bila menggunakan garlon, terlebih dahulu kulit dikupas pada

ketinggian 10 cm dari permukaan tanah lalu diracuni dengan garlon yang telah

dilarutkan dalam solar dngan dosis 10 % (Sunarwidi, 1982).

18

Page 19: 0 Profil Tpttt

Pembangunan penutup tanah: Penutupan lahan karet siap olah dengan

kacang-kacangan (LCC) sangat diperlukan dan memberi keuntungan.

Keutungannya antara lain : meningkatkan kesuburan tanah, melindungi

permukaan tanah dari erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah, meningkatkan

pertumbuhan tanaman karet, menekan jamur akar putih dan menekan biaya

pengendalian gulma (Williams, 1982).

Ada beberapa macam komposisi benih kacangan yang sudah diketahui.

Macam-macam komposisi ini berkembang sesuai dengan penelitian dan

pengalaman bertahun-tahu di lapangan. Beberapa jenis kacangan yang dapat

digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet diantaranya :

1. Kacangan campuran konvensional

Kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria phaseoloides,

Calopogonium mucunoides, dan Centrosena pubescens merupakan penutup

tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan

bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan

dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan

memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP. Dapat dibangun dengan

teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia

maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana

ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk

tanaman karet menutup permukaan tanah.

19

Page 20: 0 Profil Tpttt

2. Serelum (Calopogonium caeruleum)

Serelium memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan

kacangan konvensional dan melindungio permukaan tanah dari erosi setaraf

atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional. Secara kumulatif

serelium mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf atau ada kalanya lebih

baik dibandingkan campuran kacangan konvensional. Juga berperan menekan

secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, serelium

lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama;

selama masa TM serelium dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet.

Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah deibanding

dengan kacangan konvensional.

3. Mucuna bracteata

Mucuna bracteata merupakan jenis kacangan baru yang diintroduksi dari

negara India. Penggunaannya di perkebunan karet baru dilakukan selama 3

tahun terakhir. Meskipun demikian jenis kacangan ini banyak diminati pekebun

karet karena dapat secara efektif menutup permukaan tanah pada masa TBM.

Secara visual penggunaan Mucuna bracteata pada areal TBM karet dapat

mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf dengan kacangan campuran

konvensional maupun serelium. Jenis kacangan ini menghasilkan bahan

organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di

lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm

setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan

20

Page 21: 0 Profil Tpttt

karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah

dengan sempurna.

Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan mukana sangat efektif melindungi

permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM. Dibanding dengan

kacangan lainnya, Mucuna bracteata lebih toleran terhadap suasana ternaung

dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis

kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial

mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna

bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya

karena pertumbuhan Mucuna bracteata sangat cepat, konsekuensinya frekuensi

rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila

pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.

(Tirtoboma, 1981).

Pengimasan dan penyemprotan gulma. Pengimasan dan penyemprotan

menggunakan herbisida sistemik atau kontak diperlukan pada areal yang

gulmanya cukup tinggi atau pada areal vegetasi alang-alang. Untuk mencapai

efectivitas terbaik, pada areal yang gulma atau alang-alang sudah berdaun tua

sebaiknya diadakan pembabatan terlebih dahulu (Tjitrosoedirdjo, 1984).

21

Page 22: 0 Profil Tpttt

III.METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara I ini yaitu perkebunan karet

PTPN IX Krumput Banyumas. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum

acara I ini yaitu kantong plastik, kamera, dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam

setiap rombongan

2. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati keadaan perkebunan dan

mendengarkan materi yang disampaikan oleh pihak dari kebun karet PTPN IX

Krumput

3. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar kegiatan

4. Hasil pengamatan dikumpulkan untuk dinilai oleh asisten sebagai accan.

22

Page 23: 0 Profil Tpttt

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan

usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman

karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut:

1. Penyiapan Lahan

a. Penebangan Pohon

b. Pemberantasa Gulma

c. Pembuatan atau pemeliharaan jalan

d. Pembuatan saluran air

2. Pencegahan Erosi

a. Cara Mekanik dengan pembuatan teras bangku, rorak, dan gondang-

gondang

b. Pola Tanam

3. Penanaman tanaman penutup tanah

B. Pembahasan

23

Page 24: 0 Profil Tpttt

Stacking merupakan kegiatan pembuatan patok yang dilakukan dalam

budidaya karet ketika akan dilakukan peremajaan. Patok yang dibuat difungsikan

sebagai penunjuk lokasi lahan yang akan ditebang.

Hal ini dimaksudkan agar mempermudah petugas perkebuanan dalam menentukan

lokasi lahan mana yang nantinya dilakukan upaya peremajaan. Didalam kegiatan

perkebunan dikenal istilah stacking. Stacking adalah membuka areal hutan

dengan mengunakan alat berat dan menyusun potongan-potongan kayu sesuai

pancang tumpukan yang telah ditentukan. Pembukaan lahan di kebun Karet PTPN

IX Krumput ini mengunakan zero burning, yaitu kegiatan pembukaan lahan

mengunakan system buka lahan dengan mengunakan alat berat (stacking).

Namun bila terdapat pohon yang besar dan susah di tumbang maka pohon tersebut

dapat disusul dengan tumbang manual (sinso) sehingga areal dapat benar-benar

terbuka. Team senso kayu biasanya ada dari kontraktor alat berat tersebut. Selain

itu juga dapat menggunakan traktor berlengan. Manfaat atau tujuan stacking yaitu

menghemat biaya dan mempercepat pekerjaan buka lahan.

Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang

merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh menurut Vijaykumar

(1981) diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150oLS dan 150oLU, dengan

suhu harian 25 – 30oC.

2. Curah hujan

24

Page 25: 0 Profil Tpttt

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000 - 2.500

mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi

jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet

membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

3. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200

m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu

harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh

dengan baik.

4. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

5. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik

tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika

yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi

dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan

haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat

fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-

tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini

dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan

25

Page 26: 0 Profil Tpttt

menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Pada pada lapisan

olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah

terganggu.

Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling

cocok adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah

yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah

remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan

lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm.

Krumput adalah salah satu daerah yang berada diwilayah kecamatan

Banyumas. Krumput termasuk dalam satu wilayah PT Perkebunan Nusantara IX

(persero) Provinsi Jawa Tengah. Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki

bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %.

Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl dengan perbedaan ketinggian

15 – 50 meter.

Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini

memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter.

Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan

organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu

dari asam sampai agak asam. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan

strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada

lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik

dan agak tahan terhadap erosi.

26

Page 27: 0 Profil Tpttt

Kondisi iklim di daerah Krumput menurut Schamidt dan Ferguson (1951)

berdasarkan tabel pemantauan curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2001 sampai

2005) wilayah kebun Krumput Banyumas memiliki tipe iklim B, artinya bulan

basah dengan nilai rata-rata Q sebesar 38,23 dan curah hujan tertinggi terjadi pada

tahun 2002. Iklim yang ada secara umum tidak menentu dan dapat berubah-ubah

setiap waktunya, kemungkinan kondisi iklim saat ini sudah berbeda.

Menurut Rosyid (2005), Teras merupakan metode konservasi yang

ditunjukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi

kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan

air oleh tanah. Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian

di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench terrace) dan teras gulud

(ridge terrace). Teras kredit dapat dikembangkan untuk menanggulangi tingginya

biaya pembangunan gteras bangku. Bentuk teras lainnya, seperti teras kebun dan

teras individu.

Menurut Rosyid (2005), berikut ini terdapat beberapa jenis teras yang

terdapat di Indonesia:

1. Teras bangku atau teras tangga (bench terrace)

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya, sehingga terjadi suatu deretan

bangunan yang berbentuk seperti tangga.

27

Page 28: 0 Profil Tpttt

Gambar 1. Teras Bangku

2. Teras gulud (contour ridges/ridges terrace)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air

dibagian belakang guludnya. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan

bersalur. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan

bidang olah.

Gambar 2. Teras Gulud

3. Teras kredit (gradual terrace)

28

Page 29: 0 Profil Tpttt

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman yang

ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang ditanam

secara kontur.

Gambar 3. Teras Kredit4. Teras Individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman

terutama tanman tahunan. Jenis teras ini biasa diaplikasikan pada areal

perkebunan atau tanaman buah-buahan.

Gambar 4. Teras Individu

29

Page 30: 0 Profil Tpttt

5. Teras kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakanjenis teras lain, yang dirancang untuk tanaman

tahunan khususnya tanman buah-buahan. Teras ini dibuat dwngan interval

yang bervariasi menurut jarak tanam.

Gambar 5. Teras Kebun

PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan

usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman

karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

a. Penebangan pohon

Penebangan pohon dilakukan terhadap tanaman yang sudah tidak

menghasilkan, yaitu dengan cara pohon ditebang, tunggul dibersihkan

(didongkel) beserta akar-akarnya. Tujuan dari pembersihan tersebut

adalah untuk mencegah berkembangnya jamur akar putih.

b. Pemberantasan gulma

Pemberantasan gulma secara dilakukan secara mekanik dan kimiawi.

Secara mekanik pembersihan gulma biasanya dilakukan menggunakan

30

Page 31: 0 Profil Tpttt

alat-alat seperti: sabit, cangkul, mesin pemotong rumput dan lainnya.

Sedangkan secara kimiawi pemberantasan gulma di kebun karet krumput

menggunakan herbisida sistemik seperti: round up dan lainnya.

c. Pembuatan atau pemiliharaan jalan

Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja,

pengawasan kebun dan transportasi produksi.

d. Pembuatan saluran air

Pembuatan saluran air pada tanaman baru ataupun tanaman ulangan,

dimaksudkan untuk mengendalikan air pada waktu musim hujan, agar

tidak terjadi erosi sebagai akibat terbukanya lahan.

Di kebun Krumput dilakukan pembuatan selokan buntu (rorak), selokan

pengurus (drainase) dan selokan tepi jalan.

2. Pencegahan Erosi

Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang

bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun

krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis

kontur).

a. Cara mekanik

Pencegahan erosi yang diterapkan diperkebunan Karet Krumput secara

mekanik yaitu pembuatan teras, pembuatan rorak dan pembuatan gondang-

gandung (lubang). Selain mencegah erosi pembuatan teras, rorak dan

gondang-gandung (lubang) ditujukan sebagai kegiatan konservasi tanah dan

air pada perkebunan tersebut. Pembuatan Rorak pada perkebunan karet

31

Page 32: 0 Profil Tpttt

Krumput memiliki ukuran lebar 40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan

kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet

di Krumput yang meliputi kebun Entres, kebun TBM dan kebun TM. Untuk

gondang-gandung (lubang) dibuat dengan lebar 40 cm, panjang 1 meter

dengan kedalaman 60 cm, gundang-gandung biasanya dibuat diantara

tanaman-tanaman karet.

Rorak merupakan tempat/lubang penampungan atau peresapan air,

dibuat dibidang olah atau saluran peresapan. Pembuatan rorak ditunjukan

untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah

yang tererosi.

Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, seperti yang disarankan

oleh Arsyad (2006) adalah dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar

400-500 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng,

jarak kesamping antara satu rorak dengan rorak lain berkisar antara 1-1,5

meter, sedangkan jarak horizontal berkisar antara 20 m pada lereng yang

landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam.

b. Pola tanam

Pada perkebunan karet Krumput pola tanam yang dipakai yaitu pola tanam

menurut kontur. Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu

garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang

sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan. Tujuan

dari pola tanam ini yaitu:

1) Menghambat kecepatan aliran permukaan

32

Page 33: 0 Profil Tpttt

2) Memperbesar peresapan air permukaan ke dalam tanah

3) Menghemat biaya, tenaga dan waktu.

Persyaratan Teknis pada penanaman secara kontur sebagai berikut :

1) Pada tanah yang mempunyai kemiringan 3 – 6% penanaman secara

kontur yang dianjurkan sebaiknya tidak melebihi panjang 100 m, saluran

pembuangan penting diperhatikan

2) Pada tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 8 % dianjurkan agar

panjangnya tidak melebihi 65 m, saluran pembuangan penting untuk

diperhatikan

3) Penanaman secara kontur tidak efektif dilaksanakan pada tanah yang

mempunyai kemiringan kurang dari 3% dan lebih dari 8% sampai 25%.

Hasil Penelitian mengemukakan penanaman searah kontur pada

kelerengan 4 – 6% dapat mengurani erosi dan run-off 50% (FAO, 1976).

Keadaan lahan pada kebun karet PT. Perkebunan Nusantara IX Krumput telah

dibuat teras bangku atau tangga sesuai kontur dengan lebar 1 meter dan tinggi

60 cm pembuatan teras ini dengan cara dikecrut dan digacruk (pengolahan

menggunakan cangkul alat sederhana lainnya untuk pengolahan tanah). Selain

pembuatan teras mereka juga melakukan pola tanam atau penanaman secara

kontur dan membuat rorak. Pengolahan lahan di kebun Krumput tidak perlu

dilakukan langkah konservasi karena mereka sudah menerapkan pengolahan

tanah sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

3. Penanaman tanaman penutup tanah

33

Page 34: 0 Profil Tpttt

Di kebun Krumput mereka juga menerapkan penanaman tanaman

penutup tanah dengan tanaman jenis leguminose (legume cover crops) pada

pertanaman karetnya yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi erosi dan

sebagai kegiatan konservasi. Menurut Setyamidjaja (1993), Manfaat dari

tanaman penutup tanah ini:

a. Melindungi permukaan tanah terhadap erosi

b. Melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari

yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah,

c. Menolong menyimpan air dalam tanah untuk keperluan tanaman karet,

d. Menyuburkan tanah dengan lapukan bahan organik dan fiksasi nitrogen,

e. Menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi biaya pemeliharaan,

f. Memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok, memperlama masa lama

peremajaan, meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik.

34

Page 35: 0 Profil Tpttt

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum acara I mengenai pengolahan lahan ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengolahan lahan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IX adalah

penyiapan lahan, penanggulangan erosi, pembuatan lubang tanam dan

penanaman tanaman penutup tanah (LCC). Penyiapan lahan meliputi

peremajaan replanting, pengolahan tanah, dan pembuatan jalan.

Penanggulangan erosi yang dilakukan dengan membuat teras, rorak, dan

melakukan pola tanam yang sesuai.

35

Page 36: 0 Profil Tpttt

2. Pengolahan lahan di kebun Krumput tidak perlu dilakukan langkah konservasi

karena mereka sudah menerapkan pengolahan tanah yang sesuai dengan

aturan-aturan dalam pengolahan tanah yang baik.

3. Kondisi lahan pada perkebunan karet krumput sangat baik dan sesuai dengan

kaidah-kaidah pengelolaan tanaman perkebunan.

B. Saran

Praktikum ini sudah berjalan dengan baik dan penjelasan sudah jelas hanya

mungkin sebaiknya saat melakukan kunjungan praktikum ke perkebunan

dilakukan pembagian per rombongan kelompok supaya lebih efektif dan tidak

secara bersama sama yang membuat praktikan menjadi bingung dan tidak focus

karena kehilangan konsentrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. 86 hlm.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Ditjen Perkebunan, Jakarta.

Rosyid MJ, Arief Budiman dan Sigit Ismayanto. 2005. Petunjuk Teknik Budidaya Karet Bagi Pola Peremajaan Karet Model Pastisipatif di Kabupaten Sarolangon dan Merangin Provinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.

Schmidt, F.H. and Ferguson, J.H.A. (1951). Rainfall Types Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia and Western New Guinea. Verh. Djawatan Mety. Dan Geofisik, Jakarta 42

36

Page 37: 0 Profil Tpttt

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius: Yogyakarta.

Soetedjo, R. 1979. Karet. PT. Soeroengan, Jakarta

Sunarwidi. 1987. Penyiapan/Pemukaan Lahan dan Penanaman Karet. Warta Perkaretan.

Tirtoboma. 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian, Bogor.

Tjitrosoedirjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.

Williams, C. W. 1982. The Agronomy of Major Tropical Crops. Oxford University Press, Kuala Lumpur.

LAMPIRAN

37

Page 38: 0 Profil Tpttt

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA IIPEMBIBITAN TANAMAN KARET

38

Page 39: 0 Profil Tpttt

Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,

sehingga memiliki prospek yang cerah. Produksi karet secara nasional pada tahun

2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan

lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan

kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet ( Anwar, 2001).

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai

sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan

39

Page 40: 0 Profil Tpttt

ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun

pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Sebagai negara dengan luas areal

terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi

beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang

merupakan mayoritas areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih

terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya

produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan

tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang

menyerupai hutan.

Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam

(bibit), baik yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun

vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu

mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi,

pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk

penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan

areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus

umur ekonomis tanaman  (20 – 25 tahun).

Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah,

pengecambahan,pembibitan batang bawah,pelaksanaan okulasi, pemilihan entres

sampai pembibitan tanaman di polibeg harus mengikuti norma-norma yang telah

ditetapkan.Kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait, sehingga saling

mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis kegiatan

dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik.

40

Page 41: 0 Profil Tpttt

B. Tujuan

Mengetahui pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput,

mempraktekan cara perbanyakan bibit karet dengan mengokulasi tanaman karet

dan mengetahui pemeliharaan pada pembibitan tanaman karet di PTPN IX

Krumput.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian di Indonesia karena banyak penduduk yang hidupnya

mengandalkan komoditas ini. Komoditas karet Indonesia pada tahun 2010

hanya mampu memberikan konstribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak

2,41 ton karet alam sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151

juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton

(Hero dan Purba, 2010).

41

Page 42: 0 Profil Tpttt

Saat ini luas areal pertanaman karet di Sumatera Utara tahun 2010

adalah 463.851 ha dengan produksi 413.597 ton serta produktivitasnya 1.015

ton per ha. Untuk total luas arealIndonesia adalah 3.445.121 ha dengan produksi

2.591.935 ton serta produktivitas 935 kg per ha(Badan Pusat Statistik, 2011).

Lahan karet yang luas itu hanya 15% merupakan perkebunan besar, sedangkan 85

% adalah perkebunan rakyat yangdikelolaseadanya saja, bahkan ada yang hanya

mengandalkan pertumbuhan alami. Indonesipada tahun 2025 diharapkan menjadi

negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3,8 – 4,0 juta

ton per tahun. Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi

yang besar dalam meningkatkan produktifitas kebun (Boerhendhry, 2009).

Masalah utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktifitas

rendah, hanya 685 kg/ha/tahun, jauh dari produktifitas perkebunan besar yang

rata-rata sudah di atas 1000 kg/ha/tahun.

Selain itu masalah yang dihadapi para pekebun jika menggunakan stum okulasi

mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stum di

lapangan. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh

terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Sinaga, 2013).

Mengingat amat pentingnya bibit dalam menentukan perbaikan

pembangunan perkebunan karet, maka usahatani pembibitan perlu dikelola

dengan baik. Bibit karet berkualitas yang digunakan akan menghasilkan tanaman

karet yang berkualitas pula. Untuk mendapatkan tanaman karet yang berkualitas,

dalam hal ini menghasilkan lateks yang banyak, tahan terhadap penyakit dan

42

Page 43: 0 Profil Tpttt

pertumbuhan yang seragam diperlukan bibit yang berasal dari klon unggul

(Purwanta, 2008).

Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan tanaman yang baik

dan dapat meningkatkan produksi. Selain itu dengan bibit atau bahan tanam yang

unggul akan dapat mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang

akhirnya akan menyebabkan penurunan produksi (Tim Penulis PS,

2008).Pembibitan merupakan hal yang sangat penting dilakukan berkaitan untuk

mendapatkan bibit yang bermutu baik dan unggul. Pembibitan akan berpengaruh

pada produk yang dihasilkan oleh tanaman karet itu sendiri (Lasminingsih,2006).

Jenis klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah GT I. Okulasi

merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan

menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan

mendapatkan sifat yang unggul.

Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata

tidur, stum mini, bibit dalam polibag, atau stum tinggi (Anwar,2001).

43

Page 44: 0 Profil Tpttt

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cangkul, pisau okulasi, ,

plastik untuk membalut batang, kain lap dan gunting. Bahan yang digunakan

adalah bibit batang bawah, biji, mata entres dan tanah.

B. Prosedur Kerja

44

Page 45: 0 Profil Tpttt

1. Pemberangkatan

- Peserta praktikan berkumpul di depan pendopo auditorium kemudian

diberikan penjelasan singkat oleh dosen dan asisten praktikum

- Praktikan berangkat menuju PTPN IX Krumput Banyumas dengan

menggunakan bus yang telah disediakan.

2. Pelaksanaan

- Pembibitan Okulasi : batang bawah dibersihkan dengan menggunakan kain

lap, kemudian dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm panjang 10

cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan, dikupas

dari kayu batang entres lalu ditempelkan dijendela okulasi yang telah

disiapkan, kemudian dibalut dengan plastik yang rapat dan tidak kendor

agar tidak kena air jika hujan, setelah beberapa hari pembalut plastik

dibuka kemudian lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari

pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan kedua untuk mengecek mati

dan tidaknya, setelah 15 hari dari pemeriksaan kedua, lakukanlah

pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag ( pembibitan lapangan II )

untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil okulasi. Bibit yang

sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I kemudian di potong

batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4 s.d 10 hari atau mata sudah

meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel dengan hati – hati

agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm akar

tunggang, bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi

media tanam yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan

45

Page 46: 0 Profil Tpttt

disisakan 3 – 4 cm dari pangkal akar, bibit siap di tanam dalam polibag

setelah ditugal terlebih dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan

kulit akar tunggang tidak luka atau terkelupas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Terlampir.

B. Pembahasan

Okulasi adalah salah satui teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang

46

Page 47: 0 Profil Tpttt

dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang

baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang

baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet

dari klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan

dan Andoko, 2010). Tujuan utama okulasi adalah untuk mendapatkan jenis

tanaman baru dengan sifat yang menguntungkan seperti tahan penyakit serta

keunggulan – keunggualan sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Sedangkan

untuk tunas yang ditempelkan harus merupakan tunas yang yang produktif atau

kualitas yang tinggi. Sehingga dapat diperoleh produktivitas karet yang maksmial

baik dalam produk lateks maupun kayu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi karet antara

lain:

1. Faktor lingkungan

a. Waktu penempelan; pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu

cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.

b. Temperatur dan kelembaban; Temperatur dan kelembaban yang optimal

akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan

untuk berhasilnya suatu tempelan. Temperatur yang diperlukan dalam

penempelan berkisar antara 7,2-32,0°C, bila temperatur kurang dari 7,2 C

pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih dari 32°C pembentukan kalus

juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur

optimum pada penyambungan adalah 25-30°C. Penempelan memerlukan

kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan mengalami

47

Page 48: 0 Profil Tpttt

kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus pada

sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati. Keadaan iklim

pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun, kurang baik

untuk pengokulasian karena adanya gangguan visiologis. Yang baik

adalah pada awal dan akhir musim penghujan, pada musim hujan juga

tidak baik, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat

mengakibatkan busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan

jasad renik pada sisa-sisa latex dari luka okulasi, ini dapat dapat

menyebabkan kegagalan pengokulasian.

c. Cahaya; Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan

penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya

dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat

memancar dan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi

daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium

pada daerah sambungan.

2. Faktor tanaman

- Kompatibilitas dan inkompatibilitas; Batang atas dan batang bawah dari

varietas yang sama akan menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan

biasanya gabungan tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup

lama, produktif dan kuat. Lawan dari kompatibel adalah inkompatibel.

Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang di tempel antara

lain :

48

Page 49: 0 Profil Tpttt

- Gabungan antara species, varietas atau klou-klou yang tidak pernah

membentuk sambungan.

- Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan

sambungan sangat kecil.

- Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.

- Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam

pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.

- Adanya petumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan.

- Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman

menjadi kerdil).

- Keadaan fisiologi tanaman; Beberapa tanaman mengalami kesukaran

untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit

membentuk kalus.

- Pengelupasan kulit kayu; Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh

pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium

pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.

- Penyatuan kambium; Agar persentuhan kambium batang atas dan batang

bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan

batang atas dipilih yang hampir sama.

3. Faktor pelaksana

- Keahlian; Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling  baik

terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.

49

Page 50: 0 Profil Tpttt

- Kesempurnaan alat; Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan

kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur. Keterampilan,

kebersihan dan kecepatan mengokulasi (Setyamidjaja, 1993).

Pembibitan yang di lakukan di PTPN Krumput Banyumas dilakukan

dengan beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Seleksi biji

Dilakukan untuk menentukan biji yang baik yang nantinya akan

dijadikan bibit tanaman karet. Seleksi biji dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain:

a. Lenting. Dilakukan dengan melemparkan ke dalam kotak berukuran 40

cm x40 cm x 40 cm. Jika biji dapat melenting dan melewati kotak

tersebut maka dikatakan biji tersebt memiliki kualitas yang bagus.

b. Perendaman. Dilakukan dengan merendam ke dalam air. Jika 23

bagian

biji terendam maka dikatakan biji tersebt memiliki kualitas yang bagus.

2. Kecambah

Dilakukan dalam bedengan berukuran 120 cm x90 cm dengan

mengarahkan posisi biji dari timur ke barat.

Hal ini dilakukan agar biji memperoleh sinar matahari. Bedengan tersebut

diisi dengan pasir setebal 10-15 cm. Biji tumbuh dalam 3-4 hari. Jika dalam

usia 14 hari biji belum tumbuh maka sebaiknya biji dibuang karena tidak

layak pakai lagi.

3. Penanaman

Stadia dalam pembibitan terdiri dari

50

Page 51: 0 Profil Tpttt

- Stadia bintang. Stadia ini menghasilkan bibit yang kurang sesuai untuk

ditanam karena usia masih muda.

- Stadia pancing. Disebut dengan stadia tengah di mana bibit mulai bisa di

tanam

- Stadia jarum. Bibit pada stadia ini kurang layak lagi untuk ditanam,

karena sudah terlalu panjang sehingga mudah patah.

Usia pembibitan 3-4 minggu benih yang tidak tumbuh dapat dilakukan

penyulaman.

4. Pemindahan benih ke dalam polibag

Dalam proses ini bibit perlu dibuat krakap yang dapat berfungsi sebagai

pelindung tanaman dari penguapan dan berperan sebagai pupuk.

5. Okulasi

Okulasi ada dua macam, yaitu:

- Green budding. Usia bibit antara 5-6 bulan. Bibit yang siap diokulasi

ukurannya seperti diameter pensil.

- Brown budding. Usia bibit berkisar 1 tahun.

Okulasi yang bagus berkisar 8-10 mata, jika lebih dari 10 mata kurang baik

untuk digunakan dalam okulasi. Macam macam mata okulasi terdiri dari mata

prima yang merupakan mata yang dibutuhkan dalam okulasi, mata sisik

merupakan mata bekas mata prima, dan mata burung.

Daerah disekitar okulasi sebaiknya dibungkus dengan pelepah daun pisang.

Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban dan agar daerah okulasi tidak

menjadi lecet. Warna okulasi terdiri dari BBM (biru), PB (kuning), RRIC

51

Page 52: 0 Profil Tpttt

(putih), RRIM (Hijau, dan GT (merah). Cara pengambilan entres dapat

dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

- Menentukan mata yang akan diambil. Jika terdapat getah disekitar batang

dibersihkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi

- Mata entres disayat

- Bagian kulit luar batang (kayu) dilepas, ambil bagian yang terdapat mata

manik

- Dilakukan jait 10-15 cm dari pangkal batang

- Dililit plastik daerah yang ditempelkan dengan mata entres

- Setelah 21 hari lilitanplastik dibuka, jika hasil okulasi berwarna hijau

artinya mata entres tersebut hidup. Sebaliknya jika mata entres berwarna

coklat maka dikatakan tidak berhasil atau mati.

- Dipotong dengan jarak 5-10 cm dari jendela okulasi teratas. Pemotongan

dilakukan secara serong.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemandu praktikum lapang di

PTPN Krumput Banyumas, jenis tanaman okulasi yang digunakan berupa

tanaman karet GT I. Beberapa kelebihan klon GT I (GondangTapen I) antara lain

getah Karet lebih banyak, Umur karet lebih lama + 40 th, Tahan Angin ( 3 Akar

tunjang) dan Pertumbuhan lebih cepat.Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer

yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

- Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai

agak pipih.

52

Page 53: 0 Profil Tpttt

- Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa

berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.

- Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol.

- Paying: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak

jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang.

- Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak

kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai

daun agak besar dan bagian atasnya agak rata.

- Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (ke atas),

membentuk sudut sempit (< 60o).

- Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips,

panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis

tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang

cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai

daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir,

daun pinggir tidak simetris.

- Warna lateks: putih.

Mata tunas yang baik adalah yang berasal dari kebun entres yang sehat,

umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata untuk

okulasi coklat (umur batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) adalah

mata ketiak daun. Standar mutu mata okulasi atau entres ialah (Siagian, 2012):

a. Berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai anjuran

53

Page 54: 0 Profil Tpttt

b. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan

masih segar

c. Berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%

d. Mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat

(umur batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang

berasal dari daun yang rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman

muda (3-4 bulan).

Kendala yang di dalam kebun pembibitan tanaman karet PTPN IX Kebun

Krumput Banyumas antara lain:

1. Perubahan iklim.

Seperti halnya tanaman-tanaman lainnya dalam proses pembibitan

tanaman karet juga memerlukan kondisis iklim yang optimum. Rata–rata suhu

minimum 23,12°C dan maksimum adalah 32,06 °C. Sedangkan kele mbaban

udara relatif 83,64 %. Suhu udara berkisar 82,8 –84,5 °C dan rata-rata curah

hujan 2.067 – 2.777 mm/thn. Sesuai dengan kondisi suhu udara dan curah

hujan dan kriteria untuk pewilayaha n agroklimat tanaman karet, maka

wilayah Provinsi Jambi tergolong sangat sesuai dan sesuai bagi

pertumbuhan tanaman karet. Berdasarkan kebutuhan agroklimat untuk

pengembangan karet di Jambi dapat direkomendasikan untuk wilayah

sedang dan kering. Sedangkan daerah beriklim basah curah hujan diatas

4000 mm/thn dan suhu rendah <25 °C atau setara dengan ketinggian 500 m

dpl, penaman karet tidak dianjurkan karena tingginya faktor pembatas.

2. Klon

54

Page 55: 0 Profil Tpttt

Klon yang digunakan harus tahan terhadap penyakit. Penggunaan klon

yang tidak sesuai dengan harapan dapat mempengaruhi hasil lateks karet yang

nantinya akan dihasilkan ketika tanaman menjadi tanaman menghasilkan.

3. Keahlian pekerja

Pengetahuan pekerja dalam melakukan okulasi bibit dapat mempengaruhi

hasil okulasi yang nanti akan dihasilkan. Seorang peekerja dalam pembibitan

dibutuhkan seseorang yang teliti dan tidak ceroboh dalam melakukan okulasi

karena dalam melakukan okulasi pembibitan tanaman karet dibutuhkan

keadaan yang steril baik dari pekerja maupun dari alat dan bahan yang

digunakan.

Okulasi ada dua macam, yaitu:

- Green budding.

Usia bibit antara 5-6 bulan. Bibit yang siap diokulasi ukurannya

seperti diameter pensil. okulasi hijau kalau dalam okulasi konvensional

digunakan batang bawah yang sudah berwarna coklat maka dalam

okulasi hijau digunakan mata okulasi dari entres yang masih berwarna

hijau(green budwood). Berdasarkan warna komponen tersebut

dikatakanlah okulasi hijau. Syarat-syarat batang bawah okulasi hijau

adalah sebagai berikut:

a. Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS

2037 dan LBC1320.

55

Page 56: 0 Profil Tpttt

b. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya

berumur 5nulan yang leh mudah dapt juga digunakan asal

pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar.

c. Diamer batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm

diukur pada pangkal batang

d. Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada

stadia daun tua.

Entres atau kayu okulasi hijau digunakan tunas-tunas atau taruk-taruk

hijau yang ujungnya berdaun yang telah mempunyai diameter 1-1,5 cm

dan daun-daun pada karangan daun diujung telah berwarna hijau dan

masih lemah. Untuk memproleh taruk-taruk hijau pohon batang atas atau

pohon entres dipangkas beberapa cm diatas karangan mata, karena

pemangkasan tersebut akan tumbuh sejumlah tunas-tunas dari karangan

mata yang dibiarkan tumbuh hingga 5-6minggu. Tunas-tunas ini segera

dipanen sebagai kayu okulasi hijau.

- Brown budding.

Usia bibit berkisar 1 tahun. Batang bawah yang di anjurkan adalah

semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan LBC1320 Bibit Semaian telah

berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah berwarna coklat dan

mempnuyai 4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang berumur 6-9

bulan asal sudah berbatang coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun

Diameter batang telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal

56

Page 57: 0 Profil Tpttt

Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun

stadia daun tua

Okulasi dilakukan dengan cara batang bawah dibersihkan dengan

menggunakan kain lap, kemudian dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm

panjang 10 cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan,

dikupas dari kayu batang entres lalu ditempelkan dijendela okulasi yang telah

disiapkan, kemudian dibalut dengan plastik yang rapat dan tidak kendor agar tidak

kena air jika hujan, setelah beberapa hari pembalut plastik dibuka kemudian

lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari pemeriksaan pertama dilakukan

pemeriksaan kedua untuk mengecek mati dan tidaknya, setelah 15 hari dari

pemeriksaan kedua, lakukanlah pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag

( pembibitan lapangan II ) untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil

okulasi. Bibit yang sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I kemudian

di potong batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4 s.d 10 hari atau mata

sudah meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel dengan hati – hati

agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm akar tunggang,

bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi media tanam

yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan disisakan 3 – 4 cm

dari pangkal akar, bibit siap di tanam dalam polibag setelah ditugal terlebih

dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan kulit akar tunggang tidak luka

atau terkelupas.

57

Page 58: 0 Profil Tpttt

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

58

Page 59: 0 Profil Tpttt

1. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain

yang dapat bergabung( Kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-

sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan

produksi yang baik.

2. Tanaman karet di perbanyak dengan cara mengokulasi antara batang bawah

dan batang untuk memperoleh stum mata tidur yang bermutu

3. Jenis atau varietas yang digunakan oleh PTPN IX Krumput ini adalah klon

GT I.

B. Saran

Sarana praktikum sebaliknya disediakan dan wakttu praktikum

diperpanjang sehingga setiap acara dapat terlaksana dengan baik di lapang.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

59

Page 60: 0 Profil Tpttt

Badan Pusat Statistik. 2011. Karet Menurut Provinsi Di Seluruh Indonesia. Buku Statistik Perkebunan 2009-2011 Direktorat Jendral Perkebunan. http://www.deptan.go.id, diakses pada 14 Desember 2014.

Boerhendhry, I., 2009. Pengelolaan biji karet untuk bibit. WartaPenelitian danPengembangan Pertanian Indonesia Vol. 31 No. 5.

Hero F. dan K. Purba, 2010. Potensi dan perkembangan pasar ekspor karet indonesia di pasar dunia. http://pphp.deptan.go.id , diakses padda 14 Desember 2014.

Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.

Purwanta, H.J. dkk. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian

Sinaga, R. 2013. Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon. Skrips. FMIPA,.Unimed. Medan.

Setiawan, D. H. dan A. Andoko. 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet Edisi Revisi. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius.Yogyakarta.

Siagian, H. (2012). Pengembangan dan Standarisasi Penuntun Praktikum KimiaSesuai dengan Tuntutan KTSP. Skripsi. FMIPA. Unimed. Medan. Tim Penulis PS., 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

60

Page 61: 0 Profil Tpttt

ACARA IIIPEMELIHARAAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DAN

TANAMAN KARET MENGHASILKAN

Disusun oleh:Yona Azalia Chernovita A1L013180Faris Julda Pradipta A1L013185Panji Hardianto A1L013190Rohmah Wijiningrum A1L013192Yosi Firnando A1L013193Reni Sri Mulianti A1L013195Riska Rachmawati A1L013198

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015

I.   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

61

Page 62: 0 Profil Tpttt

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk

Indonesia danlingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu

hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang

diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi

karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan. 

Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya

Brasil. Karenanya, nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan

sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli

Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis

tanaman penghasilan getah. Karena lebih dari 80% dikelola oleh rakyat,

perkebunan juga merupakan sumber mata pencaharian dan pendapatan sebagian

besar penduduk Indonesia. Sebagai sumber pertumbuhan bahan baku industri,

lapangan kerja, pendapatan, devisa, maupun pelestarian alam, perkebunan masih

akan tetap memegang peranan penting. Oleh  karena itu, pemeliharaan tanaman

karet dilakukan untuk menjaga kualitas hasilnya. Pemeliharaan yang umum

dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma,

pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Areal pertanaman karet, baik

tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)

harus bebas dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan Mikania

micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh dengan

baik.

B. Tujuan

62

Page 63: 0 Profil Tpttt

Tujuan praktikum pemeliharaan TBM dan TM karet ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengenal usaha apa saja yang dilakukan dalam memelihara tanaman karet

2.    Mengetahui tujuan pemeliharaan dan langkah-langkahnya

II.    TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan

diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan

63

Page 64: 0 Profil Tpttt

percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal

dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).

Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat.

Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun bertangkai

pendek dan berbentuk lonjong oblong (Sianturi, 2001). Tanaman karet adalah

tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk

bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Setyamidjaja, 1999).

Produksi karet dipengaruhi oleh beberapa hal seperti iklim dan cuaca. Pada

musim rontok produktivitas pohon karet menurun, dan dengan asumsi harga pasar

luar negeri stabil, harga di tingkat petani pun menjadi lebih baik. Cuaca juga

berpengaruh terhadap produksi karet. Pada musim hujan petani tidak bisa

menyadap karena lateks yang keluar tidak bisa ditampung karena lateks

mengencer dan jatuh di sekeliling batang. Begitu juga hujan pada waktu dinihari

karena batang masih dalam kondisi basah, sehingga pada musim hujan produksi

karet petani turun (Suswatiningsih, 2008).

Produksi lateks dari tanaman karet selain ditentukan oleh keadaan tanah dan

pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen

penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan

tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap.

Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130

cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi

tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap

dipanen (Anwar, 2001). Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu

64

Page 65: 0 Profil Tpttt

tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan,

kesesuaian lahan, agro-klimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan,

sistem dan manajemen sadap. Asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat

memenuhi seluruh kriteria yang telah dikemukakan dalam kultur teknis karet di

atas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar

produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian

Perkebunan yang bersangkutan (Anwar, 2001).

Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet

meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun

tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang

(Imperata cylindrica), Mikania micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga

tanaman dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001).  Pemberian pupuk tidak

dilakukan pada waktu hujan karena akan cepat tercuci oleh air hujan. Pemberian

pupuk dilakukan  pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Cara

pemupukan tanaman karet ada dua macam yaitu dengan cara manual circle dan

chemical strip weeding. Pemupukan dengan cara manual dilakukan dengan

membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan jarak disesuaikan dengan

umur tanaman. Umur 3-5 bulan saluran dibuat melingkar dengan jarak 20-30 cm

dari tanaman. Umur 6-10 bulan jarak dari tanaman 20-45 cm. Pemupukan dengan

cara chemical strip dilakukan dengan cara meletakkan pupuk diluar jarak 1-1,5

meter dari barisan tanaman ( Sugito, 2007). 

65

Page 66: 0 Profil Tpttt

Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet.

Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan,

tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh

karena itu, langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna

memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.  Lebih dari 25

jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut

dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkan

(Anwar, 2001). 

Tanaman kacangan merupakan tanaman penutup tanah (Cover Crop) yang

sangat berguna untuk mencegah erosi dan melindungi tanah dari sinar matahari

yang terlalu terik dan dapat juga melindungi permukaan tanah dari air hujan dan

mengurangi erosi terutama pada tanaman yang permukaannya miring, curam, atau

bergelombang sehingga mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian, serta

berfungsi mengembalikan unsur hara yang tercuci dari lapisan dalam dan

permukaan tanah. Tanaman kacangan yang telah menutup tanah juga dapat

menekan pertumbuhan gulma sehingga biaya untuk pengendalian gulma dapat

ditekan (Arsyad, 2006).

III. METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan

66

Page 67: 0 Profil Tpttt

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lahan

perkebunan karet PT Perkebunan Nusantara IX (Persero Tanaman Tahunan

Krumput Kabupaten Banyumas), alat perekam, alat pengeras suara, alat

penyemprot, alat pemangkasan atau topping, alat untuk penyulaman, fungisida,

Pupuk organik, pupuk kandang 10 kg/pohon. Pupuk anorganik: KCl, SP36 dan

Urea (45-15-15).

B.     Prosedur Kerja

1. Mendengarkan dan mencatat penjelasan dari pihak PTPN IX Krumput

tentang teknik-teknik pemeliharaan tanaman, melakukan diskusi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

67

Page 68: 0 Profil Tpttt

Hasil pengamatan pada pemeliharaan TBM dan TM karet di PTPN IX,

Krumput, Banyumas diantaranya penyulaman, penunasan, pemotongan,

pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman karet.

Pemeliharaan tanaman belum mengahasilkan (TBM):

1.    Penyulaman

2.    Wiwil

3.    Perangsangan cabang setelah tinggi 2,7-3 m

4.    Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong, rorak

5.    Pengolahan tanah

6.    Pengendalian gulma

7.    Pemupukan 

8.    Inventarisasi pohon

9.    Pengendalian HPT

10.  Pengukuran lilit batang.

B. Pembahasan

Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM) yaitu Setelah menginjak umur

lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II.

Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman

dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur

tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik,

kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun,

68

Page 69: 0 Profil Tpttt

dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini

hanya meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan.

Sedangkan pada pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM

dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman

terutama lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang sadap serta

menyeragamkan pertumbuhan tanaman.

Sedangkan menurut literatur (Anwar, 2001) Pemeliharaan yang umum

dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma,

pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Areal pertanaman karet, baik

tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)

harus bebas dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica), Mikania

micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh dengan

baik. lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang

baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas TM dan TBM pada lateks,

sebagai berikut.

1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).

2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau

keadaan lateks tidak stabil).

3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik

terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).

5. Kualitas air dalam pengolahan.

69

Page 70: 0 Profil Tpttt

6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.

7. Komposisi lateks.

Untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam lateks

dapat dilihat pada tabel Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar

masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinase.

Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0 mg tiap 100 gram lateks

kering.

1. Penyisipan/penyulaman

Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan

bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan

tingkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali

dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam

dengan bahan tanam dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua

dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanaman yang seumur,

haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg sebanyak maksimal 10% ketika

menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibeg, bahan tanam yang

dapat digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core stump

(CS). Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman

utama. Jika tidak tersedia tanaman dalam polibeg, bahan tanaman disediakan di

pembibitan dan disulamkan sebagai stum mini. Stum mini adalah bibit hasil

okulasi yang tunas okulasinya ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 dibongkar.

Stum mini memilki persentase kematian lebih rendah bila disbanding stum mata

tidur. Stum mini hanya dapat disulamkan pada tahun pertama. Jika penyulaman

70

Page 71: 0 Profil Tpttt

masih harus dilakukan pada tahun kedua dan merupakan penyulaman terakhir,

maka bahan penyulaman menggunakan stum tinggi atau bibit core stump (CS).

(Siagian, 2005)

2. Penunasan/Pewiwilan

Penunasan adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas

cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini

banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg

tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman

dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat

tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat

tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas

berkayu. Tujuan utama dari penunasan ini adalah untuk mendapatkan bidang

sadap yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak. Sehingga prinsip

pelaksanaan penunasan atau pewiwilan ini adalah dengan membuang tunas-tunas

yang muncul pada ketinggian 2,5 – 3 meter diatas tanah. Karena pada ketinggian

tersebut merupakan daerah bidang sapad yang harus dipelihara agar mendapatkan

bidang sadap yang baik sesuai dengan tujuan utama dari penunasan.

Dalam pelaksanaannya pembuangan tunas harus dilakukan secepat

mungkin jangan menunggu sampai berkayu karena dalam pemotongan akan

menimbulkan bekas yang akan merusak bidang sadap. Untuk rotasi yang biasa

dilakukan adalah 12 x pertahun, namun tidak menutup kemungkinan jika memang

sudah ada tunas yang tumbuh pada daerah bidang sadap maka harus segera

71

Page 72: 0 Profil Tpttt

dilakukan penunasan, jadi rotasi tersebut tidak menjadi patotakan waktu

pelaksanaan penunasan

3. Induksi cabang (Branch Induction)

Induksi percabangan adalah suatu kegiatan pemeliharaan TBM karet yang

bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman sehingga waktu

matang sadap bisa lebih cepat. Cara yang dilakukan adalahmelakukan

perangsangan percabangan dan memodifikasi bentuk tajuk tanaman sehingga

dengan demikian maka pertumbuhan tajuk tanaman akan semakin baik

dan rimbun yang akan mengoptimalkan laju fotosintesis, dengan demikian

pertumbuhan tanaman akan lebih optimal. Prinsip pelaksanaan dalam kegiata

induksi percabangan ini adalah melakukan perangsangan percabangan

katika pada TBM karet tersebut pada Ketinggian 2.5-3 m dari pertautan

okulasi tidak terdapat cabang. Jadi daerah perangsangan cabang dilakukan

pada ketinggian 2,5-3 m dari pertautan okulasi. Untuk merangsang

pertumbuhan cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

a. Clipping

Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,5–2

tahun) dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian

daun yang letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang

akan tumbuh. Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap

angin kencang dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang

efisien, sebab cabang yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat

keberhasilannya hanya 55% saja

72

Page 73: 0 Profil Tpttt

b. Melipat Daun Pucuk (folding)

Bila sampai ketinggan 175cm tidak terbentuk cabang, maka titik tumbuh

batang ditutup dengan cabang meliputi daun bagian atas dan mengikatnya dengan

karet. Pelipatan dilakukan bila semua daun pada paying teratas tersebut telah

mengeras. Lipatan diperiksa setiap minggu pada musim penghujan atau setiap dua

miggu pada musim kemarau. Bila tunas-tunas telah tumbuh, maka lipatan dibuka.

Apabila tunas tidak tumbuh, penutupan titik tumbuh diulangi lagi pada payung

berikutnya.

c. Pemotongan Batang (topping)

Apabila sampai pada ketinggian 3m tidak terbentuk cabang, maka

dilakukan pemotongan batang tanam (topping) pada ketinggian 310cm. Cabang

yang dihasilkan dibiarkan tumbuh dan tidak bertunas. Topping agar dilakukan

pada musim penghujan. Jangan dilakukan pada musim kemarau. Selain system

folding tersebut diatas, ada juga yang lebih baik, yaitu system utrimuing, yaitu

daun muda yang baru muncul pada ketinggian diatas 175cm agar

dipotong daunnya dengan setengah, kecuali pucuknya. Dengan system pruning

dan branch induction maka pertambahan girth (lingkar batang) akan cepat,

sehingga dapat cepat dideres, yang berarti mempersingkat masa TBM

(tanaman belum menghasilkan) selain itu mencegah pokok doyong atau tumbang.

Hal tersebut berarti penghematan biaya dan cepat mendapatkan produksi.

Biasanya untuk budgraft umur 4 - 4,5 tahun sudah dapat dideres.

4. Pengendalian gulma TBM

73

Page 74: 0 Profil Tpttt

Masalah gulma di perkebunan karet merupakan masalah serius karena

mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara. Di samping

itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat

penghambat pertumbuhan seperti zat alelopati pada gulma alang-alang (Imperata

cylindrica, sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan

produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari

hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan.

Jenis-jenis gulma pada TBM karet adalah sebagai berikut:

1. Cyperus spp

2. Ageratum conyzoides

3. Imperata cylindrica

4. Otochloa nodosa,

Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun

pertama sampai tahun ketiga, tanah masih terbuka sehingga

gulma, seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dan lain-lain,

tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu, gulma harus

dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur

dan dapat mencapai produksi optimal. Untuk mencapai hal

tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan

berdasarkan umur tanaman. Pengendalian gulma pada

tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan

tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal

batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur

74

Page 75: 0 Profil Tpttt

tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah

daerah satu meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman.

Dengan cara demikian, maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya

dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada

masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan

cara manual, yaitu dengan mencabut atau membersihkan

gulma secara langsung dengan tangan atau kored. Pada saat

yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup

tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan

menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.

Selain itu, Pengendalian gulma pada tanaman yang belum

menghasilkan juga dilakukan dengan cara penanaman tanaman

penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan

pemeliharaan gawangan tanaman (Mangoensoekarjo, 1983)

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan

akhir musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan

dibuat larikan melingkar selama – 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10

Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk. . Selain

pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan

secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang

seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I

yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu

75

Page 76: 0 Profil Tpttt

sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman

dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari

Urea dan KCl.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama penyakit mutlak diperlukan agar produktivitas karet

tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya. Sebab tanaman karet yang dirusak oleh

hama akan terganggu produktivitasnya dan hal ini bisa menyebabkan menurunnya

harga jual dari lateks yang dihasilkan oleh karet. Pada akhhirnya akan merugikan

petani ataupun perusahaan yang membudidayakan karet sebagai sebuah

komoditas unggulan pertanian. Sedangkan pada fase TM (tanaman

menghasilkan), terdapat beberapa kegiatan pemeliharaan yang tidak jauh berbeda

dari kegiatan pemeliharaan TBM di atas. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1.    Pemeliharaan saluran air

2.    Pemeliharaan tanah teras, gondang-gandong dan rorak

3.    Pengendalian gulma

4.    Pemupukan 

5.    Inventarisasi pohon

6.    Pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Legume cover crop atau tanaman penutup umumnya adalah tanaman yang

berasal dari famili legumineceae (tanaman legume/ kacang-kacangan). Cover crop

atau tanaman penutup tanah berperan sebagai penahan kelembaban tanah di

daerah perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain

76

Page 77: 0 Profil Tpttt

berfungsi menjaga kelembaban tanah di areal sekitar perkebunan, cover crop juga

memiliki peran sebagai penggembur tanah (Arsyad, 2006).

Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak

butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah

bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3)

melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman

penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,

mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi

air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi (Syamsulbahri, 1996).

Pembangunan penutup tanah: Penutupan lahan karet siap olah dengan

kacangkacangan (LCC) sangat diperlukan dan memberi keuntungan.

Keutungannya antara lain : meningkatkan kesuburan tanah, melindungi

permukaan tanah dari erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah, meningkatkan

pertumbuhan tanaman karet, menekan jamur akar putih dan menekan biaya

pengendalian gulma (Williams, 1982).

Tanaman penutup tanah dapat dipilih dari 3 ( tiga ) jenis tanaman, yaitu

tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon. Tanaman merayap terdiri

atas rumput dan jenis leguminosa seperti Pueraria javanica, Centrosema

pubescens dan Calopogonium mucunoides. Tanaman merayap, tanaman semak

yang biasa digunakan adalah crotalaria usara moensis, C juncea, C anagyrroides,

Tephorosia Candida dan T. Vogelili. Beberapa jenis LCC yang dianjurkan sebagai

tanaman penutup tanah ada tanaman karet adalah sebagai berikut :

1.    Centrosema pubescens Benth.

77

Page 78: 0 Profil Tpttt

2.    Calopogonium mucunoides Desv. (Roxb.)

3.    Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.

4.    Pueraria javanica.

5.    Calopogonium cearuleum Hemsl.

6.    Centrosema plumeri (Turp. Ex Pers.) Benth.

7.    Psophocarpus palustris Desv.

8.    Pueraria thunbergiana (S & Z.) Benth.

9.    Mucuna cochinchinensis.

10.  Mucunabracteata.

Tanaman penutup tanah yang ditanam pada kebun Krumput ini yaitu Mukuna

(Mucuna bracteata). Tanaman ini dipilih sebagai LCC pada kebun karet tersebut

karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Mucuna Bracteata (MB) berasal dari

India. Kacangan MB ini tahan terhadap kekeringan dan naungan. Kapasitas

Fiksasi nitrogen MB ini tinggi. Dia tumbuh sangat cepat dan menutup lahan

sangat cepat, karena itu dia menekan pertumbuhan gulma-gulma lainnya. MB

sebagai kacang-kacangan akan menyediakan mulsa organic yang tebal yang mana

dapat membantu untuk mengurangi pupuk yang hilang mengalir, karena hujan

deras. Lapisan tebal dari sampah daunnya juga akan membantu untuk mengurangi

erosi tanah sehingga kondisi tanah tidak akan memburuk dari waktu ke waktu.

 Pemeliharaan pada fase TM berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produksi

tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada fase TM diantaranya : 1) manajemen tajuk,

2) pengendalian gulma, 3) pemupukan, dan 4) pengendalian hama penyakit

(Junaidi, 2008).

78

Page 79: 0 Profil Tpttt

Pemupukan merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk menaikkan

produktivitas tanaman. Pemupukan dilakukan secara intensif pada kebun

persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan pupuk

urea, TSP, dan KCL. Tujuan pemupukan adalah untuk menambah hara mineral

dalam tanah agar tanaman dapat menyerap sebanyak mungkin yang diperlukan.

Dosis pemupukan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada keadaan tanah.

Berdasarkan usia pohon pemupukan tanaman karet dibagi dalam tiga golongan

yaitu:

1.         Pemupukan bibit dalam persemaian, termasuk tanaman untuk bahan

penempelan (okulasi).

2.         Pemupukan pada tanaman muda yang belum menghasilkan.

3.         Pemupukan pada tanaman dewasa yang sudah menghasilkan.

Jarak dari tanaman pada waktu pemupukan pertama kira-kira 10 cm, dan

semakin bertambah umur tanaman makin menjauh. Pada waktu tanaman berumur

4-5 tahun jarak pemupukan 1-1,5 m, dan mengelilingi tanaman. Seminggu

sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman

dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari

Urea dan KCl.

 Pengendalian hama dan penyakit adalah perusak tanamam yang berupa

hewan seperti serangga, mamalia dan nematoda. Penyakit adalah gangguan yang

terus menerus pada tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan

jasad renix lain. Sedangkan gulma adalah tanaman liar yang pertumbuhannya

tidak dikehendaki karena bersifat merugikan.

79

Page 80: 0 Profil Tpttt

Gulma yang tumbuh diantara tanaman karet dapat menimbulkan berbagai

kerugian yaitu:

1.      Menurunkan produksi dan menurunkan hasil.

2.      Dapat menjadi sarang hama dan penyakit.

3.      Mepersulit pengelolaan dan mempertinggi biaya-biaya.

4.      Dapat menghambat atau merusak kerjanya peralatan

5.      Dapat menimbulkan keracunan ternak maupun manusia

Pengendaliaan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara:

1. Preventif: cara ini digunakan dengan maksud untuk mengurangi pertumbuhan

gulma supaya usaha pemberantasan dapat dikurangi atau ditiadakan.

Kegiatannya meliputi pengelolaan tanah atau pertanaman itu secara

keseluruhan sehingga mengurangi biaya operasional dalam pemberantasan.

2. Mekanis: cara ini menggunakan alat-alat mulai dari alat yang paling

sederhana sampai yang modern.

         Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan

penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan 

gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara

manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya. Cara manual atau mekanis adalah

pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit.

Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan

karet tidak terlalu luas. Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang

paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia

pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas

80

Page 81: 0 Profil Tpttt

gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya. Sedangkan herbisida

sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma.

Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan

frekuensi yang telah ditetapkan.

Peremajaan adalah Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman

karet akan memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi

lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan

menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Kegiatan

peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua.

81

Page 82: 0 Profil Tpttt

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan

diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas

dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang

lebih terkenal dengan nama lateks.

2. Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM) yaitu Setelah menginjak umur

lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan

komposisi II.

3. Sedangkan pada pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM

dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif

tanaman terutama lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang

sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman.

B. Saran

82

Page 83: 0 Profil Tpttt

Waktu praktikum kurang lama dan tidak secara keseluruhan membahas

semua budidaya tanaman karet yang dilakaukan. Sebaiknya dalam praktikum

lapang ini kita dijelaskan semua hal secara terperinci agar praktikan dapat

memahami semua aspek tm dan tbmnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., 2001. Pusat penelitian karet, Mig Crop: MedanBPPP, 1997. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1992-1996. Departemen Pertanian, Jakarta.

Arsyad S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet.

Deptan, 2010. Budidaya Tanaman Karet. Http://pustaka-deptan.go.id . Diakses 2 Desember 2015.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Ditjen Perkebunan, Jakarta

Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 86 hlm.

Setiawan, D. H. dan A. Andoko, 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. AgromediaPustaka,Jakarta.

Setyamidjaja, D., 1999. Karet. Kanisius, Yogyakarta.

83

Page 84: 0 Profil Tpttt

Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera UtaraPress,Medan.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. GadjahMadaUniversityPress,Yogyakarta.

Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

84

Page 85: 0 Profil Tpttt

85