thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · web viewsebagai contoh, banyak orang...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu indikator pembangunan ekonomi
yang juga sering disorot oleh para peneliti dan pengambil kebijakan.Tidak bisa
dipungkiri memang, sampai dengan saat ini masalah ketenagakerjaan merupakan
salah satu masalah yang kompleks dan besar.Kompleks karena masalahnya
mempengaruhi sekalgus dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi
dengan pola yang tidak selalu mudah untuk dimengerti.Besar karena menyangkut
jutaan jiwa.Sehingga masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu poin penting
yang menarik untuk dibahas dan diteliti.
Hampir disemua Negara saat ini, problematika ketenagakerjaan atau
perburuhan selalu tumbuh dan berkembang, baik dinegara maju maupun Negara
sedang berkembang, baik yang menerapkan ideology kapitalisme maupun
sosialisme.Hal ini terlhat dari adanya depertemen yang mengurusi
ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Hanya saja realitas tiap
Negara memberikan beragam problem riil sehingga terkadang memunculkan
berbagai alternative solusi. Umumnya Negara maju berkutat pada problem
ketenagakerjaan yang berkaitan dengan mahalnya gaji tenaga kerja, bertambahnya
pengangguran akibat mekanisasi, tenaga kerja illegal, serta tuntutan
penyempurnaan status ekomoni, sosial, bahkan politis. Sementara itu di negara
berkembang umumnya problem ketenagakerjaan berkenaan dengan sempitnya
1
2
peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan sumber
daya manusia tenaga kerja, tingkat gaji yang rendah, serta jaminan sosial nyaris
tidak ada.
Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah
rendahnya atau tidak sesuai pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta tanggungannya.Faktor ini, yakni
kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima rekatif tetap,
menjadi salah satu pemicu gerak protes para kaum buruh akhir-akhir ini di
berbagai daerah.Adapun dalam system kapitalis, rendahnya gaji buruh justru
menjadi penarik bagi para investor asing.Termasuk pemerintah, untuk
kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah, justru memelihara kondisi
seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah justru lebih sering
memihak sang investor disbanding dengan buruh yang sudah jelas adalah
rakyatnya sendiri. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang banyak tersebar di daerah-daerah terutama pedesaan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya biaya pendidikan yang tinggi
menyebabkan banyak masyarakat memilih untuk bekerja dari pada harus
menyelesaikan pendidikan dengan jenjang pendidikan yang tinggi. Meski pada
kenyataannya hal ini justru berdampak pada perputaran roda perekonomian suatu
daerah meski tidak terasa sepenuhnya oleh para buruh. Mereka hanya memikirkan
bahwa bekerja lebih baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa berpikir
kalau pendidikan bisa memingkatkan kesejahteraan hidup mereka. Tingkat
pendidikan yang ditamatkan akhir-akhir ini justru lebih banyak di tamatkan pada
3
jenjang sekolah dasar (SD) dengan persentase 47,87 lalu disusul peringkat
terbanyak kedua adalah sekolah menengah pertama (SMP) dengan persentase
18,28. Sedangkan untuk pendidikan perguruan tinggi hanya 9,72 persen dari total
jumlah penduduk di Indonesia.
Ketika sudah merambatt pada permasalahn pendidikan, maka akan
merambat pada permasalahan kemiskinan. Kemiskinan merupakan tantangan
yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya bagi suatu Negara. Oleh karena itu
meminimalisir tingkat kemiskinan selalu menjadi tujuan pemangku jabatan di
setiap Negara meski pada hakikatnya hanya menjadi janji manis belaka. Tujuan
dari pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.Penigkatan
kesejahteraan rakyat dapat diukur dari penurunan tingkat kemiskinan, penurunan
tingkat pengangguran, dan meningkatkan pendapatan per kapita rakyat.
Banyak kalangan peneliti dan analis menjadikan parameter pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan kesejahteraan rakyat yang selanjutnya menurunkan
kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan pendapatan melalui mekanisme trickle down effect. Namun
seringkali pertumbuhan ekonomi tidak serta merta dapat menurunkan tingkat
kemiskinan. Berdasarkan teori makroekonomi, pertumbuhan ekonomi
menunjukkan semakin banyaknya output nasional, dengan demikian akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran menurun serta
kemiskinan pun menurun.
4
Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu kota besar di Indonesia
yang memiliki berbagai sumber penghasilan tambahan ekonomi bagi
masyarakatnya, hal ini dibuktikan dari letaknya yang strategis di tengah-tengah
pulau Jawa dan sumber-sumber alam. Karkteristik yang dimiliki Daerah Istimewa
Yogyakarta juga tidak jauh berbeda dengan kota-kota industri lain seperti Jakarta,
Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai tempat perantauan banyak masyarakat untuk
merubah nasib perekonomian dan kesejahteraan tiap individu.Dengan letak secara
geografis diantara 7o .33 - 8o .12 Lintang Selatan dan 110o .00 - 110o .50 Bujur
Timur tercatat memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia
(1.860.359,67 km2).
Masyarakat perrkotaan dan pedesaan memilih kesamaan
alasan untuk berhenti pada tingkat pendidikan yang mampu.
Sebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan
sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak
sedikit pula hanya sampai pada tingkat SLTP maupun SD. Banyak
dari masyarakat beralasan biaya pendidikan yang mahal
menjadikan mereka memilih untuk bekerja. Penduduk usia 15
tahun ke atas untuk bidang pertanian, kehutanan, perburuan,
dan perikanan terbanyak hanya menamatkan tingkat pendidikan
SD, sebagian besar hanya sebagai buruh bukan sebagai pemilik
dari usaha di bidang ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
masyarakat di bidang pertanian sulit untuk meningkatkan mutu
hasil produksinya tanpa bantuan dari pemerintah, sehingga
5
bidang pertanian cenderung lebih lambat untuk berkembang
meski pada tahun ini sudah bisa menunjkkan hasil yang lebih
signifikan dengan adanya pada kelompok tani.
Tabel 1.1Penduduk D.I Yogyakarta Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Pendidikan
Tertinggi yangDitamatkanD.I. Yogyakarta Population of 15 Years Old Over Who Worked During The
Previous Week by Main Industry and Education Attainment (Agustus/August 2012)
Perkotaan + Pedesaan/Urban + Rural Perempuan / Female
Lapangan
Pekerjaan Utama/
Main Industry
*)
Tidak / Blm
Pernah Sekolah
No Schoolin
g
Tidak / Blm Tamat
SDDid Not
Complete/Not Yet
Completed Primary School
Pendidikan Tertinggi yang Ditamakan / Educational Attainment
Jumlah / TotalSD/
Primary School
SLTP/ Junior High
School
SLTA/ Senior High
School
Diploma I/ II/ III/
Akademi/ Universit
as Diploma I/ II/ III/
Academy Universit
y(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1 55.753 45.985 74.129 37.29
028.871 1.742 243.77
02 8.532 11.659 25.039 31.16
646.491 7.680 130.56
73 14.113 33.130 45.004 46.24
296.148 21.747 256.38
44 3.708 11.509 25.428 21.75
246.447 64.346 173.27
15 1.000 0 1.036 0 13.340 15.218 30.594
Jumlah / Total
83.106 102.364 170.636
136.450
231.297 110.733 834.586
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta
Catatan / Note :
*) 1. Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan / Agriculture, forestry, hunting anf fishery 2. Industri pengolahan / Manufacturing industry 3. Perdagangan Besar, eceran, rumah makan dan hotel / wholesale, retail, restaurants and hotel 4. Jasa Kemasyarakatan / community, social and personal service 5. Lainnya / Others.
6
Keberadaan penduduk usia 15 tahun ke atas untuk minat
bekerja di bidang industri pengolahan di dominasi tingkat
pendidikan yang di tamatkan yaitu SLTA, hal ini bisa dibuktikan
melalui survey APIKRI bahwa penyerapan tenaga kerja industri-
industri baik barang mentah maupun barang jadi di Provinsi D.I.
Yogyakarta dominan lulusan dari SLTA, dan hampir setegah
darinya para pekerja wanita. Dari survey BPS tahun 2012 (tabel
1.1) menunjukkabn jumlah para pekerja di industri pengolahan
dengan tingkat pendidikan yang di tamatkan SLTA yaitu 46.491
jiwa.
Table 1.2Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Termasuk Angkatan Kerja menurut
pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi D.I Yogyakarta
Pendidikan Tingkat yang Ditamatkan
Education Attainment
2010 2011Agustus/August Februari/February Agustus/August
Laki-Laki Male
Perem-puan
Female
Laki-Laki Male
Perem-puan
Female
Laki-Laki Male
Perem-puan
Female(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Tidak/Belum Sekolah/Not Yet Completed Primary School
30.462 74.994 26.974 73.230 27.368 68.730
2. Tidak Tamat SD/Not Yet Completed Primary School
127.792 133.341 109.737 100.873 104.041 98.705
3. SD/Primary School196.617 156.008 199.951 158.570 171.940 161.343
4. SLTP / Junior High School 208.515 156.097 177.552 162.838 195.858 136.923
7
5. SLTA Umum/ General Senior
High School 164.560 114.884 190.528 144.793 192.573 125.219
6. SLTA Kejuruan/ Vacation Senoir High School 182.869 107.748 227.460 176.567 211.882 123.679
7. DI-DIIIDiploma I-III 40.684 36.614 35.849 73.009 37.794 41.608
8. Universitas/University 82.025 68.059 92.335 902.428 101.007 74.241
Jumlah Total 1.033.551 848.745 1.060.386 1.792.308 1.042.463 830.448
Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS Provinsi D.I. Yogyakarta 2010-2011Source : National Labor Force Survey, BPS-Statistics of DIY Province
Tingkat pendidikan yang di tamatkan masyarakat D. I. Yogyakarta tahun
2010 sampai 2011 tercatat dari data Badan Pusat Statistik sebagimana dituliskan
pada table 1.2 dimana tahun 2011 pendidikan yang ditamatkan total terbanyak
pada tingkat SLTA kejuruan dengan jumlah 335.561 orang. Sama seperti
pemaparan diatas, bahwa sumber daya manusia yang ada memang kurang bisa
bersaing dengan pasar tenaga kerja global, sehingga banyak masyarakat memilih
untuk bekerja di sektor informal.Biaya pendidikan yang mahal menjadi salah satu
alasan masyarakat putus sekolah dan memilih untuk bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Bahkan dari tahun ketahun data yang dari Badan Pusat
Statistik memaparkan jumlah angkatan kerja dari tahun ketahun untuk pendidikan
tertiggi yang ditamatkan selisish antara tingkat pendidikan SMP dengan SMA
tidak jauh berbeda. Ini menggambarkan bahwa masyarakat cenderung memilih
untuk bekerja, meski pada tingkat pendidikan yang mampu mereka jalani.
8
Keberadaan industi memberi peluang kerja bagi para pencari kerja
terutama untuk masyarakat yang tidak bisa meneruskan pendidikan hingga
perguruan tinggi secara khusus.Selain itu kebutuhan tenaga kerja untuk dunia
perindustrian ternyata juga bisa menyerap banyak tenaga kerja agar bisa
menghasilkan produksi lebih banyak dan cepat. Meski besarnya minat masyarakat
kita kurang dalam berwirausaha yang jauh lebih banyak wirausaha muda di
Negara Malaysia, namun keberadaan usaha kecil mikro, dan industri-industri
rumahan bisa memberi pemasukan pendapatan bagi para pekerja dengan sistem
kerja di sektor informal yang cukup fleksibel namun tetap harus memenuhi
standar produksi.
Munculnya industrialisasi membuka peluang bagi perempuan untuk
bekerja di sektor publik terutama dengan bekerja sebagai operator atau
buruh.Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan juga meningkat
seiring dengan berkembangnya industrialisasi.Perempuan dapat turut berperan
secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya
maupun keluarganya.Dengan semakin banyak tenaga kerja perempuan memasuki
pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya.Hal
ini dapat dilihat dari adanya penambahan kualitas kondisi kerja berupa
penghasilan keluarga, dan pemberian jaminan sosial yang diberikan perusahaan,
yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya.Gambaran positif itu berbeda dengan kenyatan yang
telah ada (Linda Pratiwi, 2009).
9
Menurut Tjandraningsih (1999), meskipun di sektor publik adalah domain
laki-laki, namun tidak dapat disangkal keterlibatan perempuan di sektor tersebut
menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun secara absolut tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih lebih rendah dibandingkan
laki-laki, namun secara relatif tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
meningkat lebih cepat dibandingkan laki-laki.
TT75+
70-7465-6960-6455-5950-5445-4940-4435-3930-3425-2920-2415-1910 14
5 9 0-4
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000
PerempuanColumn2
Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS, Diolah
Gambar 1.1Partisipasi Laki-Laki dan Perempuan Bekerja di Provinsi D.I Yogyakarta
Dengan kekayaan yang dimiliki alam Daerah Istimewa Yogyakarta secara
khusus, maka banyak wirausaha yang memanfaatkan keberadaan hasil alam di
10
Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Serbagai contoh usaha grabah di Kasongan Bantul, dimana hasil produksinya
memanfaatkan tanah liat untuk menghasilkan hasil produksi yang bernilai cukup
tinggi. Meski berbahan dasar tanah liat dengan campur tangan para pengrajin yang
kreatif hasil produksi Grabah Kasongan Bantul dapat menembus pasar Ekspor.
Selain Grabah Kasaongan di ujung Bantul juga terdapat pengrajin batik dengan
media kayu. Meski terdengar biasa namun hasil produksi batik kayu di daerah
Krebet Bantul juga sudah bisa memasarkan hasil kerajinan hingga pasar impor.
Sleman juga memiliki tempat penghasil kerajinan alam dari bambu di daerah
Brajan. Sentra kerajinan bambu Brajan memanfaatkan hasil panen bambu yang
bisa dikatakan murah menjadi bernilai jual mahal dengan sentuhan kreatifitas para
pengrajin yang sebagian besar kaum wanita. Masih banyak kerajinan di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memanfaatkan hasil olahan berbahandasar alam dan
bisa bernilai jual cukup mahal. Semua ini tidak terlepas dari para pengrajin yang
juga memanfaatkan keberadaan masyarakat sekitar khususnya kaum wanita
sehingga semua stakeholder bisa merasakan manfaat dan keuntungan dari
berdirinya sentra-sentra disetiap daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jarang terlihat dari setiap pengrajin di tiap kerajina industri manufaktur
khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta kaum Adam.Banyak dari para pengrajin
memiliki alasan memilih untuk bekerja di industri kerajinan, ada yang berlatar
belakang ekonomi, pendidikan, tuntutan sosial, dan lain sebagainya. Banyak dari
mereka beralasan industri kerajinan tidak perlu jenjang pendidikan yang tinggi
sudah bisa mengahsilkan upah untuk kebutuhan sehari-hari.
11
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu ikon tujuan pariwisata bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara memberikan manfaat secara tidak
langsung untuk para pelaku usaha dibidang olahan pangan. Hal ini menjadi
peluang bisnis untuk meraih keuntungan dari para wisatawan untuk membawa
buah tangan khas daerah. Seperti industri olahan pangan bakpia yang menawarkan
produksi berupa bakpia dan aneka cemilan ringan, industri olahan pangan ubi
ungu yang menawarkan hasil olahan eggroll ubi ungi di daerah bantul, dan masih
banyak industri olahan pangan lain yang menawarkan hasil produksi unggulan
mereka. Tidak jauh berbeda dengan keberadaan kerajinan industri mabnufaktur
yang memanfaatkan tenaga wanita, maka industri olahan pangan berlaku hal yang
serupa.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini ingin menggali lebih
dalam mengenai faktor-faktor yang mendorong wanita memilih bekerja,
kesejahteraan dan pemberdayaan pekerja wanita disektor informal. Agar
senantiasa kesejahteraan dan hak-hak yang bisa mereka rasakan layaknya pekerja
wanita formal pada umumnya, seperti cuti sebelum melahirkan, cuti sesudah
melahirkan, cuti nifas, cuti sakit, dan lain-lain. Objek yang nantinya akan diteliti
terfokus pada industri rumah tangga yang tersebar di lima kabupaten dan kota
skala kecil maupun besar yang dominan pekerjanya adalah wanita di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
12
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya mengkaji mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diterima
khususnya pekerja wanita, setelah menjadi pekerja di sektor informal. Objek
penelitian di lima kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta,
sedangkan subjek penelitian adalah para pekerja wanita di sektor informal
yang meliputi industri rumah tangga dan industri pengolahan pangan di
kabupaten dan kota Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Sektor informal meliputi beberapa sub sektor, antara lain perdagangan,
jasa, transportasi, bangunan, dan industri pengolahan. Penyerapan tenaga
kerja sektor informal juga sangat besar dari berbagai sub sektor yang ada.
Selain itu tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus sehingga
secara luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan.
Kebijakan sektor informal dominan tidak terikat seperti peraturan atau
kebijakan di sektor formal.Pola kegiatan sektor informal cenderung tidak
teratur dalam segi waktu, modal maupun permintaannya.Keterikatan waktu
ini berbeda dengan sektor formal yang intensif lebih tertata sedangkan sektor
informal kesadaran untuk bersikap disiplin cenderung kurang, hal ini kembali
lagi karena kebijakan disegi waktu yang tidak teratur.Memahami konsep
diatas menyebabkan penyerapan tenaga kerja tidak pandang umur, jenis
kelamin, status sosial, dan latar belakang motivasi bekerja.
13
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi alasan pekerja wanita (indikatornya adalah besarnya
upah yang diterima) untuk memilih bekerja di sektor informal (industri
kerajinan atau industri olahan pangan) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi besarnya
tingkat pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui apakah masa kerja mempengaruhi besarnya tingkat
pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui apakahcurahan kerja mempengaruhi besarnya tingkat
pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui apakah jenis industri (industri rumah tangga atau
industri pengolahan pangan) mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan
tenaga kerja wanita sektor informaldi Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
E. Manfaat penelitian
14
Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam Penyusunan Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Wanita di
Sektor Informal : StudiKasus Industri Rumah Tangga dan Industri
Pengolahan Pangan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakartayaitu sebagai
berikut :
1. Penelitian ini dapat memberikan usulan pemikiran dan dapat dijadikan
sebagai informasi dan masukan bagi pengambilan keputusan dan
pertimbangan di dalam peningkatan kesejahteraan buruh terutama pekerja
sektor informal.
2. Penelitian ini dapat memberikan solusi bagi pemerintah dalam
merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan pekerja sektor informal.
3. Penelitian ini dapat menjadi wacana masyarakat umum khususnya
pengambil keputusan terkait kesejahteraan yang lebih layak yang bisa
dirasakan oleh para pekerja sektor informal.