tukarpendapat.files.wordpress.com file · web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan...

23
1 PENDAHULUAN Ushul fiqih merupakan salah satu cabang dalam ilmu keislaman yang secara garis besar membahas tentang bagaimana menggali dan memunculkan hukum syara’ paraktis dari nash yang ada, baik dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Salah satu dari teori kebahasaan tersebut ialah memahami lafadz dari segi maknanya, baik yang jelas maupun tidak jelas . Lafadz-lafadz yang tidak bisa di artikan secara langsung ( jelas ) itulah yang menyebabkan banyak perbedaan penafsiran makna terhadap lafadz tersebut. Sehingga dalam makalah ini akan di bahas mengenai lafadz-lafadz dari segi ketidakjelasan makna (Khafi, Musykil, Mujmal dan Mutasyabih) dan contohnya. Lafazh dari Segi Ketidakjelasan Makna Lafadz yang tidak terang artinya atau ghairu wudhu al-ma’na,yaitu lafadz yang dari segi lafadz itu sendiri tidak dapat di ketahui artinya. Lafadz itu baru dapat di pahami maksudnya bila ada penjelasan dari luar

Upload: nguyenngoc

Post on 08-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

1

PENDAHULUAN

Ushul fiqih merupakan salah satu cabang dalam ilmu keislaman yang

secara garis besar membahas tentang bagaimana menggali dan memunculkan

hukum syara’ paraktis dari nash yang ada, baik dalam Al-Quran maupun As-

Sunnah.

Salah satu dari teori kebahasaan tersebut ialah memahami lafadz dari segi

maknanya, baik yang jelas maupun tidak jelas . Lafadz-lafadz yang tidak bisa di

artikan secara langsung ( jelas ) itulah yang menyebabkan banyak perbedaan

penafsiran makna terhadap lafadz tersebut. Sehingga dalam makalah ini akan di

bahas mengenai lafadz-lafadz dari segi ketidakjelasan makna (Khafi, Musykil,

Mujmal dan Mutasyabih) dan contohnya.

Lafazh dari Segi Ketidakjelasan Makna

Lafadz yang tidak terang artinya atau ghairu wudhu al-ma’na,yaitu lafadz

yang dari segi lafadz itu sendiri tidak dapat di ketahui artinya. Lafadz itu baru

dapat di pahami maksudnya bila ada penjelasan dari luar lafadz tersebut. Lafadz

dalam bentuk ini disebut juga lafadz mubham.1

Nash yang kurang jelas dalalahnya ialah nash yang dalalahnya baru ditemui

melalui petunjuk dari luar nash itu. Kalau hal yang menyebabkan kurang jelas itu

dapat dihapuskan sesudah mengerahkan daya pikiran dan kesungguhan, maka

dinamakan al-khafi atau musykil. Kalau hanya dapat dihilangkan melalui

1 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h.101

Page 2: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

2

penjelasan dari pembuat peraturan itu sendiri dinamakan al-mujmal dan kalau

tidak dapat dihilangkan sama sekali dinamakan al-mutasyabih.2

Al-Khafi

Pengertian Al-Khafi

Pengertian khafi menurut bahasa adalah tidak jelas atau tersembunyi.

Sedangkan Menurut istilah, seperti yang dikemukakan oleh Adib Salih adalah

suatu lafal zhahir yang jelas maknanya, tetapi lafal tersebut menjadi tidak jelas

karena ada hal baru yang mengubahnya, sehingga untuk mengatasinya tidak ada

jalan lain, kecuali dengan penelitian yang mendalam.3

Khafi dalam istilah ushul, yaitu lafazh yang menunjukkan terhadap maknanya

dengan dalalah yang nyata. Akan tetapi dalam penerapan maknanya pada sebagian

satuan-satuannya terdapat semacam kesamaran dan ketersembunyian yang untuk

menghilangkan diperlukan analiasis dan pemikiran. Lafazh tersebut dianggap

khafi (samar, tersembunyi) dalam konteksnya dengan sebagian satuan-satuan ini.

Sebab munculnya kesamaran ini ialah bahwasanya satuan tertentu di dalamnya

ada suatu sifat yang melebihi terhadap satuan-satuan lainnya atau satu sifat

berkurang dari satuan itu atau ia mempunyai suatu nama khusus. Tambahan atau

kekurangan atau penamaan khusus ini menjadikannya sebagai tempat keserupaan.

Oleh karena itu, maka lafazh tersebut adalah samar dalam konteksnya dengan

satuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari 2 Khairul Uman dan H.A.Achyar Aminuddin, Ushul Fiqhi II, (Bandung:CV.Pustaka Setia, 1998) h.143 Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: CV Pustaka Setia,2007) h.164

Page 3: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

3

lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu hal yang khariji(eksternal).

Untuk menghilangkan ketidakjelasan makna lafal, maka perlu pencermatan dan

peninjauan. Atau dengan kata lain, untuk memahami makna khafi perlu ijtihad

ulama.4

Contoh Lafazh Khafi

Contohnya lafal ارق :yang berarti pencuri dalam ayat الس

بما كسبا جزاء أيديهما ارقة فاقطعوا والس ارق والسه عزيز حكيم ) (38نكاال من الله والل

Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah

tangan keduanya…(QS.AL-Maidah:38)

Lafal ارق berarti orang yang mengambil harta orang lain (pencuri) الس

dari tempat penyimpanannya dengan sembunyi-sembunyi. Akan tetapi arti ini

menjadi tidak jelas, jika diterapkan pada satuannya yang mempunyai nama

tersendiri. Misalnya Nubasy, yakni seseorang yang mengambil kain kafan mayat

dari dalam kubur. Apakah termasuk dalam lafal ارق ?atau tidak (pencuri) الس

Dalam hal ini ulama berbeda pendapat.

Ulama Hanafiyah menyatakan Nubasy tidak termasuk dalam arti ارق الس(pencuri), sehingga tidak dikenakan hukuman potong tangan sebab (1) benda yang

diambil tidak termasuk benda yang disukai, (2) benda yang diambil tidak terdapat

4 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqhi, (Semarang: Dina Utama Semarang,1994) h.259

Page 4: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

4

ditempat penyimpanan, dan (3) benda yang diambil tidak ada pemiliknya, bukan

milik mayat dan bukan milik ahli warisnya.

Imam syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Abu Yusuf, menyatakan

bahwa Nubasy termasuk kedalam arti lafal ارق oleh karena itu ia ,(pencuri) الس

dikenakan hukuman potong tangan kepada yang mengambilnya, dengan alasan (1)

bahwa pengambilan benda itu dilakukan disaat sepi, (2) bahwa tempat

penyimpanan benda adalah sangat disesuaikan dengan bendanya dan tidak ada

tempat penyimpanan kain kafan bagi mayat kecuali dalam kubur.

Contoh yang lain adalah hadis nabi yang berbunyi:

اليرث القاتللPembunuh itu tidak berhak menerima warisan dari yang di bunuhnya.

Lafal (pembunuh) القاتلل dalam hadis diatas cukup jelas artinya dan

tidak diragukan untuk menerapkan hukum terhalang dari hak warisan orang yang

membunuh secara sengaja dan terencana. Akan tetapi, apakah lafal القاتلل (pembunuh) dan hukum halangan warisan itu dapat diberlakukan pula terhadap

”pembunuhan tersalah”(tidak sengaja), “pembunuhan bersebab”, “pembunuhan

bersama” (dilakukan secara bersama oleh lebih dari dua orang). Hal ini menjadi

objek ijhtihad para ulama mujtahid.5

Contoh macam ini dalam undang-undang syara’ dan hukum positif banyak

sekali. Diantara yang paling jelas adalah sebagai tindakan kriminal yang

mengandung keserupaan mengenai apakah ia pidana atau pelanggaran biasa.

5 Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih (Sumatra Utara : Amzah,2005),h.164

Page 5: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

5

Cara untuk menghilangkan kesamaran ini ialah pembahasan dan pemikiran

oleh seorang mujtahid. Jika ia berpendapat lafazh tersebut mencakup satuan

tersebut, kendatipun dengan maka ia menetapkannya termasuk dari yang

ditunjuki oleh lafazh itu, lalu ia mengambil hukumnya. Acuan mereka dalam

ijtihad untuk menghilangkan kesamaran ini ialah illat hukum dan hikmanya, nash-

nash yang berkenaan dengan hal ini.6

Al-Musykil

Pengertian Al-Musykil

Lafaz musykil ialah suatu lafaz yang samar artinya, disebabkan oleh lafaz itu

sendiri.

Musykil menurut bahasa ialah sulit atau sesuatu yang tidak jelas

perbedaannya. Sedangkan menurut istilah musykil adalah suatu lafal yang tidak

jelas maksudnya karena ada unsur kerumitan, sehingga untuk mengetahui

maksudnya diperlukan ada indikator tertentu untuk dapat menjelaskan kerumitan

itu, dengan jalan pembahasan dan pemikiran yang mendalam.7

Kemusykilan lafadz itu disebabkan oleh hal-hal berikut:

Karena lafaz itu musytarak , yaitu diciptakan untuk beberapa arti sedang sighatnya

sendiri tidak menunjukkan makna tertentu.

6 Abdul Wahhab Khallaf, Op.cit.,h.2617 Rachmat Syafe’i, op.cit., h.165

Page 6: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

6

Adanya dua lafaz yang saling berlawanan. Artinya, kedua nash jelas dalalahnya

tetapi, kemuskilannya terletak dalam men-taufiq-kan (mengompromikan) antara

kedua nash yang saling berlawanan.8

Contoh Lafazh Musykil

Contohnya firman allah swt.:

صن بأنفسهن ثالثة قروء قات يترب والمطل

Dan para istri yang di ceraikan (wajib) menahan diri dari mereka

menunggu tiga kali quru’.....(QS.Al-Baqarah:228).

Lafal tersebut secara bahasa memiliki dua arti, yaitu makna suci (

,Apakah iddah wanita yang ditalak suaminya .(الحيضات) dan haid (األطهار

berakhir dengan tiga kali haid atau dengan tiga kali suci.

Imam Syafi’I dan sebagian Mujtahid berpendapat bahwa yang dimaksud

lafal al-quru’ dalam ayat diatas adalah suci. Qarinah-nya adalah pen-ta’ nits-an

isim adad (nama hitungan), karena hal itu menunjukkan bahwasanya yang

dihitung adalah mudzakkar (laki-laki), yaitu suci bukan haid.

Ulama Hanafiyah dan sekelompok mujtahid lainnya berpendapat bahwa

lafal al-quru pada ayat diatas adalah haid. Qarinah-nya, sebagai berikut:

Hikmah pen-tasyri-an iddah. Hikmah dalam kewajiban idddah atas wanita yang

ditalak adalah mengetahui kebersihan rahimnya dari kehamilan, sedangkan yang

memberitahukan hal ini adalah haid bukan suci.

8 Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),h.204

Page 7: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

7

Firman allah swt.: QS.Ath-Thalaq : 4

ائكم إن ارتبتم DDDDDن من المحيض من نس DDDDDئي يئس والالن وأوالت األحمDDال DDئي لم يحض هر والال DDفعدتهن ثالثة أش DDه من ه يجعDDل ل ق الل عن حملهن ومن يت DDأجلهن أن يض

(4أمره يسرا )Artinya:”perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause)di

antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddahnya

mereka adalah tiga bulan, dan begitu pula perempuan-perempuan yang tidak

haid…. (QS. Ath-Thalaq : 4)

Pada ayat diatas, sebab dihitungnya tiga bulan masa iddah karena tiadanya

haid wanita yang ditalak. Oleh karena itu, dapat ditetapkan bahwa pada dasarnya

masa iddah dihitung dengan haid.

Sabda Rasullullah saw.

طالق االمة ثنتان وعدتهاحيضتانTalak hamba sahaya perempuan dua kali, dan iddahnya dua kali haid.

Penegasan bahwa iddah hamba sahaya perempuan dengan haid merupakan

penjelasan terhadap yang dimaksud dengan lafal al-quru’u dalam iddah

perempuan yang merdeka. Adapun pen-takhsish-an nama hitungan, ia

dimaksudkan untuk ke mudzakkar lafal yang dihitungnya, yaitu lafal al-quru’.9

Al-Mujmal

Pengertian Al-Mujmal

Mujmal adalah: Lafadz yang belum jelas karena masih bersifat garis besar.

9 Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Op.cit.,h.237

Page 8: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

8

Secara bahasa Mujmal berarti samar. Secara istilah, para ahli ushul fiqhi

mendefinisikan mujmal dalam berbagai macam. Imam Sarakhasi mendefinisikan

mujmal sebagai suatu lafal yang tidak dapat dipahami maksudnya kecuali ada

penjelasan dari yang menegeluarkan lafal mujmal itu dan melalui penjelasannnya

diketahui makasud lafal tersebut.

Wahbah al-zuhaili mendefinisikan mujmal dengan lafal yang sulit dipahami

maksudnya kecuali melalui penjelasan dari mutakallim (orang yang

mengucapkan).

Jalaluddun Abd.Rahman mendefinisikan mujmal sebagai lafal yang dalalahnya

tidak jelas.10

Dari beberapa definisi diatas dipahami bahwa mujmal merupakan suatu lafal

yang dikutif oleh syar’i dari makna kebahasaanya dan ditetapkan untuk berbagai

makna terminologis yang bersifat syar’i secara khusus seperti lafazh sholat, zakat,

puasa, dsb. Bukan makna secara kebahasaan.11

Contoh Lafazh Mujmal

Lafaz yang artinya dipindahkan oleh syara’ dari arti bahasa ke arti syara’,

seperti lafaz shalat, zakat, puasa, dan haji. Lafaz shalat menurut bahasa diartikan

dengan doa, namun menurut syara’ ialah suatu perbuatan tertentu yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Yang menerangkan arti syara’ tersebut

adalah pembuat peraturan itu sendiri karena ditemui sunnah qauliyah dan sunnah

fi’liyah yang menerangkan arti yang dimaksud oleh syara’.

10 http://susilawatirahmadi.blogspot.co.id/2015/01/qawaid-al-tafsir-dalalah-sharih-ghairu.html11 Abdul Wahhab Khallaf, Op.cit.,h.265

Page 9: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

9

Di antara mujmal adalah lafaz yang gharib (asing) yang ditafsirkan oleh

nash sendiri dengan makna khusus, seperti lafaz al-qari’ah dalam firman Allah

swt. surah Al-Qari’ah ayat 1-4:

(3( وما أدراك مDDا القارعDDة )2( ما القارعة )1القارعة )اس كالفراش المبثوث ) (4يوم يكون الن

“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?

Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran. Dan gunung-

gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”.(QS. Al-Qori’ah: 1-4).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa suatu lafal dapat menjadi mujmal

karena : maknanya musytarak, dipalingkan dari makna bahasa pada makna syara,

dan lafal itu jarang dipergunakan.12

Contoh lain adalah lafal الصالة dalam ayat:

اكعين )وأقيموا الصالة كاة واركعوا مع الر (43 وآتوا الز “Dan laksanakanlah shalat….(QS.Al-Baqarah:43)

Apabila terhadap lafal mujmal itu mendapat penjelasan dari syara’ secara

sempurna maka mujmal menjadi mufassar. Ayat diatas dijelaskan melalui hadis

Nabi Muhammad saw. Baik dengan perkataan maupun perbuatan yang

menjelaskan detail-detailnya, mengenai rukun, syarat, dan caranya.

Rasullullah saw.bersabda:

12 Mukhtar Yahya, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2000) h.289-290

Page 10: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

10

ى و ا كمارا يتمونى اصل صلSalatlah seperti kamu lihat aku melakukan shalat.(HR.Bukhari)

Apabila lafal mujmal mendapat penjelasan dari syara’ tetapi tidak secara

sempurna dan pasti maka masih perlu ijtihad untuk menjelaskannya. Jika

demikian yang terjadi, mujmal menjadi musykil, sehingga untuk mujmal yang

semacam ini diberlakukan ketentuan pada musykil.

Al- Mutasyabih

Pengertian Al-Mutasyabih

Lafadz mutasyabih secara bahasa adalah lafadz yang meragukan

pengertiannya karena mengandung beberapa persamaan. Dalam istilah hukum,

lafadz mutasyabih adalah lafadz yang samar artinya dan tidak ada cara yang dapat

digunakan untuk mencapai artinya.13

Lafadz mutasyabih menurut ulama ushul fiqih adalah lafaz yang sighatnya

tidak menunjukkan maksudny dengan sendirirnya, dan tidak ditemukan qarinah

eksternal yang menerangkannya, dan syar’I memonopoli pengertiannya tanpa

menafsirkannya.

Mutasyabih hanyalah ditemukan pada tempat-tempat lain daripada nash,

seperti potongan-potongan huruf pada permulaan sebagian surah al-qur’an: Alif

Lam Mim, Qaf, Shad, Ha’, Mim dan seperti ayat-ayat yang zhahirnya bahwasanya

13 http://blackjack1994.blogspot.co.id/2015/01/lafadz-yang-tidak-terang-artinya-khafi.html

Page 11: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

11

allah swt. Menyerupai makhluknya dalam hal bahwa dia mempunyai tangan, mata

dan tempat.

Contoh Lafazh Mutasyabih

Contoh lafal dalam firman allah swt.: بأعينناذين DDا وال تخDDاطبني في ال DDا ووحين نع الفلDDك بأعينن DDواص

هم مغرقون ) (37ظلموا إنArtinya: “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk

wahyu kami”.(QS.Hud:37)

Dan firmanNya:

ة إال DDو رابعهم وال خمسDDة إال هDD ما يكون من نجDDوى ثالث هو سادسهم وال أدنى من ذلك وال أكثر إال هو معهم أينDDل ه بك DDوم القيامDDة إن الل ئهم بما عملDDوا ي ما كانوا ثم ينب

(7شيء عليم )Artinya: “Tiadalah pembicaraan rahasia antara tiga orang, melaingkan Dia-lah

yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan) antara lima orang, melaingkan Dia-

lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara( jumlah) yang kurang

dari itu atau lebih banyak, melaingkan dia ada bersama mereka dimanapun

mereka berada…”(QS. Al-Mujadalah: 7).

Ayat yang mengandung lafal yang mutasyabihat seolah-olah menyerukan

tuhan kepada makhluk-nya seperti lafal tangan, mata dan allah berada di dekat

manusia, tidak mungkin diketahui arti dan maknanya melalui bahasa , karena

Allah Mahasuci dari kemiripan dari makhluk-nya.

Page 12: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

12

Dalam menghadapi lafal Mutasyabih ini, para ulama berbeda pendapat.

Para ulama salaf hanya menyerahkan kepada allah saja, karena allah yang maha

tahu tentang arti dan maknanya, sedangkan manusia wajib mengimaninya dan

tidak mencari-cari ta’wilnya.

Adapun pendapat ulama khalaf, maka bahwasanya ayat-ayat ini, zhahirnya

mustahil, sebab allah tidaklah bertangan, tidak pula bermata, tidak pula bertempat.

Setiap sesuatu yang zhahirnya mustahil dikehendakinya, maka wajib di ta’wilkan

dan dipalingkan dari yang zhahir ini, dan dimaksudkan makna yang mungkin bagi

lafazh itu, meskipun dengan cara majaz, yang tidak ada penyerupaan khaliq

dengan makhluknya. Firman allah swt.:

ه فوق أيديهم يد الل…..Tangan allah diatas tangan-tangan mereka…..”(QS. Al-Fath:10)

Ta’wilnya adalah kekuasaan allah berada diatas kekuasaan mereka.

Firman allah swt.:

ما يكون من نجوى ثالثة إال هو رابعهمArtinya: “Tiadalah pembicaraan rahasia antara tiga orang….”

Pentakwilanya adalah bahwasanya allah swt. Bersama setiap orang yang

saling berbicara secara rahasia , dengan pengetahuannya dan pengawasannya.

Demikian seterusnya.

Munculnya perbedaan ini ialah perselisihan mereka mengenai firman allah

swt. Mengenai halnya ayat-ayat mutasyabihat:

Page 13: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

13

اسخون في العلم يقولون ه والر وما يعلم تأويله إال اللر إال أولو األلباب نا وما يذك ا به كل من عند رب آمن

Artinya: “…..Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melaingkan

Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata :” Kami beriman kepada

ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi tuhan kami”.(QS.Ali-Imran:7)

Barangsiapa yang menjadikan pemberhentian (waqaf) pada lafaz

keagungan (allah), maka ia berpendapat tiada yang mengetahui mutasyabih

kecuali allah, maka kami beriman kepadanya dan menyerahkan pengertianya

kepadanya, serta kami tidak mengkaji pentakwilannya. Dan barangsiapa yang

meletakkan pemberhentian (waqaf) pada kata

اسخون في العلم ه والر , وما يعلم تأويله إال الل

maka ia berpendapat: “Tiada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah

dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka mngetahui takwilnya dengan

memaksudkan makna yang mungkin dikandung oleh lafazh dan sesuai dengan

pensucian Khaliq dari penyerupaan dengan makhluknya.

Kesimpulan

Page 14: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

14

Khafi adalah lafaz yang dari segi ketidakjelasan timbul ketika menerapkan

pengertian itu kepada kasus tertentu yang merupakan bagian dari satuan-

satuannya. Sehingga untuk menghilangkan kesamaran tersebut diperlukan analisis

dan pemikiran yang mendalam. Musykil adalah lafaz yang memiliki kesamaran

yang disebabkan dari lafaz itu sendiri karena lafaz itu digunakan untuk arti yang

banyak sehingga tidak dapat dipahami artinya. Karena hal tersebut, sehingga

diperlukan qarînah untuk menjelaskan maksudnya. Mujmal adalah lafaz yang

dengan sighatnya tidak menunjukkan arti yang dimaksud. Sehingga sebab

kesamarannya bersifat tekstual (lafzhiy) dan bukan hal yang datang kemudian.

Mutasyâbbih adalah lafaz yang petunjuknya memberikan arti yang dimaksud oleh

lafal itu sendiri, sehingga tidak ada qarînah yang dipergunakan untuk memberikan

petunjuk tentang artinya dan juga syara’ tidak menerangkan tentang artinya.

3.1 Saran

Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis menyadari sangat banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kesempurnaan. Amin Ya

Rabbal ‘Alamin.

Daftar Pustaka

http://blackjack1994.blogspot.co.id/2015/01/lafadz-yang-tidak-terang-artinya-

khafi.html

Page 15: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewsatuan ini, karena pencakupannya terhadap satuan ini tidak dapat dipahami dari lafazh itu sendiri, bahkan ia haruslah dengan suatu

15

http://susilawatirahmadi.blogspot.co.id/2015/01/qawaid-al-tafsir-dalalah-sharih-

ghairu.html

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu Ushul Fikih.

Sumatra Utara : Amzah.

Khallaf, Abdul Wahhab. 1994. Ilmu Ushul Fiqhi. Semarang: Dina Utama

Semarang.

Suyatno. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Syafe’i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung:

CV Pustaka Setia.

Syarifuddin, Amir. 2012. Garis-Garis Besar Ushul Fiqh. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

Uman, Khairul dan H.A.Achyar Aminuddin. 1998. Ushul Fiqhi II.

Bandung:CV.Pustaka Setia.

Yahya, Mukhtar. 2000. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.