· web viewrepelita vi ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya peraturan pemerintah nomor 8...

253
LAMPIRAN PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1998 BUKU II REPUBLIK INDONESIA

Upload: dangkiet

Post on 10-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

L A M P I R A NPIDATO PERTANGGUNGJAWABAN

PRESIDEN/MANDATARISMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG UMUMMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA1 MARET 1998

BUKU II

REPUBLIK INDONESIA

Page 2:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

DAFTAR ISI

BUKU IBab I. U m u mBab II. Keuangan Negara, Perkembangan Moneter dan Lembaga-

Lembaga KeuanganBab III. Neraca Pembayaran Internasional dan Perdagangan Luar NegeriBab IV. Penanggulangan KemiskinanBab V. Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan KerjaBab VI. Pangan dan Perbaikan GiziBab VII. Pengembangan Usaha Nasional, Koperasi, dan Perdagangan

Dalam NegeriBab VIII. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kelautan dan Kedirgantaraan

BUKU II

Bab IX Pembangunan Daerah dan TransmigrasiBab X. Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan, Perumahan dan PermukimanBab XI. Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan Bab XI.I n d u s t r iBab XIII. Pertanian, Pengairan, dan KehutananBab XIV. T r a n s p o r t a s iBab XV. Pertambangan dan Energi

Page 3:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Bab XVI. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

Page 4:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

BUKU III

Bab XVII. A g a m aBab XVIII.Pendidikan, Olahraga, Kebudayaan Nasional dan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha EsaBab XIX. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan

Penanggulangan Bencana, Kependudukan dan Keluarga Sejahtera

Bab XX. Peranan Wanita, Anak dan Remaja dan Pemuda

Bab XXI. H u k u mBab XXII. Politik Dalam Negeri dan Hubungan

Luar Negeri Bab XXIII.Penerangan, Komunikasi dan Media

Massa Bab XXIV. Pertahanan KeamananBab XXV. Aparatur Negara dan Pengawasan

PembangunanBab XXVI.

Sistem Informasi dan Statistik

Page 5:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

DAFTAR ISI

BUKU II

Halaman

Bab IX. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi ...................... IX/3 - 144Bab X. Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan,

Perumahan dan Permukiman ......................................... X/3 - 78Bab XI. Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan

Pertanahan ....................................................................... XI/3 - 86Bab XII. I n d u s t r i .................................................................... XII/3 - 64Bab XIII. Pertanian, Pengairan, dan Kehutanan .......................... XIII/3 - 135Bab XIV. T r a n s p o r t a s i ...................................................... XIV/3 - 92Bab XV. Pertambangan dan Energi ............................................. XV/3 - 112Bab XVI. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi ........................... XVI/3 - 66

Page 6:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat
Page 7:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

PEMBANGUNAN DAERAH DANTRANSMIGRASI

Page 8:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

BAB IX

PEMBANGUNAN DAERAH DANTRANSMIGRASI

A. PENDAHULUAN

Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pembangunan daerah pada Repelita VI, sesuai amanat GBHN 1993 diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah, antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan serta membuka daerah terisolasi, memberikan perhatian yang lebih besar kepada daerah yang terbelakang, daerah yang padat dan jarang penduduknya, daerah transmigrasi, daerah terpencil dan daerah perbatasan, dan mempercepat pembangunan kawasan timur Indonesia yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas daerah. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada daerah, khususnya daerah otonom, dalam Repelita VI terus ditingkatkan dengan tetap mengacu pada arah dan tujuan pembangunan nasional serta pada upaya perwujudan Wawasan Nusantara.

IX/3

Page 9:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Strategi pembangunan daerah yang memadukan pertumbuhan, pemerataan, dan peranserta masyarakat tersebut pada dasarnya mempunyai tiga arah baru pembangunan. Pertama, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan kepada daerah, dan ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Upaya pembangunan daerah dalam PJP I yang telah berhasil memecahkan berbagai masalah dan memenuhi berbagai kebutuhan serta mendayagunakan potensi daerah secara memadai, dilanjutkan dan ditingkatkan dalam PJP II, yang dimulai dengan Repelita VI. Hasil pembangunan daerah tercermin pada peningkatan kinerja di bidang ekonomi, kesejahteraan sosial, ketersediaan prasarana, kemampuan keuangan daerah dan kelembagaannya, serta kinerja program pembangunan daerah lainnya.

Laju pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) dan PDRB Perkapita telah meningkat pesat dan menunjukkan hasil yang menggembirakan di semua propinsi. Bersamaan dengan itu, pemerataan pendapatan secara regional mengalami perbaikan, tampak antara lain dari laju pertumbuhan rata-rata PDRB di KTI yang lebih tinggi daripada di KBI. Berturut-turut sejak Repelita IV, pertumbuhan di KTI tercatat 7,50 persen dibanding 7,16 persen untuk KBI pada tahun 1983-1988; 8,01 persen dibanding 7,63 persen pada tahun 1988-1993; 8,9 persen dibanding 8,4 persen pada tahun 1993-1996. Penurunan angka kemiskinan antara tahun 1993 dan tahun 1996 di KTI adalah sebesar 1,8 persen, lebih tinggi daripada di KBI pada kurun waktu yang sama, yaitu 1,7 persen.

IX/4

Page 10:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Tingkat kesejahteraan penduduk di daerah telah mengalami kemajuan yang berarti. Salah satu indikatornya yaitu angka harapan hidup terus meningkat di seluruh daerah dengan DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kalimantan Tengah merupakan tiga propinsi teratas. Angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup di seluruh daerah terus menurun. Meskipun angka kematian bayi untuk propinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Timor Timur masih di atas rata-rata nasional, dari tahun 1990 sampai tahun 1995, penurunan secara berarti terjadi di propinsi-propinsi tersebut. Angka melek huruf di seluruh daerah juga terus meningkat, dengan peningkatan secara berarti khususnya terjadi di propinsi Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Timor Timur.

Upaya pemberian otonomi dan pendelegasian wewenang kepada daerah dalam. Repelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat II Percontohan Otonomi yang dimulai pada tanggal 25 April 1995. Pencanangan daerah tingkat II percontohan otonomi daerah ini merupakan upaya terobosan untuk lebih memacu pengembangan otonomi daerah, sekaligus guna memacu pembangunan di daerah. Untuk membantu meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, pemberian bantuan pembangunan melalui dana Inpres juga meningkat, baik jumlahnya maupun luas cakupannya. Kedua kebijaksanaan tersebut sekaligus mendukung upaya pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan di daerah yang saat ini. telah semakin kuat.

IX/5

Page 11:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Mulai tahun anggaran 1994/95, sebagai tahun pertama Repelita VI, telah dilakukan penyederhanaan jenis bantuan. pembangunan daerah dan penyempurnaan kriteria pengalokasian bantuan. Salah satu langkah penyederhanaan dan penyempurnaan adalah pengalihan bantuan Inpres bersifat spesifik (specific grant) menjadi blok (block grant). Selain itu, sebagian dana dan proyek sektoral telah diintegrasikan ke dalam program Inpres. Di samping menyederhanakan, yaitu dengan penggabungan Inpres-Inpres, dalam Repelita VI telah ditambah dua (2) Inpres baru, yaitu : Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Inpres Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Kedua Inpres tersebut bertujuan untuk meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan dengan memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan kualitas sumberdaya manusia melalui perbaikan gizi pada tahap dini, yaitu sejak usia sekolah dasar. Selain itu komponen-komponen Inpres Dati I dan Dati II telah bertambah. Pada akhir Repelita VI komponen Inpres Dati I bertambah dari 3 komponen menjadi 15 komponen, sedangkan pada Inpres Dati II dari 3 komponen menjadi 17 komponen dibanding akhir Repelita V.

Alokasi dana masing-masing Inpres selama lima tahun Repelita VI adalah sebagai berikut: Inpres Dati I sebesar Rp. 7.289,6 miliar, Inpres Dati II sebesar Rp. 14.657,3 miliar, Inpres Pembangunan Desa sebesar Rp. 2.263,6 miliar, Inpres Pembangunan SD sebesar Rp. 2.885,8 miliar, dan Inpres Sarana Kesehatan sebesar Rp. 2.465,8 miliar. Total jumlah keseluruhan Inpres selama Repelita VI adalah sebesar Rp. 29.562,1 miliar atau naik sebesar Rp. 19.064,0 miliar (181,6%) dibandingkan jumlah bantuan pada Repelita V. Sedangkan penerimaan PBB pada akhir Repelita V adalah Rp. 1.485,9 miliar dan pada tahun keempat Repelita VI meningkat menjadi Rp. 1.875,0 miliar.

IX/6

Page 12:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Di samping bantuan dari pusat, pendapatan asli daerah (PAD), sebagai salah satu indikator keberhasilan ekonomi daerah, juga meningkat dengan cukup pesat. PAD tingkat I dan II terus menunjukan pertumbuhan. Dalam kurun waktu Repelita V PAD tumbuh sebesar 21,4 persen untuk dati I dan 19,2 persen untuk Dati II dan untuk kurun waktu Repelita VI sampai tahun keempat tumbuh 20,6 persen untuk dati I dan 24,7 persen untuk dati II.

Untuk lebih mempercepat pembangunan di daerah dalam rangka Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997, sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, telah ditetapkan 111 kawasan andalan, yakni suatu kawasan yang memiliki kemampuan potensial untuk mendorong pembangunan di wilayah sekitarnya. Khusus untuk kawasan timur Indonesia (KTI) telah ditetapkan 13 KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu), yaitu satu di setiap propinsi KTI. KAPET adalah kawasan di propinsi yang bersangkutan yang dipandang memiliki aset yang kuat untuk dapat dikembangkan secepatnya sehingga dapat memicu pertumbuhan daerah di sekitarnya. Di samping itu telah ditingkatkan upaya-upaya untuk mempercepat kerjasama ekonomi sub-regional (KESR) guna mendorong laju pertumbuhan serta memacu produktifitas daerah.

Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan dalam Repelita VI didorong melalui peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumberdaya manusia, pemanfaatan sumberdaya alam dan penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa swadaya

IX/7

Page 13:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

dan desa swakarya menuju desa swasembada. Dalam Repelita VI, dukungan terhadap pembangunan desa dilaksanakan antara lain .melalui mekanisme Inpres. Bantuan pembangunan desa (Inpres Desa) di samping diarahkan untuk membangun kebutuhan yang dirasakan langsung oleh warga masyarakat desa, juga dimaksudkan untuk memperkuat lembaga perencanaan di tingkat desa yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Dalam upaya menanggulangi kemiskinan telah diberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin yang berada di desa-desa tertinggal, seperti bantuan Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) di desa IDT. Jumlah alokasi dana program IDT sejak tahun pertama (tahun 1994/95) sampai dengan tahun terakhir pelaksanaan program (tahun 1997/98) telah mencapai lebih dari Rp. 1,5 triliun. Jumlah alokasi dana program P3DT sampai tahun keempat Repelita VI mencapai lebih dari Rp. 1,2 triliun. Di luar desa IDT, upaya yang sama dilakukan melalui tabungan kesejahteraan rakyat (Takesra), serta kredit usaha kesejahteraan rakyat (Kukesra), serta berbagai program lainnya yang diselenggarakan oleh instansi-instansi sektoral.

Ketersediaan prasarana dan sarana dasar merupakan prasyarat utama bagi keberhasilan pembangunan daerah dan sekaligus juga merupakan salah satu indikator pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan berbagai prasarana, seperti pengairan, air bersih, transportasi, pos dan telekomunikasi, dan energi telah mendorong laju pembangunan daerah. Bantuan pembangunan jalan sangat berperan dalam mengembangkan perekonomian masyarakat, di samping telah menumbuhkan kegiatan usaha, khususnya di bidang konstruksi dan peralatan konstruksi di daerah, dan mengembangkan kualitas sumberdaya manusia. Bantuan untuk operasi dan

IX/8

Page 14:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pemeliharaan jaringan pengairan penting dalam mendukung peningkatan produksi pangan nasional. Demikian pula berbagai program kemiskinan telah memacu peningkatan kesejahteraan rakyat. Hasil-hasil pembangunan prasarana sejak awal Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita VI dapat dilihat pada Peta Prasarana Indonesia 1998 yang merupakan bagian dari Lampiran Pidato Pertanggungjawaban Presiden di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat tanggal 1 Maret 1998 ini. Dari peta tersebut dapat diketahui jaringan prasarana dan data pokok prasarana yang tersedia di setiap propinsi, pulau dan wilayah Indonesia.

Selanjutnya, pembangunan di wilayah yang berpotensi sumber daya alam tinggi namun berpenduduk jarang didukung oleh program transmigrasi. Dalam Repelita VI, sesuai amanat GBHN 1993, penyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, memperluas penyebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai wilayah tanah air, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan para transmigran khususnya dan masyarakat pada umumnya, memperkuat pertahanan keamanan negara serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Program transmigrasi disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah serta sumberdaya dan kondisi lingkungan setempat sehingga secara terpadu mendorong peningkatan kegiatan ekonomi di daerah. Sejak tahun 1994/95 transmigrasi merupakan bagian integral dari sektor Pembangunan Daerah dan Transmigrasi mengingat bahwa kegiatan transmigrasi mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan daerah di mana transmigrasi dilaksanakan.

Dalam Repelita VI dikembangkan pendekatan pengembangan transmigrasi dengan pola transmigrasi umum (TU), transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB), dan transmigrasi swakarsa mandiri

IX/9

Page 15:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

(TSM). Demikian pula dikembangkan berbagai pola usaha di permukiman transmigrasi sesuai dengan potensi dan kemungkinan pengembangan di masing-masing lokasi transmigrasi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita VI lahan usaha I bertambah dengan 75.976,1 hektare. Perluasan lahan produktif tersebut telah meningkatkan hasil pertanian secara berarti di daerah. Di samping itu, melalui program transmigrasi telah berhasil ditempatkan sumberdaya manusia baru dan tenaga terampil di berbagai daerah transmigrasi. Pelatihan transmigran di daerah penerima, baik untuk bidang pertanian maupun non-pertanian, dilaksanakan secara berkelanjutan. Selama Repelita VI telah dilatih sebanyak 48.137 orang transmigran.

Kawasan Timur Indonesia yang merupakan sasaran utama kegiatan transmigrasi, dalam Repelita VI memperoleh alokasi biaya dan dorongan yang besar dalam. pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang dimilikinya, terutama melalui kegiatan usahatani yang dilakukan para transmigran sehingga telah berhasil meningkatkan produksi pangan di daerah. Beberapa daerah yang semula pengimpor beras dan hasil pertanian lainnya telah menjadi pengekspor bahan pangan tersebut.

B. PEMBANGUNAN DAERAH

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan daerah dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II;

IX/10

Page 16:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di daerah; tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah untuk lebih menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antardaerah, antarkawasan, serta antara kota dan desa; makin terkoordinasinya pembangunan antar sektor di daerah dan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah; meningkat dan makin selarasnya peranan daerah perkotaan dan perdesaan dalam pembangunan nasional dan daerah dan dalam menyeimbangkan pertumbuhan antarwilayah; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk makin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal di perkotaan dan perdesaan; meningkatnya peranserta aktif masyarakat dalam pembangunan; makin mantapnya lembaga perekonomian di daerah, mulai dari perdesaan; tersedianya rencana tata ruang yang efektif, operasional dan diketahui masyarakat luas; meningkatnya mutu lingkungan hidup yang mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan; berkembangnya budaya daerah seiring dengan berkembangnya nilai budaya baru akibat kemajuan dalam masyarakat; dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dalam pembangunan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan daerah dan amanat GBHN 1993 maka dalam Repelita VI dikembangkan kebijaksanaan pokok yang meliputi peningkatan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah; peningkatan keserasian pertumbuhan antardaerah; peningkatan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah; peningkatan pelayanan kepada masyarakat; pengembangan partisipasi aktif masyarakat; pemantapan penataan ruang dalam pembangunan daerah; pengembangan budaya daerah; dan pengembangan pemanfaatan teknologi.

IX/11

Page 17:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Untuk mencapai sasaran pembangunan daerah tingkat I pada khususnya dalam Repelita VI, dikembangkan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat I yang antara lain meliputi peningkatan kemampuan aparatur daerah tingkat I; peningkatan keserasian pertumbuhan antardaerah; pengembangan investasi daerah; peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan; pemantapan kelengkapan dan penggunaan perangkat penataan ruang; dan pengelolaan lingkungan hidup.

Untuk mencapai sasaran pembangunan daerah tingkat II pada khususnya dalam Repelita VI dikembangkan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat II yang meliputi peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II; pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat; penanggulangan kemiskinan; pengelolaan lingkungan hidup; penataan ruang dan penataan pertanahan; dan penataan wilayah administrasi.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat I dilaksanakan program pembangunan daerah tingkat I yang mencakup peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat I; peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat I, peningkatan prasarana dan sarana, pengembangan dunia usaha, pengembangan kawasan khusus, serta peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat II dilaksanakan melalui program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II, program peningkatan kemampuan keuangan daerah tingkat II, program peningkatan prasarana dan sarana, program pengembangan kegiatan usaha masyarakat, program penanggulangan kemiskinan di daerah tingkat II, program peningkatan kualitas

IX/12

Page 18:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta program penataan ruang daerah.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan desa dalam Repelita. VI dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan desa yang meliputi pemantapan kelembagaan pemerintah desa; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengembangan keswadayaan masyarakat; pengembangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana desa; dan penghapusan kemiskinan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan dalam Repelita VI disusun program-program pembangunan yang penjelasannya diuraikan dalam kegiatan-kegiatan Pembangunan Daerah Tingkat I, Pembangunan Daerah Tingkat II; Pembangunan Desa, dan Pembangunan Desa Tertinggal. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan pembangunan tersebut diuraikan di bawah ini.

a. Pembangunan Daerah Tingkat I

Pembangunan Daerah Tingkat I selama Repelita VI diupayakan untuk menjawab tantangan pembangunan daerah tingkat I, yakni meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah, memacu pertumbuhan daerah, menyerasikan pertumbuhan ekonomi antardaerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan, serta memberikan perlindungan pada lingkungan.

IX/13

Page 19:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Di seluruh Daerah Tingkat I telah terjadi perubahan struktur perekonomian yaitu semakin mengarah pada keseimbangan antara sektor-sektor pertanian, industri, dan jasa. Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dui laju pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) serta PDRB per kapita secara konsisten menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan di seluruh propinsi (Tabel IX-1 dan IX-1A dan Tabel IX-2). Namun dampak krisis moneter di akhir tahun keempat Repelita VI telah berpengaruh pada kinerja perekonomian daerah, sehingga berbagai sasaran pertumbuhan mungkin tidak tercapai, seperti halnya juga di tingkat nasional.

Pada tahun 1993/94, Bantuan Pembangunan Dati I terdiri dari komponen Bantuan Umum, Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi dan Bantuan Reboisasi. Sejak tahun 1994/95, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I disempurnakan dengan mengintegrasikan beberapa program bantuan (Inpres) khusus ke dalam Inpres Dati I. Bantuan Umum merupakan bantuan yang memiliki tingkat keleluasaan penggunaan paling tinggi, karena sepenuhnya diserahkan kepada daerah sesuai dengan aspirasi dan prioritas pembangunan pada masing-masing daerah. Sejak Repelita I sampai Repelita VI, jumlah bantuan ini terus meningkat (Tabel IX-3 dan IX-3A).

Pada tahun 1997/98, di samping Bantuan Umum, Bantuan Pembangunan Dati I terdiri atas komponen-komponen Bantuan - Peningkatan Jalan Propinsi, Bantuan Reboisasi, dan Bantuan Perencanaan, Pemantauan dan Pengawasan, Bantuan Operasi dan Pemeliharaan (OP) Pengairan, dan Bantuan Penataran P4 di Daerah, serta Bantuan Pengembangan Wilayah, Bantuan Prasarana Fisik Pamong Praja, Bantuan Pembinaan Masyarakat Tertinggal di

IX/14

Page 20:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Perdesaan, Bantuan Pengelolaan Kawasan Lindung, Bantuan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup, Bantuan Pembinaan dan Pembibitan Olahraga Prestasi, Bantuan Pembinaan Seni Budaya di Daerah, dan Bantuan Kerukunan Umat Beragama yang merupakan komponen baru pada tahun ini. Meskipun beberapa komponen diintegrasikan ke dalam program bantuan tersebut, namun sasaran sektoral di daerah tetap dapat tercapai, bahkan diharapkan dapat lebih efisien dan efektif dengan kewenangan daerah yang semakin besar. Pada tahun 1998/99 mulai dikembangkan komponen bantuan pembudayaan gerakan disiplin nasional dalam Inpres Dati I, dan kegiatan padat karya yang berkaitan dengan upaya penanggulangan dampak negatif dari gejolak moneter dan bencana kekeringan di berbagai daerah.

Beberapa kegiatan pembangunan Daerah Tingkat I dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan aparatur pemerintah di daerah juga dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin, dedikasi dan loyalitas aparatur terhadap pemerintah dan negara. Aparatur pemerintah diharapkan semakin siap dan tanggap terhadap perkembangan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks dan luas seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan dan keterbukaan masyarakat.

Penyelenggaraan berbagai jenis Diklat telah didesentralisasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat I. Meskipun

IX/15

Page 21:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

demikian, pelaksanaan berbagai diklat di daerah tersebut didukung oleh instansi teknis terkait, baik instansi pusat maupun instansi daerah.

Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur perencana pembangunan dan pengelola keuangan di daerah tingkat I terus diupayakan, yaitu meliputi pendidikan dan pelatihan (Diklat) Teknik Manajemen Perencanaan Pembangunan (TMPP), Latihan Perencanaan dan Tatalaksana Pembangunan Daerah (LPTPD), Diklat Sarlita Regional, Diklat Keuangan Daerah serta Diklat Bendaharawan dan Pemimpin Proyek.

Peningkatan kemampuan aparatur di bidang administrasi dan manajemen dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan penjenjangan struktural (Tabel IX-4). Dalam rangka itu, selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI telah dilaksanakan (1) pengembangan diklat pusat melalui penyelenggaraan program pendidikan S2 untuk 110 orang mahasiswa, program S3 untuk 10 orang, dan pelatihan perencanaan program pendidikan dan latihan analisis kebutuhan diklat untuk 400 orang, serta penyusunan modul penyelenggaraan diklat struktural dan teknis fungsional; (2) peningkatan diklat manajemen perkotaan untuk meningkatkan kemampuan pelaksanaan manajemen pembangunan perkotaan di daerah tingkat II percontohan otonomi daerah; (3) pengembangan dan pembinaan STPDN Jatinangor melalui penyelenggaraan seleksi STPDN untuk 600 orang peserta, penyusunan kurikulum dan penyusunan modul tata penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran; (4) pengembangan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta melalui peningkatan kemampuan penelitian, pengabdian masyarakat, dan pengembangan mata kuliah; serta (5) peningkatan manajemen dinas tingkat I dan dinas tingkat II melalui diklat perencana dan pelaksana

IX/16

Page 22:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah tingkat II terpilih percontohan otonomi.

Untuk menunjang percepatan pembangunan di kawasan timur Indonesia (KTI), telah dilaksanakan analisis kebutuhan Diklat di kawasan andalan di 13 propinsi daerah tingkat I di KTI, yang diikuti dengan kegiatan perumusan berbagai jenis program diklat yang sesuai bagi aparatur yang bertugas di masing-masing bidang atau sektor di kawasan andalan tersebut. Sebagai hasilnya telah diperoleh berbagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti dengan jenis diklat yang sesuai prioritas kebutuhan diklat bagi aparat dinas di daerah yang sebagian akan dilaksanakan pada tahun terakhir Repelita VI.

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat I

Semakin besarnya peranan keuangan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan daerah, sejalan dengan kemajuan otonomi daerah.

Selama Repelita VI, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu indikator kemampuan keuangan daerah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 20,6 persen. Peningkatan yang menonjol tersebut terutama terjadi di propinsi-propinsi di KBI khususnya di Pulau Jawa, meskipun sejak Repelita I sampai dengan Repelita VI secara absolut terjadi peningkatan PAD di semua propinsi (Tabel IX-5 dan 5A). Untuk meningkatkan penerimaan daerah diupayakan rasionalisasi pajak dan retribusi daerah yang mengarah kepada sistem pengelolaan keuangan daerah yang

IX/17

Page 23:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

sederhana dan efisien serta dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam membiayai pembangunan daerah.

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Inpres Dati I adalah bantuan pembangunan kepada daerah yang diberikan dalam rangka mengupayakan keselarasan pembangunan. sektoral dan pembangunan daerah dan meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dengan bantuan ini sebagai salah satu alat kebijaksanaan pemerataan, daerah yang kurang maju semakin dipacu untuk mengejar ketertinggalannya, sementara daerah yang lebih maju diupayakan peningkatannya. Dalam perkembangan pelaksanaannya, besaran dan komponen bantuan pembangunan daerah semakin bertambah dan disempurnakan.

Dalam membiayai kebutuhan pembangunan yang sesuai dengan prioritas pembangunan sektoral dan lintas sektoral di daerah, Inpres Dati I telah berperan sebagai sumber pembiayaan yang penting. Walaupun kontribusinya di dalam APBD Tingkat I menurun, yaitu pada tahun 1993/94 kontribusi dalam APBD sebesar 50,5 persen, sedangkan pada tahun 1997/98 sebesar 35,7 persen, namun secara absolut Inpres Dati I meningkat dari Rp. 1.275,3 miliar pada tahun 1993/94 menjadi Rp. 1.654,3 miliar pada tahun 1997/98 atau mengalami peningkatan sebesar 29,7 persen. Mengecilnya kontribusi bantuan ini di dalam APBD I menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan pemerintah daerah tingkat I dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya (Tabel IX-6).

Selain Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bantuan Pembangunan Dati I, sumber penerimaan keuangan pemerintah daerah tingkat I lainnya adalah penerimaan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak yang sebagian besar berasal dari Pajak Bumi dan

IX/18

Page 24:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Bangunan (PBB). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1985, bagian penerimaan PBB untuk daerah tingkat I adalah sebesar 16,2 persen dari jumlah seluruh pungutan PBB. Jumlah penerimaan PBB secara keseluruhan selama empat tahun Repelita VI adalah sebesar Rp. 7.748,2 miliar (Tabel IX-7). Dibandingkan dengan tahun 1993/94 sebesar Rp. 1.091 miliar, maka angka penerimaan PBB Dati I tahun 1997/98 meningkat 172 persen.

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Selama Repelita VI pelaksanaan program peningkatan prasarana dan sarana diarahkan untuk menunjang pembangunan daerah dan membuka keterisolasian daerah-daerah yang terpencil dan terbelakang. Sesuai dengan tugas dan kewenangan daerah, urusan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat I dalam bidang prasarana dan sarana adalah peningkatan jaringan jalan propinsi dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan pengairan. Sedangkan peningkatan prasarana dan sarana perhubungan, pos dan telekomunikasi, serta energi di daerah dibangun melalui kegiatan sektoral.

Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (BPJP) terbukti mempu-nyai peranan yang besar dalam pengembangan perekonomian masyarakat. Dengan bantuan ini, kondisi jalan propinsi semakin baik, karenanya pelayanan jasa angkutan barang dan penumpang dari pusat-pusat produksi ke pasar domestik dapat dipercepat, sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu, BPJP telah mendorong dan menumbuhkan kegiatan usaha masyarakat dalam bidang jasa konstruksi, baik di bidang sumber daya manusia, maupun penyediaan peralatan konstruksi di daerah dan pemanfaatan hasil produksi daerah untuk bahan konstruksi. Pada

IX/19

Page 25:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

tahun 1993/94 dialokasikan dana sebesar Rp 405,6 miliar dengan hasil fisik 3.119,6 kilometer jalan dan 11.804,8 meter jembatan, sedangkan pada tahun 1997/98 dialokasikan dana sebesar 624,2 miliar dengan hasil fisik 3.909,6 kilometer jalan dan 11.757,6 meter jembatan. Selama Repelita VI sampai tahun keempat telah dialokasikan dana sebesar Rp. 1.974,03 miliar, dengan hasil fisik 14.756,6 kilometer jalan dan 46.990,3 meter jembatan (Tabel IX-8). Pada tahun 1998/99 kegiatan serupa akan diteruskan dengan alokasi dana sebesar Rp 601,2 miliar yang direncanakan untuk meningkatkan sekitar 2.765,0 kilometer jalan dan 10.660,0 meter jembatan.

Program peningkatan prasarana dan sarana untuk kegiatan OP jaringan pengairan pada tahun 1993/94 dilaksanakan di areal seluas 5,6 juta hektare, yang meliputi daerah irigasi seluas 4,5 juta hektare dan rawa seluas 1,1 juta hektare. Pada tahun 1997/98 dilaksanakan OP jaringan pengairan seluas 6,1 juta hektare. Pada tahun 1998/99 kegiatan OP jaringan pengairan akan terns dilanjutkan untuk areal pertanian seluas sekitar 6,19 juta hektare yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.

Pembangunan prasarana dan sarana fisik ekonomi berlangsung di seluruh propinsi dan di seluruh penjuru tanah air. Perkembangannya dapat dilihat pada uraian di masing-masing bab mengenai sektor prasarana yang bersangkutan.

4) Program Pengembangan Dunia Usaha di Daerah

Peningkatan daya saing di pasar dalam negeri maupun luar negeri dalam era globalisasi menuntut dunia usaha untuk lebih efisien dan transparan. Sejalan dengan itu dalam Repelita VI pemerintah meningkatkan upaya untuk mendorong dunia usaha lebih maju lagi

IX/20

Page 26:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

yaitu dengan menciptakan iklim yang dapat merangsang dan meningkatkan penanaman modal masyarakat dan dunia usaha di daerah.

Melalui mekanisme koordinasi perencanaan "dari bawah ke atas" yang diatur dalam Permendagri No. 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (P5D) upaya untuk mendorong penanaman modal masyarakat semakin ditingkatkan dengan perencanaan kegiatan-kegiatan pembangunan yang terpadu antara pemerintah daerah dan dunia usaha dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituangkan ke dalam Repelita Daerah.

Selama Repelita VI forum RKPPMD (Rapat Koordinasi Perencanaan Penanaman Modal Daerah) ditingkatkan dan dikoordinasikan dengan forum rapat koordinasi perencanaan pembangunan di berbagai tingkat pemerintahan. Melalui forum itu penggunaan sumberdaya masyarakat dapat ditingkatkan efisiensinya melalui pemaduan dengan rencana pembangunan yang dibiayai dengan dana pemerintah.

Untuk melembagakan koordinasi ini lebih baik lagi, dan untuk mendorong dunia usaha lebih pesat lagi, pada tahun 1993/94 telah dikeluarkan kebijaksanaan Paket 23 Oktober 1993 yang pada prinsipnya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perizinan kegiatan dunia usaha di daerah.

Pemberian insentif kepada dunia usaha untuk menanamkan modalnya di Kawasan Timur Indonesia telah dikembangkan, antara lain melalui program pembangunan kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET), seperti KAPET Biak di propinsi Irian

IX/21

Page 27:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Jaya yang telah ditetapkan arah pengembangannya melalui Keppres Nomor 90 tahun 1996.

Kemajuan penanaman modal asing maupun dalam negeri yang tersebar di semua daerah dapat dilihat pada Bab VII tentang Pengembangan Usaha Nasional, Koperasi, dan Perdagangan Dalam Negeri.

5) Program Pengembangan Kawasan Khusus

Pelaksanaan program pengembangan kawasan khusus pada tahun keempat Repelita VI diarahkan kepada upaya untuk mencapai sasaran pembangunan dan menunjang laju pertumbuhan perekonomian daerah sesuai dengan rencana tata ruang, yang mencakup kawasan pertumbuhan dalam rangka kerjasama dengan negara tetangga dan kawasan yang mendukung kepentingan perta-hanan keamanan nasional, serta kawasan andalan yaitu kawasan yang berpotensi untuk berkembang pesat dan kawasan yang dapat memacu perekonomian daerah. Program pengembangan kawasan khusus tersebut diserasikan dengan kondisi, potensi, dan aspirasi daerah sekitar kawasan tersebut.

Beberapa upaya dalam Repelita VI untuk pembangunan kawasan khusus antara lain adalah sebagai berikut:

a) Kerjasama di bidang sosial ekonomi daerah perbatasan Malaysia (Sarawak dan Sabah) dengan Indonesia (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur) yang disebut KK Sosek Malindo, diketuai oleh General Border Committee (GBC) di masing-masing negara, di Indonesia diketuai Panglima ABRI. Di bawah GBC telah, dibentuk pula Kelompok Kerja Sosek Malindo di tingkat propinsi.

IX/22

Page 28:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

b) Kerjasama perbatasan Irian Jaya-Papua Nugini antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Papua Nugini melalui pembentukan Joint Border Committee (JBC) yang di pihak Pemerintah RI diketuai oleh Menteri Dalam Negeri.

Pembangunan kawasan khusus selama empat tahun terakhir ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, antara lain dengan semakin terkoordinasinya pengembangan kawasan khusus wilayah perbatasan antarnegara dengan kerjasama ekonomi sub-regional. Beberapa kerjasama ekonomi sub regional antara Indonesia dengan negara-negara tetangga, antara lain adalah:

a) Kerjasama segitiga pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore Growth Triangle) atau yang juga dikenal dengan kerjasama segitiga pertumbuhan SIJORI (Singapore-Johor-Riau);

b) Kerjasama segitiga pertumbuhan utara IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle);

c) Kerjasama sosial ekonomi yang dijalin antara delapan propinsi di kawasan timur Indonesia dengan negara bagian Northern Territory di Australia, yang telah disepakati untuk dikembangkan menjadi Australia-Indonesia Development Area (AIDA), dengan cakupan yang lebih luas yaitu meliputi seluruh propinsi di KTI dan propinsi Bali, dengan semua negara bagian Australia.

d) Kerjasama sosial ekonomi antara Propinsi Maluku dengan 3 propinsi di Filipina Selatan;

IX/23

Page 29:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

e) Kerjasama kawasan pertumbuhan ASEAN timur BIMP-EAGA (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines East Asean Growth Area), yang semula meliputi tiga propinsi di Indonesia dengan propinsi negara tetangga kemudian dikembangkan menjadi kerjasama ekonomi antara sepuluh propinsi di KTI dengan Propinsi Mindanao di Filipina, Negara Bagian Sabah di Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Untuk memacu pertumbuhan daerah, dengan memanfaatkan secara optimal potensi masing-masing daerah pada Repelita VI telah ditetapkan 111 Kawasan Andalan. Di antaranya untuk propinsi-propinsi di KTI, sesuai dengan Keppres No. 26 Tahun 1996, telah ditetapkan 13 KAPET, yaitu Biak (Irian Jaya), Seram (Maluku), Benaviq (Timor Timur), Mbaey (NTT), Bima (NTB), Bukari (Sulawesi Tenggara), Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Batui (Sulawesi Tengah), Manado-Bitung (Sulawesi Utara), Sasamba (Kalimantan Timur), Batulicin (Kalimantan Selatan), DAS-Kakab (Kalimantan Tengah), dan Sanggau (Kalimantan Barat). Penetapan KAPET di propinsi-propinsi tersebut telah mempertimbangkan keterkaitan pengembangannya dengan pengembangan kerjasama sub-regional tersebut. Salah satu KAPET, yaitu Biak, telah ditetapkan dengan Keppres nomor 90 tahun 1996, yang dilengkapi dengan organisasi dan sistem insentif dalam pembangunannya. Dengan demikian, penetapan kawasan andalan prioritas yang menjadi arahan lokasi investasi dunia usaha tersebut, dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan kinerja, peranserta dan produktivitas investasi dunia usaha.

1X/24

Page 30:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

6) Program Peningkatan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Salah satu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan Lingkungan hidup adalah penghutanan kembali (reboisasi) dengan penanaman jenis pohon yang sesuai dengan kondisi tiap-tiap daerah. Upaya lain yang serupa adalah kegiatan penghijauan yang merupakan bagian dari kegiatan pembangunan daerah tingkat II.

Reboisasi dimulai sejak Repelita I untuk merehabilitasi kawasan lindung meliputi kegiatan penyediaan bibit, penanaman jenis pohon, dan peningkatan jumlah dan kemampuan petugas teknis lapangan. Sampai dengan tahun 1997/98 kegiatan reboisasi telah meliputi areal seluas 1.853.826 hektare di seluruh daerah. Untuk itu telah dilakukan pelatihan-pelatihan bagi petugas lapangan yang diikuti oleh 4.964 orang. Kegiatan reboisasi ini secara keseluruhan telah menambah luasan hutan dan mengurangi tingkat kemorosotan produktivitas tanah. Kegiatan reboisasi, telah pula menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat di daerah kritis. Pada tahun 1998/99 reboisasi akan dilaksanakan di 15 propinsi daerah tingkat I meliputi areal sekitar 27.665 hektare.

Untuk membantu meningkatkan kemampuan daerah dalam menangani pengelolaan kawasan lindung, mulai tahun 1997/98 kepada daerah diberikan bantuan pengelolaan kawasan lindung dalam rangka Inpres Dati I. Bantuan ini merupakan kompensasi PBB atas kawasan lindung yang terdiri atas Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata, Taman Hutan Rakyat, Taman Buru, dan Hutan Lindung yang tidak dikenai PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Bantuan ini digunakan untuk mengembangkan

IX/25

Page 31:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

kegiatan pengelolaan kawasan lindung dan pengamanan kawasan dengan menggerakkan partisipasi masyarakat melalui berbagai upaya sosial ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan lindung.

Selain itu, sejak tahun 1997/98, untuk lebih meningkatkan kemampuan daerah dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup melalui Inpres dati I kepada daerah juga diberikan bantuan pengendalian dampak lingkungan, yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai kegiatan pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain pemantauan dan evaluasi pengendalian dampak lingkungan, pengendalian pencemaran limbah, penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan penyuluhan dan pendidikan lingkungan hidup.

Secara lebih rinci pelaksanaan program peningkatan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan diuraikan dalam Bab XI (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan).

b. Pembangunan Daerah Tingkat II

Pembangunan daerah tingkat II disesuaikan dengan kebutuhan, potensi serta aspirasi masyarakat agar makin mandiri dalam menyelesaikan permasalahan di daerahnya. Pembangunan daerah tingkat II terus mengupayakan peningkatan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan kerja dan pembentukan modal di daerah.

Untuk membantu pembiayaan kegiatan yang merupakan ling-kup tugas dan tanggung jawab daerah tingkat II dalam mencapai sasaran tersebut sejak Repeli ta I telah diberikan Bantuan

IX/26

Page 32:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II) yang terdiri dari bantuan umum dan bantuan khusus. Besar bantuan umum ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah pulau. Dalam Repelita VI kriteria bantuan umum lebih diperluas. Dalam bantuan umum terdapat komponen bantuan rencana , umum tata ruang daerah tingkat II, pembangunan perkotaan, dan pemugaran perumahan perdesaan. Sedangkan bantuan khusus dalam Inpres Dati II selama Repelita VI terdiri dari enam komponen, yaitu Bantuan Pemugaran Pembangunan Pasar Kecamatan, Bantuan Rehabilitasi SD dan Madrasah Ibtidaiyah, Bantuan Penghijauan, Bantuan Peningkatan Jalan Daerah Tingkat II, Bantuan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Puskesmas, Bantuan Perencanaan Pemantauan dan Pengawasan. Pada tahun 1996/97 ditambah tiga komponen lagi, yaitu Bantuan untuk Kecamatan, Bantuan Penyuluh Lapangan, dan Bantuan Prasarana Jalan Poros Desa. Memasuki tahun terakhir Repelita VI (1998/99) ditambah lagi tiga komponen baru, yaitu bantuan pembudayaan gerakan disiplin nasional (GDN), bantuan program pengembangan wilayah (PPW), dan bantuan penataran P4 yang sebelumnya dikelola melalui Inpres Dati I.

Sejalan dengan meningkatnya peran aktif masyarakat yang tercermin dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang makin besar kepada daerah tingkat II, maka dalam Repelita VI telah diupayakan peningkatan kemampuan aparatur dan keuangan pemerintah daerah tingkat II, serta berbagai program pendukungnya, seperti prasarana dan sarana, kegiatan usaha masyarakat, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta penataan ruang daerah tingkat II. Di samping itu, upaya penghapusan kemiskinan, telah dijadikan salah satu program terpenting dalam Repelita VI.

IX/27

Page 33:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat II

Kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II ditingkat-kan melalui pembinaan kelembagaan, antara lain dengan pembinaan Bappeda Tingkat II yang memiliki peran panting dalam menyelenggarakan dan menggerakkan kegiatan perencanaan di daerah. Untuk menyerasikan beban tugas, wewenang, dan tang-gungjawab pejabat di daerah yang semakin meningkat, dilakukan penyesuaian eselon yaitu sekretaris wilayah daerah tingkat II men-jadi eselon II dan pejabat kepada dinas di daerah tingkat II menjadi eselon III. Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995, telah ditetapkan penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada 26 daerah tingkat II percontohan. Upaya tersebut sekaligus diarahkan untuk memperkuat aparatur dan kelembagaan daerah tingkat II dalam rangka pemantapan proses desentralisasi.

Dalam upaya meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah tingkat II, telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan tek -nik manajemen perencanaan pembangunan (TMPP) yang diseleng-garakan di empat perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dan Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang. Selain itu diselenggarakan pula kursus keuangan daerah (KKD) dan latihan keuangan daerah (LKD) melalui kerja sama antara Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan Uni-versitas Indonesia, dengan bantuan Pemerintah Inggris. Latihan KKD dan LKD terutama diarahkan untuk meningkatkan kemam-puan aparatur di bidang keuangan daerah, khususnya bagi aparat dinas pendapatan dan aparat bagian keuangan sekretariat wilayah

IX/28

Page 34:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

daerah tingkat II. Sampai tahun keempat Repelita pelatihan tersebut telah diikuti 1.746 orang peserta. Melalui program pelatihan TMPP, sampai dengan tahun 1993/94, telah dilatih sebanyak 1.229 orang pegawai Bappeda Tingkat II dari seluruh Indonesia. Pada Repelita VI, pelaksanaan pelatihan terus ditingkatkan. Sampai dengan tahun 1997/98 jumlah pegawai Bappeda Tingkat II yang telah mengikuti TMPP adalah sebanyak 1.724 orang. Pada tahun yang sama program TMPP ditingkatkan menjadi program Perencanaan Pem-bangunan Daerah (PPD). Untuk tahun kelima Repelita VI, pelatihan KKD dan LKD diarahkan untuk mendorong peningkatan kelembagaan dan aparat pemerintahan dalam rangka memantapkan otonomi daerah.

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II

Untuk mendukung kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat II telah diberikan bantuan keuangan melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II). Melalui bantuan umum telah dilaksanakan berbagai kegiatan fisik, antara lain peningkatan prasarana dan sarana seperti prasarana jalan dan jembatan, pengairan, terminal bus, pelabuhan sungai, pasar desa, serta berbagai macam prasarana lingkungan permukiman, seperti saluran air limbah, bangunan pengendali banjir, persampahan, dan sebagainya. Jumlah bantuan umum selama Repelita VI terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1993/94 bantuan mencapai Rp. 1.029,6 miliar, atau meningkat sekitar 24,78 persen dari tahun 1992/93. Pada tahun pertama Repelita VI (tahun 1994/95), jumlah bantuan umum mencapai Rp. 1.112,7 miliar, kemudian pada tahun kedua Repelita VI mencapai Rp. 1.127,5 miliar, pada tahun ketiga Repelita VI (tahun 1996/97) meningkat menjadi Rp. 1.177,3 miliar,

IX/29

Page 35:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

dan pada tahun keempat Repelita VI (tahun 1997/98) mening-kat lagi menjadi Rp. 1.206,9 miliar. Dengan demikian sepanjang lima tahun terakhir bantuan umum terus mengalami peningkatan rata-rata 4,1 persen setiap tahun (Tabel IX-9).

Secara keseluruhan, alokasi bantuan pembangunan daerah tingkat II, baik bantuan umum maupun bantuan khusus, pada tahun pertama Repelita VI adalah sebesar Rp. 2.417,8 miliar, kemudian meningkat pada tahun kedua Repelita VI mencapai Rp. 2.525,3 miliar, dan meningkat lagi pada tahun ketiga Repelita VI menjadi sebesar Rp. 2.905,4 miliar, dan pada tahun keempat Repelita VI telah mencapai Rp. 3.484,0 miliar. Dengan demikian telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 13,14 persen setiap tahun. Secara nyata bantuan pembangunan daerah tingkat II memberikan sumbangan dalam penyediaan kesempatan kerja di mana pada tahun 1993/94 sebanyak 686.400 orang, atau meningkat 49,22 persen dibandingkan tahun 1992/93. Selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI sumbangan dalam penyediaan kesempatan kerja terus meningkat rata-rata sekitar 16,17 persen setiap tahun. Upaya ini, bersama bantuan pembangunan daerah lainnya, pada gilirannya telah mendorong kegiatan sosial ekonomi produktif masyarakat, serta mendukung perkembangan sosial budaya ma-syarakat.(Tabel IX-10).

Peningkatan kinerja keuangan daerah tingkat II terlihat dari penerimaan PAD yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Realisasi penerimaan PAD tingkat II di tahun 1993/94 adalah sebesar Rp. 963,5 milyar merupakan peningkatan sekitar 19,5 persen dari realisasi penerimaan tahun 1992/93, sementara pada tahun-tahun pelaksanaan Repelita VI penerimaan tersebut meningkat rata-rata 24,07 persen per tahun (Tabel IX-11).

IX/30

Page 36:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Selain itu, mulai tahun pertama Repelita VI pemerintah daerah tingkat II juga menerima bagian PBB sebesar 74,8 persen dari jumlah PBB yang diterima di daerah tingkat II yang bersang -kutan. Dalam tahun kedua Repelita VI jumlah penerimaan PBB daerah tingkat II adalah sebesar Rp. 1.427,9 miliar, dan pada tahun ketiga Repelita VI mencapai Rp. 1.823,3 miliar atau meningkat se-besar 27,7 persen.

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Program peningkatan prasarana dan sarana daerah tingkat II terutama dititikberatkan pada peningkatan prasarana dan sarana pendidikan, perhubungan, dan pemerintahan umum. Dalam rangka peningkatan kualitas prasarana pendidikan, di samping pemba-ngunan baru Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), dilak-sanakan juga rehabilitasi SD dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Sampai tahun 1993/94 dengan dana sebesar Rp. 363,1 miliar telah direhabilitasi 75.642 unit SD/MI. Memasuki tahun pertama Repelita VI dengan dana Rp. 250,0 miliar telah direhabilitasi se-banyak 8.455 wilt SD/MI. Pada tahun kedua Repelita VI dengan dana sebesar Rp. 250,0 miliar telah direhabilitasi 10.472 unit SD/MI, sedangkan pada. tahun ketiga Repelita VI dengan dana se-besar Rp. 300,0 miliar telah direhabilitasi 14.925 unit SD/MI, dan pada tahun keempat Repelita VI dengan dana 385,1 miliar telah di-rehabilitasi sebanyak 20.690 unit SD/MI (Tabel IX-12 dan Tabel IX-13). Dengan demikian alokasi dana bantuan rehabilitasi SD/MI dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,20 persen setiap tahun, dengan pertambahan reha-bilitasi rata-rata sekitar 2,57 persen unit SD/MI setiap tahun.

IX/31

Page 37:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Dalam rangka memperluas jaringan jalan dan jembatan kabu-paten/kotamadya terutama di luar Jawa, sejak tahun 1979/80 diberi -kan bantuan penunjangan jalan yang terus meningkat besarnya. Pada tahun 1993/94 telah dialokasikan dana sebesar Rp. 967,6 miliar untuk peningkatan jalah sepanjang 14.400,0 kilometer dan jembatan sepanjang 27.069,3 meter. Memasuki tahun pertama Repelita VI telah dialokasikan dana sebanyak Rp. 967,6 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 40.394,9 kilometer dan jembatan sepanjang 28.198,0 meter. Pada tahun kedua Repelita VI dana yang dialokasikan adalah sebesar Rp. 997,6 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 34.535,9 kilometer dan jembatan sepanjang 24.222,1 meter. Pada tahun ketiga Repelita VI dialokasikan dana sebesar Rp. 1.097,4 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 28.613,0 kilometer dan jembatan sepanjang 23.317,0 meter. Pada tahun keempat Repelita VI dialokasikan dana sebesar Rp. 1.188,5 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 42.013,8 kilometer dan jembatan sepanjang 17.678,3 meter (Tabel IX-14 dan Tabel IX-15). Dengan demikian alokasi dana untuk memperluas jaringan jalan dan jembatan kabupaten/kotamadya da -lam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini telah meningkat rata-rata sekitar 7,7 persen setiap tahun, dan berhasil memperluas jaringan jalan dan jembatan rata-rata sekitar 42,9 persen setiap tahun. Seluruh jaringan jalan dan jembatan yang dibangun selama 4 tahun Repelita VI mencapai masing-masing 145.557,6 kilometer dan 71.615,4 meter.

Dalam rangka pembangunan prasarana fisik kelembagaan pemerintah daerah tingkat II, sampai dengan tahun kelima Repelita V, telah dibangun dan direhabilitasi sebanyak 2.060 kantor camat, 1.528 rumah jabatan camat, 26 kantor walikotamadya, 9 rumah

IX/32

Page 38:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

jabatan walikotamadya, 257 kantor bupati, 125 rumah jabatan bu-pati, dan 10 gedung kantor catatan sipil, serta penyempurnaan 4 kantor camat, I kantor walikotamadya, 7 kantor bupati, 1 rumah jabatan bupati, dan 3 kantor catatan sipil. Upaya tersebut terus di -lanjutkan dalam Repelita VI. Selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI telah dibangun sejumlah 132 kantor Bupati/Walikota, 115 kantor camat, 42 kantor Catatan Sipil, 24 kantor Itwilkab/kot, 52 kantor PMD, dan 20 kantor Sospol kabupaten.

4) Program Pengembangan Kegiatan Usaha Masyarakat

Pengembangan kegiatan usaha masyarakat dilaksanakan antara lain melalui Bantuan Kredit Inpres Pasar dan Bantuan Pem-bangunan dan Pemugaran Pasar. Sampai tahun 1992/93 melalui Bantuan kredit Inpres Pasar ini telah dibangun sebanyak 2.559 pasar di seluruh propinsi. Bantuan kredit Inpres Pasar diberikan sampai tahun 1993/94. Pada tahun 1993/94 diberikan Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar berupa hibah dana pembangunan sebesar Rp. 5,0 miliar untuk membangun sebanyak 47 pasar kecamatan yang tersebar di propinsi-propinsi luar pulau Jawa dan Bali. Dengan demikian sampai dengan akhir Repelita V telah dibangun 2.653 pasar yang tersebar di 27 propinsi. Dalam Repelita VI, pada tahun pertama, juga dialokasikan dana sebesar Rp. 5,0 miliar untuk membangun 47 pasar kecamatan yang tersebar di seluruh propinsi. Pada tahun kedua Repelita VI jumlah alokasi bantuan ini meningkat menjadi sebesar Rp. 6 miliar untuk membangun 60 pasar. Pada tahun ketiga Repelita VI meningkat lagi menjadi Rp. 7 miliar untuk membangun 67 pasar. Dengan demikian melalui Bantuan Pembangunan dan Pemugaran pasar sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah dibangun 2.880 pasar

IX/33

Page 39:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

yang tersebar di 27 propinsi, di antaranya sebanyak 174 unit pasar dibangun selama tiga tahun Repelita VI (tahun 1994/95 sampai tahun 1996/97) di luar Jawa dan Bali. Sementara itu untuk tahun keempat Repelita VI telah dialokasikan dana sebesar Rp. 7,6 miliar di 21 propinsi diluar Jawa-Bali.

5) Program Penanggulangan Kemiskinan

Dalam Repelita V penanggulangan kemiskinan dalam pembangunan daerah tingkat II selain dilakukan melalui berbagai program Inpres dan proyek-proyek sektoral secara khusus diupayakan melalui program Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT). Program PKT yang dimulai sejak awal Repelita V (tahun 1989/90) dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan-kawasan daerah tingkat II yang relatif tertinggal. Program PKT dilaksanakan melalui pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu, yang mencakup peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan wilayah dan perbaikan mutu lingkungan, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi di kawasan/kecamatan pada daerah tingkat II masing-masing. Sampai tahun kelima Repelita V program PKT secara kumulatif telah menangani 876 kawasan/kecamatan yang mencakup 4.233 desa dalam satu wilayah daerah tingkat II di 27 propinsi. Secara langsung telah berhasil memberi manfaat kepada 210.000 kepala keluarga, dan secara tidak langsung kepada 140.000 kepala keluarga di wilayah sekitarnya. Dana yang telah dialokasikan mencapai Rp. 276,62 miliar sampai dengan tahun 1993/94. Program ini berupaya untuk membuka keterisolasian daerah, mewujudkan kegiatan ekonomi produktif, mengaktifkan peranserta masyarakat dalam pembangunan, serta berhasil melibatkan ma-

IX/34

Page 40:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

syarakat di kawasan-kawasan yang relatif tertinggal ke dalam ke giatan perekonomian daerah.

Memasuki Repelita VI program PKT ditingkatkan ke dalam program pembangunan khusus penanggulangan kemiskinan melalui program Inpres Desa Tertinggal. Dalam rangka penanggulangan dampak gejolak moneter dan kekeringan pada akhir tahun 1997/98 dikembangkan upaya padat karya untuk memberi lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi penduduk yang terkena dampak gejolak moneter dan bencana kekeringan tersebut.

Upaya penanggulangan kemiskinan melalui Inpres Dati II dilakukan melalui kegiatan yang dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, dan diarahkan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja dan menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana dasar, terutama di desa-desa tertinggal, antara lain melalui kegiatan pembangunan prasarana perhubungan seperti jalan dan jembatan kabupaten, jalan poros desa, Serta pembangunan pasar, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sanitasi, air bersih dan sebagainya. Uraian lebih lanjut dapat dilihat pada pembahasan mengenai pembangunan desa dan pada Bab IV tentang Penanggulangan Kemiskinan.

6) Program Peningkatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Program peningkatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah tingkat II diupayakan antara lain melalui penghijauan dan konservasi tanah. Sampai dengan tahun pertama Repelita VI sudah dilakukan penghijauan dan konservasi tanah seluas 5.057.312 hek-tare yang tersebar di 26 propinsi. Kemudian pada tahun kedua

IX/35

Page 41:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Repelita VI program peningkatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah tingkat II mencakup tanah seluas 451 ribu hektare. Kegiatan penghijauan dan konservasi tanah pada tahun ketiga Repelita VI mencakup seluas 540 ribu hektare yang tersebar di 26 propinsi.

Pelaksanaan kegiatan penghijauan dan konservasi tanah dilaksanakan melalui penanaman hutan rakyat, pembuatan petak percontohan/demplot pengawetan tanah, pembuatan dam pengen-dali/ bangunan konservasi, dan penyuluhan kepada masyarakat. Pada tahun 1996/97 penanaman hutan rakyat yang telah dilaksana-kan meliputi 144 ribu hektare, dan pembuatan petak percon-tohan/demplot pengawetan tanah sebanyak 977 unit.

Kegiatan penghijauan dan konservasi tanah juga telah menciptakan lapangan kerja dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di daerah kritis, selain mengurangi tingkat kemerosotan produktivitas tanah, menjamin ketersediaan sumber air, dan meningkatkan mutu baku lingkungan dalam daerah aliran sungai, sehingga secara luas mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan daya dukung lingkungan. Secara rinci pelaksanaan penghijauan dan konservasi tanah dapat dilihat pada Bab XI (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan).

7) Program Penataan Ruang Daerah Tingkat II

Untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II, keserasian antarsektor, dan penetapan lokasi investasi pada tingkat kabupaten/kotamadya daerah tingkat II disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kotamadya Daerah Ting-

IX/36

Page 42:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

kat II. RTRW Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II tersebut menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan lokasi kegiatan pembangunan dalam memanfaatkan ruang serta dalam menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang sekaligus menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang.

Dalam rangka mendukung program penataan ruang daerah tingkat II, sejak tahun kelima Repelita V melalui Inpres Dati II diberikan bantuan untuk penyusunan dan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II, Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administratif. Dalam Repelita VI pada tahun pertama dilakukan kegiatan penyusunan dan penyempurnaan terhadap 28 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan 5 (lima) Rencana Tata Ruang Kotamadya. Pada tahun kedua Repelita VI itu telah dilakukan penyusunan dan penyempurnaan 3 (tiga) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) serta penyusunan 23 Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK). Di samping itu, pada tahun kedua Repelita VI juga telah dilaksanakan kegiatan penyiapan materi teknis rencana tata ruang 243 kabupaten. Pada tahun ketiga Repelita VI, pelaksanaan program ini dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan dan penyempurnaan 3 (tiga) RTRWK dan 30 RDTRK. Pelaksanaan program penataan ruang kabupaten/kotamadya secara rinci terdapat pada Bab XI (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang, dan Pertanahan).

c. Pembangunan Desa

Pembangunan desa ditekankan pada upaya pemberdayaan masyarakat dan modernisasi masyarakat perdesaan menuju

IX/37

Page 43:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang lebih maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Keterpaduan program pembangunan daerah dan program pembangunan sektoral lainnya dimantapkan melalui serangkaian kegiatan yang sinergis, terarah, terpadu, serta terkoordinasi.

Program-program pembangunan perdesaan selama kurun 5 (lima) tahun terakhir ini meliputi upaya pemantapan kelembagaan pemerintah desa; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengem-bangan keswadayaan masyarakat; pengembangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana di desa; dan penanggu-langan kemiskinan.

1) Program Pemantapan Kelembagaan Pemerintah Desa

Sejak Repelita I telah diberikan dana bantuan dalam Inpres Desa yang jumlahnya terus meningkat. Memasuki Repelita VI bantuan tersebut meningkat dari Rp. 5,5 juta pada akhir Repelita V menjadi Rp. 6 juta, dan meningkat lagi menjadi Rp. 6,5 juta setiap desa setiap tahun pada tahun ketiga dan keempat Repelita VI (Tabel IX-16). Peningkatan bantuan tersebut penggunaannya diarahkan sebagai bantuan yang langsung dikelola oleh LKMD dan. dikelola oleh PKK. Bantuan yang dikelola LKMD dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, pembangunan/ pemeliharaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi produktif, dan penguatan kelembagaan masyarakat desa/kelurahan (melalui pemantapan UDKP, pelatihan LKMD/K dan KPD). Bantuan yang dikelola PKK dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan 10 program pokok PKK, pembinaan anak dan remaja, dan termasuk untuk mendukung kegiatan Posyandu.

IX/38

Page 44:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Jumlah Bantuan Desa secara keseluruhan meningkat dari se-besar Rp. 390,2 miliar pada tahun 1993/94 menjadi sebesar Rp. 423,3 miliar pada tahun pertama Repelita VI, Rp. 425,9 miliar pada tahun kedua, Rp. 459,3 miliar pada tahun ketiga, dan meningkat lagi menjadi Rp. 468,8 miliar pada tahun keempat Repelita VI (Tabel IX-17). Dengan demikian selama lima tahun terakhir jumlah Inpres Desa mengalami peningkatan rata-rata sekitar 8 persen setiap tahun. Peningkatan ini terutama oleh karena peningkatan jumlah desa, di samping peningkatan dana bantuan seperti yang telah diuraikan di atas.

Pembangunan desa bertumpu pada peranserta masyarakat yang diupayakan untuk terus ditingkatkan antara lain melalui peningkatan dayaguna kelembagaan desa, pembinaan LKMD, dan penyelenggaraan Bulan Bakti LKMD yang dilaksanakan setiap bulan Maret bersamaan dengan penyusunan rencana musyawarah pembangunan desa (Musbangdes). Untuk mendukung pemba-ngunan desa dikembangkan sistem pendataan desa dengan menggu-nakan profil desa/kelurahan yang divisualisasikan dalam bentuk peta desa yang memuat potensi desa/kelurahan, tingkat perkem-bangan dan batas-batas desa.

Untuk mengukur keberhasilan LKMD, dikembangkan sistem evaluasi dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu jumlah pengurus, struktur organisasi, program kerja, dan fungsi LKMD. Berdasarkan keempat indikator tersebut ditetapkan 3 (tiga) kategori LKMD, yaitu kategori I (kepengurusan sudah ada, tetapi pro-gram/kegiatannya masih memerlukan bimbingan yang intensif), kategori II (telah mampu menyusun rencana program/kegiatan dan melaksanakan sebagian program kerjanya), dan kategori terbaik

IX/39

Page 45:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

yaitu kategori III (telah aktif dan berfungsi serta mampu menyusun rencana dan melaksanakan program/kegiatan pembangunan desa yang didukung oleh seluruh seksi-seksi). Upaya pembinaan LKMD diarahkan untuk mengurangi jumlah LKMD kategori I dan kategori II menuju LKMD kategori III.

Untuk lebih memantapkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan di tingkat kecamatan, dipilih satu ke-camatan sebagai UDKP. Penunjukkan kecamatan dilakukan agar menggairahkan semangat dengan persaingan yang sehat antar wi-layah kerja kecamatan. Kemudian sejak tahun pertama Repelita VI diadakan pemilihan satu kecamatan di masing-masing daerah ting-kat II sebagai model pengembangan UDKP yang diadakan setiap tahun. Dana untuk mendukung kegiatan UDKP dialokasikan dari bantuan pembangunan desa. Untuk memantapkan kegiatan UDKP, hingga tahun kelima Repelita V telah dilakukan pelatihan peman-tapan UDKP bagi 4.444 camat dan 12.090 pejabat instansi sektoral.

2) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan

Dalam rangka meningkatkan prakarsa dan swadaya masya-rakat di setiap desa dibentuk Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai wadah peranserta masyarakat dalam melaksana-kan pembangunan desa. Pengembangan dan peningkatan LKMD, baik LKMD pengembangan dari Lembaga Sosial Desa (LSD) mau-pun yang bentukan baru, diarahkan pada peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa. Sehu-bungan dengan itu, di setiap desa/kelurahan dibentuk Kader Pem-bangunan Desa (KPD) yang berperan membantu LKMD dalam mendorong motivasi dan menggerakkan masyarakat dalam pem-bangunan di setiap desa. Persiapan pembentukan KPD dan pengu-

IX/40

Page 46:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

rus LKMD dilakukan melalui program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi masyarakat desa/kelurahan setempat.

Upaya peningkatan fungsi dan pecan LKMD terus dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pembinaan dan evaluasi tingkat perkembangan LKMD, pelatihan Pembangunan Desa Terpadu (PDT) bagi pengurus LKMD dan KPD, serta penyelenggaraan Bu-lan Bakti LKMD. Di samping itu dilaksanakan berbagai pelatihan bagi tim pembina teknis KPD, LKMD, kepala desa, dan pelatih Pembangunan Desa Terpadu tingkat nasional, propinsi dan kabu-paten/kotamadya. Dalam tahun pertama Repelita VI telah diseleng-garakan pelatihan kader pembangunan desa (KPD) pada desa-desa tertinggal untuk 103.165 orang dan pelatihan kepada Ketua LKMD kategori II untuk 103.565 orang. Pelaksanaan pelatihan tersebut di -lakukan dan diarahkan pada 20.633 desa tertinggal dalam rangka meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan dan pembinaan kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Pada tahun kedua Repelita VI telah diselenggarakan pelatihan bagi ketua LKMD kategori II untuk 64.402 orang. Pada tahun tersebut juga dimulai pelatihan perencanaan partisipasi pembangunan masyarakat desa (P3MD) untuk 48.417 orang pengurus LKMD, dalam rangka pembinaan aparat LKMD untuk membantu meningkatkan keterampilan masyarakat yang dikategorikan miskin. Pada tahun 1996/97 pelatihan tersebut diberikan untuk 46.869 orang.

Selain itu, sejak Repelita V diselenggarakan latihan pemba-ngunan desa terpadu (PDT) yang pada akhir Repelita V diikuti oleh 769 orang pelatih PDT tingkat propinsi, 6.342 orang pelatih PDT tingkat kabupaten/kotamadya, dan 33.750 orang pembina teknis KPD/LKMD tingkat kecamatan. Mulai tahun pertama Repelita VI

IX/41

Page 47:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

kegiatan pelatihan ini dilaksanakan melalui Program Inpres Desa Tertinggal. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI pelatihan PDT secara kumulatif telah diikuti oleh 642.694 orang yang terdiri dari unsur-unsur yang terkait. Kemudian sejak tahun keempat Repelita VI pelatihan PDT diintegrasikan ke dalam pelatihan perencanaan partisipasi pembangunan masyarakat desa (P3MD), yang hingga tahun 1997/98 telah diikuti oleh 60.599 peserta (Tabel IX-18). Pelatihan ini menumbuhkan kesiapan dan kemampuan masyarakat dan perangkat pemerintahan desa/kelurahan serta kader teknis fungsional di tingkat desa/kelurahan.

3) Program Pengembangan Keswadayaan Masyarakat

Keswadayaan masyarakat dikembangkan melalui penum-buhan kelompok-kelompok kegiatan masyarakat untuk dapat me -mecahkan masalah secara bersama-sama. Melalui kelom -pok-kelompok ini mulai tahun pertama sampai tahun ketiga Repe -lita VI telah dilakukan berbagai kegiatan seperti pembuatan instru -men identifikasi untuk mengenali kelompok-kelompok masyarakat perdesaan di 400 desa/kelurahan, pembinaan KPD dalam meng-gerakkan kelompok masyarakat pada desa-desa swadaya, swakarya dan swasembada, pembentukan kelompok kerja kegiatan (Pokjatan) LKMD yang dibina oleh Tim Pembina LKMD di wilayah desa kri -tis, minus dan terbelakang, serta pembinaan peranserta masyarakat dalam pembangunan desa/kelurahan.

Dalam rangka program pembangunan prasarana perdesaan yang terkait dengan program IDT, kepada LKMD diberikan tang-gung jawab dan peranan yang besar dalam pelaksanaannya. Untuk desa tertinggal di Jawa dan Madura, masyarakat langsung berperan melalui wadah LKMD didampingi oleh seorang konsultan pen-

IX/42

Page 48:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

damping untuk setiap lima desa. Untuk luar Jawa, masyarakat ikut terlibat dalam bentuk pengadaan tenaga kerja, bahan lokal, dan sebagian pekerjaan dari prasarana yang dapat dilaksanakan oleh LKMD. Sejak tahun kedua sampai tahun keempat Repelita VI pelaksanaan program pembangunan prasarana perdesaan telah menjangkau 9.663 desa.

Untuk mengetahui kinerja LKMD diadakan pengukuran ke-berhasilan LKMD berdasarkan kategori masing-masing. Pada akhir Repelita IV sebanyak 34.545 adalah LKMD kategori III. Kemudian sampai akhir Repelita V, jumlah LKMD yang termasuk kategori III meningkat menjadi 41.414 LKMD. Pada tahun pertama Repelita VI LKMD kategori III telah mencapai 43.576 LKMD dari 63.920 desa/kelurahan. Pada tahun ketiga Repelita VI meningkat mencapai 44.246 LKMD dari 64.404 desa/kelurahan, sedangkan sisanya se-kitar 6,5 persen termasuk LKMD kategori I dan sekitar 24,8 persen termasuk LKMD kategori H.

4) Program Pengembangan Perekonomian Desa

Pengembangan perekonomian desa dilaksanakan melalui pembinaan koperasi unit desa (KUD), lembaga keuangan/ perkreditan, dan lembaga pemasaran perdesaan. Dalam rangka menumbuhkembangkan usaha ekonomi desa dilakukan pelatihan praktek kerja lapangan usaha ekonomi desa di beberapa desa de -ngan cara ikut bekerja (magang) pada kegiatan usaha ekonomi yang ada dan pemberian modal usaha yang disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dilakukan dengan cara bergulir.

Pada tahun pertama Repelita VI kegiatan yang dilaksanakan adalah identifikasi jumlah KUD dan Badan Pembina dan Pelindung

IX/43

Page 49:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

(BPP) KUD yang belum diremajakan, serta pembinaan terhadap 4.000 lembaga dana dan kredit perdesaan. Mulai tahun kedua Repelita VI telah dilakukan kegiatan perintisan penumbuhan 619 unit usaha ekonomi desa simpan pinjam (UED-SP) di 619 desa/kelurahan yang tersebar di 309 kabupaten/kotamadya di 27 propinsi. Dalam rangka pengembangan UED-SP telah diselengga-rakan pelatihan bagi 157 orang tenaga asistensi sebagai pembina dan pengawas kegiatan UED-SP, pelatihan bagi 1.857 penge-lola/pengurus UED-SP, dan pemberian bantuan modal sebesar Rp. 6,5 juta untuk setiap UED-SP kepada 332 UED-SP di desa non IDT. Pada tahun ketiga Repelita VI melalui dana bantuan pemba -ngunan desa telah dikembangkan pembentukan UED-SP di 18.743 desa/kelurahan yang tersebar di 22 propinsi. Sampai tahun keempat Repelita VI telah diselenggarakan pelatihan bagi 56.229 penge -lola/pengurus UED-SP. Kegiatan UED-SP hingga tahun 1997/98 telah melayani 28.918 orang anggota nasabah dan dari modal awal sebanyak Rp. 2.458,3 miliar telah dapat berkembang menjadi Rp. 3.722,7 miliar. Untuk makin meningkatkan kinerja UED-SP pela -tihan bagi tenaga asistensi untuk pembinaan dan pengawasan ke -giatan UED-SP dan calon pengelola UED-SP serta pemberian ban-tuan modal secara selektif kepada unit UED-SP di desa non IDT terus dikembangkan dan disempurnakan.

5) Program Pengembangan Prasarana dan Sarana di Desa

Program pengembangan prasarana dan sarana di desa dimulai pada awal Repelita VI dengan identifikasi pembangunan prasarana dan sarana perhubungan desa, identifikasi peran masyarakat, dan pembentukan unit pengelola sarana (UPS) dan kelompok pengelola sarana (KPS) untuk menentukan kebutuhan prasarana dan sarana

IX/44

Page 50:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

perhubungan, serta penyusunan rencana pembangunan prasarana dan sarana perhubungan desa.

Pada tahun pertama Repelita VI melalui program penyehatan lingkungan permukiman, sanitasi, dan air bersih dilakukan perbaikan lingkungan pemukiman dan perbaikan perumahan di 2.300 desa pada 247 kabupaten/kotamadya, serta penyehatan lingkungan dan air bersih di 170 desa pada 31 kabupaten di 5 propinsi. Pada tahun kedua Repelita VI dilakukan perbaikan perumahan dan permukiman di 3.406 desa pada 148 kabupaten/kotamadya, serta penyehatan lingkungan dan air bersih di 2.344 desa pada 201 kabupaten di 26 propinsi.

Melalui program pengembangan prasarana dan sarana yang lain, yaitu program pemugaran perumahan dan lingkungan desa terpadu (P2LDT) diupayakan untuk menyediakan perumahan yang memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan bagi kelompok penduduk yang tidak mampu. Kegiatan P2LDT dilaksanakan secara terpadu dengan mengikutsertakan Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Dalam Negeri, dan Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat. Kegiatan P2LDT diselenggarakan sejak Repelita II. Sasaran kegiatan ini terutama adalah penduduk yang kurang mampu. Sampai dengan tahun akhir Repelita IV telah dipugar sebanyak 118.035 rumah ter -sebar di 26 propinsi. Pada tahun 1989/90 telah dipugar sebanyak 50.475 rumah di 3.365 desa/lokasi, tahun 1990/91 sebanyak 61.485 rumah di 4.099 desa/lokasi, tahun 1991/92 sebanyak 48.978 rumah, tahun 1992/93 sebanyak 101.280 rumah yang tersebar di 6.752 desa/lokasi, dan tahun 1993/94 sebanyak 71.790 rumah di 4.786 desa/lokasi. Pada tahun 1993/94 kegiatan P2LDT menjangkau 3.631 desa. Memasuki tahun pertama Repelita VI lokasi yang

IX/45

Page 51:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

dijangkau meningkat menjadi 5.011 desa, pada tahun kedua Repelita VI mencapai 7.818 desa dan pada tahun ketiga Repelita VI telah dilakukan perbaikan perumahan dan permukiman sebanyak 219.294 unit yang tersebar di 5.498 desa (Tabel IX-19).

Di samping program di atas, sejak tahun kedua Repelita VI dikembangkan program pembangunan prasarana pendukung untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, tambatan perahu, sanitasi, dan air bersih. Sampai tahun keempat Repelita VI ini, program ini telah menjangkau 9.633 desa yang tersebar di 26 propinsi (kecuali DKI Jakarta). Program ini ditujukan untuk desa-desa IDT dan telah diperluas seperti dapat dilihat pada uraian di bagian berikutnya.

Sejak tahun ketiga Repelita VI dilaksanakan program peningkatan prasarana jalan poros desa. Pada tahun 1996/97 dialokasikan dana sebesar Rp. 80 miliar untuk menjangkau 624 desa yang berada di 72 kabupaten/kotamadya di 17 propinsi luar Jawa dan Bali. Pada tahun keempat Repelita VI dialokasikan dana sebesar Rp. 80 miliar untuk menjangkau 939 desa yang berada di 91 kabupaten/kotamadya di 21 propinsi di luar Jawa dan Bali. Hasil fisik selama dua tahun, yaitu tahun 1996/97 dan 1997/98, terdiri dari: jalan sepanjang 3.463,2 kilometer; 775 unit jembatan; 52 unit tambatan perahu, dan 13 unit alat penyeberangan.

6) Program Penanggulangan Kemiskinan

Program penanggulangan kemiskinan di desa dilakukan me-lalui kegiatan di berbagai sektor serta melalui berbagai Inpres dan kegiatan baik yang dijalankan oleh pemerintah maupun m a s y a r a k a t s e n d i r i g u n a m e n i n g k a t k a n p e n d a p a t a n d a n

IX/46

Page 52:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

kesejahteraan masyarakat miskin. Secara lebih lengkap upaya terse-but diuraikan pada Bab IV.

Salah satu kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh ma-syarakat desa adalah oleh ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), dengan memanfaatkan dana yang diperoleh melalui In-pres Desa. Di samping itu, untuk meningkatkan perekonomian desa, juga ada bantuan untuk kegiatan usaha ekonomi desa (UED) dan kegiatan sosial ekonomi produktif yang dikelola oleh PKK yang terdapat dalam Bantuan Pembangunan Desa. Sejak tahun pertama Repelita VI melalui kegiatan PKK dialokasikan dana yang besarnya Rp. 1 juta untuk masing-masing desa. Dana ini digunakan untuk menunjang 10 program pokok PKK dan untuk usaha peningkatan pendapatan keluarga PKK.

Selain itu; sejak tahun ketiga Repelita VI untuk member -dayakan ekonomi masyarakat telah dialokasikan dana melalui pro-gram Takesra/Kukesra sebesar Rp. 22,9 miliar untuk alokasi sim-panan awal, dan dana Kukesra sebesar Rp. 205,1 miliar. Dari jum-lah ini sebesar Rp. 19,6 miliar dana Takesra dan Rp. 107,5 miliar dana Kukesra sudah atau sedang dikelola oleh keluarga pra se -jahtera dan keluarga sejahtera I yang mendapat bantuan program. Program tersebut ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang diperoleh setiap tahun dari golongan masyarakat yang mampu.

d. Pembangunan Desa Tertinggal

Pembangunan desa tertinggal merupakan upaya untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin serta meningkatkan taraf hidupnya dengan mengembangkan kesempatan berusaha di desa-desa yang berdasarkan kri teria

IX/47

Page 53:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

tertentu dikenali sebagai desa tertinggal. Pembangunan desa tertinggal diupayakan melalui program Inpres Desa Tertinggal (Program IDT) sebagai perwujudan dari Inpres Nomor 5 tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT diarahkan untuk mengembangkan kegiatan sosial ekonomi dan mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa tertinggal, dengan menerapkan prinsip-prinsip gotong-royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran dengan pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi yang tepat terutama yang sumberdayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat.

Pada hakekatnya program IDT merupakan perluasan dan peningkatan berbagai program dan upaya serupa yang telah di-jalankan selama ini seperti program Pengembangan Kawasan Ter-padu (PKT) dan dilaksanakan mulai Repelita VI. Program PKT dan program-program lain yang menangani langsung masalah kemis-kinan selanjutnya diintegrasikan ke dalam program IDT.

Program IDT mengandung tiga pengertian dasar, yaitu (1) sebagai pemicu dan pemacu gerakan nasional penanggulangan ke-miskinan; (2) sebagai strategi dalam pemerataan pembangunan; dan (3) sebagai upaya menumbuhkan dan mendukung kegiatan sosial ekonomi produktif masyarakat miskin melalui bantuan modal bagi masyarakat yang memerlukan. Sebagai suatu gerakan di dalamnya terdapat semangat kebersamaan untuk maju, upaya bersama untuk menanggulangi kemiskinan dan dapat menumbuhkan kebersamaan untuk sating memberi kesempatan peranserta seluas-luasnya dalam pembangunan terutama kepada penduduk miskin. Dengan semangat kebersamaan itu diharapkan dapat tercipta pemerataan

IX/48

Page 54:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pembangunan melalui peningkatan potensi dan kegiatan ekonomi di perdesaan.

Dengan demikian program IDT mengandung tiga arahan penting, yaitu: (1) sebagai instruksi untuk mengkoordinasikan se -mua program pembangunan sektoral, regional dan khusus yang di -tujukan untuk menanggulangi kemiskinan; (2) pemberian dana se-bagai modal bagi masyarakat desa miskin untuk membangun diri -nya sendiri melalui kegiatan sosial ekonomi yang dapat meningkat-kan kesejahteraannya secara berkelanjutan; dan (3) koordinasi dan keterpaduan berbagai kebijaksanaan, program, dan kegiatan. Seluruh upaya, sumberdana dan sumberdaya diarahkan untuk mendukung dan memperlancar upaya peningkatan peranserta pen-duduk miskin dalam pembangunan melalui wadah kelompok ma-syarakat (pokmas) didukung kelembagaan LKMD yang mantap. Ketiga unsur tersebut diperkuat dengan upaya desentralisasi kewe-nangan kepada aparat yang paling dekat dengan masyarakat dan bertumpu pada perencanaan dari bawah yang mencerminkan koor-dinasi perencanaan yang terintegrasi.

Penentuan desa tertinggal didasarkan atas sejumlah kriteria yang dikembangkan oleh BPS. Berdasarkan kriteria tersebut di desa-desa tertentu diperkirakan lebih banyak terdapat penduduk miskin, yang selanjutnya merupakan target kelompok sasaran. Penyusun perencanaan dan pelaksanaan pembinaan di lapangan, ditentukan oleh masyarakat di daerah setempat. Dengan kriteria yang tepat, maka upaya penanggulangan kemiskinan akan menjadi lebih efektif. Kriteria penentuan desa tertinggal senantiasa disem-purnakan sehingga dapat benar-benar mencerminkan kondisi sosial ekonomi penduduk miskin di desa tertinggal. Penyempurnaan krite -ria dilakukan dengan menggunakan data Potensi Desa, data Survei Sosial Ekonomi Nasional, dan data survei sosial ekonomi lainnya.

IX/49

Page 55:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Untuk melaksanakan program IDT terdapat tiga komponen program, yaitu: (1) bantuan langsung yang bersifat dana bergulir sebagai modal usaha kegiatan ekonomi produktif; (2) bantuan pen-dampingan; dan (3) bantuan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal. Ketiga komponen tersebut diupayakan untuk dapat menjangkau dan langsung dilaksanakan oleh penduduk miskin di desa yang memerlukan. Pemberian bantuan langsung sebesar Rp. 20 juta untuk setiap desa tertinggal, diberikan setiap tahun selama tiga tahun. Dalam konsep ini pecan pendamping sangat penting. Di samping itu dalam rangka memperkuat perencanaan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan pula komponen kegiatan penguatan kelembagaan bagi aparat daerah, dan pengembangan sistem manajemen informasi. Program IDT, juga ditunjang oleh program lain seperti program makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS) dan program pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal (P3DT). PMT-AS dilaksanakan mulai tahun 1996/97 PMT-AS dengan alokasi dana sebesar Rp. 62,8 miliar sebagai bantuan untuk 18.867 SD/MI. PMT-AS ditujukan untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah dan menumbuhkan kegiatan ekonomi di desa-desa tertinggal Rincian mengenai PMT-AS ini dapat dilihat dalam Bab XIX. Program P3DT diarahkan untuk memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di desa tertinggal dengan mengutamakan peranserta masyarakat setempat.

Mengenai upaya penanggulangan kemiskinan, termasuk program-programnya, dapat diperoleh keterangannya lebih lanjut dalam pembahasan Bab IV.

IX/50

Page 56:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

1) Bantuan Langsung

Jumlah desa yang mendapatkan alokasi dana Bantuan Langsung pada tahun pertama Repelita VI adalah sebanyak 20.633 desa, dengan jumlah alokasi dana sebesar Rp. 412,66 miliar. Jumlah desa tersebut pada tahun kedua Repelita VI secara akumulatif meningkat hingga menjadi sebanyak 22.094 desa, dengan jumlah alokasi dana sebesar Rp. 441,88 miliar. Pada tahun ketiga Repelita VI jumlah desa yang mendapatkan alokasi dana Bantuan Langsung adalah sebanyak 22.054 desa, dengan jumlah alokasi dana sebesar Rp. 441,08 miliar. Pada tahun terakhir pelaksanaan program IDT, yaitu tahun 1997/98, jumlah desa yang mendapat alokasi dana tinggal 6.573 desa dengan jumlah alokasi dana sebesar Rp. 132,02 miliar.

Jumlah desa yang dibina selama empat tahun pelaksanaan program IDT adalah 28.376 desa. Jumlah desa binaan tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan penetapan jumlah desa tertinggal pada tahun pertama program IDT. Peningkatan jumlah desa tersebut disebabkan oleh adanya tambahan desa baru yaitu semua desa di propinsi Irian Jaya, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan desa-desa di kabupaten terpencil di pulau Nias, Kepulauan Riau, Banggai, Sangihe Talaud. Selain itu juga disebabkan oleh adanya pemekaran desa karena kebijaksanaan pemekaran perwilayahan.

Jumlah desa yang telah mencairkan dana Bantuan Langsung untuk tahun pertama Repelita VI mencapai 20.627 desa atau sekitar 99,97 persen. Jumlah dana yang sudah dicairkan mencapai Rp. 411,83 miliar atau sekitar 99,80 persen. Pengembalian modal men-capai Rp. 142,57 miliar atau sekitar 34,62 persen, sedangkan per -

IX/51

Page 57:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

guliran dana mencapai Rp. 75,59 miliar atau sekitar 53,02 persen. Pada tahun kedua Repelita VI, desa yang telah mencairkan dana mencapai 21.584 desa atau sekitar 97,69 persen. Jumlah dana yang telah dicairkan mencapai Rp. 431,61 miliar atau sekitar 97,69 per -sen. Pengembalian modal mencapai Rp. 70,69 miliar atau sekitar 16,39 persen, sedangkan perguliran dana mencapai Rp. 24,11 miliar atau sekitar 34,10 persen. Untuk tahun ketiga Repelita VI, jumlah desa yang telah mencairkan dana mencapai 18.314 desa atau sekitar 83,04 persen. Jumlah dana yang telah dicairkan mencapai Rp 366,35 miliar atau sekitar 83,06 persen.

Untuk mendukung pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program IDT disediakan dana bantuan operasional bagi aparat di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah daerah tingkat I. Biaya operasional pemantauan (BOP) yang dialokasikan pada tahun 1996/97 adalah sebesar Rp. 37,9 miliar. Jumlah bantuan dana BOP untuk pemerintah daerah tingkat I ditentukan sebesar Rp. 20.000 per desa/kelurahan, untuk pemerintah daerah tingkat II sebesar Rp. 100.000 per desa/kelurahan, untuk kecamatan sebesar Rp. 500.000 untuk setiap desa/kelurahan, dan Rp. 600.000 untuk tiap desa/kelurahan. Di samping itu mulai tahun 1995/96 desa-desa yang dikategorikan desa terpencil mendapatkan tambahan dana BOP sebesar Rp. 300.000 untuk setiap desa, dan Rp. 100.000 untuk setiap kecamatan yang mempunyai desa terpencil (Tabel IX-20). Sejak tahun 1997/98 dana ini dipindahkan ke Inpres Desa dan semua desa mendapatkannya karena ada program Takesra/Kukesra yang menjangkau semua desa.

Jumlah Pokmas yang berhasil dibentuk pada tahun pertama Repelita VI sebanyak 89.273 pokmas dengan jumlah anggota

IX/52

Page 58:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

sebanyak 2.475.396 orang. Secara kumulatif jumlah tersebut pada tahun kedua Repelita VI telah meningkat hingga menjadi sebanyak 106.960 pokmas dengan jumlah anggota sebanyak 2.873.612 orang. Pada tahun ketiga Repelita VI, secara kumulatif meningkat menjadi 123.000 pokmas dengan jumlah anggota sebanyak 3.446.573 orang. Hingga tahun keempat Repelita VI secara kumulatif meningkat menjadi 136.273 pokmas dengan jumlah anggota sebanyak 4.031.954 orang (Tabel IX-21).

Kegiatan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pokmas dapat dibedakan atas usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil dan kerajinan, jasa dan perdagangan. Dana program IDT telah digunakan sebagai modal usaha baru disamping menambah modal usaha yang sudah ada. Sebagai hasil perkembangan kegiatan usaha masyarakat sam-pai dengan tahun 1997/98 dana bantuan program IDT yang telah dikembalikan kepada kelompok masyarakat mencapai Rp. 219,5 miliar atau 15,4 persen (di luar Maluku dan Irian Jaya) dari seluruh dana IDT yang disalurkan di 25 propinsi.

2) Bantuan Pendampingan

Dalam rangka menunjang pelaksanaan program IDT di 3.942 desa tertinggal dengan kategori parah telah dipersiapkan sarjana pendamping purna waktu (SP2W) yang terdiri dari petugas sosial kecamatan (PSK) dari Departemen Sosial, tenaga kerja mandiri profesional (TKMP) dari Departemen Tenaga Kerja, sarjana penggerak pembangunan perdesaan (SP3) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Sarjana Alumni Penerima Beasiswa Supersemar dari keluarga mahasiswa dan alumni penerima beasiswa supersemar (KMA-PBS). Setelah dilakukan

IX/53

Page 59:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pelatihan dan pembekalan, tenaga SP2W ditempatkan di desa-desa tertinggal di berbagai propinsi (Tabel IX-22). Di desa-desa lainnya tenaga pendamping disediakan oleh pemerintah daerah masing-masing.

Pada tahun pertama Repelita VI jumlah pendamping pokmas adalah 54.015 orang, yang terdiri dari 50.078 pendamping lokal dan 3.937 pendamping khusus yang berasal dari SP2W. Secara rinci, 1.004 terdiri dari unsur KMA-PBS, sebanyak 200 orang dari unsur SP3, 1.094 orang dari unsur TKMP, 713 orang dari unsur PSK, dan 936 orang dari perguruan tinggi dan Pemda. Pada tahun 1995/96 pendamping pokmas secara kumulatif berjumlah 60.135 orang, yang terdiri dari 56.198 pendamping lokal dan 3.937 pendamping khusus yang berasal dari SP2W. Komposisi pendamping khusus untuk tahun 1995/96 sama dengan pada tahun 1994/95. Pada tahun 1996/97 pendamping pokmas secara kumulatif berjumlah 70.633 orang, terdiri dari 66.696 pendamping lokal dan 3.937 pendamping khusus yang berasal dari SP2W dengan komposisi sama seperti tahun sebelumnya. Pada tahun ketiga Repelita VI seluruh desa di propinsi Maluku, Irian Jaya, dan Timor Timur serta di Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Nias, Kabupaten Sangihe Talaud, dan Kabupaten Luwuk Banggai diperlakukan sebagai desa tertinggal. Untuk mendukung pelaksanaan program IDT di lokasi tersebut mulai tahun 1996/97 hingga tahun 1997/98 telah disiapkan 4.481 pendamping purna waktu (P2W) yang dilatih dari tokoh masyarakat desa setempat.

Pelatihan bagi aparat dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan dan tingkat desa dilakukan melalui pelatihan pembangunan desa terpadu (PDT) yang terdiri dari unsur-unsur aparat pemerintah daerah, Departemen Pertanian (penyuluh

IX/54

Page 60:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pertanian lapangan atau PPL dan penyuluh pertanian spesialis atau PPS), Departemen Sosial (petugas sosial kecamatan atau PSK dan karang taruna), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Petugas Lapangan KB atau PLKB). Penyelenggaraan pelatihan tingkat desa meliputi pelatihan bagi kader pembangunan desa (KPD) dan pelatihan bagi pengurus LKMD Kategori 1 dan Kategori II. Tujuan pelatihan KPD adalah memberikan pemahaman tentang pembangunan desa dengan keswadayaan masyarakat, pelaksanaan kegiatan program IDT, pencatatan dan pelaporan kegiatan program IDT, tehnik pengembangan usaha ekonomi desa, dan pendayagunaan teknologi tepat guna. Pelatihan KPD ini diikuti oleh 5 (lima) orang untuk setiap desa.

3) Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal

Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) dilaksanakan untuk mendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif di desa tertinggal melalui pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal meliputi pem-bangunan jalan, jembatan, tambatan perahu serta prasarana air bersih dan sanitasi (fasilitas mandi, cuci, kakus atau MCK). Sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa, program P3DT ditempuh melalui pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat melalui wadah LKMD dengan bantuan teknis dari konsultan pendamping untuk wilayah KBI. Sedangkan untuk wilayah KTI dalam pelaksanaannya rekanan lokal wajib menjalin kerjasama operasional dengan masyarakat desa dalam penyediaan bahan lokal, tenaga kerja lokal dan sebagian pekerjaan yang sanggup dikerjakan

IX/55

Page 61:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

oleh masyarakat dalam wadah LKMD sehingga proses interaksi alih teknologi dari tenaga terampil kepada masyarakat desa dapat berlangsung.

Pada tahun kedua Repelita VI dialokasikan dana sebesar Rp. 258,5 miliar untuk menjangkau 2.050 desa tertinggal di 25 propinsi (kecuali DKI Jakarta dan Bali). Untuk menjamin pelaksanaannya sesuai dengan rencana, disediakan bantuan pendampingan masing-masing seorang konsultan pendamping teknis untuk mendampingi pelaksanaan konstruksi di tingkat kelompok desa (cluster) di desa-desa tertinggal pada pola swakelola, dan di tingkat kabupaten pada pola kerjasama operasional. Pada tahun 1995/96 telah ditempatkan tidak kurang dari 194 konsultan pendamping teknis. Pada tahun 1996/97 terjadi peningkatan alokasi menjadi sebesar Rp. 329,2 miliar untuk menjangkau 2.627 desa tertinggal di 25 propinsi (kecuali DKI Jakarta dan Bali). Pada tahun yang sama disediakan bantuan 290 konsultan pendamping teknis. Kemudian pada tahun 1997/98 disediakan dana sebesar Rp. 613,4 miliar untuk menjangkau 4.986 desa tertinggal di 26 propinsi (kecuali DKI Ja -karta). Pada tahun yang sama disediakan bantuan 377 konsultan pendamping teknis. Jika ditinjau dari penyebaran lokasi desa di masing-masing kawasan, 62,5 persen desa tertinggal yang dijang-kau berada di kawasan barat Indonesia dan 37,5 persen desa tertinggal yang dijangkau berada di kawasan timur Indonesia (Tabel IX-23).

Secara keseluruhan dalam pelaksanaan bantuan P3DT selama tiga tahun yaitu tahun 1995/96 sampai dengan tahun 1997/98, telah dibangun prasarana fisik yang terdiri dari jalan sepanjang 27.587,91 kilometer; jembatan sepanjang 124.039 meter; 2.408 unit tambatan perahu; 24.139 prasarana air bersih; dan 11.372 unit prasarana

IX/56

Page 62:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

sanitasi dan mandi-cuci-kakus (MCK) (Tabel IX-24). Ditinjau dari jumlah pembiayaan dari masing-masing jenis prasarana, prasarana jalan mempunyai bagian pembiayaan yang paling besar baik pada tahun 1995/96 maupun pada tahun 1996/97. Kegiatan program ini pada saat berjalan mampu menyediakan kesempatan kerja sebanyak 9.287.431 Hari Orang Kerja (HOK) pada tahun 1995/96 dan sebanyak 14.848.087 HOK pada tahun 1996/97. Melalui kegiatan P3DT diperoleh peningkatan akses pemasaran serta berkurangnya isolasi kawasan perdesaan, peningkatan derajat kesehatan masyara-kat, penciptaan lapangan kerja di desa, peningkatan kemampuan kelembagaan desa bagi perangkat dan masyarakat di desa, pening-katan keterampilan masyarakat desa dalam perencanaan dan pelak-sanaan pembangunan serta pemeliharaan prasarana yang telah di-bangun; dan peningkatkan pembentukan modal di desa untuk menunjang kegiatan social ekonomi produktif masyarakat di desa-desa tertinggal:

C. TRANSMIGRASI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Pembangunan transmigrasi dalam Repelita VI adalah bagian integral dari pembangunan daerah yang diarahkan untuk pengembangan daerah produksi baru, perluasan lapangan kerja, peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah, dan peningkatan upaya pemanfaatan dan pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Di samping itu, pelaksanaan kegiatan transmigrasi diharapkan dapat menarik minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut bertransmigrasi swakarsa mandiri (TSM) dan meningkatkan akses hasil produksi daerah transmigrasi ke pasar, selanjutnya

IX/57

Page 63:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

meningkatkan pendapatan transmigran sehingga mereka dapat menyisihkan sebagian pendapatan untuk pengembangan usaha, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan kesehatan.

Selama Repelita VI sasaran penempatan transmigran baru adalah 600.000 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 250.000 KK TSM dan 350.000 KK TU dan TSB, termasuk di dalamnya 90.000 transmigran peladang berpindah dan perambah hutan. Selain itu akan dibuka sekitar 1.200 unit permukiman transmigrasi (UPT) seluas 500.000 hektare dengan pola TU, TSB, dan TSM.

Untuk mencapai sasaran tersebut dikembangkan kebijaksanaan umum meliputi: (a) mengarahkan transmigrasi ke kawasan timur Indonesia, (b) mendukung pengembangan wilayah bagi daerah yang lambat berkembang dan, (c) membantu mengentaskan penduduk dari kemiskinan, (d) mendorong tumbuhnya transmigrasi swakarsa mandiri. Selain itu, ditentukan pula kebijaksanaan khusus seperti (a) mengembangkan agrobisnis, agroindustri, dan usaha lain di daerah transmigrasi, (b) meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi, dan (c) mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta memanfaatkan iptek dalam pembangunan transmigrasi.

Untuk melaksanakan upaya tersebut dikembangkan permukiman transmigrasi dengan berbagai pola usaha yang terdiri dari pola usaha tanaman pangan, pola usaha perkebunan (pola PIR-Trans dan pola agro estate), pola usaha kehutanan (pola hutan tanaman industri dan pola hutan tanaman rakyat), pola usaha perikanan (pola tambak dan pola nelayan), serta pola usaha industri dan jasa.

IX/58

Page 64:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Sebagai kelanjutan dan perluasan dari Repelita sebelumnya, dalam sub sektor transmigrasi dalam Repelita VI dikembangkan dua program pokok yaitu program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi, dan program pengerahan dan pembinaan transmigran. Program-program pokok tersebut dilengkapi dengan beberapa program penunjang yaitu program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Program transmigrasi secara umum telah berhasil mengembangkan permukiman dan daerah produksi baru di daerah penempatan transmigrasi. Dalam Repelita VI diupayakan perbaikan penyelenggaraan meliputi penentuan calon dan penyiapan lokasi permukiman baru, peningkatan kualitas permukiman, pengerahan, pemindahan dan penempatan transmigran, pembinaan transmigran dan pemberian jaminan kepastian kepemilikan tanah.

Pengembangan pola usaha di permukiman transmigrasi yang sebelum Repelita VI bertumpu pada pola tanaman pangan sekarang sudah berkembang menjadi berbagai pola seperti pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Perkebunan, pola Pertambakan, pola Nelayan, pola Hutan Tanaman Industri, pola Industri dan Jasa, pola Hutan Rakyat dan pola Agroestate. Pada pertengahan Repelita VI dikembangkan kembali pola tanaman pangan secara besar-besaran dalam rangka

1X/59

Page 65:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pengembangan pertanian lahan gambut di Kalimantan Tengah untuk mempertahankan swasembada pangan utamanya beras.

Pada tahun 1993/94 telah dibuka 127 unit permukiman transmigrasi (UPT) yang dapat menampung 49.440 KK transmigrasi umum (TU) dan transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB). Sedangkan dalam Repelita VI sampai tahun keempat telah berhasil dibuka 516 UPT dengan daya tampung 176.426 KK TU dan TSB dan pengembangan permukiman sehingga dapat menampung sejumlah 89.784 KK transmigrasi swakarsa mandiri (TSM). Pada tahun 1998/99 direncanakan dibuka 105 UPT yang dapat menampung 45.000 KK transmigrasi umum (TU) dan transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB). Sejumlah permukiman lama dikembangkan pula untuk dapat menampung 40.000 KK TSM.

Sesuai dengan kebijaksanaan Repelita VI, pembukaan permukiman transmigrasi baru lebih diarahkan ke kawasan timur Indonesia (KTI). Pada tahun 1993/94 penempatan TU dan TSB di KTI mencapai 59 persen dan selama Repelita VI sampai tahun keempat penempatan TU dan TSB meningkat menjadi 66,1 persen. Penambahan penduduk tersebut meningkatkan penggunaan lahan pekarangan seluas 73.723 hektare dan lahan usaha I seluas 59.583 hektare yang diharapkan dapat memberikan sumbangan berarti bagi pertumbuhan perekonomian di KTI.

Rincian realisasi pelaksanaan pembangunan transmigrasi sampai dengan tahun keempat Repelita VI adalah sebagai berikut.

IX/60

Page 66:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

a. Program Pokok

1) Program Pengembangan Permukiman dan Lingkungan Transmigrasi

Program ini terdiri dari kegiatan-kegiatan pembuatan rencana tata ruang dan rencana teknis permukiman transmigrasi baru, pembangunan prasarana dan sarana fisik permukiman, pembukaan lahan usaha tani, pembangunan perumahan dan fasilitas umum, serta pengembangan dan pemeliharaan prasarana dan sarana permukiman yang sudah dibangun:

Dalam Repelita VI permukiman transmigrasi dibangun untuk menjadi kawasan produksi yang potensial dan dapat mendukung perkembangan ekonomi masyarakat. Untuk itu diterapkan kriteria seleksi yang ketat dalam penentuan calon lokasi dan sekaligus mempertimbangkan kesesuaian calon lokasi permukiman transmigrasi tersebut dengan rencana tata ruang daerah, potensi lokasi, dan kondisi aksesibilitas terutama yang terkait dengan kawasan andalan. Selain itu harus dipenuhi pula persyaratan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Oleh karena itu, untuk setiap lokasi disusun Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP) sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan permukiman. Proses penyelesaian kepemilikan tanah seperti pengukuran batas keliling dan pembuatan sertifikat tanah dilaksanakan agar dapat diperoleh kepastian hukum tentang status kepemilikan lahan bagi transmigran, sehingga transmigran akan dengan sepenuh hati mengembangkan lahan pertanian miliknya.

Untuk menampung penempatan transmigran sesuai sasaran yang ditetapkan, selama Repelita VI sampai tahun keempat telah

IX/61

Page 67:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

dibuka 516 UPT baru dan dikembangkan sebanyak 135 desa berpenduduk jarang dan kurang berkembang. Selain itu untuk dapat menampung sejumlah 89.784 KK TSM dikembangkan pula UPT-UPT yang sudah dibuka pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1993/94 telah dibuka 127 UPT. Sejak tahun 1994/95 pembukaan permukiman transmigrasi baru diarahkan ke kawasan timur Indonesia (KTI) terutama pada daerah-daerah yang masih potensial untuk pengembangan permukiman transmigrasi seperti Kalimantan dan Irian Jaya. Dari seluruh UPT baru yang dibuka pada tahun 1997/98, jumlah permukiman transmigrasi yang berada di kawasan timur Indonesia berjumlah 107 unit atau sekitar 68,6 persen. Sisanya sejumlah 49 UPT berada di pulau Sumatera yang termasuk kawasan barat Indonesia. Beberapa propinsi yang menjadi tujuan transmigran terbesar pada tahun 1997/98 adalah tiga propinsi di kawasan timur Indonesia yaitu Irian Jaya, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, dan satu propinsi di kawasan barat Indonesia (KBI) yaitu Riau. Pada tahun 1998/99 direncanakan untuk menempatkan transmigrasi baru di 150 UPT yang dapat menampung sejumlah 45.000 KK.

Pembangunan permukiman transmigrasi baru terus didukung dengan pembangunan prasarana seperti jalan penghubung/poros, jalan desa dan jembatan. Jalan penghubung biasanya menghubungkan UPT dengan jalan kabupaten atau jalan propinsi terdekat, atau dengan desa/daerah lain yang sudah berkembang. Pada tahun 1993/94 dibangun jalan di permukiman transmigrasi sepanjang 1.806,5 kilometer dan selama Repelita VI sampai tahun keempat mencapai 10.283,9 kilometer yang tersebar di seluruh permukiman. Pada tahun 1997/98 jumlah jalan penghubung yang dibangun ini menunjukkan penurunan sekitar 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena UPT yang dibuka

IX/62

Page 68:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pada umumnya lebih dekat ke prasarana jalan yang ada dibandingkan UPT yang dibuka dalam tahun 1996/97. Pada jalan-jalan baru tersebut dibangun juga sejumlah jembatan dan gorong-gorong sesuai dengan kebutuhan lapangan. Jembatan yang dibangun pada tahun 1993/94 sepanjang 6.570,4 meter dan selama Repelita VI sampai tahun keempat dibangun sepanjang 33.818,6 meter (Tabel IX-25). Pada tahun 1997/98, untuk setiap permukiman baru telah dibangun prasarana jalan dan jembatan masing-masing sepanjang 16,0 kilometer dan 81,7 meter.

Untuk permukiman transmigrasi baru dengan tingkat ekonomi yang masih rendah belum diperlukan jenis prasarana dengan kualitas yang tinggi. Karena itu kualitas jalan dan jembatan yang dibangun relatif masih rendah, yaitu berupa jalan dengan perkerasan sirtu dan jembatan terbuat dari kayu. Pembangunan jembatan kayu ini sekaligus dimaksudkan untuk memanfaatkan kayu hasil pembukaan lahan yang tersedia di lapangan. Jika kondisi ekonomi permukiman transmigrasi mulai berkembang, maka jembatan kayu yang sudah rusak diganti dengan jembatan yang lebih permanen terbuat dari beton atau baja. Seiring dengan itu kualitas jalan juga ditingkatkan. Kegiatan yang penting yang menyangkut kondisi prasarana adalah pelaksanaan pemeliharaan jalan dan jembatan. Pada tahun 1993/94 dipelihara jalan sepanjang. 1.153,3 kilometer dan jembatan 3.370,6 meter, sedangkan selama Repelita VI sampai tahun keempat telah dipelihara jalan sepanjang 1.321,6 kilometer dan jembatan 8.676,5 kilometer (Tabel IX-26).

Setiap KK yang bermukim di permukiman transmigrasi dengan pola usaha tanaman pangan mendapatkan lahan pekarangan (LP) dan lahan usaha I (LU I) dengan luas masing-masing 0,5 hektar dan lahan usaha II (LU II) seluas 1,0 hektar. LP dan LU I dibuka dengan

IX/63

Page 69:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

kondisi siap olah dan dialokasikan bagi pengembangan tanaman pangan, sedangkan LU II direncanakan untuk pengembangan tanaman keras yang harus dibuka sendiri oleh transmigran. Untuk pola permukiman transmigrasi yang lain luas lahan yang dibuka disesuaikan dengan kebutuhan. Pada permukiman dengan pola PIR-Trans, seluruh lahan yang diberikan kepada transmigran telah dibuka sebelum transmigran datang. Setiap transmigran memperoleh 0,5 hektar LP, dan seluas 2,0 hektar untuk kebun plasma. Pada pola ini pembukaan, penanaman dan pemeliharaan kebun plasma dibiayai dengan kredit yang harus dibayar oleh transmigran dengan hasil penjualan panen kebunnya.

Pada tahun 1997/98 lahan yang dibuka di permukiman transmigrasi berjumlah sekitar 54.871 hektar terdiri dari LP seluas 31.710 hektar dan LU I seluas 23.161 hektar. Dari jumlah lahan yang dibuka tersebut sekitar 24.000 hektar atau sekitar 81,4 persen dibuka di KTI (Tabel IX-27). Sebagai perbandingan, dalam tahun 1993/94 sekitar 63 persen lahan dibuka di KTI dan sisanya di KBI. Jadi proporsi lahan yang dibuka di KTI pada tahun keempat Repelita VI telah semakin meningkat. Pada tahun 1993/94 lahan yang dibuka di KTI sebesar 63 persen dan selama Repelita VI sampai tahun keempat telah dibuka lahan di KTI seluas 133.306 hektare atau 72,9 persen. Dengan demikian secara keseluruhan terjadi kenaikan luas lahan transmigrasi yang dibuka di wilayah KTI. Selain itu, karena LP dan LU I ditanami tanaman pangan maka pembukaan LP dan LU I selain menambah areal produksi dan luas panen pada propinsi yang bersangkutan juga telah ikut menyumbang produksi pangan di KTI, serta produksi pangan nasional.

Pembangunan rumah transmigran dan fasilitas umum UPT disesuaikan dengan jumlah transmigran yang akan ditempatkan dan

IX/64

Page 70:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

UPT yang dibuka. Pada tahun 1993/94 telah dibangun rumah transmigran sejumlah 63.358 unit dan fasilitas umum yang terdiri dari 122 buah puskesmas pembantu, 274 buah rumah ibadah, dan 277 buah gudang serta 251 unit rumah petugas. Selama Repelita VI sampai tahun keempat rumah transmigran yang dibangun mencapai 253.019 unit, sebagian di antaranya pada tahun 1997/98 disiapkan bagi penempatan transmigran tahun berikutnya; sementara itu pembangunan fasilitas umum yang diselesaikan dalam kurun waktu yang sama terdiri dari 574 buah puskesmas pembantu, 1.249 buah rumah ibadah, dan 1.286 buah gudang serta 1.265. unit rumah petugas. (label IX-28, IX-29, IX-30, IX-31 dan IX-32).

Untuk memberikan kepastian hukum dan menjamin hak transmigran atas lahan yang diberikan kepadanya setelah bermukim sekitar dua tahun di permukiman transmigrasi, kepada mereka diberikan sertifikat hak milik tanah. Proses pembuatan sertifikat dimulai dengan kegiatan pengukuran dan pembagian lahan dan pembagian lahan. Pada tahun 1993/94 telah diukur dan dibagi kapling sekitar 93.423 hektare yang terdiri dari 25.418 hektare lahan pekarangan dan 68.005 hektare lahan usaha dan selama Repelita VI sampai tahun keempat jumlah pengukuran dan pembagian kapling yang telah dilaksanakan mencapai sekitar 182.944 hektare yang terdiri atas 79.653 hektare lahan pekarangan dan 103.291 hektare lahan usaha (Tabel IX-33). Dalam kurun waktu yang sama telah dapat diselesaikan pembuatan sertifikat hak milik tanah sejumlah 445.798 bidang atau rata-rata 111.450 bidang per tahun Setiap kepala keluarga transmigran rata-rata menerima 3 buah sertifikat hak milik tanah yaitu masing-masing untuk sertifikat lahan pekarangan, lahan usaha I dan lahan usaha II. Pada tahun 1998/99 kegiatan yang sama dalam program ini akan terus dilanjutkan, dengan rencana penyiapan permukiman bagi 42.500

IX/65

Page 71:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

KK TU dan TSB termasuk 12.500 KK di lokasi pengembangan lahan gambut di Kalimantan Tengah, dan menyediakan dukungan bagi sekitar 40.000 KK TSM.

2) Program Pengerahan dan Pembinaan Transmigran

Proses pengerahan dan pemindahan transmigran baik dari daerah asal maupun dari sekitar permukiman dimulai dengan pemilihan wilayah asal calon transmigran serta penentuan jumlah penduduk yang akan dipindahkan dari masing-masing wilayah. Selanjutnya dilaksanakan penyuluhan kepada penduduk yang menjadi sasaran; pendaftaran dan seleksi calon transmigran; pendidikan dan pelatihan bagi transmigran; pengadaan perlengkapan, peralatan dan logistik; dan penyediaan sarana angkutan dan fasilitas transito. Di daerah penerima dilakukan kegiatan pengerahan untuk mendapatkan calon transmigran yang berasal dari penduduk sekitar permukiman. Jumlah transmigran yang berasal dari penduduk setempat rata-rata sekitar 25 persen dari daya tampung permukiman transmigrasi yang dibangun.

Jika dalam beberapa Repelita sebelumnya kebijaksanaan program transmigrasi ditekankan pada pembangunan fisik seperti pembangunan prasarana dan sarana, maka sejak tahun terakhir Repelita V dan dalam Repelita VI lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia transmigran. Upaya meningkatkan SDM transmigran dimulai sejak awal yaitu pada tahap pemilihan dan pelatihan calon transmigran di daerah asal dan dilanjutkan terus selama masa pembinaan di permukiman transmigrasi. Terhadap transmigran yang mempunyai pendidikan cukup dan dianggap mampu diberikan pelatihan yang lebih intensif dalam berbagai jenis keterampilan, agar dapat menjadi penggerak masyarakat yang andal dan dinamis.

IX/66

Page 72:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Sesuai dengan kebijaksanaan peningkatan SDM, sejak tahun 1994/95 pelatihan calon transmigran di daerah asal terus ditingkatkan. Selama Repelita VI sampai tahun keempat jumlah calon transmigran. yang telah dilatih mencapai 33.321 orang atau sekitar 12,5 persen dari jumlah transmigran yang berasal dari daerah asal (Tabel IX-34 dan Tabel IX-36). Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan pelatihan pada tahun 1993/94 yang jumlahnya baru mencapai 2.640 orang atau sekitar 5,3 persen dari transmigran yang diberangkatkan dari Jawa dan Bali. Selain jumlahnya yang meningkat, pelaksanaan pelatihan lebih menyebar ke seluruh daerah asal pemberangkatan transmigran. Pada tahun 1993/94 jumlah transmigran yang dilatih di Jakarta (pusat) masih sekitar 30 persen, sementara dalam tahun 1997/98 jumlah pelatihan di pusat sudah menurun menjadi sekitar 5 persen, yaitu bagi calon transmigran asal DKI Jakarta. Sebaliknya di 7 propinsi daerah asal jumlahnya makin membesar.

Realisasi penempatan transmigran pada tahun 1993/94 sejumlah 49.440 KK yang terdiri dari 19.412 KK transmigrasi umum dan 30.028 KK transmigrasi swakarsa berbantuan. Selama Repelita VI sampai tahun keempat mencapai 266.210 KK yang terdiri dari 102.500 KK transmigran umum, 73.926 KK transmigran swakarsa berbantuan dan sekitar 89.784 KK transmigran swakarsa mandiri (Tabel IX-35). Realisasi penempatan transmigran tahun 1997/98 adalah sebanyak 37.226 KK. Jumlah itu lebih rendah dari realisasi penempatan pada tahun 1996/97 sebesar 88.262 KK, dan bahkan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penempatan transmigran pada tahun 1993/94. Hal ini disebabkan karena berkurangnya target penempatan dan belum dapat ditempatkannya transmigran di lokasi pengembangan lahan gambut di Kalimantan

IX/67

Page 73:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Tengah, dan terjadinya kekeringan dan bencana kebakaran yang menghambat pelaksanaan pemindahan dan penempatan. Realisasi penempatan transmigran terus ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelaksanaannya.

Sejalan dengan arah yang ditetapkan, transmigrasi swakarsa mandiri (TSM) menunjukkan peranan yang semakin meningkat dalam pembangunan transmigrasi selama Repelita VI sampai tahun keempat. TSM pertama kali diprogramkan pada tahun pertama Repelita VI. Proporsi TSM terhadap jumlah transmigran adalah 29,3 persen pada tahun 1994/95, 35,6 persen pada tahun 1995/96, mencapai puncaknya yaitu 39,1 persen pada tahun 1996/97, dan 35,6 persen pada tahun 1997/98. Sebagaimana dikemukakan di muka, dengan meningkatnya TSM maka sumber daya yang berasal dari pemerintah dapat dialokasikan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan TU dan TSB. Selanjutnya, permukiman TU dan TSB yang berkembang dapat diarahkan pula untuk menjadi daya tarik bagi pengembangan TSM. Hal ini berjalan secara bersamaan dengan penyebarluasan informasi peluang kerja di daerah transmigrasi sehingga sasaran penyebaran penduduk melalui transmigrasi diharapkan dapat diwujudkan.

Penduduk setempat yang semula tidak mempunyai akses terhadap dana investasi dan teknologi sehingga tidak dapat memanfaatkan lahan yang tersedia diharapkan dapat ikut memanfaatkannya dalam permukiman yang dibangun. Karena itu sejak awal mereka diikutsertakan dalam rencana pengembangan permukiman dalam bentuk pemberian Alokasi Penempatan Penduduk Daerah Transmigrasi (APPDT). Di samping itu, terhadap permukiman penduduk setempat dapat dilakukan penataan ruang yang memenuhi syarat untuk mampu berkembang, atau jika

IX/68

Page 74:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

upaya tersebut tidak mungkin dilakukan dapat dilaksanakan permukiman kembali penduduk.

Penanganan perambah hutan yang sudah dilaksanakan sejak lama mendapat kesempatan yang luas pada Repelita VI dengan berkembangnya Departemen Transmigrasi menjadi Departemen Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan (PPH). Dengan demikian upaya penanganan perambah hutan dapat lebih ditingkatkan lagi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya yang dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Departemen Transmigrasi dan PPH. Realisasi penempatan perambah hutan ke dalam permukiman baru yang lebih layak selama Repelita VI sampai tahun keempat terus meningkat dan diperkirakan mencapai lebih dari 8.406 KK, termasuk yang penempatannya dibiayai dari dana reboisasi.

Dari segi jumlah transmigrasi TU dan TSB yang dipindahkan, pulau Jawa mempunyai peranan terbesar sebagai daerah pengiriman transmigran dengan jumlah pemindahan sekitar 83,8 persen dari seluruh penempatan transmigrasi pada tahun 1993/94; 84,6 persen pada tahun 1994/95; 84,3 persen pada tahun 1995/96; 85,6 persen pada tahun 1996/97; dan sekitar 84,2 persen pada tahun 1997/98. Daerah asal lainnya yaitu Bali, NTB dan NTT hanya mempunyai andil 16,2 persen pada tahun 1993/94, 15,4 persen pada tahun 1994/95; 15,7 persen pada tahun 1995/96; 14,4 persen pada tahun 1996/97, dan sekitar 15,1 persen pada tahun 1997/98 (Tabel IX-36). Walaupun kecil dalam angka, jumlah transmigran yang dipindahkan dari Bali, NTB dan NTT mempunyai dampak yang relatif lebih besar dalam upaya penyelesaian masalah kependudukan di daerah asalnya masing-masing. Pemindahan penduduk dari Jawa lebih diarahkan pada wilayah-wilayah yang

IX/69

Page 75:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

sangat padat, sehingga dampaknya dapat lebih dirasakan oleh daerah yang ditinggalkan.

Upaya penyebaran penduduk melalui transmigrasi antara lain juga dimaksudkan agar persebaran penduduk lebih merata dan seimbang di seluruh propinsi di Indonesia, namun harus tetap disesuaikan dengan potensi yang ada di masing-masing wilayah. Dari 21 propinsi penerima transmigran pada tahun 1993/94 terdapat enam propinsi yang menerima transmigran kurang dari 1.000 KK yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Utara, NTB, NTT dan Timtim. Pada tahun 1997/98 dari enam propinsi tersebut bertambah menjadi delapan propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT dan Timtim yang menerima transmigran kurang dari 1.000 KK karena potensinya yang memang terbatas. Sebelumnya, ada lima propinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Irian Jaya yang menerima transmigran paling besar. Jumlah transmigran yang ditempatkan pada kelima propinsi tersebut mencapai 26.678 KK transmigran atau sekitar 53,9 persen dari seluruh penempatan transmigran pada tahun 1993/94 (label IX-37). Dalam tahun 1997/98 terjadi perubahan komposisi dengan masuknya Kalimantan Tengah menggantikan peran Sumatera Selatan sebagai propinsi yang termasuk lima besar. Jumlah transmigran yang ditempatkan pada kelima propinsi terbesar tersebut sekitar 20.738 KK atau sekitar 55,7 persen dari seluruh penempatan transmigran. Meningkatnya persentase jumlah transmigran pada kelima propinsi tersebut terutama disebabkan penempatan transmigran dalam skala besar pada lokasi pengembangan lahan gambut di propinsi Kalimantan Tengah. Pengembangan pertanian lahan gambut ini merupakan upaya mempercepat tersedianya areal untuk pangan terutama beras dalam

IX/70

Page 76:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

rangka ketahanan pangan. Upaya ini perlu dilakukan mengingat makin berkurangnya areal pertanian padi di Jawa karena beralih fungsi.

Proses pembinaan transmigran dilakukan sejak transmigran ditempatkan di permukiman transmigrasi selama sekitar lima tahun. Jumlah transmigran yang dibina Departemen Transmigrasi dan PPH pada tahun 1993/94 adalah sekitar 247.690 KK yang terdiri dari 198.250 KK transmigrasi baru dan 49.440 KK transmigran lama. Selama Repelita VI dalam kurun waktu 1994/95 - 1997/98 mencapai sekitar 945.107 KK yang terdiri dari transmigran baru sejumlah 191.426 KK dan transmigran lama sejumlah 753.681 KK (Tabel IX-38). Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dibina sekitar 235.231 KK transmigran yang terdiri dari 45.000 transmigran baru dan 190.231 KK transmigran lama.

Pembinaan transmigran dan permukimannya dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan transmigran dan lingkungan permukimannya meliputi pembinaan bidang ekonomi, sosial dan budaya. Di bidang ekonomi dilaksanakan pembinaan sesuai dengan pola usaha yang dikembangkan. Pada tahap awal pembinaan diharapkan transmigran dapat mengembangkan lahan pekarangan dan lahan usaha I untuk memproduksi tanaman pangan dengan menggunakan input-input yang disediakan. Dalam satu atau dua tahun mereka diharapkan sudah dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri sehingga pada waktu bantuan jaminan hidup (jadup) berupa pangan yang diberikan selama 12 - 18 bulan dihentikan, mereka sudah dapat mandiri. Selanjutnya mereka diharapkan dapat mulai membuka sebagian demi sebagian LU II nya untuk penanaman tanaman keras. Untuk melaksanakan itu transmigran memperoleh berbagai bantuan antara lain berupa bibit

IX/71

Page 77:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

tanaman pangan dan tanaman keras, pupuk, herbisida, insektisida dan lain-lain. Selain itu transmigran juga mendapat bimbingan intensif dari penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan dalam beberapa tahun terakhir pembinaan bidang pertanian dilakukan juga oleh tenaga kerja pemuda mandiri professional (TKPMP) yang berpendidikan sarjana di bidang pertanian.

Pembinaan dilaksanakan juga dalam bidang pengelolaan pasca panen dan pemasaran. Untuk itu di setiap UPT dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) yang secara bertahap ditingkatkan menjadi koperasi unit desa transmigrasi (KUD). Pada awalnya kegiatan-kegiatan organisasi perekonomian di permukiman transmigrasi masih dikoordinasikan oleh kepala unit permukiman transmigrasi, namun secara bertahap peranan KUD ditingkatkan. Agar KUD lebih cepat berkembang dan berperan dalam pengelolaan perekonomian di unit-unit permukiman transmigrasi diperbantukan juga tenaga TKPMP bidang koperasi yang bertugas selama sekitar 2 tahun. Pada tahun 1993/94 jumlah tenaga TKPMP yang aktif bertugas di daerah transmigrasi berjumlah 204 orang yang meliputi TKPMP bimbingan usaha tani (TKPMP-BUT) sebanyak 98 orang dan TKPMP koperasi unit desa (TKPMP-KUD) sebanyak 106 orang: Sedangkan pada tahun 1997/98 jumlah tenaga TKPMP yang masih aktif bertugas di daerah transmigrasi berjumlah 125 orang meliputi TKPMP-BUT sebanyak 56 orang dan TKPMP-KUD sebanyak 69 orang. Peningkatan kualitas sumber daya manusia transmigran di daerah penerima transmigrasi dilaksanakan dengan cara pelatihan yang mencakup bidang pertanian dan non pertanian. Pelatihan transmigran di daerah penerima ini persentasenya dinaikkan pula secara bertahap. Pada tahun 1993/94 jumlah transmigran yang dilatih mencapai 18.000 orang meliputi pelatihan bidang pertanian sejumlah 14.140 orang,

IX/72

Page 78:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pelatihan bidang non pertanian sejumlah 3.860 orang. Sedangkan pada tahun 1997/98 jumlah transmigran yang dilatih mencapai sekitar 14.820 orang yang meliputi pelatihan bidang pertanian sejumlah 5.370 orang, pelatihan non pertanian sejumlah 3.150 orang dan temu karya sejumlah 6.300 orang. Selama Repelita VI sampai tahun keempat jumlah transmigran yang dilatih berfluktuasi. Pada tahun 1995/96 menurun sedikit dan menurun cukup banyak pada tahun 1997/98, sehingga jika transmigran yang dilatih tahun 1997/98 dibandingkan dengan tahun 1993/94 terjadi penurunan sebesar 17,6 persen (Tabel IX-39). Berkurangnya jumlah maupun persentase transmigran yang dilatih dalam tahun 1997/98 disebabkan oleh terlambatnya penempatan transmigran karena adanya perubahan iklim dan cuaca di daerah penempatan transmigrasi. Apabila iklim dan cuaca telah kembali seperti semula, diharapkan jumlah pelatihan dapat meningkat sesuai dengan prosentase jumlah penempatan sehingga sumber daya manusia transmigran makin meningkat kualitasnya.

Pembinaan di bidang sosial antara lain meliputi pembinaan kesehatan, pendidikan, dan pembentukan kelembagaan sosial. Pembinaan kesehatan sudah dilakukan sejak transmigran berangkat dari daerah asalnya, dimana kesehatan transmigran dan keluarganya menjadi salah satu persyaratan pada waktu seleksi. Mereka diperiksa secara bertahap sejak mereka berada di desa dan sampai ketika mereka berada di transito pemberangkatan. Pelayanan kesehatan ini terus berlanjut di permukiman transmigrasi dan dilaksanakan oleh petugas transmigrasi bersama petugas dinas kesehatan di daerah. Selain itu diadakan kerjasama dengan dinas kesehatan ABRI untuk melengkapi tenaga paramedis dan dokter yang belum tersedia di daerah-daerah tertentu pada tahap awal penempatan. Untuk melengkapi pelayanan kesehatan umum

IX/73

Page 79:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

diberikan pula pelayanan keluarga berencana (KB) bagi pasangan transmigrasi usia subur sebagai kelanjutan pelayanan terhadap akseptor KB yang sudah menjalani program KB di daerah asal.

Dalam bidang pendidikan prioritas utama diberikan kepada upaya untuk mendukung pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun dengan cara penyediaan prasarana dan sarana pendidikan di permukiman transmigrasi. Untuk itu mulai awal Repelita VI pembangunan gedung SD yang dibiayai dengan dana Inpres SD dilaksanakan pada tahun yang sama dengan penempatan transmigran. Dalam hal gedung SD belum tersedia pada saat transmigran ditempatkan, maka balai desa yang sudah dibangun difungsikan sebagai SD sementara. Untuk keadaan sementara ini, pengadaan guru diambilkan dari pegawai/pembina UPT atau dari transmigran yang mempunyai kemampuan untuk menjadi guru, sehingga pendidikan anak-anak transmigran tidak pernah terlantar karena perpindahan mereka ke permukiman transmigrasi. Untuk pelayanan pendidikan lanjutan, satu sekolah lanjutan pertama direncanakan dapat melayani satu kawasan permukiman yang terdiri dari 4 sampai 5 unit permukiman transmigrasi, sedangkan sekolah lanjutan yang lebih tinggi dibangun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lapangan.

Pembinaan di bidang sosial budaya dilaksanakan melalui berbagai kegiatan untuk menumbuhkan interaksi positif antara para pendatang dan penduduk setempat dengan cara menyediakan dukungan sarana yang diperlukan seperti penyelenggaraan acara kesenian, pemutaran film, kegiatan olahraga dan lain-lain. Semakin berkembang dan tumbuhnya interaksi positif diharapkan akan menumbuhkan semangat saling menghargai adanya perbedaan budaya antara masyarakat pendatang dan penduduk di sekitar

IX/74

Page 80:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

permukiman barn, meningkatkan kehidupan dan toleransi beragama, menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, mengem-bangkan peranan wanita, anak dan pemuda, serta menumbuhkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan.

Sesudah melalui masa pembinaan, lokasi transmigrasi selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah. Pada masa pembinaan, proses penyerahan pengelolaan kepada pemerintah daerah sudah mulai dilaksanakan secara bertahap. Pertama, disiapkan pembentukan institusi sosial desa secara lengkap beserta aparat desa definitif, agar penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi desa dapat segera berjalan dengan baik. Selanjutnya diupayakan pembentukan lembaga sosial seperti LKMD, koperasi dan lembaga lain yang diperlukan, sesuai dengan kebutuhan. Setelah sekitar lima tahun dalam pembinaan Departemen Transmigrasi dan PPH, seluruh aset dan pengelolaan unit permukiman transmigrasi diserahkan kepada pemerintah daerah termasuk seluruh sarana dan prasarana fisik, fasilitas umum, dan fasilitas sosial yang ada.

Berbagai kegiatan pembinaan tersebut akan dilanjutkan pada tahun 1998/99 untuk membina sekitar 227.700 KK transmigran yang akan dan telah ditempatkan di sekitar 650 UPT. Dengan pembinaan itu diharapkan UPT yang telah dibangun menjadi UPT yang layak huni, layak usaha, dan layak berkembang.

b. Program Penunjang

Program penunjang diadakan untuk memberikan dukungan bagi keberhasilan kedua program utama pembangunan transmigrasi yang sudah diuraikan sebelumnya. Program penunjang terdiri dari

IX/75

Page 81:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

1) Program Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi

Melalui program ini dilakukan kajian dan penelitian berbagai kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan transmigrasi. Kegiatan dalam program ini terdiri dari dua bagian, pertama kajian kebijakan pelaksanaan untuk umpan balik perbaikan di masa depan, dan kedua penelitian terapan di lapangan untuk pengembangan transmigrasi. Pada tahun 1993/94 telah dilakukan kajian dan penelitian menyangkut 14 aspek permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan transmigrasi dan dilakukan oleh sekitar 55 peneliti dan tenaga penelitian rekayasa (litkayasa). Selama Repelita VI sampai tahun keempat telah dilaksanakan pengkajian dan penelitian sekitar 101 aspek kegiatan yang dilaksanakan oleh sekitar 55 orang peneliti dan litkayasa yang hampir seluruhnya berpendidikan sarjana S-1 dan beberapa sarjana S-2 dan S-3. Untuk mendukung penelitian dan pengembangan pertanian daerah transmigrasi dilakukan berbagai pengujian lapangan di balai penelitian transmigrasi yang berada di Bengkulu. Selanjutnya, untuk lebih memasyarakatkan pembangunan transmigrasi dikembangkan kerjasama dengan berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi dan lembaga swasta untuk membantu melakukan kajian dan penelitian tentang pelaksanaan transmigrasi.

IX/76

Page 82:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

2) Program Pembinaan Anak dan Remaja

Tujuan program pembinaan anak dan remaja adalah untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan jiwa kemandirian. Pelaksanaan program ini dikaitkan dengan kegiatan pendidikan luar sekolah oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan dari petugas-petugas UPT. Pelaksanaan program ini dikembangkan dalam kaitan dengan program peranan wanita dan pendayagunaan program peningkatan kesejahteraan keluarga (PKK).

3) Program Pembinaan Pemuda

Pada tahun 1993/94 program ini telah membina karang taruna dan membimbing ketrampilan para pemuda serta membentuk 35 KUB dengan berbagai kegiatan usaha produktif. Kegiatan-kegiatan tersebut dilanjutkan lagi pada tahun-tahun berikutnya sampai tahun 1997/98 dengan melakukan pembentukan sekitar 170 KUB dan pembinaan karang taruna yang teratur.

4) Program Peranan Wanita

Program peranan wanita dalam tahun terakhir Repelita V telah melatih dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bagi sekitar 1.546 orang wanita transmigran sebagai dukun bayi, kader di bidang fasilitas PKK, K-B dan tutor paket B. Disamping itu secara rutin diberikan pula pembinaan PKK di 21 propinsi. Selama Repelita VI sampai tahun keempat telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan peningkatan ASI, keterampilan wanita di bidang pengolahan hasil pertanian bagi sekitar 14.700 orang, dan pelatihan

IX/77

Page 83:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

peningkatan kepemimpinan, penyuluhan hukum dan UU perkawinan bagi sekitar 5.206 orang wanita transmigran.

5) Program Pengembangan Informasi Transmigrasi

Melalui program ini diupayakan menyediakan informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan transmigrasi, melalui pengembangan dan penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang meliputi informasi sosial ekonomi daerah asal transmigran, daerah tujuan, kondisi sumber daya alam, produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi. Sejak tahun 1994/95 telah dilaksanakan antara lain kegiatan pembuatan sistem pelaporan yang terintegrasi dari unit permukiman transmigrasi sampai ke tingkat pusat. Selanjutnya, upaya itu dikembangkan lagi dengan pengembangan pusat informasi bisnis daerah transmigrasi (PIBDT) yang memberikan informasi peluang usaha bagi dunia usaha swasta, investor dan pemilik modal yang bermaksud untuk melakukan kerjasama dengan transmigran dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerah transmigrasi. Pada tahun 1997/98 mulai dikembangkan sistem informasi TSM, yaitu sistem informasi untuk mengantisipasi minat calon transmigran terdidik (sarjana) dan kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus, yang ingin mengembangkan potensi yang ada pada dirinya di daerah transmigrasi.

6) Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi

Dalam tahun 1993/94 program ini telah melaksanakan pelatihan penjenjangan/struktural bagi 378 orang pegawai, pelatihan teknis operasional/fungsional bagi 1.157 orang dan

IX/78

Page 84:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

pelatihan administrasi dan manajemen bagi 405 orang. Dengan demikian jumlah yang dilatih mencapai sejumlah 1.940 orang. Selanjutnya, sesuai dengan kebijaksanaan Repelita VI untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia jumlah pelatihan pegawai terus ditingkatkan. Dalam empat tahun pertama Repelita VI, jumlah pegawai yang dilatih mencapai sejumlah 12.102 orang yang terdiri dari pelatihan penjenjangan 834 orang, pelatihan teknis operasional 9.023 orang, pelatihan fungsional 2.054 orang dan pelatihan prajabatan 191 orang.

Mengingat keterkaitan transmigrasi dengan sektor-sektor lain dan pembangunan daerah, maka pada tahun 1998/99 transmigrasi akan dilanjutkan dengan jenis-jenis kegiatan seperti pada tahun sebelumnya namun dengan meningkatkan koordinasi secara lintas sektoral dan lintas wilayah/daerah. Pada tahun 1998/99 pengembangan transmigrasi akan semakin diarahkan ke KTI. Tidak kurang dari 59 persen dana sektor transmigrasi akan dialokasikan untuk membangun permukiman transmigrasi di KTI.

D. PENUTUP

Dalam Repelita VI, pembangunan daerah sebagai bagian dan sebuah sisi dari pembangunan nasional telah diupayakan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan prakarsa dan peran aktif masyarakat, serta mendayagunakan potensi daerah secara optimal dan terpadu.

Laju pertumbuhan ekonomi regional (PDRB) yang mencerminkan kinerja pembangunan daerah telah meningkat, dan

IX/79

Page 85:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

rata-rata selama 3 (tiga) tahun pertama Repelita VI untuk semua propinsi telah mencapai sasaran Repelita VI. Propinsi-propinsi di KTI ternyata tumbuh lebih tinggi yaitu rata-rata 8,9 persen per tahun dibanding di KBI yaitu 8,4 persen. Namun pada tahun keempat dan kelima Repelita VI dengan terjadinya krisis moneter yang mempengaruhi kegiatan ekonomi baik di pusat maupun di daerah, sasaran pertumbuhan propinsi menjadi sulit untuk dapat terpenuhi. Keadaan tersebut akan berpengaruh pada propinsi-propinsi yang kontribusi pertumbuhannya didominasi oleh sektor industri dan manufaktur seperti di Jawa, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Di pihak lain terjadinya musibah alam karena kekeringan, telah menghambat pertumbuhan sektor pertanian, termasuk kehutanan karena terjadinya kebakaran hutan, dan akan mempengaruhi pula pertumbuhan di berbagai daerah.

Upaya memantapkan otonomi daerah terus berlanjut dalam Repelita VI. Salah satu di antaranya adalah penetapan 26 Dati II sebagai daerah percontohan otonomi daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995. Upaya ini pada tahun 1997 diperluas menjadi 94 daerah tingkat II. Mekanisme perencanaan dari bawah melalui proses P5D yang dirangkum dalam forum Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang) telah membudaya dan semakin efektif dalam menyelesaikan masalah koordinasi antar program serta meningkatkan keterpaduan program lintas sektor di pusat dan di daerah.

Dalam upaya membantu keuangan daerah melalui dana yang dialokasikan ke daerah, program Inpres terus meningkat, di mana pada tahun 1997/98 telah mencapai 39,5 persen dari APBN secara keseluruhan. Berbagai program yang spesifik (specific grant) telah dialihkan menjadi program umum (block grant) dalam Inpres.

IX/80

Page 86:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Demikian pula berbagai kegiatan sektoral telah dialihkan ke Inpres. Dengan penyederhanaan jumlah Inpres, komponen masing-masing Inpres menjadi makin luas cakupannya. Dalam Repelita VI di samping telah diadakan pengurangan jumlah Inpres, juga telah ada dua Inpres baru, yaitu IDT dan Inpres PMT-AS. Kedua Inpres ini mencerminkan upaya untuk meningkatkan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan sumberdaya manusia pada tingkat yang paling dasar. Pada tahun 1997/98 selagi proyek-proyek sektoral dijadwalkan kembali, karena krisis moneter, program Inpres tetap dijalankan sepenuhnya.

Bantuan dari pusat sifatnya adalah tetap bantuan. Untuk dapat mandiri dan berkembang menjadi daerah otonom yang sesungguhnya, pendapatan asli daerah harus diupayakan untuk ditingkatkan. PAD Tingkat I maupun II selama Repelita VI untuk semua propinsi dan Kabupaten/Kodya ternyata dapat diusahakan untuk terus meningkat. Realisasi PAD di KBI rata-rata tingkat pertumbuhannya per tahun pada dua tahun pertama Repelita VI adalah sebesar 24,91 persen sedangkan di KTI sebesar 19,97 persen, yang menunjukkan masih adanya perbedaan dalam perkembangan kemampuan antar daerah.

Pembangunan desa diupayakan untuk terus ditingkatkan antara lain meliputi pembiayaan pembangunan, kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat serta pendidikan masyarakat desa, melalui berbagai program seperti IDT, P3DT, PMT-AS, UED-SP, Takesra/Kukesra, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Konsep tersebut dikembangkan dalam sistem yang makin terintegrasi, sesuai dengan kebutuhan desa yang amat bervariasi.

IX/81

Page 87:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan ruang dan memberikan kepastian berusaha, seluruh Dati I telah menetapkan rencana tata ruang wilayah propinsinya (RTRWP), dan untuk Dati II sebagian besar telah menyelesaikannya. Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan ruang telah diidentifikasi 111 kawasan andalan di mana 55 berada di KTI. Di antaranya 13 kawasan, satu di setiap propinsi di KTI, ditetapkan sebagai Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET). KAPET ini diharapkan dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah untuk meningkatkan pemanfaatan potensi sosial ekonomi propinsi yang bersangkutan.

Program transmigrasi dalam Repelita VI telah ditempatkan dalam satu sektor dengan pembangunan daerah. Program transmigrasi memang erat kaitannya dan merupakan komponen penting bagi pembangunan daerah, terutama yang terbatas sumberdaya manusianya. Program transmigrasi dalam Repelita VI telah memberikan dampak penting terhadap penyebaran penduduk, pengentasan kemiskinan, peningkatan pemerataan pembangunan antardaerah, serta pengintegrasian masyarakat sehingga memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan meningkatkan ketahanan nasional.

Sejak tahun pertama Repelita VI telah dikembangkan transmigrasi swakarsa mandiri (TSM) yang terdiri dari para transmigran yang pindah atas kehendak dan dukungan biaya mereka sendiri dengan dukungan dana yang minimum dari pemerintah. Selanjutnya diupayakan keterkaitan transmigrasi dengan dunia usaha, yakni dengan investasi swasta di daerah transmigrasi. Melalui transmigrasi telah terbentuk sentra-sentra

IX/82

Page 88:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

produksi baru di daerah, misalnya dalam pengembangan pertanian. lahan gambut di Kalimantan Tengah.

Secara keseluruhan, pembangunan daerah dan transmigrasi telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dalam memenuhi sasaran Repelita VI. Meskipun pada dua tahun terakhir Repelita VI pertumbuhan ekonomi di daerah akan menurun sebagai akibat krisis moneter dan dampak kekeringan yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, tetapi melalui upaya optimalisasi sumberdaya daerah serta program khusus seperti padat karya dan perluasan lapangan kerja produktif di pedesaan dan perkotaan yang sedang dijalankan, diharapkan akibatnya tidak terlalu parah. Segera setelah keadaan ekonomi menjadi pulih, daerah-daerah dapat kembali memperoleh peluang pertumbuhan dan mengembangkan momentumnya, sehingga dapat mengejar ketinggalan dan kemunduran akibat kondisi yang situasional sekarang ini.

IX/83

Page 89:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 1PDRB TANPA MIGAS ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993

MENURUT PROPINSI 1992 — 1996 (jutaan rupiah)dan LAJU PERTUMBUHANNYA 1993 – 1996

1) Harga Konstan 1983Sumber: Biro Pusat Statistik 1997

IX/84

Page 90:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 1.APDRB TANPA MIGAS ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1975 dan 1983

MENURUT PROPINSI (jutaan rupiah)dan LAJU PERTUMBUHANNYA (%) 1975 – 1983 dan 1983 – 1988

1) Tahun 1975 dan 1983 lama berdasarkan harga konstan 19752) Tahun 1983 dan 1988 berdasarkan harga konstan 1983

IX/85

Page 91:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 2PDRB PER KAPITA TANPA MIGAS ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993

MENURUT PROPINSI (rupiah)dan LAJU PERTUMBUHANNYA 1993 – 1996

1) Harga konstan 1983Sumber : Biro Pusat Statistik 1997

IX/86

Page 92:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 3PERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI I

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/78(jutaan rupiah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/87

Page 93:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 3.APERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI I

1973/74, 1978/79, 1983/84 – 1988/89(jutaan rupiah)

1) Dalam bentuk Sumbangan Pemerintah Pengganti Alokasi Devisa Otomatis (SPPADO) danBantuan Pembangunan Dati I dimulai tahun 1974/75

IX/88

Page 94:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 4HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

1992/93, 1993/94, 1995/96 – 1997/98

1) Pelaksana adalah Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/89

Page 95:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 5REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I

MENURUT PROPINSI DATI I1992/93, 1993/94, 1995/96 – 1997/98

(juta rupiah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/90

Page 96:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 6ANGGARAN PEMBANGUNAN DAN KONTRIBUSI INPRES DATI I DALAM APBD TINGKAT I

MENURUT PROPINSI/DATI I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(juta rupiah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/91

Page 97:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 7REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

MENURUT PROPINSI DATI I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(juta rupiah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/92

Page 98:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 8PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN DAN HASIL FISIK

BANTUAN PENINGKATAN JALAN PROPINSI1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan Desember 19973) Kegiatan Penunjang

IX/93

Page 99:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 9PERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI II

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta rupiah)

1) Termasuk Bantuan untuk Penyusunan RUTR Dati II dan Pengembangan perkotaan2) Termasuk Bantuan Kepulauan, Penyusunan RUTR, Pengembangan Perkotaan, Pemugaran Perumahan

Pemukiman Perdesaan3) Termasuk bantuan Kepulauan, Penyusunan RUTR, Pengembangan Perkotaan, Pemugaran Perumahan tidak diberikan

dan digabung ke dalam bantuan per kapita dan luas wilayah sebagai dasar perhitungan4) Angka sementara sampai dengan Desember 19975) Peralatan dan Kegiatan Penunjang

IX/94

Page 100:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 9.APERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI II

1970/71, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(juta rupiah)

1) Inpres Dati II dimulai tahun 1970/712) Peralatan dan Kegiatan Penunjang

IX/95

Page 101:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 10

HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEKBANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka sementara sampai dengan bulan Desember 1997

III/96

Page 102:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 11REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II MENURUT PROPINSI 1)

1992/93 – 1995/96(Juta Rupiah)

1) Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tingkat II terlambat 1-2 tahun(menunggu perhitungan APBD)

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

IX/97

Page 103:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 12PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Juta Rupiah)

1) Angka sementara

IX/98

Page 104:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 12 APERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI

1976/77, 1992/93, 1993/94(Juta Rupiah)

1) Tahun kedua pelaksanaan

IX/99

Page 105:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 13HASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI 1)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Sekolah)

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/100

Page 106:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 13.AHASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI 1)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Sekolah)

1) Tahun kedua pelaksanaan, sedangkan tahun pertama adalah 1975/76dengan jumlah 10.000 unit SD yang direhabilitasi

IX/101

Page 107:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 14PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Juta Rupiah)

1) Angka sementara2) Peralatan dan Kegiatan Penunjang, serta termasuk untuk penyelenggaraan penerimaan

tenaga kerja teknik untuk Dati II dan pelatihan tenaga lainnya

IX/102

Page 108:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 14PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Juta Rupiah)

1) Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya dimulai tahun 1979/802) Peralatan dan Kegiatan Penunjang, serta termasuk untuk penyelenggaraan penerimaan

tenaga kerja teknik untuk Dati II dan pelatihan tenaga lainnya

IX/103

Page 109:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 13HASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara sampai dengan bulan Desember 1997

IX/104

Page 110:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 15.AHASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten/Kotamadya dimulai tahun 1979/80

IX/105

Page 111:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 16PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 1.000.000 per desa2) Angka diperbaiki (per Desember 1997)3) Angka Sementara sampai dengan Desember 1997

IX/106

Page 112:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 16PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1968/69, 1973/74, 1978/79, 1983/84 – 1988/89

1) Inpres Bantuan Pembangunan Desa dimulai tahun 1969/702) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 300.000 per desa

IX/107

Page 113:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 17PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta rupiah)

1) Kegiatan penunjang2) Bantuan Pengendalian dan Pembiayaan untuk Propinsi Irian Jaya dan Timor Timur tidak diberikan, karena sudah

tertampung dalam program IDT3) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/108

Page 114:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 17.APERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA1969/70, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(juta rupiah)

No. Daerah Tingkat I/

1969/70 1)Akhir

Repelita IAkhir

Repelita IIAkhir

Repelita IIIAkhir

Repelita Propinsi 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89

1. D.I. Aceh 256,0 276,0 1.956,0 7.014,0 8.565,02. Sumatera Utara 360,0 385,0 2.029,2 7.312,8 9.043,03. Sumatera Barat 87,3 99,0 1.266,9 4.613,8 5.613,54. Riau 70,0 107,3 327,6 1.400,7 1.890,45. Jambi 54,0 74,0 466,5 1380,8 2.167,06.Sumatera Selatan 168,0 201,2 791,8 3.098,7 3.918,57. Bengkulu 37,5 57,5 352,8 1.411,8 1.705,68. Lampung 108,9 134,0 539,5 2.080,0 2.581,19. DKI Jakarta 22,1 88,0 237,6 772,0 548,0

10. Jawa Barat 381,9 804,0 2.460,6 8.806,0 11.739,011. Jawa Tengah 846,6 896,6 3.123,2 11.512,5 13.987,012. DI Yogyakarta 55,5 95,6 321,1 1.031,5 1.011,413. Jawa Timur 829,4 904,5 3.096,9 11.550,7 14.031,714. Kalimantan Barat 175,5 195,5 1.677,8 6.036,7 7.322,015. Kalimantan Tengah 110,7 130,7 413,3 1.530,7 1.930,916. Kalimantan Selatan 67,4 109,4 418,4 3.225,7 3.869,817. Kalimantan Timur 103,5 123,5 391,7 1.501,7 1.829,618. Sulawesi Utara 113,0 134,2 457,8 1.767,3 2.282,719. Sulawesi Tengah 87,0 107,0 461,6 1.733,0 2.101,820. Sulawesi Selatan 115,8 184,7 558,4 1.913,0 2.409,121. Sulawesi Tenggara 39,1 59,2 212,4 1.032,5 1.293,322. Bali 55,8 84,0 252,9 948,3 1.153,223. Nusa Tenggara 55,3 78,4 261,5 1.009,3 1.018,124. Nusa Tenggara 145,5 165,5 644,8 2.570,5 2.871,525. Maluku 102,0 122,0 610,0 2.376,5 2.710,826. Irian Jaya - 83,2 378,0 1.418,5 1.691,827. Timor Timur - - 246,1 2.262,0 2375,5

Pusat 2) 152,2 - - - 138,7

Jumlah 4.600,0 5.700,0 23.954,4 91.611,0 112.000,0

I) Inpres Bantuan Pembangunan Desa lahir tahun 1969)70 2) Kegiatan Penunjang atau bantuan khusus

IX/109

Page 115:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 18PERKEMBANGAN HASIL LATIHAN

PEMBANGUNAN DESA TERPADU (LPDT)1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(juta rupiah)

Akhir Repelita VI

No.Daerah Tingkat I/

Propinsi 1992/93Repelita

V1993/94

1994/95 1995/96 1) 1996/97 2)

1997/98 3)

1. D.I. Arch 889 710 11.375 22.296 28.965 5.4002. Sumatera Utara 1.215 1.215 6.820 24.000 24.000 4.7953. Sumatera Barat 379 515 3.500 13.778 13.778 1.7684. Riau 561 390 2.300 9.035 15.704 1.0655. Jambi 520 270 1.375 6.735 6.735 1.0266. Sumatera Selatan 505 505 3.575 12.229 20.644 2.4807. Bengkulu 174 155 1.640 6.885 13.415 1.0568. Lampung 385 385 3.225 13.020 13.020 1.8169. DKI Jakarta 55 3.259 3.259 5

10. Jawa Barat 23.852 2.630 7.800 81.072 89.018 6.70111. Jawa Tengah 11.883 2.660 12.195 63.078 64.628 7.88112. D.I. Yogyakarta 125 365 555 7.048 7.048 39813. Jawa Timur 3.935 3.035 9.845 57.714 142.453 7.74814. Bali 255 255 490 6.944 6.944 575

Kawasan Barat Indonesia

44.678 13.090 64.750 327.093 449.611 42.714

15. Kalimantan Barat 540 540 2.625 11.127 22.493 1.33016. Kalimantan Tengah 410 410 3.480 9.914 19.405 1.08817. Kalimantan Selatan 545 545 2.840 11.116 22.482 2.10118. Kalimantan Timur 365 365 2.525 8.339 8.339 1.07519. Sulawesi Utara 425 425 1.805 8.297 8.297 1.19920. Sulawesi Tengah 310 310 3.005 8.767 17.272 1.27321. Sulawesi Selatan 925 925 3.275 19.175 19.175 2.17222. Sulawesi Tenggara 320 320 1.635 7.313 7313 168123. Nusa Tenggara Barat 295 295 625 6.823 6.823 56324. Nusa Tenggara Timur 590 570 2.340 11.022 23.201 1.76725. Maluku 280 280 4.060 8.477 8.477 1.46826. Irian Jaya 585 585 8.640 16.118 16.118 2.34627. Timor Timur 305 310 1.560 6.579 13.688 422

Kawasan Timur Indonesia

5.895 5.880 38.415 133.067 193.083 17.885

Jumlah 50.573 18.970 103.165 460.160 642.694 60.599

1) Angka Diperbaiki2) Angka Sementara. Merupakan kumulatif sampai dengan 1996/973) Angka Sementara. Pada Tahun Anggaran 1997/98 pelatihan LPDT namanya diganti

menjadi P3MD yang dilaksanakan di setiap kabupaten dengan peserta dari tingkat desa masing-masing berjumlah 5 orang

IX/110

Page 116:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX—18APERKEMBANGAN HASIL LATIHAN

PEMBANGUNAN DESA TERPADU (LPDT)1980/81 — 1993/94

(orang)

AkhirRepelita V

No. Daerah Tingkat I/Propinsi 1989/90 1) 1993/94

1. D.I. Aceh 1390 7102. Sumatera Utara 2.090 1.2153. Sumatera Barat 1.020 5154. Riau 780 3905. Jambi 390 2706. Sumatera Selatan 960 5057. Bengkulu 260 1558. Lampung 770 3859. DKI Jakarta 300

10. Jawa Barat 4.530 2.63011. Jawa Tengah 5.020 2.66012. D.I. Yogyakarta 730 36513. Jawa Timur 5.790 3.03514. Kalimantan Barat 1.080 54015. Kalimantan Tengah 820 41016. Kalimantan Selatan 1.090 54517. Kalimantan Timur 710 36518. Sulawesi Utara 830 42519. Sulawesi Tengah 620 31020. Sulawesi Selatan 1.770 92521. Sulawesi Tenggara 640 32022. Bali 510 25523. Nusa Tenggara Barat 590 29524. Nusa Tenggara Timur 980 57025. Maluku 560 28026. Irian Jaya 1.170 58527. Timor Timer 610 310

Jumlah 36.010 18.970

1) LPDT dimulai sejak tahun 1980/81 (tahun kedua Repelita III)

IX/111

Page 117:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 19PERKEMBANGAN JUMLAH DESA

DALAM KEGIATAN PEMUGARAN PERUMAHANDAN LINGKUNGAN DESA TERPADU (P2LDT)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(delta)

Akhir Repelita VINo. Daerah Tingkat I/ Repelita V

Propinsi 1992/93 1993/94 1994/95.1) 1995/96 2) 1996/97 1997/98 3)

1. D.I. Aceh 250 216 141 301 165 712. Sumatera Utara 191 271 106 1.492 47 1103. Sumatera Barat 140 168 103 208 178 184. Riau 120 114 46 102 — 54,5. Jambi 111. 182 38 52 68 656. Sumatera Selatan 121 259 81 204 124 907. Bengkulu 102 127 80 148 60 298. Lampung 145 124 76 138 1.400 779. DKI Jakarta 4) — — — — — —

10. Jawa Barat 430 185 593 269 185 17011. Jawa Tengah 428 208 355 220 168 21512. DI Yogyakarta 43 98 67 64 60 7513. Jawa Timur 430 215 1.997 2.267 2.464 23914. Bali 76 93 101 91 38 77

Kawasan Barat Indonesia

2.587 2.260 3.784 5.556 4.957 1.290

1S. Kalimantan Barat 94 133 175 299 56 20616. Kalimantan Tengah 92 131 135 190 39 4117. Kalimantan Selatan 134 134 87 87 — 38I& Kalimantan Timur 96 132 65 92 55 43

19. Sulawesi Utara 111 118 142 255 32 4120. Sulawesi Tengah 115 118 83 210 5 3821. Sulawesi Selatan 154 128 134 89 5 1122. Sulawesi Tenggara 105 108 53 37 10 723. Nusa Tenggara Barat 108 '105 39 83 9 3124. Nusa Tenggara Timor 148 102 67 81 60 525. Maluku 93 66 98 249 220 8926. Irian Jaya 93 37 107 372 45 13127. Timor Timur 70 59 42 218 5 2

Kawasan Timor Indonesia

1.413 1.371 1.227 2.262 541 683

Jumlah 4.000 3.631 5.011 7.818 5.498 1.973

1) Angka diperbaiki (termasuk yang dibiayai melalui APED I dan APBD II).2) Angka diperbaiki (termasuk yang dibiayai melalui APBD I dan APBD II).3) Angka sementara sampai dengan Desember 1997.4) Tidak mendapat alokasi bantuan

IX/112

Page 118:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX — 19.APERKEMBANGAN JUMLAH DESA

DALAM KEGIATAN PEMUGARAN PERUMAHANDAN LINGKUNGAN DESA TERPADU (P2LDT)

1988/89 — 1993/94(desa)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi 1988/891)

AkhirRepelita V

1993/94

1. D.I. Aceh 93 2162. Sumatera Utara 133 2713. Sumatera Barat 112 1684. Riau 38 1145. Jambi 52 1826. Sumatera Selatan 89 2597. Bengkulu 53 1278. Lampung 130 1249. DKI Jakarta — —

10. Jawa Barat 407 18511. Jawa Tengah 408 20812. DI Yogyakarta 9 9813. Jawa Timur 408 21514. Kalimantan Barat 53 13315. Kalimantan Tengah 30 13116. Kalimantan Selatan 93 13417. Kalimantan Timur 28 13218. Sulawesi Utara 93 11819. Sulawesi Tengah 51 11820. Sulawesi Selatan 94 12821. Sulawesi Tenggara 31 10822. Bali 9 9323. Nusa Tenggara Barat 42 10524. Nusa Tenggara Timur 30 10225. Maluku 29 6626. Irian Jaya 15 3727. Timor Timur 10 59

Jumlah 2.540 3.631

1) P2LDT barn mulai dilaksanakan pada tahun 1988/89 sampai dengan akhir tahun Repelita V telah dipugar 15 rumah per lokasi P2LDT

IX/113

Page 119:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 20REKAPITULASI ALOKASI DANA BANTUAN PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL, 1)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(Juta Rupiah)

1) Program IDT dimulai pada tahun 1994/952) BOP = Bantuan Operasional Pemantauan3) BOP = BOP daerah dialihkan melalui Inpres Dati I untuk Propinsi, Inpres Dati II untuk BOP Kab & Kec, dan Inpres Desa untuk BOP Desa4) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/114

Page 120:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 21PERKEMBANGAN JUMLAH PENERIMA PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL, 1)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Data Kumulatif 1994/95 s/d 1996/97 4) Desa tertinggal kategori parah2) Program IDT dimulai pada Tahun Anggaran 1994/95 dengan pembinaan khusus selama tiga tahun3) Angka Sementara 5) Mulai 1995/96 ditambah desa di wilayah terpencil

IX/115

Page 121:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

Lanjutan Tabel IX - 21

1) Data Kumulatif 1994/95 s/d 1996/97 4) Desa tertinggal kategori parah2) Program IDT dimulai pada Tahun Anggaran 1994/95 dengan pembinaan khusus selama tiga tahun3) Angka Sementara 5) Mulai 1995/96 ditambah desa di wilayah terpencil

IX/115.a

Page 122:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 22PERKEMBANGAN JUMLAH PENDAMPING PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL, 1)

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98 2)

1) Angka Kumulatif2) Program IDT dimulai awal Repelita VI (1994/95) dan telah berlangsung selama tiga tahun3) Angka Sementara sampai dengan Desember 1997

IX/116

Page 123:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 23PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN PRASARANA PENDUKUNG DESA TERTINGGAL 1)

1995/96 – 1997/98

1) Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) mulai diberikan pada tahun 1995/962) Angka Sementara. sampai dengan Desember 19973) DKI Jakarta tidak mendapatkan bantuan4) Bali mulai mendapat bantuan P3DT tahun 1997/98

IX/117

Page 124:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 24HASIL FISIK PEMBANGUNAN PRASARANA PENDUKUNG DESA TERTINGGAL 1)

1995/96 – 1997/98

1) Bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) mulai diberikan pada tahun 1995/962) Angka Diperbaiki (per Desember 1997)3) Angka Sementara. sampai dengan Desember 19974) DKI Jakarta tidak mendapatkan bantuan5) Bali mulai mendapat bantuan P3DT tahun 1997/98

Page 125:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

IX/118

Page 126:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 25PEMBANGUNAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/119

Page 127:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 26PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/120

Page 128:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 26.APEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

1) Angka kumulatif dalam setiap Repelita

IX/121

Page 129:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 27PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(ha)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) LP : Lahan Pekarangan3) LU I : Lahan Usaha I

IX/122

Page 130:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 27.APEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(ha)

1) Angka Kumulatif setiap Repelita2) LP : Lahan Pekarangan3) LU I : Lahan Usaha I

IX/123

Page 131:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 28PEMBANGUNAN RUMAH TRANSMIGRAN DAN JAMBAN KELUARGA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(buah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/124

Page 132:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 28.APEMBANGUNAN RUMAH TRANSMIGRAN DAN JAMBAN KELUARGA 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(buah)

1) Angka Kumulatif setiap Repelita

IX/125

Page 133:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 29PEMBANGUNAN PUSKESMAS PEMBANTU DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(buah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/126

Page 134:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 29.APEMBANGUNAN PUSKESMAS PEMBANTU DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89 (buah)

1) Angka Kumulatif setiap Repelita

IX/127

Page 135:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 30PEMBANGUNAN RUMAH IBADAH DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(buah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/128

Page 136:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 30.APEMBANGUNAN RUMAH IBADAH DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89 (buah)

1) Angka Kumulatif setiap Repelita

IX/129

Page 137:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 31PEMBANGUNAN GUDANG DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(buah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/130

Page 138:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 31.APEMBANGUNAN GUDANG DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(buah)

1) Angka Kumulatif setiap Repelita

IX/131

Page 139:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 32PEMBANGUNAN RUMAH PETUGAS DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(buah)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/132

Page 140:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 32.APEMBANGUNAN RUMAH PETUGAS DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(buah)

1) Angka Kumulatif dalam setiap Repelita

IX/133

Page 141:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 33PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(ha)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) LP = Lahan Pekarangan3) LU = Lahan Usaha

IX/134

Page 142:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 33.APELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(ha)

1) Angka KUMULATIF UNTUK MASING-MASING rEPELITA2) LP = Lahan Pekarangan3) LU = Lahan Usaha

IX/135

Page 143:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 34JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIK DI DAERAH ASAL

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(orang)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) P = Bidang Pertanian3) NP = Bidang Non-Pertanian4) PDU = Pelatihan Dasar Umum5) PDT = Pelatihan Dasar Teknis6) OB = Orientasi Bertransmigrasi

IX/136

Page 144:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 34.AJUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIK DI DAERAH ASAL 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(orang)

1) Angka kumulatif untuk setiap Repelita2) LP = Lahan Pekarangan3) LU = Lahan Usaha

IX/137

Page 145:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 35JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(KK)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

IX/138

Page 146:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 35.AJUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA 1)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(KK)

1) Angka kumulatif untuk masing-masing Repelita

IX/139

Page 147:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 36JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(KK)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) APPDT = Alokasi Pemukiman Penduduk Daerah Transmigrasi, untuk pemukiman

kembali termasuk transmigrasi lokal di Lampung3) TSM = Transmigrasi swakarsa mandiri, dilaksanakan mulai Repelita VI

IX/140

Page 148:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX – 36.AJUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(KK)

1) APPDT = Alokasi Pemukiman Penduduk Daerah Transmigrasi, untuk pemukimankembali termasuk transmigrasi lokal di Lampung

2) Penataan lokasi untuk menampung transmigrasi swakarsa merupakan awal berdirinya TSM3) Belum termasuk transmigran swakarsa

IX/141

Page 149:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 37JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(KK)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) TU = Transmigrasi Umum3) TSB = Transmigrasi Swakarsa Berbantuan4) TSM = Transmigrasi Swakarsa Mandiri

IX/142

Page 150:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 38JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(KK)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) TL = Transmigrasi Lama3) TB = Transmigrasi Baru

IX/143

Page 151:  · Web viewRepelita VI ditingkatkan antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada 26 Daerah Tingkat

TABEL IX - 39JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK DI DAERAH PENERIMA

1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98(KK)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) P = Pelatihan Bidang Pertanian3) NP = Pelatihan Bidang Non Pertanian4) TK = Temu Karya

IX/144