· web viewpusat studi lingkungan telah terbentuk di medan, padang, palembang, jakarta, bogor,...

70
PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP II/1

Upload: tranbao

Post on 04-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DANLINGKUNGAN HIDUP

II/1

Page 2:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat
Page 3:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

A. PENDAHULUAN

Di waktu yang lalu kerusakan sumber alam dan kemerosotan lingkungan hidup telah merupakan masalah. Di masa mendatang bahaya kerusakan dan kemerosotan lingkungan hidup itu tetap akan ada. Dalam rangka usaha mencegah kerusakan sumber alam dan mencegah kemerosotan lingkungan hidup itu maka dalam Re-pelita III dipersiapkan program-program di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup.

Pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup bertujuan, pertama, menjaga kelestarian produktivitas sumber alam yang meliputi tanah, hutan, air serta lautan; dan kedua, menang-gulangi kemerosotan lingkungan hidup. Dalam usaha mencapai tujuan itu maka dilaksanakan kegiatan-kegiatan pengawetan tanah dan air di areal produksi pertanian, reklamasi tanah kritis, pencegahan perupakan pesisir dan pencegahan pertisakan hutan. Agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilaksanakan de- ngan hasil-guna yang setinggi-tingginya, maka baik dalam merencanakannya maupun dalam melaksanakannya perlu diperhi-tungkan bahwa kegiatan kegiatan tersebut merupakan bagian integral dari pembangunan masyarakat yang menyeluruh. Dalam hubungan ini, di samping memperhitungkan masalah-masalah fiaik teknis dan ekonomi dalam merencanakan dan melaksana- kan kegiatan tersebut diperhitungkan pula masalah-masalah sosial budaya yang ada dan yang mungkin timbul.

Kegiatan-kegiatan pengawetan tanah dan air dan lain-lain- nya yang disebutkan di atas, terutama dimaksudkan untuk me-ningkatkan pendapatan petani dan nelayan miskin di daerah-daerah kritis dengan jalan meningkatkan produktivitas tanah garapan dan perairan yang merupakan sumber mata pencaharian mereka. Di samping itu usaha-usaha tersebut juga dimaksudkan untuk mengamankan tempat-tempat pemukiman dan bangunan-ba-ngunan serta jaringan-jaringan prasarana yang telah dibangun terhadap bahaya banjir, kekeringan dan pelumpuran. Selanjut- nya usaha-usaha tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan perairan agar semakin mampu mendukung usaha-usaha pembangunan selanjutnya.

Pembangunan di bidang Pengelolaan Sumber Alam dan Ling-kungan Hidup dalam Repelita III memberikan prioritas utama

II/3

BAB II

Page 4:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

kepada tiga program yang meliputi : (1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air;

(2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup; dan

(3) Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika.

Pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup perlu ditun- jang dengan perangkat hukum yang memadai serta aparatur pe-ngelolaan sumber alam dan lingkungan hidup yang mantap, agar kegiatan-kegiatannya mempunyai landasan hukum yang mantap dan berhasil-guna. Dalam hubungan itu, pada tahun ini telah di-keluarkan Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

B. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air meliputi ke-giatan-kegiatan yang terutama bertujuan mengamankan daerah produksi pertanian, daerah pemukiman yang padat dan jaringan sarana dan prasarana terhadap bencana banjir. Di samping itu program ini juga mencakup kegiatan-kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program itu adalah penghijauan, reboisasi, pengendalian dan pengamanan sungai, pengembangan wilayah dan penanggulangan bencana alam.

Kegiatan penghijauan meliputi penanaman tanaman tahunan, pembuatan teras, pembuatan bendung penangkal erosi atau dam pengendali erosi dan sebagainya, yang seluruhnya bertujuan untuk mencegah kemerosotan produktivitas tanah dan air dan dilakukan di areal yang bukan kawasan hutan negara. Sedangkan reboisasi merupakan kegiatan penanaman tanaman tahunan di areal kawasan hutan negara dengan tujuan yang sama dengan tujuan penghijauan.

Sejak akhir Repelita II kegiatan penghijauan dan reboi- sasi semakin meningkat. Peningkatan kedua kegiatan tersebut antara lain merupakan hasil dari semakin ditingkatkannya pengadaan tenaga tehnis yang disertai dengan latihan-latihan yang diperlukan untuk menambah ketrampilan mereka.

Secara kualitatip kegiatan fisik penghijauan dan reboi- sasi terus meningkat. Peningkatan kualitatip itu terlihat dari adanya penambahan berbagai jenis kegiatan, terutama

Page 5:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

I I /4

Page 6:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

dalam penghijauan, misalnya pembuatan check dam atau dam pe-ngendali, pembuatan petak percontohan atau demonstration plot usaha tani pelestarian sumber alam dan pembuatan saluran pem-buangan air. Selain itu sejak tahun 1978/79 di daerah yang penduduknya jarang, padahal mempunyai areal alang-alang yang luas dan sering terjadi kebakaran, seperti propinsi-propinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat, dalam rangka penghijauan telah dilaksanakan pembuatan tanaman dengan sistem jalur penyekat guna mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kebakaran.

Kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai secara umum mencakup kegiatan pengaturan, perbaikan dan pengamanan sungai. Kegiatan-kegiatan itu dimaksudkan untuk mengendalikan banjir, mengembangkan wilayah dan mengurangi terjadinya ben- cana alam serta mengusahakan penanggulangannya. Pengaturan sungai terutama meliputi penggalian untuk meniadakan hambatan yang terdapat di sungai, pelurusan aliran, sudetan, perlin-dungan dan perkuatan tebing, pembuatan bendungan sungai, pem-buatan tanggul, pembuatan saluran banjir dan pembuatan pintu- pintu banjir.

2. Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Program ini meliputi kegiatan-kegiatan pemetaan dasar, inventarisasi dan evaluasi sumber alam, pelestarian alam dan lingkungan hidup, pengembangan sumber daya dan penanggulangan pencemaran air serta pengkajian dan penanganan masalah ling-kungan hidup.

Salah satu sarana utama untuk dapat melaksanakan inven-tarisasi dan evaluasi sumber alam yang cepat dan tepat ada- lah peta dasar. Peta dasar merupakan sarana kerja utama dalam pemanfaatan sumber alam. Di samping itu peta dasar juga me-rupakan kerangka referensi untuk penyusunan atlas sumber daya nasional. Atlas yang disusun atas dasar peta dasar itu dapat memberikan gambaran mengenai kekayaan alam nasional. Meng- ingat pentingnya peranan peta dasar, yang pada gilirannya me- rupakan referensi yang dapat memberikan gambaran mengenai kekayaan alam nasional, maka survei geodesi sebagai kegiatan dasar pemetaan terus ditingkatkan.

Supaya dapat dimanfaatkan sumber alam yang ada sesuai de- ngan asas kelestarian maka perlu adanya informasi yang mema- dai mengenai potensi sumber alam yang ada. Disamping itu juga perlu dapat dikembangkan pola pemanfaatan sumber alam dan lingkungan hidup yang dapat memberikan hasil yang optimal,

II/5

Page 7:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

disesuaikan dengan kemampuan untuk memulihkan sumber alam yang bersangkutan.

Dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan yang memadai dan untuk dapat mengembangkan pola pemanfaatan yang sesuai dengan kemampuan untuk memulihkan sumber alam tersebut maka telah dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber-sum- ber alam yang ada. Di samping itu diusahakan juga pengembang- an areal untuk perlindungan lingkungan dan pelestarian sumber daya serta pengkajian cara dan pola perlakuan pengelolaan dan pemanfaatan sumber alam yang sesuai dengan asas kelestarian.

Agar usaha inventarisasi dan evaluasi sumber alam dapat berjalan dengan lancar, cepat dan berhasil guna maka dilak-sanakan kegiatan-kegiatan yang antara lain meliputi : a. pemadatan jaring kontrol horizontal dan vertikal;b. penyelenggaraan sistem informasi topografi; c. penunjangan terhadap studi masalah gempa; d. penyelenggaraan sistem informasi dan dokumentasi potret

dan peta;e. perencanaan dan penyelenggaraan penyediaan sarana dan analisa citra penginderaan jauh, termasuk potret udara;f. penunjangan terhadap usaha monitoring tataguna tanah, hama, identifikasi dan inventarisasi vegetasi; dang. penyelenggaraan sistem informasi sumber daya alam dan li ngkungan hidup.

Salah satu sumber alam daratan yang besar dan dapat pulih adalah hutan. Untuk membina kelestarian hutan dilaksanakan berbagai upaya.

Dalam rangka pengelolaan hutan, pengukuhan hutan oleh instansi yang berwenang mempunyai arti yang sangat penting. Atas dasar pengukuhan itu maka areal yang bersangkutan se-cara resmi memperoleh status hukum. Setelah pengukuhan itu maka dapat dilaksanakan kegiatan penataan batas.

Areal hutan yang telah dikukuhkan statusnya disebut ka-wasan hutan. Suatu kawasan hutan kemudian dapat ditunjuk se-bagai hutan produksi, hutan lindung/produksi dan hutan untuk tujuan perlindungan dan pengawetan alam.

Hutan produksi yang luasnya 66% dari luas seluruh hutan yang ditunjuk sebagai kawasan hutan diandalkan untuk menjadi sumber penghasilan bangsa. Dalam memenuhi fungsi tersebut dan dengan mengingat kedudukannya sebagai sumber alam yang dapat pulih, maka perlu dilaksanakan pembinaan kelestariannya me-lalui pengaturan pengusahaan yang berdasarkan atas asas ke-

II/6

Page 8:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

lestarian. Pola pengusahaan ini harus ditaati oleh baik pe-rusahaan milik negara maupun pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) swasta yang melaksanakan pengusahaan tersebut.

Pengaturan pengusahaan tersebut dimulai dengan inventari- sasi hutan, yang meliputi kuantita dan kualita tegakan hutan. Hasil inventarisasi tersebut menjadi dasar jumlah dan kompo- sisi pohon yang diperkenankan ditebang. Pengaturan pengusaha- an yang berlandaskan inventarisasi tersebut harus disertai pula dengan ketetapan mengenai jumlah kayu yang boleh dipa-sarkan dan kewajiban untuk penanaman kembali areal bekas tebangan.

Areal-areal tertentu, selain untuk kepentingan produksi dan perlindungan hidro-orologis, juga ditetapkan sebagai kawasan perlindungan dan pelestarian alam demi pelestarian sumber daya genetis flora dan fauna,ilmu pengetahuan dan ke-budayaan. Penunjukan sesuatu wilayah sebagai kawasan perlin-dungan dan pelestarian alam sejak Repelita II dilaksanakan dengan pendekatan ekosistem. Pendekatan itu diwujudkan dalam bentuk pengembangan sistem taman nasional. Dengan pengembang- an sistem taman nasional tersebut wilayah-wilayah yang di-tunjuk dapat dikembangkan sebagai wilayah wisata alam juga.

Hutan merupakan salah satu sumber alam daratan yang mem-punyai peranan yang aangat menentukan terhadap kelestarian semua jenis sumber alam di lingkungannya. Sifat hutan yang sangat penting ialah : dapat pulih. Sifat itu berarti bahwa manusia dapat menjaga kelestariannya.

Sumber alam lain yang juga mempunyai peranan yang menen-tukan terhadap kehidupan manusia ialah air. Bagi kehidupan manusia air permukaan merupakan sumber air yang terbesar ar-tinya. Dengan demikian pengelolaan air permukaan mendapat perhatian utama. Suatu daerah aliran sungai atau DAS merupa- kan satuan lingkungan fisik yang paling tepat untuk perenca- naan pengembangan sumber daya air.Demikianlah maka pengelola- an air permukaan dilaksanakan dalam satuan aliran sungai.

Masalah penggunaan air permukaan dari sungai meliputi ma- salah debit, kualita dan penggunaan. Masalah kualita me-nyangkut masalah pencemaran. Umumnya bagian masyarakat ter-banyak dalam suatu daerah aliran sungai adalah para pemakai air di bagian hilir daerah ali ran sungai. Karena itu maka ma- salah pencemaran air, terutama di bagian hilir suatu DAS, sa- ngat dirasakan pengaruhnya oleh sebagian besar masyarakat. Ini antara lain disebabkan oleh kenyataan bahwa air minum

II /7

Page 9:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

masyarakat di banyak kota dan desa berasal dari air sungai.

Dalam rangka usaha mengatasi masalah pencemaran tersebut maka telah dilaksanakan berbagai penelitian mengenai berbagai kasus pencemaran air sungai. Misalnya, penelitian-penelitian di Kali Garang, Semarang, Kali Surabaya, Kali Madiun dan anak-anak sungainya, Sungai Kapuas, sungai-sungai di Jakarta dan Denpasar; penelitian mengenai cara penanggulangan buangan industri di perairan sungai; penelitian mengenai pengaruh penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian terhadap kuali- ta air sungai; dan penelitian mengenai pengaruh pencemaran air terhadap kehidupan biota air.

Selain air permukaan yang terdapat di daratan, sumber air lainnya yang juga menjadi tumpuan kehidupan manusia adalah perairan pantai lautan.

Sejalan dengan meningkatnya volume kegiatan yang ber-kaitan dengan perairan darat atau laut, muncul pula masalah terkotorinya perairan sungai dan laut oleh berbagai penyebab polusi. Penyebab pengotoran tersebut yang cukup potensial adalah bahan buangan industri, limbah rumah tangga, pertani- an, industri, minyak dan bahan bakar lainnya.

Adanya pembangunan yang pesat di berbagai daerah memer-lukan dilaksanakannya langkah-langkah yang cermat untuk menjaga dan mempertahankan mutu lingkungan hidup. Dengan demikian kesehatan masyarakat dan kelestarian kehidupan dan kelangsungan pembangunan di masa depan tetap akan dapat terjamin.

Mengingat hal-hal di atas maka untuk menghindarkan adanya hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari telah dilaku- kan juga penelitian mengenai mutu lingkungan hidup di ber-bagai wilayah, baik wilayah perkotaan maupun wilayah pedesa- an, wilayah pedalaman maupun wilayah pantai. Selanjutnya telah dilakukan pula uaaha pencemahan pencemaran industri dalam industri tekstil, industri minyak dan gas, industri semen, industri pertambangan dan lain lain. Pengendalian penggunaan pestisidapun juga telah ditingkatkan. Di samping tindakan-tindakan itu telah dilakukan juga analisa dampak lingkungan, atau ANDAL, yang bertujuan untuk memahami pengaruh dari sesuatu kegiatan pembangunan terhadap lingkungan- nya. Baik pengaruhnya yang bersifat fisik, kimiawi, biologis maupun sosial,,budaya. Dengan penerapan ANDAL diharapkan pencemaran lingkungan oleh sesuatu kegiatan pembangunan dalam

II/8

Page 10:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

suatu sektor akan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga dapat diatasi secepat mungkin.

Berbagai kegiatan telah dilakukan guna meningkatkan ke-sadaran masyarakat mengenai cara-cara menanggulangi pencemar- an lingkungan, misalnya ceramah, percontohan dan pendidikan. Kegiatan-kegiatan itu antara lain diselenggarakan melalui or-ganisasi pramuka, organisasi pemuda pecinta alam, pemuda mesjid, pesantren, organisasi wanita, dan organisasi para pengusaha.

3. Meteorologi dan GeofisikaPembangunan meteorologi dan geofisika bertujuan mengem-

bangkan jasa, baik dalam arti mutunya maupun ragamnya, demi kepentingan para pemakai jasa di sektor-sektor lain.

Pembangunan meteorologi dan geofisika diarahkan pada pe-ningkatan jaringan pengamatan, peningkatan jumlah dan kemam- puan petugas, pengembangan pusat pengolahan data serta pe-ngembangan jaringan data dan informasi.

Dalam rangka usaha meningkatkan daya hasil pelayanan itu telah diadakan kerjasama dengan instansi-instansi lain, misalnya dengan PLN dalam pembangunan PLTU Suralaya, dengan PN Tambang Timah Bangka/Beliton dalam kegiatan penambangan timah lepas pantai, dan dengan Pemerintah DKI Jakarta dalam menghadapi pencemaran udara, dan lain sebagainya.

C. HASIL-HASIL KEBIJAKSANAAN YANG TELAH DICAPAI

Sebagaimana telah disebutkan di atas,dalam usaha Pengelo-laan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup telah dilaksanakan 3 program utama. Ketiga program tersebut masing-masing adalah :

1.Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air;2.Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup; dan 3.Pengembangan Meteorologi dan Geofisika.

Di bawah ini disajikan uraian mengenai hasil-hasil pelak-sanaan program tersebut sejak permulaan Repelita III.

l.Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Dalam rangka pelaksanaan program ini telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan penghijauan, reboisasi serta pengaturan dan pengamanan sungai.

II/9

Page 11:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

1.1. Penghijauan

Dalam tahun 1978/79 penghijauan dilaksanakan di 19 pro- pinsi, yang meliputi 33 daerah aliran sungai (DAS), 143 kabu-paten dan 1.001 kecamatan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas kegiatan penghi-jauan dalam tahun 1978/79 telah ditambah dengan satu jenis kegiatan baru, yaitu pembuatan 'check dam',yang diperlukan dalam rangka usaha pengawetan tanah, penampungan lumpur dan penampungan air pada musim hujan. Di samping itu, tahun itu juga dilaksanakan kegiatan pembuatan tanaman dengan sistem jalur penyekat di areal alang-alang. Sistem ini telah dite-rapkan dalam reboisasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Sela- tan dan Kalimantan Barat.

Dalam tahun 1979/80 kegiatan penghijauan dilaksanakan di 20 propinsi dan meliputi 34 DAS, 145 kabupaten dan 1.099 kecamatan. Check dam yang dibangun dalam tahun itu berjumlah 37 buah.

Dalam tahun 1980/81 penghijauan dilaksanakan di 21 pro-pinsi dan meliputi 35 DAS, 158 kabupaten dan 1.178 kecamatan. Realisasi penghijauan dalam tahun 1980/81 mencapai 75%. Ke-giatan pada tahun itu lebih dititik beratkan pada pembuatan check dam, petak percontohan (demplot), hutan rakyat dan pem- buatan saluran pembuangan air (SPA) yang manfaatnya semuanya diharapkan dapat lebih cepat dirasakan. Check dam yang di-bangun dalam tahun itu berjumlah 238 buah. Jenis kegiatan baru yang mulai dilaksanakan dalam tahun itu adalah pembuatan petak percontohan sejumlah 198 unit dengan luaa tiap unit 10 - 20 ha.

Kegiatan penghijauan dalam tahun 1981/82 dilaksanakan di 21 propinsi dan meliputi 35 DAS, 161 kabupaten dan 1.220 ke-camatan. Dalam tahun itu telah dilaksanakan pembangunan 422 buah check dam, pembuatan 501 unit petak percontohan dan pem- buatan hutan rakyat seluas 69.700 ha.

Secara keseluruhan penghijauan yang telah direalisasikan selama tahun-tahun 1978/79 - 1981/82, sebagai tampak dalam Tabel II-1 meliputi areal seluas 596,55 ribu ha; 573,40 ribu ha; 508,61 ribu ha dan 198,29 ribu ha.

Adanya petugas-petugas lapangan yang terampil dan berde-dikasi dalam jumlah yang memadai akan sangat menentukan ber- hasil atau tidaknya usaha penghijauan. Demikianlah maka sejak

II/ 10

Page 12:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

tahun pertama dimulainya kegiatan penghijauan selalu diusaha- kan agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.Sejak tahun per-tama telah diselenggarakan latihan-latihan, baik di bidang penanaman, bidang pembibitan maupun dalam bidang pengawetan tanah.

Sampai dengan tahun 1981/82 jumlah Petugas Lapangan Peng-hijauan (PLP) mencapai 4.802 orang dan Petugas Khusus Penghi-jauan (PKP) berjumlah 164 orang.

Perincian hasil-hasil kegiatan yang telah diuraikan di- atas per propinsi dapat dilihat pada Tabel II-1 dan Grafik II-1, Tabel 11-2 dan Grafik 11-2 Tabel 11-3 dan Tabel 11-4.

1.2. Reboisasi

Dalam tahun 1978/79 kegiatan reboisasi dilaksanakan di 19 propinai, tersebar di 89 KPH dan meliputi 35 DAS. Realisasi- nya umumnya berkisar antara 60% - 100% dari rencana, tetapi di Daerah Istimewa Aceh, Riau dan Kalimantan Selatan lebih rendah.

Kegiatan reboisasi dalam tahun 1979/80 dilaksanakan di 20 propinsi. Realisasinya di setiap propinsi umumnya moncapai di atas 60% dari rencana, tetapi di propinsi-propinsi Riau, Jambi, Hengkulu, Lampung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan mencapai kurang dari itu.

Dalam tahun 1980/81 reboisasi direncanakan di 20 propinsi juga. Realisasinya nampaknya lambat. Bahkan rencana reboisasi di Jambi untuk tahun itu dibatalkan.

Kegiatan reboisasi dalam tahun 1981/82 dilaksanakan di 20 propinsi, tersebar di 75 KPH dan 30 DAS. Angka-angka laporan sementara menunjukkan bahwa realisasinya sampai 31 Maret 1982 mencapai sekitar 40 % dari rencana.

Perincian mengenai realisasi reboisasi menurut propinsi dapat diikuti dari Tabel 11-6 dan Grafik 11-3.

Untuk menanggulangi bahaya kebakaran yang kadang-kadang juga mengganggu kawasan yang baru direboisasikan dalam tahun- tahun terakhir ini pembuatan ilaran api telah diperluas. Pe-ngamanan hasil reboisasi setelah 3 tahun sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

II/11

Page 13:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 1

HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1978/79 - 1981/82 . (luas areal dalam ha)

No. Daerah Tingkat I/Propinai 1978/791) 1979/801) 1980/811) 1981/822)

1. DI Aceh - - 03) 0

2. Sumatera Utara 24.525 57.964 22.492 11.0323. Sumatera Barat 20.000 23.550 11.562 2.7424. Riau - 588 0 1.3455. Jambi 622 4.414 4.850 06. Sumatera Selatan 32.849 25.696 7.899 07. Bengkulu 1.980 3.360 2.530 7428. Lampung 4.989 5.300 6.520 1.350 9. Jawa Barat 119.252 63.792 80.795 14.04510. Jawa Tengah 91.999 102.67g g0.489 26.91311. DI Yogyakarta 24.300 11.770 10.g08 22.76712. Jawa Timur 93.934 86.364 80.742 29.22013. Kalimantan Barat 13.756 23.425 5.780 11.89314. Kalimantan Selatan 2.660 5.997 5.080 1.28615. Sulawesi Utara 15.270 19.500 23.480 15.38416. Sulawesi Tengah 10.205 11.720 9.130 017. Sulawesi Selatan 73.712 73.086 68.978 27.829 18. Sulawesi Tenggara 11.859 18.200 20.067 5.65619. Bali 25.617 11.376 9.927 2.91520. Nusa Tenggara Barat 13.900 10.748 27.987 10.14121. Nusa Tenggara Timur 15.120 13.875 19.396 13.025

Jumlah 596.549 573.404 508.612 198.285

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam tahap persiapan

II/12

Page 14:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

GRAFIK II – 1

HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1978/79 – 1981/82

Page 15:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

No. Daerah Tingkat 1/1978/792) 1979/802) 1980/81

Propinsi

1. DI Aceh 6.840 6.840 6.840

2. Sumatera Utara 45.377 96.444 118.8363. Sumatera Barat 9.449 12.184 23.7464. Riau 930 1.518 1.5185. Jambi 616 3.736 8.5866. Sumatera Selatan 26.551 43.750 43.7507. Bengkulu 1.135 4.495 7.0258. Lampung 9.254 12.714 17.6149. Jawa Barat 287.119 329.601 593.812

10. Jawa Tengah 194.886 270.349 356.67511. DI Yogyakarta 21.641 30.376 39.71312. Jawa Timur 137.049 194.004 253.176.13. Kalimantan Barat 9.036 10.961 16.74114. Kalimantan Selatan 2.897 5.384 10.46415. Sulawesi Utara 23.879 39.924 59.78916. Sulawesi Tengah 7.686 10.836 18.20617. Sulawesi Selatan 67.881 96.713 154.39318. Sulawesi Tenggara 7.846 26.046 45.51319. Bali 17.609 24.145 32.70920. Nusa Tenggara Barat 599 4.277 19.50821. Nusa Tenggara Timur 14.309 28.184 40.658

Jumlah : 892.589 1.252.481 1.869.272

1) Angka-angka kumulatif sejak tahun 1969/70 sampai

2)dengan akhir tahun fiskal yang bersangkutan.Angka diperbaiki

II/14

TABEL II – 2PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL PENGHIJAUAN,

1978/79 – 1980/811)(ha)

Page 16:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

GRAFIK II – 2PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL PENGHIJAUAN,

1978/79 1980/81

II/15

Page 17:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 3

PEMBUATAN CHEK DAM*) MENURUT DAERAH TINGKAT I,1978/79 - 1981/82

(buah)

No.Daerah Tingkat I/ 1978/79

Propinsi 1979/80 1980/81 1981/82

1. DI Aceh - - 1 12. Sumatera Utara - - 10 153. Sumatera Barat - - 3 34. Jambi - - - 25. Sumatera Selatan - - 1 116. Bengkulu - - 1 17. Lampung - 10 2 108. Jawa Barat 2 - 47 849. Jawa Tengah 2 9 42 81

10. DI Yogyakarta - - 10 2011. Jawa Timur 2 11 53 8512. Sulawesi Utara - - 4 413. Sulawesi Tengah - - 2 414. Sulawesi Selatan 1 2 25 4015. Sulawesi Tenggara - - 2 816. Bali - - 5 1317. Nusa Tenggara Barat 2 - 20 2418. Nusa Tenggara Timur 1 10 16

Jumlah : 10 37 238 422

*) Sebuah check dam rata-rata setaradengan 250 ha (catchment area)

II/16

Page 18:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 4

PEMBUATAN PETAK PERCONTOHAN/DEMPLOT*) PENGAWETAN TANAH DAN USAHA PERTANIAN MENETAP MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1980/81 DAN 1981/82(Unit)

No. Daerah Tingkat I/ Propinsi 1980/81 1981/82

1. Sumatera Utara 5 212. Riau 4 83. Sumatera Barat 4 124. Jambi 3 105. Sumatera Selatan 22 296. Bengkulu 3 37. Lampung 3 108. Jawa Barat 24 659. Jawa Tengah 42 80 10.DI Yogyakarta 4 18 11.Jawa Timur 26 81 12.Kalimantan Barat 8 41 13.Kalimantan Selatan 4 8 14.Sulawesi Utara 1 24 15.Sulawesi Tengah 2 4 16.Sulawesi Selatan 13 28 17.Sulawesi Tenggara 3 20 18.Bali 5 12 19.Nusa Tenggara Barat 10 12 20.Nusa Tenggara Timur 12 12

Page 19:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

Jumlah : 198 501

Luas I unit demplot pengawetan tanah = 10 haLuas I unit demplot usaha pertanian menetap = 20 ha

II/17

*)

Page 20:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 5

JUMLAH PETUGAS LAPANGAN PENGHIJAUAN (PLP) DAN PETUGASLAPANGAN REBOISASI (PLR)*) MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1978/79 - 1981/82

(orang)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi

1978/79 1979/80 1980/81 1981/82

PLPPLR PLP PLR PLP PLR PLP PLR

1. DI Aceh - 6 - 10 24 12 31 26

2. Sumatera Utara 116 17 222 22 322 35 390 1763. Riau - 2 4 3 16 4 55 64. Sumatera Barat 70 2 114 4 150 8 140 75. Jambi 15 2 31 3 59 4 54 56. Sumatera Selatan 82 10 100 10 149 27 272 737. Bengkulu 10 1 22 1 48 2 34 68. Lampung 30 2 46 4 53 18 84 809. Jawa Harat 552 30 512 44 608 62 634 63

10. Jawa Tengah 519 - 596 - 630 - 642 -

11. DI Yogyakarta 104 2 102 2 116 3 133 312. Jawa Timur 460 - 544 - 587 - 677 -13. Kalimantan Barat 26 1 60 9 92 20 105 3414. Kalimantan Selatan 12 2 12 6 44 13 41 4215. Sulaweai Utara 58 10 100 11 157 23 179 8116. Sulaweai Tengah 46 3 52 3 79 24 85 4017. Sulawesi Selatan 342 10 510 43 598 77 611 20218. Sulawesi Tenggara 44 13 74 13 133 16 155 2319. Bali 129 3 112 3 117 3 146 520. Nusa Tenggara Barat 59 4 111 5 182 16 148 4721. Nusa Tenggara Timur 54 3 83 6 138 10 186 98

Jumlah 2.728 123 3.407 202 4.302 377 4.802 1.017

*) Hanya terdiri dari petugas lapangan pengadaan bibit reboisasi

II/18

Page 21:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

Seperti juga dalam penghijauan, maka untuk reboisasipun diperlukan petugaa lapangan yang trampil dan berdedikasi. Petugas lapangan pengadaan bibit sampai dengan tahun 1981/82 berjumlah 1.017 orang. Kegiatan lainnya dilaksanakan oleh petugas-petugas Pemerintah Daerah.

Kegiatan rehabilitasi dan reboisasi di areal pengusahaan hutan belum mencapai laju perkembangan yang seimbang dengan laju penurunan sumber daya hutan akibat eksploitasi. Reha-bilitasi areal bekas tebangan serta reboisasi areal tidak produktip di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan mengalami ke-terlambatan karena kesulitan dalam hal benih dan bibit, pe-nguasaan tehnik reboisasi dan pengadaan tenaga trampil yang belum memadai di kalangan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Keadaan tersebut di atas mendorong dikeluarkannya Ke-putusan Presiden No. 35 Tahun 1980 tentang simpanan wajib re-boisasi/rehabilitasi areal HPH.

Sebagaimana hasil kegiatan-kegiatan penghijauan dan re-boisasi tersebut di atas, maka penghijauan dan reboisasi se- jak Repelita I sampai dengan tahun 1981 berkembang seperti yang digambarkan dalam Tabel 11-2 dan 11-7. Perlu dicatat bahwa apa yang disajikan oleh kedua tabel tersebut hanya mencakup hasil hasil penghijauan dan reboisasi yang dilakukan dengan dana APBN.

Penghijauan dan reboisasi yang dilaksanakan sejak per- mulaan Repelita I sampai tahun 1981/82 telah mencapai sekitar 2.683 ribu ha. Sekitar 1.961 ribu ha dari luas itu merupakan pelaksanaan sejak tahun 1976/77.

Dewasa ini di seluruh negara kita masih terdapat tanah kritis, yang tersebar di 21 propinsi dan meliputi 35 DAS. Dari tanah kritis seluas 6,0 juta ha itu sekitar.3,4 juta ha berada di luar kawasan hutan dan sekitar 2,6 juta ha terletak di dalam kawasan hutan.

Dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan penghijauan dan reboisasi banyak menemui hambatan yang mempengaruhi hasil pe-laksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

Dari Tabel II-1 dan Tabel 11-6 tampak bahwa realisasi fisik baik untuk penghijauan maupun reboisasi sejak tahun 1979/80 selalu mengalami penurunan. Bahkan ada beberapa pro-pinsi yang realisasi fiaiknya sangat kecil. Secara garis besar hambatan dan masalah pokok yang tampaknya mempengaruhi

II/19

Page 22:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 6

HASIL PELAKSANAAN USAHA REBOISASI MENURUT DAERAH TINGKAT I,1978/79 - 1981/82

(luas areal dalam ha)

No. Daerah Tingkat I/ 1978/79Propinsi

1979/801) 1980/811) 1981/82

1. DI Aceh 283 1.347 129 5302. Sumatera Utara 24.063 16.g48 17.283 6.3403. Sumatera Barat 2.899 2.500 3.220 1.9804. Riau 615 1.342 1.920 02)5. Jambi 2.000 719 719 706. Sumatera Selatan 25.113 38.185 9.889 07. Bengkulu - 482 325 08. Lampung 6.100 2.800 9.800 11.4009. Jawa Barat 44.479 42.867 45.196,6 29.031

10. DI Yogyakarta 1.102 914 1.000 50011. Kalimantan Barat 23.765 13.200 12.062 10.65012. Kalimantan Selatan 15.160 18.664 4.491 013. Sulaweai Utara 19.800 20.425 18.125 9.43214. Sulaweai Tengah 17.635 10.800 15.000 _3)15. Sulaweai Selatan 25.904 15.584 12.285 8.460 16. Sulaweai Tenggara 14.844 9.523 15.199 6.17617. Bali 5.000 1.458 486 47018. Nusa Tenggara Barat 5.340 2.905 7.400 3.75819. Nusa Tenggara Timur 3.213 5.320 7.355 4.075

Jumlah : 237.315 206.044 181.884,6 92.872

1) Angka diperbaiki2) Dalam tahap peraiapan3) Dalam pelaksanaan

II/20

Page 23:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

GRAFIK II - 1

HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1978/79 - 1981/82

II/21

Page 24:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat
Page 25:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 7

PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL REBOISASI,1978/79 - 1980/81*)

(ha)

No. Daerah Tingkat I/1978/79 1979/80 1980/81

Propinsi

1. DI Aceh 9.227 9.532 9.5322. Sumatera Utara 59.614 71.277 81.5103. Sumatera Barat 10.336 1.219 11.2194. Riau 1.830 1.906 2.9825. Jambi 1.200 1.300 1.3006. Sumatera Selatan 26.003 54.719 54.7197. Bengkulu 592 1.074 1.0748. Lampung 15.809 17.850 27.2599. Jawa Barat 216.648 255.283 297.80510. Jawa Tengah 63.298 63.298 63.29811. DI Yogyakarta 3.517 4.382 5.34512. Jawa Timur 35.698 35.698 35.69813. Kalimantan Barat 11.222 11.222 11.22214. Kalimantan Selatan 5.467 11.228 11.22815. Sulawesi Utara 15.286 27.163 32.48816. Sulawesi Tengah 22.424 28.093 36.34317. Sulawesi Selatan 40.115 49.147 52.62118. Sulawesi Tenggara 24.053 30.485 40.77619. Bali 6.939 8.026 8.51120. Nusa Tenggara Barat 2.045 3.108 9.85321. Nusa Tenggara Timur 8.655 12.792 18.489

Jumlah : 579.978 698.802 813.272

*) Angka-angka kumulatif sejak tahun 1969/70 sampaidengan akhir tahun fiskal yang bersangkutan

II/22

Page 26:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

GRAFIK II - 4

PERKEMBANGAN KEADAAN HASIL REBOISASI ,

1978/79 - 1981/82

Page 27:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

II/23

Page 28:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

tingkat realisasi kegiatan-kegiatan penghijauan dan reboisasi adalah sebagai berikuta. Tenaga perencana yang ada belum mencukupi, baik jumlah

maupun kualifikasinya, sehingga masih dijumpai kekurang- an-kekurangan di bidang perencanaan.

b. Mekanisme perencanaan belum sepenuhnya mencerminkan ke-serasian antara program yang digariskan oleh Pusat dengan keinginan petani/masyarakat, kondisi/situasi wilayah ber-sangkutan dan kemampuan pelaksanaannya.

c. DAS/Sub-DAS sebagai satuan wilayah penanganan rehabilita- si lahan belum dipolakan secara terpadu berdasarkan pola tata guna lahan sesuai dengan kemampuan lahannya.

d. Belum memadainya organisasi penyelenggaraan dan perso- nalia, yaitu antara lain

(1) Belum adanya keserasian antara organisasi penyeleng-garaan penghijauan di tingkat pusat, di tingkat Propinsi, di tingkat Kabupaten, di tingkat Kecamatan dan di tingkat Desa.

(2) Kurangnya keserasian antara pengadaan bibit dan ke- giatan penanaman serta pemeliharaan tanaman.

(3) Kurang efisiennya cara kerja proyek, sehingga gerak operasionalnya lamban.

(4) Peranan desa dalam kegiatan penghijauan pada umumnya belum memadai. Penyelenggaraannya masih memusat pada Pemerintah Tingkat II/proyek yang bersangkutan.

(5) Petugas Khusus Penghijauan (PKP) di daerah tingkat II belum berfungsi sebagaimana mestinya dalam pengendalian proyek di lapangan.

(6) Kedudukan penugasan Petugas Lapangan Penghijauan (PLP) masih belum mantap. PLP masih merangkap sebagai petugas tehnis proyek dan sebagai penyuluh lapangan.

(7) Jumlah dan kualitas Petugas Lapangan Reboisasi (PLR) dan Mandor Tanaman belum mencukupi kebutuhan.

e. Belum terpenuhinya jumlah dan kualitas bibit serta tidak terpenuhinya ketepatan waktu.

f. Pelaksanaan kegiatan belum ditangani secara sungguh-sungguh, yaitu kurang memperhatikan rencana dan rancangan yang telah ditetapkan.

g. Pembuatan percontohan usaha pertanian menetap, dalam rangka pengendalian perladangan berpindah, belum mencapai sasaran yang diharapkan.

h. Pemanfaatan biaya penghijauan dan reboisasi belum dilaku- kan secara efektip dan efisien, sehingga jumlah bantuan di beberapa daerah dirasakan terlalu kecil.

II/24

Page 29:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

i. Proses administrasi proyek menyebabkan tidak tepatnya waktu penyaluran dana dan tidak utuhnya jumlah yang seha-rusnya diterima petani.

j. Pengendalian oleh Team Pembinaan Program Bantuan Tingkat Propinsi pada umumnya belum berjalan sebagaimana mesti- nya. Demikian pula pengendalian terhadap pelaksanaan ke- giatan intern proyek.

k. Partisipasi aktip masyarakat/petani peserta penghijauan masih dirasakan kurang.

1. Pengikut sertaan lembaga-lembaga masyarakat di desa untuk menunjang kegiatan penghijauan, seperti LKMD, sampai saat ini belum dilaksanakan.

1.3. Pengaturan dan Pengamanan Sungai

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam bagian program ini meliputi perbaikan, pengaturan dan pengamanan sungai, pengen-dalian banjir, pengembangan wilayah, pengamanan dan penang-gulangan akibat bencana alam dan penanggulangan akibat letu- san gunung berapi.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas sekaligus merupakan usaha pengembangan pemanfaatan sumber-sumber air di wilayah sungai tertentu guna keperluan berbagai tujuan, yaitu iriga- si, kebutuhan air bersih, tenaga listrik dan sebaginya. Pro- yek-proyek penyelamatan ini mencakup sungai Cimanuk, Waduk Jatigede, Citanduy, Bengawan Solo, Ciliwung, Kali Brantas, Arakundo, Wampu, Sungai Ular dan Bah Bolon. Usaha-usaha yang termasuk dalam program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air se- lama 3 tahun Repelita III mencapai realisasi fisik 480,0 ribu ha.

Berkat dilaksanakannya berbagai kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai luas areal yang dapat diamankan terhadap bahaya banjir setiap tahun selama tahun-tahun 1978/79-1980/81 masing-masing bertambah dengan 65,66 ribu ha, 78,95 ribu ha dan 99,76 ribu ha. Dalam tahun 1981/82 tambahan areal yang dapat diamankan tersebut meliputi 61,91 ribu ha.

Perincian luas wilayah yang dicakup oleh hasil-hasil usa- ha pengaturan dan pengamanan sungai dalam tahun-tahun terse- but dapat dilihat pada Tabel 11-8 dan Tabel 11-9.

II/25

Page 30:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 8

PERKEMBANGAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAI, PENGEMBANGANWILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1978/79 - 1981/82

(luas areal yang diamankan dalam ha)

No. Daerah Tingkat I/

1978/79 1979/801) 1980/811) 1981/822)

Propinsi1. DI Aceh

2.300 1.800 1.800 1.8002. Sumatera Utara 30.000 16.900 12.300 8.7003. Sumatera Barat 125 125 1.500 6904. Riau - 100 300 2905. Jambi - 1.500 2.000 1.5006. Sumatera Selatan - 2.700 5.000 2.7007. Bengkulu 650 400 500 5008. Lampung 2.950 500 600 5009. Kalimatan Barat - 2.000 4.000 700

10. Kalimantan Selatan - 750 500 1.50011. Kalimantan Timur - 1.250 900 90012. DKI Jakarta 35 2.000 4.750 -13. Jawa Barat 20.400 14.957 13.050 12.73014. Jawa Tengah 5.200 18.000 28.361 14.40015. DI Yogyakarta - 1.921 2.188 2.18516. Jawa Timur - 7.853 12.754 6.83917. Sulawesi Utara - 500 1.000 1.00018. Sulawesi Tengah - 1.897 3.175 2.65019. Sulawesi Selatan - 1.000 3.000 50020. Sulawesi Tenggara - 400 400 40021. Bali - 900 900 1.00022. Nusa Tenggara Barat 4.000 400 400 40023. Maluku 3 100 200 -24. Nusa Tenggara Timur - 100 178 2225. Timor Timur - 900 - -

Jumlah : 65.663 78.953 99.756 61.906

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

II/26

Page 31:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 9

PERKEMBANGAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAI, PERGEMBANGANWILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

MENURUT JENIS KEGIATAN,1978/79 - 1981/82

(luas areal yang diamankan dalam ha)

No. Jenis Kegiatan 1978/79 1979/801) 1980/811) 1981/822)

1. Perbaikan dan Pengamanan Sungai 27.628 37.772 50.053 29.124

2. Pengaturan dan Pengamanan Sungai 23.000 16.200 11.600 8.000

3. Pengendalian Banjir 35 2.000 4.750 _

4. Pengembangan Wilayah 15.000 19.510 29.765 21.185

5. Pengamanan dan Penanggulangan akibat

bencana alam dan penanggulangan akibatletusan gunung berapi

- 3.471 3.588 3.597

Jumlah : 65.663 78.953 99.756 61.906

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

II/27

Page 32:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

2. Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Program ini mencakup kegiatan-kegiatan utama Pemetaan Da-sar, Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam, Pelestarian Sum- ber Alam dan Lingkungan Hidup, Pengkajian dan Penanganan Lingkungan Hidup, dan Pengembangan Sumber Daya Air dan Pe-nanggulangan Pencemaran Air.

2.1. Pemetaan Dasar

Sebagai lanjutan dan pelengkap terhadap survai yang di-laksanakan tahun sebelumnya dalam tahun 1981/82 telah dilak-sanakan juga survai geodesi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di samping itu dalam tahun tersebut te- lah diselenggarakan pula kegiatan fotogrammetri dan kartografi, pembuatan peta topografi skala 1 : 50.000, pengukuran sifat datar teliti dan pemotretan udara skala 1 : 100.000 untuk wilayah Sumatera, Irian Jaya, Kalimantan dan Sulawesi.

Dalam bidang pemetaan dasar ini sampai dengan tahun 1981/82 telah diselesaikan peta topografi skala 1 : 50.000 untuk wilayah-wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Sumatera Selatan dan Aceh, potret udara skala 1 : 50.000 untuk wilayah-wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan sebagian Sulawesi.

Perkembangan kegiatan pemetaan dasar untuk sumber daya alam daratan dapat dilihat dalam Tabel II-10.

Sambil melaksanakan pemetaan dasar telah dapat pula di-laksanakan pemetaan tematik, yang antara lain dapat diman-faatkan untuk menunjang program transmigrasi. Dalam tahun 1981/82 telah dilaksanakan penelitian/pengamatan pasang surut bumi di 3 lokasi.

2.2. Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam

Inventarisasi dan evaluasi sumber daya baik secara par- tial ataupun yang terpadu sangat dibutuhkan agar dapat diper- oleh masukan yang diperlukan dalam penyusunan jaringan infor- masi sumber daya alam yang kita miliki.

Dalam tiga tahun pertama Repelita III telah dilaksanakan survai hidrografi dan magnetik di Selat Lombok dan Selat Ma-kasar. Kegiatannya meliputi penentuan posisi dan pemasangan 6 (enam) stasiun, pemeruman (sounding), pengamatan pasang surut

II/28

Page 33:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 10HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN DASAR UNTUK SUMBER DAYA DARATAN,

1978/79 - 1981/82

No. Uraian kegiatan Satuan 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82*)

1. Pemasangan stasiun survei geodesi stasiun - 370 44

2. Pemasangan titik kontrol titik 25

3. Pengukuran sifat datar teliti Km - 270 90 500

4. Pelaksanaan Fotogrametri dan

kartografi km2 22.500 37.500 37.500 575

5. Pembuatan induk peta topografi

skala 1 : 50.000 km2 - 45.000 37.500 975*) Angka sementara

Page 34:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

II/29

Page 35:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

laut, pengamatan arus dan pengambilan contoh-contoh dasar laut.

Dalam beberapa tahun yang lalu juga telah diadakan inven-tarisasi potensi sumber daya alam dan energi yang ada di lima wilayah pusat pertumbuhan induatri.Tujuan kegiatan itu ialah menyediakan informasi yang diperlukan untuk usaha pengembang an industri yang sesuai dengan potensi sesuatu wilayah. Keli- ma wilayah pusat pertumbuhan industri tempat pelaksanaan in-ventarisasi itu ialah Sumatera Utara dan Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Banten, Jawa, Kalimantan Timur dan Sula- wesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Jenis mineral yang telah disurvai adalah besi, bauksit, timah, tembaga, mangan, emas, silikat dan kapur; sedangkan sumber daya energi yang disurvai adalah batu bara, minyak dan gas bumi, tenaga air dan panas bumi.

Untuk memperoleh informasi mengenai sumber alam tanah perlu diadakan inventarisasi yang menyeluruh yang mencakup segi-segi kemampuan fisik tanah untuk berbagai maksud peng- gunaan, penggunaannya dalam kenyataan dan pemili kan serta status hukum tanah yang diteliti. Sehubungan dengan itu, da- lam waktu yang lalu telah dilakukan penelaahan mengenai ke-mampuan fisik dan kimia tanah, inventarisasi dan pemetaan penggunaan tanah, kemampuan fiaik tanah sehubungan dengan adanya faktor-faktor pembatas dalam kemungkinan penggunaannya dan survai mengenai produktivitas tanah. Selanjutnya sampai dengan tahun 1981/1982 telah dilaksanakan pemetaan penggunaan tanah pedusunan dengan skala 1 : 200.000 sampai 1 : 25.000 yang meliputi wilayah seluas 393.000 km2 dan pemetaan kemam- puan tanah dengan skala 1 : 50.000 dan 1 : 100.000 seluas 118.000 km2. Di samping itu juga telah diadakan pengukuran dan pemetaan wilayah yang meliputi 251 kota kecamatan, 44 kota kabupaten dan 31 kota kotamadya.

Kegiatan inventarisasi data tata guna tanah dan pemetaan seperti tersebut di atas akan dilaksanakan secara berkesinam-bungan di berbagai wilayah Indonesia. Dalam rangka pelaksa- naannya akan didahulukan inventarisasi data tata guna tanah dan pemetaan untuk program/proyek transmigrasi yang meliputi areal seluas 1.209.000 ha, proyek resettelmen seluas 11.000 ha dan proyek perkebunan seluas 335.000 ha.

Menurut catatan yang ada luas hutan di Indonesia meliputi kurang lebih 1.228,4 ribu lfln2, atau 64% dari luas seluruh daratan. Pada tahun ketiga Repelita III dari hutan tersebut yang telah ditentukan peruntukannya meliputi 89,078 juta ha.

II/30

Page 36:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

Dari seluruh areal hutan yang ada telah dilaksanakan survei lapangan terhadap areal seluas 94,1 juta ha. Dari areal itu seluas 63 juta ha telah diadakan penafsiran potret udara un- tuk mendapatkan gambaran yang lebih teliti.

Dalam tahun 1981/82 telah dapat disusun tata guna hutan kesepakatan untuk propinsi-propinsi Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Ba- rat, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya dan Timor Timur.

Dalam tahun-tahun yang lalu telah dilakukan pengukuhan dan pemancangan batas terhadap seluruh kawasan hutan. Apabila kegiatan itu selesai maka akan diperoleh kepastian status hu- kum bagi seluruh kawasan hutan yang ada. Sampai dengan tahun ketiga Repelita III penataan batas tersebut telah mencapai 21.811,88 km. Dari jumlah itu sepanjang 5.311,88 km disele-saikan dalam tahun 1981/82. Sedangkan dalam tahun sebelumnya yang terselesaikan mencapai 4.500 km.

Salah satu upaya yang sangat diperlukan dalam rangka pem-binaan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup adalah penelaahan sistem tebangan dan sistem pengelolaan pengusahaan hutan. Dalam rangka memenuhi keperluan itu maka dalam tahun yang lalu telah diadakan penelaahan mengenai kemungkinan di-terapkannya sistem tebang habis di areal yang dibebani Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dengan pengurangan luas areal teba-ngan. Dalam hubungan itu telah ditelaah pula kemungkinan un- tuk mengintensipkan usaha-usaha penanganan reboisasi areal bekas tebangan.

Dalam tahun-tahun yang lalu Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian dalam rangka menunjang kegiatan pertanian telah mengadakan penelitian terhadap sumber alam tanah. Pene-litian itu dimaksudkan untuk mengevaluasi potensi tanah di daerah yang luasnya 167 juta ha. Di daerah itu terdapat wila- yah yang direncanakan menjadi 56 lokasi penerima transmigran yang seluruhnya meliputi areal seluas 846 ribu ha.

2.3. Pelestarian Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Kawasan perlindungan dan pelestarian alam terdiri dari suaka margasatwa, cagar alam, taman buru dan taman wisata. Pembagian seperti itu didasarkan atas ketentuan dalam Undang-undang No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok di Bidang Kehutanan. Berdasarkan konsep ekosistem beberapa areal perlindungan dan pelestarian alam dikembangkan menjadi taman

II/31

Page 37:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

nasional. Taman nasional merangkum pencagaran alam dan pemanfaatan sumber daya alam hayati.

Sejak akhir Repelita II telah diadakan studi persiapan untuk 15 taman nasional yang seluruhnya meliputi areal seluas 4.727.865 ha. Pada tahun ketiga Repelita III telah dikukuhkan lima buah taman nasional, yaitu Gunung Leuser, Ujung Kulon, Gunung Gede Pangrango (Cibodas), Baluran dan Pulau Komodo, masing-masing meliputi areal seluas 800,49 ribu ha, 78,62 ri- bu ha, 15,22 ribu ha, 25,00 ribu ha dan 75,00 ribu'ha.

Pada akhir Repelita II jumlah kawasan perlindungan dan pelestarian alam yang telah ditunjuk seluruhnya meliputi 239 unit dan luasnya 6.847.981 ha. Pada akhir tahun ketiga Repelita III kawasan perlindungan dan pelestarian alam yang sudah ditunjuk seluruhnya meliputi 314 unit dengan areal seluas 12.242.660 ha. Dengan demikian tambahan luas kawasan perlindungan dan pelestarian alam selama tiga tahun Repelita III mencapai 5.394.679 ha, jadi setiap tahun rata-rata me-ningkat kurang lebih 21%.

Perkembangan kawasan perlindungan dan pelestarian alam tahun 1978/79 sampai dengan 1981/82 dapat dilihat dalam Tabel II - 11 dan Grafik II-5

Meskipun konsepsi taman nasional sudah berkembang cukup jauh landasan hukum untuk pengembangannya masih ketinggalan. Untuk mengejar ketinggalan itu maka pada tahun 1981/82 telah dipersiapkan Rancangan Undang-undang (RW) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Tata Lingkungannya, yang antara lain mengatur status kawasan taman nasional serta arah peruntukan dan pengembangannya. Bersamaan dengan itu telah disusun pula berbagai pedoman untuk pengelolaan taman nasional.

Perlindungan dan pelestarian alam juga dilaksanakan mela- lui berbagai kegiatan di luar kawasan perlindungan dan peles- tarian alam. Kegiatan di luar kawasan perlindungan dan peles-tarian alam itu meliputia. pengawasan lalu lintas satwa dan flora; b. pengaturan perburuan satwa;c. pengembangan satwa dan habitatnya di luar kawasan perlin-

dungan dan pelestarian alam;d. pengembangan taman botani di luar kawasan; e. penetapan atatus satwa dan flora;f. pembinaan wisata alam, khususnya di kalangan remaja; dan g. monitoring dampak lingkungan, di berbagai-bagai kawasan,

seperti kawasan pertambangan minyak zamrud PT Caltex di

II/32

Page 38:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 11

PERKEMBANGAN KEADAAN KAWASAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN ALAM,1978/79 - 1981/82

No. Jenis Kawasan

1978/79 1979/80 1980/81 1981/82

Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Unit Luas (ha)

*)

Page 39:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

Cagar Alam 157 2.808.685,7 162 3.364.253,2 157 3.518.597,g*) 172 6.080.766,5

2. Suaka Margasatwa 45 3.580.050,3 53 4.135.766,9 51 5.182.214,6*) 78 4.676.667,9

3. Taman Buru 9 327.470,7 10 279.670,7 12 374.670,7 11 325.920,7*)4. Taman Wisata 28 131.774,3 32 133.671,8 37 134.621,8 48 164.985,05. Taman Nasional - - - - 5 994.320,0 5 944.320,0

Jumlah : 239 6.847.981,0 257 7.913.362,6 262 10.204.425,0 314 12.242.660,1

Sebagian digabungkan/diubah satusnya menjadi Taman Nasional dan/atau Taman Wisata

Page 40:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

GRAFIK II - 5

PERKEMBANGAN KEADAAN KAWASAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN ALAM (PPA) ,

1978/79 - 1981/82

II/34

II/34

Page 41:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

Riau, kawasan pertambangan timah hitam di Gunung Sawal, Jawa Barat, kawasan pertambangan emas di Gunung Halimun, Jawa Barat, kawasan pertambangan belerang Telaga Bodas, kawasan pertambangan minyak Pertamina di Kutai, kawasan pertambangan tembaga, seng dan timah hitam PT Aneka Tambang di Sangkaropi.

Selain konsep taman nasional yang berkembang sejak Repe-lita II dirasakan pula perlunya pengembangan taman untuk me-lindungi dan melestarikan ekosistem laut yang khas. Sampai dengan tahun 1981/82 di antara 18 lokasi yang telah diusulkan untuk dijadikan taman laut, 3 lokasi sudah dikukuhkan.

2.4. Pengkajian dan Penanganan Masalah Lingkungan Hidup

Dalam tahun 1981/82 dikeluarkan Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut selanjutnya akan menjadi lan-dasan untuk berbagai ketentuan dan peraturan dalam masalah pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam rangka mengusahakan agar pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan sebaik-baiknya telah dikembangkan ber- bagai jalur kegiatan. Pusat Studi Lingkungan yang dikaitkan dengan pembinaan universitas di daerah merupakan salah satu jalur itu. Setiap Pusat Studi Lingkungan mendapat tugas khu- sus yang sesuai dengan kekhususan yang dimiliki daerah tempat Pusat Studi Lingkungan masing-masing dibangun. Jalur lain ialah Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup di ling-kungan Sekretariat Wilayah Daerah Tingkat I dan Bappeda.

Selain kedua jalur tersebut dikembangkan pula peningkatan peran serta organisasi swadaya masyarakat yang berminat dalam pengelolaan lingkungan. Organisasi masyarakat yang demikian dapat bertindak sebagai motivator masyarakat dan dalam lawas terbatas akan dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol so- sial terhadap segenap kegiatan yang ada dalam masyarakat.

Pusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat Studi tersebut Pusat Studi Lingkungan yang ada di Bogor, Me- dan, Bandung dan Ujung Pandang dikembangkaa sebagai pembina untuk membantu pengembangan Pusat Studi Lingkungan lainnya.

Pusat Studi Lingkungan tersebut dapat berfungsi sebagai pusat penelaahan, pendidikan dan pemasyarakatan lingkungan

II/35

Page 42:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

hidup yang meliputi masalah perairan, lautan, tanah/wilayah kritis, daerah aliran sungai, toksilogi lingkungan, pemuki- man, industri dan pengembangan analisia dampak lingkungan.

Analisis dampak lingkungan (Andal) telah dipersiapkan dan dicobakan pada beberapa kegiatan seperti pembangunan kawasan Marunda, pembangunan bendung Saguling, perluasan beberapa in-dustri besar, penambangan permukaan dan lain-lain. Untuk me-nyebarluaskan pengertian dan pemahaman serta kemampuan pelakaanaan analisis dampak lingkungan tersebut telah dilaksanakan kursus-kursus tentang Andal di beberapa Pusat Studi Lingku- ngan di Jakarta, Bogor, Bandung dan Medan.

Usaha-usaha penanggulangan kerusakan lingkungan sebagai akibat sampingan dari kegiatan pembangunan sudah mulai dilak-sanakan dan dilembagakan. Misalnya, dalam bentuk rehabilitasi kawasan bekas pertambangan terbuka, usaha-usaha pendaur- ulangan bahan buangan industri, pengembangan penanggulangan sampah industri dan rumahan, usaha-usaha pemanfaatan limbah dan lain-lain.

Dalam rangka pengembangan pencegahan dan penanggulangan pencemaran industri dalam tahun 1981/82 sudah disusun sembi- lan buku panduan yang diperlukan.Delapan buah di antaranya telah disepakati oleh berbagai instansi yang berkepentingan. Kedelapan buku panduan tersebut masing-masing berisi petun- juk-petunjuk mengenai pencegahan dan penanggulangan pence- maran di bidang-bidang

1. industri pulp dan kertas;2. industri soda kostik;3. industri kulit;4. industri lapis listrik;5. industri kapro laktum;6. industri pupuk petro;7. industri asam sulfat dan aluminium sulfat.

Sedangkan yang satulagi merupakan panduan umum untuk pengkajian mengenai aspek lingkungan untuk proyek industri yang tidak memerlukan analisa dampak lingkungan.

Sehubungan dengan pencegahan dan penanggulangan pence-maran industri telah dilaksanakan pula inventarisasi dan monitoring kualita lingkungan perairan di Surabaya, Gresik, Waru, Semarang, Cilacap, Medan, Kuala Tanjung dan Palembang.

Untuk secara bertahap menelaah dan mengembangkan tehnik

II/36

Page 43:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

pencegahan dan penanggulangan pencemaran industri telah di-laksanakan percobaan alat, cara dan sistem yang tepat dan mu-rah. Pada tahun 1981/82 telah dibuat prototip alat pengolahan air buangan industri pengolahan tapioka yang digerakkan de- ngan kincir angin, dan alat pemanfaatan lignin dari air bua- ngan industri kertas proses soda untuk pengikat tanah lahar dingin guna menghindari erosi.

Guna memungkinkan terbentuknya baku mutu lingkungan hidup dan baku mutu bahan buangan telah dilakukan berbagai pene-laahan terhadap lingkungan perairan tawar, lautan dan udara.

Usaha untuk membentuk peraturan perundangan yang mengatur penanggulangan pencemaran lingkungan telah mulai dilaksanakan dan mulai menghasilkan bentuk-bentuk hukum yang jelas. Misal- nya dalam surat keputusan Menteri Perindustrian tentang ke-tentuan-ketentuan pokok perijinan usaha industri telah dican-tumkan ketentuan-ketentuan mengenai penanggulangan pencemaran lingkungan hidup, yang antara lain berpedoman pada Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pengolahan Ling- kungan Hidup.

Peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal penanggulangan pencemaran lingkungan telah dilakukan melalui ceramah, per-contohan, pendidikan, pembinaan umum terhadap generasi muda, pramuka, organisasi pemuda pencinta alam, pemuda mesjid, pe-santren, wanita dan para pengusaha. Dengan adanya keikutser- taan para alim ulama dalam kegiatan-kegiatan tersebut maka usaha itu semakin bertambah mantap.

Di samping kegiatan-kegiatan di atas dalam beberapa tahun yang lalu telah dilakukan usaha-usaha untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas perorangan dan kelompok yang telah ak- tip membina lingkungan hidup. Dan kepada perorangan dan ke-lompok itu telah diberikan penghargaan dalam berbagai bentuk.

Dari uraian mengenai berbagai upaya dan kegiatan di atas jelaslah bahwa selama beberapa tahun ini kegiatan swadaya pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup sudah mulai ber-jalan ada yang dalam skala kecil, ada pula yang dalam skala besar.

2.5. Pengembangan Sumber Daya Air dan Penanggulangan Pen-cemaran Air

Dalam bidang pengembangan sumber daya air telah dilaksa-nakan penelitian mengenai karakteristik air yang kemudian di-

II/37

Page 44:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

lanjutkan dengan studi pengembangan sumber-sumber air. Dari penelitian itu antara lain yang sudah selesai dibahas lapo- rannya adalah penelitian mengenai DAS Cibeet, DKI dan Pulau Timor bagian barat.

Berbagai studi telah dilaksanakan untuk menelaah masalah pencemaran perairan guna menentukan kriteria kualita air yang memenuhi syarat untuk berbagai keperluan dan untuk menentukan pola tindakan yang diperlukan guna mencegah dan menanggula-nginya. Beberapa penelitian kasus ("case studies") telah di-laksanakan di Kali Garang Semarang, Kali Surabaya, Kali Ma- diun dan anak-anak sungainya, Sungai Kapuas, sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya, sungai-sungai di Denpasar dan su- ngai-sungai di beberapa kota besar lainnya.

Penelitian khusus dalam masalah pencemaran yang sudah di-laksanakan antara lain meliputi penelitian mengenai cara dan pola penanggulangan buangan industri di perairan sungai, pe-nelitian tentang pengaruh pestisida pertanian terhadap kua- lita air sungai dan penelitian tentang pengaruh pencemaran air terhadap kehidupan biotanya.

Sebagai akibat berkembangnya kegiatan pengangkutan laut, masalah pencemaran laut oleh bahan bakar minyak semakin ber-tambah banyak. Kasus Showa Maru di Selat Malaka memberikan pelajaran yang berharga bagi Indonesia. Sejak saat itu secara bertahap telah dilaksanakan berbagai penelitian mengenai ma-salah pemanfaatan sumber alam laut dan pencemaran laut, baik ditinjau dari segi tehnik,ekonomi, finansial maupun segi hu- kum.

Selanjutnya dalam usaha menangani masalah pencemaran laut secara menyeluruh dewasa ini sedang disusun perangkat pe-raturan yang akan diberlakukan secara nasional dan apabila perlu akan dibawa ke Konvensi Hukum Laut.

Sumber alam perairan. lain yang mempunyai arti penting ba- gi perekonomian Indonesia adalah perairan pantai/pesisir. Berbagai penelitian dan kegiatan juga dilaksanakan dalam usaha menjaga kelestarian dan manfaat sumber alam ini. Dalam hubungan itu antara lain telah diadakan penelitian mengenai ekologi dan lingkungan hutan payau, penelitian perikanan pan- tai dan lain-lain. Dari penelitian-penelitian itu antara lain telah dapat dihasilkan beberapa pedoman untuk pengelolaan pe-sisir.

II/38

Page 45:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

TABEL II - 12

PERKEMBANGAN JUMLAH STASIUN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,

1978/79 - 1981/82

(stasiun)

No. Jenis Stasiun 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82

1. Stasiun Meteorologi

a. Penerbangan/Synoptic 83 86 91 98b. Maritim 5 9 9 10

2. Stasiun Klimatologi

a. Stasiun Klas I 4 4 4b. Stasiun Klas II 4 4 4 4c. Stasiun Klas III 2 3 3 3d. Stasiun Pertanian 18 66 66 77e. Stasiun Iklim 13 161 173 173f. Stasiun Pengamat Hujan 2.745 3.232 3.505 5.561g. Stasiun Pengamat

Penguapan 105 117 124 130

3. Stasiun Geofisika 19 19 21 23

TABEL II - 13

PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA STASIUN METEOROLOGI,KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA YANG TELAH BERFUNGSI,

1978/79 - 1981/82(dalam frekwensi x 1 unit)

No. Uraian 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82

1. Stasiun Meteorologi

a. Penerbangan/Synoptic 585.640 598.511 620.865 655.905b. Pengamatan Maritim 1.000 1.597 1.511 1.511

2. Stasiun Klimatologi

a. Pertanian 12.150 13.000 13.000 13.000b. Iklim 39.750 41.150 42.000 42.000c. Pengamatan Hujan 128.500 140.000 150.000 150.000d. Pengamatan Penguapan 9.900 4.100 4.200 4.200e. Pengamatan Udara Atas 35.280 38.325 38.325 38.325

3. Stasiun Geofisika - - 20.440 20.440

II/39

Page 46:  · Web viewPusat Studi Lingkungan telah terbentuk di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Ma-lang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Dari Pusat-pusat

3. Meteorologi dan Geofisika

Bidang Meteorologi dan Geofisika berfungsi memberikan pe-layanan baik kepada instansi-instansi Pemerintah maupun kepa-da masyarakat dalam bentuk ramalan cuaca untuk penerbangan, pelayaran, pertanian, pasang surut lautan yang semuanya sa-ngat diperlukan. Pelayanan tersebut diberikan secara lang-sung, pada umumnya melalui siaran TVRI dan RRI, ataupun mela- lui penerbitan mengenai ramalan musim, data cuaca, data gempa bumi dan lain-lainnya.

Dalam Tabel-tabel 11-12 dan 11-13 tercantum hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sampai dengan tahun 1981/82 dalam bidang Meteorologi dan Geofisika.

Usaha rehabilitasi, peningkatan kemampuan dan pembangunan selama itu telah berhasil meningkatkan mutu pelayanan di bi-dang Meteorologi dan Geofisika.

II/40